• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji daya antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji daya antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck)."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK

TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis (L.) Osbeck)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Augustinus Teti NIM : 098114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

UJI DAYA ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK

TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis (L.) Osbeck)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Augustinus Teti NIM : 098114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“When you walk through a storm keep your head up high and don’t be

afraid of the dark. At the end of the storm is a golden sky and the sweet

silver song of lark. Walk on through the wind, walk on through the rain,

tho’ your dream be tossed and blown. Walk

on, walk on with hope in your

heart.

And you’ll never walk alone.”

-Oscar H.-

-

“It’s fine to talk and it’s even okay to have

fun, but when we’re doing something, do it

properly”

(8)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan atas semua berkat dan penyertaan-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI DAYA

ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL

1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis (L.) Osbeck)” ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farnasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan dukungan dari semua pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati atas segala bantuan

yang telah diberikan, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan selama rancangan, pengusulan skripsi,

saat dilakukan penelitian dan selama penulisan skripsi dengan kesabaran dan

penuh perhatian.

3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., sebagai Dosen Penguji atas pengarahan,

(9)

viii

4. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. sebagai Dosen Penguji sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik atas pengarahan, kritik, saran yang membangun dan

kesediaannya menguji skripsi ini.

5. Segenap laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia (Mas Wagiran) dan

Kimia Analisis Instrumental (Mas Bimo) atas segala bantuan selama penulis

melakukan penelitian di laboratorium.

6. Wisnu dan Ozy sebagai teman seperjuangan, atas segala kritik, saran, bantuan

selama mengerjakan skripsi ini, baik selama di laboratorium maupun pada

saat penyusunan naskah.

7. Danu, Kael, Felix, Julio, Nindy dan Nio “Kodrat” sebagai tim antioksidan

2009 atas segala bantuan dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan

skripsi ini.

8. Victor, Agnes, Novia, Ina, Topan, Leo, Jo, Netty dan Jimmy atas segala

canda tawa, bantuan, dan kenangan tidak terlupakan selama bekerja di

laboratorium.

9. Tri “Tejo” Pamulatsih (seksi konsumsi) atas segala bantuan, dukungan, serta

pemberi informasi penting di saat mendesak.

10. Tabita Ribka Alvianita, atas pinjaman laptopnya selama pelaksanaan ujian.

11. Yansen Nama Hada, atas bantuannya sebagai perkap selama persiapan ujian.

12. Haris, Arvi, dan Laras atas keikhlasannya memberikan waktu ujian mereka

untuk dipakai.

13. Chelsea F.C., my best football team, atas segala tontonan menarik dan

(10)

ix

14.Krisna House beserta seluruh penghuninya, atas segala kekonyolan,canda

tawa dan kebersamaan yang tidak terlupakan.

15.Febrin Nessy Triana, The Special One, yang merupakan sumber inspirasi,

atas segala kesabaran dalam membimbing, mengajarkan, mengarahkan,

selama proses pengerjaan skripsi ini, dimulai dari pengerjaan di laboratorium

sampai selesai penyusunan naskah, dan akhirnya bisa melaksanakan ujian

bersama. Terima kasih telah memberi warna dalam hidup.

16.Teman-teman Farmasi 2009, atas kebersamaan yang tidak terlupakan selama

empat tahun.

17.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kesalahan

dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, Juli 2013

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

(12)

xi

B. Radikal Bebas dan Antioksidan ... 7

1. Radikal bebas ... 7

2. Defenisi antioksidan ... 7

3. Mekanisme antioksidan ... 8

4. Penggolongan antioksidan ... 8

5. Manfaat antioksidan ... 10

C. Metode DPPH ... 10

D. Ekstraksi ... 11

E. Spektrofotometri ... 13

F. Validasi Metode Analisis ... 14

G. Landasan Teori ... 16

H. Hipotesis ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Defenisi Operasional ... 18

D. Bahan Penelitian ... 18

E. Alat Penelitian ... 19

F. Tata Cara Penelitian ... 19

1. Pemilihan dan pengumpulan sampel ... 19

2. Pembuatan simplisia ... 19

3. Ekstraksi dan fraksinasi simplisia ... 20

4. Uji pendahuluan ... 20

5. Penetapan kadar fenolik dalam ekstrak ... 21

6. Penetapan aktivitas antioksidan ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

(13)

xii

B. Hasil Pengumpulan Bahan ... 24

C. Hasil Ekstraksi Sampel ... 25

D. Hasil Uji Pendahuluan ... 28

1. Uji fenolik ... 28

2. Uji aktivitas antioksidan ... 29

E. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total ... 30

1. Penentuan OT penetapan kandungan fenolik total ... 30

2. Penetapan maksimum penetapan kandungan fenolik total ... 31

F. Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total ... 32

1. Presisi penetapan kandungan fenolik total ... 32

2. Linearitas penetapan kandungan fenolik total ... 33

3. Spesifitas penetapan kandungan fenolik total ... 33

G. Hasil Estimasi Kandungan Fenolik Total ... 34

H. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan ... 37

1. Penentuan maksimum metode uji aktivitas antioksidan ... 38

2. Penentuan OT metode uji aktivitas antioksidan ... 39

I. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan ... 40

1. Presisi metode uji aktivitas antioksidan ... 42

2. Linearitas metode uji aktivitas antioksidan ... 44

3. Spesifitas metode uji aktivitas antioksidan ... 45

J. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Dengan Radikal DPPH .... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

(14)

xiii

LAMPIRAN ... 55

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH

(Armala, 2009) ... 11

Tabel II. Rentang kesalahan yang diperbolehkan (Harmita, 2004) ... 15

Tabel III. Rentang CV yang masih dapat diterima (Harmita, 2004) ... 16

Tabel IV. Hasil presisi asam galat dari beberapa parameter ... 33

Tabel V. Hasil pengukuran seri baku asam galat ... 36

Tabel VI. Hasil penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis ... 36

Tabel VII. Hasil presisi aktivitas antioksidan standar rutin ... 43

Tabel VIII. Hasil presisi aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ... 43

Tabel IX. Hasil aktivitas antioksidan rutin dengan metode DPPH ... 44

Tabel X. Hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis dengan metode DPPH ... 45

Tabel XI. Hasil perhitungan IC50 rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis ... 47

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Buah jeruk manis ... 6

Gambar 2. Struktur rutin ... 10

Gambar 3. Hasil uji pendahuluan fenolik (A = kontrol positif [asam galat] + reagen fenol Folin-Ciocalteu, B =,larutan uji [fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis] + reagen fenol Folin-Ciocalteu, C = kontrol negatif [blanko reagen fenol Folin-Ciocalteu]) ... 29

Gambar 4. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = kontrol positif [rutin], B = kontrol negatif [blanko DPPH], C = larutan uji [fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis] + DPPH) ... 30

Gambar 5. Kurva penentuan OT penetapan kandungan fenolik ... 31

Gambar 6. Kurva persamaan regresi linear penetapan kadar fenolik total ... 32

Gambar 7. Reaksi asam galat dengan molibdenum, komponen dari reagen Folin-Ciocalteu (Nunes, et al., 2012) ... 35

Gambar 8. Struktur asam galat ... 35

Gambar 9. Gugus kromofor dan auksokrom DPPH ... 38

Gambar 10. Grafik penentuan OT larutan rutin ... 39

Gambar 11. Grafik penentuan OT fraksi etil asetat ... 40

(17)

xvi

Gambar 13. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan

fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit jeruk manis ... 42 Gambar 14. Hasil uji normalitas data rutin ... 48 Gambar 15. Hasil uji normalitas data fraksi etil asetat ekstrak etanol

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar buah jeruk manis dari Purwokerto, Jawa

Tengah... 56

Lampiran 2. Bobot fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis ... 56

Lampiran 3. Data penimbangan penetapan kandungan fenolik total .... 57

Lampiran 4. Optimasi penetapan kandungan fenolik total ... 58

Lampiran 5. Penetapan Kandungan fenolik total ... 60

Lampiran 6. Data penimbangan uji aktivitas antioksidan ... 62

Lampiran 7. Data perhitungan konsentrasi larutan DPPH, larutan

pembanding rutin, dan larutan uji ... 63

Lampiran 8. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan ... 64

Lampiran 9. Uji akitivitas antioksidan dengan menggunakan radikal

DPPH ... 67

Lampiran 10. Perhitungan nilai IC50 rutin dan Fraksi etil asetat ekstrak

etanol kulit jeruk manis ... 69

(19)

xviii

INTISARI

Antioksidan merupakan senyawa yang menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas. Akibatnya, kerusakan sel oleh radikal bebas dapat dihambat. Kulit jeruk manis diketahui memiliki senyawa fenolik. Senyawa tersebut beraktivitas antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan serta kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan dinyatakan dengan nilai Inhibition Concentration 50 (IC50). Keberadaan senyawa beraktivitas antioksidan akan mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning. DPPH memiliki maksimum di 515 nm. Ketika elektronnya berpasangan oleh keberadaan senyawa antioksidan, maka absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil.

Kandungan fenolik total ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu dan dinyatakan dengan nilai massa ekuivalen asam galat (mg ekivalen asam galat per g fraksi air). Senyawa fenolik akan dioksidasi oleh pereaksi fenol Folin-Ciocalteu dalam suasana basa sehingga terbentuk larutan dengan warna biru. Larutan tersebut memiliki maksimum di 750 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis mempunyai aktivitas antioksidan lemah dengan nilai IC50 sebesar 292,09 ± 0,379 g/mL. Kandungan fenolik total sebesar 25,81 ± 0,314 mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat.

(20)

xix ABSTRACT

Antioxidants are compounds that inhibit oxidation reactions by binding to free radicals. As a result, the cell damage by free radicals can be inhibited. Sweet orange peel phenolic compounds known to possess. This study was conducted to determine the antioxidant activity and total phenolic content of ethyl acetate fraction of ethanol extract of sweet orange peel. Radical antioxidant activity assays using 1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil (DPPH) and expressed by the value Inhibition Concentration 50 (IC50). The existence of active antioxidant compounds DPPH solution will change color from purple to yellow. DPPH has a maximum at 515 nm. When the electron pairs by the presence of antioxidant compounds, the absorbance decreases corresponding stoichiometric number of electrons captured. Total phenolic content was determined by Folin-Ciocalteu method and expressed by the value of the mass of gallic acid equivalents (mg gallic acid equivalents per g fraction of water). Phenolic compounds will be oxidized by the Folin-Ciocalteu phenol reagent under alkaline conditions, forming a blue solution. The solution has a maximum at 750 nm.

The results showed that the ethyl acetate fraction of ethanol extract of sweet orange peel has a weak antioxidant activity with IC50 values of 292,09 ± 0.379 µg/mL. Total phenolic content of 25.81 ± 0.314 mg gallic acid equivalents per g of ethyl acetate fraction.

(21)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Tanpa disadari, dalam tubuh manusia terbentuk radikal bebas secara terus

menerus, baik melalui proses metabolisme sel normal maupun akibat respon

terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti paparan polusi lingkungan, ultraviolet,

dan asap rokok. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron

tidak berpasangan (unpaired electron). Adanya elektron yang tidak berpasangan

menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan elektron, dengan

cara menyerang dan mengikat elektron molekul sekitarnya misalnya protein, asam

lemak tak jenuh, dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari

molekul-molekul target tersebut, yang paling rentan terhadap serangan radikal

bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat

merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel sehingga dinding sel

menjadi rapuh, merusak basa DNA sehingga mengacaukan sistem genetika, dan

berlanjut pada pembentukan sel kanker (Salganik, 2001; Winarsi, 2007). Selain

itu radikal bebas dalam tubuh dapat memicu munculnya berbagai penyakit

degeneratif, seperti kardiovaskuler, penuaan dini (Palmer dan Kitchin, 2010), dan

osteoporosis akibat dari perusakan sel secara oksidatif (Winarsi, 2007).

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau

reduktan dan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi

(22)

dihambat (Winarsi, 2007). Penambahan antioksidan ke dalam formulasi makanan

juga efektif mengurangi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan, toksisitas,

dan destruksi biomolekul makanan (Decker, 1998).

Saat ini antioksidan alami lebih diminati dibandingkan antioksidan sintetik

karena dianggap lebih aman. Antioksidan sintetik seperti BHT (butylatedhidroxy

toluene) dan BHA (butylated hidroxy anisole) telah diragukan keamanannya

karena memiliki efek samping yang besar dan dapat menyebabkan kerusakan hati.

Hal ini menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan

oleh masyarakat saat ini (Rohdiana, 2001; Sunarni, 2005).

Buah jeruk manis mengandung betakaroten dan bioflavonoid yang dapat

memperkuat dinding pembuluh darah kapiler, sedangkan kulit jeruk manis banyak

mengandung pektin yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat

(LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL) (Anonim, 2011).

Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari kulit jeruk manis dipilih

metode DPPH. Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang

diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang

gelombang 517 nm dengan warna violet gelap (Sunarni, 2005). Metode ini

sederhana untuk dikerjakan, mudah, cepat dan peka. Aktivitas antioksidan dari

suatu senyawa dapat diketahui dari penurunan absorbansi DPPH yang terjadi

akibat penambahan senyawa tersebut (Zuhra, et al., 2008).

(23)

1. Permasalahan

a. Berapakah kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis?

b. Berapakah nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan IC50?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, belum pernah dilakukan penelitian mengenai seberapa besar daya antioksidan serta penetapan kadar fenolik total ekstrak etanol kulit jeruk manis dengan fraksi etil asetat.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi, khususnya tentang aktivitas antioksidan yang dimiliki kulit jeruk manis, sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat metodologis. Penelitian ini dapat dijadikan acuan metode uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal bebas DPPH dan

penentuan kadar fenolik total pada suatu bahan tumbuhan.

(24)

mengenai potensi kulit jeruk manis sebagai salah satu sumber

antioksidan alami.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah menguji aktivitas

antioksidan menggunakan radikal bebas DPPH dan menetapkan kadar

fenolik total menggunakan metode Folin-Ciocalteu dari fraksi etil

asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis.

2. Tujuan khusus.

a) Mengetahui kadar fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit

jeruk manis yang dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat.

b) Mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak

etanol kulit jeruk manis dengan menggunakan radikal bebas DPPH

(25)

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Jeruk Manis

1. Morfologi tumbuhan

Tanaman jeruk manis mempunyai batang yang dapat mencapai ketinggian 6 meter, bercabang banyak, tajuk daun bundar, dan umumnya berbuah satu kali dalam satu tahun. Daunnya bertangkai, tangkai daunnya bersayap, dan berbau sedap.

Bunga jeruk manis berukuran agak besar yang mempunyai kelopak bunga membentuk cawan, tangkai bunganya berwarna putih atau kuning dengan daun bunga sebanyak lima helai, dan mempunyai 20-30 benang sari.

(26)

Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus L.

Spesies : Citrus sinensis (L.)Osbeck

(USDA, 2013).

Gambar 1. Buah jeruk manis 3. Habitat dan penyebaran

Jeruk manis merupakan tanaman asli melayu tetapi sekarang

penyebarannya sangat luas hampir disemua daerah tropis dan subtropis di dunia.

Temperatur optimum antara 25-300C namun ada yang masih dapat tumbuh normal

pada 380C. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%

(Rukmana, 2003).

Pada tahun 1920, jeruk manis dikembangkan secara komersial di

(27)

dan negara-negara lainnya. Di Indonesia, tanaman jeruk manis ditanam di berbagai

daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara (Rukmana, 2003).

B. Radikal bebas dan Antioksidan

1. Radikal bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron tidak

berpasangan (unpaired electron). Adanya elektron yang tidak berpasangan

menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara

menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Target

utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta

unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari molekul-molekul target tersebut, yang

paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh.

Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda

(polyunsaturated fat) pada membran sel sehingga dinding sel menjadi rapuh,

merusak basa DNA sehingga mengacaukan sistem genetika, dan berlanjut pada

pembentukan sel kanker (Winarsi, 2007).

2. Definisi antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau

reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil tetapi mampu menginaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal.

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi

dengan mengikat radikal bebas. Akibatnya kerusakan sel dapat dihambat

(28)

Kebanyakan antioksidan (misalnya tokoferol) digunakan sebagai

pengawet dalam berbagai produk (misalnya dalam lemak, minyak dan produk

makanan untuk menunda ketengikan dan perubahan-perubahan yang tidak

diinginkan, dalam karet untuk menunda oksidasi). Pengertian antioksidan yang

lebih relevan secara biologis ialah senyawa alami atau sintetik yang ditambahkan

ke dalam produk untuk mencegah atau menunda kerusakan yang disebabkan oleh

udara (Huang, Ou, dan Prior, 2005).

3. Mekanisme antioksidan

Secara garis besar, mekanisme penangkapan radikal bebas dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu secara enzimatik dan non-enzimatik. Enzim

yang dapat berperan sebagai antioksidan adalah superoksida dismutase, katalase,

glutation peroksidase, dan glutation reduktase (Winarsi, 2007).

Secara non-enzimatik, senyawa antioksidan bekerja melalui empat cara,

yaitu sebagai berikut:

a. Penangkap radikal bebas, misalnya vitamin C dan vitamin E,

b. Pengkelat logam transisi, misalnya EDTA,

c. Inhibitor enzim oksidatif, misalnya aspirin dan ibuprofen, dan

d. Kofaktor enzim antioksidan, misalnya selenium sebagai kofaktor glutation

peroksidase (Huang, et al., 2005).

4. Penggolongan antioksidan

Menurut sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi dua macam,

yaitu antioksidan sintetik dan alami (Gulcin, Uguz, Oktay, Beydemir, dan

(29)

a. Antioksidan sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang dibuat melalui sintesis

secara kimia, contohnya: tert-Butylhydroquinone (tBHQ), butylated

hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), dan propil galat (PG)

(Gulcin, et al., 2004). tBHQ dan BHA telah lama digunakan untuk mencegah

oksidasi dari produk makanan sehingga dapat menstabilkan produk tersebut

(nutrisi, rasa, maupun warna). Dalam konsentrasi yang tinggi, tBHQ dapat

menyebabkan kanker (Gharavi, Haggarty, dan El-Kadi, 2007).

b. Antioksidan alami

Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diproduksi langsung oleh

tanaman maupun tubuh, contohnya: senyawa polifenol, flavonoid, tanin, enzim

katalase, glutation peroksidase, dan superoksid dismutase. Glutation peroksidase

bekerja dengan cara mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2, sedangkan superoksid

dismutase bekerja dengan cara mengkatalisis reaksi dismutasi dari radikal anion

superoksida menjadi H2O2 (Percival, 1998; Gulcin, etal., 2004; Winarsi, 2007 ).

Contoh lain senyawa antioksidan alami adalah rutin (Gambar 2).

Senyawa ini bekerja jika moietas gula diketahui melebihi aktivitas flavonoid.

Antioksidan ini diduga dapat mencegah serangan lipid membran. Rutin

menunjukkan kerjanya sebagai inhibitor peroksidasi lipid yang bergantung pada

(30)

Gambar 2. Struktur rutin

5. Manfaat antioksidan

Antioksidan bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yang

disebabkan radikal bebas dan ROS sehingga mencegah terjadinya berbagai macam

penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, jantung koroner (Ames, 1983; Mbata,

2010), kanker (Salganik, 2001) serta penuaan dini (Palmer dan Kitchin, 2010).

Penambahan antioksidan ke dalam formulasi makanan, juga efektif mengurangi

oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan, toksisitas, dan destruksi

biomolekul yang ada dalam makanan (Decker, 1998).

C. Metode DPPH

Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas

antioksidan adalah dengan menggunakan radikal bebas DPPH (Shivaprasad, et al.,

2005). Tujuannya adalah mengetahui parameter konsentrasi yang memberikan

50% efek aktivitas antioksidan (IC50). Hal ini dapat dicapai dengan cara

menginterpretasikan data eksperimental dari metode tersebut (Molyneux, 2004).

(31)

mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan

komponen tertentu dalam suatu ekstrak (Dinis, Maderia, dan Almeida, 1994).

DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya

menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka

absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil.

Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu

menjadi kuning (Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009).

Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk

pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Koleva,

van Beek, Linssen, de Groot, dan Evstatieva, 2002; Prakash, Rigelhof, dan Miller,

2010).

Menurut Armala (2009), tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji

menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC50 (Tabel I).

Tabel I. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH (Armala, 2009) Intensitas Nilai IC50

Penyarian atau ekstraksi merupakan suatu peristiwa perpindahan massa

zat aktif yang semula berada di dalam sel kemudian ditarik oleh cairan penyari

sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan

bertambah baik jika permukaan simplisia yang bersentuhan dengan penyari

(32)

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

selanjutnya pelarut diuapkan sampai semua atau hampir semua pelarut menguap

(Departemen Kesehatan, 1995).

Dalam memilih cairan penyari, seseorang harus mempertimbangkan

banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini.

(1) Murah dan mudah diperoleh,

(2) stabil secara fisika dan kimia,

(3) selektif,

(4) tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan

(5) diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku

(Departemen Kesehatan, 1986).

Metode penyarian yang digunakan tergantung dari wujud dan kandungan

zat dari bahan yang akan disari. Cara penyarian dapat dibedakan menjadi :

infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan (Departemen

Kesehatan, 1986).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari sehingga cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel mengakibatkan

pendesakan larutan terpekat dari dalam sel ke luar sel. Peristiwa tersebut berulang

sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam

(33)

teknik ini, cairan dibagi menjadi dua kemudian seluruh serbuk simplisia

dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendaptuangkan dan diperas,

ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari kedua (Departemen Kesehatan,

1986).

E. Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang

mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik

(Mulja dan Suharman, 1995).

Senyawa yang mempunyai gugus kromofor apabila mengalami interaksi

dengan radiasi elektromagnetik pada daerah UV-Vis (200-800 nm) maka akan

menghasilkan transisi elektromagnetik dan spektra absorbansi. Spektra absorbansi

tersebut dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dikarenakan jumlah radiasi

elektromagnetik yang diserap sebanding dengan jumlah molekul penyerapnya.

Spektrum UV mempunyai absorbansi antara 100 400 nm, sedangkan spektrum

visibel atau tampak mempunyai absorbansi antara 400-800 nm (Fessenden dan

Fesenden, 1995).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

A= ε bc

Harga ε adalah karakteristik untuk molekul atau ion penyerap dalam pelarut

(34)

bahwa penentuan absorbansi akan menghasilkan konsentrasi jika ε dan b

diketahui (Sastrohamidjojo, 2001).

F. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004).

Paramater-parameter validasi metode analisis yang diperlukan untuk

menilai kesahihan metode analisis antara lain meliputi akurasi, presisi, linearitas,

dan spesifisitas. Akurasi metode analisis adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan

sebagai persen perolehan kembali (recovery) baku yang ditambahkan. Kriteria

akurasi sangat bergantung kepada konsentrasi baku dalam matriks sampel dan

pada keseksamaan metode. Akurasi ditentukan dengan % recovery (Harmita,

(35)

Tabel II. Rentang kesalahan yang diperbolehkan (Harmita, 2004) Analit pada matrik

sampel

Rata-rata yang diperoleh (%)

100 98-102

>10 98-102

>1 97-103

>0,1 95-105

0,01 90-107

0,001 90-107

0,000.1 (1 ppm) 80-110

0,000.01 (100 ppb) 80-110

0,000.001 (10 ppb) 60-115

0,000.000.1 (1 ppb) 40-120

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil

uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

(36)

Presisi dinyatakan dalam standar deviasi atau koefisien variasi. Tabel

berikut merupakan syarat presisi yang dapat diterima berdasarkan kadar analit.

Tabel III. Rentang CV yang masih dapat diterima (Harmita, 2004) Analit pada matrik

Linieritas pada suatu metode analisis dari suatu prosedur analisis

merupakan kemampuannya untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung

proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel. Persyaratan data

linieritas yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,999

(Mulja dan Hanwar, 2003).

Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur

dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel yang mungkin ada

dalam matriks sampel (Mulja dan Hanwar, 2003).

G. Landasan Teori

Buah jeruk manis mengandung betakaroten dan bioflavonoid yang dapat

memperkuat dinding pembuluh darah kapiler dan dapat berfungsi sebagai

antioksidan. Antioksidan berguna untuk menangkal radikal bebas dengan cara

(37)

menjadi tidak reaktif. Antioksidan alami lebih aman digunakan dibandingkan

antioksidan sintesis.

Metode pengujian antioksidan yang umum digunakan terutama untuk

senyawa dari bahan alam adalah metode DPPH. Metode ini menggunakan sumber

radikal bebas berupa senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Metode ini

memiliki kelebihan yaitu mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian aktivitas

antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman.

Kandungan fenolik total dapat ditentukan dengan reagen Folin-Ciocalteu.

Adanya senyawa fenolik dalam sampel uji akan mereduksi reagen

fosfomolibdat-fosfotungstat menjadi produk berwarna biru. Intensitas warna biru yang dihasilkan

sebanding dengan kandungan fenolik yang terdapat dalam sampel.

H. Hipotesis

(38)

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan tahapan penelitian sebagai berikut :

a. Pemilihan dan pengumpulan sampel b. Pembuatan simplisia

c. Ekstraksi dan fraksinasi simplisia d. Penetapan aktivitas antioksidan

e. Penetapan kadar fenolik total dalam ekstrak

B. Variabel Penelitian

Variabel bebas : konsentrasi ekstrak sampel Variabel tergantung : IC50

C. Definisi Operasional

Ekstrak kulit jeruk manis adalah ekstrak kental yang diperoleh dari hasil proses

maserasi dengan menggunakan pelarut etanol.

D. Bahan Penelitian

(39)

berupa metanol dan natrium karbonat. Bahan pro analitik (Sigma) berupa DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl), rutin, asam galat, dan pereaksi Folin-Ciocalteu. Bahan kualitas teknis (Brataco Chemica), yaitu wash bensin dan etil asetat.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex-Germany dan Iwaki), corong pisah, corong buchner, ayakan, vortex (Junke & Kunkel), waterbath (Labo-tech, Heraeus), maserator, vacuum rotary evaporator (Buchii rotavapor) dan spektrofotometer uv-visibel (Shimadzu mini 1240).

F. Tata Cara Penelitian

1. Pemilihan dan pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel kulit jeruk diambil langsung di perkebunannya di daerah Purwokerto, Jawa Tengah dengan memilih jeruk dengan usia tertentu yang merupakan usia konsumsi dari buah jeruk tersebut.

2. Pembuatan simplisia

(40)

3. Ekstraksi dan fraksinasi simplisia

Sebanyak 30 g serbuk simplisia kulit jeruk dimasukkan ke dalam bejana maserasi, ditambah dengan etanol sampai terendam sempurna dan dicampur homogen. Campuran dimaserasi pada suhu ruangan selama tiga hari. Filtrat diperoleh melalui penyaringan menggunakan kertas saring kasar dengan bantuan corong Buchner dan pompa vakum. Ampas penyaringan diremaserasi dengan etanol kembali selama tiga hari. Kemudian filtrat dicampur dengan filtrat terdahulu. Keseluruhan filtrat diuapkan pelarutnya dengan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol kental kulit jeruk.

Ekstrak etanol kental kulit jeruk dilarutkan dalam 100 ml air hangat dan dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan wash bensin dengan perbandingan larutan ekstrak : wash bensin (1:1 v/v), dihasilkan fraksi air dan wash bensin. Kemudian fraksi air diekstraksi kembali menggunakan etil asetat, sehingga didapatkan fraksi air dan fraksi etil asetat. Fraksi etil asetat diuapkan dengan vacuum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kering etil asetat. Parameter kekeringan ekstrak adalah ketika sudah didapatkan bobot tetap yaitu dengan cara ekstrak hasil evaporasi dipanaskan di atas waterbath hingga bobotnya tidak berubah lagi. Ekstrak ini yang digunakan untuk analisis selanjutnya.

4. Uji pendahuluan

(41)

Ciocalteu yang telah diencerkan dengan akuades (1:1 v/v) ke dalam

tabung reaksi. Diamkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 ml larutan

natrium karbonat 1 M. Kemudian amati warna larutan tersebut.

b) Uji aktivitas antioksidan. Sebanyak 1 ml larutan stok DPPH dimasukkan ke dalam tiga tabung reaksi. Ditambahkan masing masing

dengan 1 ml metanol p.a, larutan pembanding rutin 50 g/mL dan

larutan uji 305 g/mL. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan

3 ml metanol p.a. Larutan tersebut kemudian divortex 20 detik.

Diamkan selama 30 menit. Kemudian amati warna pada larutan tersebut.

5. Penetapan kadar fenolik dalam ekstrak

a) Pembuatan larutan asam galat. Dibuat larutan asam galat dengan

konsentrasi 1.000 g/mL dalam aquades : metanol p.a (1:1). Diambil

(42)

c) Validasi metode penetapan kandungan fenolik total. Hasil pengujian kemudian divalidasi berdasarkan parameter presisi (% CV), linearitas (nilai r), serta spesifitas (spektra kontrol).

d) Estimasi kandungan fenolik total larutan uji. Larutan uji diambil 0,5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan kurva baku asam galat. Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat (mg ekivalen asam galat per gram fraksi etil asetat).

6. Penetapan aktivitas antioksidan

a) Pembutan larutan DPPH 0,4 mM. Sebanyak 3,94 mg serbuk DPPH dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, lalu ditambahkan metanol hingga batas tanda. Dihomogenkan dengan bantuan vortex untuk melarutkan DPPH. Larutan harus selalu dibuat baru.

b) Pembuatan larutan rutin 0,250 mg/ml. Sebanyak 2,5 mg rutin dimasukkan dalam labu takar 10 ml, masukkan metanol hingga batas tanda. Ambil sejumlah larutan stok rutin masukkan dalam labu takar, tambahkan metanol hingga batas tanda hingga diperoleh konsentrasi larutan pembanding 12,25; 19,25; 26,25; 33,25; dan 40,25 g/mL.

(43)

d) Penentuan panjang gelombang serapan maksimum. Pada tiga buah labu ukur 10 ml, dimasukan masing-masing 0,5; 1,0; 1,5 ml larutan DPPH.

Ditambahkan larutan tersebut dengan metanol p.a hingga tanda batas.

Larutan tersebut kemudian divortex selama 20 detik. Diamkan selama

OT. Lalu dilakukan scanning panjang gelombang serapan maksimum

dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 400-600 nm.

e) Penentuan operating time. Sebanyak 2,0 ml larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml, tambahkan larutan stok rutin 2 ml kemudian tambahkan metanol hingga batas tanda. Larutan dihomogenkan dengan cara divortex. Setelah itu baca absorbansinya

pada maksimum tiap 5 menit selama 1 jam. Tentukan operating time

reaksi.

f) Penentuan aktivitas antioksidan. 2,0 ml larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml kemudian ditambahkan 2,0 ml larutan uji atau pembanding yang telah diketahui konsentrasinya. Tambahkan metanol hingga batas tanda. Larutan divortex dan didiamkan selama operating time. Baca absorbansinya pada maksimum. Aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus:

% aktivitas antioksidan =

(44)

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi merupakan syarat pertama dan langkah awal yang dilakukan

dalam suatu penelitian dengan menggunakan tanaman. Determinasi tanaman ini

bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas tanaman yang

akan digunakan dalam penelitian serta untuk menghindari terjadinya kesalahan

dalam pengambilan sampel untuk analisis fitokimia. Berdasarkan hasil

determinasi tanaman jeruk manis yang dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, telah dibuktikan bahwa

tanaman yang digunakan untuk penelitian adalah Citrus sinensis (L.)Osbeck.

B. Hasil Pengumpulan Bahan

Buah jeruk manis diperoleh dari daerah Purwokerto, Jawa tengah pada

bulan September 2012. Pengambilan bahan berasal dari satu tempat, hal ini untuk

menghindari variasi kandungan senyawa aktif tanaman. Buah jeruk manis yang

digunakan adalah buah yang sedang dalam usia matang berwarna hijau

kekuningan. Buah jeruk manis dipetik pada pagi hari agar senyawa fenolik yang

terdapat pada tanaman belum termetabolisme menjadi bentuk metabolit sekunder

(45)

C. Hasil Ekstraksi Sampel

Ekstraksi bertujuan menarik kandungan kimia yang diinginkan dari

sampel dengan menggunakan pelarut tertentu dimana komponen yang diinginkan

dapat larut di dalamnya. Sampel yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah

kulit jeruk manis.

Preparasi kulit jeruk manis yang digunakan dalam proses ekstraksi ini

diawali dengan pengeringan terhadap kulit jeruk manis yang diperoleh. Proses

pengeringan dilakukan menggunakan oven pada suhu 500 C selama 24 jam.

Kemudian, kulit jeruk manis yang sudah kering diblender untuk memperluas

permukaan serbuk yang bersentuhan dengan cairan penyari dan mengurangi

ketebalan lapisan kulit sehingga mempermudah proses ekstraksi dan memudahkan

penembusan oleh pelarut/cairan penyari.

Untuk mengekstraksi senyawa fenolik dalam bahan tumbuhan dapat

dilakukan dengan pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dimetilsulfoksida,

dimetilformamida, dan air (Markham, 1988). Alasan tidak digunakan pelarut

aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air adalah senyawa fenolik lebih

larut dalam campuran larutan alkohol dengan air daripada pelarut polar lainnya

(Bruneton, 1999). Pelarut metanol tidak digunakan karena memiliki efek toksik

yang lebih tinggi daripada etanol (Armala, 2009). Pelarut n-butanol tidak

digunakan karena n-butanol lebih non polar serta struktur dari n-butanol lebih

besar sehingga n-butanol kurang begitu bisa masuk ke dalam sel-sel kulit jeruk

(46)

Proses maserasi dilakukan dengan penyari etanol dan menggunakan

bantuan alat shaker. Metode maserasi dipilih karena memiliki kelebihan

dibanding metode lainnya. Selain sederhana dan mudah dilakukan, metode ini

tidak membutuhkan panas sehingga stabilitas senyawa fenolik yang terekstrasi

dari sampel dapat terjaga. Alat shaker digunakan bertujuan untuk membantu

proses maserasi yang lebih efektif karena dengan alat tersebut penyari lebih dapat

kontak langsung ke dalam sel-sel daripada jika didiamkan saja. Maserasi

dilakukan selama tiga hari, dan setelah itu cairan penyari dipisahkan dari

ampasnya menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring dan dengan

bantuan pompa vakum untuk mempercepat dan memaksimalkan hasil

penyaringan. Ampas hasil penyarian kemudian diremaserasi menggunakan etanol.

Remaserasi ini bertujuan untuk memaksimalkan hasil penyarian.

Senyawa-senyawa yang kemungkinan belum tersari karena sudah jenuhnya penyari dapat

tersari pada proses remaserai ini sehingga akan dihasilkan lebih banyak

senyawa-senyawa yang tersari dari sampel.

Ekstrak etanol yang diperoleh diuapkan pelarutnya menggunakan alat

vacuum rotary evaporator sampai hampir semua etanol menguap. Prinsip alat ini

yaitu penguapan dengan pengurangan tekanan. Jika tekanan uap suatu cairan sama

dengan tekanan atmosfer di sekelilingnya maka cairan tersebut akan mendidih,

sehingga dengan adanya pengurangan tekanan pada alat di bawah tekanan

atmosfer akan menyebabkan cairan mendidih di bawah titik didih normalnya.

Ekstrak kental etanol kulit jeruk manis yang didapat kemudian dilarutkan

(47)

ekstrak etanol. Selanjutnya dipartisi menggunakan pelarut washbensin, sehingga

fraksi air berada di bagian bawah dan fraksi washbensin berada di bagian atas. Hal

tersebut dikarenakan berat jenis air (0,996) lebih besar daripada berat jenis

washbensin (0,730) (Departemen Kesehatan, 1995). Proses partisi atau ekstraksi

cair-cair ekstrak etanol ini dilakukan sebanyak tiga kali agar lebih efektif sampai

lapisan washbensin terlihat bening yang menandakan tidak ada lagi senyawa

fenolik yang tertarik ke dalam washbensin. Partisi ini dilakukan dengan

perbandingan pelarut air : washbensin 1:1 (v/v). Bagian yang polar akan

cenderung larut dalam air sedangkan bagian yang non polar akan larut dalam

washbensin. Dalam fraksi washbensin akan diperoleh senyawa-senyawa kimia

yang tidak diinginkan seperti lipid dan klorofil sehingga fraksi ini tidak

diperlukan untuk proses penelitian tahap selanjutnya.

Fraksi air hasil partisi dengan washbensin kemudian dilakukan partisi

atau ekstraksi cair-cair kembali dengan pelarut etil asetat dengan perbandingan

pelarut 1:1 (v/v). Pada partisi air-etil asetat ini fraksi air akan berada pada bagian

bawah dan fraksi etil asetat berada pada bagian atas karena BJ air (0,996) lebih

besar dibandingkan BJ etil asetat (0,898). Proses partisi ini juga dilakukan secara

berulang sampai lapisan atau bagian etil asetat terlihat bening. Fraksi air dan

fraksi etil asetat yang diperoleh dipisahkan dan fraksi etil asetat selanjutnya

diuapkan pelarutnya dengan vacuum rotary evaporator kemudian dipanaskan di

dalam oven hingga kental atau sampai bobot tetap sehingga didapatkan fraksi

(48)

akan digunakan untuk uji aktivitas antioksidan dan ditetapkan kandungan fenolik

totalnya.

Pada penelitian ini digunakan fraksi etil asetat karena peneliti ingin

melihat aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik yang berada pada fraksi etil

asetat. Senyawa fenolik dapat berbentuk glikosida yang bersifat polar dan dalam

bentuk aglikon yang lebih non polar, sehingga ada kemungkinan senyawa fenolik

dapat larut dalam air maupun etil asetat. Penyimpanan fraksi ini dilakukan dengan

menggunakan cawan porselen yang ditutup dengan allumunium foil kemudian

ditempatkan dalam eksikator untuk menjaga kestabilan senyawa dalam fraksi dari

pengaruh cahaya maupun kelembapan lingkungan.

D. Hasil Uji Pendahuluan 1. Uji fenolik

Uji ini memakai prinsip reaksi oksidasi-reduksi pada suasana basa.

Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui secara kualitatif adanya kandungan

senyawa fenolik dalam fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis. Dalam

suasana basa akibat penambahan natrium karbonat, senyawa fenolik akan berubah

menjadi ion fenolat yang bersifat lebih reaktif terhadap adanya pereaksi

Ciocalteu. Ion fenolat tersebut dioksidasi oleh asam dalam pereaksi fenol

Folin-Ciocalteu (asam fosfomolibdat-fosfotungstat) sehingga akan terbentuk larutan

dengan warna biru. Pengujian menunjukkan hasil positif dengan larutan uji

berwarna biru (gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak

(49)

Gambar 3. Hasil uji pendahuluan fenolik (A = kontrol positif [asam galat] + reagen Folin-Ciocalteu, B =,larutan uji [fraksi etil asetat ekstrak

etanol kulit jeruk manis] + reagen Folin-Ciocalteu, C = kontrol negatif [blanko reagen Folin-Ciocalteu])

2. Uji aktivitas antioksidan

Uji ini menggunakan reaksi antara radikal DPPH dengan senyawa

antioksidan. Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui secara kualitatif aktivitas

antioksidan dalam fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis. Keberadaan

senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi

kuning (Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009). Pengujian

menunjukkan hasil positif dengan larutan uji berwarna kuning (gambar 4). Hal ini

menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis memiliki

aktivitas antioksidan.

(50)

Gambar 4. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = kontrol positif [rutin], B = kontrol negatif [blanko DPPH], C = larutan uji [fraksi

etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis] + DPPH)

E. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total (1) Penentuan OT penetapan kandungan fenolik total

Tujuan penentuan OT adalah untuk menetapkan rentang waktu dimana

reaksi antara asam galat dengan pereaksi Folin-Ciocalteu telah berlangsung secara

sempurna.

(51)

Gambar 5. Kurva penentuan OT penetapan kandungan fenolik

Hasil (gambar 5) menunjukkan bahwa dari menit ke-30 sampai 60,

absorbansi senyawa molybdenum blue yang terbentuk telah stabil. Hal ini

menunjukkan bahwa reaksi dalam metode Folin-Ciocalteu telah sempurna sejak

menit ke-30.

(2) Penentuan maksimum penetapan kandungan fenolik total

Dari hasil spektra, senyawa berwarna biru tersebut memiliki

maksimum pada 750 nm (lampiran 4). Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian

yang menyatakan bahwa maksimum senyawa berwarna biru hasil metode Folin-

Ciocalteu berada pada rentang 750-765 nm (Gansch, Weber, dan Lee, 2009;

(52)

F.Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total Untuk mengetahui validitas metode uji aktivitas antioksidan dilakukan

analisis presisi, linearitas, dan spesifisitas terhadap replikasi kandungan fenolik

total. Tiga persamaan regresi linear antara konsentrasi asam galat dengan

absorbansi telah dibuat. Dari ketiga persamaan tersebut dipilih persamaan yang

paling linear yang ditunjukkan oleh nilai r nya. Persamaan regresi linear yang

paling baik didapatkan dari replikasi tiga dengan y = 0,005x – 0,051 dan 0,999

sebagai nilai r. Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung konsentrasi

terukur asam galat. Hasil %CV dapat dihitung jika konsentrasi tersebut telah

didapatkan.

Gambar 6. Kurva persamaan regresi linear penetapan kadar fenolik total

(1) Presisi penetapan kandungan fenolik total

Penilaian presisi berdasarkan pada nilai %CV dari data hubungan antara

seri konsentrasi asam galat dengan absorbansi yang dihasilkan. Dari data pada

(53)

tabel IV, %CV yang dihasilkan berada dalam rentang 0,3435% - 4,3575%.

Persyaratan %CV tersebut untuk asam galat sebagai bahan p.a. terpenuhi. Rentang

%CV yang baik harus ≤ 5% (Harmita, 2004). Metode ini memiliki presisi yang

baik karena memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Tabel IV. Hasil presisi asam galat dari beberapa parameter Konsentrasi

(2) Linearitas penetapan kandungan fenolik total

Hasil nilai koefisien korelasi (r) persamaan regresi linear penetapan

kandungan fenolik total yang paling bagus adalah pada replikasi tiga, yaitu 0,999.

Persyaratan linearitas yang baik jika nilai r > 0,999 terpenuhi. Metode ini

memiliki linearitas yang baik karena memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

(3) Spesifitas penetapan kandungan fenolik total

Dari hasil spektra (lampiran 11), untuk larutan asam galat maupun

larutan uji tidak menunjukkan adanya gangguan berarti terhadap absorbansi

senyawa berwarna biru yang terukur. Oleh karena itu, metode ini memiliki

(54)

G. Hasil Estimasi Kandungan Fenolik Total

Penetapan kandungan fenolik total dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik total pada fraksi etil

asetat kulit jeruk manis. Senyawa fenolik merupakan golongan terbesar dalam

perannya sebagai antioksidan. Maka jumlah atau kandungan fenolik total pada

suatu tumbuhan sangat menentukan atau berpengaruh pada aktivitas

antioksidannya.

Pada penetapan kandungan fenolik total ini menggunakan metode

Follin-Ciocalteu. Metode ini memakai reagen fenol asam fosfomolibdat-fosfotungstat

atau reagen Follin-Ciocalteu. Prinsip reaksi Follin-Ciocalteu ini adalah reaksi

reduksi oksidasi. Senyawa fenolik akan teroksidasi membentuk keton sedangkan

kompleks fosfomolibdat-fosfotungstat yang berasal dari pereaksi Follin-Ciocalteu

akan mengalami reduksi menjadi kompleks molybdenum blue yang berwarna biru.

Penambahan natrium karbonat dimaksudkan agar reaksi berada pada suasana basa

karena pada suasana basa fenolik akan menjadi ion fenolat yang lebih mudah

teroksidasi sehingga akan lebih mudah dan cepat bereaksi dengan pereaksi

(55)

Gambar 7. Reaksi asam galat dengan molibdenum, komponen dari reagen Folin-Ciocalteu (Nunes, et al., 2012)

Untuk dapat membuat kurva baku penentuan kandungan fenolik total

digunakan senyawa baku, yaitu asam galat. Asam galat digunakan sebagai

pembanding karena merupakan suatu senyawa fenolik dan memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat, ketersediaannya juga melimpah di alam dan juga tersedia

dalam kemurnian yang tinggi dengan harga relatif murah dibanding standar lain.

(56)

Tabel V. Hasil pengukuran seri baku asam galat

Replikasi

Konsentrasi Teoritis (µg/mL)

Absorbansi Persamaan regresi linear

I

Tabel VI. Hasil penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis

Kandungan fenolik total ditentukan menggunakan persamaan regresi

linear antara konsentrasi asam galat dengan absorbansi yang didapat setelah

direaksikan dengan pereaksi Follin-Ciocalteu. Tabel V menunjukkan bahwa pada

replikasi tiga memiliki persamaan regresi linear yang paling baik dengan nilai y =

0,0054x – 0,051 dan r = 0,9996. Berdasarkan perhitungan menggunakan

(57)

25,81 ± 0,314 mg ekivalen asam galat per gram fraksi etil asetat ekstrak etanol

kulit jeruk manis (Tabel VI).

H. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan

Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk

pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Koleva, et

al., 2002; Prakash, et al., 2010). DPPH merupakan radikal bebas yang dapat

bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen. Keberadaan

senyawa beraktivitas antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu

menjadi kuning. DPPH mempunyai maksimum pada 517 nm (Dehpour, et al.,

2009). Oleh karena itu, peneliti melakukan scanning maksimum pada pelarut,

fraksi etil asetat, dan rutin pada daerah 400-600 nm (Lampiran 11). Hal ini

dilakukan dengan tujuan memastikan bahwa tidak ada gangguan pengukuran pada

daerah maksimum DPPH yang dapat menyebabkan hasil pengukuran absorbansi

dari DPPH menjadi tidak akurat. Hasil tersebut tidak menunjukkan adanya

gangguan pada daerah maksimum DPPH. Setelah dipastikan tidak terdapat

gangguan maka metode DPPH dapat dilaksanakan untuk menguji aktivitas

antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis. Untuk menguji

aktivitas antioksidan perlu dilakukan terlebih dahulu proses optimasi metode

DPPH. Proses optimasi tersebut berupa penentuan OT dan scanning maksimum

(58)

(1) Penentuan maksimum metode uji aktivitas antioksidan

Tujuan penentuan maksimum adalah untuk menetapkan panjang

gelombang DPPH yang digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran absorbansi

perlu dilakukan pada maksimum karena pada maksimum, dengan hanya

sedikit perubahan konsentrasi akan memberikan perubahan absorbansi yang besar

sehingga didapatkan sensitivitas analisis yang maksimum.

Selain itu, kurva pada maksimum relatif datar sehingga adanya sedikit

pergeseran panjang gelombang karena variasi instrumental, absorbansi tetap

stabil.

Gambar 9. Gugus kromofor dan auksokrom DPPH

Penentuan maksimum dilakukan dengan scanning terhadap tiga seri

konsentrasi larutan DPPH pada panjang gelombang visibel dari 400 nm sampai

600 nm. DPPH bisa terukur pada daerah visibel karena memiliki gugus kromofor

dan auksokrom (gambar 8), sedangkan dengan adanya elektron yang tidak

berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm yang menyebabkan

(59)

keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun dan larutan

menjadi berwarna kuning. Pemilihan rentang panjang gelombang 400-600 nm

didasarkan pada warna DPPH berupa ungu dan maksimum-nya pada 517 nm.

Dari ketiga seri larutan DPPH tersebut, diperoleh maksimum, yaitu pada 515

nm.

(2) Penentuan OT metode uji aktivitas antioksidan

Tujuan penentuan OT adalah untuk menetapkan rentang waktu dimana

larutan pembanding dan uji sudah mereduksi radikal DPPH dengan sempurna

sehingga diperoleh nilai absorbansi yang stabil. Jika nilai absorbansi stabil maka

pengukuran bisa reprodusibel dan meminimalkan kesalahan analisis. Penentuan

OT dilakukan dengan mengukur absorbansi DPPH pada maksimum DPPH yang

telah diukur sebelumnya, yaitu 515 nm setiap 5 menit selama 60 menit pada

larutan pembanding dan uji.

(60)

Gambar 11. Grafik penentuan OT fraksi etil asetat

Hasil penentuan OT terlihat pada gambar 10 dan 11, yaitu pada menit

ke-5 sampai ke-60 baik pada larutan pembanding maupun uji, absorbansi DPPH

memberikan nilai yang semakin stabil, hal ini menunjukkan bahwa reaksi antara

DPPH dengan senyawa antioksidan dalam larutan pembanding dan uji semakin

sempurna dan akhirnya berhenti. Dari gambar 10 dan 11, dapat dinyatakan bahwa

OT pada larutan pembanding (rutin) selama 55 menit, sedangkan pada larutan uji

(fraksi etil asetat) selama 45 menit.

I. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan

Validasi metode analisis adalah suatu penilaian terhadap parameter

tertentu berdasarkan percobaan di laboratorium, untuk membuktikan bahwa

(61)

Untuk mengetahui validitas metode uji aktivitas antioksidan dilakukan

analisis presisi, linearitas, dan spesifisitas terhadap replikasi uji aktivitas

antioksidan rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis.

Tiga persamaan regresi linear antara konsentrasi rutin dan fraksi etil

asetat dengan %IC telah dibuat. Dari ketiga persamaan tersebut dipilih persamaan

yang paling linear yang ditunjukkan oleh nilai r nya. Persamaan regresi linear

yang paling baik untuk rutin diperoleh dari replikasi tiga (y = 1,7697x + 5,8873;

dengan 0,996 sebagai nilai r), sedangkan untuk fraksi etil asetat diperoleh dari

replikasi dua (y = 0,167x + 1,194; dengan 0,996 sebagai nilai r). Persamaan

tersebut digunakan untuk menghitung konsentrasi terukur baik untuk rutin

maupun larutan uji. Hasil %CV dapat dihitung jika konsentrasi tersebut telah

didapatkan. Gambar 12 dan 13 menunjukkan kurva persamaan regresi linear

aktivitas antioksidan rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis.

Gambar 12. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan rutin

(62)

Gambar 13. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit jeruk manis

Dari gambar 12 dan 13, tampak bahwa ada korelasi antara konsentrasi

rutin dan fraksi etil asetat dengan %IC yang ditunjukkan dari koefisien korelasi

grafik (nilai r) yang mendekati nilai satu. Koefisien korelasi tersebut bernilai

positif yang menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi baik rutin maupun

fraksi etil asetat dengan %IC yang dihasilkan sebanding. Semakin besar

konsentrasi dari rutin maupun fraksi etil asetat maka semakin besar %IC yang

dihasilkan, begitu juga sebaliknya.

(1) Presisi metode uji aktivitas antioksidan

Presisi suatu metode analisis dinyatakan dalam persentase Coefficient of

Variation (CV).

aktivitas antioksidan fraksi etil asetat

(63)

Tabel VII. Hasil presisi aktivitas antioksidan standar rutin

Nilai %CV untuk larutan pembanding rutin pada tabel diatas berada pada

rentang 0,383% - 3,778%. Nilai presisi yang masih dapat diterima adalah ≤ 5%

(Harmita, 2004). Pada semua seri konsentrasi larutan pembanding rutin telah

memenuhi nilai presisi yang baik.

Tabel VIII. Hasil presisi aktivitas antioksidan fraksi etil asetat Konsentrasi

0,071% - 0,313%. Nilai presisi yang masih dapat diterima adalah ≤ 5% (Harmita,

2004). Pada semua seri konsentrasi larutan uji diketahui telah memenuhi nilai

presisi yang baik. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa metode DPPH yang

(64)

(2) Linearitas metode uji aktivitas antioksidan

Linearitas suatu metode didasarkan pada nilai koefisien korelasi (r) yang

dihasilkan dari suatu persamaan regresi linier. Linearitasnya dikatakan semakin

baik apabila nilai r semakin mendekati satu. Nilai koefisien korelasi (r) untuk

larutan pembanding rutin untuk replikasi I = 0,9957; replikasi II = 0,9953; dan

replikasi III = 0,99649 (Tabel VI). Data linearitas dapat diterima jika memenuhi

nilai r > 0,995 (Chan, Lam, Herman, Lee, 2005). Dari hasil tersebut, persamaan

kurva baku untuk ketiga replikasi larutan pembanding rutin telah memenuhi

persyaratan lineraitas yang baik.

Tabel IX. Hasil aktivitas antioksidan rutin dengan metode DPPH

Replikasi

Konsentrasi

(µg/mL) % IC Persamaan regresi linier

(65)

Tabel X. Hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis dengan metode DPPH

Replikasi Konsentrasi (µg/mL) % IC Persamaan regresi linier

160 28,90

asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis yang ditunjukan pada tabel X, didapatkan

persamaan regresi linear berturut-turut adalah replikasi satu r = 0,995; r = 0,996,

dan r = 0,995. Tiga hasil ini masih memenuhi nilai koefisien korelasi linearitas

minimal menurut Chan, et al. (2005), yaitu r > 0,995. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan metode ini memiliki linearitas yang baik untuk menganalisis fraksi

etil asetat ekstrak kulit jeruk manis.

(3) Spesifitas metode uji aktivitas antioksidan

Spesifitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat

tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang

mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004). Dalam metode analisis ini

yang menggunakan spektrofotometri visibel pada pengukuran rutin dan fraksi etil

(66)

adanya serapan dari sampel sebelum ditambah DPPH pada panjang gelombang

pengukuran yang digunakan, yaitu 515 nm. Dari hasil spektra terlihat bahwa

larutan rutin, larutan uji fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis dan

pelarut metanol tidak menunjukkan adanya gangguan berarti terhadap absorbansi

DPPH hasil reaksi (Lampiran 11). Dengan demikian dapat dikatakan metode ini

memilki spesifitas yang baik.

Dari hasil validasi metode analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa

metode penangkapan radikal bebas DPPH oleh rutin dan fraksi etil asetat ekstrak

etanol kulit jeruk manis sebagai antioksidan terbukti sudah baik dalam, presisi,

spesifisitas dan linearitas sehingga hasil yang diperoleh dapat dipercaya.

J.Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH Aktivitas antioksidan dari suatu bahan uji dinyatakan dengan IC50. Nilai

tersebut diperoleh dari suatu persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan

antara konsentrasi bahan uji dengan %IC. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin

besar aktivitas antioksidan suatu bahan uji. Tujuan dari uji ini adalah memperoleh

nilai IC50 fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis. Nilai tersebut

(67)

Tabel XI. Hasil perhitungan IC50 rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol

sedangkan larutan uji sebesar 292,09± 0,379 ( g/mL). Untuk melihat signifikansi

antara nilai IC50 rutin dengan larutan uji maka data nilai aktivitas antioksidan diuji

secara statisik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software R 2.14.1.

Langkah pertama dilakukan uji Shapiro-Wilk karena sampel yang digunakan < 50

(Dahlan, 2012). Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan

terdistribusi normal atau tidak. Hipotesis null (Ho) adalah data %IC terdistribusi

normal sedangkan Hipotesis alternatif adalah data %IC tidak terdistribusi normal.

Dari hasil perhitungan Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi (p) untuk IC50

rutin sebesar 0,6361 (Gambar 14) dan larutan uji sebesar 0,2529 (Gambar 15).

Nilai signifikansi yang diperoleh untuk rutin dan fraksi etil asetat lebih besar dari

nilai signifikansi 0,05 (taraf kepercayaan 95%), oleh karena itu Hnull diterima.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan data IC50 rutin dan fraksi etil asetat

Gambar

Gambar 13. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan
Gambar buah jeruk manis dari Purwokerto, Jawa
Gambar 1. Buah jeruk manis
Gambar 2. Struktur rutin
+7

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRACT.

Pada tahun 2006 gerakan pemurnian Islam di Sumbar dilakukan oleh Komite Penegakkan Syariat Islam (KPSI) dengan metode pemurnian yang berbeda dari Paderi,

Di mana sebagai contoh, kolom bagian pertama untuk level pemrosesan, tipe kesenangan, dan tipe keuntungan menggambarkan respon emosional dengan produk pada saat pertama

Universitas Surabaya merupakan institusi pendidikan di Surabaya yang dalam perkembangannya mengambil ャ。ョァセ。ィ@ kerja-sama dalam bidang jasa pemesinan

[9] yang merupakan penghasil arus yang andingkan dengan koil standar, sehingga akan diperoleh suhu bunga api busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam

Adapun solusi yang dapat diberikan sebagai pendamping adalah memberikan motivasi kepada Ibu Siti dan keluarga untuk tetap semangat menjalani hidup dan juga

Uji normalitas menggunakan bantuan komputer dengan menggunakan paket program SPSS ( Statistical Product and Service Solutions ) 16.0 for Windows sebagaimana

Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya