Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Landasan Hukum ... 2
C. Tujuan ... 3
D. Hasil yang Diharapkan ... 3
E. Sasaran... 3
BAB II KONSEP MUATAN LOKAL ... 4
A. Pengertian ... 4
B. Pengembangan dan Pengelolaan ... 4
C. Judul Sub Bab ... 7
D. Daya Dukung ... 8
BAB III TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL ... 12
A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal ... 13
B. Menentukan Jenis Muatan Lokal ... 18
C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal ... 19
BAB IV TAHAP PELAKSANAAN MUATAN LOKAL ... 22
A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal ... 22
B. Pelaksanaan Muatan Lokal ... 22
C. Pelaksanaan Muatan Lokal melalui Mata Pelajaran Tersendiri ... 27
D. Pelaksanaan Muatan Lokal Dipadukan ke Dalam Mata Pelajaran Lain ... 45
E. Pelaksanaan Muatan Lokal Melalui Pengembangan Diri ... 48
BAB V PENUTUP ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 56
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai ciri khas dan
karakteristik tiap daerah, keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia
antara lain dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana,
kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah.
Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan
pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka meningkatkan mutu dan
mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah. Terkait dengan pembangunan
pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik daerah. Pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara
kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Pada kurikulum 2013, muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat
nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan
pendidikan. Muatan kurikulum pada tingkat nasional terdiri atas sejumlah mata
pelajaran yang dikembangkan oleh pusat. Muatan kurikulum pada tingkat daerah terdiri
atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang
ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Sedangkan muatan kekhasan satuan
pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal
serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan
dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik.
Kondisi yang terjadi di daerah menunjukkan bahwa, ada daerah yang sudah
menetapkan muatan lokal melalui peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, ada juga daerah
yang belum menetapkan muatan lokal. Di tingkat satuan pendidikan, masih ada satuan
pendidikan yang belum menetapkan dan melaksanakan muatan lokal. Kondisi lainnya
terjadi bahwa dalam menetapkan muatan lokal belum sesuai dengan prosedur yang
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 2
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Oleh karena itu, agar pelaksanaan muatan lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat
terlaksana dengan baik, Direktorat Pembinaan SMA menerbitkan panduan pelaksanaan
muatan lokal. Panduan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi satuan pendidikan (TPK
sekolah, kepala sekolah, dan pendidik), pengawas sekolah, dan komite sekolah dalam
menganalisis dan menetapkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi
di masing-masing satuan pendidikan. Panduan ini juga dapat digunakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menyiapkan dan menetapkan muatan lokal,
untuk diimplementasikan pada satuan pendidikan di daerahnya masing-masing.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana
telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan
Mutu Pendidikan
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum;
13. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013
tentang Implementasi Kurikulum 2013;
C. Tujuan
Panduan pelaksanaan muatan lokal ini disusun dengan tujuan:
1. Memberikan pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal;
2. Sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam
pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal.
D. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari panduan ini adalah:
1. Adanya pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal;
2. Terwujudnya acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam
pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal.
E. Sasaran
Sasaran penggunaan panduan ini adalah:
1. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah dan daerah
2. Kepala SMA
3. Pendidik
4. Pengawas Sekolah
5. Komite sekolah
6. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
4 BAB II
KONSEP MUATAN LOKAL
A. Pengertian
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Fusce gravida pellentesque
purus. Praesent nisi quam, mattis in, gravida non, sodales ut, purus. Curabitur nisi
massa, adipiscing vitae, commodo nec, molestie ac, nisl. Nunc convallis faucibus orci.
Nullam tristique mattis tortor.
Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah
tempat tinggalnya. Muatan lokal bermanfaat untuk memberikan bekal sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:
1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya;
2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya; dan
3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan
proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk
membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.
B. Pengembangan dan Pengelolaan
Dalam struktur kurikulum 2013 disebutkan bahwa matapelajaran kelompok A dan C
adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat.
Matapelajaran kelompok B adalah kelompok matapelajaran yang substansinya
dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu setiap daerah perlu
Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan bahwa muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan
proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal, muatan lokal tersebut
dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Berdasarkan ketentuan diatas maka setiap daerah dan satuan pendidikan berkewajiban
mengembangkan dan melaksanakan muatan lokal melalui pembekalan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik tentang potensi daerahnya untuk
dikembangkan dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan
sebagai berikut:
1. Utuh
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan
berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
2. Kontekstual
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi,
dan masalah daerah.
3. Terpadu
Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan,
termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.
4. Apresiatif
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan,
lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
5. Fleksibel
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya
bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
6. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 6
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
7. Manfaat
Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan
mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.
Pengembangan muatan lokal dapat dibangun melalui dua strategi: (1)
Satuan pendidikan menentukan jenis muatan lokal berdasarkan hasil
analisis potensi daerah dan potensi satuan pendidikan. (2) Pemerintah
daerah membuat kebijakan tentang muatan lokal yang diselenggarakan
di daerahnya, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari jenis
muatan lokal yang diselenggarakan pada satuan-satuan pendidikan di
daerahnya.
Berikut digambarkan dua strategi pengembangan muatan lokal:
1. Dari bawah ke atas (bottom up)
Gambar 1. Alur pengembangan muatan lokal dari bawah ke atas
Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal yang dibangun
secara bertahap dan tumbuh pada satuan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
satuan pendidikan mempunyai kewenangan untuk menentukan sendiri jenis
muatan lokal yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis konteks
identifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendukung. Penentuan jenis
muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan kurikulum yang sesuai.
Gambar 2. Alur pengembangan muatan lokal dari atas ke bawah
Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal dimana pemerintah
daerah sudah memiliki bahan kajian muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis
muatan lokal yang diselenggarakan oleh satuan-satuan pendidikan di daerahnya.
Tim pengembang muatan lokal mengidentifikasi dan menganalisis core and
content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content
umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah merumuskan
rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis
muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya.
Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan dan kondisi setiap daerah,
baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota. Muatan lokal yang berlaku untuk
seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, sedangkan
muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Pasal 77P Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
mengamanatkan bahwa pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi dan
supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah, sedangkan
pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar. Pengelolaan muatan lokal
meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal,
buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Satuan pendidikan mengelola:
muatan lokal, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan pelaksanaan
pembelajaran.
C. Judul Sub Bab
Ruang lingkup muatan lokal adalah:
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang
pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 8
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup
dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan
arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan
daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:
a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai
dengan keadaan perekonomian daerah;
c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik
dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi
pariwisata; dan
d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal
Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa:
a. bahasa daerah;
b. bahasa Inggris;
c. kesenian daerah;
d. keterampilan dan kerajinan daerah;
e. adat istiadat;
f. pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar;
g. serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah
yang bersangkutan.
D. Daya Dukung
Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan
penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kebijakan Muatan Lokal
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat,
provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
Kebijakan diperlukan dalam hal:
b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan
lain-lain); dan
c. penentuan jenis muatan lokal pada level Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai
muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu
adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan
sosial, rawan bencana, dan lain-lain.
2. Pendidik
Pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.
Pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti:
satuan pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan
lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana
dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan
pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah perlu:
a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara
khusus untuk muatan lokal;
b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran; dan
c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 10
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Untuk mendukung pengembangan muatan lokal di sekolah, tim
pengembang muatan lokal perlu menjalin kerjasama dengan
unsur-unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP), Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota, Instansi/Lembaga lain misalnya Dunia
Usaha/Industri, dan Dinas lain yang terkait. Peran masing-masing
unsur adalah sebagai berikut:
1) Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara
umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam:
a) mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b) mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c) mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;
d) menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan;
e) menentukan pelaksanaan muatan lokal;
f) menyusun KD, dan silabus muatan lokal;
g) menyusun buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru;
h) memilih alternatif metode pembelajaran muatan lokal;
i) mengembangkan RPP dan penilaian yang tepat untuk muatan lokal
yang dilaksanakan.
2) Peran LPMP dan Perguruan Tinggi secara umum adalah memberikan
bimbingan teknis dalam:
a) Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan
lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal;
b) Menentukan lingkup materi masing-masing bahan kajian yang telah
ditetapkan;
c) Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian.
3) Peran Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara umum
adalah:
a) memberi informasi mengenai potensi daerah, serta prioritas
pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan
b) memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan pada sektor-sektor tertentu;
c) memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam
menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma
setempat.
d) Melakukan supervisi keterlaksanaan muatan lokal di daerahnya.
4) Peran Instansi/Lembaga lain seperti Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait
secara umum adalah:
a) memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta
didik untuk muatan lokal tertentu;
b) memberi masukan dan atau contoh kompetensi yang dapat diadaptasi
untuk kompetensi muatan lokal;
c) memberi fasilitas kepada peserta didik untuk
berkunjung/belajar/praktik di tempat tersebut guna memantapkan
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
12 BAB III
TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL
Berdasarkan strategi pengembangan muatan lokal yang telah dibahas pada bab II, maka
setiap satuan pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal dalam rangka menentukan dan
melaksanakan muatan lokal di satuan pendidikan masing-masing.
Sebelum menetapkan muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan
agar muatan lokal yang dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan
kebutuhan peserta didik terhadap pengembangan potensi di daerah tempat tinggalnya.
Langkah awal penentuan muatan lokal, meliputi (1) identifikasi dan analisis muatan lokal, (2)
menentukan jenis muatan lokal, dan (3) menentukan bahan kajian muatan lokal.
Penentuan dan pelaksanaan muatan lokal dapat digambarkan sebagai berikut :
A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal
Identifikasi dan analisis muatan lokal dilakukan melalui tahapan mengidentifikasi dan
menganalisis potensi dan kebutuhan daerah serta mengidentifikasi dan menganalisis
potensi satuan pendidikan.
1. Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah
Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah meliputi analisis ciri khas,
potensi, keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode
identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan tim pengembang muatan
lokal. Kegiatan identifikasi dan analisis ini dilakukan untuk mendata dan menelaah
berbagai potensi dan kebutuhan daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak
yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota,
Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait.
a. Identifikasi dan analisis potensi daerah
Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan potensi daerah yang
meliputi: (1) Sumber Daya Alam; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Geografis;
(4) Budaya; dan (5) Historis.
1) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya alam
Sumber Daya Alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam
bumi, air, dan udara yang dalam bentuk asalnya dapat didayagunakan
untuk berbagai kepentingan. Contoh untuk bidang: pertanian (padi,
buah-buahan, ubi kayu, jagung, sayur-sayuran, dll.), perkebunan
(tebu, tembakau, kopi, karet, coklat, dll.), peternakan (unggas, sapi,
kambing, dll.), dan perikanan (ikan laut/tawar, tumbuhan laut, dll.).
2) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia dengan segenap potensi
yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan agar menjadi
makhluk sosial yang adaptif (mampu menyesuaikan diri terhadap
tantangan alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
perubahan sosial budaya) dan transformatif (mampu memahami,
menterjemahkan, dan mengembangkan seluruh pengalaman dan
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 14
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
depan), sehingga mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya
secara seimbang dan berkesinambungan.
Aspek SDM menjadi penentu keberhasilan dari semua aspek/potensi
muatan lokal, karena SDM sebagai sumber daya dapat memberi
dampak positif dan negatif terhadap kualitas muatan lokal yang akan
dikembangkan, bergantung kepada paradigma, kultur, dan etos kerja
SDM yang bersangkutan. Tidak ada realisasi dan implementasi muatan
lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia sebagai aspek
sentral dalam proses pencapaiannya.
3) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi geografis
Proses pengkajian muatan lokal ditinjau dari aspek geografi perlu
memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek oseanologi (potensi
kelautan), antropologi (ragam budaya/suku bangsa yang sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai sektor pariwisata), ekonomi
(meningkatkan kehidupan/taraf hidup masyarakat setempat), dan
demografi (daerah/obyek wisata). Aspek-aspek dimaksud merupakan
salah satu aspek penentu dalam menetapkan potensi muatan lokal.
4) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi budaya
Budaya merupakan suatu sikap, sedangkan sumber sikap adalah
kebudayaan. Untuk itu, salah satu sikap menghargai kebudayaan
suatu daerah, adalah upaya masyarakat setempat untuk melestarikan
dan menonjolkan ciri khas budaya daerah menjadi muatan lokal.
Sebagai contoh muatan lokal yang berkaitan dengan aspek budaya,
antara lain berbagai upacara keagamaan/adat istiadat (upacara
Ngaben di Bali, Sekaten dan Grebeg di Yogyakarta, dll.).
5) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi historis
Potensi historis merupakan potensi sejarah dalam wujud peninggalan
benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan
hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan
menjadi arena/wahana wisata yang bisa menjadi aset, bahkan
menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Untuk itu, perlu
sentuhan baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional
dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa
menjadi bagian dari muatan lokal. Misalnya, Satuan Pendidikan di
sekitar objek wisata Candi Borobudur Magelang mengembangkan
muatan lokal kepariwisataan.
b. Identifikasi dan analisis kebutuhan daerah
Pengumpulan data untuk identifikasi dan analisis kebutuhan daerah dapat
dilakukan melalui wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden.
Dalam melakukan wawancara atau menyusun kuesioner, tim
mengumpulkan data mengenai:
1) Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar penduduk, kerukunan
antar umat beragama, dsb.);
2) Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan,
dsb.)
3) Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang
banyak digunakan, dsb.);
4) Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.);
5) Makanan khas daerah (gudeg Yogya, rendang Padang, gado-gado
Jakarta, asinan Bogor, dsb.);
6) Prioritas pembangunan daerah (pariwisata, pusat perbelanjaan,
pengentasan kemiskinan, dsb.);
7) Kepedulian masyarakat akan konservasi, pengembangan daerah,
dsb.;
8) Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menunjang kebutuhan daerah sebagai daerah/kota
(pelajar/pariwisata/perdagangan, dsb.), seperti kemampuan
berbahasa asing, keterampilan komputer;
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 16
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Format 1 : Contoh Format Identifikasi dan Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah
No Potensi
daerah Peluang
Tantangan/
Hambatan
Potensi
Mulok
Contoh pengisian format pada lampiran 1
2. Identifikasi dan analisis potensi satuan pendidikan
Kondisi internal satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah
sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk menentukan muatan lokal yang akan
dilaksanakan, setiap satuan pendidikan harus melakukan identifikasi terhadap
potensi satuan pendidikan masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata
dan menganalisis daya dukung yang dimiliki satuan pendidikan yang meliputi daya
dukung internal dan daya dukung eksternal. Kegiatan yang dilaksanakan adalah
analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ditekankan pada
kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan:
a. Lingkungan;
b. Sarana dan prasarana;
c. Ketersediaan sumber dana;
d. Sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik);
e. Dukungan komite sekolah dan masyarakat setempat;
f. Dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri; dan
Ketersediaan daya dukung/potensi satuan pendidikan (internal) antara lain:
a. Lingkungan satuan pendidikan yang mendukung muatan lokal;
b. Sarana prasarana: ruang belajar, peralatan praktik, media pembelajaran,
buku/bahan ajar sesuai dengan muatan lokal yang diselenggarakan;
c. Ketenagaan dengan keahlian sesuai tuntutan muatan lokal; dan
d. Biaya operasional pendidikan yang diperoleh melalui berbagai sumber.
Format 2 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Satuan Pendidikan (Internal)
N
o
Kompone
n
Kekuatan Kelemaha
n
Rencana Tindak
Lanjut
Contoh pengisian format pada lampiran 2
Ketersediaan daya dukung eksternal satuan pendidikan antara lain:
a. Dukungan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota berupa kebijakan,
pembinaan dan fasilitas/pembiayaan;
b. Stakeholders yang memiliki kepedulian untuk mendukung keseluruhan
proses penyelenggaraan muatan lokal, mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program;
c. Narasumber yang memiliki kemampuan/keahlian sesuai dengan materi
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 18
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Format 3 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Lingkungan Satuan Pendidikan
(Eksternal)
N
o
Kompone
n
Peluang Tantangan Rencana Tindak
Lanjut
Contoh pengisian format pada lampiran 3
B. Menentukan Jenis Muatan Lokal
Jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan meliputi empat rumpun muatan lokal yang
merupakan persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik),
kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan
kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).
Penjelasan empat rumpun muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial,
dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.
2. Kewirausahaan dan pravokasional adalah muatan lokal yang mencakup
pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan
kecakapannya.
3. Pendidikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran
muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik,
mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi
lingkungan.
4. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pravokasional, lingkungan hidup,
dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup.
Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa:
1. Bahasa daerah;
2. Kesenian daerah;
4. Keterampilan dan kerajinan daerah;
5. Pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar;
6. Bahasa Inggris (yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran
bahasa inggris);
7. Serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang
bersangkutan.
Format 4 : Contoh Format Penentuan Jenis Muatan Lokal
Potensi
Daerah
Potensi Mulok Daya Dukung Jenis Mulok
Contoh pengisian format pada lampiran 4
C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan
lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian/pelajaran sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan daerah dan satuan pendidikan.
Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2. Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3. Tersedianya sarana dan prasarana;
4. Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
5. Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
6. Kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan;
7. Karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah;
8. Komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi, keunggulan, dan
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 20
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
9. Mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti;
10. Menyusun silabus muatan lokal.
Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup
perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik.
Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu
penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan
dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
Bahan kajian diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih
metode mengajar dan sumber belajar. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru
diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan
potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun
satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri
(lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru diharapkan dapat
memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta didik
yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti bahwa
terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat
secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan
berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan
kajian perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu:
1. Bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak;
2. Dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui;
3. Dari pengalaman lama ke pengalaman baru;
4. Dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit.
Selain itu, bahan kajian diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat
karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu
kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik.
Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus
dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester,
atau satu tahun ajaran.
Format 5 : Contoh Format Penentuan Bahan Kajian Muatan Lokal
No Jenis Muatan Lokal Bahan kajian Muatan Lokal
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
22 BAB IV
TAHAP PELAKSANAAN MUATAN LOKAL
Setelah menentukan bahan kajian muatan lokal, langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Pelaksanaan muatan lokal memerlukan penanganan secara profesional dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. Dengan demikian, muatan lokal dapat mendukung pengembangan potensi peserta didik, pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing
A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal
Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan muatan lokal:
1. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan
kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.
2. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran
khusus muatan lokal.
3. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan
selama tiga tahun.
4. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor, dan action).
5. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan
portofolio.
6. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata
pelajaran muatan lokal.
7. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik
satuan pendidikan.
8. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat
bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.
B. Pelaksanaan Muatan Lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan (seperti yang sudah
dijelaskan pada Bab III), maka langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan
Pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu
(1) muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau (2) bahan
kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau (3) pengembangan diri.
1. Muatan lokal berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri
Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri apabila bahan kajian
muatan lokal berupa materi pembelajaran yang tidak terkait dengan ruang lingkup
materi pada mata pelajaran kelompok B (Seni Budaya, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan, Prakarya dan Kewirausahaan).
2. Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata
pelajaran lain
Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain
apabila bahan kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang
lingkup materi pelajaran pada kelompok B, maka muatan lokal tersebut berupa
bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B. Namun
apabila bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri sendiri
sebagai mata pelajaran muatan lokal.
Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri
Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri apabila bahan kajian
muatan lokal berupa program kegiatan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengekspresikan melalui kegiatan ekstrakurukuler, maka
bahan kajian tersebut dapat diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Pada lampiran 1 Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum disebutkan bahwa pengembangan diri merupakan kegiatan yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 24
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Adapun ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B adalah sebagai
berikut:
a. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran seni budaya SMA
Tingkat Kelas X-XI
1) Apresiasi dan kreasi karya seni rupa (seni rupa dua dan tiga dimensi,
kritik seni rupa, dan pameran seni rupa)
2) Apresiasi dan kreasi karya seni musik (gubahan lagu dan musik, kritik
musik, dan pertunjukan musik)
3) Apresiasi dan kreasi karya seni tari (penciptaan tari, kritik tari, dan
pertunjukan tari)
4) Apresiasi dan kreasi seni teater (rancangan karya teater, kritik teater,
dan pertunjukan teater).
Tingkat Kelas XII
1) Apresiasi dan kreasi karya seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni
rupa dan pameran seni rupa
2) Apresiasi dan kreasi karya seni musik (musik kreasi, kritik musik, dan
pertunjukan musik)
3) Apresiasi dan kreasi karya seni tari (Kreasi tari sesuai iringan, kritik tari
dan pertunjukan tari)
4) Apresiasi dan kreasi karya seni teater (naskah teater, kritik seni teater,
dan pertunjukan seni teater).
b. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan SMA
Tingkat Kelas X-XI
1) Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket,
2) Permainan bola kecil, dan atletik: softball, bulutangkis, tenis meja,
3) Aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau
permainan tradisional sejenis
4) Menguasai aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau
beladiri tradisional sejenis
5) Menguasai rangkaian Aktivitas fisik melalui: latihan pengembangan
kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, dan koordinasi
7) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan
SKJ secara harmonis
8) Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya
punggung, gaya dada dan penyelamatan dalam aktivitas air.
9) Makanan dan minuman sehat, pencegahan dan penanggulangan
penyakit, bahaya penggunaan NARKOBA dan psikotropika serta upaya
pencegahan dan penanggulangannya, dampak seks bebas, cara
mencegah HIV dan AIDS serta cara penanggulangannya.
Tingkat Kelas XII
1) Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket permainan
bola kecil, softball, bulutangkis, tenis meja,
2) aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau
permainan tradisional sejenis dengan baik dan benar
3) Menguasai gerakan aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate,
taekwondo atau permainan tradisional sejenis
4) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik: latihan pengembangan
kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, dan koordinasi
5) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik : senam lantai dan senam
alat dengan baik dan benar
6) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan
SKJ baik dan benar
7) Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya
punggung, gaya dada dan penyelamatan dalam aktivitas air
8) STDS (Sexually Transmitted Disease), AIDS, Penyakit Menular Seksual
(PMS)
9) Peraturan perundangan berkaitan NARKOBA dan psikotropika.
c. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran prakarya dan
kewirausahaan SMA
Tingkat Kelas X-XI
1) Kerajinan tekstil dan limbah tekstil
2) Kerajinan dari bahan lunak dan bahan keras
3) Rekayasa alat komunikasi sederhana dan alat pengatur gerak
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 26
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
4) Rekayasa pembangkit listrik sederhana dan inovatif menggunakan
teknologi tepat guna
5) Budidaya tanaman hias dan tanaman pangan
6) Usaha budidaya pembenihan ikan konsumsi dan ikan hias
7) Pengawetan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pangan
khas daerah dan nusantara,
8) Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi produk non pangan
pembersih dan kosmetik
9) Nilai dan peluang wirausaha, serta aspek-aspek perencanaan usaha.
Tingkat Kelas XII
1) Kerajinan fungsi hias dan pakai dari limbah
2) Rekayasa elektronika praktis dan dengan kendali elektronika
3) Budidaya ternak unggas petelur dan pedaging
4) Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi makanan khas daerah
dan produk non pangan kesehatan.
Ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B tersebut sangat penting
dalam rangka menetapkan pelaksanaan muatan lokal berdasarkan jenis dan
bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan. Berikut disajikan contoh
penentuan pelaksanaan muatan lokal.
Format 6 : Contoh Format Penentuan Pelaksanaan Muatan Lokal
Jenis
Mulok
Bahan
Kajian
Mulok
Keterkaitan dengan Ruang
Lingkup Materi
Pelaks
anaan
Mulok Seni
Budaya
Penj
asor
kes
Prak
&Kw
u
C. Pelaksanaan Muatan Lokal melalui Mata Pelajaran Tersendiri
Sudah dijelaskan diatas bahwa apabila bahan kajian muatan lokal berupa materi
pembelajaran tersendiri yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata
pelajaran kelompok B, maka muatan lokal tersebut dapat berdiri sendiri sebagai mata
pelajaran muatan lokal. Demikian juga apabila bahan kajian pada muatan lokal
sebenarnya berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada
kelompok B, namun bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri
sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal.
Perlu diketahui bahwa mata pelajaran muatan lokal merupakan mata pelajaran yang
berisi bahan kajian muatan lokal yang memungkinkan untuk berdiri sendiri sebagai mata
pelajaran. Alokasi waktu yang disediakan dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran.
Dalam struktur kurikulum 2013, mata pelajaran muatan lokal masuk pada mata
pelajaran kelompok B.
Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya
dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum
mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan
pendidikan dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan kepada satuan
pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan pendidikan
dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta bantuan
tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 28
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4. Alur pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri
Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran
tersendiri:
1. Perencanaan
Perencanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal meliputi
penyusunan KD, penyusunan silabus, penyusunan buku teks pelajaran muatan
lokal dan buku panduan guru, serta penyusunan RPP.
a. Menyusun Kompetensi Dasar
Seperti mata pelajaran lainnya, muatan lokal yang berdiri sebagai mata
pelajaran harus memiliki dokumen lengkap yang meliputi KI, KD, silabus,
buku teks pelajaran, buku panduan guru, dan RPP. Semua dokumen ini
harus disiapkan oleh satuan pendidikan.
Penyusunan KD adalah langkah awal agar muatan lokal dapat dilaksanakan
melalui mata pelajaran. Penyusunan KD dapat dilakukan bersama instansi
lain, misalnya TPK Provinsi/Kabupaten/Kota, LPMP, Dunia Usaha/Industri,
atau Dinas/Instansi terkait. Sebagai contoh, jika SMA menentukan jenis
1) kewirausahaaan atau kepariwisataan, maka dapat bekerjasama
dengan Dinas perdagangan, Perguruan Tinggi Pariwisata, atau Dinas
pariwisata;
2) keterampilan atau kerajinan, maka dapat bekerjasama dengan
Perguruan Tinggi Seni Kriya/Kerajinan, PLS/kursus-kursus, atau Dinas
Perindustrian dan Perdagangan;
3) budi daya tanaman, maka dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian,
Perguruan tinggi Pertanian; dll.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah
kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep
keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.
Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat
perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan
penguasaan kompetensi yang berjenjang. Berdasarkan Tingkat Kompetensi
tersebut ditetapkan kompetensi yang bersifat generik yang selanjutnya
digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi yang bersifat
spesifik dan ruang lingkup materi untuk setiap muatan kurikulum.
Selanjutnya, kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk
menentukan kompetensi dasar pada pengembangan kurikulum satuan dan
jenjang pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas maka dalam mengembangkan kompetensi
dasar pada mata pelajaran muatan lokal harus memperhatikan tingkat
kompetensi. Adapun tingkat kompetensi kelas X, XI, dan XII SMA adalah
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 30
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1) Tingkat kompetensi kelas X dan XI SMA
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
2) Tingkat kompetensi kelas XII SMA
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
Penyusunan kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal harus
memperhatikan dan menyesuaikan tingkat kompetensi yang telah
ditetapkan di atas.
Pengembangan kompetensi dasar pada mata pelajaran muatan lokal
dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran muatan lokal.
Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1;
2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 32
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.
Dengan menggunakan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan, tim
pengembang melakukan pemetaan bahan kajian muatan lokal tersebut
berdasarkan tingkat kompetensi dan kompetensi inti yang sesuai. Berikut ini
merupakan format dalam mengembangkan kompetensi dasar mata
pelajaran muatan lokal.
Format 7 : Contoh Format Penentuan Kompetensi Dasar
N
o
Jenis Mulok Bahan Kajian Kompetensi
Dasar
Contoh pengisian format pada lampiran 7
Format 8 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas
X
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
... ...
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.
Memahami,menerapka n, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
... ...
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 34
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Contoh pengisian format pada lampiran 8
Format 9 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
...
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
...
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
...
Contoh pengisian format pada lampiran 9
Format 10 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XII
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
...
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 36
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
...
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR menyaji, dan
mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
b. Menyusun Silabus
Penyusunan silabus mata pelajaran muatan lokal pada dasarnya sama
dengan penyusunan silabus pada mata pelajaran lainnya, namun pada
proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek yaitu kognitif,
afektif, psikomotor, dan action.
Silabus mata pelajaran muatan lokal paling sedikit memuat:
1) Identitas mata pelajaran;
2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3) Kompetensi inti;
4) Kompetensi dasar;
5) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi;
6) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, proses
pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor, dan action);
7) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, penilaian
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 38
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah dan portofolio;
8) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun, alokasi waktu mata
pelajaran muatan lokal sebanyak 2 jam/minggu; dan
9) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Format 11 : Contoh Format Silabus
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : ……….
Kelas : ……….
Kompetensi Inti :
1. ……… 2. ……… 3. ……… Kom pete n si D a sa r Mate ri P o kok P e m bel a jar a n P e n ila ia n Aloka si Wa kt u Su m ber Be la jar
Contoh pengisian format pada lampiran 13
c. Menyusun Buku Teks Pelajaran Muatan Lokal dan Buku Panduan
Guru
Dengan lahirnya kurikulum 2013 yang diikuti dengan perubahan yang
mendasar pada SKL, SI, standar proses, dan standar penilaian sehingga
dibutuhkan suatu buku panduan yang mengantar satuan pendidikan dan
guru untuk dapat melaksanakan kurikulum 2013 dengan baik. Buku teks
pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang
memuat pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan
pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik
dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
Buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai
Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti (Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 23). Buku
panduan guru adalah pedoman yang memuat strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian untuk setiap
mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran (Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 22).
Buku teks pelajaran muatan lokal pada pendidikan dasar dan menengah
dinilai kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh Dinas Pendidikan Provinsi
berdasarkan standar nasional pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik
dan/atau peserta didik sebagai sumber belajar di satuan pendidikan.
Kelayakan pakai buku teks muatan lokal ditetapkan oleh Gubernur.
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 pasal 4 Ayat
3 dan 4).
Berdasarkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri tersebut maka
mata pelajaran muatan lokal sebaiknya didukung oleh buku teks pelajaran
muatan lokal dan buku panduan guru. Buku teks pelajaran dan buku
panduan guru tersebut disusun oleh guru mata pelajaran muatan lokal
bersama dengan Tim Pengembang Kurikulum, dan dapat meminta bantuan
dari Perguruan Tinggi, LPMP, dan lembaga terkait lainnya. Buku teks
pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru tersebut dinilai kelayakan
pakainya oleh Dinas Pendidikan Provinsi setempat.
Kriteria standar buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru
adalah sebagai berikut:
1) Kelayakan isi/materi:
a) Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir;
b) Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias;
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 40
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
kemenarikan sesuai dengan minat dan pengetahuan siswa;
d) Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya;
e) Ilustrasi harus sesuai dengan teks;
f) Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat,
dan sederhana;
g) Perincian materi harus sesuai dengan kurikulum;
h) Perincian materi harus memperhatikan keseimbangan dalam
penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan
pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah,
pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan
maupun pemahaman.
2) Kelayakan penyajian
Kelayakan penyajian berkenaan dengan: tujuan pembelajaran,
keteraturan urutan dalam penguraian, kemenarikan minat dan
perhatian peserta didik, kemudahan dipahami, keaktifan peserta didik,
hubungan bahan, serta latihan dan soal.
3) Kelayakan bahasa
Aspek bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian bahan,
seperti kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana. Sedangkan aspek
keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata,
kalimat, paragraf, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan peserta
didik.
4) Kelayakan kegrafikan
Yang berkaitan dengan aspek grafika adalah kemenarikan, yaitu
berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan
penilaian keindahan gaya tulisan.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan RPP pada mata pelajaran muatan lokal sama dengan
penyusunan RPP pada mata pelajaran lainnya. RPP dikembangkan secara
rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.
RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2)
pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran;
(6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan
pembelajaran; dan (7) penilaian.
Format 12 : Contoh Format RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA ………..
Mata Pelajaran : ………
Kelas/Semester : ………
Materi Pokok : ………
Alokasi Waktu : ....………....
A. Kompetensi Inti
1. _______________
2. _______________
3. _______________
4. _______________
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. _____________ (KD pada KI-1)
2. _____________ (KD pada KI-2)
3. _____________ (KD pada KI-3)
I ndikator: __________________
4. _____________ (KD pada KI-4)
Indikator: __________________
Catatan:
KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena
keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator
dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 42
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
(rincian dari Materi Pokok)
E. Metode Pembelajaran
(rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
2. Alat/Bahan
3. Sumber Belajar
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (…menit)
2. Pertemuan Kedua:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (…menit),
dan seterusnya.
H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
2. Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman penskoran
Mengetahui ………., ………
Kepala SMA …….. Guru Mata Pelajaran
__________________ __________________
NIP. …. NIP. ….
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah
dibuat. Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah
dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;
3) mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas
yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan
tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan
4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan
permasalahan atau tugas.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan matapelajaran muatan lokal, yang meliputi
proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan
komunikasi. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek
yaitu kognitif, afektif, psikomotor, dan action.
Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak
mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan
Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 44
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait
dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.
Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang
dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan,
museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus
tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik
dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
3. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan