• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pokok bahasan teorema pythagoras terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Tarakanita Magelang tahun ajaran 2012 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pokok bahasan teorema pythagoras terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Tarakanita Magelang tahun ajaran 2012 2013"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PADA POKOK BAHASANTEOREMA PYTHAGORAS TERHADAP

HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII

SMP TARAKANITA MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Elisabeth Andarini

NIM : 081414003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Elisabeth Andarini. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Tarakanita Magelang Tahun Ajaran 2012/2013. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa SMP Tarakanita Magelang.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2012/2013 dengan pokok bahasan Teorema Pythagoras. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Tarakanita Magelang yang berjumlah 35 siswa.

Instrumen dalam penelitian ini meliputi (1) instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) (2) instrumen pengumpulan data berupa tes meliputi pretes (tes awal) dan postes (tes akhir) (3) instrumen non tes meliputi lembar observasi keaktifan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) keaktifan siswa tergolong cukup. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil keaktifan siswa secara keseluruhan untuk tingkat keaktifan tinggi mencapai 32,14%, untuk tingkat keaktifan cukup mencapai 49,28%, tingkat keaktifan rendah 11,42%, dan untuk tingkat keaktifan sangat rendah 7,14% (b) pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ditunjukkan

dari peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran. Sebelum mengikuti pembelajaran kooperatif, siswa yang mencapai KKM 73 hanya terdapat 6 siswa yaitu sebesar 17,14%. Hal ini dilihat dari nilai pretes. Setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif ini, siswa yang mencapai KKM 73 sebanyak 17 siswa yaitu sebesar 48,57%. Jadi dapat dikatakan meningkat dan menghasilkan hasil belajar yang tergolong cukup dengan nilai rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa pada materi Teorema Pythagoras yaitu 67, 95. Sedangkan untuk tingkat pemahaman siswa terhadap materi tergolong sangat baik. Hal ini terlihat dari hasil nilai postes, untuk kriteria sangat baik mencapai 34,2%, kriteria baik 22,85%, kriteria cukup 20%, kriteria rendah 8,57%, dan kriteria sangat rendah 14,28%.

(7)

vii

ABSTRACT

Elisabeth Andarini. 2013. The Effect of Cooperative Learning Type 'Team Assisted Individualization' (TAI) of The Main Subject of Pythagorean Theorem Against Learning Result and Student Activity at Eighth Grade Student of Tarakanita Magelang Junior High School In 2012/2013 Academic Year. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research is aimed to determine the effect of cooperative learning type Team Assisted Individualization (TAI) on learning result and student activity of Tarakanita Magelang Junior High School.

This research is descriptive quantitative research. The research was conducted in the gasal semester for teaching period: 2012/2013 with the main subject of the Pythagoras Theorem. The subjects of the research are students of class VIII D Junior High School Tarakanita Magelang that totaling 35 students.

Instrument in this research include of (1) learning instruments such as the learning lesson plan (RPP) and the student worksheet (LKS) (2) data collection instruments such as a test instrument (1) in the form of a pretes and postes and (3) non-test instrument includes observation of student activity sheets.

The result of research shows (a) students’ learning result is classified as medium. It can be seen by the average results of the overall student activity for high activity level reached 32,14%, for the medium level of activity reached 49,28%, 11,42% for lower activity level and very low level of activity reached 7,14 % (b) cooperative learning type 'Team Assisted Individualization' affect on student learning result. The influence of improving student learning result is demonstrated before and after the learning process. Before participated in cooperative learning, there are only 6 students who reached 73 for KKM, that is equal to 17,14%. It is seen from the pretest. After participating in this cooperative learning, students who reached 73 for KKM are 17 students in the amount of 48,57%. So, it can be said that there is improvement and the learning result is good enough obtained the average of final test students is 67,95. The level of students' understanding of the material is very good. It is shown by the results of postest values, for the criteria very well reached 34,2%, 22,85% for good criterion, 20% for good enough criterion, 8,57% for low criterion, and 14,28 % for the very low criterion.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa di Surga atas segala berkat, campur tangan, pertolongan, penghiburan dan cinta kasihNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika,

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan, bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan sepenuh hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Drs. Aufridus Atmadi. M.Si., selaku ketua jurusan PMIPA.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Matematika. 4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing akademik.

5. Ibu E. Ayunika Permata Sari, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama menyusun skripsi ini.

6. Segenap dosen dan karyawan JP MIPA yang telah membimbing, membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis.

(10)

x

8. Ibu Lucia Tri Harjanti, S.Pd. dan Bapak Albertus Heru Wicaksono, S.Pd. selaku guru matematika kelas yang telah memberikan kesempatan, motivasi, dan batuan selama proses penelitian.

9. Bapakku Ignatius Heri Siswanto, Ibuku Cicilia Pudjisetyati, dan Adikku Skolastika Teri Hapsari atas dukungan, motivasi, dan doa, serta cinta kasih yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Siswa-siswi kelas VIII D SMP Tarakanita Magelang, yang telah bersedia membantu penulis selama penulis melakukan penelitian.

11.Semua sahabatku, dan teman-teman Pendidikan Matematika 2008 yang aku sayangi.

12.Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka, dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 Januari 2013 Penulis,

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

(12)

xii

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Belajar ... 9

B. Hasil Belajar ... 12

C. Keaktifan Belajar Siswa ... 15

D. Pembelajaran Kooperatif ... 17

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ... 22

F. Materi Ajar ... 27

G. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 35

C. Variabel Penelitian ... 36

D. Jenis Data ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 42

H. Metode Analisis Data ... 44

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN DI LAPANGAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 50 A. Pelaksanaan Penelitian ... 50

(13)

xiii

BAB V KESIMPULAN HASIL PENELITIAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

C. Kelemahan Penelitian ... 94

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketentuan Nilai Peningkatan Kelompok 26

Tabel 2.2 Ketentuan Penghargaan Kelompok 26

Tabel 2.3 Contoh Perhitungan Tripel Pythagoras 29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Akhir 39

Tabel 3.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa 42

Tabel 3.3` Kriteria Tingkat Pemahaman Siswa 46

Tabel 3.4 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Tiap Pertemuan 47

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa 47

Tabel 4.1 Kegiatan Observasi Sebelum Penelitian 50

Tabel 4.2 Kegiatan Pelaksanaan Penelitian 50

Tabel 4.3 Perolehan Nilai Placement Test (pretes) 54

Tabel 4.4 Pembentukan Kelompok (teams) 55

Tabel 4.5 Perolehan Nilai Kuis 1 60

Tabel 4.6 Perolehan Nilai Kuis 2 65

Tabel 4.7 Penghargaan Kelompok 67

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa pada pretes 69

Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir (postes) 70 Tabel 4.10 Kriteria Pemahaman Materi dan Jumlah Siswa pada Tes Akhir 72 Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Pertemuan I 73

Tabel 4.12 Keaktifan Siswa pada Pertemuan I 74

(15)

xv

Tabel 4.14 Keaktifan Siswa pada Pertemuan II 77

Tabel 4.15 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Pertemuan III 78

Tabel 4.16 Keaktifan Siswa pada Pertemuan III 79

Tabel 4.17 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Pertemuan IV 81

Tabel 4.18 Keaktifan Siswa pada Pertemuan IV 82

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pelaksanaan Placement Test 53

Gambar 4.2 Siswa mengerakan soal dan menjelaskan pada teman-teman.

Siswa yang lain aktif memperhatikan. 58

Gambar 4.3 Suasana siswa secara individu mempelajari materi pada LKS 2 59 Gambar 4.4 Siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya 59 Gambar 4.5 Siswa banyak yang bertanya karena kurang memahami materi 62 Gambar 4.6 Siswa mengerjakan soal hasil diskusi kelompok 64

Gambar 4.7 Penghargaan kelompok 67

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) L.1

A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) L.18

A.3 Lembar Observasi L.33

LAMPIRAN B

B.1 Soal Pretes L.35

B.2 Kunci Jawaban Pretes L.36

B.3 Soal Postes L.39

B.4 Kunci Jawaban Postes L.41

LAMPIRAN C

C.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Postes L.43

C.2 Daftar Nilai Postes L.58

LAMPIRAN D

D.1 Contoh Hasil Pengerjaan LKS L.59

D.2 Contoh Hasil Pengerjaan Pretes L.69

D.3 Contoh Hasil Pengerjaan Kuis L.72

D.4 Contoh Hasil Pengerjaan Postes L.74

LAMPIRAN E

E.1 Lembar Observasi Pertemuan I L.77

E.2 Lembar Observasi Pertemuan II L.84

(18)

xviii

E.4 Lembar Observasi Pertemuan IV L.98

LAMPIRAN F

F.1 Contoh Piagam Penghargaan Kelompok L.105

F.2 Surat Ijin Penelitian L.107

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan, terutama dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan pada manusia untuk terus tumbuh melalui proses belajar dan proses pembelajaran sehingga sangat berperan penting dalam dunia pendidikan.

Oleh karena itu, peranan guru sebagai pengajar dalam dunia pendidikan sangat penting, karena kualitas kinerja guru sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Guru dituntut untuk menciptakan kondisi kegiatan pembelajaran yang memungkinkan proses belajar siswa agar dapat berlangsung optimal.

(20)

menerima informasi dari guru, dimana siswa sulit dalam mengembangkan gagasan dan ide-idenya. Apalagi di dalam setiap kelas, kemampuan masing-masing siswa berbeda-beda, mereka mempunyai sifat dan karakter yang beragam. Ada yang menganggap bahwa matematika itu sulit, cukup sulit, mudah dan bahkan ada yang menganggap mudah sekali.

Kenyataan ini juga terjadi pada siswa kelas VIII SMP Tarakanita Magelang. Setelah peneliti mengadakan observasi terlebih dahulu ke SMP ini, melalui wawancara dengan guru matematika dan pengamatan langsung di kelas, peneliti mendapatkan fakta di lapangan bahwa pembelajaran matematika yang terjadi di kelas tersebut belum mencapai hasil belajar yang memuaskan, khususnya kemampuan kognitif dalam memahami materi, masih banyak siswa yang sibuk dan mengobrol sendiri dengan temannya. Selain itu, keaktifan anak dalam menyampaikan pendapat dan keberanian anak untuk mengerjakan di depan kelas juga kurang. Hal ini dapat dilihat pada saat guru menyuruh beberapa siswa menuliskan jawaban hasil latihan. Siswa hanya diam dan tidak ada yang berani maju ke depan, padahal guru sudah mengulang pertanyaan siapa siswa yang mau menuliskan hasil jawabannya. Pada akhirnya, guru yang harus menunjuk siswa untuk menuliskan jawabannya di papan tulis.

Menurut J. Piaget, “Seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Agar ia berpikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri”.

(21)

kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai (Suyitno, dkk, 2001: 26). Di dalam strategi pembelajaran tersebut meliputi metode ataupun model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga dapat mendorong siswa lebih aktif dan dapat mempermudah siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Seorang guru hanya dapat menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, peserta didiklah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, bakat, dan latar belakangnya (Ahmad Rohani, 2004:7). Untuk menciptakan suasana yang seperti itu guru harus pandai memilih model pembelajaran yang memungkinkan kerjasama antara guru dan siswa. Sejalan dengan hal itu, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan dalam mengaktifkan siswa (Suyatno, 2009:51). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa pada kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan.

(22)

yang dirancang untuk membantu kesulitan belajar siswa secara individual. Dengan demikian, siswa belajar dan bekerja sama dengan siswa lain yang didukung dengan situasi yang menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian menggunakan model pembelajaran TAI dalam proses pembelajaran di kelas. Adapun judul penelitian ini adalah “ PENGARUH MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA POKOK BAHASAN TEOREMA

PYTHAGORAS TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII SMP TARAKANITA MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat, bertanya dan keberanian dalam mengerjakan soal di depan kelas.

2. Kurang tepatnya model atau metode pembelajaran yang digunakan sehingga membuat siswa tidak dapat aktif mengolah pengetahuannya sendiri.

(23)

C. Batasan Masalah

Dari permasalahan yang ada, penelitian ini dibatasi pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas VIII D SMP Tarakanita Magelang. Hasil belajar akan dibatasi pada hasil nilai postes (tes akhir) yang dicapai siswa dalam menyelesaikan soal-soal berkaitan dengan materi Teorema Pythagoras.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) terhadap hasil belajar siswa?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) terhadap keaktifan siswa?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(24)

2. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) terhadap keaktifan siswa.

F. Batasan Istilah

Peneliti merasa perlu untuk memberikan penegasan istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh artinya daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang berkuasa atau yang berkekuatan (Poerwodarminto, 1958:731). Dalam penelitian ini lebih dibatasi pada pengaruh penggunaan metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa.

2. Model Pembelajaran

Suatu model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan materi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran (Dahlan, 1984: 21).

3. Pembelajaran Kooperatif

(25)

4. Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Tipe TAI ini mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif dengan individual yang dirancang untuk membantu kesulitan belajar siswa secara individual. TAI ini memiliki beberapa proses dalam pembelajarannya yaitu Teams, Placement test, Student creative, Team study, Team score and team recognition, Teaching grup, Fact test, Whole class unit (Slavin, 2005:195).

5. Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang membaginya menjadi tiga ranah yang menjadi objek penilaian hasil belajar, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. (Nana Sudjana, 2010:23).

6. Keaktifan siswa

(26)

7. Teorema Pythagoras

Adalah salah satu pokok bahasan yang dipelajari siswa-siswi kelas VIII semester gasal tahun ajaran 2012/2013 SMP Tarakanita Magelang.

G. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon guru dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. 2. Bagi Guru

Melalui penelitian ini, diharapkan guru mengetahui model pembelajaran yang bervariasi dan diharapkan dapat memperbaiki serta meningkatkan sistem pembelajaran sehingga dapat membantu mengatasi kesulitan individu siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal.

3. Manfaat yang diperoleh siswa

(27)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Banyak orang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada juga orang yang berpendapat bahwa beberapa macam kegiatan seperti kegiatan menghafalkan suatu kalimat, menghafal lagu, mengerjakan soal-soal pelajaran tertentu, disebut juga kegiatan belajar. Menurut Hamalik (2001:27), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Dengan kenyataan di atas, terdapat banyak definisi belajar. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001:28). Banyak ahli pendidikan mengungkapkan pengertian belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi menurut para ahli :

1. Menurut Anthony Robbins dalam Romberg & Kaput (1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan

(28)

memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.

2. Menurut Slavin (2000:141), Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

3. Menurut Gagne, menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi (Ngalim Purwanto, 1990: 84).

Menurut pengertian-pengertian para ahli, pengertian belajar dapat disimpulkan dan didefinisikan sebagai “proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang

(29)

perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar (Drs. Slameto, 2002:3), yaitu:

1. Perubahan terjadi secara sadar

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Perubahan yang terjadi berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan-perubahan bersifat positif itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

(30)

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Berarti perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

B. Hasil Belajar

1. Hasil Belajar

Dalam proses belajar mengajar, terdapat empat unsur utama yakni tujuan belajar, bahan pelajaran, metode dan alat pengajaran, serta penilaian. Penilaian adalah upaya untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan hasil belajar siswa (Nana Sudjana, 2010).

(31)

1. Ranah proses berpikir (Ranah kognitif)

Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang mencakup aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif ini terdiri dari enam aspek adalah: (1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3) Penerapan (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis (Syntesis), (6) Penilaian (evaluation).

Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Nana Sudjana 2010:22)

2. Ranah sikap (Ranah afektif)

Adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.

3. Ranah ketrampilan (Ranah psikomotoris)

Adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

(32)

2. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dan faktor yang bersumber dari luar manusia.

a. Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia

Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni: faktor biologis dan psikologis. Faktor biologis: usia, kematangan dan kesehatan. Sedangkan faktor psikologis: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor yang bersumber dari luar manusia

Faktor manusia dan non manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan. Melihat beberapa ciri hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar adalah sebagai berikut:

1) Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun waktu yang cukup lama.

2) Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah dipelajari.

3) Siswa dapat mengklasifikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.

4) Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut.

(33)

Dalam penelitian ini hasil belajar akan dibatasi pada hasil nilai postes (tes akhir) yang dicapai siswa berupa soal-soal berkaitan dengan materi Teorema Pythagoras serta aktivitas siswa dalam kerjasama kelompok.

C. Keaktifan Belajar Siswa

1. Pengertian Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur yang sangat penting dalam pembelajaran. Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini bukan hanya siswa yang aktif belajar, tetapi di lain pihak guru juga harus aktif membangun kondisi belajar yang memungkinkan siswa untuk dapat aktif.

Menurut E. Mulyasa (2002:32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs (Martinis, 2007:84), faktor-faktor tersebut adalah:

(34)

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa). c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

g. Memberi umpan balik (feed back)

h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

3. Indikator keaktifan belajar siswa

Menurut Paul D. Deirich (Hamalik, 2007) menyatakan bahwa indikator keaktifan belajar siswa berdasarkan jenis aktivitasnya dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan visual (visual activities)

Membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan lisan (oral activities)

(35)

c. Kegiatan mendengarkan (listening activities)

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan menulis (writing avtivities)

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e. Kegiatan menggambar (drawing activities)

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan motorik (motor activities)

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

g. Kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. h. Kegiatan emosional (emotional activities)

Menaruh minat, membedakan, berani, tenang.

D. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

(36)

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan permasalahan, atau tugas-tugas terstruktur untuk menerapkan pengetahuan, sehingga disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui penempatan siswa dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa yang bekerja di dalam kelompok kooperatif ini, mampu belajar lebih banyak daripada mereka yang belajar pada pembelajaran biasa. Hal ini diungkapkan dari model-model teoritis yang dapat menjelaskan keunggulan pembelajaran kooperatif (Slavin, 1992). Teori-teori tersebut terbagi menjadi dua kategori utama.

1. Teori motivasi.

(37)

Hulten dan DeVries (1976), Madden dan Slavin (1983a), dan Slavin (1978b)) menemukan bahwa para siswa dalam kelas pembelajaran kooperatif merasa bahwa teman sekelas mereka ingin agar mereka belajar. Mereka juga menemukan bahwa dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktivitas yang bisa membuat para siswa lebih unggul di antara teman-teman sebayanya.

2. Teori kognitif

(Damon, 1984; Murray, 1982; Wadsworth, 1984) menyerukan untuk meningkatkan penggunaan aktivitas pembelajaran kooperatif di sekolah, karena interaksi diantara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya dalam mengembangkan pencapaian prestasi siswa.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011).

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi belajar siswa.

Fase 2: Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

(38)

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5: Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Menurut Roger dan David Johan (Lie, 2002:31-34) pembelajaran kooperatif dilatarbelakangi oleh 5 unsur model pembelajaran yaitu:

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugas sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari

(39)

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

d. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

e. Evaluasi

(40)

kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Dalam bukunya Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Robert E. Slavin mengemukakan TAI dirancang untuk memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. Slavin juga mengungkapkan pada kajian-kajian sebelumnya mengenai kemampuan kelompok dalam metode-metode pembelajaran kooperatif secara konsisten telah menemukan sejumlah pengaruh positif dari metode-metode ini terhadap keluaran yang diperoleh seperti pada hubungan ras dan sikap para siswa yang cacat secara akademik. Ia berpendapat perlunya semacam individualisasi dipandang penting khususnya dalam pengajaran pelajaran matematika, bahwa para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Inilah yang mendasari pemikiran model pembelajaran TAI.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

(41)

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen (Slavin, 2010:195), yaitu:

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 – 5

siswa.

2. Placement Test, yaitu sebagai dasar pertimbangan pengelompokan,

maka siswa dalam tahap ini diberi tes yang berupa pretest atau bisa berupa hasil tes sebelumnya.

3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

4. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.

5. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap

hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil danlam menyelesaikan tugas.

6. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru

menjelang pemberian tugas kelompok.

7. Fact Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik.

(42)

Menurut Th Widyantini (2006:8), model pembelajaran TAI ini dirancang sebagai langkah untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa secara individual, sehingga kegiatan pembelajaran dilakukan untuk memecahkan masalah. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah pembelajaran tipe TAI.

2. Langkah-langkah pembelajaran tipe TAI

Langkah-langkah pembelajaran tipe TAI menurut Drs. B. Kusmanto, M.Pd. dan Drs. Pardimin, M.Pd. dalam modul 1-4 PLPG adalah:

Kegiatan Pendahuluan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Guru menyampaikan cara belajar yang akan ditempuh, dan mengelompokkan siswa yang terdiri dari 4 – 5 siswa yang heterogen. c. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab materi.

Kegiatan inti

a. Guru memberi tes awal/kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar, atau menggunakan nilai rata-rata ulangan dari siswa.

(43)

c. Hasil pekerjaan siswa secara individu dibawa kekelompok masing-masing yang telah dibentuk guru.

d. Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan temannya satu kelompok, saling mengoreksi dan membantu. Guru mengamati kerja kelompok dan membantu seperlunya.

e. Guru memberikan tes kepada siswa secara individual dan tidak boleh saling membantu.

f. Guru membimbing siswa dalam membuat rangkuman, memberikan pengarahan dan memberi penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

g. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan peningkatan nilai individu.

3. Cara Pemberian Penghargaan Kelompok

Pada model pembelajaran TAI, cara memberikan penghargaan kelompok berdasar nilai peningkatan individu siswa.

Contoh penentuan nilai peningkatan menurut Slavin adalah sebagai berikut (Drs. B. Kusmanto, M.Pd. dan Drs. Pardimin, M.Pd. dalam modul 1 – 4 PLPG):

a. Menetapkan skor dasar (awal) masing-masing siswa. Skor ini bisa berasal dari pemberian tes awal atau nilai rata-rata ulangan.

(44)

c. Menghitung skor peningkatan yang besarnya ditentukan berdasar apakah skor kuis lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari skor dasarnya, dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 2.1 Ketentuan Nilai Peningkatan kelompok

Kriteria Skor peningkatan

Nilai kuis turun lebih dari 10 poin dibawah skor

dasar 5

Nilai kuis turun 1 sampai dengan 10 poin dibawah

skor dasar 10

Nilai kuis sama dengan skor dasar sampai dengan

naik 10 poin diatas skor dasar 20

Nilai kuis lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30 Nilai kuis mendapat nilai sempurna misalnya 100

tanpa memperhatikan skor dasar 30

Tabel 2.2 Contoh Ketentuan Penghargaan kelompok

Nama Siswa Skor dasar Skor kuis Nilai peningkatan

Siswa A 80 65 5

Siswa B 60 55 10

Siswa C 70 75 20

Siswa D 60 75 30

Siswa E 100 100 30

Total nilai peningkatan kelompok 95

Rata-rata nilai peningkatan kelompok 19

Sumber: Slavin (1995)

d. Penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai peningkatan kelompok.

4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI pada Pembelajaran Matematika.

(45)

pembelajaran kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran matematika (Drs. B. Kusmanto, M.Pd. dan Drs. Pardimin, M.Pd. dalam modul 1 – 4 PLPG) diantaranya:

a. Memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya dalam proses pembelajaran matematika.

b. Lebih menekankan pada kerjasama kelompok, maksudnya siswa yang telah menguasai materi harus mengajarkan temannya yang belum bisa (tutor).

c. Tiap kelompok mempelajari materi matematika yang sama sehingga memudahkan guru dalam penanganannya.

F. Teorema Pythagoras

1. Menjelaskan Teorema Pythagoras

Untuk menjelaskan Teorema Pythagoras, dapat digunakan gambar di bawah ini yaitu pada luas persegi dan luas segitiga siku-siku.

Dari persegi PQRS dengan panjang sisi (a + b) dibuat empat segitiga siku-siku dan terbentuk persegi ABCD.

Untuk menentukan luas persegi ABCD dapat dicari dengan

P

Q

R

S

a

b a

b a b a

b

c c

c c A

B

D

(46)

c

C B

A

a b

luas persegi PQRS dikurangi 4 kali luas segitiga : Luas ABCD = ( + )2−4 × (1

2× × )

sisi × sisi = 2+ 2 + 2−2

× = 2× 2

2 = 2+ 2

2. Menghitung panjang sisi segitiga siku-siku jika dua sisi lain diketahui Teorema Pythagoras menyatakan hubungan antara panjang setiap sisi sebuah segitiga siku-siku.

Perhatikan segitiga siku-siku ABC dengan C = 900. Berikut ini:

Jika ABC adalah segitiga siku-siku, c adalah panjang sisi miring, sedangkan a dan b merupakan panjang sisi siku-sikunya, maka berlaku:

3. Menentukan apakah suatu segitiga merupakan segitiga siku-siku atau bukan

Kebalikan Teorema Pythagoras

Kebalikan Teorema Pythagoras dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu segitiga siku-siku atau bukan, jika diketahui ketiga sisinya.

2= 2+ 2

2= 2+ 2

(47)

Pada suatu segitiga ABC berlaku:

1) Jika kuadrat salah satu sisi sama dengan jumlah kuadrat dua sisi yang lain, maka segitiga tersebut siku-siku.

2) Jika kuadrat setiap sisi kurang dari jumlah kuadrat dua sisi yang lain, maka segitiga tersebut lancip.

3) Jika kuadrat salah satu sisi lebih dari jumlah kuadrat dua sisi yang lain, maka segitiga tersebut tumpul.

4. Tripel Pythagoras

Tripel Pythagoras adalah tiga bilangan asli yang tepat untuk menyatakan ukuran panjang dari hipotenusa dan sisi-sisi yang lain.

Cara mendapatkan tripel Pythagoras:

Tetapkan dua bilangan asli m dan n, dimana m > n. Kemudian hitunglah masing-masing nilai − , , dan +

Hasil perhitungannya merupakan Tripel Pythagoras.

Contoh :

Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Tripel Pythagoras

No − + Tripel Pythagoras

1. 2 1 3 4 5 3, 4, 5

2. 3 1 8 6 10 8, 6, 10

3. 4 2 12 16 20 4, 2, 12

4. 4 3 7 24 25 4, 3, 7

c2 = a2 + b2

c2< a2 + b2

c2> a2 + b2

Bilangan-bilangan asli a, b, dan c yang memenuhi hubungan c2 = a2 + b2

(48)

a a 2

450 a 600

300

2a a√3

a

5. Menghitung perbandingan sisi-sisi segituga siku-siku dengan sudut istimewa (salah satu sudutnya adalah 30o, 45o, atau 60o)

a. Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 30o dan 60o pada segitiga siku-siku.

Jika suatu segitiga sisi-sisinya berbanding 2a : a : a atau 2:

√3 : 1, maka segitiga itu adalah segitiga siku-siku dengan sudut 90o menghadap sisi terpanjang (hipotenusa) 2a, sudut 60o menghadap sisi siku-siku terpanjang a 3 , sudut 30o menghadap sisi siku-siku terpendek a.

b. Perbandingan sisi-sisi segitiga khusus sudut 45o

Jika suatu segitiga sisi-sisinya berbanding a : a : a atau

(49)

6. Menghitung panjang diagonal pada bangun datar misalnya persegi, persegi panjang, belah ketupat.

Penyelesaian persoalan dalam bangun datar dengan Teorema Pythagoras meliputi penentuan panjang diagonal dan panjang sisi-sisi lainnya dari bangun datar tersebut.

Contoh 1:

Perhatikan gambar di bawah ini :

Panjang diagonal belah ketupat masing-masing DB = 16 cm dan AC = 30 cm. Tentukan keliling belah ketupat itu!

Diketahui: DB = 16 cm dan AC = 30

Ditanya: Berapa keliling belah ketupat?

Penyelesaian: Perhatikan ∆�

= 82+ 52

= 289 = 17

Karena panjang BC = CD = DA =AB maka keliling belah ketupat itu adalah 4 × 17 = 68

Jadi keliling belah ketupat = 68 cm D

C

B

(50)

7. Menyelesaikan masalah sehari-hari dengan menggunakan Teorema Pythagoras.

Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan masalah-masalah yang memanfaatkan Teorema Pythagoras. Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut akan lebih mudah jika kita lukiskan sketsanya.

Contoh :

Sebuah tiang listrik, agar berdiri tegak ditahan oleh tali kawat baja. Jika jarak dari patok pengikat terhadap tiang listrik adalah 5 m dan tinggi tiang listrik adalah 4 m, maka tentukanlah panjang tali kawat baja minimal yang dibutuhkan!

Sketsa

Diketahui: AB = 5 m, BC = 4 cm

Ditanya: berapa panjang tali kawat baja minimal yang dibutuhkan?

Penyelesaian:

Karena tiang listrik membentuk segitiga siku-siku, maka untuk mencari panjang tali kawat dapat menghitung sisi miring segitiga siku-siku tersebut.

2

= 2+ 2

2 = 52+ 42

2

= 25 + 16 = 41

Jadi panjang tali kawat baja adalah 41 m 4 m

5 m

Tali kawat baja

Tiang listrik

A B

(51)

G. Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa di sekolah biasanya diukur dari ketuntasan nilai siswa pada suatu materi. Sedangkan hal yang terjadi pada kelas VIII D tersebut belum mencapai hasil belajar yang memuaskan, khususnya kemampuan kognitif dalam memahami materi, keaktifan anak dalam menyampaikan pendapat, dan keberanian anak untuk mengerjakan di depan kelas.

Sehingga untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan, guru diharapkan mempunyai strategi khusus dalam pembelajaran. Strategi khusus ini bisa dilakukan dengan membuat model pembelajaran yang menyenangkan, yang bisa membuat siswa mudah dalam memahami materi dan lebih aktif dalam menyampaikan pendapat. Selain itu siswa juga bisa lebih mandiri dalam belajar, karena dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator. Karena itu dapat disimpulkan, model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin efektif dan menyenangkan model pembelajaran tersebut, akan semakin meningkat pula hasil belajar siswa.

(52)
(53)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha membuat deskripsi terhadap fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan fakta atau karateristik fenomena secara faktual dan cermat (Ibnu Hadjar, 1996). Penelitian ini juga merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data, dan berdasar data peneliti melakukan analisis.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII D semester gasal tahun ajaran 2012/2013 SMP Tarakanita Magelang yang terdiri dari 35 siswa.

2. Obyek Penelitian

(54)

C. Variabel Penelitian

Variabel atau faktor penelitian memiliki peranan sangat penting dalam penelitian. Variabel penelitian secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Berdasar fungsi variabel, biasanya peneliti menggunakan dua variabel. Kedua variabel tersebut yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel bebas adalah pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi Teorema Pythagoras menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Sedangkan variabel terikat adalah aspek perilaku yang diamati dari hal yang telah diberi stimulasi. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel terikat adalah hasil belajar dan keaktifan siswa.

D. Jenis Data

Dari penelitian ini, jenis data yang diperoleh adalah: 1. Nilai yang diperoleh dari pemberian tes.

(55)

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan pemberian tes.

1. Observasi atau pengamatan

Keaktifan siswa diamati oleh observer dan kemudian dicatat pada lembar observasi sesuai dengan jenis keaktifan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran matematika berlangsung. Observasi didukung dengan lembar observasi sebagai instrumen penelitian yang telah ditetapkan indikator-indikator dari setiap jawaban sebagai pegangan observer pada saat melakukan observasi. (tabel 3.2)

2. Tes tertulis

Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa yang diberikan melalui tes tertulis yang terdiri dari:

a. Tes awal ( pretes )

Pretes digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa. Selain itu juga sebagai dasar pertimbangan pengelompokan siswa secara heterogen.

b. Tes akhir ( postes )

(56)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut:

1. Instrumen pembelajaran

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi Teorema Pythagoras dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdiri

dari empat kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk pertemuan pertama, kedua, dan ketiga 35 menit, serta untuk pertemuan keempat 40 menit. Selain itu peneliti juga menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu siswa memahami materi yang dipelajari.

(RPP dan LKS terlampir) 2. Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian, yaitu:

a. Instrumen hasil belajar siswa (tes tertulis)

(57)

Adapun kisi-kisi soal tes akhir dapat dilihat dalam tabel 3.1: Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Akhir

(Soal postes terlampir: lampiran B3 hal 39) b. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan oleh observer untuk mencatat setiap hal-hal/ perilaku keaktifan siswa yang terjadi selama

No Kompetensi Dasar Indikator

Jenjang kemampuan soal

Banyak soal Jumlah (%) Penge-tahuan Pema-haman Pene-rapan

1 Menggunakan

Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku. a. Membuktikan Teorema Pythagoras

- 1

(no 3) - 1 12,5%

b. Menghitung panjang sisi segitiga siku-siku jika dua sisi lain diketahui.

1

(no 1) - - 1 12,5%

c. Menentukan apakah suatu segitiga merupakan segitiga siku-siku atau bukan

- - 1

(no 4) 1 12,5%

d. Menentukan tripel Pythagoras.

1

(no 2) - - 1 12,5%

e. Menghitung

perbandingan sisi-sisi segituga siku-siku dengan sudut istimewa (salah satu sudutnya adalah 30o, 45o, atau 60o)

- 1

(no 5) - 1 12,5%

2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema Pythagoras

f. Menerapkan Teorema Pythagoras pada bangun datar dan

bangun ruang. -

2

(no 6, 7) - 2 25%

g. Menyelesaikan masalah sehari-hari dengan menggunakan Teorema Pythagoras.

- - 1

(no 8) 1 12,5%

(58)

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization. Lembar observasi ini berisi aspek-aspek

keaktifan siswa. Sebelum digunakan, lembar keaktifan sudah diujicobakan. Aspek-aspek keaktifan siswa dalam lembar observasi ini adalah:

A) Siswa mengajukan pertanyaan

Yaitu kegiatan siswa bertanya tentang materi pelajaran baik kepada guru maupun siswa lain.

B) Siswa menjawab pertanyaan

Yaitu kegiatan dimana siswa mampu memberikan jawaban/solusi dari suatu permasalahan yang dialami siswa satu kelompok atau siswa kelompok lain mengenai tugas yang diberikan.

C) Siswa mengemukakan pendapat

Yaitu kemampuan siswa menanggapi pendapat teman dalam memahami materi atau membantu teman dalam menyelesaikan soal dalam diskusi kelompok ahli.

D) Siswa menanggapi pendapat atau jawaban siswa lain

(59)

E) Siswa berdiskusi dalam kelompok

Yaitu kesediaan siswa untuk bekerja sama dan bertukar pikiran dalam menyelesaikan permasalahan dengan anggota kelompoknya.

F) Siswa segera mengerjakan tugas/soal yang diberikan

Yaitu kemauan siswa langsung mengerjakan tugas yang diberikan guru.

G) Siswa menghitung sendiri jawaban soal di buku/di kertas coret-coret.

Yaitu kegiatan siswa menghitung sendiri jawaban dari soal yang diberikan, baik di lembar LKS, dibuku lain, ataupun di kertas coret-coret.

H) Siswa mau mencari/ membuka buku atau sumber lain untuk mencari informasi lebih banyak.

(60)

Format lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur (tes) mampu mengukur apa yang hendak diukur (Ign. Masidjo, 1995). Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Instrumen tes disusun berdasarkan materi yang dipelajari siswa dengan melihat silabus dan skenario pembelajaran

No Hal yang diamati

Nomer absen siswa Banyak siswa

Frekuensi keaktifan

1. Kegiatan lisan (oral activities) A. Siswa mengajukan pertanyaan

pada guru/siswa lain B. Siswa menjawab pertanyaan

Guru/siswa lain

C. Siswa mengemukakan pendapat D. Siswa menanggapi pendapat. E. Siswa berdiskusi dalam

kelompok

2. Kegiatan menulis (writing activities) F. Siswa segera mengerjakan

tugas/soal yang diberikan G. Siswa menghitung sendiri

jawaban soal di buku/di kertas coret-coret.

3. Kegiatan mental

H. Siswa mau mencari/ membuka buku atau sumber lain untuk mencari informasi lebih banyak I. Kemauan siswa untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

(61)

yang akan diterapkan. Kemudian alat ukur (tes) haruslah diteliti dengan meminta pendapat ahli dan melakukan uji coba kepada siswa dalam kelas yang berbeda dari yang akan diteliti. Hasil uji coba tes kemudian dihitung dan dianalisis untuk mengetahui valid tidaknya item soal menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan rumus :

� = � � �−( �)( �)

� �2−( �)2. � �2−( �)2

� = skor butir ke-i , i=1,2,3,…,n

= skor total yang diperoleh masing-masing siswa N = banyaknya data

Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi (Arikunto, 2009:75) adalah sebagai berikut :

0,801 < rxy  1,00 : sangat tinggi 0,601 < rxy  0,800 : tinggi

0,401 < rxy  0,600 : cukup 0,201 < rxy  0,400 : rendah

0,00  rxy  0,200 : sangat rendah 2. Reliabilitas

(62)

Untuk menguji reliabilitas tes akan digunakan rumus Alpha yaitu:                2 2 11 1 1 t b k k r   Keterangan: 11

r : reliabilitas yang dicari k : banyaknya butir soal

2 b

 : jumlah varian skor tiap-tiap butir

2 t

 : varian total

Rumus varian butir soal:

 

       2 2 2 b  Klasifikasi reliabilitas:

0,801 < r11  1,00 = sangat tinggi 0,601 < r11  0,800 = tinggi

0,401 < r11  0,600 = cukup 0,201 < r11  0,400 = rendah 0,00  r11  0,200 = sangat rendah

(Arikunto, 2006 : 75).

H. Metode Analisis Data

(63)

ingin dicapai yaitu pengaruhnya terhadap keaktifan siswa dalam KBM dan hasil belajar siswa dalam materi Teorema Pythagoras.

Untuk dapat mengetahui sejauh mana keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran, maka dilakukan pengamatan secara kolaboratif dengan guru dan observer terhadap pelaksanaan jalannya proses belajar mengajar di kelas melalui lembar observasi. Maka analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk menghitung presentase keaktifan siswa dan mengetahui hasil belajar siswa.

1. Hasil Belajar Siswa

Data mengenai hasil belajar dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai hasil tes akhir dan ketuntasan belajar secara individu dan klasikal.

Adapun rumus yang digunakan:

a. Menghitung ketuntasan hasil belajar 1) Ketuntasan belajar individual

Nilai ketuntasan individual dihitung dengan patokan KKM sekolah pada materi Teorema Pythagoras adalah 73. Dari nilai patokan tersebut dapat dilihat berapa jumlah siswa yang memenuhi kriteria TUNTAS dan TIDAK TUNTAS.

2) Ketuntasan hasil belajar klasikal

(64)

Ketuntasan belajar klasikal = � � ℎ�� ������� ���� � �� �� � �

� � ℎ� � ℎ��� � × 100%

3) Kriteria pemahaman materi siswa

Tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Pemahaman Siswa

Interval Nilai Kriteria Pemahaman materi

≤ 40 Sangat Rendah

41 – 55 Rendah

56 – 65 Cukup

66 – 79 Tinggi

80 – 100 Sangat Tinggi

(Kartika, 2001:54)

2. Analisis keaktifan siswa

(65)

Berikut ini tabel hasil pengamatan keaktifan siswa pada setiap pertemuan:

Tabel 3.4 Lembar Observasi Keaktifan Siswa tiap pertemuan

No Nama

Hal yang diamati Skor

Tingkat keaktifan

A B C D E F G H I Jml Persen

tase

Jml setiap jenis keaktifan Rata-rata jenis

keaktifan %

(Kartika, 2001:57)

Sedangkan tingkat keaktifan siswa ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa

Persentase Keaktifan Tingkat Keaktifan

<20 Sangat Rendah

21 – 40 Rendah

41 – 60 Cukup

61 – 80 Tinggi

81 – 100 Sangat Tinggi

(66)

lembar keaktifan siswa ini dalam bentuk angka (4, 3, 2, 1). Yang diisi observer dengan memberi turus pada kolom keaktifan yang tersedia. Cara pemberian skor sebagai berikut:

a. Jika siswa tidak melakukan keaktifan sama sekali diberi skor 0 b. Jika siswa melakukan keaktifan 1 kali diberi skor 1

c. Jika siswa melakukan keaktifan 2 kali diberi skor 2 d. Jika siswa melakukan keaktifan 3 kali diberi skor 3

e. Jika siswa melakukan keaktifan 4 kali atau lebih diberi skor 4 Sedangkan presentase keaktifan setiap siswa dalam tiap pertemuan diperoleh dari penjumlahan skor seluruh aspek yang diteliti dibagi jumlah skor tertinggi dalam tiap aspek keaktifan.

Presentase (%) = N

n

x 100%

Keterangan: n = skor yang diperoleh tiap siswa dari aspek keaktifan A - I N = jumlah seluruh skor

% = tingkat presentase yang ingin dicapai.

Pada observasi ini skor maksimum adalah 4, sehingga perhitungan presentase keaktifan tiap siswa adalah:

� � + � � + � � +� � +� � + � � +� � + � � + � �

(9 × 4) × 100%

(Nana, 2010:133) 3. Pembentukan dan Penghargaan Kelompok

(67)

awal) ke nilai kuis setelah siswa bekerja dalam kelompok (cara penentuan nilai peningkatan kepada kelompok telah dijelaskan pada Bab II). Setelah itu untuk penghargaan kelompok didasarkan pada status kelompok. Berikut kriteria untuk status kelompok diadopsi dari modul Widyantini (2006:11):

a. Minimum, bila rata-rata peningkatan kelompok kurang dari 15 Diberi penghargaan kelompok sebagai Good Team.

b. Sedang, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 ( 15 ≤ rata-rata peningkatan kelompok < 20)

Diberi penghargaan kelompok sebagai Good Team.

c. Tinggi, bila rata-rata peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤ rata-rata peningkatan kelompok < 25)

Diberi penghargaan kelompok sebagai Very Good Team.

d. Sangat tinggi, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (rata-rata peningkatan kelompok 25) Diberi penghargaan kelompok sebagai Super Team.

(68)

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

a. Sebelum Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan antara lain adalah observasi sekolah. Observasi sekolah ini terdiri atas observasi proses pembelajaran di kelas, wawancara dengan kepala sekolah dan juga dengan guru pelajaran matematika. Observasi di kelas ini bertujuan untuk lebih mengenal karakteristik masing-masing siswa, sikap siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, keaktifan siswa, dan metode yang digunakan guru. Observasi dilakukan pada tiga kelas yaitu kelas VIII C, VIII B, VIII D. Observasi dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Berdasarkan observasi di tiga kelas tersebut dan wawancara dengan guru, peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian di kelas VIII D. Kelas ini merupakan kelas yang cukup pasif. Hasil observasi menunjukkan bahwa keaktifan siswa dan keberanian siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah.

Tabel 4.1 Kegiatan Observasi Sebelum Penelitian

Tahap Waktu Kegiatan

(69)

b. Selama Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada awal Tahun ajaran 2012/2013 yaitu selama bulan Agustus. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Tarakanita Magelang di kelas VIII D pada materi ajar Teorema Pythagoras. Jumlah siswa dalam penelitian ini adalah 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Dalam penelitian ini, peneliti sudah melakukan beberapa kali observasi kelas dan wawancara dengan guru matematika terlebih dahulu. Gunanya untuk melihat fakta yang terjadi siswa saat pembelajaran matematika. Setelah observasi dan wawancara, ditemukan fakta di lapangan bahwa pembelajaran matematika yang terjadi di kelas kurang mencapai hasil belajar yang memuaskan khususnya dalam kemampuan kognitif dan juga kurangnya keaktifan pada siswa dalam menyampaikan pendapat, bertanya, dan keberanian untuk maju mengerjakan di depan kelas. Maka dari itu, peneliti menawarkan model pembelajaran Team

Assisted Individualization (TAI) kepada siswa sebagai metode untuk

menanggulangi permasalahan tersebut.

Tabel 4.2 Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Tahap Waktu Kegiatan

1. Kamis, 2 Agustus 2012 Melaksanakan Placement tes (pretes)

2. Selasa, 7 Agustus 2012 Kegiatan pembelajaran dengan metode Team Assisted Individualization (TAI) pertemuan 1 3. Kamis, 9 Agustus 2012 Kegiatan pembelajaran dengan metode Team

Assisted Individualization (TAI) pertemuan 2 4. Selasa, 14 Agustus 2012 Kegiatan pembelajaran dengan metode Team

Assisted Individualization (TAI) pertemuan 3 5. Kamis, 16 Agustus 2012 Uji coba instrumen Tes Akhir (postes) di

kelas VIII C

(70)

Tahap Waktu Kegiatan

Assisted Individualization (TAI) pertemuan 4 7. Kamis, 30 Agustus 2012 Melaksanakan Tes Akhir (postes) dan Team

Scores and Team Recognition

Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrumen-instrumen, alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran, dan alat bantu lainnya untuk mendokumentasikan setiap aktivitas di kelas (camdig). Adapun perincian kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Placement test (tes awal/pretes)

Sebelum memulai pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu peneliti melakukan Placement test, yaitu pada hari Kamis, 2 Agustus 2012 pada jam ke-7 di kelas VIII D. Placement test ini diikuti oleh seluruh siswa yaitu sebanyak 35 siswa dengan 19 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Placement test ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa dan terutama sebagai dasar pertimbangan pengelompokan siswa secara heterogen.

Placement test terdiri dari 4 soal uraian yang harus dikerjakan dalam waktu 1 jam pelajaran (35 menit). Selama pelaksanaan

Placement test, siswa terlihat mengerjakan dengan sungguh-sungguh

(71)

(TAI) dalam mempelajari materi Teorema Pythagoras pada beberapa pertemuan selanjutnya.

Gambar 4.1 Pelaksanaan Placement test

2. Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Agustus 2012 pada jam ke 5-6 yaitu mulai pukul 09.35 – 10.45 WIB. Pada pertemuan ini, siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran sebanyak 35 siswa.

(72)

Tabel 4.3 Perolehan nilai Placement test (tes awal/pretes)

No.

Absen NAMA NILAI

6 Siswa 6 100

27 Siswa 27 95

10 Siswa 10 85

22 Siswa 22 85

5 Siswa 5 75

16 Siswa 16 75

9 Siswa 9 65

8 Siswa 8 60

20 Siswa 20 60

4 Siswa 4 55

15 Siswa 15 55

18 Siswa 18 55

26 Siswa 26 55

21 Siswa 21 50

25 Siswa 25 50

30 Siswa 30 50

29 Siswa 29 40

32 Siswa 32 35

31 Siswa 31 30

2 Siswa 2 25

14 Siswa 14 25

23 Siswa 23 25

12 Siswa 12 20

24 Siswa 24 20

34 Siswa 34 20

3 Siswa 3 15

19 Siswa 19 15

33 Siswa 33 15

1 Siswa 1 10

7 Siswa 7 10

11 Siswa 11 10

13 Siswa 13 10

17 Siswa 17 10

28 Siswa 28 10

35 Siswa 35 10

(73)

Tabel 4.4 Pembentukan Kelompok (Teams)

NO

ABSEN NAMA NILAI KELOMPOK

6 Siswa 6 100

BIRU

21 Siswa 21 50

14 Siswa 14 25

23 Siswa 23 25

35 Siswa 35 10

27 Siswa 27 95

HIJAU

26 Siswa 26 55

2 Siswa 2 25

Gambar

Tabel 4.14
Gambar 4.1 Pelaksanaan Placement Test
Tabel 2.1 Ketentuan Nilai Peningkatan kelompok
Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Tripel Pythagoras
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya penelitian yang juga berperan terhadap efektivitas penaganan gangguan stress yaitu peranan dukungan sosial terhadap tingkat stres siswa kelas unggulan

上述是笔者的结论和建议 ,笔者希望对 Santo Aloysius、

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan dan uraian mengenai Pemisahan biaya menurut fungsinya, Pemisahan biaya menjadi biaya tetap, biaya

Manakala Sejarah tamadun merujk kpd pengalaman yg dilalui olh sstu tamadun dari segi pencapaian, jatuh bangun, kemajuan dan kemundurannya.7. Pengajian ketamadunan

 Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai modifikasi wadah tanam yang dapat digunakan untuk menanam tanaman sayur berdasarkan pengamatan dari gambar berdasarkan

&#34;Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (studi pada bank umum syariah di

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika. © Novian Nurcahyo 2014

Berdasarkan hasil penelitian, pada jarak tanam 100x50x45 cm (kontrol) dan pemberian pupuk ZA 10 gram menunjukkan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman, diameter batang,