• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011)."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fisip UPN “Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh :

IWN Satr ia Fiatama 0743010058

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS P EMBANGUNAN NASIO NAL “ VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO LITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Abstr ak

Karikatur yang terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Karikatur yang diamati dalam penelitian ini adalah karikatur Clekit pada harian Jawa Pos. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan analisis semiotika Charles Sanders Pierce yaitu berdasarkan ikon, indeks dan simbol.

Setelah melalui Triangel of Meaning Peirce dapat diketahui bahwa tiang bendera yang bengkok, diartikan bahwa dalam tubuh partai demokrat sedang terjadi konflik. 5 ekor ulat yang merambat, lima ulat diidentikan dengan orang-orang partai demokrat yang terlibat konflik seperti kasus suap atau korupsi. Sedangkan tulisan“Partai Demokrat” dengan huruf arial mempunya arti formal, sederhana dan akrab.

Kata Kunci : Ikon, Indeks dan Simbol

Abstr ac

Caricatures that impressed ludicrous to make the criticism that conveyed not so perceivedharass or embarrass. Caricature that observed in this study were caricatures in the daily Clekit Jawa Pos. The purpose of this study was to determine the meaning of the Democratic Party on caricature Clekit in Jawa Pos Edition July 14, 2011.

This study used a qualitative descriptive method, with the semiotics of Charles Sanders Pierce's analysis is based on icons, indexes and symbols.

After going through the Triangle of Meaning Peirce can be seen that the bent flagpole, mean that the Democrats are the party conflict. 5 tail worm that propagates, five caterpillars synonymous with those democrat party to the conflict such as bribery or corruption cases. While the words "Partai Demokrat" with arial letter possessed a formal sense, a simple and familiar.

(3)

Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pemaknaan Kar ikatur Par tai Demok rat Pada Har ian J awa Pos (Studi

Semiotika Pemak naan Par tai Demokr at pada Kar ikatur Clekit Di Har ian

J awa Pos Edisi 14 J uli 2011 “ dapat terselesaikan dengan baik.

Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

bapak Drs. Syaifuddin Zuhri Msi, selaku dosen pembimbing utama yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi

kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,

baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati., MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito ,S.Sos, MSi., Ketua program studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“

Jawa Timur, serta dosen Pembimbing utama penulis.

4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan

(4)

menyelesaikan skripsi ini.

6. orang terkasih Fevvy selalu memberikan suport dan do’a.

7. Untuk semua kawan D’Brutal Fams, “Do the best always rekk ....”.

8. Teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan Hanop, Koh, Ico,

beng-Beng semangat rekk ....

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan skripsi ini banyak

terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan laporan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, Januari 2012

(5)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 12

2.1.1.Surat Kabar ... 12

2.1.2.Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... 13

2.1.3.Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ... 15

2.1.4.Kartun dan Karikatur ... 16

2.1.5.Kartun Dalam Surat Kabar ... 18

2.1.6.Makna Dan Pemaknaan ... 19

(6)

2.1.6.4. Makna Logo ... 25

2.1.6.5. Makna Bendera ... 26

2.1.6.6. Makna Bendera Berkibar ... 26

2.1.6.7. Makna Tiang Bendera Bengkok ... 27

2.1.6.8. Makna Daun Tertiup Angin ... 27

2.1.6.9. Makna Garis ... 28

2.1.6.10. Makna Syimbol Segitiga Partai Demokrat ... 30

2.1.7.Model Semiotik Charles Sanders Peirce ... 31

2.1.8.Partai Demokrat ... 35

2.2. Kerangka Berfikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 38

3.2. Kerangka Konseptual ... 39

3.3. Corpus Penelitian ... 39

3.4. Unit Analisis ... 40

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

(7)

4.2. Penyajian Data ... 51

4.2.1. Gambar Karikatur “Partai Demokrat” pada karikatur clekit di harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 ... 52

4.2.2.1.Ikon ... 53

4.2.2.2.Indeks ... 61

4.2.2.3.Simbol ... 63

4.3. Makna Keseluruhan Karikatur “Partai Demokrat” Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulam ... 81

5.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Gambar 2.2 Model Semiotik Peirce ... 33

Gambar 2.3 Model Kategori Tanda ... 34

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Pemaknaan Karikatur

(9)
(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan media massa saat ini telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena media massa mempunyai

peranan menjadi media penyampai informasi mengenai kejadian atau

peristiwa baik yang telah terjadi dalam negeri maupun luar negeri. Media

massa memiliki khalayak yang heterogen dan anonim. Selain itu, ciri dari

media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan

(simultanety) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang

disebarkan (Effendy, 1993:4).

Menurut Rahmat (2005:189) bentuk media massa itu sendiri terdiri

dari dua macam, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak adalah

koran, majalah, buku-buku, tabloid dan sebagainya. Sedangkan media

elektronik yaitu terdiri dari radio, televisi dan internet.

Komunikasi dengan menggunakan media massa untuk

menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan dikenal dengan

komunikasi massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass

communication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang

meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio, dan

televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di

(11)

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan

membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan

lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan

salah satu jenis media cetak yang dinilai lebih up to date dalam menyajikan

berita-berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Beberapa kelebihan

dari surat kabar diantaranya yaitu bisa disimpan lebih lama atau dapat

diulang dan jelas, berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa

menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan

untuk bisa memahami isi dan pesan.

Surat kabar tidak hanya saja sebagai pencarian informasi yang utama

dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karakteristik yang

menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat

kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta dapat

mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif

dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media khususnya surat

kabar. Namun tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita.

Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan

jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media

massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak

manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media (Sumadiria,

2005:86).

Akhir-akhir ini, perhatian masyarakat tertuju pada salah satu

(12)

elektronik seolah berlomba-lomba menyajikan berbagai pemberitaan menarik

terkait dengan konflik yang sedang dialami oleh salah satu partai besar di

Indonesia yaitu Partai Demokrat. Sebagaimana diketahui pertentangan antar

faksi di dalam Partai Demokrat semakin menjadi. Ini karena terbongkarnya

kasus Suap Sesmenpora senilai Rp 3,2 miliar. Kasus suap ini berkaitan

dengan pembangunan Wisma Atlit di Gelora Jakabaring Palembang yang

disiapkan untuk mendukung Sea Games XXVI di Palembang. Dalam kasus

tersebut, ada dua kelompok yang tersudut diantaranya kelompok Andi

Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Kelompok Andi tersudut karena kasus

tersebut terjadi di kementrian. Apalagi tersangka utamanya adalah Wafid

Muharram, sekretaris Andi Mallarangeng di Kemenpora. Sementara,

kelompok Anas juga tersudut karena Bendahara Umum Partai Demokrat yang

juga terseret kasus korupsi ini, M. Nazaruddin selama ini diketahui sebagai

orang dekat Anas (http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=27967).

Selain kasus tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi

mengisyaratkan akan mengusut dugaan korupsi pembangunan proyek

Stadion Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, Menteri Koordinator

Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto meminta KPK menelusuri

dugaan korupsi Stadion Hambalang. Menurutnya, KPK justru harus

menuntaskan penelusurannya agar tidak menimbulkan polemik. Dugaan

korupsi proyek Hambalang mencuat setelah Muhammad Nazaruddin, bekas

Bendahara Umum Partai Demokrat menuding PT Adhi Karya, kontraktor

(13)

itu menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

sebesar Rp 1,52 triliun. Nazaruddin menyebut dana Rp 50 miliar yang

digelontorkan saat kongres Demokrat pada Januari 2010 terkait dengan proyek

Hambalang. Uang dari proyek Hambalang juga dikucurkan untuk Ketua Umum

Demokrat Anas Urbaningrum dan sejumlah politikus partai tersebut

(http://www.tempo.co/hg/hukum/2011/07/25/brk,20110725348295,id.html).

Rumitnya konflik politik di dalam Partai Demokrat, memicu

munculnya berbagai berita menarik lainnya seputar anggota Partai Demokrat

seperti Ruhut Sitompul yang dilaporkan oleh istrinya Anna Rudhiantiana

Legawati ke polisi karena Ruhut Sitompul mengaku masih perjaka saat

menikah dengan Diana Leovita selain itu ada juga berita artis cantik dan juga

anggota DPR Angelina Sondakh yang juga terseret dalam dugaan kasus

korupsi Suap Sesmenpora senilai Rp 3,2 miliar.

Selain kasus Nama Andi Nurpati disebut-sebut terlibat dalam kasus

pemalsuan surat hasil sengketa pemilihan umum MK. Namun, Andi dalam

berbagai kesempatan telah membantah keterlibatannya. Selain itu kasus

tersebut untuk sementara, polisi baru menetapkan bekas juru panggil MK,

Masyhuri Hasan dan bekas panitia MK Zaenal Arifin Hoesein sebagai

tersangka kasus ini. Sekalian itu juga tersangka kasus pemalsuan surat

Mahkamah Konstitusi, Masyhuri Hasan segera disidangkan. Penyidik, telah

menyerahkan tersangka dan barangbukti kepada jaksa, Kepala Divisi Humas

Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polsi Anton Bahrul Alam di Mabes Polri,

(14)

bukti yang diantaranya berupa surat yang diduga dipalsukan oleh Masyhuri.

Selain itu bekas panitera Mahkamah Konstitusi, Zaenal Arifin Hoesein

diperiksa penyidik Polri selama enam jam terkait pemalsuan surat hasil

sengketa pemilihan umum. Kepada penyidik, tersangka surat palsu ini

mengatakan tak pernah ada surat panitera MK tertanggal 14 Agustus 2011.

Jika ada, surat itu palsu

(http://politik.vivanews.com/news/read/243619-kata-anas-urbaningrum-soal-kasus-andi-nurpati)

Berbagai pemberitaan menarik terkait konflik dalam Partai Demokrat

ternyata juga menarik minat karikaturis untuk membuat karikatur yang

berusaha untuk melakukan kritik sosial terhadap beragam konfik yang terjadi

dalam Partai Demokrat tersebut.

Karikatur (latin: carricare) menurut Pramoedjo (2008:13) sebenarnya

memiliki arti sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan, atau

dipeletotkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik

wajah. Seni memeletotkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke-17 di

Eropa, Inggris dan sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan

media cetak pada masa itu.

Gambar karikatur acapkali terkesan lucu dan menggelikan sehingga

membuat kritikan yang disampaikan tidak begitu dirasakan melecehkan atau

mempermalukan. Unsur humor yang dikedepankan membuat kegulasan

karikatur menjadi tidak membuat kening berkerut, yang muncul hanya

(15)

Dari sedikit uraian di atas maka kita dapat melihat gambar karikatur

merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual, keberadaannya

dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non verbal, ia dibedakan

dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan, ia merupakan

ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui

simbol berwujud gambar, tulisan dan lainnya.

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang

dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Sayangnya muatan

pesan verbal dan pesan visual yang dituangkan di dalam karikatur terlalu

banyak. Secara visual, desain karikatur yang disajikan pun menjadi jelek,

tidak komunikatif, kurang cerdas, dan terkesan menggurui. Akibatnya

masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari karikatur

dengan serta merta akan mengabaikan pesan sosial yang ingin disampaikan

oleh karikatur.

Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu

diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di

dalamnya. Dengan demikian dapat ditemukan kejelasan mengenai

pertimbangan-pertimbangan estetik pada karikatur dipandang dari hubungan

antara tanda dan pesan.

Karikatur penuh dengan perlambang-lambangan yang kaya akan

makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang

menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang

(16)

evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu

permasalahan yang sedang hangat dipermukaan.

Dalam penyajiannya di media cetak, karikatur merupakan salah satu

unsur penting, bahkan tidak terpisahkan dalam tajuk rencana, opini dan

artikel pilihan lainnya. Bagi pembaca atau setidak-tidaknya bagi para

pembaca awam, karikatur membawa arti komunikasi yang cukup penting.

Ketika pesan tidak lagi disampaikan dalam bentuk tulisan, maka karikatur

seringkali justru bermakna penting karena bisa diinterpretasikan menurut

pengalaman personal. Fakta-fakta terkadang menyinggung perasaan

(Bintoro, 2002:3) merupakan peristiwa pahit bisa dikemukakan.

Keberadaan karikatur dalam surat kabar bukan hanya melengkapi

saja, tetapi memberikan hiburan selain berita-berita utama yang disajikan dan

juga memberikan tambahan informasi dan pengetahuan kepada khalayak

pembaca. Karikatur merupakan bentuk komunikasi yang mudah terbaca,

karena sering diberikan kata-kata tertulis kartun terlihat mudah untuk

dimaknai. Namun pada kenyataannya kita harus terlebih dahulu

mendeskripsikan jalinan tanda pada karikatur tersebut, yang selanjutnya

karikatur tersebut tampil sebagai “tanda” karena ada kedekatan antara

gambar dengan obyeknya. Setelah itu kita mengganti unsur-unsur pembentuk

karikatur yang tercantum dalam ilustrasi tersebut, dan kemudian

mendeskripsikannya mempertimbangkan ikon, indeks, dan simbol.

Karikatur yang diamati dalam penelitian ini adalah karikatur Clekit

(17)

dari peristiwa yang terjadi di masyarakat yang meliputi peristiwa politik,

sosial, ekonomi, budaya, dsb. Karikatur Clekit dalam satu minggu dimuat

hanya tiga kali, penyampaian pesan implisit dalam artian karikatur sebagai

komunikasi secara tidak langsung (symbolic speech) dimaksudkan untuk

mengembangkan kreatifitas dan imajinasi pembaca dalam

menginterpretasikan makna yang terkandung dalam pesan dan gambar

karikatur tersebut. Hasil dari interpretasi tersebut yang diharapkan mampu

memberikan solusi, pemecahan, atau koreksi diri bagi kalangan masyarakat,

pemerintah, ataupun individu-individu tentang suatu permasalahan.

Dari pemilihan gambar karikatur Clekit yang berurutan tentang

permasalahan atau kasus yang terjadi di partai politik Demokrat. Penulis

hendak menjabarkan makna yang terkandung dalam karikatur secara

semiotika berdasarkan ikon, indeks, dan simbol. Penulis akan mengartikan

karikatur ”Partai Demokrat” yang termasuk karikatur editorial. Karikatur

editorial merupakan karikatur yang memiliki sifat mengkritik atau memiliki

makna kritik sosial. Alasan yang mendasari pemilihan gambar karikatur

Clekit adalah adanya deformasi jasmani terhadap pihak-pihak yang menjadi

sasaran, penggambaran dalam karikatur Clekit yang menyebabkan

keimplisitan pesan, yaitu didalam gambar karikatur terdapat perubahan

gambar tokoh yang tidak sesuai lagi dengan gambar atau bentuk asli karena

adanya tambahan efek-efek gambar dari kartunis sehingga karikatur tersebut

memiliki makna dan pesan yang menimbulkan imajinasi bagi pembaca dalam

(18)

Penelitian ini berusaha mengungkap konflik yang terjadi dalam partai

Demokrat yang ditampilkan pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi

14 Juli 2011. Dalam edisi tersebut ditampilkan sebuah karikatur yang

menggambarkan kondisi sulit yang sedang dialami oleh salah satu partai

besar di Indonesia yaitu Partai Demokrat. Hal tersebut nampak dari beberapa

tanda atau simbol seperti gambar bendera dengan logo partai Demokrat. Di

bagian tiang bendera nampak tidak kokoh karena sedang digerogoti oleh 5

ekor ulat yang melambangkan beberapa anggota atau tokoh dalam Partai

Demokrat yang sedang terlibat masalah politik besar seperti Nazaruddin

(Bendahara), Anas Urbaningrum (Ketua Umum), Angelina Sondakh

(Anggota) yang dituduh terlibat dalam kasus korupsi. Ruhut Sitompul (Ketua

Departemen Bidang Kominfo) karena kasus pemalsuan identitas dan status

pernikahan serta Marzuki Ali (Anggota) yang terlibat konflik dalam tubuh

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Bendera partai Demokrat dalam

karikatur tersebut dilatarbelakangi warna abu-abu yang memberikan

gambaran rumitnya konflik yang ada dalam partai Demokrat karena berbagai

kasus berat yang dialami oleh para anggotanya.

Karikatur clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 sangat

menarik untuk diteliti karena karikatur tersebut berusaha untuk memberikan

kritik sosial terhadap berbagai konflik yang terjadi dalam partai demokrat

terutama adanya kekhawatiran terhadap citra Partai Demokrat di kalangan

masyarakat. Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Evert Ernest

Mangindaan mengatakan kasus dugaan suap pembangunan wisma Atlet SEA

(19)

akan mengancam perpecahan di partai Demokrat. "Fakta-fakta dari

pemberitaan juga jelas, ini kan sudah mempengaruhi opini masyarakat

tentang bagaimana Partai Demokrat," kata Mangindaan di Kantor Presiden,

Kamis 12 Mei 2011. Akhirnya, Dewan Kehormatan Partai Demokrat turun

tangan dalam polemik harus menjaga citra partai karena polemik kasus ini

sudah mencoreng nama partai di masyarakat. Hal ini dengan memeriksa

Bendara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin yang dikaitkan

dengan para tersangka, terutama dugaan kedekatannya dengan Mindo Rosalina

Manurung. (sumber

http://www.tempo.co/hg/politik/2011/05/12/brk,20110512-334139,id.html.

Karikaturis menciptakan sensasi melalui gambar tentang sesuatu yang

memiliki peristiwa yang memiliki makna tersembunyi yang menggelitik bagi

pembaca. Yang dimaksud makna tersembunyi merupakan makna konotatif,

makna konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran

dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai

tertentu. Kalau ada makna denotatif hampir bisa dimengerti banyak orang,

maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang jumlahnya

relatif lebih kecil (Sobur. 2003:264).

Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu

memaknai sebuah gambar dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan

tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung di dalamnya. Maka itu,

pembahasan ini menggunakan kajian kritis yang bertujuan untuk

mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada (Sobur,

(20)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin meneliti tentang

pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi

14 Juli 2011 dengan menggunakan model semiotika Pierce, karena dalam

Pierce dipelajari tentang tanda-tanda dan berbagai hal yang berhubungan

dengan cara, fungsi serta hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengiriman

dan penerimaan pesan, serta cara mengkomunikasikannya.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dari

penelitian ini adalah “Bagaimana pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur

Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan Partai Demokrat

pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khasanah

penelitian di bidang media massa khususnya surat kabar.

2. Kegunaan teoritis

Sebagai bahan acuan serta menambah referensi perpustakaan khususnya

(21)

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Sur at Kabar

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu

komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku

“Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar

sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak

yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan

dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bias harian, mingguan dan

bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257).

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan

fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif,

menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan

menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat

dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu

sendiri. (Effendy, 2003:149).

Sementara (Sumadiria, 2005:32-35) dalam Jurnalistik Indonesia

menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi

secepat cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual,

(22)

2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers

hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers

harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai

wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi

semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai

pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa

menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam

suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator

atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain,

peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu

dengan yang lain.

2.1.2. Sur at Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi sering diartikan sebagai perpindahan (transfer)

informasi (pesan) dari pengirim (komunikator) kepada penerima

(komunikan) melalui saluran (media) tertentu dengan tujuan mencapai

saling pengertian (mutual understanding).

Ada 2 (dua) macam proses komunikasi, yaitu : secara tatap muka

(primer) dan secara media (sekunder). Komunikasi sekunder ini dilakukan

dengan menggunakan media nirmasa (dalam komunikasi kelompok

(23)

sekunder ini antara lain adalah untuk mencapai komunikan yang lebih

luas, memungkinkan imitasi oleh lebih banyak orang dan mengatasi batas

ruang dan waktu.

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran

(media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua

komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang

diberi kode oleh sumber (encoded), disalurkan melalui sebuah saluran dan

diberi kode oleh penerima (decoded), tanggapan yang diamati penerima

merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara

sumber dan penerima (Winarso, 2005: 18-20).

Jadi pada hakekatnya komunikasi massa sebenarnya sama seperti

bentuk-bentuk komunikasi yang lain, yaitu memiliki unsur-unsur

komunikasi seperti sumber, pesan, saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan

balik dan konteks. Namun beberapa hal yang membedakannya terutama

adalah sifat komunikasinya yang umum, cepat dan selintas.

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses dimana

komunikator secara professional menggunakan media massa didalam

menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.

Surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu

media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan

massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para

pembacanya. Pada intinya surat kabar menjadi hal yang tidak terpisahkan

(24)

Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan

sebanyak-banyaknya oleh pemirsa.

Berdasarkan teori-teori surat kabar di atas maka dapat disimpulkan

surat kabar adalah media cetak untuk menyampaikan pesan atau berita

kepada khalayak masyarakat luas.

2.1.3. Sur at Kabar Sebagai Kontr ol Sosial

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial

(1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang

mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai

kehidupan kelompok.

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk

mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh

kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat

dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya

untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental

terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian

kelompok. (Susanto, 2000 :115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial

bertujuan (Susanto, 2000: 116):

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya.

2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.

3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

(25)

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan

fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif,

menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan

menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat

dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu

sendiri. (Effendy, 2003:149)

2.1.4. Kar tun dan Kar ikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur, seperti halnya

kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik, dan kartun animasi

adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun. Di Indonesia, konon

karikatur mulai berkembang sejak negeri ini dibawah penjajahan Belanda.

Yaitu pengaruh dari gambar karikatur yang secara berkala dimuat di surat

kabar berbahasa Belanda, misalnya ”de locomotif” yang beredar di

Indonesia saat itu.

Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan

representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan

sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai

sarana kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8).

Dalam perkembangannya, sesuai dengan dinamika persoalan yang

dihadapi dan diliput pers, karikatur tidak hanya menunjuk kepada gambar

wajah seseorang yang dilebih-lebihkan. Karikatur juga mencakup semua

peristiwa yang terjadi, diliput, dan menjadi sorotan pers. Ia bahkan

(26)

Sudarta dalam salah satu makalahnya, karikatur adalah termasuk seni

grafis, yaitu suatu cabang dari bentuk seni lukis. Dalam penyajiannya

dituntut pula akan selera indah sebagaimana hasil seni. Ini penting, karena

ide yang bagaimanapun kuatnya akan berkurang nilainya apabila tidak

didukung oleh kualitas gambar yang baik. Sebagaimana seni lukis, dalam

karikatur juga dituntut selera komposisi untuk membuat gambar yang enak

dipandang. (Sumandiria, 2005:9).

Menggambar karikatur termasuk proses kreatif seorang ahli grafis

sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat menyajikan

gambar yang memenuhi kaidah komposisi gradasi, dan aksentuasi secara

tajam dan serasi. Sebagai jurnalis, ia pandai memilih topik yang sedang

aktual, menyangkut kepentingan masyarakat umum, dan mengemasnya

dalam paduan gambar serta kata-kata yang singkat, lugas, sederhana.

Secara teknis jurnalistik, karikatur diartikan sebagai opini redaksi

media dalam bentuk gambar yang sarat dengan muatan kritik sosial

dengan memasukkan unsur kelucuan, anekdot, atau humor agar siapa pun

yang melihatnya bisa tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang

dikarikaturkan itu sendiri. (Sumandiria, 2005:9).

Sebuah karikatur dikatakan efektif apabila karikatur itu telah

menjalankan fungsinya, yakni karikatur harus membuat senyum untuk

semua. Senyum untuk yang dikritik agar tidak marah, senyum untuk

masyarakat yang merasa terwakili aspirasinya, dan senyum untuk sang

(27)

Karikatur adalah produk suatau keahlian seorang karikaturis, baik

dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,

referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.

Karena itu, kita bisa mendeksi intelektual seorang karikaturis dari sudut

ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang

dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2006:140).

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam

bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan

selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,

karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.

Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannnya dilakukan dengan

gambar-gambar lucu dan menarik. (Sobur, 2006:140).

Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang katunis, baik

dari segi penghetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi,

referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.

Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu

kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita

bisa mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini.

Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang

dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2003:140).

2.1.5. Kar tun Dalam Sur at Kabar

Keberadaan kartun dalam surat kabar bukan berarti hanya

(28)

memberikan informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang

dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif

daripada kalau diterangkan dengan kata-kata. Karena kartun mempunyai

kekuatan dan karakter yang sehingga pembaca tertarik untuk sekedar

melihat atau bahkan berusaha memahami makna dan pesan yang

terkandung dalam gambar kartun tersebut.

Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik

dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi,

referensi, bacaan, maupun bagaimana tangapan atau opini secara subyektif

terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu.

Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut

ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang

dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003:140).

2.1.6. Mak na Dan Pemaknaan

Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna

sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi

terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna

yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih dahulu

harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah

yang nyaris berimpit antara apa yang disebut (1) terjemah (translation), (2)

tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan makna atau meaning.

Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau

(29)

berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya.

Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar

belakangnya, konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya

lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir

manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan. Materi yang

tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu

yang lebih jauh lagi. Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari

penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan

lebih menuntut kemampuan integratif manusia, indrawinya, daya pikirnya

dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga ekstrapolasi, dilihat

tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Di

balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian empirik logik,

sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun

yang trasendental.

Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi

yang menurut S.I. Hayakawa dalam Mulyana (2001:257) tidaklah buruk

bila orang-orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai

dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu

saja lebih bersifat kebahasaan (linguistik), yang punya banyak dimensi,

simbol merujuk pada objek di dunia nyata, pemahaman adalah perasaan

subjektif kita mengenai simbol itu dan referen adalah objek yang

(30)

Gambar 2.1. Segitiga Makna

Sumber :BertE. Bradley, 1981: 283. dalamMulyana (2001:256)

Pada gambar di atas adalah :

1. Simbol yang berarti merujuk pada pada objek di dunia nyata.

2. Referent adalah objek yang sebenarnya dan eksis di dunia nyata.

Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan

makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual)

seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih

bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata

juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna di luar

rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat

subjektif daripada makna denotatif.

2.1.6.1.Makna War na

Warna dapat memberikan suasana tertentu pada suatu ruangan,

karena setiap macam warna memiliki karakter sendiri-sendiri, selain itu

setiap warna juga memiliki efek psikologis. Dalam karikatur partai

Simbol (kata) Referen (objek)

(31)

demokrat pada harian Jawa Pos edisi 14 Juli 2011 terdapat tiga warna

yaitu :

1.Warna Putih

Warna putih menunjukkan kedamaian, pencapaian ketinggian diri,

spritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan

kebersihan, tak bersalah, kesempurnaan, keamanan, cahaya, persatuan.

Warna putih juga mempunyai kesan suci, bersih, lugu, murni, ringan

fleksibel dan netral (http://www.kaskus.us/showthread.php?p=321357444)

2.Warna Hitam

Warna hitam adalah warna netral yang paling kuat, warna hitam sering

diasosiakan dengan kekuatan, ke-eleganan dan formalitas, selain itu

warna hitam sering diasosiakan iblis, kematian dan misteri, selain itu

hitam merupakan warna duka, pembrontakan. Selain itu warna hitam

juga mempunyai makna simbol kekuasaan dan ketangguhan. Warna

hitam sering digunakan untuk menunjukkan kesan kurus dan langgeng,

simbol kekuasaan pada warna hitam digunakan untuk menampilkan

kesan jahat .

3.Warna Abu-Abu

Warna abu-abu mencerminkan, keamanan, reliabilitas, kepandaian,

tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis,

kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam dan tenang. Warna

Abu-abu juga warna netral yang dingin. Warna Abu-abu-Abu-abu sering diasosiakan

(32)

merepresentasikan konserfatif dan formal, atau biasa diartikan dengan

warna modern. Mewarisi sifat dari hitam, abu-abu juga sering

diasosiaikan sebagai warna duka, warna abu-abu sering digunakan

untuk desain korporat karena sifatnya yang formal dan profesional

(http://djohar1962.blogspot.com/2008/08/arti-warna.html).

2.1.6.2.Ulat

Ulat adalah salah satu binatang yang sangat rakus dalam melahap

hijaunya dedaunan tanaman. Hasil yang diakibatkan oleh ulah ulat sangat

mengesankan dari pada dengan wujud ulat yang lemah dan lunak

tubuhnya. Karakter ulat adalah pekerja keras dalam menggunduli

dedaunan tanaman, seakan-akan ulat tersebut dikejar deadline yang harus

buru-buru menyelesaikannya sehingga hasilnya tanaman gundul dalam

waktu relatif singkat. Dalam menjalani misinya ulat tak membiarkan

sedikit waktu terbuang. ulat baru berhenti ketika sampai pada saat yang

ditentukan dimana ulat harus berhenti makan untuk menuju ke dalam

kondisi puasayang keras. Puasa yang sangat ketat tanpa makan tanpa

minum sama sekali, dalam lingkupan kepompong yang sempit dan gelap.

Ulat seakan tak mempunyai waktu yang terluang dan terbuang sedikitpun.

Waktu yang tersedia adalah waktu yang sangat berharga bagi ulat untuk

menggemukkan badan sebagai persiapan menuju sebuah keadaan dimana

diperlukan energi yang besar yaitu masa kepompong, seakan dikejar-kejar

oleh deadline sehingga sang ulat tak pernah beristirahat sejenakpun untuk

(33)

disebabkan ulat telah mempunyai sebuah tujuan yang sangat jernih dan

jelas yaitu mengumpulkan semua potensi yang ada untuk menghadapi satu

saat yang sangat kritis yaitu masa kepompong, dimana pada masa

kepompong tersebut dibutuhkan persiapan yang prima. Datangnya masa

kepompong adalah sebuah keniscayaan, maka ulat mempersiapkan dengan

kerja keras untuk menghadapinya (warsito suwadi).

2.1.6.3.Hur uf

Tulisan ”Partai Demokrat” pada bendera partai demokrat,

termasuk jenis huruf tak berkait (sans serif), tidak memiliki kait hanya

batang dan tangkainya saja, ujungnya bisa tajam atau tumpul, sifatnya

kurang formal, sederhana, akrab, keuntunganya sangat mudah

dibaca(http://www.slideshare.net/encrust82/anatomi-furuf).

Arial, kadang dipasarkan atau ditampilkan dalam berbagai

perangkat lunak sebagai Arial MT, adalah sebuah rupa huruf sans-serif dan

sekelompok fon komputer. Fon dari keluarga Arial dipaketkan bersama

Microsoft Windows, beberapa aplikasi perangkat lunak Microsoft lainnya,

1Apple Mac OS X 2 dan bermacam pencetak komputer Post

Script 3. Rupa huruf ini dirancang tahun 1982 oleh tim beranggotakan 10

orang yang dipimpin Robin Nicholas dan Patricia Saunders

untuk Monotype Typography. Rupa huruf Arial terdiri dari berbagai gaya,

yaitu Regular, Italic, Medium, Medium Italic, Bold, Bold Italic, Black,

Black Italic, Extra Bold, Extra Bold Italic, Light, Light Italic, Narrow,

(34)

Condensed, Bold Condensed, dan Extra Bold Condensed. Keluarga huruf

Arial lebar memiliki beberapa gaya pula, yaitu Rounded (Light, Regular,

Bold, Extra Bold); Monospaced (Regular, Oblique, Bold, Bold Oblique).

Banyak di antaranya dikeluarkan dalam berbagai konfigurasi fon dengan

beragam tingkatan dukungan bahasa. Fon Arial yang sering digunakan dan

dipaketkan adalah Arial Regular, Italic, Bold, Bold Italic, disertai gaya

sejenis untuk Arial Narrow, ditambah Arial Black dan Black Italic.

Belakangan ini, Arial Rounded juga dimasukkan dalam paket tersebut

(http://id.wikipedia.org/wiki/Arial).

Arial memiliki keterbacaan yang baik pada ukuran 12 pixel atau

setara dengan 9 Point atau 0.8em. Kurang dari ukuran 12px Arial akan

terkesan kurus dan rapat hingga akan mempersulit dibaca. Arial sangat

baik ditampilkan pada situs-situs resmi (berupa profil) yang tidak terlalu

banyak menggunakan teks. Bila pilihan ternyata jatuh pada Arial untuk

teks, gunakan jarak baris yang lebih besar dari standar

(http://www.designmagz.com/css/variasi-arial-dengan-css.html).

2.1.6.4.Logo

Sebagai bagian dari perencanaan corporate identity design, logo

ibarat bagian tubuh yang mampu mengutarakan isi hati produk atau

perusahaan.Dari sisi pemasaran, logo mempunyai fungsi identitas yang

membedakan sebuah sebuah produk dengan produk lainnya. Kesemuanya

itu tak lepas dari hakikat logo itu sendiri, sebagai sebuah karya seni rupa

yang biasa berupa dwi matra (dua dimensi) atau tri matra (tiga dimensi).

(35)

senirupa dasar yang membentuknya seperti garis, bentuk, warna, ruang,

tipografi dll. (http://lasrilcartoonis.wordpress.com/makna-logo/).

2.1.6.5.Bender a

Bendera adalah sepotong kain, sering dikibarkan di tiang,

umumnya digunakan secara simbolis untuk memberikan sinyal atau

identifikasi. Hal ini paling sering digunakan untuk melambangkan suatu

negara untuk menunjukkan kemerdekaannya. Bendera pertama digunakan

untuk membantu koordinasi militer di medan perang, dan bendera sejak

berevolusi menjadi alat umum untuk sinyal dasar dan identifikasi,

terutama di lingkungan di mana komunikasi juga menantang (seperti

lingkungan hidup maritim di mana semaphore digunakan). Bendera

nasional adalah simbol-simbol patriotik kuat dengan interpretasi luas

bervariasi, sering termasuk asosiasi militer yang kuat karena asli dan

berkelanjutan militer mereka. Bendera juga digunakan dalam pesan, iklan,

atau untuk tujuan hias lain. Studi tentang bendera dikenal sebagai

vexillology (http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera).

2.1.6.6.Bender a Ber kibar

Berkibar mempunyai arti bergerak-gerak bagai ombak yang tertiup

angin, sedangkan bendera adalah lambang atau simbol dari suatu

komunitas sebagai tanda yang khusus dari komunitas tersebut. Sedangkan

makna bendera berkibar adalah sepotong kain yang mempunyai simbol

dari suatu kelompok yang bergerak-gerak tertiup angin

(36)

2.1.6.7.Tiang Bender a Bengkok

Tiang adalah sebagai sinyal sistem penyampaian informasi dari

jauh oleh alat yang terlihat seperti bendera yang dipegang dengan tangan,

tangkai, cakra, dayung. Tiang diadopsi dan digunakan secara luas (dengan

bendera yang dipegang oleh tangan menggantikan tiang sinyal

persenjataan mesin dari daun penutup jendela)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Tiang_isyarat)

Selain itu tiang mempunyai arti tonggak panjang (dr bambu, besi,

kayu, dsb) yang dipancangkan untuk suatu keperluan seperti antena,

listrik, telepon; (bendera), tiang juga sesuatu yg menjadi pokok kekuatan,

penghidupan, seperti agama; tentara negara yg kuat. Sedangkan makna

tiang bengkok adalah tiang yang tidak lurus dan tidak bisa berdiri tegak,

dimana hal tersebut bisa disebabkan oleh kekeroposan dari tongkat

tersebut yang dimakan hewan seperti rayap, ulat dan tikus.

2.1.6.8.Daun Tertiup Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan

oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaantekanan udara di

sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke

bertekanan udara rendah. Sedangkan daun adalah bagian dari tanaman yang

tumbuh berhelai-helai pada ranting (http://www.anneahira.com/angin.htm).

Definisi daun adalah merupakan salah satu bagian dari tumbuhan

yang tumbuh pada bagian paling atas dari tumbuhan. Pada umumnya daun

(37)

mempunyai fungsi antara lain, sebagai tempat tumbuhan melakukan

fotosintesis, sebagai alat pernapasan (stomata/mulut daun), sebagai alat

penguapan daun sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, ada

yang berwarna hijau, hijau tua dan hijau muda. Pada hijau daun ini lah

akan terjadi fotosintesis (

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2104488-pengertian-daun/). Makna dari daun yang tertiup angin adalah bagian dari

tumbuhan sebagai alat untuk bernafas yang tertiup angin dan berterbangan.

2.1.6.9.Makna Gar is

Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua

dimensi tipis memanjang. Sedangkan Lillian Gareth mendefinisikan garis

sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya

akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis. Terbentuknya

garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membekaskan jejaknya

sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa

mempergunakan pensil, pena, kuas dan lain-lain. Bagi senirupa garis

memiliki fungsi yang fundamental, sehingga diibaratkan jantungnya

senirupa.

Garis sering pula disebut dengan kontur, sebuah kata yang samar

dan jarang dipergunakan. Dalam hubungannya sebagai elemen senirupa,

garis memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang

tercipta dari sebuah garis terjadi karena proses stimulasi dari

bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat di sekitar kita, yang terwakili dari

(38)

ditimbulkannya seperti, garis lurus mengesankan kekuatan, arah dan

perlawanan. Garis lengkung mengesankan keanggunan, gerakan,

pertumbuhan. Berikut kami saijkan beberapa jenis garis beserta asosiasi

yang ditimbulkannya:

Horizontal: Memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak

bergerak. Vertikal: Stabilitas, kekuatan atau kemegahan. Diagional: Tidak

stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika. Lengkung S: Grace,

keanggunan. Zig-zag: Bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat.

Bending up right : Sedih, lesu atau kedukaan. Diminishing

Perspective: Adanya jarak, kejauhan, kerinduan dan sebagainya.

Concentric Arcs: Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan dsb.

Pyramide: Stabil, megah, kuat atau kekuatan yang masif. Conflicting

Diagonal: Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan.

Spiral: Kelahiran atau generative forces. Rhytmic horizontals: Malas,

ketenangan yang menyenangkan. Upward Swirls: Semangat menyala,

berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh. Upward Spray: Pertumbuhan,

spontanitas, idealisme. Inverted Perspectiv: Keluasan tak terbatas,

kebebasan mutlak, pelebaran tak terhalang. Water Fall: Air terjun,

penurunan yang berirama, gaya berat. Rounded Archs: Lengkung bulat

mengesankan kekokohan. Rhytmic Curves : Lemah gemulai, keriangan.

Gothic Archs: Kepercayaan dan religius. Radiation Lines: Pemusatan,

peletupan atau letusan. (http://lasrilcartoonis.wordpress.com/makna-logo/)

(39)

2.1.6.10.Syimbol Segitiga Par tai Demokr at

1. Lambang Partai Demokrat memiliki lambang yang berupa gambar

bintang, bersinar tiga arah dengan warna merah putih pada kedua

sisinya dengan latar belakang warna dasar biru tua dan biru laut.

a. Bintang Merah Putih bersegitiga bermakna suatu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan dari tiga wawasan:

b.Nasionalis-Religius; yang bermakna wawasan nasionalis serta

sekaligus bermoral agama.

c. Humanisme; yang bermakna mengakui dan menjunjung tinggi nilai

dan martabat perikemanusiaan yang bersifat hakiki dan universal,

sebagai bukti bahwa Bangsa Indonesia adalah bagian yang integral

dari masyarakat dunia.

d.Pluralisme; yang bermakna mengakui dan menghargai serta

merangkul berbagai ras, suku bangsa, profesi, jenis kelamin, agama,

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta keberadaan

ciri khas setiap daerah yang menyatu sebagai bangsa Indonesia.

2.Warna Biru Laut yang terdapat di tengah, melambangkan kesejukan

penuh kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dalam perjuangan dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa.

3.Warna Biru Tua yang terdapat pada bagian atas dan bawah,

melambangkan bahwa dalam memperjuangkan dan mengupayakan

(40)

penuh optimisme yang senantiasa menjadi ciri utama yang harus dianut

semua unsur bangsa dan masyarakat.

4.Warna Merah Putih di setiap sisi bintang dengan latar belakang Biru

Laut, memberi arti warna Merah Putih adalah kebangsaan atau

nasionalisme dan warna Biru artinya humanisme di tengah pergaulan

masyarakat bangsa-bangsa di dunia atau internasionalisme dan

pluralisme yang merupakan wawasan Partai Demokrat.

5.Warna Dasar Biru Laut, seperti halnya samudera yang membentang luas

sebagai terminal akhir bagi aliran dan muara dari berbagai sungai yang

membawa segala macam limbah, membaur dan menyatu menjadi jernih,

tetapi terlihat berwarna kebiruan, tenang, dan damai. Demikian pula

halnya Partai Demokrat, tampil sebagai partai politik yang mampu

menghimpun segenap warga negara Indonesia untuk hidup bersama dan

berdampingan secara damai dan saling menghormati antarsesama anak

bangsa yang memiliki keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan.

(http://kioslambang.wordpress.com/2010/10/31/lambang-partai-demokrat/)

2.1.7. Model Semiotik Char les Sander s Peir ce

Model dasar semiotik dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce

(1839-1914), yang pada perkembangannya sangat mempengaruhi

model-model berikutnya. Peirce menekankan pada hubungan antara tanda, obyek

dan peserta komunikasi. Hubungan antara ketiga unsur tersebut adalah

untuk mencapai suatu makna, terutama antara tanda dan obyeknya. Karena

(41)

menekankan pada fungsi logika tanda, maka Sausssure yang dianggap

sebagai pendiri lingusitik modern, lebih menekankan pada hubungan dari

masing-masing tanda, dan menurut Saussure tanda merupakan obyek fisik

yang penuh dengan berbagai makna. Saussure tidak terlalu memperhatikan

realitas dari makna seperti yang dikemukakan oleh Peirce. (Bintoro,

2002:12).

Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema

“partai demokrat” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan

pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda –tanda

(gambar, kata-kata, dan lainnya) dalam format sebuah kartun editorial.

Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana

suatu peristiwa dalam masyarakat dipandang, dituangkan dan dinilai.

Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan siatuasi

dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Hal itulah yang

kemudian dijadikan alasan penggunaan model semiotik Peirce, karena

Peirce dalam hal ini lebih memperhatikan realita makna. Dengan demikian

penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotik budaya tempat

kode-kode dan tanda-tanda digunakan.

Teori semiotik Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui

hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan obyek yang

dirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Preirce

menelaskan modelnya sebagai berikut:

”A sign is something which stands to somebody for something in

the respect or capacity. It addresses somebody,that is, creates in the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The sign which it creates I call the interpretant of the first sign. The sign for something, its object. (Tanda adalah

(42)

menciptakan tanda yang ekuivalen atau tanda yang lebih berkembang di dalam benaknya. Tanda yang diciptakan itu saya sebut interpretant dari tanda yang pertama. Tanda memberi arti atas sesuatu yang disebut obyek).” (Fiske, 1985:45).

Model semiotik Peirce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga

seperti berikut:

Gambar 2.2. Model Semiotik Peir ce

Sumber: Fiske (1990:42)

Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengertii dalam

hubungannya antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk

pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, yaitu :

1. Objek merupakan apa yang diwakili tanda yang biasanya sesuatu yang

lain, selain itu juga objek juga bisa merupakan entitas yang sama.

2. Sigh atau tanda adalah salah satu bentuk atau tanda.

3. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang

obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretan merupakan konsep

mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman pengguna tanda

terhadap sebuah obyek. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi

dalam benak seseorang maka munculah makna tenatang sesuatu yang

diwakili oleh tanda tersebut. Diantara ketiganya, interpretanlah yang

paling sulit dipahami. Interpretan adalah tanda sebagaimana diserap

oleh benak kita, sebagai hasil penghadapan kita dengan tanda itu

(43)

Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon),

index (indeks), dan symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Model Kategor i Tanda

Sumber: Fiske (1990:47)

Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari

hakekat tanda. Peirce mengungkapkannya sebagai berikut:

1.Ikon

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat

bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripan). Misalnya

adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada

dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang

ada dalam peta tersebut.

2.Indeks

Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda

dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau

tanda yang langusng mengacu pada kenyataannya. Misalnya adalah asap

sebagai tanda adanya api.

3.Simbol

Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan

acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian). Misalnya

(44)

menandakan ketidak setujuan yang termasuk secara konvensional.

(Sobur, 2003:41).

2.1.8. Par tai Demok rat

Partai Demokrat adalah sebuah partai politik Indonesia. Partai ini

didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003.

Pendirian partai ini erat kaitannya dengan niat untuk membawa Susilo

Bambang Yudhoyono, yang kala itu menjadi Menteri Koordinator bidang

Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati, menjadi presiden.

Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat

didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence

Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr.

Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr.

Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh

Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian

pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh &

HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan

Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah

resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9

Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan

Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan.

Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal

17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai

Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional

(Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia

yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan

(45)

Partai Demokrat, sebagai perangkat organisasi dibuatlah Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Sebagai langkah awal maka

pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART yang pertama sebagai peraturan

sementara organisasi. Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan revisi

sekaligus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai

Persyaratan berdirinya Partai Demokrat. Sejak pendaftaran tersebut,

AD/ART Partai Demokrat sudah bersifat tetap dan mengikat hingga ada

perubahan oleh forum Kongres ini (http://www.demokrat.or.id/sejarah/).

Dalam demokrat pada saat ini banyak terjadi permasalahan yang

membuat paratai demokrat kurang kokoh seperti kasus dugaan korupsi

untuk Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2010 lalu. Selain itu

kasus Nazarudin mantan Bendahara Umum Partai Demokrat menerima

aliran dana haram terkait kasus suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga

menyangkut pembangunan wisma atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang

(http://nasional.kompas.com/read/2011/09/15/16412573/Partai.Demokrat.Bisa.

Sediakan.Pengacara.untuk.Angie)

2.2. Ker angka Berfikir

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, penelitian ini

berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur surat kabar

Jawa Pos, maka peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda lambang

dengan menggunakan metode semiotik Peirce, sehingga akhirnya diperoleh

hasil dan interprestasi data mengenai penelitian ini berusaha mengungkap

makna yang terkandung pada karikatur Clekit di surat kabar Jawa Pos.

Pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan

pendekatan semiotika. Adapun hasil kerangka berfikir diatas dapat

(46)

Gambar 2.4.

Ker angka Berfik ir Penelitian Tentang Pemaknaan Kar ikatur “Par tai Demokr at Pada Har ian J awa Pos” yang mengidentikan bahwa telah terjadi konflik pada tubuh partai demokrat dan ulat orang-orang yang berbuat kesalahan yang ada pada tubuh partai demokrat • Indeks yaitu tulisan partai

demokrat pada bendera yang berkibar tertiup angin dengan mengunakan huruf arial yang berarti partai demokrat ini ingin

memberikan keamanan dan

kepercayaan kepada masyarakat

• Simbol yaitu tiang bender a, yang bengkok, yang mengidentikan

bahwa dalam tubuh partai

demokrat sedang terjadi konflik sehingga pertahanan atau kekuatan partai demokrat berkurang, latar abu-abu, bahwa partai demokrat

yang sebagai partai yang

menjunjung tinggi kedamaian, angin, , 5 ekor ulat yang merambat, lima ulat diidentikan

dengan orang-orang partai

demokrat yang terlibat konflik seperti kasus suap atau korupsi.

Gar is yang menunjukkan

(47)

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana

penelitian ini menginterpretasikan pemaknaan karikatur di media cetak

khususnya surat kabar. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, dimana peneliti

berusaha untuk mengetahui pemaknaan karikatur “Partai Demokrat” dalam

Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 khususnya dengan menggunakan

pendekatan semiotik yaitu penelitian pesan komunikasi yang bersifat

deskriptif kualitatif. Alasan digunakannya metodologi kualitatif seperti yang

dikemukakan Moleong, antara lain bahwa metode kualitatif akan lebih

menyesuaikan apabila ditemukan kenyataan ganda dalam penelitian. Selain

itu, metode ini juga jauh lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan dengan

penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Untuk menginterpretasikan objek dari karikatur “Partai Demokrat”

yang ditampilkan di harian Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011, harus

diketahui dahulu sistem tanda yang terdapat dalam iklan yang akan dijadikan

corpus (sampel) dalam penelitian ini.

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode semiotik.

Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda

(Sobur, 2004:15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha

(48)

dan tanda-tanda yang ditampilkan gambar karikatur. Analisis semiotik

termasuk dalam metode kualititaf.

3.2. Ker angka Konseptual

Pemaknaan “Partai Demokrat” pada karikatur clekit di harian Jawa

Pos Edisi 14 Juli 2011 merupakan pemberian makna terhadap gambar sebuah

bendera berlambangkan partai demokrat pada bagian tiang kokoh karena

sedang digerogoti oleh 5 ekor ulat. Inilah yang menjadi dasar batasan untuk

diteliti menggunakan studi semiotika oleh Peirce dengan mengkategorikan

ikon, indeks dan simbol.

3.3. Cor pus Penelitian

Corpus merupakan sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada

perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan. Corpus

haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa

unsur-unsurnya dan memelihara sebuah sistem dari kemiripan serta perbedaan yang

lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogeny pada

taraf substansi maupun homogeny pada taraf waktu (sinkroni) (Kurniawan,

2001:70).

Untuk mengetahui pemaknaan karikatur “Partai Demokrat”, maka

korpus dalam penelitian ini adalah gambar karikatur “Bendera Partai

Demokrat dengan gambar limas, tulisan partai demokrat, tiang bendera yang

bengkok, lima ulat yang yang mengerogoti tiang bendera, latar warna

(49)

3.4. Unit Analisis

Unit Analisis data dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam

karikatur ”Partai Demokrat” yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat

dalam karikatur ”Partai Demokrat” yang dimuat di surat kabar Harian Jawa

Pos Edisi 14 Juli 2011, yang menggambarkan sebuah bendera demokrat yang

berdiri tidak kokoh, sedangkan pada tiang bendera terdapat lima ekor ulat

yang meggerogoti tiang kayu bendera tersebut, dengan latar abu-abu, dan

bendera berkibar karena tiupan angin.

3.5. Tek nik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

dokumentasi dan mengamati karikatur ”Partai Demokrat” secara langsung

serta melakukan studi keperpustakaan untuk melengkapi data-data dan

bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi.

3.6. Tek nik Analisis Data

Analisis semiotika termasuk dalam analisis strukturalis. Analisis

strukturalis memiliki perbedaan pendekatan terhadap teks dan analisis isi.

Perbedaan pertama adalah pada persoalan kuantifikasi. Analisis isi

tradisional pada dasarnya bersifat item-item serta menggunakan perhitungan

dengan angka-angka. Sebaliknya, analisis strukturalis sangat jarang

menggunakan perhitungan dengan angka. Apapun soalnya, tidak ada alasan

bahwa item yang kerap muncul adalah paling penting dan paling signifikan

(50)

unsur- unsur yang berbeda, jauh lebih penting daripada jumlah waktu

kemunculannya. (Irawanto, 1999:30).

Peneliti mengintreprestasikan segala bentuk penandaan baik yang

berupa gambar maupun tulisan yang terdapat pada karikatur “Partai

Demokrat” serta membentuk berbagai pemaknaan tentang karikatur tersebut.

Tanda dalam karikatur “Partai Demokrat” ini menjadi korpus dalam

penelitian ini, yang kemudian dimasukkan ke dalam kategori hubungan

antara tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sander Peirce, yang

terdiri dari :

1. Ikon (Icon)

Adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat

bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan

antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam

karikatur “Partai Demokrat” adalah :

a. Sebuah gambar bendera dengan logo partai demokrat, yang

menunjukkan identitas partai, karakter partai dan keunggulan yang

dimiliki. Makna gambar karikatur bendera dengan logo partai

demokrat adalah partai demokrat sebagai partai politik yang besar dan

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap masyarakat Indonesia dan

kepada pemerintah.

b. Tiang bendera yang bengkok, yang mengidentikan bahwa telah

terjadi konflik pada tubuh partai demokrat. Dalam tubuh partai

Gambar

Gambar 2.1. Segitiga Makna
Gambar 2.2. Model Semiotik Peirce
Gambar 2.4. Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Pemaknaan Karikatur

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan instrumental : sebagian besar keluarga memberikan dukungan instrumental pada anak, dengan menjaga kesehatan, menjaga dari kelelahan, makan, minum, dan istirahat,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas yang terdiri dari perputaran kas, perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap likuiditas

Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama dan di antara tahapan-tahapan tersebut. Tujuan

Wujud dari citra sebenarnya dapat dirasakan dari hasil penelitian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik

Pada bab ini dibahas teori yang berhubungan dengan pembuatan Promosi Interaktif Prodi DIV Komputer Multimedia STMIK STIKOM Surabaya antara lain teori tentang

Maka dirancanglah suatu sistem informasi yang digunakan untuk membantu gereja membuat sistem yang terkomputerisasi dalam pengolahan data jemaat dan pengolahan

Hal tersebut mengandung arti bahwa antara Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Penerimaan Pajak terdapat pengaruh meskipun pengaruh tersebut tidak terlalu

sedangkan skor Addition Test setelah minum air gula sebesar 338 lebih tinggi daripada skor Addition Test sebelum minum air gula sebesar 283 .Terdapat perbedaan