• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Investasi Air Limbah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Induk Investasi Air Limbah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Di Kota Bogor, pelayanan air limbah tinja (black water) merupakan tanggung jawab UPTD-PAL yang berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan1, sebelumnya UPTD ini beroperasi di bawah Dinas Pengawasan dan Permukiman sampai dengan tahun 2010. Pelayanan utamanya merupakan pilot project sistem perpipaan intermediate yang dapat melayani 600 rumah tangga di pengolahan air limbah kecil di Tegal Gundil. Pada kenyataannya, saat ini IPAL hanya melayani 300 rumah tangga dengan tarif berdasarkan konsumsi air bersih perpipaan.

Sisa kapasitas IPAL sebagian digunakan untuk mengolah lumpur tinja yang diangkut oleh 4 unit truk tinja yang juga dioperasikan oleh DPK (diketahui bahwa tidak terdapat truk tinja swasta dengan ijin dari pemerintah kota). Berdasarkan laporan pendapatan operasi sedot tinja, diperkirakan terdapat sekitar 5.000-6.000 rumah (kurang dari 3% rumah tangga) yang menggunakan jasa sedot tinja pada tahun 2010, hal ini mengindikasikan permintaan kebutuhan yang sangat kecil. Kapasitas terpakai IPLA diperkirakan kurang dari 50%

UPTD-PAL memiliki 18 orang staf. Pelayanan sebagian besar bergantung pada subsidi, dengan rasio operasi 7% untuk sistem intermediate dan 35% untuk pelayanan sedot tinja (rasio operasional gabungan sebesar 24%), tidak termasuk gaji pegawai.

Detail lebih lanjut mengenai operasi UPTD-PAL dapat ditemukan di Appendix G.1. Pada Appendix G.2 terdapat peraturan mengenai tarif sistem air limbah interdediate dan pelayanan sedot dan pengolahan tinja. Appendix G.3 menjelaskan mengenai pendapatan dan pembelanjaan untuk tahun 2009-2011.

Pelayanan masyarakat meliputi pembangunan MCK dan SANIMAS yang terhubung dengan unit pengolahan air limbah skala kecil. Tanggung jawab institusional pada tingkat pemerintah kota atas MCK dan SANIMAS sangat minim, sehingga fasilitas SANIMAS yang baru dibangun saat ini dikelola oleh ketua RT/RW. Tidak terdapat iuran pengguna fasilitas.

1 Acuan: Perwali 43/2010 mengenai TUPOKSI dan Posisi Struktural DKP

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

1

277184BA01 MMI MMI 12 A

/home/kominfo3/123/8.RencanaInstitusi.doc 29 March 2011

7. Rencana Institusi

1.1

Kajian/identifikasi dan evaluasi pelayanan air limbah dan pengaturan

institusi saat ini

1.1.1 Pelayanan air limbah saat ini

(2)

Tanggung jawab pengelolaan grey water berada pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air – DBMSDA. Dalam hal investasi, pemerintah pusat bertanggung jawab atas saluran drainase induk, pemerintah propinsi bertanggung jawab atas saluran sekunder dan pemerintah kota bertanggung jawab atas saluran tersier. Operasional dan pemeliharaan atas seluruh saluran drainase menjadi tanggung jawab pemerintah kota. Namun pada kenyataannya, operasional dan pemeliharaan saluran drainase tersier hampir diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kondisi sanitasi di Bogor dan berdampak pada kesehatan masyarakat. Buku Putih Kota Bogor menyebutkan hal-hal berikut:

 Survei PPSP tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat 330 pemerintah daerah, termasuk Kota Bogor, yang tidak memiliki infrastruktur sanitasi dan drainase yang layak;

 Persentase rumah sehat di Kot Bogor adalah 44,7% dibandungkan dengan Standar Pelayanan Minimum sebanyak 65%;

 Rumah tinggal yang memiliki jamban hanya sebanyak 74,3%

 Kejadian penyakit yang disebabkan oleh kondisi yang tidak saniter (seperti DBD, diare, masalah paru-paru dan pernapasa, penyakit kulit, tipus dan cacingan), meskipun telah menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan tahun 2008, masih cukup tinggi.

Box 1 pada Appendix G.1 merinci fungsi dan tanggungjawab UPTD-PAL dan para pejabatnya. Terlihat bahwa kebijakan manajemen air limbah saat ini berorientasi pada pencapaian target kinerja yang sederhana daripada pembangunan yang meningkat dan berkelanjutan.

Selain kegiatan UPTD-{A: di DPK, tiga dinas dan badan kota juga memiliki tupoksi terkain pengelolaan air limbah, yaitu: Dinas Kesehatan (DinKes), Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman (DPBP), Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA), Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH), Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) dan Bappeda. Kelurahan juga dilibatkan dalam aspek keterlibatan masyarakat. Tabel 7.1 menunjukkan distribusi fungsi diantara dinas dan badan tersebut di atas.

Tabel 7.1: Badan/Dinas Kota Bogor yang terlibat dalam pengelolaan air limbah

Fungsi DKP/

UPTD

Bappeda Dinkes BPLH DPBP BPPTPM DBMP

Keca-matan

Perencanaan V V V V V

Implementasi V V V V V

Pengawasan teknis V V V V

Pelatihan/ program peningkatan kapasitas

V V V V V V V V

Diseminasi informasi kesehatan lingkungan kepada masyarakat

V V V V V V

Penerbitan IMB sesuai dengan

V V

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

2

1.1.2 Pengaturan institusional saat ini

(3)

Fungsi DKP/ UPTD

Bappeda Dinkes BPLH DPBP BPPTPM DBMP

Keca-matan

pemenuhan syarat kesehatan lingkungan

Matriks di atas mengindikasikan bahwa TUPOKSI terkait tanggung jawab pengelolaan air limbag bersifat individual dan secara khusus ditangani oleh suatu departemen tanpa keterlibatan badan/dinas lain. Sehingga, pendekatan yang komprehensif dalam pengelolaan dan peningkatan sektor air limbah belum tersedia saat ini. Usulan dalam rencana induk ini dimaksudkan untuk menyiapkan pendekatan terintegrasi yang menyeluruh dalam hal pembuangan air limbah dan untuk mengakhiri fragmentasi tanggung jawab seperti yang terjadi saat ini.

Berbagai peraituran pemerintah kota yang ada saat ini terkait pengelolaan air limbah terdapat pada Appendix G.9. Beberapa keputusan tersebut harus direvisi agar dapat mencerminkan perubahan pengaturan institusi sebagaimana diusulkan pada Bab 7 rencana induk ini.

Di beberapa wilayah di Indonesia saat ini terdapat beberapa bentuk operator pengelola air limbah sistem perpipaan.

Operator Pemerintah Daerah

Dinas Tidak ada

UPTD DKI Yogyakarta (UPTP), Bogor BLU-D Denpasar dan sekitarnya

PDAM Balikpapan, Bandung, Cirebon, Medan, Solo PD-PAL Banjarmasin, DKI Jakarta

Perlu dicatat bahwa sebelum dikeluarkannya PP 23/2005 dan KepMen Dalam Negeri 61/2007 terkait BLU dan BLU-D, seluruh operator PDAM telah ditunjuk.

Penjelasan singkat mengenai opsi-opsi institusional dalam pengelolaan pelayanan air limbah terdapat pada Appendix G.4

Sebagai sektor yang akan bertransformasi sepenuhnya, pengelolaan air limbah akan melibatkan berbagai isu lingkungan yang harus diselesaikan dengan menjangkau masyarakat melalui aksi pro-lingkungan sehingga menarik minat/dukungan sebagian besar masyarakat. Dalam era otonomi daerah, pengaturan kelembagaan pelayanan air limbah membutuhkan visi, inisiatif politik dan niat baik dari para pejabat kota, badan legislatif dan pejabat senir pemerintah, mengingat langkah-langkah pengaturan akan sangat

dibutuhkan untuk mendukung program ini. Interdependensi antara berbagai pihak ini sangat penting dalam memastikan terjadinya sinergi yang sesuai sehingga dapat mengatasi kendala pendekatan birokrasi

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

3

1.2

Pemilihan operator

1.2.1 Penyedia jasa sistem perpipaan air limbah yang saat ini beroperasi di Indonesia 1.2.2 Pendekatan konseptual terhadap pengaturan institusional air limbah di masa yang

akan datang

(4)

konvensional dalam mencapai target pembangunan fisik yang konservatif dan tidak menjamin kesinambungan sektor ini.

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

4

(5)

Gambar 7-1: Pendekatan konseptual dalam pengaturan kelembagaan Rencana Induk Air Limbah, 2011 -2030

Untuk mengopeasionalkan tugas dan tanggung jawab baru dalam peningkatan sektor air limbah, UPTD eksisting membutuhkan peningkatan kapasitas yang signifikan jika ingin mencapai target jangka panjang sebagaimana diilustrasikan pada Kotak 7.1, terlepas dari pilihan operator “penuh”. Langkah-langkah peningkatan kapasitas akan diperkenalkan melalui pendekatan terinci, termasuk: (i) berorientasi pada TUPOKSO yang bertujuan untuk pengendalian manajemen yang efisien dari pelayanan air limbah skala kota, dan (ii) peningkatan dalam perekrutan personin dengan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kedua pendekatan ini harus memperhitungkan indikator kinerja (mengacu pada Bab 7.4.3)

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

5

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN AIR

LIMBAH KOTA BOGOR 2011

-Tanggung Jawab: Wastewater UPTD di bawah

DKP

-Tugas dan Tugas: IPAL (dan IPLT) operasi

-Kapasitas: IPAL untuk 600 rumah tangganya

(ada koneksi + / - 300 Rumah Tangga)

-Pelayanan IPLT terutama untuk On-Site dan

sistem komunal

-HRD:

18 orang

3 pasca-lulusan Univ teknis (S2: Kepala UPTD

dan Kepala Operasional dan Administrasi);

13 High School (SMA)

1 Sekolah Menengah (SMP)

1 Sekolah Dasar (SD)

-Truk tinja: 5 truk tinja dengan kapasitas5 meter

kubik, 4 beroperasi

-Kinerja: Belum Optimal

UPTD dengan peningkatan kapasitas bertahap menjadi embrio BLU-D pada tahun 2014, dan BLU-D penuh pada ahun 2017, menjadi PD-PAL pada 2020

TARGET (2030)

¬ Reformasi Kelembagaan Sektor Air Limbah:

♣ Operator Profesional

♣ Pemisahan Regulator & Operator

♣ Standar

Pembandingan / Kinerja

♣ Pemerataan Tarif / Retribusi

Revisi

♣ Revisi IMB

♣ Kesadaran Masyarakat Pentingnya Pengendalian Air Limbah untuk Lingkungan Sehat

♣ Menarik Promosi limbah investasi

♣ Penegakan melalui Kampanye Masyarakat dan Sanksi Political Will: Keputusan Strategis Eksekutif untuk seluruh stakeholde

r rs

(6)

Kotak 7.1 Indikasi reformasi kelembagaan sektor air limbah jangka panjang (2011-2030)

Serangkaian pemaparan mengenai kelemahan dan kekuatan kandidat potensial telah disampaikan kepada pajabat senior departemen teknis dan eksekutif Kota Bogor dan POKJA. Appendix G.5 menyajikan

perbandingan kandidat terhadap berbagai isu kelembagaan yang relevan. Selain itu, juga terdapat panduan sesuai KepMen PU 16/2008 (mengenai Kebijakan Nasional dan Strategi Pengembangan

Pengelolaan Air limbah Domestik) yang merekomendasikan penunjukan operator semi-otonomi dan badan regulator terpisah. Hal ini tidak termasuk pemilihan Dinas maupun UPTD. Pada pejabat kota juga

disarankan bahwa, jika dipitiskan untuk membentuk divisi terpisah dalam PDAM sebagai operator, pemerintah pusat akan mengharapkan pemerintah kota untuk menyediakan subsidi bagi operator, misal tidak diijinkan subsidi silang dari pendapatan divisi penyediaan air minum.

Pada tanggal 28 Februari 2011, pejabat pemerintah kota memilih BLU-D sebagai operator, dan

menetapkan bahwa BLU-D penuh harus sudah terbentuk pada akhir tahun 2017, yaitu dengan kondisi yang sesuai untuk mengasumsikan operasi sistem off-site dan IPAL serta supervisi sistem intermediate dan on-site. Penetapan tahun 2017 juga mempertimbangkan penyelesaian proses regulasi/perundangan dan potensi kendala perekrutan dan pelatihan untuk mendapatkan personel yang kompeten. Keputusan ini mendapat dukungan Walikota Bogor pada pertemuan lanjutan pada tanggal 14 Maret 2011. Pemilihan BLU-D dibuat dengan dasar-dasar pertimbangan berikut:

 Struktur organisasi PDAM dapat diduplikasi dalam divisi air limbah yang terpisah dengan aset tetap, personel dan sistem pembukuan keuangan yang terpisah;

 Pengalaman PDAM dalam menangani aset tetap dan kebutuhan operasional dan pemeliharaan dapat mendorong penrkembangan pelayanan air limbah perpiapan; tapi

 PDAM berorientasi untuk mendapatkan keuntungan. Sementara BLU-D tidak selalu menghasilkan keuntungan

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

6

1.2.3 Proses seleksi operator sistem perpipaan air limbah

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

 Pembentukan operator dengan akuntabilitas pelaksanaan pelayanan koleksi dan pembuangan air limbah perpipaan yang ramah lingkungan

 Pengenalan peraturan IMB dengan standard teknis yang sesuai untuk pembuangan limbah yang mencerminkan kebutuhan lingkungan seiring perkembangan sektor air limbah

 Penyediaan peningkatan kapasaitas untuk mendapatkan regulator air limbah yang sesuai dengan perundangan yang berlaku.

 Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan air limbah;  Penyusunan strategi umum dan rencana bisnis

 Pengenalan retribusi dan akses terhadap sumber pendapatan lain (seperti pajak bangunan) untuk mendanai pembelanjaan rutin sektor air limbah (operasi, pemeliharaan, administrasi, peningkatan kesadaran masyrakat, kampanye, dan lainnya);

 Pengenalan tariff yang full-cost recovery untuk bangunan non domestic  Pendampingan terhadap rumah tangga MBR dalam hal pengelolaan air limbah  Membentuk komite pemangku kepentingan

 Pengenalan prosedur penegakan dengan sangsi bagi pelanggar  Pengembangan tolak ukur

(7)

 Air limbah dan sanitasi merupakan pelayanan sosial dengan fokus terhadap pengendalian lingkungan dan kesehatan, dan oleh karenanya BLU-D lebih sesuai;

 Pengelolaan dan pengawasan fasilitas pembuangan air limbah on-site dan intermediate mungkin tidak terlalu sesuai untuk diterapkan pada struktur BLU-D.

Bab 7.2.3 merangkum proses-proses yang dilalui Kota Bogor dalam memilih BLU-D sebagai operator sistem air limbah perpipaan. Dengan keputusan ini, BLU-D juga akan bertindak sebagai pengawas pengelolaan air limbah sistem intermediate dan on-site. KepMen Dalam Negeri 61/2007 mensyaratkan adanya periode transisi dalam pembentukan BLU-D, dimana pada periode tersebut kapasitas badan ditingkatkan secara bertahap dari UPTD dan secara progresif memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab operator sistem perpipaan air limbah dan instalasi pengolahan air limbah skala besar pada akhir tahun 2017. Berbagai aspek fungsi UPTD dan BLU-D yang terdapat pada Appendix G.5 didetailkan pada Appendix G.6, sedangkan proses peraturan yang menyertainya yang dijelaskan di bawah ini dijabarkan secara lebih detail pada Appendix G.7. Gambar 7.2 menunjukkan struktur organisasi UPTD saat ini dan indikasi struktur BLU-D. Indikasi struktur BLU-D akan disesuaikan apabila diperlukan pada proses LIDAP.

Pembentukan BLU-D akan dilakukan dalam dua tahap:

Tahap pertama adalah peningkatan UPTD-PAL yang ada saat ini menjadi UPTD plus, dimana selain tanggung jawabnya pada operasi sistem perpipaan dan instalasi pengolahan Tegal Gundil (black water

dan lumpur tinja), diasumsikan UPTD plus juga akan bertanggung jawab atas pengawasan teknis sebagian besar sistem komunitas, termasuk pendidikan higien masyarakat. Pada tahap pertama ini, penyedotan tinja akan diswastakan dan operator truk tinja harus memiliki ijin operasi. Pada fase lanjutan di tahap pertama ini, juga akan dikelola dan dioperasikan “embrio” sistem perpipaan dan instalasi pengolahannya (khusus

black water), meskipun kegiatan ini tidak akan siap hingga embrio BLU-D terbentuk (lihat di bawah). Sehingga kegiatan ini akan menjadi jalan singkat dalam pengadaan pelayanan air limbah sesuai RPJMD Kota Bogor tahun 2011-2015, seperti optimalisasi kapasitas terpakai di IPAL Tegal Gundil, perluasan cakupan pelayanan sistem perpipaan air limbah Tegal Gundil dan peningkatan pengawasan fasilitas SANIMAS.

DKP/UPTD-PAL, bersama dengan Bagian Kepegawaian dan Pendidikan, akan bertanggungjwab atas proses peningkatan kapasitas. Diharapkan bahwa pada tahap pertama ini akan membutuhkan waktu sekitar 2-3 tahun sebelum UPTD-PAL siap untuk dialihkan menjadi UPTD plus. Pengaturan peningkatan kapasitas harus siap pada akhir 2011 atau awal 2012 dan disokong dengan SK Walikota atau Perwali, baik untuk perekrutan staf maupun persiapan program peningkatan kapasitas. Perekrutan peningkatan

kapasitas UPTD-PAL akan dilakukan sesuai dengan PP 41/2007.

Tahap kedua merupakan proses pengalihan UPTD Plus menjadi BLU-D, dengan struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab yang lebih efisien dan efisien sesuai dengan fungsi profesional operator pelayanan sistem off-site, intermediate dan on-site.

Gambar 7.3 menggambarkan proses peningkatan UPTD plus menjadi BLU-D.

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

7

1.3

Pembentukan operator dan tanggung jawabnya

1.3.1 Proses peraturan

(8)

Gambar 7-2: Existing UPTD and Indicative BLU-D Organization Structures

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 8

Error! No text of specified style in document.

Error! No text of specified style in document.

Existing (UPTD Plus form) Ref PP 41/2007 Proposed BLUD Form

(Ref: MOHA Decree 61/2007)

DKP

(Cleansing and Parks Services )

Head of Sub Unit of Administration (Supported by Financial, Treasury, Admin &

Asset Management Staff) Financial Adm. & Treasury and asset)

Mayor

Mayor

Head of BLU-D BLUBLU-D

Assitants & Sections Departments

Other Agencies City Gov Secretariat

Assistants & Sections

Sub Div: Technical Planning & Design

Sub Div Implentation of Technical Operation &Implementation: Section: On -site Systems Section : Off -site Systems Section: Intermediate Systems

Sub Div: Benchmarking and Performance

Sub Div: Personnel

Sub Div: Technical Administration Head of Teachnical Operations On Site, Offsite dan Komunal

Keuangan

EXISTING

 HRD:

 18 ( 9 staff, 3 candidate staff and 6 daily contract workers)

 3 technical, univ post grad(S2: Chief of UPTD, Chiefs of Sub Div Operations & Administration

 13 High School (SMA)

 1 Medium School (SMP)

 1 Elementary school (SD)

 Vacuum Truck Tankers:

5 tankers of 3 cubic meter each, 4 operational, 1

no-operatiion Future HRD: Minimum requirement: 20 – 27 trained graduate staff:

Local Gov Secretariat

UPT D to BLU -D

Sub Div: Business Plan &Budgeting, Tariff & MIS

Sub Div: Treasury

Sub Div: Credit

Sub Div: Assets & Investment Sub Div: Accounting & Financial Reporting Chief of UPTD -PAL

 Wastewater Operator

 Pump Operator

 Planning

(9)

Gambar 7-3: Procedure for Upgrading UPTD plus to BLU-D (Based on: Min of Home Affair Decree / Kepmen Dagri 61/2007)

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 9

Error! No text of specified style in document.

Error! No text of specified style in document.

BLUD

Bertahap

Second Phase:

Year.3:Proposal for BLU-D to Mayor

MAYOR

OF KOTA

BOGOR

First stage BLUD APPROVED REFUSED

(Not Yet Meet condition requirements)

Back to UPTD (improved)

Recommendation of Evaluation Team*

(Perwali concerning BLU-D feasibility)

Full BLU-D may be proposed to Mayor with similar procedure to that for furst stage conditions

Full

BLU-D

staus

first stage BLU-D

*Evaluation Team would consist of:

1.City Gov Secretary as hief and member. 2. PPKD as secretary of team and membe; 3. Head of Bappeda as member. 4. Head of DKP as member. 5. Expert in his/her field if necessary as member.

DPRD

informed

UPTD-PAL

(Recomemndation of Headof DKP Kota Bogor)

Attachment: UPTD with additional duties, tasks and staff to support

UPTD capacity building

UPTD (Plus)

(Recomemndation of Head of DKP

Kota Bogor) Attachment:

Documentof Condition s for BLU-D

Year 1: First Phase:Proposal with additional tasks, duties and staff task&personel

DPRD

informed

3 months

3 months

3 months

BLU-D

Requirements

Substantive

Administrat ive

Technical full BLUD

(10)

Embrio BLU-D diharapkan akan siap pada tahun 2013. BLU-D akan mengambil alih tanggung jawab UPTD plus pada tahap pertama kemudian dikonsolidasi dan disempurnakan. Selain itu, tanggung jawab juga akan diperluas melalui peningkatan kapabilitas sumber daya manusia dan pelatihan untuk menyiapkan pelayanan penuh pengelolaan dan operasi sistem perpipaan air limbah konvensional dan fasilitas pengolahan air limbah off-site. Struktur BLU-D akan diatur sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri 61/2007.

Gambar 7.4 menunjukkan posisi BLU-D Pengelolaan Air Limbah di dalam struktur organisasi kota Bogor. Pengaturan ini disarankan untuk terlaksana pada akhir tahun 2017.

Pemilihgan BLU-D sebagai operator oleh Kota Bogor berarti bahwa layanan akan dapat dikelola secara terintegrasi. Dalam beberapa kasus, operator BLU-D akan mengelola/mengoperasikan layanan secara langsung (pelayanan on-site dan pembuangannya, sistem perpipaan dan pengolahannya) sedangkan pada kasus lain, BLU-D akan mengawasi kegiatan, memandu penyediaan layanan masyarakat dalam mencapai standar higien dan kualitas lingkungan yang lebih baik, serta berkolaborasi dengan penyedia jasa dan infrastruktur lainnya. Ringkasan deskripsi jenis pelayanan yang akan disediakan oleh operator dibagi menjadi pelayanan on-site, intermediate, off-site dan pembuangan grey water (lihat Bab 7.3.3).

Pengelolaan air limbah terpadu2 didefinisikan sebagai “suatu proses yang mempromosikan pembangunan yang terkoordinasi serta pengelolaan air limbah, air bersih, tanah dan sumber daya lain yang terkait dalam rangka memaksimalkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem vital”.

Sistem off-site, khususnya, harus disertai dengan pengendalian pengggunaan lahan yang ditunjuk dan desain lansekap. Sistem ini harus direncanakan dan dirancang sedemikian untuk dapat menghindari konflik sosial atas masalah tanah dan aksesibilitas. Untuk dapat mencampai pembangunan sektor yang berkelanjutan, dibutukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.

Secara umum, masih terdapat kekurangan dalam hal pengaturan kelembagaan yang sesuai dalam mengelola air limbah yang tidak terpusat (seperti sistem intermediate) dan juga dalam hal kerangka kebijakan yang mendukung pendekatan desentralisasi. Kegagalan dalam mengatasi masalah ini dapat memicu fragmentasi sub-sektor, seperti di wilayah peri-uraban dimana batas wilayah tidak terlalu jelas. Tanpa kerangka kelembagaan formal yang mengawasi dan mengatur sistem-sistem tersebut, upaya pengawasan sistem air limbah desentralisasi mungkin tidak akan berhasil dan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan lainnya.

2 United Nations World Water Development, Report No 3, Water in a Changing World, UNESCO 2009

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

10

1.3.2 Latar belakang penugasan tanggung jawab operator

Error! No text of specified style in document.

(11)

Gambar 7-4: Position of BLU-D within Kota Bogor organization structure

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc 11

Error! No text of specified style in document.

Error! No text of specified style in document.

Mayor

AS ADM UMUM STA F AHL I SEKR DPRD AS TATA

PRAJA Regulation /Policy Division Finance Division General

DPRD

BADAN / BODY BLU D BUMD Inspe ctora te DINAS / AGENCY KANTOR / OFFICE

Kec Bgr Utara Kec Bgr Tengah

Kec Bgr Timur

8 Kelurahan

16 Kelurahan

6 Kelurahan 11 Kelurahan

15 Keurahan 11 Kelurahan

1.

Dinas of Education.

2.

Dinas for Health.

3.

Dinas labour, Social and

transmigration

4.

Dinas Traffic and

Transportation.

5.

Dinas Culture and

Tourism

6.

Dinas Bina Marga and Water Resources.

7.

Dinas Building

Monitoring and Settlements.

8.

DINAS CLEANLINESS

AND PARKS.

9.

Dinas Industry and Trade.

10.

Dinas Agriculture.

11.

Dinas Civil.

1. Regional Development Planning Board

2. Personnel Agency, Education and Training 3. Integrated Licensing Service Agency and Investment

4. Agency for Community Empowerment and Family Planning

5. Environmental Management Agency 6. Financial Management Board and the Regional Asset

1. Office of Archives and Regional Library 2. Office of National Unity and Politics

3. Office of Communications and Information Technology 4. Office of Food Security

5. Office of Youth and Sports 6. Office of Cooperative and SMEs

1. PDAM 2. PD Bank

Pasar 3. PD Jasa

Transport asi 4. PD Pasar

Pakuan Jaya

Kec Bgr Selatan Kec Bgr Barat Kec Tnh Sareal

CITY

SECRETARY

Deputy Mayor

AS ADM KEMASY & PEMB Governance Division Legal Division Communit y Division General Affair Economic Division Secretari at Finance Division Public Relations Organization Division Program Control Division

In the early stages UPTD gradually increased its capacity before it gets BLUD (as Embryo BLUD), with either (1) Increasing TUPOKSI designed to handle waste water services citywide, (2) Recruitment of human resources as required; through (3) Application of

Performance Indicators ; in order (4) Achieving Targets Wastewater management institutional reforms

UPTD

1. UPTD Flats;

2. UPTD Fire and Natural Disaster Management. 3. UPTD Puskesmas;

4. UPTD Regional Health Laboratory (LABKESDA). 5. UPTD Cemetery;

6. UPTD Wastewater Treatment (existing UPTD Tegal gundil)

(12)

Sistem air limbah on-site akan membutuhkan pengaturan dan pengawasan atas berbagai teknologi yang digunakan, termasuk:

 Peningkatan dan pembangunan fasilitas MCK masyarakat, termasuk juga yang berada pada rumah tinggal, baik dengan pengolahan on-site maupun terhubung dengan SANIMAS, juga termasuk pemanfaatan tambahan seperti produksi biogas dan daur ulang air limbah terolah;

 Peningkatan fasilitas jamban individual dan jamban bersama pada permukiman eksisting maupun baru, baik yang dilengkapi dengan pengolahan on-site individual maupun bersama;

 Fasilitas MCK pada fasilitas umum (sekolah, pasar, terminal, dan lainnya) dengan pengolahan on-site;  Pelayanan sedot tinja;

 Peningkatan pengolahan lumpur tinja eksisting maupun pembangunan pengolahan baru.

Berdasarkan pertimbangan di atas, dan juga isu-isu administratif dan substantif, TUPOKSI harus dapat merespon pelayanan pengelolaan air limbah sebagaimana dijelaskan pada Bab 7.3.3 berikut.

1.1.1.1 Pelayanan air limbah on-site

Registrasi dan Inspeksi

 Mengidentifikasi lokasi tangki septik dan cubluk, membuat dan menyimpan pusat data berdasarkan kategori rumah tangga, masyarakat dan non-rumah tangga (sekolah, pasar, dll). Kemungkinan tidak semua lokasi fasilitas on-site dapat diidentifikasi atau tidak semua fasilitas on-site dapat diakses oleh truk tinja;

 Memastikan bahwa semua bangunan baru memenuhi ketentuan sistem on-site (konstruksi toilet, pipa limbah dan tangki septik) dan bahwa fasilitas tersebut terdaftar dan permohonan persetujuan diajukan oleh operator kepada Dinas Pendapatan sebelum izin membangun (IMB) diterbitkan;

 Melaksanakan inspeksi secara berkala terhadap semua fasilitas tersebut dan melaporkan kondisinya; laporan untuk dicatat dan disertakan dalam rekomendasi menyenai persyaratan pengosongan tangki septik dan pemberian subsidi kepada keluarga berpenghasilan rendah di daerah-daerah padat untuk meningkatkan fasilitas yang ada;

 Menginformasikan Departemen Kesehatan mengenai daerah dengan kondisi tidak sehat, sehingga fokus yang intensif mengenai kebersihan rumah tangga dapat diberikan kepada masyarakat daerah tersebut;

 Mendorong LSM dan organisasi masyarakat untuk membantu pelayanan yang diperlukan dan disesuaikan dengan progress peningkatan kapasitas.

Penyedotan dan pembuangan tinja di IPLT pada sistem on-site

 Membekukan ukuran truk tinja DPK dan mengembalikannya ke pelayanan taman, jika dibutuhkan; Mendorong privatisasi pelayanan hingga tingkat yang ditentukan. Menerbitkan peraturan mengenai sedot tinja dengan tariff tetap sesuai jarak dan volume lumpur tinja.

 Mengatur kebutuhan pelayanan sedot tinja dengan pengawasan, operator swasta akan dikontrak oleh operator air limbah

 Otorisasi pembayaran berdasarkan produksi oleh operator truk tinja yang disertai dengan bukti pengiriman lumpur ke IPLT.

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

12

(13)

1.1.1.2 Tanggung jawab operator pada sistem intermediate

 Melaksanakan inspeksi berkala terhadap fasilitas masyarakat, memberikan saran teknis mengenai operasi dan pemeliharaan kepada pengawas fasilitas masyarakat;

 Mengidentifikasi dan merekomendasi pembangunan fasilitas masyarakat baru dan tambahan di daerah yang belum terlayani atau kurang terlayani;

 Memeriksa catatan akuntan RT/RW mengenai disposisi pendapatan

 Melaksanakan inspeksi berkala atas sistem intermediate dan fasilitas pembuangan di kawasan perumahan dan memastikan bahwa O&M sesuai dengan izin bangunan;

 Mendorong LSM dan organisasi masyarakat untuk membantu pelayanan yang diperlukan dan disesuaikan dengan progress peningkatan kapasitas.

1.1.1.3 Tanggung jawab operator pada pelayanan off-site

 Operasi dan pemeliharaan sistem pengaliran air limbah, termasuk sistem embrio, dan juga inspeksi periodik pada saluran primer dan sekunder serta manhole;

 Operasi dan pemeliharaan fasilitas IPAL, termasuk IPAL embrio;  Pengawasan standar teknis dan lingkungan;

 Formulasi rencana teknis peningkatan dan perluasa sistem;

 Komersialissasi tarif untuk pelanggan bukan rumah tangga dan bukan sosial;

 Menanggapi perilaku dan keluhan pelanggan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, termasuk pemeriksaan saluran tersier dan sambungan rumah;

 Pengadaan solusi yang terjjangkau bagi rumah tangga MBR dalam hal sambungan dan tarif serta

service charge;

 Manajemen finansial dan sistem administratif yang accountable.

1.1.1.4 Tanggung jawab operator untuk saluran yang mengalirkan grey water

 Memeriksa fungsi saluran drainase tersier sebagai bagian dari kegiatan pemerikasaan periodik;  Melaporkan masalah/kendala yang timbul terhadap badan pemerintah kota terkait (missal

penyumbatan sampah padat di saluran drainase, masalah perbaikan/konstruksi minor);

 Memberi penyuluhan terhadap rumah tangga dan pemimpin masyarakat mengenai pentingnya menjaga saluran drainase dalam kondisi yang baik dan metorde perbaikan saluran;

 Memberi masukan kepada Dinas Bina Marga dan SDA mengenai perlunya konstruksi saluran drainase tersier baru;

 Mendorong LSM dan organisasi masyarakat untuk membantu pelayanan yang diperlukan dan disesuaikan dengan progress peningkatan kapasitas.

Kebutuhan untuk menetapkan regulator yang independen dari operator tetapi dengan akuntabilitas didepan otorita legislatif dan eksekutif kota sangat penting untuk menghindari konflik kepentingan. Administrasi kota telah memilih BLU-D, suatu badan yang tidak berorientasi mengahasilkan keuntungan, sebagai operator; olehkarenanaya regulator harus memiliki perspektif yang berbeda dari dewan pengawas operator yang berorientasi mendapatkan keuntungan dan mementingkan pertimbangan komersial.

Peraturan lingkungan hidup yang baru (UU 32/2009) meletakkan tanggung jawab pemeliharaan lingkungan pada pemerintah daerah dan mengatur penunjukkan regulator (Bab 15). Namun, meskipun peraturan

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

13

1.4

Tindakan institusional lain yang dibutuhkan

1.4.1 Kantor regulator

(14)

pemerintah yang mengatur implementasi undang-undang ini seharusnya selesai pada tahun 2010, PP yang dimaksud masih belum disahkan.

Selain itum kantor regulator harus bertanggung jawab untuk memastikan pelaksanaan UU 25/2009 mengenai pelayanan umum dilakukan sesuai dengan persyaratan kulaitas pelayanan untuk sektor air limbah. Perlu dicatat bahwa berdasarkan perundangan ini, masyarakat memiliki hak untuk membentuk institusi pengawasan sendiri untuk memantau pelayanan umum (Bab 39).

Akan ada kebutuhan untuk mengimplementasikan perda dan mengoperasional kedua peraturan ini di Kota Bogor. Selain itu, Perda juga haru smempertimbangkan isu-isu berikut:

 Perlunya menetapkan dan menerbitkan standar kinerja sektor air limbah, dan mendiseminasikan derajat pencapaian sektor air limbah pada suatu interval waktu tertentu.

 Metode ppenegakand an sangsi terhadap pelanggar-idealnya, hal ini harus memasukkan kebutuhan akuntabilitas institusi pemerintah kota, dan juga pelanggar individual.

Untuk melaksanakan tugas-tugas ini, regulator harus memiliki akses terhadap informasi. Hal ini berarti bahwa regulator memiliki akses penuh terhadap seluruh laporan yang disiapkan oleh operator dan juga laporan tindakan koreksi yang dilakukan oleh badan terkait maupun individu.

Perda Kota Bogor yang ada saay ini (07/2006) mengenai Bangunan telah ditinjau kejelasannya dan kecupukannya dalam hal spesifikasi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan IMB. Secara umum, isi peraturan daerah sudah cukup memuaskan, baik dalam hal toiley, lokasi pembuangan limbah dan tangki septik individua. Tetapi masih diperlukan tambahan dalam hal transisi dari cakupan tangki septik on-site ke peralihan progresif sistem intermediate dan perpipaan.

Perlu dipertimbangkan otorisasi penggunaan tangki septik selanjutnya, baik untuk rumah tangga individu, unit perumahan d an industri ringan, serta peralihan bertahap pada area yang ditetapkan untuk sistem intermediate dan perpipaan. Bab 8.3 merekomendasikan pentahapan peraturan yang akan mewajibkan sistem perpipaan bagi pemilik properti dengan akses langsung ke perpipaan air limbah ( dengan pengaturan yang disesuaikan untuk rumah tangga MBR).

Dorekomendaasikan agar UPTD plus mendapatkan otoritas untuk memastikan kelayakan pengaturan air limbah pada seluruh penerbitan IMB. Otoritas ini akan diteruskan pada BLU-D. Meskipun otoritas

penerbitan IMB akan tetap berada di BPPD.

Serangkaian performa indikator yang dapat diukur harus mencerminkan cakupan dan tujuan program sektor air limbah agar ditangani secara progresif oleh UPTD, UPTD plus dan BLU-D. Ukuran performa akan berfariasi sesuai dengan petunjuk rencana dan kegiatan yang dilakukan. Untuk mencapai performa yang baik, peran supervisi air limbah harus dikembangkan dan ditingkatkan melalui pelatihan dan pengalaman kerja, termasuk supervisi dan edukasi masayarakat mengenai manajemen higien pribadi dalam hal air limbah.

Serangkaian indikator kinerja akan dikembangkan dalam LIDAP, yang juga akan meliputi indikator kuantitas black water dan lumpur yang diproses, jumlah tangki septik yang dikosongkan, jumlah

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

14

1.4.2 Tinjauan Ijin Memberikan Bangunan – IMB1.4.3 Indikator kinerja

Error! No text of specified style in document.

(15)

sambungan, efisiensi operasional IPAL dan pompa, jumlah keluhan dan waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi keluhan, efisiensi pengumpulan, dan lainnya.

Tabel 7.2 menyajikan ringkasan ususlan rencana kegiatan terkait peraturan untuk pengembangan institusi dan reformasi sektor air limbah. Appendix G.8 memberikan pentahapan mendetail di sepanjang ketiga Tahapan Rencana Induk: Tahap I – 2001-2015, Tahap II 2016-2020 dan Tahap III 2021-2030.

Tabel 7.2: Usulan rencana kegiatan terkait peraturan

HRD Recruitment – Additional duties and tasks – Capacity Building Program

Proposed Actions Target Date Regulatory Action

Internal Pemda of HRD Recruitment to strengthen UPTD

December 2011 New Perwali

Additional duty and Task to meet professional performance

December 2011 New Perwali

Development of Capacity Building to support Wastewater programs development

January 2012 New Perwali

Improvement: UPTD – BLUD – PD-AL

Proposed Actions Target Date Regulatory Action

Improved UPTD as embryo BLU-D

Establishing Evaluation Team of UPTD form to BLUD form

December 2013 Marc h 2014

Revise Perwali 43/2010 New Perwali

Establish wastewater services BLU-D December 2014 New perda required Revise Perda No Revise Perwali 43/2010 Review whether to continue BLU-D or establish

PD-PAL

December 2020 New perda required if PD-PAL

Review December 2020 decision if BLU-D still the operator

December 2025 New perda required if PD-PAL

Changes to the Building Permit (IMB)

Proposed Actions Target Date Regulatory Action

Housing estate Individual houses Light Industrial waste

December 2013 Revise Perda No

Changes to Desludging Operations

Proposed Actions Target Date Regulatory Action

Licensing December 2012 New perda required

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

15

1.5

Pentahapan pengembangan institusional pada periode rencana induk

Error! No text of specified style in document.

(16)

Establish Office of the Regulator

Proposed Actions Target Date Regulatory Action

Establish Office of the Regulator December 2012 New perda required as per guidelines of PP (not yet issued) from UU 32/2009 on the Environment and UU 25/2009 on Public Services Review and upgrade the functions of the office December 2017 Revise perda Review and upgrade the functions of the office December 2022 Revise perda Review and upgrade the functions of the office December 2027 Revise perda

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011

P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc

16

Gambar

Tabel 7.1:Badan/Dinas Kota Bogor yang terlibat dalam pengelolaan air limbah
Gambar 7-1:  Pendekatan konseptual dalam pengaturan kelembagaan Rencana Induk Air Limbah, 2011 -2030
Gambar 7-2: Existing UPTD and Indicative BLU-D Organization Structures
Gambar 7-3: Procedure for Upgrading UPTD plus to BLU-D (Based on: Min of Home Affair Decree / Kepmen Dagri 61/2007)
+3

Referensi

Dokumen terkait

By using the participatory rural appraisal, university can plan things such as; Developing collaboration groups of fisher community, Constructing learning action for

Kunci untuk merealisasikan angka penjualan agar terus mangalami peningkatan dalam bisnis ritel adalah menjual atau menyediakan barang dengan mutu atau kualitas yang baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia

Koleksi perancangan busana Enchanté de Femme Fatale merupakan koleksi evening gown yang cocok dikenakan untuk acara-acara besar, seperti acara. pernikahan,

Corporate social responsibility cost proxied through employee welfare costs (costs of post work) and costs for Community (contributions or donations).. Sampling

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah investasi dalam bentuk ekspansi Toko Aneka Jaya layak untuk dijalankan.. Alasan toko aneka jaya melakukan ekspansi usaha

[r]

Variabel yang mempengaruhi tingkat kerentanan Pantai Pamarican dan bobot nilainya adalah perubahan garis pantai 1-5 m/tahun, pengamatan visual kerusakan garis pantai terlihat