• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:

Rina Hendrawati

M 0405049

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

SKRIPSI

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN

KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

Oleh:

Rina Hendrawati NIM. M0405049

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Tanda Tangan

Pembimbing I Estu Retnaningtyas N., STP., M.Si.

NIP. 19680709 200501 2 001 ………..

Pembimbing II Dr. Sunarto, M.S.

NIP. 19540605 199103 1 002 ………..

Surakarta, ...

Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi

(3)

SKRIPSI

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

Oleh : Rina Hendrawati NIM. M04005049

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 18 Januari 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan

yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, Januari 2011

(5)

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

RINA HENDAWATI

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

ABSTRAK

Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber daya perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam penelitian ini digunakan keong emas (Pomacea canaculiata), selain itu digunakan pakan buatan yang terdiri dari campuran berberapa limbah produksi pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung bawang, tepung kanji, litter (bungkil kacang kedelai), ”janggel jagung”, dan Smart Nutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo setelah pemberian pakan kombinasi pakan campuran dengan keong emas serta konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan (4 kelompok dengan perbandingan konsentrasi antara keong emas dengan pakan campuran yaitu 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% dan 100% pakan campuran, serta 1 perlakuan dengan pakan komersial). Data pertumbuhan ikan lele diambil setiap 10 hari sekali selama 60 hari, dengan menimbang berat dan mengukur panjang ikan lele. Hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam (Anava), apabila perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan atau beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) taraf uji 5%.

Hasil menunjukkan konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo adalah pada konsentrasi 75% keong emas dan 25% pakan campuran. Pakan tersebut memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar sebesar 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%.

(6)

THE GROWTH OF CATFISH (Clarias Gariepinus)

RINA HENDRAWATI

Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta

ABSTRACT

Catfish (Clarias gariepinus) is one of freshwater fishery resources having high economic value. In this research, the researcher used golden snail (Pomacea canaculiata) as one of feed substance which is very potential to be developed as one of animal protein source for fish. According to, golden snail contains of 52.76% protein, 0.68% carbohydrate, and 14.62% fat. Besides, the researcher also used artificial feed consisting of some food production waste, such as fish powder, milk powder, onion powder, cornstarch, litter (coat of soybean), corncob utrient. The purpose of the research is to know the growth and the protein content of catfish after it was given the mixture of combination feed with the golden snail and the optimum concentration of combination of mixing feed with golden snail to increase the growth and protein content of catfish.

This research used complete random plan method (RAL) with 5 group treatment (4 group with concentration comparison between golden snail and mixture feed, they are 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% and 100% mixing feed, with 1 control group which was given the commercial feed). The data of catfish growth was taken once in every 10 day for sixty days long, by measuring the weight and the height of catfish. The result of the research have an analyses with Anava, if the treatment give a significant influence or a real difference, then it can be continued by testing DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) standard of testing 5%.

The result shows the conceration of combination mixture feed with golden snail the optimum degree to increase the growth and protein of catfish is in the conceration 75% golden snail and 25% mixture feed Which the content of the feed is protein, fat, carbohydrate, and rough fiber are 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%.

(7)

(Sm@rt_syuhadaSm@rt_syuhadaSm@rt_syuhadaSm@rt_syuhada).

( Q.S. Asy ( Q.S. Asy ( Q.S. Asy

( Q.S. Asy----Syura : 43 )Syura : 43 )Syura : 43 )Syura : 43 )

( Q.S. Al ( Q.S. Al ( Q.S. Al

(8)

!

!

!

!

"

"

"

"

####

!

!

!

!

$

$

$

$

% &

% &

% &

% & '''' &

&

&

&

()

()

()

()

(9)

Alhamdulillahhirobbil’alamin, segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul: “Pemanfaatan

Limbah Produksi Pangan dan Keong Emas (Pomacea canaliculata) Sebagai Pakan untuk

Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)”. Penyusunan skripsi ini

merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini, penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat

berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada

kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada:

Prof. Drs. Sutarno, M. Sc., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

penelitian untuk keperluan skripsi.

Dra. Endang Anggarwulan, M. Si. selaku Ketua Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin dan saran-saran dalam penelitian.

Estu Retnaningtyas N., STP., M. Si selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi ini.

(10)

bimbingan, saran, dan petunjuknya sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si selaku dosen penelaah II yang telah memberikan

bimbingan, saran, dan petunjuknya sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Biologi yang dengan sabar memberikan pengarahan

yang tiada henti-hentinya dan dorongan baik spiritual maupun materiil sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Kepala dan Staf Laboratorium Pusat, Sub Laboratorium Biologi, Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian

di laboratorium.

Bapak Agung, yang telah memberikan ijin serta tempat kepada penulis untuk

melakukan penelitian untuk keperluan skripsi.

Bapak Mustofa Kamaluddin, yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan

pengarahan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini

Bapak Tri Joko SATKER PBIAT Janti, Klaten yang telah memberikan bantuan dan

pengarahan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Bapak, ibu, kakak serta adekku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan do’a

selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

Teman-temanku Puri, Opie, Mbulugh, Baban, Kemin, Tiwi, Devi, Zarra, Rere, Tari,

Umi Dian, Lita, Ndari, Lina, Isna, dan Puji atas segala bantuan, dukungan dan

persahabatannya selama ini.

Teman-teman seperjuangan Bi05cience, teman Kos Rumah Suci dan

teman-teman Kos Kumala Dewi yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas segala

(11)

bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan yang berupa saran

dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga skripsi ini

bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Surakarta, Januari 2011

(12)

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii b. Lemak, Karbohidrat, Vitamin dan mineral……… c. Pakan Alami dan Pakan Buatan ……… 5 5 6 8 2. Keong Emas ( Pomacea canaliculata) ………... 9

3. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ………

(13)

C. Hipotesis ………. 17

BAB III. METODE PENELITIAN ……… 18

A. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 18

B. Alat dan Bahan ………... 18

C. Rancangan Percobaan ………. 19

D. Cara Kerja ………... 20

E. Teknik Pengumpulan Sampel ………. 28

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 29

(14)

Halaman

Tabel 1. Perbandingan Konsentrasi Keong Emas dan Pakan Campuran 19

Tabel 2. Data Uji Kualitas Pakan 31

Tabel 3. Kadar Protein Ikan Lele 44

Tabel 4. Derajat Kelangsungan Hidup (Sintasan) 47

(15)

Halaman

Gambar 1. Struktur Protein 5

Gambar 2. Keong Emas (Pomacea canaliculata) 9

Gambar 3. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 11

Gambar 4. Bagan Alur Kerangka Penelitian 16

Gambar 5. Efisiensi Pakan Selama Penelitian 36

Gambar 6. Panjang Ikan Lele 38

Gambar 7. Berat Ikan Lele 40

Gambar 8. Laju Pertumbuhan Harian 42

Gambar 9. Retensi Protein 46

Gambar 10. Ikan Lele Perlakuan I 70

Gambar 11. Ikan Lele Perlakuan II 70

Gambar 12. Ikan Lele Perlakuan III 70

Gambar 13. Ikan Lele Perlakuan IV 71

Gambar 14. Ikan Lele Perlakuan K 71

(16)

Halaman

Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Kadar Air 59

Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Kadar Abu 60

Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam Lemak 61

Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Protein Pakan 62

Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam Serat Kasar 63

Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Karbohidrat 64

Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam Berat Ikan Lele 65

Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Panjang Ikan Lele 66

Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Kadar Protein Ikan Lele 67

Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Sintasan Ikan Lele 68

Lampiran 11. Analisis Sidik Ragan Laju Pertumbuhan (SGR) Ikan Lele 69

Lampiran 12. Gambar Ikan Lele Setelah Penelitian 70

(17)

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN

KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias

gariepinus)

RINA HENDRAWATI

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

ABSTRAK

Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber daya perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam penelitian ini digunakan keong emas (Pomacea canaculiata), selain itu digunakan pakan buatan yang terdiri dari campuran berberapa limbah produksi pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung bawang, tepung kanji, litter (bungkil kacang kedelai), ”janggel jagung”, dan Smart Nutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo setelah pemberian pakan kombinasi pakan campuran dengan keong emas serta konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan (4 kelompok dengan perbandingan konsentrasi antara keong emas dengan pakan campuran yaitu 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% dan 100% pakan campuran, serta 1 perlakuan dengan pakan komersial). Data pertumbuhan ikan lele diambil setiap 10 hari sekali selama 60 hari, dengan menimbang berat dan mengukur panjang ikan lele. Hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam (Anava), apabila perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan atau beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) taraf uji 5%.

Hasil menunjukkan konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo adalah pada konsentrasi 75% keong emas dan 25% pakan campuran. Pakan tersebut memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar sebesar 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%.

(18)

THE USE OF FOOD PRODUCTION WASTE AND

GOLDEN SNAIL (Pomacea Canaliculata) AS THE FEED TO INCREASE

THE GROWTH OF CATFISH (Clarias Gariepinus)

RINA HENDRAWATI

Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta

ABSTRACT

Catfish (Clarias gariepinus) is one of freshwater fishery resources having high economic value. In this research, the researcher used golden snail (Pomacea canaculiata) as one of feed substance which is very potential to be developed as one of animal protein source for fish. According to, golden snail contains of 52.76% protein, 0.68% carbohydrate, and 14.62% fat. Besides, the researcher also used artificial feed consisting of some food production waste, such as fish powder, milk powder, onion powder, cornstarch, litter (coat of soybean), corncob

utrient. The purpose of the research is to know the growth and the protein content of catfish after it was given the mixture of combination feed with the golden snail and the optimum concentration of combination of mixing feed with golden snail to increase the growth and protein content of catfish.

This research used complete random plan method (RAL) with 5 group treatment (4 group with concentration comparison between golden snail and mixture feed, they are 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% and 100% mixing feed, with 1 control group which was given the commercial feed). The data of catfish growth was taken once in every 10 day for sixty days long, by measuring the weight and the height of catfish. The result of the research have an analyses with Anava, if the treatment give a significant influence or a real difference, then it can be continued by testing DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) standard of testing 5%.

The result shows the conceration of combination mixture feed with golden snail the optimum degree to increase the growth and protein of catfish is in the conceration 75% golden snail and 25% mixture feed Which the content of the feed is protein, fat, carbohydrate, and rough fiber are 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia menuntut kenaikan

kebutuhan pangan sebagai sumber gizi, khususnya protein untuk pertumbuhan dan

kesehatan. Ikan merupakan bahan pangan berkadar protein tinggi, serta

mengandung asam-asam amino penting yang dibutuhkan oleh manusia. Oleh

karena itu, pengembangan dan peningkatan di bidang perikanan terus dilakukan

oleh masyarakat Indonesia secara intensif untuk memenuhi kebutuhan protein dan

mendapatkan pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang optimal.

Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber daya

perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pemilihan ikan lele

dumbo sebagai ikan budidaya rumah tangga sangat tepat, karena mudah

pemeliharaannya, mudah hidup diperairan yang sangat rendah kualitasnya, dan

tidak tergantung dari satu jenis makanan. Di samping itu lele dikenal dengan rasa

dagingnya yang gurih dan lezat sehingga mudah pemasarannya (Suyanto, 2002).

Dari tahun ke tahun permintaan lele dumbo terus mengalami kenaikan. Pada

tahun 2004, produksi lele budidaya hanya 51.271 ton per tahun, tahun 2005 naik

menjadi 69.386 ton, 2006 (77.272 ton), 2007 (91.735 ton), dan 2008 (108.200 ton)

(Kompas, 2009). Hal tersebut menyebabkan peningkatan budidaya lele dumbo.

Dalam proses budidaya, masih dijumpai beberapa kendala yang

(20)

pakan yang berkisar antara 60-70% dari total biaya produksi. Berdasarkan kondisi

tersebut, maka diperlukan upaya pengembangan pakan berbahan baku sumber

protein lokal yang mudah diperoleh dan memiliki kandungan nutrisi yang sesuai

(Arifin et al., 2008).

Salah satu bahan pakan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan

sebagai sumber protein hewani untuk ikan adalah ”golden snail” atau yang lebih

dikenal dengan sebutan keong emas (Pomacea canaliculata). Menurut Khairuman

(2002), keong emas ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan dapat

dijadikan bahan pakan buatan untuk ikan. Keong emas mempunyai kandungan

protein 52,76%, karbohidrat 0,68%, dan lemak 14,62%. Keong emas mudah

berkembang biak dan mudah diperoleh. Keong emas mempunyai sifat herbivora

poliphagus yaitu sangat rakus terhadap tumbuhan air. Karena itu, dikhawatirkan

pada suatu waktu akan terjadi ledakan populasi keong emas dan menjadi hama

pertanian yang tidak terkontrol sebagaimana yang telah terjadi di Filipina pada

tahun 1987-1988. Dari fenomena di atas maka keong emas dapat digunakan

sebagai pengganti/subtitusi pakan lele untuk menekan harga pakan lele komersial

yang relatif mahal. Selain itu digunakan pakan buatan yang terdiri dari campuran

beberapa limbah produksi pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung

bawang, tepung kanji, litter (kulit kacang kedelai), ”janggel jagung”, dan Smart

nutrien. Pemanfaatan limbah tersebut diharapkan dapat menekan biaya produksi

budidaya lele dumbo.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk mengetahui efektifitas

(21)

terhadap kualitas ikan yang dihasilkan perlu dilakukan penelitian, untuk

mengetahui kandungan gizi pakan serta kadar protein dan laju pertumbuhan ikan.

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kandungan gizi pakan meliputi kadar

protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, abu, dan air, yang semuanya merupakan

sumber energi utama bagi ikan dan bermanfaat bagi kesehatan manusia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa kadar protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, abu, dan air pada pakan

kombinasi pakan campuran dengan keong emas?

2. Bagaimanakah pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus) setelah pemberian pakan kombinasi pakan campuran

dengan keong emas?

3. Pada konsentrasi berapakah kombinasi pakan campuran dengan keong emas

yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui berapa kadar protein, lemak, karbohidrat, serat kasar,

abu, dan air pada pakan kombinasi pakan campuran dengan keong emas.

2. Mengetahui pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus) setelah pemberian pakan kombinasi pakan campuran

dengan keong emas.

3. Mengetahui konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas

yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan

lele dumbo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan limbah

produksi pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung bawang, dan

janggel jagung untuk dijadikan sebagai pakan ikan.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang konsentrasi keong emas

yang efektif sebagai campuran pakan tambahan ikan untuk budidaya ikan

guna memperoleh hasil dengan peningkatan kadar protein dan

pertumbuhan.

3. Dengan pemanfaatan keong emas ini diharapkan dapat mengurangi

dampak negatif keong emas terhadap kualitas lingkungan dan menambah

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pakan

Pakan merupakan sumber energi bagi ikan untuk kelangsungan hidup dan

kelestarian keturunannya. Energi dalam pakan dapat dimanfaatkan setelah pakan

tersebut dirombak menjadi komponen lebih sederhana (Afrianto, 1995).

Sebagaimana halnya mahkluk hidup lain, ikan juga membutuhkan zat-zat gizi

tertentu dalam kehidupannya. Zat gizi yang diperlukan adalah protein, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral dan air (Mujiman, 2000).

a. Protein

Nutrien utama dalam makanan ikan adalah protein, lemak, karbohidrat,

serta sejumlah kecil vitamin dan mineral. Protein merupakan unsur yang paling

penting, protein adalah zat makanan yang mengandung C, H, O dan N

(Soedarmo, 1974). Struktur protein ditunjukkan pada gambar 1.

Karbon Rantai samping

R

COOH C H2N

H

Gugus asam karboksilat Gugus amino

(24)

Protein merupakan unsur yang paling penting dalam penyusunan formulasi

pakan, karena protein dapat memacu pertumbuhan ikan. Protein mempunyai

fungsi yaitu sebagai berikut :

a) Membentuk berbagai jaringan baru untuk pertumbuhan dan mengganti

jaringan yang rusak.

b) Komponen penyusun enzim dan hormon yang mengatur berbagai proses

metabolisme dalam tubuh ikan (Soedarmo, 1974).

Tubuh ikan tidak dapat mensintesis protein dan asam amino sehingga

adanya protein dalam pakan ikan mutlak dibutuhkan (Mutirdjo, 2001). Menurut

Fujaya (1999), kebutuhan protein untuk ikan berbeda-beda menurut spesiesnya

dan pada umumnya berkisar antara 20%-60%. Variasi dan kebutuhan akan

protein dipengaruhi oleh jenis, umur dan daya cerna ikan, kondisi lingkungan,

kualitas protein, temperatur air, dan sumber protein tersebut. Pada tubuh ikan,

protein mulai dicerna di lambung. Produk buangan sebagai hasil metabolisme

protein dalam jaringan berupa urea, asam urat, dan kreatinin. Menurut Afrianto

(1995) pakan dengan kandungan protein rendah akan mengurangi laju

pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan

menjadi mudah terserang penyakit.

b. Lemak, Karbohidrat, Vitamin dan Mineral

Lemak yang terkandung dalam makanan ditentukan oleh kandungan asam

lemaknya terutama asam lemak esensial. Asam lemak yang sangat penting

(25)

Menurut Soedarmo (1974), selain sebagai bahan bakar tubuh, lemak membantu

penyerapan mineral-mineral tertentu terutama kalsium serta penyerapan

vitamin-vitamin yang terlarut.

Karbohidrat mempunyai fungsi utama sebagai penghasil energi

(Soedarmo, 1974). Kebutuhan ikan terhadap karbohidrat sangat tergantung pada

jenis ikan. Golongan ikan karnivora membutuhkan karbohidrat lebih kurang 9%,

golongan ikan omnivora memerlukan karbohidrat hingga 18,6%, dan ikan

herbivora memerlukan karbohidrat lebih banyak lagi, yaitu mencapai 61%

(Mujiman, 2000).

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan dalam jumlah yang relatif

sedikit terutama untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan ikan dan hanya

dapat diperoleh dari makanan Vitamin secara spesifik diperlukan dalam

metabolisme yaitu sebagai koenzim. Selain itu fungsi vitamin lainnya adalah

untuk mempertahankan fungsi berbagai jaringan serta mempengaruhi

pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru. Dari sifat fisiknya, vitamin dapat

dibagi ke dalam dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam lemak yang

meliputi vitamin A, D, E, K, vitamin yang larut dalam air meliputi vitamin C

dan vitamin B kompleks yaitu vitamin B1, B2, B6, B12 (Soedarmo, 1974).

Menurut Soedarmo (1974) unsur-unsur mineral yang diperlukan dalam

jumlah yang sangat sedikit tetapi esensial. Mineral yang dibutuhkan oleh ikan

antara lain kalsium, fosfor, natrium, mangan, besi, tembaga, yodium, dan kobalt.

Besi dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan mangan berpengaruh

(26)

c. Pakan Alami dan pakan Buatan

Secara ekologis, makanan alami ikan dapat dikelompokkan sebagai

plankton, nekton, bentos, perifiton, epifiton, dan neustron (Mujiman, 2000).

Makanan alami dari ikan lele terdiri dari plankton, udang-udangan kecil, siput,

cacing, jentik nyamuk (Santoso, 1994).

Dalam budidaya ikan secara intensif menuntut tersedianya pakan dalam

jumlah yang cukup, tepat waktu, dan kontinyu. Budidaya ikan dengan

mengandalkan pakan alami kadangkala banyak mengalami gangguan, sebab

pertumbuhan pakan alami banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor alam dan

lingkungan seperti cahaya, temperatur, bahan beracun, hama penyakit, dan

lain-lain (Mujiman, 2000). Pembuatan pakan didasarkan pada pertimbangan

kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomisnya.

Berdasarkan tingkat kebutuhannya, pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu (1) pakan tambahan, (2) pakan suplemen, dan (3) pakan utama.

Penggunaan pakan buatan dapat memperoleh banyak keuntungan, antara lain

dapat meningkatkan produksi melalui metode padat penebaran yang tinggi

dengan waktu pemeliharaan yang lebih pendek serta dapat memanfaatkan

limbah industri pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung bawang,

janggel jagung yang digunakan sebagai pakan campuran.

Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan runcah (tidak bernilai ekonomis)

yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Kandungan gizi:

protein 22.65%; lemak 15.38%; abu 26.65%; serat 1.80%; air 10.72%

(27)

dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya.

Pemanasan yang berlebihan akan menyebabkan tepung ikan menjadi coklat dan

proteinnya cenderung menurun atau rusak.

Susu sapi adalah suatu hasil sekresi mamalia sebagai nutrisi. Susu

merupakan produk alam yang memiliki gizi yang lengkap. Susu mengandung

protein, lemak, karbohidrat, air, garam anorganik dan vitamin (Saleh, 2004).

Pada umumnya limbah jagung yang dihasilkan oleh petani belum dimanfaatkan

secara optimal untuk pakan ternak. Salah satunya adalah” janggel” yang

diperoleh setelah jagung dipipil. Analisis kandungan nutrisi dari “janggel

jagung” adalah kadar air 59.21 %; protein kasar 3.25 %; lemak kasar 0.33 %:

serat kasar 29.89 %; abu 1.49 % (Rohaeni et al., 2004).

2. Keong Emas (Pomacea canaliculata)

Gambar 2. Keong Emas (Pomacea canaliculata)(Cowie et al., 2006)

Keong emas (Pomacea canaliculata) mempunyai sifat herbivora

poliphagus yang sangat rakus terhadap berbagai jenis tumbuhan air. Menurut

Pitojo (1996) tempat tinggal keong emas di alam merupakan tempat yang dapat

(28)

keong emas berwarna coklat muda, dagingnya berwarna putih susu sampai merah

keemasan atau oranye seperti pada Gambar 2.

Menurut Andrew (1964), Hyman (1967), dan Pennak (1978) dalam Pitojo

(1996), klasifikasi dari keong emas adalah sebagai berikut :

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Sub Class : Prosobranchia

Ordo : Megastropoda

Superfamily : Cyclophorae/Architaeniglossa

Family : Ampulliidae

Genus : Pomacea

Species : Pomacea canaliculata

Keong emas (Pomacea canaliculata) mempunyai sifat herbivora

poliphagus yang sangat rakus terhadap berbagai jenis tumbuhan air. Menurut

Pitojo (1996) tempat tinggal keong emas di alam merupakan tempat yang dapat

mendukung keperluan hidupnya, antar lain tersedianya makanan, tempat

perlindungan, serta lingkungan yang sesuai untuk berkembang biak. Cangkang

keong emas berwarna coklat muda, dagingnya berwarna putih susu sampai merah

keemasan atau oranye seperti pada Gambar 2.

Menurut Khairuman (2002), keong emas maupun bekicot umumnya

merupakan musuh para petani karena hewan tersebut dapat menyerang tanaman

padi milik petani. Daging keong emas di Filipina dikonsumsi sebagai bahan

(29)

3. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Gambar 3. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) (Anonim, 2009)

a. Klasifikasi

Klasifikasi dari lele Dumbo menurut Djatmiko dkk. (1986) dalam Anonim

(2009) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Telestotei

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidea

Genus : Clarias

(30)

b. Deskripsi

Lele dumbo mempunyai ciri bentuk badan pipih kesamping, bagian

kepalanya pipih ke bawah, bagian tengah membulat, bagian belakang pipih ke

samping seperti yang terlihat pada Gambar 3. Tubuhnya memanjang serta

tidak mempunyai sisik, namun tetap licin jika dipegang karena dilapisi lendir

(mucus).

Ciri-ciri morfologis lele lainnya adalah mempunyai patil atau taji yang

sangat tajam dan berbisa terutama lele usia remaja dan dewasa. Lele

mempunyai alat pernapasan tambahan (arborescen organ) yang tumbuh pada

lembar insang ke-2 dan ke-4. Dengan organ tambahan pernapasan

memungkinkan ikan lele dapat mengambil O2 langsung dari udara, O2

diabsorbsi dari udara melalui dinding organ tersebut.

Pada bagian lain yaitu sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke

pangkal ekor, namun tidak menyatu dengan sirip ekor. Bagian punggung

berwarna hijau kegelapan dan bagian perut berwarna putih keperakan. Lele

selain mengenal mangsanya dengan alat penciuman juga dapat mengenal dan

menemukan makanannya dengan rabaan (tentakel) yaitu dengan

menggerak-gerakkan salah satu sungutnya terutama sungut mandibular (Santoso, 1994).

c. Habitat

Menurut Suyanto (2002) lele dapat hidup baik di dataran rendah sampai

500 m di atas permukaan laut, pada suhu air 250 – 300C. Sedangkan pada

(31)

demikian juga pada suhu dingin misalnya di bawah 200C. Lele lebih menyukai

perairan tenang, tepian dangkal, terlindung dan membuat lubang sebagai

sarang untuk melangsungkan perkawinannya sampai menginjak dewasa

(Santoso, 1994). Ariffudin et al., (2007) mengatakan parameter kualitas air

yang baik untuk pemeliharaan ikan lele dumbo adalah pH air berkisar antara

6-9 dan oksigen terlarut di dalam air > 1 mg/l.

4. Pertumbuhan

Menurut Fujaya (2004) pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan

ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan pada organisme dapat terjadi

secara sederhana dengan peningkatan jumlah sel-selnya, dan juga dapat terjadi

sebagai akibat dari peningkatan ukuran sel. Pada umumnya, pertumbuhan ditandai

oleh adanya peningkatan jumlah dan ukuran sel. Pada organisme, agar

pertumbuhan dapat terjadi, maka laju sintesis molekul yang kompleks dari

organisme itu misalnya protein, harus melebihi laju perombakannya. Artinya

harus ada tambahan molekul organik (asam amino, asam lemak, gliserol dan

glukosa) yang diambil oleh organisme itu dari lingkungannya.

Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika ada materi untuk membangun suatu

struktur atau organ dan energi untuk proses pembangunannya. Protein,

karbohidrat, dan lemak diperlukan oleh tubuh ikan sebagai materi dan energi

untuk pertumbuhan dan diperoleh dari pakan yang dikonsumsi. Selanjutnya agar

dapat dimanfaatkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pakan yang dikonsumsi ikan

(32)

Pakan dengan kandungan protein rendah akan mengurangi laju

pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan

menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak dan asam lemak akan

menyebabkan pertumbuhan terhambat, kesulitan reproduksi dan warna kulit tidak

normal. Kelebihan protein dan lemak akan mengakibatkan penimbunan lemak di

hati dan ginjal, sehingga ikan menjadi terlalu gemuk, nafsu makan berkurang, dan

bengkak di sekitar perut (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Pencernaan lemak secara intensif dimulai pada segmen usus. Garam

empedu dan lipase pankreatik akan mengubah lemak menjadi partikel lemak

berukuran kecil yang disebut micel yang akan diserap oleh dinding usus

(enterosit). Beberapa lemak yang disimpan dalam depot lemak sering sebagai

trigliserida untuk memudahkan penyediaan energi bagi proses metabolisme.

Beberapa trigliserida dapat dikonversi menjadi fosfolipid dengan melepas satu

dari tiga asam lemak dari gliserol dan menggantikannya dengan kelompok fosfat.

Fosfolipid sebagai komponen penting dalam pembentukan struktur membran sel

sehingga esensial dalam membentuk jaringan baru. Lemak tidak jenuh pada ikan

dapat dicerna dan diasimilasi tetapi biasanya tidak dimanfaatkan untuk

pertumbuhan atau untuk energi dan hanya terakumulasi di dalam otot dan sebagai

lemak organ dalam (Fujaya, 2004).

Karbohidrat dalam pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida,

disakarida, dan monosakarida. Karena ikan tidak memiliki air liur maka

pencernaan karbohidrat dimulai pada segmen lambung, tetapi secara intensif

(33)

diserap oleh dinding usus dalam bentuk glukosa, setelah diabsorbsi oleh sel,

glukosa dapat segera diubah menjadi energi atau dapat disimpan dalam bentuk

glikogen. Alur penting dalam metabolisme karbohidrat adalah piruvat yang dapat

diubah menjadi laktat tanpa membutuhkan oksigen (glikolisis anaerob). Dengan

demikian, dibawah kondisi khusus, misalnya dalam aktivitas renang cepat, energi

tetap dapat diproduksi walaupun dalam jumlah kecil sambil menunggu sistem

pernapasan membawa oksigen tambahan. Reaksi anaerobik ini pada akhirnya

menghasilkan laktat sehingga laktat akan terakumulasi (khususnya dalam jaringan

otot) sampai oksigen dapat dimanfaatkan. Laktat akan diubah menjadi

karbondioksida dan air melalui proses oksidasi (Fujaya, 2004).

B. Kerangka Pemikiran

Penyediaan pakan buatan memerlukan biaya yang relatif tinggi. Salah satu

alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan keong emas yang

merupakan salah satu hama pertanian. Daging keong emas mengandung protein

tinggi sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pakan tambahan untuk

dikombinasikan dengan pakan campuran yang dibuat dari berberapa limbah

produksi pangan seperti tepung ikan, tepung bawang, tepung susu, tepung kanji,

janggel jagung, litter dan Smart nutrien. Limbah produksi pangan ini mengandung

nutrisi tinggi sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kadar

protein ikan lele dumbo. Dengan meningkatnya pertumbuhan maka dapat

meningkatkan pula hasil budidayanya. Adapun kerangka pemikiran dalam

(34)
(35)

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dikemukakan hipotesis

bahwa :

1. Pakan dari berberapa campuran limbah produksi pangan dan keong emas

sebagai pakan ikan dapat diketahui kadar protein, lemak, karbohidrat, serat

kasar dan air.

2. Adanya peningkatan kadar protein daging dan laju pertumbuhan ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) setelah pemberian pakan kombinasi pelet

campuran dengan keong emas.

3. Terdapat kosentrasi optimal kombinasi pelet campuran dengan keong emas

untuk meningkatkan kadar protein daging dan laju pertumbuhan ikan lele

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan April - Juni,

pemeliharaan ikan dilakukan di Desa Kadireso Teras Boyolali. Untuk pengujian

kualitas dilaksanakan di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA dan

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Dalam pembuatan pakan tambahan digunakan blender, timbangan listrik,

mixer, mesin pencetak pelet, scruder, dan granulator.

b. Analisis proksimat pakan digunakan alat – alat kaca, timbangan, oven,

eksikator, batu didih, soxlet, labu kjeldahl, disceting kit, perangkat distilasi

uap, buret, hot plate, pipet, dan porselin.

c. Untuk pemeliharaan ikan digunakan kolam (berukuran 3 x 2 x 0.7 meter),

selang air, jaring ikan dan gayung untuk sampling.

d. Pengukuran kualitas air digunakan DO kit, dan pH meter.

(37)

2. Bahan

a. Hewan uji berupa ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) umur satu bulan

sebanyak 450 ekor.

b. Pelet buatan terdiri dari : tepung ikan 20%, tepung susu 5%, tepung bawang

5%, tepung kanji 9%, Litter 28%, janggel jagung 28% dan Smart nutrien 5%.

c. Keong emas.

d. Jaring ukuran 5 mm.

e. Kertas lakmus.

f. Kemikalia untuk pengukuran kandungan nutrisi pakan berupa NaOH, H2SO4,

Aseton C2+ dan kloroform.

g. Kemikalia untuk uji protein ikan, yaitu campuran destruksi (1 bagian CuSO4

dan 9 bagian K2SO4), H2SO4 pekat, aquadest, indikator phenolphathalen, asam

borat, indikator Tashiro, NaOH, dan HCl.

C. Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap terdiri dari 4

perlakuan dengan masing – masing perlakuan dibuat 3 kali ulangan ditambah 1

perlakuan dengan 100% pakan komersial. Perlakuan tersebut meliputi :

Tabel 1. Perbandingan konsentrasi keong emas dan pakan campuran

Perlakuan Pakan Campuran (%) Keong Emas (%)

PI 75 25

PII 50 50

PIII 25 75

PIV 100 0

(38)

D. Cara Kerja

a. Persiapan Pembuatan Pakan

1. Pembuatan Tepung Ikan

Afkir ikan direbus dalam air selama ± 30 menit, kemudian air

rebusannya dibuang dan ikan dikeringkan dengan cara dijemur. Pada saat

penjemuran, sesekali ikan dibalik agar pengeringan merata. Selanjutnya ikan

digiling menjadi tepung.

2. Pembuatan Tepung Susu

Tepung susu yang digunakan adalah limbah dari pabrik susu bubuk yang

dibersihkankan.

3. Pembuatan Tepung Bawang

Kulit bawang dikeringkan dengan cara dijemur. Setelah kering digiling

menjadi tepung dan diayak. Bagian yang diambil adalah hasil ayakan yang

lembut.

4. Pembuatan Tepung Janggel Jagung

Janggel jagung dipotong-potong, kemudian difermentasi dengan

Bacillus sp. Kemudian hasil fermentasi digiling menjadi tepung dan diayak.

Bagian yang diambil adalah hasil ayakan yang lembut.

5. Pembuatan Tepung Keong Emas

Keong emas direbus dengan ditambahkan garam (1kg daging keong

emas : 2 sendok garam), hal ini untuk menghilangkan lender dan menetralkan

sifat asamnya. Daging keong emas dipanaskan selama 30 menit pada suhu air

(39)

turun, oleh karena itu digunakan suhu maksimal 600C. Setelah perebusan,

keong emas matang ditiris dan dijemur sampai kering, pengeringan dilakukan

untuk mengurangi kadar air dalam keong agar daya simpanya lama. Kemudian

daging keong emas diblender atau digiling hingga menjadi tepung.

b. Pembuatan Pakan

Semua bahan yang terdiri dari Smart nutrient, tepung bawang, janggel

jagung, tepung susu, tepung ikan, litter dan larutan tepung kanji, dicampur ke

dalam mixer dengan komposisi sesuai pada macam perlakuan yang di berikan.

Setelah semua bahan tercampur selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin pencetak

dan scruder yang berfungsi untuk mengapungkan pakan. Tahap berikutnya pakan

dimasukkan ke mesin granulator untuk memisahkan pakan yang utuh dengan

pakan yang hancur, selanjutnya dikeringkan dibawah sinar matahari.

c. Pelaksanaan Percobaan

a. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Pada setiap

ulangan disiapkan kolam ukuran 0.6 x 0.5 x 0.6 meter untuk 30 ekor ikan lele

dumbo dengan volume air 15 liter. Kondisi ini mengacu pada Galeriukm

(2009) bahwa untuk pembesaran sampai tingkat konsumsi digunakan kolam

dengan ukuran 2 x 1 x 0.6 meter, diisi dengan 100 ekor lele dumbo dimana

setiap ekor ikan mempunyai panjang 5-7 cm. Dengan demikian dalam setiap

perlakuan menggunakan 3 ulangan yang terdiri dari 3 kolam masing – masing

(40)

b. Ikan lele dumbo yang berumur satu bulan sebanyak 90 ekor ikan dimasukkan

dalam 3 kolam yang telah diisi air.

c. Sebelum perlakuan, terlebih dahulu dilakukan aklimasi terhadap ikan lele

selama 10 hari.

d. Setelah aklimasi, diambil dua ikan untuk pengambilan data kadar protein

awal. Data pendukung untuk mengetahui kualitas air kolam meliputi kondisi

fisik dan kimia air meliputi temperatur, pH dan DO. Variabel yang diukur

untuk mengetahui pertumbuhan ikan adalah berat ikan yang diukur dengan

timbangan O’Hauss dan panjang standar ikan diukur dengan penggaris.

e. Ikan diberi perlakuan dengan perbedaan ransum penambahan keong emas

pada pakan ikan dengan konsentrasi yang berbeda.

f. Ransum diberikan tiga kali sehari yaitu pada jam 08.00, 12.00 dan 16.00

(Honorius, 1996). Ransum diberikan sebanyak 2-5% dari berat tubuh lele.

g. Pengambilan data untuk kualitas air dilakukan 10 hari sekali diikuti dengan

pengukuran berat total dan panjang standar ikan. Pengambilan data

dilaksanakan pada pagi hari sebelum diberi ransum.

h. Pengamatan uji kadar protein dilakukan pada awal dan akhir penelitian untuk

mengetahui nilai retensi protein. Sampel yang diambil adalah jaringan otot

(daging) ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) bagian dorsal dari masing –

(41)

d. Analisis Nutrisi Pakan

a) Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Kjeldahl :

Sampel diambil sebanyak 1 – 2 gram, digerus kemudian dimasukkan

dalam labu Kjeldhal lalu ditambahkan 3 gram campuran destruksi (1 bagian

CuSO4 dan 9 bagian K2SO4) dan 20 ml H2SO4 pekat. Labu Kjeldhal

dipanaskan di atas tungku pemanas hingga warna larutan yang semula hitam

berubah menjadi berwarna jernih selama pemanasan. Setelah destruksi selesai,

labu Kjeldahl didinginkan, kemudian permukaan dalam labu tersebut dibilas

dengan aquadest dan larutan dicampur hingga homogen. Larutan sampel hasil

destruksi dimasukkan dalam perangkat destilasi uap dan ditambahkan 3 tetes

indikator phenolphthalen. Larutan penampung dipasang dalam gelas piala

(berisi 50 ml larutan 2% asam borat dan 5 tetes indikator Tashiro) di bawah

ujung pendingin di mana ujungnya tercelup ke dalam larutan penampung.

Kemudian larutan NaOH pekat dituang secara bertahap sampai larutan sampel

bersifat alkalis. Destilasi diakhiri bila destilat yang menetes bereaksi netral

terhadap lakmus merah dan warna larutan penampung menjadi hijau. Larutan

penampung dititrasi dengan larutan 0,1 N HCl hingga warna larutan berubah

kembali menjadi merah muda (pink).

Kadar protein dihitung dengan rumus (Sudarmadji, 1988) :

(42)

b)Pengukuran Kadar Lemak

Labu penyaring (ekstraksi) berisi butir batu didih dikeringkan

menggunakan alat pengering bersuhu 105º-110°C selama 1 jam, kemudian

didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (a). Sampel ditimbang sebanyak 1

gr (X), kemudian dimasukkan ke dalam selongsong penyaring dan ditutup

dengan kapas. Selongsong penyaring dimasukkan ke dalam soxhlet kemudian

disaring dengan kloroform sampai jernih. Labu penyaring dikeringkan dengan

alat pengering bersuhu 105º-110°C selama 1 jam, kemudian labu didinginkan

dengan eksikator sampai diperoleh berat konstan (b).

Kadar lemak dihitung dengan rumus :

Kadar Lemak = b – a X 100 % x

Keterangan : b = Berat konstan (akhir) labu

a = Berat awal labu

X = Berat sampel

(Anggorodi, 1979)

c) Pengukuran Kadar Serat Kasar

Sampel ditimbang sebanyak 1 gr (X) dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 300 ml kemudian ditambah 50 ml H2SO4 3 N lalu dipanaskan

sampai mendidih selama 30 menit. Kertas saring dikeringkan pada suhu

105º-110°C selam 1 jam, kemudian ditimbang (Z) dan dimasukkan ke dalam corong

(43)

pancaran air, kemudian dicuci dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, dan

50 ml aseton secara berturut–turut. Setelah itu, kertas saring dan isinya

dimasukkan ke dalam cawan petri dan dikeringkan selama 1 jam di dalam alat

pengering bersuhu 105º-110°C, kemudian didinginkan di dalam eksikator dan

ditimbang (Y), lalu dipijarkan, didinginkan dan ditimbang (A)

Kadar serat kasar dihitung dengan rumus:

Keterangan : Y = Berat kertas saring setelah pengeringan akhir

Z = Berat kertas saring setelah pengeringan awal

A = Berat kertas saring setelah pemijaran

X = Berat sampel

(Anggorodi, 1979)

d)Pengukuran Kadar Air

Botol dan tutupnya ditimbang dan dikeringkan pada suhu 105º-110°C

selama 10-12 jam, kemudian botol tersebut didinginkan dengan eksikator

selama 30 menit, lalu botol ditimbang. Sampel sebanyak 1 gr dimasukkan ke

dalam botol yang sudah dikeringkan, kemudian botol beserta isinya ditimbang

(A), lalu dikeringkan pada suhu 105º - 110°C sampai diperoleh berat yang

konstan (B).

Kadar air dihitung dengan rumus :

Kadar Serat Kasar = Y – Z - A X 100 % X

(44)

Keterangan : A = B

ikeringkan dalam alat pengering bersuhu 10

kan dalam eksikator dan ditimbang (X). Sampel s

alam porselen (Y), kemudian dibakar diatas bunse

Cawan porselen dan sampel yang sudah dibakar di

ersuhu 400ºC sampai sampel menjadi putih,

timbang (Z).

dengan rumus :

= Berat akhir cawan porselen dan sampel

X = Berat cawan porselen

Y = Berat sampel

(Anggor

Karbohidrat

kadar karbohidrat dilakukan dengan metode ”Car

(45)

e. Analisis Pertumbuhan Ikan Lele

a) Pengukuran Pertumbuhan Ikan Lele

1. Berat ikan lele ditimbang menggunakan timbangan O’Hauss.

2. Panjang standar ikan lele diukur dari ujung kepala paling depan sampai

pelipatan pangkal sirip ekor menggunakan mistar dan kertas milimeter.

b) Derajat Kelangsungan Hidup (Sintasan) menurut Effendi dalam Fuad

Muhammad (1996) dihitung dengan rumus :

Keterangan : S = Derajat kelangsungan hidup (sintasan)

Nt = Jumlah ikan diakhir penelitian

No = Jumlah ikan diawal penelitian

c) Laju Pertumbuhan Harian (Effendi dalam Fuad Muhammad, 1996) dihitung dengan rumus :

Keterangan : Wt = Berat akhir ikan

Wo = Berat awal ikan

t1 = Waktu awal (hari)

t2 = Waktu akhir (hari)

SGR = Laju pertumbuhan harian (%) S = Nt X 100 %

No

(46)

d) Retensi Protein (PR) menurut Buwono (2004) dihitung dengan rumus:

Keterangan :

JPS akhir = Jumlah protein yang disimpan dalam tubuh ikan pada

akhir penelitian (g)

JPS awal = Jumlah protein yang disimpan dalam tubuh ikan pada

awal penelitian (g)

JPB = Jumlah protein yang diberikan (g)

e) Effisiensi Pakan (FE) menurut Huisman dalam Ing Mokoginta et al. (1995)

dihitung dengan rumus :

Keterangan : Wt = Berat akhir ikan lele

Wo = Berat awal ikan lele

D = Berat ikan nila yang mati

F = Berat pakan yang diberikan

PR = JPS akhir (g) – JPS awal (g) X 100 % JPB (g)

(47)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara random

sampling. Untuk uji kadar nutrisi pakan, kadar protein ikan, dan pertumbuhan

setiap kelompok perlakuan diambil 3 kali ulangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data pertumbuhan ikan lele diambil setiap 10 hari sekali selama 60 hari.

Dilakukan pengamatan pertumbuhan ikan lele dengan menimbang berat dan

mengukur standar ikan lele sebagai parameter pertumbuhan, dilakukan sebanyak 3

kali ulangan. Data hasil pengamatan dicatat pada data hasil penelitian. Kadar

protein ikan diukur pada awal dan akhir penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh masing – masing perlakuan, maka hasil

pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam (Anava). Jika perlakuan

memberikan pengaruh yang signifikan atau beda nyata, maka dilanjutkan dengan

uji DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) taraf uji 5% untuk mengetahui letak

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pakan

Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup, pemberiannya tepat waktu

dan bernilai gizi baik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

kegiatan usaha budidaya ikan (Sahwan, 2002). Afrianto dan Liviawaty (1992),

menambahkan bahwa pemberian pakan tambahan bagi ikan budidaya sangat

penting, terutama pada lokasi yang kandungan pakan alaminya tidak mencukupi

kebutuhan. Jumlah dan kualitas pakan tambahan tersebut juga perlu diperhatikan

karena sangat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ikan.

Dalam penelitian ini, komposisi pakan buatan terdiri dari tepung ikan,

tepung susu, tepung bawang, tepung kanji, Litter, ”janggel jagung”, Smart nutrien

dengan ataupun tanpa penambahan tepung keong emas. Pakan tersebut dibuat

dengan 4 macam komposisi yang berbeda yaitu pada perlakuan I terdiri dari 25%

keong emas dan 75% pakan campuran, perlakuan II terdiri dari 50% keong emas

dan 50% pakan campuran, perlakuan III terdiri dari 75% keong emas dan 25%

pakan campuran serta perlakuan IV yaitu 100% pakan campuran. Pemberian

pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00

selama 60 hari penelitian. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992), jarak waktu

pemberian pakan selama empat jam karena ikan membutuhkan suplay makanan

(49)

Jumlah pakan yang diberikan didasarkan pada berat total ikan yang

dipelihara yaitu sebesar 2-5% dari berat total ikan. Perubahan jumlah pakan dapat

dilakukan setiap saat, tetapi sebaiknya dilakukan satu atau dua minggu sekali,

sebab penimbangan ikan yang terlalu sering akan menimbulkan stres pada ikan

yang dapat menganggu pertumbuhan (Mudjiman, 1989). Hal ini pula yang

menjadi alasan pengambilan data dilakukan setiap 10 hari sekali.

1. Kualitas Pakan

Pada masing-masing perlakuan, dilakukan uji kualitas pakan yang terdiri

dari uji kadar air, abu, lemak, protein dan serat kasar. Uji ini mengacu pada

Sudarmadji, dkk (1984). Berdasarkan analisis statistik masing-masing uji pada

tiap perlakuan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Tabel 2. Data Uji Kualitas Pakan

Kandungan Nutrisi Pakan

(50)

Uji kadar air dilakukan dengan cara pemanasan dalam oven pada suhu

1000C. Standar kadar air untuk pakan buatan maksimal sebesar 10%, sehingga

dapat menghambat pertumbuhan jamur. Uji statistik menunjukkan bahwa pada

setiap perlakuan terdapat beda nyata. Artinya antara setiap perlakuan memiliki

kadar air yang berbeda. Beda nyata kadar air masing-masing pakan dikarenakan

pada proses pengeringan masing-masing pakan dilakukan pada waktu yang

berbeda, sehingga kualitas pengeringannya berbeda pula. Kadar air pakan sangat

menentukan kualitas dan daya simpannya. Kadar air pakan yang tinggi merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan jamur, dimana jamur akan tumbuh secara

optimal saat kadar air 15 - 20% disimpan pada suhu 30 - 32oC, sehingga dengan

penurunan kadar air dapat mencegah tumbuhnya jamur pada pakan dan akan

memperpanjang daya simpan pakan (Infomedion, 2009). Kadar air pada pakan

buatan ini relatif tinggi, sehingga dalam proses penyimpananya dalam sesekali

waktu dijemur agar dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Uji abu dilakukan dengan cara pemijaran dalam furnace pada suhu 600 0C

selama 2 jam. Uji abu ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral

didalam pakan. Karena tidak dilakukan uji secara spesifik mengenai macam

mineralnya maka kadar abu yang di uji adalah jumlah mineral totalnya. Mineral

dibutuhkan oleh ikan dalam pertumbuhannya tetapi dalam jumlah yang tidak

cukup besar. Mineral seperti kalsium (Ca) dan fosfor (P) diperlukan untuk

pembentukkan tulang dan untuk menjaga agar fungsi jaringan tubuh dapat bekerja

secara normal. Besi (Fe) dibutuhkan untuk pembentukkan sel darah merah dan

(51)

analisis statistik menunjukkan adanya beda nyata pada masing-masing perlakuan.

Kadar abu yang paling tinggi terdapat pada P III (75% keong emas dan 25%

pakan campuran), yaitu sebesar 14.43% dan yang paling rendah terdapat pada

perlakuan pakan P IV (100% pakan campuran) , yaitu sebesar10.25%. Dari Tabel

2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi prosentase keong emas maka kadar abunya

pun juga tinggi pada masing-masing perlakuan. Hal ini dapat terjadi karena keong

emas mengandung mineral sehingga kadar mineral pada pakan bertambah dan

menyebabkan peningkatan kadar abu pada pakan.

Uji lemak dilakukan dengan cara ekstraksi soxhlet. Dengan uji ini dapat

diketahui kandungan lemak dalam masing-masing pakan buatan. Kandungan

lemak yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P III (75% keong emas dan 25%

pakan campuran), yaitu sebesar 2.72% dan yang paling rendah terdapat pada

perlakuan P I (25% keong emas dan 75% pakan campuran), yaitu sebesar 1.34%.

Lemak tersebut dapat dicerna dan terakumulasi di dalam otot serta sebagai lemak

organ dalam. Lemak juga berfungsi sebagai bahan pelarut berbagai vitamin yang

tidak larut dalam air (Fujaya, 2002). Terdapat beda nyata pada semua perlakuan

dimana pakan yang kadar keong emasnya paling tinggi mempunyai kadar lemak

yang paling tinggi, hal ini terjadi karena di dalam keong emas terkandung lemak

sebesar 14.62% sehingga menyebabkan peningkatan kadar lemak pada pakan.

Menurut Mudjiman (1989) kandungan lemak untuk makanan ikan berkisar 4 -

18%. Jadi, kadar lemak pada pakan buatan ini masih dalam batas kisaran kadar

lemak rendah untuk pakan ikan. Dalam kaitan dengan pakan buatan, adanya

(52)

Untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam pakan dilakukan

dengan menggunakan metode Carbohydrate by Difference (Nugroho, 1999).

Kebutuhan karbohidrat ikan relatif sedikit dan cenderung dimanfaatkan sebagai

sumber bagian kerangka karbon untuk sintesis protein (Tacon, 1987). Kandungan

karbohidrat paling tinggi terdapat pada P IV (100% pakan campuran), yaitu

sebesar 37.59% mengimbangi pakan buatan pabrik yang dalam penelitian ini

sebagai pembanding yaitu 39.32%. Sedangkan kandungan karbohidrat paling

rendah terdapat pada pakan buatan perlakuan P III (75% keong emas dan 25%

pakan campuran), yaitu sebesar 23.19%. Berdasarkan analisis menunjukkan

bahwa antar perlakuan terdapat beda nyata. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa

semakin tinggi penambahan pakan campuran semakin tinggi karbohidrat yang

terkandung dalam pakan. Hal ini dimungkinkan karena komposisi pakan

campuran yang mengandung bahan-bahan yang berpotensi untuk meningkatkan

kandungan karbohidrat, seperti tepung ikan sebesar 22%, susu, Litter serta janggel

jagung sehingga menyebabkan karbohidrat pada pakan tinggi.

Kandungan protein pada masing – masing perlakuan di ukur dengan

metode Kedhjal. Berdasarkan uji ini maka untuk kandungan protein tertinggi

berada pada P III (75% keong emas dan 25% pakan campuran), yaitu sebesar

30.46% yang mengimbangi protein pada pakan buatan pabrik sedangkan protein

terendah pada perlakuan P IV (100% pakan campuran), yaitu sebesar 10.95%.

Terdapat beda nyata pada semua pakan campuran mempunyai kadar protein yang

lebih rendah dibandingkan dengan pakan campuran yang ditambahkan dengan

(53)

52.76% sehingga semakin tinggi penambahan keong emas pada pakan semakin

tinggi pula kadar protein pada pakan. Protein merupakan sumber energi utama

pada ikan, selanjutnya lemak, dan karbohidrat (Mudjiman, 1989). Berdasarkan

hasil penelitian hubungan antara pertumbuhan dengan kandungan protein

berbanding lurus dimana semakin banyak kandungan protein pada pakan maka

semakin tinggi pula pertumbuhannya.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kandungan serat kasar pada pakan

tertinggi terdapat pada P IV (100% pakan campuran), yaitu sebesar 32.92% dan

terendah pada perlakuan P III (75% keong emas dan 25% pakan campuran), yaitu

sebesar 19.39%. terdapat beda nyata pada semua perlakuan, kadar serat kasar pada

semua perlakuan berbanding lurus dengan kadar karbohidrat. Semakin rendah

penambahan pakan campuran semakin rendah kadar serat kasar pada pakan,

sebaliknya semakin tinggi konsentrasi pakan campuran pada pakan semakin tinggi

pula kadar serat kasar. Hal ini dimungkinkan karena dalam pakan campuran

mengandung bahan-bahan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi,

sehingga menaikkan kadar serat kasar pada pakan. Kandungan serat kasar yang

tinggi di dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan zat-zat

makanan di dalam alat pencernaan ikan. Menurut Djajasewaka (1995), kandungan

serat kasar kurang dari 8% akan menambah tinggi kualitas pakan, tetapi apabila

(54)

Dari hasil yang

emberian pakan yang berbeda terhadap efesien

ada gambar di bawah ini.

mbar 5. Efisiensi Pakan Selama Penelitian

= 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran. = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. V = 100% Pakan Campuran.

= 100% Pakan Komersial.

n atau Food Efeciency (FE) digunakan untuk m

asuk ke dalam sistem pencernaan ikan untuk me

lah satunya dimanfaatkan untuk pertumbuhan (

i pakan pada penelitian ini berkisar antara 34.88

i efisiensi pakan maka akan semakin optim

buhan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukk

(55)

keong emas dan 25% pakan campuran sebesar 39%, sedangkan yang paling

rendah terdapat pada PIV yaitu 100% pakan campuran sebesar 34.88%. Efisiensi

pakan pada penelitian ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan efisiensi

pakan pada penelitian Jamilah (2006) dengan perlakuan pakan buatan yang terdiri

dari tepung keong emas, tepung kacang gude, dedak, tepung kanji dan premix

vitamin yaitu sebesar 63%.

Nilai Efisiensi pakan (FE) sebesar 0.39 artinya bahwa dalam setiap 1 gram

pakan yang diberikan, maka jumlah pakan yang dapat dicerna oleh sistem

pencernaan ikan sebanyak 0.39 gram. Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai FE

yang tinggi diikuti dengan kandungan nutrisi pakan yang tinggi pula (Tabel 2),

salah satunya kandungan serat kasar yang rendah yaitu 19.39% di bandingkan

dengan kandungan serat kasar pada pakan perlakuan lainnya sehingga

menyebabkan pakan pada perlakuan ini lebih mudah dicerna ikan. Selain itu,

kadar protein dan karbohidrat juga tinggi sehingga mendukung tingkat

pertumbuhan yang tinggi. Sementara itu, nilai FE yang rendah diikuti kandungan

nutrisi pakan yang kurang baik, kandungan serat kasarnya tinggi yaitu sebesar

(56)

B. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran tubuh yang dapat berupa

panjang atau berat suatu organisme dalam waktu tertentu (Effendie, 1979).

Kimbal (1994) menambahkan bahwa pada umumnya pertumbuhan diakibatkan

oleh adanya peningkatan jumlah dan ukuran sel.

1. Panjang Ikan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dapat diketahui bahwa

pertumbuhan ikan lele dengan indikator panjang standar menunjukkan perbedaan

yang signifikan (p>0.05) antar perlakuan (lampiran 7).

Gambar 6. Panjang Ikan Lele

Keterangan : P I = 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran.

P II = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran.

P III = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran.

P IV = 100% Pakan Campuran.

(57)

Gambar 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang yang paling tinggi

terjadi pada ikan yang diberi perlakuan III (75% keong emas dan 25% pakan

campuran) dimana pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan

panjang perlakuan III dapat mengimbangi pertumbuhan panjang dengan pakan

buatan pabrik. Sedangkan yang paling rendah terdapat pada ikan lele yang diberi

perlakuan IV (100% pakan campuran). Perbedaan komposisi yang diberikan

selama 60 hari penelitian memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap

pertumbuhan panjang ikan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan nutrisi,

terutama protein yang terkandung dalam pakan tersebut.

Berdasarkan analisis statistik, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ikan

lele dengan indikator panjang tubuh menunjukkan perbedaan yang signifikan

(p<0,05) antar perlakuan (lampiran 7). Pakan pada perlakuan P III yang terdiri

dari 75% keong emas dan 25% pakan campuran memiliki kandungan protein

yang paling tinggi, yaitu sebesar 30.46%. Pertumbuhan paling rendah terdapat

pada P VI (100% pakan campuran) yaitu sebesar 10.95% yang merupakan pakan

yang terdiri dari pakan campuran saja.

2. Berat Ikan

Penelitian yang dilakukan selama 60 hari terhadap ikan lele dengan 4

perlakuan yang berbeda mengahasilkan berat tubuh ikan yang berbeda pula

(lampiran 8). Pertumbuhan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P III dan

(58)

Gambar 7. Berat Ikan Lele

Keterangan : P I = 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran.

P II = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran.

P III = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran.

P IV = 100% Pakan Campuran.

K = 100% Pakan Komersial.

Gambar 7 menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara

kandungan protein dengan pertumbuhan berat ikan lele. Semakin meningkat

kandungan protein semakin tinggi pula pertumbuhan berat ikan lele. Menurut

Utojo (1995), dalam memerankan fungsi protein dalam tubuh ditentukan oleh

jumlah dan jenis asam amino esensial dari pakan yang diberikan. Sama halnya

dengan pertumbuhan panjang, pertumbuhan berat paling tinggi terdapat pada ikan

yang diberi perlakuan III (75% keong emas dan 25% pakan campuran), karena

kandungan proteinnya yang paling tinggi, yaitu sebesar 30.46% .

Begitu pula dengan P IV (100% pakan campuran), karena nutrisi pakannya

paling rendah kualitasnya maka pertumbuhan beratnya paling rendah. Setelah

Gambar

Tabel 2. Data Uji Kualitas Pakan
Gambar Ikan Lele Setelah Penelitian
Gambar 1. Struktur Protein (Wilbraham & Matta, 1992)
Gambar 2. Keong Emas ( Pomacea canaliculata) (Cowie et al., 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pakar merupakan program-program praktis yang menggunakan strategi heuristik yang dikembangkan oleh manusia untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang spesifik

Bentuk unit pelayanan institusional adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas berbasis Rumah Sakit dan unit pelayanan kesehatan jiwa komunitas

Program akuisisi data GPS untuk implementasi pemantauan jaringan GSM merupakan program yang bekerja untuk melakukan akuisisi data posisi GPS, menyimpan data posisi ke dalam database

Penelitian mengenai optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel ( Daucus carota , L.): tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri;

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi implementasi apa saja faktor dominan green construction yang dilakukan pengembang yang berpengaruh terhadap

cukup efektif terhadap program pengembangan simantri, dengan rata-rata pencapain skor mencapai 77,31 %. Walaupun pemahaman petani masih belum optimal dalam penerapan

(1) Industri komponen utama dan/atau penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b merupakan badan usaha milik negara dan/atau badan usaha