SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fisip UPN “Veteran” Jawa Timur
Disusun Oleh :
IWN Satr ia Fiatama 0743010058
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS P EMBANGUNAN NASIO NAL “ VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO LITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Abstr ak
Karikatur yang terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Karikatur yang diamati dalam penelitian ini adalah karikatur Clekit pada harian Jawa Pos. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan analisis semiotika Charles Sanders Pierce yaitu berdasarkan ikon, indeks dan simbol.
Setelah melalui Triangel of Meaning Peirce dapat diketahui bahwa tiang bendera yang bengkok, diartikan bahwa dalam tubuh partai demokrat sedang terjadi konflik. 5 ekor ulat yang merambat, lima ulat diidentikan dengan orang-orang partai demokrat yang terlibat konflik seperti kasus suap atau korupsi. Sedangkan tulisan“Partai Demokrat” dengan huruf arial mempunya arti formal, sederhana dan akrab.
Kata Kunci : Ikon, Indeks dan Simbol
Abstr ac
Caricatures that impressed ludicrous to make the criticism that conveyed not so perceivedharass or embarrass. Caricature that observed in this study were caricatures in the daily Clekit Jawa Pos. The purpose of this study was to determine the meaning of the Democratic Party on caricature Clekit in Jawa Pos Edition July 14, 2011.
This study used a qualitative descriptive method, with the semiotics of Charles Sanders Pierce's analysis is based on icons, indexes and symbols.
After going through the Triangle of Meaning Peirce can be seen that the bent flagpole, mean that the Democrats are the party conflict. 5 tail worm that propagates, five caterpillars synonymous with those democrat party to the conflict such as bribery or corruption cases. While the words "Partai Demokrat" with arial letter possessed a formal sense, a simple and familiar.
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pemaknaan Kar ikatur Par tai Demok rat Pada Har ian J awa Pos (Studi
Semiotika Pemak naan Par tai Demokr at pada Kar ikatur Clekit Di Har ian
J awa Pos Edisi 14 J uli 2011 “ dapat terselesaikan dengan baik.
Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
bapak Drs. Syaifuddin Zuhri Msi, selaku dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi
kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati., MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito ,S.Sos, MSi., Ketua program studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“
Jawa Timur, serta dosen Pembimbing utama penulis.
4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan
menyelesaikan skripsi ini.
6. orang terkasih Fevvy selalu memberikan suport dan do’a.
7. Untuk semua kawan D’Brutal Fams, “Do the best always rekk ....”.
8. Teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan Hanop, Koh, Ico,
beng-Beng semangat rekk ....
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan skripsi ini banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan laporan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, Januari 2012
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 12
2.1.1.Surat Kabar ... 12
2.1.2.Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... 13
2.1.3.Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ... 15
2.1.4.Kartun dan Karikatur ... 16
2.1.5.Kartun Dalam Surat Kabar ... 18
2.1.6.Makna Dan Pemaknaan ... 19
2.1.6.4. Makna Logo ... 25
2.1.6.5. Makna Bendera ... 26
2.1.6.6. Makna Bendera Berkibar ... 26
2.1.6.7. Makna Tiang Bendera Bengkok ... 27
2.1.6.8. Makna Daun Tertiup Angin ... 27
2.1.6.9. Makna Garis ... 28
2.1.6.10. Makna Syimbol Segitiga Partai Demokrat ... 30
2.1.7.Model Semiotik Charles Sanders Peirce ... 31
2.1.8.Partai Demokrat ... 35
2.2. Kerangka Berfikir ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 38
3.2. Kerangka Konseptual ... 39
3.3. Corpus Penelitian ... 39
3.4. Unit Analisis ... 40
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.6. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46
4.2. Penyajian Data ... 51
4.2.1. Gambar Karikatur “Partai Demokrat” pada karikatur clekit di harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 ... 52
4.2.2.1.Ikon ... 53
4.2.2.2.Indeks ... 61
4.2.2.3.Simbol ... 63
4.3. Makna Keseluruhan Karikatur “Partai Demokrat” Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulam ... 81
5.2. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2.2 Model Semiotik Peirce ... 33
Gambar 2.3 Model Kategori Tanda ... 34
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Pemaknaan Karikatur
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan media massa saat ini telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena media massa mempunyai
peranan menjadi media penyampai informasi mengenai kejadian atau
peristiwa baik yang telah terjadi dalam negeri maupun luar negeri. Media
massa memiliki khalayak yang heterogen dan anonim. Selain itu, ciri dari
media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan
(simultanety) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang
disebarkan (Effendy, 1993:4).
Menurut Rahmat (2005:189) bentuk media massa itu sendiri terdiri
dari dua macam, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak adalah
koran, majalah, buku-buku, tabloid dan sebagainya. Sedangkan media
elektronik yaitu terdiri dari radio, televisi dan internet.
Komunikasi dengan menggunakan media massa untuk
menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan dikenal dengan
komunikasi massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass
communication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang
meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio, dan
televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di
Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan
membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan
lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan
salah satu jenis media cetak yang dinilai lebih up to date dalam menyajikan
berita-berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Beberapa kelebihan
dari surat kabar diantaranya yaitu bisa disimpan lebih lama atau dapat
diulang dan jelas, berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa
menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan
untuk bisa memahami isi dan pesan.
Surat kabar tidak hanya saja sebagai pencarian informasi yang utama
dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karakteristik yang
menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat
kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta dapat
mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif
dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media khususnya surat
kabar. Namun tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita.
Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan
jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media
massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak
manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media (Sumadiria,
2005:86).
Akhir-akhir ini, perhatian masyarakat tertuju pada salah satu
elektronik seolah berlomba-lomba menyajikan berbagai pemberitaan menarik
terkait dengan konflik yang sedang dialami oleh salah satu partai besar di
Indonesia yaitu Partai Demokrat. Sebagaimana diketahui pertentangan antar
faksi di dalam Partai Demokrat semakin menjadi. Ini karena terbongkarnya
kasus Suap Sesmenpora senilai Rp 3,2 miliar. Kasus suap ini berkaitan
dengan pembangunan Wisma Atlit di Gelora Jakabaring Palembang yang
disiapkan untuk mendukung Sea Games XXVI di Palembang. Dalam kasus
tersebut, ada dua kelompok yang tersudut diantaranya kelompok Andi
Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Kelompok Andi tersudut karena kasus
tersebut terjadi di kementrian. Apalagi tersangka utamanya adalah Wafid
Muharram, sekretaris Andi Mallarangeng di Kemenpora. Sementara,
kelompok Anas juga tersudut karena Bendahara Umum Partai Demokrat yang
juga terseret kasus korupsi ini, M. Nazaruddin selama ini diketahui sebagai
orang dekat Anas (http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=27967).
Selain kasus tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi
mengisyaratkan akan mengusut dugaan korupsi pembangunan proyek
Stadion Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, Menteri Koordinator
Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto meminta KPK menelusuri
dugaan korupsi Stadion Hambalang. Menurutnya, KPK justru harus
menuntaskan penelusurannya agar tidak menimbulkan polemik. Dugaan
korupsi proyek Hambalang mencuat setelah Muhammad Nazaruddin, bekas
Bendahara Umum Partai Demokrat menuding PT Adhi Karya, kontraktor
itu menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
sebesar Rp 1,52 triliun. Nazaruddin menyebut dana Rp 50 miliar yang
digelontorkan saat kongres Demokrat pada Januari 2010 terkait dengan proyek
Hambalang. Uang dari proyek Hambalang juga dikucurkan untuk Ketua Umum
Demokrat Anas Urbaningrum dan sejumlah politikus partai tersebut
(http://www.tempo.co/hg/hukum/2011/07/25/brk,20110725348295,id.html).
Rumitnya konflik politik di dalam Partai Demokrat, memicu
munculnya berbagai berita menarik lainnya seputar anggota Partai Demokrat
seperti Ruhut Sitompul yang dilaporkan oleh istrinya Anna Rudhiantiana
Legawati ke polisi karena Ruhut Sitompul mengaku masih perjaka saat
menikah dengan Diana Leovita selain itu ada juga berita artis cantik dan juga
anggota DPR Angelina Sondakh yang juga terseret dalam dugaan kasus
korupsi Suap Sesmenpora senilai Rp 3,2 miliar.
Selain kasus Nama Andi Nurpati disebut-sebut terlibat dalam kasus
pemalsuan surat hasil sengketa pemilihan umum MK. Namun, Andi dalam
berbagai kesempatan telah membantah keterlibatannya. Selain itu kasus
tersebut untuk sementara, polisi baru menetapkan bekas juru panggil MK,
Masyhuri Hasan dan bekas panitia MK Zaenal Arifin Hoesein sebagai
tersangka kasus ini. Sekalian itu juga tersangka kasus pemalsuan surat
Mahkamah Konstitusi, Masyhuri Hasan segera disidangkan. Penyidik, telah
menyerahkan tersangka dan barangbukti kepada jaksa, Kepala Divisi Humas
Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polsi Anton Bahrul Alam di Mabes Polri,
bukti yang diantaranya berupa surat yang diduga dipalsukan oleh Masyhuri.
Selain itu bekas panitera Mahkamah Konstitusi, Zaenal Arifin Hoesein
diperiksa penyidik Polri selama enam jam terkait pemalsuan surat hasil
sengketa pemilihan umum. Kepada penyidik, tersangka surat palsu ini
mengatakan tak pernah ada surat panitera MK tertanggal 14 Agustus 2011.
Jika ada, surat itu palsu
(http://politik.vivanews.com/news/read/243619-kata-anas-urbaningrum-soal-kasus-andi-nurpati)
Berbagai pemberitaan menarik terkait konflik dalam Partai Demokrat
ternyata juga menarik minat karikaturis untuk membuat karikatur yang
berusaha untuk melakukan kritik sosial terhadap beragam konfik yang terjadi
dalam Partai Demokrat tersebut.
Karikatur (latin: carricare) menurut Pramoedjo (2008:13) sebenarnya
memiliki arti sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan, atau
dipeletotkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik
wajah. Seni memeletotkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke-17 di
Eropa, Inggris dan sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan
media cetak pada masa itu.
Gambar karikatur acapkali terkesan lucu dan menggelikan sehingga
membuat kritikan yang disampaikan tidak begitu dirasakan melecehkan atau
mempermalukan. Unsur humor yang dikedepankan membuat kegulasan
karikatur menjadi tidak membuat kening berkerut, yang muncul hanya
Dari sedikit uraian di atas maka kita dapat melihat gambar karikatur
merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual, keberadaannya
dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non verbal, ia dibedakan
dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan, ia merupakan
ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui
simbol berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang
dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Sayangnya muatan
pesan verbal dan pesan visual yang dituangkan di dalam karikatur terlalu
banyak. Secara visual, desain karikatur yang disajikan pun menjadi jelek,
tidak komunikatif, kurang cerdas, dan terkesan menggurui. Akibatnya
masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari karikatur
dengan serta merta akan mengabaikan pesan sosial yang ingin disampaikan
oleh karikatur.
Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di
dalamnya. Dengan demikian dapat ditemukan kejelasan mengenai
pertimbangan-pertimbangan estetik pada karikatur dipandang dari hubungan
antara tanda dan pesan.
Karikatur penuh dengan perlambang-lambangan yang kaya akan
makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang
menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang
evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu
permasalahan yang sedang hangat dipermukaan.
Dalam penyajiannya di media cetak, karikatur merupakan salah satu
unsur penting, bahkan tidak terpisahkan dalam tajuk rencana, opini dan
artikel pilihan lainnya. Bagi pembaca atau setidak-tidaknya bagi para
pembaca awam, karikatur membawa arti komunikasi yang cukup penting.
Ketika pesan tidak lagi disampaikan dalam bentuk tulisan, maka karikatur
seringkali justru bermakna penting karena bisa diinterpretasikan menurut
pengalaman personal. Fakta-fakta terkadang menyinggung perasaan
(Bintoro, 2002:3) merupakan peristiwa pahit bisa dikemukakan.
Keberadaan karikatur dalam surat kabar bukan hanya melengkapi
saja, tetapi memberikan hiburan selain berita-berita utama yang disajikan dan
juga memberikan tambahan informasi dan pengetahuan kepada khalayak
pembaca. Karikatur merupakan bentuk komunikasi yang mudah terbaca,
karena sering diberikan kata-kata tertulis kartun terlihat mudah untuk
dimaknai. Namun pada kenyataannya kita harus terlebih dahulu
mendeskripsikan jalinan tanda pada karikatur tersebut, yang selanjutnya
karikatur tersebut tampil sebagai “tanda” karena ada kedekatan antara
gambar dengan obyeknya. Setelah itu kita mengganti unsur-unsur pembentuk
karikatur yang tercantum dalam ilustrasi tersebut, dan kemudian
mendeskripsikannya mempertimbangkan ikon, indeks, dan simbol.
Karikatur yang diamati dalam penelitian ini adalah karikatur Clekit
dari peristiwa yang terjadi di masyarakat yang meliputi peristiwa politik,
sosial, ekonomi, budaya, dsb. Karikatur Clekit dalam satu minggu dimuat
hanya tiga kali, penyampaian pesan implisit dalam artian karikatur sebagai
komunikasi secara tidak langsung (symbolic speech) dimaksudkan untuk
mengembangkan kreatifitas dan imajinasi pembaca dalam
menginterpretasikan makna yang terkandung dalam pesan dan gambar
karikatur tersebut. Hasil dari interpretasi tersebut yang diharapkan mampu
memberikan solusi, pemecahan, atau koreksi diri bagi kalangan masyarakat,
pemerintah, ataupun individu-individu tentang suatu permasalahan.
Dari pemilihan gambar karikatur Clekit yang berurutan tentang
permasalahan atau kasus yang terjadi di partai politik Demokrat. Penulis
hendak menjabarkan makna yang terkandung dalam karikatur secara
semiotika berdasarkan ikon, indeks, dan simbol. Penulis akan mengartikan
karikatur ”Partai Demokrat” yang termasuk karikatur editorial. Karikatur
editorial merupakan karikatur yang memiliki sifat mengkritik atau memiliki
makna kritik sosial. Alasan yang mendasari pemilihan gambar karikatur
Clekit adalah adanya deformasi jasmani terhadap pihak-pihak yang menjadi
sasaran, penggambaran dalam karikatur Clekit yang menyebabkan
keimplisitan pesan, yaitu didalam gambar karikatur terdapat perubahan
gambar tokoh yang tidak sesuai lagi dengan gambar atau bentuk asli karena
adanya tambahan efek-efek gambar dari kartunis sehingga karikatur tersebut
memiliki makna dan pesan yang menimbulkan imajinasi bagi pembaca dalam
Penelitian ini berusaha mengungkap konflik yang terjadi dalam partai
Demokrat yang ditampilkan pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi
14 Juli 2011. Dalam edisi tersebut ditampilkan sebuah karikatur yang
menggambarkan kondisi sulit yang sedang dialami oleh salah satu partai
besar di Indonesia yaitu Partai Demokrat. Hal tersebut nampak dari beberapa
tanda atau simbol seperti gambar bendera dengan logo partai Demokrat. Di
bagian tiang bendera nampak tidak kokoh karena sedang digerogoti oleh 5
ekor ulat yang melambangkan beberapa anggota atau tokoh dalam Partai
Demokrat yang sedang terlibat masalah politik besar seperti Nazaruddin
(Bendahara), Anas Urbaningrum (Ketua Umum), Angelina Sondakh
(Anggota) yang dituduh terlibat dalam kasus korupsi. Ruhut Sitompul (Ketua
Departemen Bidang Kominfo) karena kasus pemalsuan identitas dan status
pernikahan serta Marzuki Ali (Anggota) yang terlibat konflik dalam tubuh
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Bendera partai Demokrat dalam
karikatur tersebut dilatarbelakangi warna abu-abu yang memberikan
gambaran rumitnya konflik yang ada dalam partai Demokrat karena berbagai
kasus berat yang dialami oleh para anggotanya.
Karikatur clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 sangat
menarik untuk diteliti karena karikatur tersebut berusaha untuk memberikan
kritik sosial terhadap berbagai konflik yang terjadi dalam partai demokrat
terutama adanya kekhawatiran terhadap citra Partai Demokrat di kalangan
masyarakat. Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Evert Ernest
Mangindaan mengatakan kasus dugaan suap pembangunan wisma Atlet SEA
akan mengancam perpecahan di partai Demokrat. "Fakta-fakta dari
pemberitaan juga jelas, ini kan sudah mempengaruhi opini masyarakat
tentang bagaimana Partai Demokrat," kata Mangindaan di Kantor Presiden,
Kamis 12 Mei 2011. Akhirnya, Dewan Kehormatan Partai Demokrat turun
tangan dalam polemik harus menjaga citra partai karena polemik kasus ini
sudah mencoreng nama partai di masyarakat. Hal ini dengan memeriksa
Bendara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin yang dikaitkan
dengan para tersangka, terutama dugaan kedekatannya dengan Mindo Rosalina
Manurung. (sumber
http://www.tempo.co/hg/politik/2011/05/12/brk,20110512-334139,id.html.
Karikaturis menciptakan sensasi melalui gambar tentang sesuatu yang
memiliki peristiwa yang memiliki makna tersembunyi yang menggelitik bagi
pembaca. Yang dimaksud makna tersembunyi merupakan makna konotatif,
makna konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran
dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai
tertentu. Kalau ada makna denotatif hampir bisa dimengerti banyak orang,
maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang jumlahnya
relatif lebih kecil (Sobur. 2003:264).
Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
memaknai sebuah gambar dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan
tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung di dalamnya. Maka itu,
pembahasan ini menggunakan kajian kritis yang bertujuan untuk
mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada (Sobur,
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin meneliti tentang
pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi
14 Juli 2011 dengan menggunakan model semiotika Pierce, karena dalam
Pierce dipelajari tentang tanda-tanda dan berbagai hal yang berhubungan
dengan cara, fungsi serta hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengiriman
dan penerimaan pesan, serta cara mengkomunikasikannya.
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Bagaimana pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur
Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan Partai Demokrat
pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khasanah
penelitian di bidang media massa khususnya surat kabar.
2. Kegunaan teoritis
Sebagai bahan acuan serta menambah referensi perpustakaan khususnya
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Sur at Kabar
Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu
komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku
“Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar
sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak
yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan
dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bias harian, mingguan dan
bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257).
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif,
menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan
menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat
dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu
sendiri. (Effendy, 2003:149).
Sementara (Sumadiria, 2005:32-35) dalam Jurnalistik Indonesia
menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual,
2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers
hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers
harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai
wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi
semua lapisan masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai
pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa
menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam
suatu masyarakat atau negara.
5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator
atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain,
peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu
dengan yang lain.
2.1.2. Sur at Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi sering diartikan sebagai perpindahan (transfer)
informasi (pesan) dari pengirim (komunikator) kepada penerima
(komunikan) melalui saluran (media) tertentu dengan tujuan mencapai
saling pengertian (mutual understanding).
Ada 2 (dua) macam proses komunikasi, yaitu : secara tatap muka
(primer) dan secara media (sekunder). Komunikasi sekunder ini dilakukan
dengan menggunakan media nirmasa (dalam komunikasi kelompok
sekunder ini antara lain adalah untuk mencapai komunikan yang lebih
luas, memungkinkan imitasi oleh lebih banyak orang dan mengatasi batas
ruang dan waktu.
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran
(media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua
komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang
diberi kode oleh sumber (encoded), disalurkan melalui sebuah saluran dan
diberi kode oleh penerima (decoded), tanggapan yang diamati penerima
merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara
sumber dan penerima (Winarso, 2005: 18-20).
Jadi pada hakekatnya komunikasi massa sebenarnya sama seperti
bentuk-bentuk komunikasi yang lain, yaitu memiliki unsur-unsur
komunikasi seperti sumber, pesan, saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan
balik dan konteks. Namun beberapa hal yang membedakannya terutama
adalah sifat komunikasinya yang umum, cepat dan selintas.
Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses dimana
komunikator secara professional menggunakan media massa didalam
menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.
Surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu
media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan
massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para
pembacanya. Pada intinya surat kabar menjadi hal yang tidak terpisahkan
Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan
sebanyak-banyaknya oleh pemirsa.
Berdasarkan teori-teori surat kabar di atas maka dapat disimpulkan
surat kabar adalah media cetak untuk menyampaikan pesan atau berita
kepada khalayak masyarakat luas.
2.1.3. Sur at Kabar Sebagai Kontr ol Sosial
Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial
(1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang
mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai
kehidupan kelompok.
Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk
mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh
kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat
dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya
untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.
Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental
terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian
kelompok. (Susanto, 2000 :115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial
bertujuan (Susanto, 2000: 116):
1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya.
2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.
3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif,
menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan
menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat
dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu
sendiri. (Effendy, 2003:149)
2.1.4. Kar tun dan Kar ikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur, seperti halnya
kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik, dan kartun animasi
adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun. Di Indonesia, konon
karikatur mulai berkembang sejak negeri ini dibawah penjajahan Belanda.
Yaitu pengaruh dari gambar karikatur yang secara berkala dimuat di surat
kabar berbahasa Belanda, misalnya ”de locomotif” yang beredar di
Indonesia saat itu.
Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan
representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan
sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai
sarana kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8).
Dalam perkembangannya, sesuai dengan dinamika persoalan yang
dihadapi dan diliput pers, karikatur tidak hanya menunjuk kepada gambar
wajah seseorang yang dilebih-lebihkan. Karikatur juga mencakup semua
peristiwa yang terjadi, diliput, dan menjadi sorotan pers. Ia bahkan
Sudarta dalam salah satu makalahnya, karikatur adalah termasuk seni
grafis, yaitu suatu cabang dari bentuk seni lukis. Dalam penyajiannya
dituntut pula akan selera indah sebagaimana hasil seni. Ini penting, karena
ide yang bagaimanapun kuatnya akan berkurang nilainya apabila tidak
didukung oleh kualitas gambar yang baik. Sebagaimana seni lukis, dalam
karikatur juga dituntut selera komposisi untuk membuat gambar yang enak
dipandang. (Sumandiria, 2005:9).
Menggambar karikatur termasuk proses kreatif seorang ahli grafis
sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat menyajikan
gambar yang memenuhi kaidah komposisi gradasi, dan aksentuasi secara
tajam dan serasi. Sebagai jurnalis, ia pandai memilih topik yang sedang
aktual, menyangkut kepentingan masyarakat umum, dan mengemasnya
dalam paduan gambar serta kata-kata yang singkat, lugas, sederhana.
Secara teknis jurnalistik, karikatur diartikan sebagai opini redaksi
media dalam bentuk gambar yang sarat dengan muatan kritik sosial
dengan memasukkan unsur kelucuan, anekdot, atau humor agar siapa pun
yang melihatnya bisa tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang
dikarikaturkan itu sendiri. (Sumandiria, 2005:9).
Sebuah karikatur dikatakan efektif apabila karikatur itu telah
menjalankan fungsinya, yakni karikatur harus membuat senyum untuk
semua. Senyum untuk yang dikritik agar tidak marah, senyum untuk
masyarakat yang merasa terwakili aspirasinya, dan senyum untuk sang
Karikatur adalah produk suatau keahlian seorang karikaturis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Karena itu, kita bisa mendeksi intelektual seorang karikaturis dari sudut
ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2006:140).
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.
Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannnya dilakukan dengan
gambar-gambar lucu dan menarik. (Sobur, 2006:140).
Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang katunis, baik
dari segi penghetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu
kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita
bisa mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini.
Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2003:140).
2.1.5. Kar tun Dalam Sur at Kabar
Keberadaan kartun dalam surat kabar bukan berarti hanya
memberikan informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang
dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif
daripada kalau diterangkan dengan kata-kata. Karena kartun mempunyai
kekuatan dan karakter yang sehingga pembaca tertarik untuk sekedar
melihat atau bahkan berusaha memahami makna dan pesan yang
terkandung dalam gambar kartun tersebut.
Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana tangapan atau opini secara subyektif
terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu.
Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut
ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003:140).
2.1.6. Mak na Dan Pemaknaan
Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna
sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi
terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna
yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih dahulu
harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah
yang nyaris berimpit antara apa yang disebut (1) terjemah (translation), (2)
tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan makna atau meaning.
Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau
berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya.
Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar
belakangnya, konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya
lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir
manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan. Materi yang
tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu
yang lebih jauh lagi. Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari
penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan
lebih menuntut kemampuan integratif manusia, indrawinya, daya pikirnya
dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga ekstrapolasi, dilihat
tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Di
balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian empirik logik,
sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun
yang trasendental.
Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi
yang menurut S.I. Hayakawa dalam Mulyana (2001:257) tidaklah buruk
bila orang-orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai
dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu
saja lebih bersifat kebahasaan (linguistik), yang punya banyak dimensi,
simbol merujuk pada objek di dunia nyata, pemahaman adalah perasaan
subjektif kita mengenai simbol itu dan referen adalah objek yang
Gambar 2.1. Segitiga Makna
Sumber :BertE. Bradley, 1981: 283. dalamMulyana (2001:256)
Pada gambar di atas adalah :
1. Simbol yang berarti merujuk pada pada objek di dunia nyata.
2. Referent adalah objek yang sebenarnya dan eksis di dunia nyata.
Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan
makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual)
seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih
bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata
juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna di luar
rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat
subjektif daripada makna denotatif.
2.1.6.1.Makna War na
Warna dapat memberikan suasana tertentu pada suatu ruangan,
karena setiap macam warna memiliki karakter sendiri-sendiri, selain itu
setiap warna juga memiliki efek psikologis. Dalam karikatur partai
Simbol (kata) Referen (objek)
demokrat pada harian Jawa Pos edisi 14 Juli 2011 terdapat tiga warna
yaitu :
1.Warna Putih
Warna putih menunjukkan kedamaian, pencapaian ketinggian diri,
spritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan
kebersihan, tak bersalah, kesempurnaan, keamanan, cahaya, persatuan.
Warna putih juga mempunyai kesan suci, bersih, lugu, murni, ringan
fleksibel dan netral (http://www.kaskus.us/showthread.php?p=321357444)
2.Warna Hitam
Warna hitam adalah warna netral yang paling kuat, warna hitam sering
diasosiakan dengan kekuatan, ke-eleganan dan formalitas, selain itu
warna hitam sering diasosiakan iblis, kematian dan misteri, selain itu
hitam merupakan warna duka, pembrontakan. Selain itu warna hitam
juga mempunyai makna simbol kekuasaan dan ketangguhan. Warna
hitam sering digunakan untuk menunjukkan kesan kurus dan langgeng,
simbol kekuasaan pada warna hitam digunakan untuk menampilkan
kesan jahat .
3.Warna Abu-Abu
Warna abu-abu mencerminkan, keamanan, reliabilitas, kepandaian,
tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis,
kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam dan tenang. Warna
Abu-abu juga warna netral yang dingin. Warna Abu-abu-Abu-abu sering diasosiakan
merepresentasikan konserfatif dan formal, atau biasa diartikan dengan
warna modern. Mewarisi sifat dari hitam, abu-abu juga sering
diasosiaikan sebagai warna duka, warna abu-abu sering digunakan
untuk desain korporat karena sifatnya yang formal dan profesional
(http://djohar1962.blogspot.com/2008/08/arti-warna.html).
2.1.6.2.Ulat
Ulat adalah salah satu binatang yang sangat rakus dalam melahap
hijaunya dedaunan tanaman. Hasil yang diakibatkan oleh ulah ulat sangat
mengesankan dari pada dengan wujud ulat yang lemah dan lunak
tubuhnya. Karakter ulat adalah pekerja keras dalam menggunduli
dedaunan tanaman, seakan-akan ulat tersebut dikejar deadline yang harus
buru-buru menyelesaikannya sehingga hasilnya tanaman gundul dalam
waktu relatif singkat. Dalam menjalani misinya ulat tak membiarkan
sedikit waktu terbuang. ulat baru berhenti ketika sampai pada saat yang
ditentukan dimana ulat harus berhenti makan untuk menuju ke dalam
kondisi puasayang keras. Puasa yang sangat ketat tanpa makan tanpa
minum sama sekali, dalam lingkupan kepompong yang sempit dan gelap.
Ulat seakan tak mempunyai waktu yang terluang dan terbuang sedikitpun.
Waktu yang tersedia adalah waktu yang sangat berharga bagi ulat untuk
menggemukkan badan sebagai persiapan menuju sebuah keadaan dimana
diperlukan energi yang besar yaitu masa kepompong, seakan dikejar-kejar
oleh deadline sehingga sang ulat tak pernah beristirahat sejenakpun untuk
disebabkan ulat telah mempunyai sebuah tujuan yang sangat jernih dan
jelas yaitu mengumpulkan semua potensi yang ada untuk menghadapi satu
saat yang sangat kritis yaitu masa kepompong, dimana pada masa
kepompong tersebut dibutuhkan persiapan yang prima. Datangnya masa
kepompong adalah sebuah keniscayaan, maka ulat mempersiapkan dengan
kerja keras untuk menghadapinya (warsito suwadi).
2.1.6.3.Hur uf
Tulisan ”Partai Demokrat” pada bendera partai demokrat,
termasuk jenis huruf tak berkait (sans serif), tidak memiliki kait hanya
batang dan tangkainya saja, ujungnya bisa tajam atau tumpul, sifatnya
kurang formal, sederhana, akrab, keuntunganya sangat mudah
dibaca(http://www.slideshare.net/encrust82/anatomi-furuf).
Arial, kadang dipasarkan atau ditampilkan dalam berbagai
perangkat lunak sebagai Arial MT, adalah sebuah rupa huruf sans-serif dan
sekelompok fon komputer. Fon dari keluarga Arial dipaketkan bersama
Microsoft Windows, beberapa aplikasi perangkat lunak Microsoft lainnya,
1Apple Mac OS X 2 dan bermacam pencetak komputer Post
Script 3. Rupa huruf ini dirancang tahun 1982 oleh tim beranggotakan 10
orang yang dipimpin Robin Nicholas dan Patricia Saunders
untuk Monotype Typography. Rupa huruf Arial terdiri dari berbagai gaya,
yaitu Regular, Italic, Medium, Medium Italic, Bold, Bold Italic, Black,
Black Italic, Extra Bold, Extra Bold Italic, Light, Light Italic, Narrow,
Condensed, Bold Condensed, dan Extra Bold Condensed. Keluarga huruf
Arial lebar memiliki beberapa gaya pula, yaitu Rounded (Light, Regular,
Bold, Extra Bold); Monospaced (Regular, Oblique, Bold, Bold Oblique).
Banyak di antaranya dikeluarkan dalam berbagai konfigurasi fon dengan
beragam tingkatan dukungan bahasa. Fon Arial yang sering digunakan dan
dipaketkan adalah Arial Regular, Italic, Bold, Bold Italic, disertai gaya
sejenis untuk Arial Narrow, ditambah Arial Black dan Black Italic.
Belakangan ini, Arial Rounded juga dimasukkan dalam paket tersebut
(http://id.wikipedia.org/wiki/Arial).
Arial memiliki keterbacaan yang baik pada ukuran 12 pixel atau
setara dengan 9 Point atau 0.8em. Kurang dari ukuran 12px Arial akan
terkesan kurus dan rapat hingga akan mempersulit dibaca. Arial sangat
baik ditampilkan pada situs-situs resmi (berupa profil) yang tidak terlalu
banyak menggunakan teks. Bila pilihan ternyata jatuh pada Arial untuk
teks, gunakan jarak baris yang lebih besar dari standar
(http://www.designmagz.com/css/variasi-arial-dengan-css.html).
2.1.6.4.Logo
Sebagai bagian dari perencanaan corporate identity design, logo
ibarat bagian tubuh yang mampu mengutarakan isi hati produk atau
perusahaan.Dari sisi pemasaran, logo mempunyai fungsi identitas yang
membedakan sebuah sebuah produk dengan produk lainnya. Kesemuanya
itu tak lepas dari hakikat logo itu sendiri, sebagai sebuah karya seni rupa
yang biasa berupa dwi matra (dua dimensi) atau tri matra (tiga dimensi).
senirupa dasar yang membentuknya seperti garis, bentuk, warna, ruang,
tipografi dll. (http://lasrilcartoonis.wordpress.com/makna-logo/).
2.1.6.5.Bender a
Bendera adalah sepotong kain, sering dikibarkan di tiang,
umumnya digunakan secara simbolis untuk memberikan sinyal atau
identifikasi. Hal ini paling sering digunakan untuk melambangkan suatu
negara untuk menunjukkan kemerdekaannya. Bendera pertama digunakan
untuk membantu koordinasi militer di medan perang, dan bendera sejak
berevolusi menjadi alat umum untuk sinyal dasar dan identifikasi,
terutama di lingkungan di mana komunikasi juga menantang (seperti
lingkungan hidup maritim di mana semaphore digunakan). Bendera
nasional adalah simbol-simbol patriotik kuat dengan interpretasi luas
bervariasi, sering termasuk asosiasi militer yang kuat karena asli dan
berkelanjutan militer mereka. Bendera juga digunakan dalam pesan, iklan,
atau untuk tujuan hias lain. Studi tentang bendera dikenal sebagai
vexillology (http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera).
2.1.6.6.Bender a Ber kibar
Berkibar mempunyai arti bergerak-gerak bagai ombak yang tertiup
angin, sedangkan bendera adalah lambang atau simbol dari suatu
komunitas sebagai tanda yang khusus dari komunitas tersebut. Sedangkan
makna bendera berkibar adalah sepotong kain yang mempunyai simbol
dari suatu kelompok yang bergerak-gerak tertiup angin
2.1.6.7.Tiang Bender a Bengkok
Tiang adalah sebagai sinyal sistem penyampaian informasi dari
jauh oleh alat yang terlihat seperti bendera yang dipegang dengan tangan,
tangkai, cakra, dayung. Tiang diadopsi dan digunakan secara luas (dengan
bendera yang dipegang oleh tangan menggantikan tiang sinyal
persenjataan mesin dari daun penutup jendela)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tiang_isyarat)
Selain itu tiang mempunyai arti tonggak panjang (dr bambu, besi,
kayu, dsb) yang dipancangkan untuk suatu keperluan seperti antena,
listrik, telepon; (bendera), tiang juga sesuatu yg menjadi pokok kekuatan,
penghidupan, seperti agama; tentara negara yg kuat. Sedangkan makna
tiang bengkok adalah tiang yang tidak lurus dan tidak bisa berdiri tegak,
dimana hal tersebut bisa disebabkan oleh kekeroposan dari tongkat
tersebut yang dimakan hewan seperti rayap, ulat dan tikus.
2.1.6.8.Daun Tertiup Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan
oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaantekanan udara di
sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke
bertekanan udara rendah. Sedangkan daun adalah bagian dari tanaman yang
tumbuh berhelai-helai pada ranting (http://www.anneahira.com/angin.htm).
Definisi daun adalah merupakan salah satu bagian dari tumbuhan
yang tumbuh pada bagian paling atas dari tumbuhan. Pada umumnya daun
mempunyai fungsi antara lain, sebagai tempat tumbuhan melakukan
fotosintesis, sebagai alat pernapasan (stomata/mulut daun), sebagai alat
penguapan daun sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, ada
yang berwarna hijau, hijau tua dan hijau muda. Pada hijau daun ini lah
akan terjadi fotosintesis (
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2104488-pengertian-daun/). Makna dari daun yang tertiup angin adalah bagian dari
tumbuhan sebagai alat untuk bernafas yang tertiup angin dan berterbangan.
2.1.6.9.Makna Gar is
Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua
dimensi tipis memanjang. Sedangkan Lillian Gareth mendefinisikan garis
sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya
akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis. Terbentuknya
garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membekaskan jejaknya
sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa
mempergunakan pensil, pena, kuas dan lain-lain. Bagi senirupa garis
memiliki fungsi yang fundamental, sehingga diibaratkan jantungnya
senirupa.
Garis sering pula disebut dengan kontur, sebuah kata yang samar
dan jarang dipergunakan. Dalam hubungannya sebagai elemen senirupa,
garis memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang
tercipta dari sebuah garis terjadi karena proses stimulasi dari
bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat di sekitar kita, yang terwakili dari
ditimbulkannya seperti, garis lurus mengesankan kekuatan, arah dan
perlawanan. Garis lengkung mengesankan keanggunan, gerakan,
pertumbuhan. Berikut kami saijkan beberapa jenis garis beserta asosiasi
yang ditimbulkannya:
Horizontal: Memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak
bergerak. Vertikal: Stabilitas, kekuatan atau kemegahan. Diagional: Tidak
stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika. Lengkung S: Grace,
keanggunan. Zig-zag: Bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat.
Bending up right : Sedih, lesu atau kedukaan. Diminishing
Perspective: Adanya jarak, kejauhan, kerinduan dan sebagainya.
Concentric Arcs: Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan dsb.
Pyramide: Stabil, megah, kuat atau kekuatan yang masif. Conflicting
Diagonal: Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan.
Spiral: Kelahiran atau generative forces. Rhytmic horizontals: Malas,
ketenangan yang menyenangkan. Upward Swirls: Semangat menyala,
berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh. Upward Spray: Pertumbuhan,
spontanitas, idealisme. Inverted Perspectiv: Keluasan tak terbatas,
kebebasan mutlak, pelebaran tak terhalang. Water Fall: Air terjun,
penurunan yang berirama, gaya berat. Rounded Archs: Lengkung bulat
mengesankan kekokohan. Rhytmic Curves : Lemah gemulai, keriangan.
Gothic Archs: Kepercayaan dan religius. Radiation Lines: Pemusatan,
peletupan atau letusan. (http://lasrilcartoonis.wordpress.com/makna-logo/)
2.1.6.10.Syimbol Segitiga Par tai Demokr at
1. Lambang Partai Demokrat memiliki lambang yang berupa gambar
bintang, bersinar tiga arah dengan warna merah putih pada kedua
sisinya dengan latar belakang warna dasar biru tua dan biru laut.
a. Bintang Merah Putih bersegitiga bermakna suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dari tiga wawasan:
b.Nasionalis-Religius; yang bermakna wawasan nasionalis serta
sekaligus bermoral agama.
c. Humanisme; yang bermakna mengakui dan menjunjung tinggi nilai
dan martabat perikemanusiaan yang bersifat hakiki dan universal,
sebagai bukti bahwa Bangsa Indonesia adalah bagian yang integral
dari masyarakat dunia.
d.Pluralisme; yang bermakna mengakui dan menghargai serta
merangkul berbagai ras, suku bangsa, profesi, jenis kelamin, agama,
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta keberadaan
ciri khas setiap daerah yang menyatu sebagai bangsa Indonesia.
2.Warna Biru Laut yang terdapat di tengah, melambangkan kesejukan
penuh kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dalam perjuangan dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa.
3.Warna Biru Tua yang terdapat pada bagian atas dan bawah,
melambangkan bahwa dalam memperjuangkan dan mengupayakan
penuh optimisme yang senantiasa menjadi ciri utama yang harus dianut
semua unsur bangsa dan masyarakat.
4.Warna Merah Putih di setiap sisi bintang dengan latar belakang Biru
Laut, memberi arti warna Merah Putih adalah kebangsaan atau
nasionalisme dan warna Biru artinya humanisme di tengah pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia atau internasionalisme dan
pluralisme yang merupakan wawasan Partai Demokrat.
5.Warna Dasar Biru Laut, seperti halnya samudera yang membentang luas
sebagai terminal akhir bagi aliran dan muara dari berbagai sungai yang
membawa segala macam limbah, membaur dan menyatu menjadi jernih,
tetapi terlihat berwarna kebiruan, tenang, dan damai. Demikian pula
halnya Partai Demokrat, tampil sebagai partai politik yang mampu
menghimpun segenap warga negara Indonesia untuk hidup bersama dan
berdampingan secara damai dan saling menghormati antarsesama anak
bangsa yang memiliki keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan.
(http://kioslambang.wordpress.com/2010/10/31/lambang-partai-demokrat/)
2.1.7. Model Semiotik Char les Sander s Peir ce
Model dasar semiotik dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce
(1839-1914), yang pada perkembangannya sangat mempengaruhi
model-model berikutnya. Peirce menekankan pada hubungan antara tanda, obyek
dan peserta komunikasi. Hubungan antara ketiga unsur tersebut adalah
untuk mencapai suatu makna, terutama antara tanda dan obyeknya. Karena
menekankan pada fungsi logika tanda, maka Sausssure yang dianggap
sebagai pendiri lingusitik modern, lebih menekankan pada hubungan dari
masing-masing tanda, dan menurut Saussure tanda merupakan obyek fisik
yang penuh dengan berbagai makna. Saussure tidak terlalu memperhatikan
realitas dari makna seperti yang dikemukakan oleh Peirce. (Bintoro,
2002:12).
Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema
“partai demokrat” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan
pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda –tanda
(gambar, kata-kata, dan lainnya) dalam format sebuah kartun editorial.
Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana
suatu peristiwa dalam masyarakat dipandang, dituangkan dan dinilai.
Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan siatuasi
dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Hal itulah yang
kemudian dijadikan alasan penggunaan model semiotik Peirce, karena
Peirce dalam hal ini lebih memperhatikan realita makna. Dengan demikian
penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotik budaya tempat
kode-kode dan tanda-tanda digunakan.
Teori semiotik Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui
hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan obyek yang
dirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Preirce
menelaskan modelnya sebagai berikut:
”A sign is something which stands to somebody for something in
the respect or capacity. It addresses somebody,that is, creates in the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The sign which it creates I call the interpretant of the first sign. The sign for something, its object. (Tanda adalah
menciptakan tanda yang ekuivalen atau tanda yang lebih berkembang di dalam benaknya. Tanda yang diciptakan itu saya sebut interpretant dari tanda yang pertama. Tanda memberi arti atas sesuatu yang disebut obyek).” (Fiske, 1985:45).
Model semiotik Peirce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga
seperti berikut:
Gambar 2.2. Model Semiotik Peir ce
Sumber: Fiske (1990:42)
Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengertii dalam
hubungannya antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk
pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, yaitu :
1. Objek merupakan apa yang diwakili tanda yang biasanya sesuatu yang
lain, selain itu juga objek juga bisa merupakan entitas yang sama.
2. Sigh atau tanda adalah salah satu bentuk atau tanda.
3. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang
obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretan merupakan konsep
mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman pengguna tanda
terhadap sebuah obyek. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi
dalam benak seseorang maka munculah makna tenatang sesuatu yang
diwakili oleh tanda tersebut. Diantara ketiganya, interpretanlah yang
paling sulit dipahami. Interpretan adalah tanda sebagaimana diserap
oleh benak kita, sebagai hasil penghadapan kita dengan tanda itu
Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon),
index (indeks), dan symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3. Model Kategor i Tanda
Sumber: Fiske (1990:47)
Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari
hakekat tanda. Peirce mengungkapkannya sebagai berikut:
1.Ikon
Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat
bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripan). Misalnya
adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada
dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang
ada dalam peta tersebut.
2.Indeks
Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda
dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau
tanda yang langusng mengacu pada kenyataannya. Misalnya adalah asap
sebagai tanda adanya api.
3.Simbol
Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan
acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian). Misalnya
menandakan ketidak setujuan yang termasuk secara konvensional.
(Sobur, 2003:41).
2.1.8. Par tai Demok rat
Partai Demokrat adalah sebuah partai politik Indonesia. Partai ini
didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003.
Pendirian partai ini erat kaitannya dengan niat untuk membawa Susilo
Bambang Yudhoyono, yang kala itu menjadi Menteri Koordinator bidang
Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati, menjadi presiden.
Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat
didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence
Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr.
Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr.
Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh
Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian
pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh &
HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan
Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah
resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9
Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan
Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan.
Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal
17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai
Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional
(Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia
yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan
Partai Demokrat, sebagai perangkat organisasi dibuatlah Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Sebagai langkah awal maka
pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART yang pertama sebagai peraturan
sementara organisasi. Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan revisi
sekaligus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai
Persyaratan berdirinya Partai Demokrat. Sejak pendaftaran tersebut,
AD/ART Partai Demokrat sudah bersifat tetap dan mengikat hingga ada
perubahan oleh forum Kongres ini (http://www.demokrat.or.id/sejarah/).
Dalam demokrat pada saat ini banyak terjadi permasalahan yang
membuat paratai demokrat kurang kokoh seperti kasus dugaan korupsi
untuk Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2010 lalu. Selain itu
kasus Nazarudin mantan Bendahara Umum Partai Demokrat menerima
aliran dana haram terkait kasus suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga
menyangkut pembangunan wisma atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang
(http://nasional.kompas.com/read/2011/09/15/16412573/Partai.Demokrat.Bisa.
Sediakan.Pengacara.untuk.Angie)
2.2. Ker angka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, penelitian ini
berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur surat kabar
Jawa Pos, maka peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda lambang
dengan menggunakan metode semiotik Peirce, sehingga akhirnya diperoleh
hasil dan interprestasi data mengenai penelitian ini berusaha mengungkap
makna yang terkandung pada karikatur Clekit di surat kabar Jawa Pos.
Pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan
pendekatan semiotika. Adapun hasil kerangka berfikir diatas dapat
Gambar 2.4.
Ker angka Berfik ir Penelitian Tentang Pemaknaan Kar ikatur “Par tai Demokr at Pada Har ian J awa Pos” yang mengidentikan bahwa telah terjadi konflik pada tubuh partai demokrat dan ulat orang-orang yang berbuat kesalahan yang ada pada tubuh partai demokrat • Indeks yaitu tulisan partai
demokrat pada bendera yang berkibar tertiup angin dengan mengunakan huruf arial yang berarti partai demokrat ini ingin
memberikan keamanan dan
kepercayaan kepada masyarakat
• Simbol yaitu tiang bender a, yang bengkok, yang mengidentikan
bahwa dalam tubuh partai
demokrat sedang terjadi konflik sehingga pertahanan atau kekuatan partai demokrat berkurang, latar abu-abu, bahwa partai demokrat
yang sebagai partai yang
menjunjung tinggi kedamaian, angin, , 5 ekor ulat yang merambat, lima ulat diidentikan
dengan orang-orang partai
demokrat yang terlibat konflik seperti kasus suap atau korupsi.
Gar is yang menunjukkan
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana
penelitian ini menginterpretasikan pemaknaan karikatur di media cetak
khususnya surat kabar. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, dimana peneliti
berusaha untuk mengetahui pemaknaan karikatur “Partai Demokrat” dalam
Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 khususnya dengan menggunakan
pendekatan semiotik yaitu penelitian pesan komunikasi yang bersifat
deskriptif kualitatif. Alasan digunakannya metodologi kualitatif seperti yang
dikemukakan Moleong, antara lain bahwa metode kualitatif akan lebih
menyesuaikan apabila ditemukan kenyataan ganda dalam penelitian. Selain
itu, metode ini juga jauh lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan dengan
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Untuk menginterpretasikan objek dari karikatur “Partai Demokrat”
yang ditampilkan di harian Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011, harus
diketahui dahulu sistem tanda yang terdapat dalam iklan yang akan dijadikan
corpus (sampel) dalam penelitian ini.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode semiotik.
Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda
(Sobur, 2004:15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha
dan tanda-tanda yang ditampilkan gambar karikatur. Analisis semiotik
termasuk dalam metode kualititaf.
3.2. Ker angka Konseptual
Pemaknaan “Partai Demokrat” pada karikatur clekit di harian Jawa
Pos Edisi 14 Juli 2011 merupakan pemberian makna terhadap gambar sebuah
bendera berlambangkan partai demokrat pada bagian tiang kokoh karena
sedang digerogoti oleh 5 ekor ulat. Inilah yang menjadi dasar batasan untuk
diteliti menggunakan studi semiotika oleh Peirce dengan mengkategorikan
ikon, indeks dan simbol.
3.3. Cor pus Penelitian
Corpus merupakan sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada
perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan. Corpus
haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa
unsur-unsurnya dan memelihara sebuah sistem dari kemiripan serta perbedaan yang
lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogeny pada
taraf substansi maupun homogeny pada taraf waktu (sinkroni) (Kurniawan,
2001:70).
Untuk mengetahui pemaknaan karikatur “Partai Demokrat”, maka
korpus dalam penelitian ini adalah gambar karikatur “Bendera Partai
Demokrat dengan gambar limas, tulisan partai demokrat, tiang bendera yang
bengkok, lima ulat yang yang mengerogoti tiang bendera, latar warna
3.4. Unit Analisis
Unit Analisis data dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam
karikatur ”Partai Demokrat” yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat
dalam karikatur ”Partai Demokrat” yang dimuat di surat kabar Harian Jawa
Pos Edisi 14 Juli 2011, yang menggambarkan sebuah bendera demokrat yang
berdiri tidak kokoh, sedangkan pada tiang bendera terdapat lima ekor ulat
yang meggerogoti tiang kayu bendera tersebut, dengan latar abu-abu, dan
bendera berkibar karena tiupan angin.
3.5. Tek nik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
dokumentasi dan mengamati karikatur ”Partai Demokrat” secara langsung
serta melakukan studi keperpustakaan untuk melengkapi data-data dan
bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi.
3.6. Tek nik Analisis Data
Analisis semiotika termasuk dalam analisis strukturalis. Analisis
strukturalis memiliki perbedaan pendekatan terhadap teks dan analisis isi.
Perbedaan pertama adalah pada persoalan kuantifikasi. Analisis isi
tradisional pada dasarnya bersifat item-item serta menggunakan perhitungan
dengan angka-angka. Sebaliknya, analisis strukturalis sangat jarang
menggunakan perhitungan dengan angka. Apapun soalnya, tidak ada alasan
bahwa item yang kerap muncul adalah paling penting dan paling signifikan
unsur- unsur yang berbeda, jauh lebih penting daripada jumlah waktu
kemunculannya. (Irawanto, 1999:30).
Peneliti mengintreprestasikan segala bentuk penandaan baik yang
berupa gambar maupun tulisan yang terdapat pada karikatur “Partai
Demokrat” serta membentuk berbagai pemaknaan tentang karikatur tersebut.
Tanda dalam karikatur “Partai Demokrat” ini menjadi korpus dalam
penelitian ini, yang kemudian dimasukkan ke dalam kategori hubungan
antara tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sander Peirce, yang
terdiri dari :
1. Ikon (Icon)
Adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat
bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan
antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam
karikatur “Partai Demokrat” adalah :
a. Sebuah gambar bendera dengan logo partai demokrat, yang
menunjukkan identitas partai, karakter partai dan keunggulan yang
dimiliki. Makna gambar karikatur bendera dengan logo partai
demokrat adalah partai demokrat sebagai partai politik yang besar dan
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap masyarakat Indonesia dan
kepada pemerintah.
b. Tiang bendera yang bengkok, yang mengidentikan bahwa telah
terjadi konflik pada tubuh partai demokrat. Dalam tubuh partai