• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TERPAAN IKLAN CALON PRESIDEN PRABOWO-HATTA DI TELEVISI DENGAN PARTISIPASI POLITIK DALAM PILPRES 2014 (Study Korelasi Hubungan Terpaan Iklan Calon Presiden Prabowo-Hatta Versi Garuda Di Dadaku di Televisi Dengan Partisipasi Politik Dalam Pilpres 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TERPAAN IKLAN CALON PRESIDEN PRABOWO-HATTA DI TELEVISI DENGAN PARTISIPASI POLITIK DALAM PILPRES 2014 (Study Korelasi Hubungan Terpaan Iklan Calon Presiden Prabowo-Hatta Versi Garuda Di Dadaku di Televisi Dengan Partisipasi Politik Dalam Pilpres 2"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

(Study Korelasi Hubungan Terpaan Iklan Calon Presiden Prabowo-Hatta Versi Garuda Di Dadaku di Televisi Dengan Partisipasi Politik Dalam Pilpres 2014

Di Surabaya)

SKRIPSI

Oleh : Dwiki Kur niawan NPM. 0943010148

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “HUBUNGAN TERPAAN IKLAN CALON PRESIDEN PRABOWO-HATTA DI TELEVISI DENGAN PARTISIPASI POLITIK DALAM PILPRES 2014” (Study Korelasi Hubungan Terpaan Iklan Calon Pr esiden Pr abowo-Hatta Ver si Garuda Di Dadaku di Televisi Dalam Partisipasi Politik di Sur abaya) dapat terselesaikan dengan baik. Hasil penyusunan skripsi ini tidaklah atas kemampuan penulis semata melainkan terwujud atas bantuan Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.Si selalu dosen pembimbing penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tugas skripsi ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penulisan skripsi ini saya banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

(5)

3. Dosen Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing saya Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.Si dalam penyusunan skripsi.

4. Papa dan Mama tercinta terima kasih atas rasa sayang, doa serta dorongannya baik materil maupun moril.

5. Untuk Ayank Astried Harwindah Ariestari yang sudah sabar memotivasi untuk semangat kuliah, walaupun suka sebal sendiri, ngintilers. Aku tresno karo kowe Mbak Har.

6. Teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi angkatan 2009.

7. Terima kasih juga untuk om Epikjoe yang sudah meminjamkan laptop buat menyelesaikan skripsi.

Apabila skrispsi ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis guna memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca umumnya.

Surabaya, Juli 2014

(6)

HALAMAN J UDUL………. i

HALAMAN PENGESAHAN………... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR…... xii

ABSTRAKSI………... xiii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah…... 9

1.3 Tujuan Penelitian………... 9

1.4 Kegunaan Penelitian……… 10

1.4.1 Secara Teoritis……….. 10

1.4.2 Secara Praktis……… 10

(7)

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Pengertian, Peran dan Fungsi Iklan ……… 14

2.2.2 Iklan Politik………... 18

2.2.3 Televisi Sebagai Media Iklan Politik………... 22

2.2.4 Partisipasi Politik………. 24

2.2.4.1 Pengertian Partisipasi Politik……….. 24

2.2.4.2 Tingkatan Partisipasi Politik……… 27

2.2.4.3 Media Massa Dalam Partisipasi Politik……. 28

2.2.5 Sikap………. 29

2.2.6 Media Eksposure………. 30

2.2.7 Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)………. 31

2.3 Kerangka Berfikir……… 33

2.4 Hipotesis………. 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………... 35

3.1.1 Terpaan Iklan Calon Presiden Prabowo-Hatta di Televisi………. 35

(8)

3.1.3 Masyarakat Surabaya……….. 42

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………. 42

3.2.1 Populasi dan Sampel……… 42

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel……… 43

3.3 Metode Pengumpulan Data... 43

3.4 Analisis Data………... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 51

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian……….. 51

4.1.1 Profil Calon Presiden Prabowo – Hatta……….. 51

4.1.2 Visi dan Misi……… 52

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data……….. 52

4.2.1 Karakteristik Responden………. 53

4.2.2 Penyajian Data dan Analisis Data………. 57

4.2.2.1 Variabel Iklan Calon Presiden Prabowo – Hatta Di Televisi ( X )……… 57

(9)

4.3.2 Hasil Pengujian………. 81

4.3.3 Interpretasi……… 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 86

5.1 Kesimpulan………. 86

5.2 Saran……… 87

DAFTAR PUSTAKA ……… 89

(10)

Iklan Calon Pr esiden Pr abowo – Hatta Versi Garuda Di Dadaku Di Televisi Dengan Partisipasi Politik Di Sur abaya).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi dengan partisipasi politik di Surabaya. Dalam penelitian kali ini, penulis lebih memfokuskan pada tingkatan partisipasi politik pada tingkat pengamat. Teori yang digunakan yaitu Teori S - O – R., yang mengasumsikan bahwa media massa khususnya televisi memberikan suatu pesan yang sekaligus dianggap merupakan rangsangan bagi pemirsa, yaitu tayangan iklan calon presiden Prabowo – Hatta.. Tayangan iklan calon presiden Prabowo – Hatta diasumsikan sebagai stimulus yang dapat menimbulkan reaksi tertentu kepada diri khalayak, dalam hal ini partisipasi dalam pemilu.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif. Data yang diperoleh menggunakan kuisioner dan penentuan sample menggunakan Cluster Random Sampling. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman. Signifikan hubungan terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi dengan partisipasi politik dalam Pilpres 2014 diperoleh setelah penghitungan akhir menggunakan uji t (signifikasi 0,05).

Dari data yang dianalisis bahwa secara statistik variabel terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi (X) memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi politik (Y), yang berarti iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi di peroleh hubungan yang rendah dengan partisipasi politik. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai ttest 4,029 lebih besar dari ttabel yakni 1,980. Kata Kunci : Hubungan, Terpaan, Iklan Calon Presiden Prabowo – Hatta

ABSTRACT

DWIKI KURNIAWAN, THE CORRELATION EXPOSURE OF

PRESIDENTIAL CANDIDATE PRABOWO - HATTA IN TELEVISION IN THE POLITICAL PARTICIPATION IN PILPRES 2014 ( The Cor r elation Study of Relationship Pr esidential Candidate Advertising Exposure Pr abowo- Hatta Version Garuda in My Chest In Television With Political Participation In Sur abaya).

(11)

theory S - O - R, which assumes that the mass media, especially television gives a message that once was considered a stimulus for the viewer, which presidential candidate Prabowo ad impressions - Hatta .. ad impressions presidential candidate Prabowo - Hatta assumed as stimulus which can cause certain reactions to self-audience, in this case participation in the elections.

The method used in the study is quantitative. The data were obtained using a questionnaire and determination of sample using cluster random sampling. Furthermore, the data is processed by using the Spearman rank correlation method. Significant relationships presidential candidate Prabowo advertising exposure - Hatta on television with political participation was obtained after the final calculation using the t test (significance 0.05).

From the data analyzed statistically that advertising exposure variables presidential candidate Prabowo - Hatta on TV (X) has a significant relationship with political participation (Y), which means advertising presidential candidate Prabowo - Hatta on television in obtaining a strong relationship with political participation. This is shown from4.029 t-test value is greater than the 1,980 t table.

(12)

1.1Latar Belakang Masalah

Pertarungan politik di Indonesia cukup semarak pasca jatuhnya kekuasaan Presiden Soeharto di pertengahan tahun 1998. Pemilu 1999 merupakan babak baru dalam sejarah Indonesia sejak keruntuhan pemerintahan Soeharto tersebut yang telah berkuasa selama 32 tahun. Partai – partai baru yang menyemarakkan panggung politik mulai dari Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009 hingga menjelang Pemilu 2014 ini mulai bermunculan. Maka dari itu partai politik berlomba-lomba menyemarakkan panggung demokrasi dengan berkampanye melalui iklan di berbagai media.

Menurut, Jacques Seguela, seorang ahli kreatif Prancis yang pernah menangani kampanye Francois Miterrand dalam pemilihan Presiden, periklanan merupakan bagian dari upaya demokrasi. Dalam konteks ini, demokrasi adalah kebebasan untuk memilih. Melalui iklan, warga mengetahui lebih banyak mengenai suatu produk atau ide yang dapat dipilih. Dibanyak negara, iklan terbukti efektif dan efisien dalam melakukan komunikasi massa. Dengan memahami profesionalismenya, praktisi periklanan dan komunikasi dapat mengoptimalkan peran iklan dalam membantu kampanye partai politik (Setiyono,2008 : 7).

(13)

di televisi ketimbang media lain, seperti surat kabar dan radio, ataupun internet. Namun, kampanye alat peraga (nonmedia) terbukti lebih ampuh daripada radio dan surat kabar. Hanya selisih 10% antara memori publik tertinggi yang dibentuk iklan di televisi dan alat peraga. Jika dibandingkan dengan, misalnya surat kabar dan radio yang dimana memori publik dibentuk kurang 15% saja. Jauh dibawah televisi dan alat peraga yang berkisar 40-50%.

Di Indonesia sejak tahun 2000 terdapat 12 jenis televisi swasta. Ke-10 televisi swasta tersebut adalah SCTV, INDOSIAR, RCTI, TRANS TV, TRANS 7, GLOBAL TV, MNC TV, METRO TV, KOMPAS TV, NET TV, ANTV,TV ONE. Selain televisi swasta nasional juga banyak bermunculan televisi lokal (JTV, SBO TV, AREK TV, JAK TV, BATU TV dan lain sebagainya) dan televisi kabel juga sekarang bermunculan di Indonesia (Telkomvision, Indovision, BEIN dan lain sebagainya).

Dengan banyaknya televisi swasta yang bermunculan, para elit politik tidak menyia-nyiakan hal tersebut berkenaan dengan akan terselenggaranya pesta demokrasi. Terbukti sejak ditetapkan sebagai peserta pemilu, setiap parpol dan kandidat politik sibuk menyiapkan diri untuk kampanye politik dengan menggunakan media untuk beriklan politik.

(14)

mendekati persamaan dengan iklan komersial. Kalau diibaratkan kampanye politik sebagai sebuah produk, menurut pakar komunikasi Neil Postman, ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan. Antara lain kejujuran dan keunggulan sebuah produk tersebut. Apabila calon konsumen tidak memperoleh informasi yang jujur lewat iklan sebuah produk, maka pertimbangan rasional telah dikalahkan. Dalam konteks ini kampanye politik bermaksud membangun pengertian luhur tentang demokrasi.

Dalam pembuatan isi pesan iklan politik, terdapat dua pendekatan. Yang pertama iklan yang menggunakan pendekatan figur dan yang kedua adalah iklan dengan menggunakan pendekatan gagasan (Setiyono, 2008 : 26). Di Indonesia pada umumnya partai politik lebih memilih menggunak pendekatan figur. Hal ini didukungn dengan data yang menunjukkan bahwa 80% isi dari iklan politik bermuatan figur (tokoh utama partai politik) serta ajakan mengingatkan dan mencoblos gambar dan nomor, sementara 60% memuat cita-cita partai dan sisanya 30% bermuatan testimonial.

Isi pesan iklan-iklan politik yang mengajak masyarakat untuk mencoblos tanda gambar atau nomor dan menampilkan figurnya. Jika ditinjau dari basis massany, figur tokoh partai ditampilkan secara umum partai politik masih mengandalkan basis massa tradisional yang memiliki preferensi politi terhadap partai tertentu.

(15)

masyarakat. Kekuatan faktor kepemimpinan dan tokoh dalam menarik simpati pendukungnya menjadi penunjang bertahannya pilihan dari para pemilih. Partai yang sebenarnya ingin mengembangkan program, akhirnya harus mencari formulasi dengan memasukkan unsur tradisional agar tidak kehilangan massa pendukung (Setiyono, 2008 : 112).

Peraturan mengenai iklan politik didalam etika periklanan di Indonesia menggunakan istilah periklanan kebijakan publik. Hal ini dikarenakan penggunaan istilah tersebut didasarkan atas adanya perbedaan-perbedaan dalam periklanan tentang kebijakan publik berdasarkan tiga macam inti pesan yang terkandung yaitu :

1. Periklanan pamong (government advertising) 2. Periklanan politik (political advertising)

3. Periklanan pemilihan umum (electoral advertising). (Setiyono, 2008 : 353)

Iklan calon Presiden Prabowo-Hatta di televisi dengan partisipasi politik masyarakat surabaya. Media massa khususnya media televisi dalam berpartisipasi politik memberikan kontribusi yang cukup bermakna khususnya dalam hal iklan calon Presiden Prabowo-Hatta. Pesan-pesan komunikasi yang mengalir melalui media massa praktis sebagai suara calon Presiden Prabowo-Hatta.

(16)

adalah membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat adil dan makmur serta bermartabat. Sedangkan misinya adalah (1) Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, aman dan damai, bermartabat, demokratis, berperan aktif dalam perdamaian dunia, serta konsisten melaksanakan Pancasila dan UUD 45 (2) Mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, berkerakyatan, dan percaya diri menghadapi globalisasi (3) Mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia yang berakhlak berbudaya luhur, berkualitas tinggi, sehat, cerdas, kreatif dan trampil.

Berpartisipasi politik masyarakat di dalam pemilu sangatlah penting, menurut Harun & Sumarno ( 2006 : 129) partisipasi politik menunjukkan kepada sikap integritas mental dan komitmen moral warga ke dalam sistem politik yang sedang berlangsung. Hal ini mengandung arti bahwa sistem politik tidak hanya ditentukan oleh tercapainya fungsi primer sistem yaitu tujuan sistem, namun ditentukan juga oleh kemampuan pemerintah di dalam memformulasikan simbol-simbol kekuasaan ke dalam kepentingan negara dan bagaimana kecenderungan warga negara di dalam menginterpretasikan simbol-simbol tersebut dalam aktualisasinya baik menerimanya atau menolaknya. Selain itu partisipasi politik membuka kesempatan bagi warga negara untuk melibatkan diri dalam interaksi politik melalui kompetisi yang sehat dan pencapaian prestasi yang berdasarkan pada aturan permainan yang berlaku.

(17)

dan informasi tentang langkah kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.

Dalam mewujudkan kondisi semacam itu pada akhirnya pemerintah berupaya menata sumber-sumber komunikasi sekaligus melibatkan media massa yang diarahkan kepada :

a. Meningkatkan minat warga negara dalam peran serta terhadap pelaksanaan seluruh kebijakan pemerintah

b. Menumbuhkan keyakinan warga negara bahwa peran serta secara aktif akan memberi manfaat bagi warga negara sendiri

c. Membentuk sikap agar partisipasi tumbuh atas kesadaran warga negara d. Mengantisipasi agar tidak tumbuh opini negatif sebagai faktor penyebab

lemahnya partisipasi (Harun & Sumarno, 2006 : 134)

Sebagaimana diuraikan diatas bahwa partisipasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk konsep pemikiran, sasaran, pendapat, ide, hal ini merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia yaitu hak-hak kommunikasi. Karena pada hakekatnya partisipasi politik adalah bagian dari hak-hak asasi manusia, sehingga memberi kesempat berpartisipasi mengandung makna bahwa hak-hak asasi warga negara sangat dihargai.

(18)

Dengan ikut berkampanye itu juga merupakan termasuk salah satu dalam kegiatan partisipasi politik.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan antar entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interpenden, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Masyarakat bisa disebut juga sebagai suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan..

Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek, yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio dan psikologisnya.

(19)

lingkungan tertentu adalah suatu kenyataan bahwa kita hidup, bergaul, bekerja sampai meninggal dunia di dalam masyarakat.

Karakteristik masyarakat Surabaya adalah keras, apa adanya, tenggang rasa yang erat dan saling menghargai. Dialek Suroboyoan yang khas ini teridentifikasi dari gaya bahasa yang diucapkan dengan keras, kasar, ceplas-ceplos . Dapat dilihat dari logat bicara orang Surabaya yang khas sehingga membuat orang Surabaya diidentikkan dengan orang yang sifatnya yang keras, kosmopolitan, berfikir bebas dan tidak mau dijajah, cepat mempertahankan diri, setia kawan, gotong royong, berani dan pantang menyerah.

Hubungan kekeluargaan antar warga Surabaya sangat erat dan terjalin sangat baik antar sesama warga asli Surabaya dengan selalu mengadakan kerja bakti di tiap kampung-kampung, serta gotong-royong untuk membangun Surabaya lebih bersih. Akan tetapi keeratan dan rasa kesetiaan yang terlalu fanatik malah menjadi negatif di mata masyarakat lain.

(20)

Sehingga dapat diketahui berapa besar pengaruh dari terpaan tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta terhadap partisipasi politik dalam hal ini masyarakat Surabaya sebagai objek penelitiannya.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian kali ini adalah apakah terdapat Hubungan terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi dengan partisipasi politik dalam pilpres 2014?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian kali ini adalah untuk mengetahui apakah dengan adanya iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi akan menambah partisipasi politik dalam hal ini menentukan apakah terdapat hubungan terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta dengan partisipasi politik masyarakat Surabaya dalam Pilpres 2014.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

(21)

khususnya terkait dengan terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta dengan partisipasi politikdi Surabaya.

1.4.2 Secara Pr aktis

(22)

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa penelitian terdahulu, yang berjudul “Hubungan Pengeluaran Rumah Tangga Terhadap Tingkat Pembelian HP individu, Kepemilikan Nomor HP dan HP di Sulawesi Barat, NTB, dan Jawa Timur” yang dilakukan oleh Ropingan (2011), jurusan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini berbicara tentang pemanfaatan teknologi informasi sebagai sarana komunikasi. Komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat penting dan sangat mempengaruhi kemajuan teknologi informasi dan kebutuhan masyarakat secara umum. Kepemilikan teknologi informasi ini sekarang dimulai dari pedagang asongan, tukang becak, pegawai kantor, mahasiswa, pelajar. Singkatnya kelas bawah sampai kelas atas membutuhkan teknologi informasi yakni HP yang tentu hal ini akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.

(23)

pengeluaran pembelian pulsa rendah. Jadi terdapat hubungan antara pengeluaran rumah tangga dan tingkat pembelian handphone individu, kepemilikan nomor handphone.

Sedangkan pada penelitian terdahulu yang kedua dilakukan oleh Puasini Apriliyanti dan Neni Octavis (2011), program studi Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya. Penelitian ini yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemilihan Program Televisi”. Dalam penelitian ini berbicara bahwa tingkat pendidikan seseorang menentukan program acara yang dipilih, karena ditunjang juga dengan semakin berkembangnya industri pertelevisian Indonesia yang memunculkan beragam program acara dan salah satunya adalah RCTI. Selain itu acara televisi juga akan mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan rasa penasaran pada penonton.

(24)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian sekarang yang dilakukan memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahulu. Perbedaan terletak pada penggunaan teori, sampel, dan analisis karena memang penelitian terdahulu dengan yang sekarang menggunakan objek berbeda. Penelitian terdahulu lebih pada teori Uses and Gratification, teori Perbedaan Individu, teori Kebutuhan Maslow, teori Komunikasi. Kemudian analisis data yang digunakan pada penelitian terdahulu menggunakan analisis Chi Kuadrat.

(25)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian, Peran dan Fungsi Iklan

Iklan adalah bentuk kegiatan komunikasi non-personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk ( persuasif ) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non-komersial maupun pribadi yang berkepentingan ( Dunn & Barban 1978 : 8 ). Sedangkan menurut AMA ( The American Marketing Association ) iklan merupakan setiap bentuk

pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan, dan layanan yang bersifat non-personal atas tanggungan sponsor tertentu ( Liliweri, 1989 : 21 ).

Berdasarkan pengertian diatas, didalam iklan penyampaian pesan dilakukan secara non-personal. Non-personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka melainkan dengan menggunakan media. Menurut Widyatama ( 2005 : 21 ) Media dalam beriklan dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Media Lini Atas ( Above the line ) Ciri-cirinya adalah

a. Informasi yang disebarkan secara serempak

b. Khalayak penerima pesan cenderung anonim ( tidak dikenali secara personal oleh komunikator )

(26)

2. Media Lini Bawah ( Bellow the line ) Ciri-cirinya adalah

a. Komunikan yang dijangkau terbatas, baik dalam jumlah maupun wilayah sasaran

b. Mampu menjangkau khalayak yang tidak dijangkau media linni atas

c. Cenderung tidak serempak

Di dalam iklan terkandung fungsi-fungsi tertentu, berdasarkan Diktat Periklanan ( 2006 : 8 ) fungsi iklan dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Memberikan informasi tentang produk atau merk

Memberikan informasi tentang produk merupakan fungsi yang utama dalam iklan. Masyarakat diberikan informasi sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penelitian kali ini misalnya calon presiden Prabowo-Hatta memberikan informasi tentang visi dan misi sehingga masyarakat menjadi tahu calon presiden seperti apakah yang sedang melakukan iklan tersebut.

2. Memberikan dorongan untuk bertindak

(27)

3. Mengingatkan dan memperkuat

Iklan dapat mengingatkan masyarakat tentang sesuatu. Dorongan untuk mengingat tersebut dapat menguatkan masyarakat terhadap apa yang mereka lihat di televisi sehingga mereka akan mengingat terus apa yang sudah ada di benak mereka tentang suatu hal. Calon presiden biasanya kalau beriklan selalu mengumbar visi dan misi mereka sehingga masyarakat yang menonton tayangan iklan tersebut sedikit banyak mengingat tentang iklan tersebut sehingga mereka akan merespon dari ingatan tersebut untuk memilih calon presiden yang bersangkutan pada saat pemilu.

Sedangkan peran yang terdapat dalam iklan adalah :

1. Pemasaran

Pemasaran adalah iklan diharapkan dapat membantu pemasaran atau menjual produk, artinya iklan digunakan untuk mempengaruhi khalayak untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Ini apabila yang beriklan produk komersial.

(28)

2. Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan sebentuk pesan dari komunikator kepada khalayaknya. Iklan juga merupakan pesan yang menghubungkan antara komunikator dengan komunikan.

Komunikasi dalam iklan politik ditujukan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan tentang calon presiden. Biasanya mereka mengemasnya ke dalam bahasa slogan yang mudah diingat oleh masyarakat.

3. Pendidikan

Fungsi pendidikan dalam iklan merupakan alat yang dapat membantu mendidik khalayak mengenai sesuatu, agar mengetahui dan mampu melakukan sesuatu.

Dalam iklan politik berperan dalam mendidik bagi masyarakat ditujukan supaya masyarakat tahu calon presiden apa saja yang ikut dalam pemilu, apabila masyarakat tidak mengetahuinya maka semakin meningkat lagi angka golput di Indonesia ini.

4. Ekonomi

(29)

2.2.2 Iklan Politik

Iklan politik merupakan pembagian iklan berdasarkan bidang isi pesan. Iklan politik adalah iklan yang berisi tentang hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan politik ( Widyatama, 2005 : 109 )..

Sedangkan menurut Garin, iklan politik adalah kemampuan mengajak partisipasi dengan mengemas kenegarawan dalam berbagai perspektif metode komunikasi ( Setiyono, 2008 : 266 ).

Sementara menurut Kompas.com perbedaan antara iklan politik dengan iklan komersial adalah apabila iklan komersial komoditas memperkenalkan barang dagangan yang dikonsumsi secara pribadi dan tidak akan mempengaruhi kehidupan masyarakat secara keseluruhan sedangkan iklan politik komoditas politik adalah tokoh atau lembaga politik ( parpol ) yang akan menerima mandat kekuasaan dari rakyat dan berpengaruh besar terhadap nasib dan masa depan bangsa.

Menurut Handi dalam Setiyono ( 2008 : 21 ) Managing Director Frontier Research and Marketing Consultan, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam proses periklanan politik adalah :

(30)

disampaikan media yang dipilih dan strategi apakah yang akan mengorbitkan tokoh, lambang, atau program parpol.

2. Pengenalan khalayak sasaran. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat data demografis, geografis, psikografis maupun state of mind dan menyesuaikan bentuk serta penyampaian pesan program komunikasi dengan data sasaran khalayak tersebut.

3. Perencanaan dan analisis SWOT. Perencanaan dan analisis SWOT disetiap partai berbeda-beda begitu juga dengan bagaimana konsep tersebut dilaksanakan, strategi apa yang digunakan juga memperhitungkan khalayak secara khusus.

(31)

5. Skala prioritas ( captive market ). Skala prioritas menjadi proses yang tidak bisa dilewatkan. Skala prioritas perlu diperhatikan karena merupakan faktor kepastiannya.

6. Positioning. Yang pada dasarnya bagaimana pesan masuk dibenak konsumen dengan suatu hal yang mempunyai nilai kompetisi unggul untuk dipahami oleh konstituen. Positioning partai juga berkaitan dengan visi dan misi yang ingin diposisikan kepada konsumen, selain itu logo juga diperlukan dalam positioning karena logo yang dapat mengakomodasikan dan mempresentasikan konstituennya.

Selain keenam hal tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan periklanan politik, ada 2 pendekatan yang bisa digunakan dalam proses pembuatan periklanan politik.

1. Iklan yang menggunakan pendekatan figur.

Biasanya menggunakan figur tokoh yang sangat berpengaruh di dalam parpol tersebut.

2. Pendekatan gagasan.

Pendekatan gagasan biasanya dilakukan oleh partai-partai baru yang para tokohnya bukan aset utama sehingga kurang bisa ditonjolkan ( Setiyono, 2008 : 26 )

Manfaat dari iklan politik adalah :

(32)

dapat membuat kualitas hidup mereka menjadi lebih baik atau lebih bermakna.

2. Mendorong masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik melalui contoh yang terkandung dalam pesan-pesan politik.

3. Memunculkan persaingan yang akan memicu diciptakannya program-program baru yang dibutuhkan masyarakat.

Didalam iklan politik juga menginformasikan adanya program yang khusus atau unik untuk suatu kebutuhan yang khusus atau unik juga. Iklan politik mendorong masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik melalui contoh yang terkandung dalam pesan-pesan politik.

Dalam peraturan mengenai kode etik periklanan politik di Indonesia, kode etik periklanan di Indonesia menggunakan istilah periklanan kebijakan publik. Penggunaan istilah tersebut didasarkan atas adanaya pembedaan-pembedaan dalam periklanan tentang kebijakan publik berdasarkan tiga macam inti pesan yang dikandungnya.

1. Periklanan pamong ( Government Advertising )

Yaitu periklanan yang mempromosikan tentang kebijakan kepamongan atau oleh penyelenggara negara.

2. Periklanan politik ( Political Advertising )

(33)

tentang pendidikan politik dan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan.

3. Periklanan pemilihan umum ( Electoral Advertising )

Yaitu periklanan partai politik atau pemilihan legislatif serta presiden dan wakil presiden ( Pemilu ) maupun pemilihan kepala daerah ( Pilkada ), dan disiarkan pada periode kampanye yang ditetapkan oleh lembaga resmi terkait.

2.2.3 Televisi Sebagai Media Iklan Politik

Didalam kampanye politik, intensitas perhatian para elit politik terhadap media massa khususnya televisi akan meningkat. Menurut Morris R. Johnson dalam bukunya Television and Politicalization mencatat frekuensi informasi yang dimuat dalam media massa khususnya televisi adalah sebagai berikut :

1. Jumlah sumber informasi politik bagi komunikan adalah banyak. 2. Perhatian politik dipupuk dalam sosialisasi keluarga; orang tua yang

mempunyai perhatian besar terhadap kegiatan politik akan menghasilkan tipe yang sama atau orang tua yang menunjukkan pola-pola politiknya akan menghasilkan keluarga yang demikian pula.

(34)

sebagai sumber informasi politik; perhatian politik ditimbulkan oleh media tersendiri.

4. Partisipasi politik adalah proses yang terlepas dari media dan pengaruhnya; tingkat partisipasi ditentukan oleh pengaruh keluarga, desakan pressure group dan lingkungan.

5. Apabila perhatian politik telah ada ( sebagai akibat pengaruh keluarga dan pressure group ) maka pengaruh media adalah meningkat.

Selain itu alasan lain yang memperkuat kedudukan televisi sebagai alat untuk mempengaruhi khalayak seperti yang diungkapkan oleh Gerhart Wiebe berikut :

1. Pesan yang bersifat direktif yang berisi upaya komunikator untuk mengubah kepercayaan nilai, harapan dan perilaku orang lain. 2. Pesan yang berisi upaya untuk memelihara dan mempertahankan

pendirian yang telah ada.

3. Pesan yang berisi restoratif artinya pesan yang disajikan berisi berbagi gagasan untuk dipilih secara bebas.

(35)

Manfaat dari iklan partai politik di televisi menurut riset Falkow & Cwalian dan Kaid adalah :

1. Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat 2. Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidakpastian pilihan 3. Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan

4. Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu 5. Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu tertentu

6. Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan event-event politik.

2.2.4 Partisipasi Politik

2.2.4.1 Pengertian Partisipasi Politik

Pengertian partisipasi politik menurut Miriam Budiardjo ( 1994 : 183 ) adalah kegiatan seseoran atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsug atau tidak langsug mempengaruhi kebijakan pemerintah. Sedangkan menurut Ramlam Surbakti ( 1992 : 118 ) partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan.

(36)

rujukan yang dimiliki baik secara pribadi maupun secara kelompok yang berwujud dalam aktivitas sikap dan perilaku.

Partisipasi politik dapat dilihat dari dua sisi, yaitu visi penguasa ( pemerintah ) dan dari visi warga negara. Dari visi pemerintah partisipasi politik pada hakekatnya mengandung makna sebagai pengakuan dan penghargaan kepada masyarakat dalam bentuk memberi kesempatan untuk berperan serta memikirkan masalah kehidupan negara melalui kegiatan pemilihan individu-individu yang akan duduk dalam lembaga-lembaga kekuasaan. Sedangkan visi partisipasi politik warga negara merupakan pengakuan dan dukungan negara sekaligus ketaatan warga negara terhadap pemerintahan ( Harum & Sumarno, 2006 : 133 ).

Dalam menjalankan aktifitas politik terdapat batasan-batasan dalam penggunaan konsep partisipasi politik. Menurut Ramlan Surbakti ( 1992 : 141 ) ada lima batasan dalam penggunaan konsep partisipasi politik, yaitu :

1. Partisipasi politik yang dimaksud berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi.

(37)

umum, alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik, dan kegiatan mendukung ataupun menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.

3. Kegiatan yang berhasil ( efektif ) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.

4. Kegiatan mempengaruhi pemerintah bisa dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung.

5. Kegiatan mempengaruhi pemerintah bisa dilakukan melalui prosedur yang wajar dan tidak berupa kekerasan seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka dan menulis surat maupun dengan cara-cara diluar prosedur yang wajar dan berupa kekerasan.

(38)

2.2.4.2 Tingkatan Partisipasi Politik

Untuk menganalisis tingkat-tingkat partisipasi politik, Huntington dan Nelson ada dua kriteria, yaitu :

1. Dilihat dari ruang lingkup atau proporsi dari suatu kategori warga negara yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan partisipasi politik.

2. Intensitasnya atau ukuran, lamanya, dan arti penting dari kegiatan khusus itu bagi sistem politik.

(39)

Sedangkan menurut David F. Roth dan Frand L. Wilson menggambarkan tingkatan partisipasi politik ke dalam piramida

Gambar 1. Piramida Partisipasi Politik

2.2.4.3 Media Massa Dalam Partisipasi Politik

(40)

3. Sebagai fungsi sosialisasi dan pendidikan politik 4. Fungsi mengembangkan budaya politik

5. Fungsi integritas bangsa ( Harun & Sumarno, 2006 : 140 )

Kesertaan media massa dalam partisipasi politik memberi kontribusi yang cukup bermakna, walaupun muncul sebagai pemikiran para pakar komunikasi pakar politik yang menempatkan media massa sebagi fungsi memperkuat terhadap sikap yang telah ada dari diri komunikan. Namun dalam tingkatan tertentu media massa dapat menyediakan pilihan bagi komunikan ( Harun & Sumarno, 2006 : 142 ).

2.2.5 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek ( Soekidjo Notoatmojo, 1997 : 130 ), sedangkan menurut Heri Purwanto ( 1998 : 62 ) sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu ( Azwar S, 2000 : 23 )

(41)

2. Komponen afektif, merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang dalam hal ini ketertarikan akan sesuatu. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai-nilai yang dimilikinya.

3. Komponen konatif, merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.

2.2.6 Media Eksposure

Media eksposure mempunyai arti sebagai terpaan media massa terhadap khalayak. Terpaan media massa ini tidak menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi juga meliputi keterbukaan seseorang dengan pesan-pesan yang ada di media tersebut. Eksposure merupakan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan media massa yang terjadi pada individu atau kelompok ( Singarimbun, 1989 : 99 ).

Terpaan ( eksposure ) merupakan dampak massa yang akan timbul secara kuat dan cepat apabila sebagian besar khalayak memang telah terekspose oleh media massa ( Rakhmat, 2004 : 221 ).

(42)

1. Frekuensi

Berapa kali audiens sasaran diterpa oleh media tertentu ( termasuk iklan ) selama periode waktu yang relevan.

2. Durasi

Berapa lama audiens sasaran diterpa oleh media tertentu ( termasuk iklan ) selama periode waktu yang relevan. Semakin lama audiens diterpa oleh media tersebut bisa media cetak maupun media elektronik, maka akan dapat memberikan dampak audiens. ( Sutisna, 2003 : 294 )

2.2.7 Teori S – O – R

(43)

Gambar 2. Teori S-O-R ( Effendy, 2000 : 255 )

Bila dilihat berdasarkan teori ini, media massa khususnya televisi memberikan suatu pesan yang sekaligus dianggap merupakan rangsangan bagi pemirsa yaitu tayangan iklan politik, untuk memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan tersebut. Dengan kata lain, tayangan iklan politik diasumsikan sebagai stimulus yang dapat menimbulkan reaksi tertentu kepada diri khalayak, dalam hal ini partispasi dalam proses pemilihan umum (Pemilu).

Stimulus :

Terpaan Tayangan Iklan

Organisme : - Perhatian

- Pengertian penerimaan

Respon :

(44)

2.3 Kerangka Ber fikir

Untuk memperjelas suatu batasan-batasan terhadap konsep yang digunakan pada penelitian kali ini, maka digambarkan suatu bagan kerangka berfikir, sebagai berikut :

Gambar 3. Bagan Kerangka Berfikir

Dengan memperhatikan bagan diatas, maka dalam penelitian kali ini berkaitan dengan teori S-O-R karena terkait dengan efek. Efek akan muncul dari suatu reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi dari komunikan. Terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi dapat mengakibatkan efek dalam hal ini partisipasi politik di Surabaya dalam Pemilu. Jadi masyarakat Surabaya sebagai komunikan atau pemirsa televisi aktif terkena terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta yang berulang-ulang dalam durasi dan frekuensi tertentu pada

(45)

calon presiden Prabowo-Hatta tersebut akan membawa efek tertentu sehingga dapat diketahui seberapa tinggi tingkat partisipasi politik masyarakat di Surabaya setelah diterpa tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi.

2.4 Hipotesis

(46)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode survey, adapun penelitian ini bermaksud untuk memberikan gambaran dan menjelaskan tentang hubungan terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi dalam partisipasi politik. Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan dalam penelitian yang akan diamati.

3.1.1 Terpaan Iklan Calon Pr esiden Pr abowo-Hatta di Televisi

Variabel Bebas atau Variabel X adalah terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi. Terpaan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi dioperasionalkan dengan kegiatan seseorang menonton iklan calon presiden Prabowo-Hatta di media televisi dan mengetahui serta memahami isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut.

Terpaan tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi dijabarkan dalam indikator durasi dan frekuensi.

1. Frekuensi

(47)

Prabowo-pertanyaan terbuka. Frekuensi operasionalisasinya adalah frekuensi responden berapa menonton tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi dalam seminggu terakhir. Penggunaan frekuensi dikategorikan menjadi 3 dengan pengukuran lebar interval.

Interval : Jarak Pengukuran ( R ) Jarak Interval ( K )

Keterangan : R = Frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi terendah

I = 21 – 1

4

= 5

Jadi kategorinya dibedakan menjadi :

a. Sangat Sering = Skor 4, jika frekuensi terpaan

sebanyak 16–21 kali dalam seminggu. b. Sering = Skor 3, jika frekuensi terpaan

sebanyak 11–15 kali dalam seminggu. c. Tidak Sering = Skor 2, jika frekuensi terpaan

sebanyak 6–10 kali dalam seminggu. d. Sangat Tidak Sering = Skor 1, jika frekuensi terpaan

(48)

2. Durasi

Durasi dijabarkan sebagai berapa lama responden tersebut menonton tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi. Dalam kuisioner peneliti akan mengajukan pertanyaan tertutup kepada responden yang berkaitan dengan durasi menonton. Durasi operasionalisasi adalah durasi responden menonton tayangan iklan calon Prabowo-Hatta di televisi dalam setiap kali menonton.

Untuk memudahkan pengukuran maka peneliti mengkategorikan penggunaan durasi dalam tiga kategori. Pembagian kategori berdasarkan pada durasi dalam sekali menonton tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi. Langkah pertama yang dilakukan dengan mencari lebar interval ( I ) sebagai berikut :

Interval : Jarak Pengukuran ( R ) Jarak Interval ( K )

Keterangan : R = Durasi tertinggi dikurangi durasi terendah I = 30 - 1

4 = 7,25 = 7

Jadi kategorinya dibedakan menjadi :

(49)

b. Lama = Skor 3, jika durasi terpaan sebanyak 15 – 21 detik c. Tidak Lama = Skor 2, jika durasi terpaan

sebanyak 8 – 14 detik. d. Sangat Tidak Lama = Skor 1, jika durasi terpaan

sebanyak 1 – 7 detik.

Jumlah pertanyaan dalam variabel X yakni terpaan iklan calon Presiden Prabowo – Hatta terdiri dari 2 item pertanyaan.

• Skor jawaban tertinggi = 4 x 2 = 8

• Skor jawaban terendah = 1x 2 = 2

Lebar interval sebagai batasan skor = 8- 2 = 2

3

Sehingga batasan skor untuk terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi adalah sebagai berikut :

a. 2 – 4 termasuk kategori rendah, artinya terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta rendah

b. 5 – 7 termasuk kategori sedang, artinya terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta sedang.

(50)

3.1.2 Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pilpres 2014

Variabel terikat atau Variabel Y adalah tingkat partisipasi politik dalam Pilpres 2014. Partisipasi politik masyarakat Surabaya dioperasionalkan sebagai ukuran untuk mengetahui kualitas kemampuan warga negara dalam menginterpretasikan sejumlah simbol kekuasaan ( kebijaksanaan dalam mensejahterakan masyarakat sekaligus dengan langkah-langkahnya ) ke dalam simbol-simbol pribadi. Partisipasi politik masyarakat Surabaya dalam hal ini adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pemilihan umum yang akan berlangsung di tahun 2014.

Untuk pengoperasionalannya diwujudkan dalam mengukur tingkat partisipasi politik masyarakat Surabaya di tingkat pengamat dengan menggunakan pertanyaan sebagai berikut :

1. Tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta membuat masyarakat menjadi tahu akan adanya calon presiden yang mengikuti Pemilu.

2. Berdasarkan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi masyarakat menjadi tahu visi dan misi yang akan dijalankan oleh calon presiden tersebut jika akan terpilih nantinya.

3. Calon Presiden Prabowo – Hatta membuat Indonesia menjadi maju.

4. Ikut memberikan suara dalam Pemilu yang merupakan bagian dari kegiatan partisipasi politik.

(51)

6. Dengan semboyan Garuda Di Dadaku menjadi tahu ciri khas calon presiden Prabowo – Hatta.

7. Mengikuti perkembangan politik dalam hal ini masalah calon presiden Prabowo-Hatta yang ikut dalam Pemilu.

8. Membandingkan visi dan misi calon presiden Prabowo – Hatta dengan calon presiden lain yang ikut dalam Pemilu 2014.

9. Semangat nasionalisme tinggi menjadi dasar mencontreng di Pemilu 2014

10.Ikut berusaha meyakinkan orang untuk ikut serta berpartisipasi politik dalam hal ini mengikuti Pemilu.

11.Ikut aksi kampanye yang diadakan calon presiden.

12.Selalu mendukung calon presiden Prabowo – Hatta dalam hal apapun

(52)

Sedangkan untuk skala pengukuran variabel Y menggunakan skala ordinal yang berdasarkan kategori Tinggi, Sedang dan Rendah dengan rumus :

Interval Class = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah Jenjang Yang Diinginkan

Dalam penelitian ini, pilihan jawaban pernyataan digolongkan menjadi 4 alternatif, yaitu :

a. Sangat Setuju ( SS ) = Skor 4

b. Setuju ( S ) = Skor 3

c. Tidak Setuju ( TS ) = Skor 2

d. Sangat Tidak Setuju ( STS ) = Skor 1

dalam kategori ini, alternatif jawaban ragu-ragu ( undecided ) ditiadakan, alasannya menurut Hadi ( 1986 : 20 ) adalah sebagai berikut :

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrumen.

2. Tersedia jawaban ditengah menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah ( central tendency effect ), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan

(53)

3. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring responden.

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

1. Skor diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu : 12 x 4 = 48

2. Skor diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden, yaitu : 12 x 1 = 12

Interval class = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan

= 48 – 12 = 12 3

Jadi, penentuan kategorinya adalah :

a. Tidak Berpartisipasi apabila responden tidak memiliki kecendurangan untuk ikut dalam kegiatan berpartisipasi politik, jika skor yang diperoleh antara 12-24

b. Kurang Berpartisipasi apabila responden memiliki kecendurangan jarang terlibat dalam berpartisipasi politik, jika skor yang diperoleh antara 24-36 c. Berpartisipasi apabila responden memiliki kecenderungan untuk selalu

(54)

3.1.3 Masyarakat Sur abaya

Definisi masyarakat Surabaya dalam penelitian kali ini adalah warga kota Surabaya yang menonton tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta di televisi dan berusia 17 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut seseorang telah memiliki kemampuan berpikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap dan pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan, disamping itu usia 17 tahun merupakan persyaratan bagi masyarakat Indonesia yang akan ikut mencoblos di Pemilu 2014 selain sudah menikah.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik satu kesimpulan. Populasi dalam penelitian kali ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun keatas dan memiliki hak pilih yang jumlahnya 2.018.117 (Data KPU).

(55)

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan area ( cluster ) sampling ( sampling menurut daerah ) yang sering disebut Multistage Cluster Random Sampling. Penggunaan metode ini karena mempunyai keistimewaan yakni memudahkan dalam penarikan sampel pada suatu populasi yang letaknya tersebar secara geografis. Metode ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni :

1. Dilakukan pemilihan wilayah penelitian yakni Surabaya. Peneliti memilih Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

2. Dilakukan pemilihan kecamatan, yakni untuk wilayah Surabaya Timur ( Kecamatan Gunung Anyar dan Kecamatan Tenggilis Mejoyo ) dan wilayah Surabaya Selatan ( Kecamatan Gayungan dan Kecamatan Jambangan ).

3. Kemudian dipilih dari satu kecamatan dipilih dua kelurahan, yaitu : a. Kecamatan Gunung Anyar

1) Kelurahan Gunung Anyar 5215 2) Kelurahan Rungkut Tengah 3826 b. Kecamatan Tenggilis Mejoyo

1) Kelurahan Tenggilis Mejoyo 3110

2) Kelurahan Prapen 1183

c. Kecamatan Gayungan

(56)

2) Kelurahan Dukuh Menanggal 3095 d. Kecamatan Jambangan

1) Kelurahan Jambangan 2158

2) Kelurahan Karah 4415

+

27.122

Jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus Yamane ( Rakhmad, 2001 : 82 ) :

n = N N.d² + 1

Ket :

n = Sampel

d = Derajat Presisi ( 0,1 ) N = Populasi

Dalam penelitian ini derajat presisi yang digunakan diantara ± 10 % dengan tingkat kepercayaan 100 %.

(57)

Jadi didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak keluarga. Selanjutnya dialokasikan secara profesional yang ditentukan melalui rumus:

n1 = N1 x n N

Ket :

N1 = jumlah penduduk di suatu kelurahan n1 = ukuran stratum

N = jumlah seluruh penduduk di 8 kelurahan n = jumlah sampel minimal yang telah ditetapkan

Jadi berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diambil pada tiap kecamatan adalah :

No Kelur ahan J umlah Sampel

1 Gunung Anyar 19

2 Rungkut Tengah 14

3 Tenggilis Mejoyo 11

4 Prapen 4

5 Ketintang 15

6 Dukuh Menanggal 11

7 Jambangan 8

(58)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer diperoleh dari responden melalui kuisioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka dan tertutup. Dalam penyebaran kuisioner, responden didampingi oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan salah persepsi. Angket adalah suatu teknik penelitian mengenai suatu masalah dengan mengedarkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada sejumlah responden untuk mendapat jawaban, tanggapan dan respon tertulisnya.

b. Data sekunder diperoleh dari Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Surabaya, Kecamatan dan Kelurahan setempat, buku literatur, artikel atau koran, internet yang digunakan untuk mendukung penelitian ini.

3.4 Analisis Data

(59)

Rumus Rank Spearman dapat dijelaskan sebagai berikut :

ρ = 1- 6 Σdi² n (n²-1) Keterangan :

ρ = koefisien korelasi Rank Spearman

n = jumlah sampel

Σdi² = jumlah total hitungan Rank X dan Rank Y

Untuk mempermudah menghitung data variabel X dan Y dalam rumus Rank Spearman diperlukan tabel penolong :

Tabel 3.1

Tabel Penolong Koefisien Korelasi Rank Spear man

Responden X Y Rank X Rank Y di di²

1 2 3 4 Dst J umlah

(60)

besar kecilnya angka dalam indeks korelasi. Makin besar angka dalam indeks korelasi, makin tinggilah korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.

Untuk memperjelas pembuktian hipotesis, maka akan digunakan analisis t dengan taraf signifikan 5% yang menggunakan rumus sebagai berikut :

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisiensi korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

(61)

Dengan hipotesis statistiknya dapat dikemukakan sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara terpaan tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta dengan partisipasi politik masyarakat dalam Pilpres 2014 di Surabaya

Hi : Terdapat hubungan antara terpaan tayangan iklan calon presiden Prabowo-Hatta dengan partisipasi politik masyarakat dalam Pilpres 2014 di Surabaya.

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Bila t > t , maka Hi diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.

(62)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Pr ofil Calon Pr esiden Pr abowo – Hatta

(63)

4.1.2 Visi dan Misi

Visi dari pasangan calon presiden Prabowo – Hatta adalah “Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta bermartabat”.

Dan untuk itu Prabowo – Hatta akan mengemban misi sebagai berikut :

1) Mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang aman dan stabil, sejahtera, demokratis, dan berdaulat, serta berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia, serta konsisten melaksanakan Pancasila dan UUD 1945.

2) Mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, berkerakyatan dan mandiri.

3) Mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia yang berakhlak, berbudaya luhur, berkualitas tinggi, sehat, cerdas, kreatif dan trampil.

4.2 Penyajian dan Analisis Data

(64)

4.2.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan tentang karakteristik responden dari obyek penelitian yaitu masyarakat Surabaya yang menonton iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi sebanyak 100 orang.

Adapun data tentang karakteristik yang disajikan oleh peneliti antara lain berdasarkan usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasar kan Usia No Usia J umlah Pr osentase (% )

1 17 – 25 tahun 30 30

2 26 – 35 tahun 34 34

3 36 – 45 tahun 18 18

4 45 tahun 18 18

Total 100 100

Sumber : Kuisoner

(65)

Presiden Tahun 2014. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini diadakan pada tanggal 9 Juli 2014 serentak seluruh Indonesia dan langsung.

Dan berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kebanyakan responden berusia 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar 34 %, sedangkan yang berusia antara 17 – 25 tahun yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar 30%, serta yang berusia antara 36 – 45 tahun yaitu sebanyak 18 orang atau sebesar 18%, lalu sisanya sebanyak 18 orang atau sebesar 18% berusia diatas 45 tahun.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasar kan Pendidikan Ter akhir No Pendidikan Ter akhir J umlah Pr osentase(% )

1 SD 1 1

2 SLTP 5 5

3 SMA 40 40

4 Akademi / Diploma 13 13

5 Sarjana 41 41

Total 100 100

Sumber : Kuisoner

(66)
(67)

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasar kan Pekerjaan

No Pekerjaan J umlah Pr osentase (% )

1 Pegawai Negeri 7 7

2 Swasta 44 44

3 Wiraswasta 14 14

4 Ibu Rumah Tangga 10 10

5 Mahasiswa 20 20

6 Pengangguran 5 5

Total 100 100

Sumber : Kuisoner

(68)

4.2.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dalam Bab II, maka diperlukan adanya data yang cukup menunjang. Oleh karena itu kan disajikan rekapitulasi jawaban responden sebagaimana terlihat dalam uraian berikut ini.

4.2.2.1 Variabel Terpaan Iklan Calon Pr esiden Pr abowo – Hatta di Televisi (X)

Dari hasil penyebaran kuisoner mengenai variabel terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi yang diindikatori oleh frekuensi penayangan dan durasi penayangan, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.4

Fr ekuensi Menonton Iklan Calon Pr esiden Pr abowo – Hatta di Televisi Dalam Satu Minggu

No Berapa Kali Jumlah Persentase ( % )

1 1 – 5 Kali 24 24

2 6 – 10 Kali 25 25

3 11 – 15 Kali 36 36

4 16 – 20 Kali 15 15

Total 100 100

Sumber : Kuisoner Sub I No 1

(69)

terakhir ini antara lain : 11 – 15 kali sebanyak 36 orang atau sebesar 36% dan 16 – 20 kali sebanyak 15 orang atau sebesar 15%. Data ini menunjukkan seberapa seringnya responden dalam menonton iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi dalam satu minggu. Responden menonton iklan calon Presiden Prabowo – Hatta melalui beberapa stasiun televisi swasta maupun negeri yang menayangkan iklan tersebut. Semakin banyak stasiun televisi yang menayangkan iklan calon Presiden Prabowo – Hatta, semakin sering pula responden menonton iklan tersebut.

Sedangkan indikator durasi yang dihabiskan dalam setiap kali menonton iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi adalah diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.5

(70)

sebesar 41%. Sedangkan pada durasi 22 – 30 detik hanya sebanyak 11 orang atau sebesar 11. Responden yang menonton iklan diatas 15 detik, biasanya mereka menikmati apa yang disajikan iklan calon Presiden Prabowo – Hatta dan bisa juga mereka yakin untuk memilih pasangan Prabowo – Hatta pada Pemilu Pilpres tahun 2014. Semakin lama responden melihat tayangan iklan itu, memperlihatkan bahwa responden yakin akan memilih calon presiden Prabowo – Hatta.

Berdasarkan tabel diatas maka rekapitulasi jawaban responden untuk variabel terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi ( frekuensi dan durasi ) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Ter paan Iklan Calon Pr abowo – Hatta di Televisi ( X )

No Ter paan Iklan J umlah Persentase

1 Tinggi 13 13

2 Sedang 54 54

3 Rendah 33 33

J umlah 100 100

Sumber : Lampiran

(71)

ada dalam kategori rendah. Pada kategori rendah, karena mereka menganggap iklan tersebut tidak menarik sehingga mereka menonton dengan frekuensi dan durasi yang pendek serta adanya calon presiden lain yang mampu menarik minat responden untuk menonton iklan calon presiden lain. Sebaliknya sebesar 13 responden menganggap iklan itu menarik sehingga mereka menonton dengan frekuensi dan durasi yang tinggi sehingga terkena terpaan iklan calon presiden Prabowo – Hatta dalam kategori tinggi. Sedangkan yang paling banyak adalah 54 orang termasuk dalam kategori sedang karena variasi iklan calon presiden yang semakin banyak, sehingga responden bebas memilih iklan yang mereka suka, responden tidak hanya tertuju pada iklan calon presiden Prabowo – Hatta saja, tetapi iklan – iklan lain yang disukainya. Responden juga bebas menentukan hak pilih pada Pemilu Pilpres 2014. Terkadang responden yang menonton lama iklan calon Presiden Prabowo – Hatta itu belum tentu mereka suka dengan pasangan tersebut.

4.2.2.2 Var iabel Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pilpr es 2014 (Y)

Berikut ini akan penjabaran dari frekuensi jawaban yang diberikan oleh responden terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan :

(72)

Berdasarkan jawaban kuisoner yang disebarkan pada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pertanyaan “Saya berusaha memahami tayangan iklan calon presiden Prabowo – Hatta di televisi”, dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.7

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang

Responden Menjadi Tahu Akan Adanya Calon Presiden Yang Mengikuti Pemilu

No Pernyataan F %

1 Sangat Setuju 18 18

2 Setuju 66 66

3 Tidak Setuju 13 13

4 Sangat Tidak Setuju 3 3

J umlah 100 100

Sumber : Kuisoner Sub II No 1

(73)

cepat mengetahui siapa sajakah calon presiden yang maju dalam Pemilu Pilpres 2014 ini.

2. Pemahaman Visi dan Misi Calon Presiden Prabowo - Hatta

Berdasarkan jawaban kuisoner yang disebarkan pada 100 memahami visi dan misi Calon Presiden Prabowo – Hatta lewat tayangan iklan di televisi”, dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.8

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang Visi dan Misi Calon Presiden Prabowo - Hatta

No Pernyataan F %

1 Sangat Setuju 22 22

2 Setuju 56 56

3 Tidak Setuju 17 17

4 Sangat Tidak Setuju 5 5

J umlah 100 100

Sumber : Kuisoner Sub II No 2

(74)

calon Presiden Prabowo – Hatta melalui visi misinya, supaya responden tidak menjadi salah pilih pada Pemilu Pilpres 2014.

3. Calon Pr esiden Pr abowo – Hatta membuat Indonesia menjadi negar a maju.

Berdasarkan jawaban kuisoner yang disebarkan pada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pertanyaan “Saya yakin calon Presiden Prabowo – Hatta membuat Indonesia menjadi negara maju”, dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.9

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang Membuat Indonesia menjadi negara maju

No Pernyataan F %

1 Sangat Setuju 12 12

2 Setuju 8 8

3 Tidak Setuju 56 56

4 Sangat Tidak Setuju 24 24

J umlah 100 100

Sumber : Kuisoner Sub II No 3

(75)

berbagai bidang dengan utang negara yang semakin menumpuk. Tetapi ada 8 responden atau sebesar 8% yakin calon presiden Prabowo – Hatta bisa memajukan negara Indonesia dengan program-program yang sudah direncanakan sebelumnya. Tingkat kepercayaan responden ini masih rendah kepada para calon presiden, karena responden merasa mereka dibohongi dengan kejadian – kejadian yang sebelumnya di Negara Indonesia.

4. Ikut memberikan suara dalam Pemilu 2014 yang merupakan bagian dar i kegiatan par tisipasi politik

Berdasarkan jawaban kuisoner yang disebarkan pada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai “Saya akan memberikan suara dalam Pemilu 2014 yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014”, dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.10

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang Penggunaan Hak Pilih Suar a Pemilu 2014

No Pernyataan F %

1 Sangat Setuju 58 58

2 Setuju 42 42

3 Tidak Setuju 0 0

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

J umlah 100 100

(76)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 58 responden atau sebesar 58% yang menjawab sangat setuju untuk memanfaatkan hak pilihnya untuk mencoblos pada pemilihan presiden dan wakil presiden Pemilu 2014. Dengan kata lain, tayangan iklan politik diasumsikan sebagai stimulus yang dapat menimbulkan reaksi tertentu kepada responden, dalam hal ini partisipasi dalam proses pemilu 2014. Sehingga di dalam penelitian kali ini 0% orang tidak menjawab golput atau dengan kata lain mereka akan mencontreng di Pemilu 2014 tanggal 9 Juli 2014. Responden sudah bisa menentukan siapa yang cocok menjadi Presiden Negara Indonesia dengan melalui kampanye – kampanye sebelumnya yang diadakan para calon presiden. Dunia internasional akan merasa kagum dengan masyarakat Indonesia yang mampu menjalankan azas demokrasi khusunya Pemilu 2014 ini berjalan dengan lancar dan tidak ada konflik apapun dari massa pendukung para calon presiden dan wakil presiden.

5. Bagian dari simpatisan calon pr esiden Pr abowo - Hatta

(77)

Tabel 4.11

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang Simpatisan Calon Pr esiden Pr abowo - Hatta

No Pernyataan F %

1 Sangat Setuju 11 11

2 Setuju 13 13

3 Tidak Setuju 53 53

4 Sangat Tidak Setuju 23 23

J umlah 100 100

Sumber : Kuisoner Sub II No 5

(78)

6. Dengan semboyan Garuda Di Dadaku menjadi tahu ciri khas calon pr esiden Prabowo – Hatta.

Berdasarkan jawaban kuisoner yang disebarkan pada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pertanyaan “Saya mengetahui semboyan Garuda Di Dadaku adalah ciri khas calon presiden Prabowo - Hatta”, dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.12

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang Semboyan Garuda Di Dadaku

No Pernyataan F %

1 Sangat Setuju 43 43

2 Setuju 32 32

3 Tidak Setuju 20 20

4 Sangat Tidak Setuju 5 5

J umlah 100 100

Sumber : Kuisoner Sub II No 6

(79)

ciri khas tersendiri, dimulai dari baju yang mereka kenakan seperti lambing, corak baju, model baju bahkan warna baju mereka. Ada yang memakai kopiah bahkan ada yang bergaya santai memakai kemeja. Dengan ciri khas seperti itu memudahkan calon Presiden siapa yang menggunakan baju safari atau baju kemeja. Kebebasan membuat trendsetter di masa Pemilu ini menjadi sangat menarik perhatian para masyarakat kita.

7. Mengikuti perkembangan politik dalam hal ini masalah calon pr esiden Prabowo-Hatta yang ikut dalam Pemilu

Berdasarkan jawaban kuisioner yang disebarkan pada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai “Saya selalu mengikuti perkembangan politik khususnya menyangkut calon presiden Prabowo – Hatta”, dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.13

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang

Mengikuti Perkembangan Politik Ikut Dalam Pemilu

No Pernyataan F %

1 Sangat Setuju 22 22

2 Setuju 18 18

3 Tidak Setuju 52 52

4 Sangat Tidak Setuju 8 8

J umlah 100 100

(80)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 52 responden atapun sebesar 52% untuk tidak setuju yang artinya responden tidak selalu mengikuti perkembangan politik yang khususnya calon presiden Prabowo – Hatta dikarenakan responden juga mencari tahu bagaimana perkembangan politik bagi calon presiden yang ikut maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden di Pemilu 2014, sehingga responden dapat menentukan siapa yang akan dipilih calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2014 berdasarkan keinginannya. Responden juga menjawab sangat tidak setuju sebesar 8% atau sebanyak 8 responden, kemungkinan responden tidak ada waktu untuk selalu mengikuti perkembangan politik pada calon presiden. Perkembangan politik memang tidak selalu harus diikuti. Responden bisa memanfaatkan teknologi dan internet yang memudahkan mereka mengakses perkembangan politik calon Presiden Prabowo – Hatta.

8. Membandingkan visi dan misi calon presiden Pr abowo – Hatta dengan calon pr esiden lain yang ikut dalam Pemilu 2014

(81)

Tabel 4.14

Fr ekuensi J awaban Pertanyaan Tentang

Membandingkan Visi Dan Misi Calon Pr esiden Yang Ikut Dalam Pemilu 2014

Gambar

Gambar 1. Piramida Partisipasi Politik
Gambar 2. Teori S-O-R ( Effendy, 2000 : 255 )
Gambar 3. Bagan Kerangka Berfikir
Tabel Penolong Koefisien Korelasi Rank Spearman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ternyata tidak sesuai dengan hipotesa penelitian, yaitu adanya perbedaan derajat aglutinasi pada pemeriksaan golongan darah metode cell

Untuk mengolah air limbah hasil pengolahan ikan telah dibuat IPAL di Panjang Wetan dan Panjang Baru, tetapi kondisi IPAL tersebut kurang dirasakan manfaatnya

salah satu keluarga yang bergerak di bidang kepecinta-alaman / adalah kapalasastra // kelompok yang terbentuk pada tahun 1974 ini / merupakan komunitas dari mahasiswa pecinta alam

Waktu pada incoming feeder dibuat lebih besar agar pada saat terjadi gangguan hubung singkat, rele pada penyulang bekerja sebagai proteksi yang pertama dan bila

Penerapan asas freies ermessen oleh petugas kepolisian dalam pengalihan jalur lalu lintas di Bandar Lampung sudah sesuai dengan hukum Islam, karena tidak melanggar

Dengan nilai impedansi yang dibaca oleh relai, gangguan pada sistem transmisi diamankan oleh jarak tergantung oleh letak dan seberapa jauh gangguan dari relai jarak yang

Pemilihan bahan bakar dan oksidan untuk berbagai jenis sel bahan bakar bergantung pada aktivitas elektrikokimianya (yakni, kecepatan reaksi elektroda), biaya, dan kemudahan

pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Kubu. Pembahasan berkaitan dengan proses pembelajaran berdiskusi menggunakan model pembelajaran TAI yang meliputi perencanaan,