• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEGMENTASI DAN DAYA DUKUNG WISATA DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA AFFITRI WULANSUCI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEGMENTASI DAN DAYA DUKUNG WISATA DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA AFFITRI WULANSUCI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEGMENTASI DAN DAYA DUKUNG WISATA

DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA

AFFITRI WULANSUCI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Segmentasi dan Daya Dukung Wisata di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Affitri Wulansuci

(4)

ABSTRAK

AFFITRI WULANSUCI. Analisis Segmentasi dan Daya Dukung Wisata di

Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan

NUVA.

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) adalah salah satu objek wisata di Kota Jakarta yang juga merupakan kawasan konservasi ex-situ. Sebagai fasilitator layanan publik, pengelola TMR menerapkan tarif tiket masuk yang terjangkau kepada masyarakat. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya jumlah pengunjung terutama saat peak season. Selain menghasilkan penerimaan yang tinggi bagi pengelola, di sisi lain juga dapat berpengaruh negatif terhadap satwa yang dikonservasi. Akan tetapi, permasalahan ini dapat diatasi dengan memecah konsenterasi pengunjung kebeberapa titik melalui penerapan konsep segmentasi wisata. Saat ini pengelola TMR telah melakukan segmentasi wisata seperti segmen pusat primata schmutzer, gajah tunggang, kereta keliling dan pentas satwa. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung daya dukung kawasan di keempat segmen tersebut. Selain itu adanya segmentasi wisata akan menghasilkan tambahan penerimaan yang semestinya bisa digunakan untuk kegiatan konservasi di TMR. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah pengunjung tiap segmen masih under carrying capacity (dibawah 50%) kecuali pada segmen gajah tunggang (93,44%). Peningkatkan tarif di segmen gajah tunggang dengan tarif WTP pengunjung bisa dipertimbangkan untuk mengontrol jumlah pengunjung. Akan tetapi, dengan tarif baru (WTP) akan menurunkan penerimaan di segmen gajah tunggang.

Kata kunci: Daya Dukung, Segmentasi wisata, Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Willingness to Pay (WTP)

(5)

ABSTRACT

AFFITRI WULANSUCI. Segmentation and carrying capacity analysis of Taman

Margasatwa Ragunan Jakarta. Supervised by METI EKAYANI dan NUVA.

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) is one of the tourism sites in Jakarta which is also known as ex-situ conservation. As a public services facilitator, the management of TMR implements the affordable admission rate to the community. This condition is one of the factor which causes a high number of visitors, especially during peak season. Besides can generate high revenues for the management, the high number of visitors can also negatively affect the wildlife conservation. However, this problem can be solved by separating the concentration of visitors to several attraction through the application of the tourism segmentation. Currently, the management of TMR has carried out tourism segmentation such as segment of pusat primata schmutzer, gajah tunggang, kereta keliling and pentas satwa. The purpose of this study was to calculate the carrying capacity of the area in these four tourism segments. The tourism segmentation will generate additional revenues that should be able to use for the conservation in TMR. Based on the research results, it was obtained that the number of visitors of each tourism segment was still under carrying capacity (below 50 %) except for the gajah tunggang segment (93.44%). The increasing rate of gajah tunggang segment based on visitors WTP rate could be considered as a control of the number of visitor. However, with the new rate (WTP) will decrease revenue of gajah tunggang segment.

Keyword: Carrying Capacity, Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Tourism Segmentation, Willingness to Pay (WTP)

(6)
(7)

ANALISIS SEGMENTASI DAN DAYA DUKUNG WISATA

DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA

AFFITRI WULANSUCI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Segmentasi dan Daya Dukung Wisata di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

Nama : Affitri Wulansuci NIM : H44090105

Disetujui oleh

Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc

Pembimbing I

Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis berharap agar penelitian yang berjudul Analisis Segmentasi dan Daya Dukung Wisata di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta dapat memberikan informasi kepada pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua, papah Iwan Sofwan Z dan mamah Iis Supriatin, kedua kakakku Adi dan Gilang, kedua kakak iparku, serta kedua keponakanku atas doa, dukungan, dan kasih sayang.

2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya dalam penulisan skripsi.

3. Ibu Nuva, S.P, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya dalam penulisan skripsi.

4. Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si atas bantuan dan bimbingannya dalam perhitungan skripsi ini.

5. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen perwakilan dari departemen ESL yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

6. Seluruh pihak Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang telah memberikan izin, informasi, serta data untuk penelitian ini.

7. Wina, Dita, Tia, Lia, Nur, Aul yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

8. Teman satu bimbingan Renita, Isti, Iin, Nando, Abe, Rifky, Gege, Didi yang telah memberikan semangat.

Bogor, Desember 2013

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pariwisata ... 5

2.2 Kebun Binatang ... 6

2.3 Konservasi Ex-situ ... 6

2.4 Carrying Capacity (Daya Dukung) ... 7

2.5 Segmentasi Wisata ... 8

2.6 Contingent Valuation Method (CVM) ... 9

2.7 Penelitian Terdahulu ... 10

2.8 Keterbaruan (Novelity) dari Penelitian ... 11

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

3.1 Kerangka Operasional ... 12

IV. METODE PENELITIAN ... 15

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 15

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 15

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 16

4.4.1 Menghitung Daya Dukung tiap Segmen di TMR ... 17

4.4.2 Mengkaji Harga Tiket Optimal ... 18

4.4.3 Estimasi Tambahan Penerimaan dari Adanya Segmentasi di TMR ... 19 4.4.4 Persepsi Wisatawan terhadap Manfaat yang dirasakan

(12)

dengan adanya Kawasan Wisata ... 19

V. GAMBARAN UMUM ... 21

5.1 Sejarah dan Visi Misi TMR ... 21

5.2 Karakteristik Kawasan TMR ... 22

5.3 Fungsi TMR ... 22

5.4 Media Promosi ... 23

5.5 Sumberdaya Alam TMR ... 24

5.6 Identifikasi Segmentasi di TMR ... 25

5.6.1 Segmentasi dengan Pengelolaan Mandiri ... 25

5.6.1.1 Pusat Primata Schmutzer ... 25

5.6.1.2 Gajah Tunggang ... 26

5.6.2 Segmentasi dengan Pengelolaan Bermitra ... 26

5.6.2.1 Kereta Keliling ... 26

5.6.2.2 Pentas Satwa ... 26

5.7 Karakteristik Responden Wisatawan ... 27

5.7.1 Karakteristik Responden Bedasarkan Demografi ... 27

5.7.2 Karakteristik Kunjungan ... 29

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN….. ... 31

6.1 Daya Dukung Kawasan ... 31

6.1.1 Segmen Schmutzer ... 31

6.1.1.1 Jalan-jalan Keliling Schmutzer ... 31

6.1.1.2 Duduk Santai di Segmen Schmutzer ... 32

6.1.2 Segmen Gajah Tunggang ... 33

6.1.2.1 Berkeliling dengan Gajah Tunggang ... 33

6.1.2.2 Duduk Santai di Segmen Gajah Tunggang….. 34

6.1.3 Segmen Kereta Keliling ... 34

6.1.3.1 Berkeliling dengan Kereta ... 34

6.1.3.2 Duduk Santai di Segmen Kereta Keliling ... 35

6.1.4 Segmen Pentas Satwa ... 36

6.1.5 Membandingkan Daya Dukung Pengunjung dengan Kondisi Saat Ini ... 36 6.1.6 Persepsi Wisatawan terhadap Manfaat yang dirasakan

(13)

dengan adanya Wisata TMR ... 37

6.2 Estimasi Tarif Tiket Optimal ... 38

6.2.1 Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Tiket Optimal Segmen Wisata ... 39

6.2.2 Estimasi Tarif Masuk Segmentasi ... 39

6.2 Estimasi Tambahan Penerimaan dari Setiap Segmen ... 40

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

7.1 Kesimpulan ... 43

7.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 48

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor ... Halaman

1 Jumlah Wisatawan TMR Tahun 2012 ... 2

2 Daya Dukung dan Analisis Optimasi Harga Tiket ... 11

3 Matriks Metode Analisis Data ... 16

4 Indikator Persepsi Manfaat yang dirasakan Pengunjung ... 20

5 Data Koleksi Satwa TMR ... 24

6 Karakteristik Responden Berdasarkan Demografi ... 27

7 Karakteristik Kunjungan... 29

8 Daya Dukung di Segmentasi Schmutzer ... 32

9 Daya Dukung di Segmentasi Gajah Tunggang... 34

10 Daya Dukung di Segmentasi Kereta Keliling... 35

11 Daya Dukung di Segmentasi Pentas Satwa ... 36

12 Perbandingan Daya Dukung Wisata di tiap Segmentasi dengan Jumlah Pengunjung saat ini di TMR ... 37

13 Persepsi Wisatawan terhadap Manfaat yang dirasakan dengan adanya Kawasan Wisata ... 37

14 Distribusi Besaran WTP Segmentasi ... 40

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor ... Halaman 1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 14 2 Kesediaan Membayar Pengunjung terhadap

Tarif Masuk setiap Segmentasi di TMR ... 39

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor ... Halaman 1 Perhitungan Daya Dukung Kawasan tiap Segmen di TMR ... 48 2 Distribusi Besaran WTP Empat Segmen di TMR ... 54 3 Foto Empat Segmen di TMR ... 56

(16)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia dengan aktivitas ekonomi yang tinggi dan perkembangan pariwisata yang juga cukup pesat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Jakarta, yang pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari 234.377 orang menjadi 236.752 orang wisatawan Nusantara. Adapun wisatawan Mancanegara meningkat dari 7.002.944 orang menjadi 7.649.731 orang (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012). Peningkatan jumlah wisatawan ke Jakarta mengidentifikasikan peningkatan jumlah kunjungan ke objek-objek wisata yang ada di Jakarta, seperti Taman Margasatwa Ragunan (TMR).

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan objek wisata di Jakarta yang lebih dikenal dengan sebutan Kebun Binatang Ragunan. Taman Margasatwa Ragunan merupakan kawasan konservasi satwa ex-situ, yaitu konservasi satwa yang dilakukan di luar habitat aslinya (Harsono 1984; Kementerian Kehutanan No. P.53/MENHUT/-II/2006). TMR mempunyai fungsi utama sebagai tempat untuk menjaga seluruh kelestarian satwa koleksinya agar terhindar dari kepunahan khususnya satwa langka dan dilindungi (Harsono dan Suwelo 1984).

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) berada di bawah Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Kelautan dan Pertanian dalam bentuk BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 323/2010, TMR sebagai fasilitator layanan publik perlu menetapkan harga tiket yang terjangkau dan sesuai dengan ekonomi masyarakat. Harga tiket yang terjangkau tersebut mengakibatkan tingginya tingkat kunjungan di TMR, khususnya pada saat peak season sebagaimana data yang ditampilkan pada Tabel 1.

(17)

2

Tabel 1 Jumlah wisatawan TMR Tahun 2012

Bulan Jumlah pengunjung (orang) Presentase (%)

Januari 404.358 9,48 Februari 151.535 3,55 Maret 235.731 5,52 April 261.306 6,12 Mei 282.348 6,62 Juni 402.894 9,44 Juli 353.221 8,28 Agustus *) 766.793 17,97 September 342.430 8,03 Oktober 274.706 6,44 November 257.936 6,05 Desember *) 533.568 12,50 Jumlah 4.266.826 100,00 Sumber : Pengelola TMR

Keterangan: *) Kondisi peak season

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat kondisi jumlah pengunjung disaat peak

season, dimana jumlah kunjungan terbanyak ada pada saat musim liburan, Idul

Fitri yaitu pada bulan Agustus sebesar 17,97% dan hari Natal yaitu pada bulan Desember sebesar 12,50%. Pada saat low season terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 3,55%.

1.2 Perumusan Masalah

Rendahnya harga tiket yang ditawarkan oleh TMR membuat jumlah kunjungan terus meningkat, terutama ketika musim liburan tiba. Kepadatan pengunjung ini bukan hanya terjadi ketika musim liburan, tetapi ketika hari-hari besar lainnya. Pengunjung TMR pada tahun 2011 adalah 4.090.642 orang meningkat pada tahun 2012 menjadi 4.226.826 orang. Tingginya jumlah kunjungan wisata memberikan dampak positif bagi pengelola, berupa peningkatan penerimaan dari tiket masuk. Peningkatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional untuk konservasi Taman Margasatwa Ragunan. Di sisi lain, apabila peningkatan kunjungan melebihi daya dukung maka dapat berpengaruh negatif terhadap keberlanjutan kegiatan wisata dan konservasi satwa tersebut.

Segmentasi merupakan proses pengelompokkan konsumen ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kebutuhan yang berbeda, karakteristik atau

(18)

3

perilaku, dimana setiap kelompok bisa dipilih sebagai pasar sasaran yang akan diraih dengan strategi bauran pemasaran tertentu (Kotler dan Keller 2009). Pada sektor wisata, segmentasi yang biasa disebut segmentasi wisata dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya kelebihan pengunjung, dimana segmentasi ini bisa membagi-bagi pengunjung ke beberapa tempat sehingga pengunjung tidak terpusat disatu titik (Ekayani dan Nuva 2013).

Pengelola Taman Margasatwa Ragunan telah melakukan segmentasi wisata berupa adanya wisata di dalam wisata, diantaranya segmen Pusat Primata Schmutzer, gajah tunggang, kereta keliling dan pentas satwa, dengan konsep adanya tiket masuk terhadap segmentasi tersebut. Segmen ini diharapkan dapat menambah penerimaan untuk membantu biaya konservasi di TMR, disamping dapat sebagai cara antisipasi over carrying capacity. Oleh karena itu perlu dikaji beberapa permasalahan berikut:

1. Berapa daya dukung tiap segmen wisata yang ada di Taman Margasatwa Ragunan dan perbandingannya dengan kondisi saat ini?

2. Berapa harga tiket optimal yang dapat mengontrol jumlah pengunjung tiap segmen di bawah daya dukung?

3. Berapa tambahan penerimaan dari adanya segmentasi di Taman Margasatwa Ragunan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Mengestimasi daya dukung tiap segmen yang ada di Taman Margasatwa Ragunan dan membandingkannya dengan kondisi saat ini.

2. Mengkaji harga tiket optimal yang dapat mengontrol jumlah pengunjung tiap segmen di bawah daya dukung.

3. Estimasi tambahan penerimaan dari adanya segmentasi di Taman Margasatwa Ragunan.

(19)

4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi empat segmen wisata di TMR berdasarkan keterwakilan sistem pengelolaan, yaitu yang dikelola oleh TMR dan yang dikelola oleh pihak ketiga (privat). Dari setiap sistem pengelola tersebut dipilih yang memiliki jumlah kunjungan terbanyak. Perhitungan daya dukung kawasan dilihat dari aspek fisiknya saja dan dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi kenyamanan pengunjung dan dari sisi satwa atau wahana yang ada, aspek biologi dan sosial tidak dilihat. Perhitungan daya dukung menggunakan asumsi sebagai berikut:

1. Pada aktivitas wisata duduk santai, luas yang disediakan oleh pengelola TMR tergantung pada jenis tempat duduk.

2. Pada segmen gajah tunggang diasumsikan keempat gajah yang tersedia melakukan atraksi secara bersamaan sesuai waktu operasional, begitu pula dengan segmen kereta keliling diasumsikan melakukan atraksi secara bersamaan.

Mencari nilai Willingness to Pay (WTP) wisatawan harga tiket dihitung hanya sampai tahap tiga yaitu rataan WTP.

(20)

5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan Weber 2006). Sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat berkembang. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks.

Daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus (Ismayanti 2010). Melakukan wisata alam dapat dilakukan secara massal atau wisata minat khusus. Wisata massal bercirikan jumlah wisatawan yang besar, pembelian paket wisata dan perjalanan yang diseragamkan, dan mencakup segala-galanya (Fiatiano 2012). Di Indonesia wisata massal sering disebut juga dengan tur karena berupa rombongan yang terdiri dari banyak orang. Hal tersebut berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan dan over carrying capacity. Wisata minat khusus salah satunya bercirikan skala kecil bukan rombongan (Suriani 2011). Hal ini, mengindikasikan bahwa wisata minat khusus memiliki resiko lebih kecil daripada wisata massal terhadap kerusakan lingkungan dan over carrying capacity.

Wisata di kebun binatang merupakan salah satu kawasan konservasi yang saat ini banyak dilakukan secara massal. Wisata massal dapat memiliki dampak positif bagi ekonomi makro, seperti menciptakan kesempatan usaha, meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan pendapatan nasional. Selain dampak positif, wisata massal juga memiliki dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dan kerusakan sumber-sumber hayati baik di laut, hutan bahkan dikawasan konservasi ex-situ maupun in-situ dimana dampak negatif tersebut sebagian besar belum ada nilai moneternya (Yoeti 2008).

(21)

6

2.2 Kebun Binatang

Lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak dibidang konservasi tumbuhan dan atau satwa liar di luar habitat aslinya yang berfungsi untuk pengembangbiakkan dan penyelamatan tumbuhan dan atau satwa dengan tetap menjaga kemurnian jenis, guna menjamin kelestariannya dan pemanfaatanya (BKSDA Bali 2012). Salah satu lembaga konservasi adalah kebun binatang. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.31/Menhut-II/2012 Pasal 1 No. 7, kebun binatang adalah tempat pemeliharaan satwa kurangnya 3 kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 15 hektar dan pengunjung tidak menggunakan kendaraan bermotor (motor atau mobil). Menurut Siregar et al (1983) fungsi kebun binatang yaitu “sebagai perlindungan dan pelestarian satwa liar, sarana pendidikan dan penelitian ilmiah, dan sebagai sarana rekreasi dan hiburan alamiah.”

2.3 Konservasi Ex-situ

Konservasi ex-situ merupakan koservasi yang dilakukan diluar habitat aslinya. Konservasi ex-situ dilakukan oleh lembaga konservasi seperti kebun binatang dan berfungsi sebagai pengembangbiakkan, dimana pengembangbiakkan tersebut merupakan suatu cara untuk mempertahankan satwa yang terancam punah (Alikodra 2010). Satwa yang dikonservasi oleh lembaga konservasi dapat berasal dari beberapa kondisi, yaitu (BKSDA Bali 2012):

1. Hasil sitaan atau penyerahan dari pemerintah atau penyerahan dari masyarakat

2. Pemberian dari lembaga konservasi lainnya 3. Pembelian untuk jenis-jenis yang tidak terlindungi 4. Pengambilan atau penangkapan dari alam

Khusus untuk pengambilan atau penangkapan dari alam dilakukan hanya untuk kepentingan pemurnian genetik dan penyelamatan jenis.

(22)

7

2.4 Carrying Capacity (Daya Dukung)

Daya dukung adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan (dalam hal ini adalah jumlah pengunjung) yang menjamin keberlangsungan sebuah destinasi. Daya dukung berarti jumlah wisatawan yang bisa melakukan wisata dalam satu wilayah tanpa merusak tempat tersebut dan tanpa mengurangi kepuasan wisatawan yang mengunjunginya (Dewi 2011; Libosada 1998). Konsep ini penting dalan aspek pengendalian implementasi pariwisata yang bertanggung jawab karena jumlah wisatawan yang terlalu berlebih mempunyai potensi merusak sumberdaya lingkungan, dan mengurangi kepuasan wisatawan.

Menurut Liu 1994 dalam Pitana dan Diarta (2009), terdapat tiga tipe

carrying capacity yang dapat diaplikasikan pada pengembangan destinasi

pariwisata, yaitu:

a. Physical carrying capacity

Physical carrying capacity merupakan kemampuan suatu kawasaan untuk

menampung pengunjung/ wisatawan, penduduk asli, aktivitas/ kegiatan wisata dan fasilitas penunjang ekowiata. Pemanfatan kawasan yang melebihi daya dukung fisiknya dapat menyebabkan degradasi sumber daya alam, penurunan kualitas hidup komunitas sekitarnya, overcrowding, dan sebagainya. Pemakaian standar daya dukung fisik bagi destinasi wisata mampu menghindarkan pembangunan kawasan yang terlalu cepat dan tidak terkendali yang justru akan merugikan pengembangan ekowisata tersebut (Pitana dan Diarta 2009).

b. Biological carrying capacity

Biological carrying capacity merupakan interaksi destinasi pariwisata

dengan flora dan fauna. Diperlukan peran pemerintah untuk membuat kawasan lindung dan konservasi serta pemberlakuan peraturan yang melarang perilaku destruktif. Meskipun demikian, sejauh mugkin peraturan ini harus diusahakan agar tidak mengintervensi way of life penduduk asli. Jika pun harus terjadi, harus diusahakan resolusi dengan melakukan kolaborasi dan pendidikan (Pitana dan Diarta 2009).

(23)

8

c. Social/ culture carrying capacity

Social carrying capacity merupakan jumlah penduduk optimal, dimana

jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan kerusakan budaya yang sulit dipulihkan (Dewi 2011). Konsep ini merefleksikan dampak pengunjung pada kehidupan komunitas lokal. Wisatawan umumnya mempunyai pendidikan yang lebih baik dan ingin mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan penduduk lokal dengan adat. Oleh karena itu, sebaiknya keberadaan wisatawan dalam suatu kawasan dibatasi jumlahnya agar konsep menghormati norma, budaya asli dapat dikendalikan.

Dari penjabaran di atas tentang tiga tipe carrying capacity, ketiganya penting untuk dihitung agar tidak terjadi kerusakan lingkungan dan over carrying

capacity. Akan tetapi, karena perhitungan yang sangat luas untuk menghitung carrying capacity, maka dalam penelitian ini hanya dihitung dari physical carrying capacity saja yang dilihat dari luasan daerah tersebut dan aktivitas yang

dilakukan. Selain itu, untuk menghindari atau mengurangi over carrying capacity diperlukan strategi wisata, salah satunya yaitu berupa segmentasi wisata.

2.5 Segmentasi Wisata

Segmentasi pasar adalah proses pengklasifikasian pasar berdasarkan perilaku konsumen yang terdapat di dalam pasar. Segmentasi pasar harus dibedakan dengan pengertian segmen pasar, dimana segmen pasar adalah bagian dari pasar yang terdiri dari kelompok orang yang memiliki kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan harapan (expectation) yang relatif sama (Yoeti 2006). Pengertian segmentasi pasar sangat luas, sehingga bisa di terapkan dalam wisata. Penerapan segmentasi wisata merupakan salah satu strategi pengembangan pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung, melindungi lingkungan (konservasi) dan mengembangkan masyarakat. Oleh karena itu, segmentasi wisata dapat sebagai strategi penting dalam konservasi sumberdaya alam sebagai upaya mencapai wisata yang berkelanjutan. (Ekayani dan Nuva 2013; Zografos dan Allcroft 2007).

Penentuan harga di sektor wisata dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

(24)

9

menguntungkan lebih besar dibandingkan single pricing (Vanhove 2005). Price

discrimination dapat berupa wisata didalam wisata dimana didalam suatu wisata

ada kegiatan yang dilakukan lagi dan adanya tiket masuk kembali. Price

discrimination tersebut akan menghasilkan tambahan penerimaan dari adanya

tiket kembali selain pada gerbang utama. Selain tambahan penerimaan, segmentasi wisata juga dapat melindungi sumberdaya alam karena pengunjung tersebar dan tidak terpusat di satu titik.

Menentukan segmentasi pasar dapat dilakukan dengan empat kategori, yaitu secara geografi, demografi, psikografi dan perilaku (Dewi 2011; Yoeti 2006). Segmentasi geografi dapat membagi pasar seperti asal Negara, provinsi, kota, atau wilayah tertentu. Segmentasi demografi membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan umur, jenis kelamin, siklus hidup, pendapatan, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan kelompok etnis. Segmentasi psikografi membagi pasar berdasarkan kelompok sosial, karakteristik kepribadian dan cara hidup. Segmentasi perilaku membagi pasar berdasarkan kesamaan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan dan respon terhadap suatu produk. Segmentasi juga perlu diterapkan pada sektor wisata, dimana segmentasi ini diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap lokasi wisata. Sehingga tempat wisata tersebut diharapkan tidak rusak khususnya untuk kegiatan wisata di kawasan konservasi (Dewi 2011).

2.6 Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) merupakan cara perhitungan secara

langsung, dimana dalam hal ini langsung menanyakan kesediaan membayar kepada masyarakat dengan titik berat preferensi individu menilai benda publik yang penekannanya pada standar nilai uang (Hanley dan Spash 1993). Menggunakan metode CVM memiliki kelebihan dan kekurangan (Hanley dan Spash 1993), yaitu:

1. Kelebihan

Salah satu kelebihan CVM adalah kapasitas CVM yang dapat menduga nilai bukan manfaat. Responden dapat dipisahkan kedalam kelompok

(25)

10

pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari hasil wawancara.

2. Kelemahan

Kelemahan dari menggunakan CVM adalah adanya bias. Terdapat beberapa bias dalam metode ini, yaitu:

a. Bias strategi

Ada kemungkinan seorang responden menyatakan suatu nilai WTP yang relatif kecil untuk mendukung upaya peningkatan lingkungan karena merasa dapat menggantungkan kegiatan peningkatan kualitas lingkungan tersebut kepada responden lain yang bersedia membayar lebih tinggi.

b. Bias rancangan

Rancangan CVM mencakup cara informasi disajikan, intruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden.

c. Bias “mental account”

Hal ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu.

d. Kesalahan pasar hipotesis

Dalam hal ini kesalahan pasar hipotesis akan mengarahkan kepada terjadinya suatu pernyataan nilai WTP yang lebih besar atau kecil dari nilai sesungguhnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan referensi, yaitu penelitian tentang Daya Dukung di Taman Wisata Alam Grojongan Sewu dan Analisis Optimasi Harga tiket di Taman Margasatwa Ragunan.

(26)

11

Tabel 2 Daya dukung dan analisis optimasi harga tiket

No Peneliti Judul penelitian Hasil penelitian 1 Siswantoro (2012) Kajian Daya Dukung Lingkungan Wisata Alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar.

Pada penelitian ini, nilai daya dukung wisata TWA Grojogan Sewu yaitu sebesar 1.002 orang per hari. Nilai ini masih lebih besar daripada nilai aktual jumlah wisatawan sebesar 926 per hari. Kebutuhan terhadap manfaat wisata ini perlu di rencanakan untuk mengoptimalkan keterbatasan daya dukung areal wisata alam dan tingginya kepentingan ekonomi di sisi lain.

2 Semet (2012) Analisis Ekonomi Wisata Alam Berkelanjutan TWA Gunung Meja Manokwari Papua Barat

Jumlah maksimum wisatawan yang menggunakan TWA Gunung Meja tanpa menurunkan mutu lingkungan sekitar adalah 58.092 dan daya tampung per hari adalah 174.211, dimana jumlah pengunjung TWA Gunung Meja saat ini masih under capacity. 3 Fachrunnisa (2011) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengarhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

Estimasi harga tiket optimum (tanpa subsidi) adalah Rp 19.000/ orang baik dewasa maupun anak-anak dan rekomendasi yang dapat direalisasikan pengelola TMR berdasarkan kesanggupan membayar wisatawan adalah Rp 10.000/ orang dewasa dan Rp 7.000/ orang untuk anak-anak.

2.8 Keterbaruan (Novelty) dari Penelitian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah menggabungkan aspek daya dukung lokasi wisata berdasarkan segmentasi dan sekaligus melihat implikasi dari penerapan tarif yang berbeda terhadap penerimaan dan juga untuk konservasi di kebun binatang TMR.

(27)

12

III KERANGKA PEMIKIRAN

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) memiliki fungsi sebagai kawasan konservasi ex-situ, yang memerlukan biaya cukup tinggi untuk kegiatan konservasi, diantaranya pakan satwa dan pemeliharaan lingkungan tempat satwa. Selain itu, TMR memiliki fungsi sebagai wisata dimana pada kondisi peak season terjadi peningkatan pengunjung. Peningkatan pengunjung ini dapat berdampak positif untuk pengelola yaitu penerimaan yang dihasilkan dapat digunakan untuk kebutuhan konservasi yang membutuhkan biaya yang tinggi tersebut. Akan tetapi di sisi lain, peningkatan jumlah pengunjung ini berpotensi mengakibatkan over

carrying capacity. Hal tersebut dapat mengancam keberlangsungan konservasi

dan kegiatan wisata di TMR. Potensi over carrying capacity ini dapat dihindari dengan melakukan segmentasi wisata. Selain menghindari over carrying capacity, segmentasi wisata juga dapat menghasilakan tambahan penerimaan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konservasi.

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) memiliki beberapa segmen wisata dengan konsep membayar kembali untuk masuk ke dalam segmen tersebut. Sehubungan dengan makin meningkatnya jumlah pengunjung, segmentasi ini dapat digunakan untuk memecah pengunjung ke beberapa tempat agar tidak terpusat di satu titik. Oleh karena itu perlu untuk menghitung daya dukung optimal setiap segmen dan membandingkan dengan kondisi saat ini. Metode daya dukung kawasan (DDK) merupakan salah satu metode untuk menghitung daya dukung optimal. Daya dukung kawasan dapat dilihat dari segi fisik, biologi dan sosial. Penelitian ini hanya melihat dari segi fisik dengan mengetahui luasan dan waktu yang dibutuhkan pengujung dan disediakan oleh pengelola.

Segmentasi wisata dapat mendatangkan tambahan penerimaan bagi TMR. Tambahan penerimaan tersebut dapat membantu pengelola untuk kegiatan konservasi. Oleh karena itu perlu dikaji nilai tambahan penerimaan dari segmentasi di TMR dengan menggunakan estimasi pendapatan. Menaikkan harga tiket dapat digunakan untuk mengontrol jumlah pengunjung guna menghindari

over carrying capacity. Oleh karena itu, perlu dilihat berapa harga tiket optimal

(28)

13

pengunjung tersebut dihitung dengan rataan Willingness to Pay (WTP). Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat membantu pihak pengelola sebagai bahan pertimbangan untuk pengelolaan TMR yang sesuai dengan daya dukung kawasan dan mendukung konservasi. Bagan kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(29)

14

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Taman Margasatwa

Ragunan

Peningkatan Jumlah pengunjung, terutama saat peak season.

Segmentasi wisata

Menghitung daya

dukung optimal Nilai tambah dari segmentasi

Daya dukung kawasan (DDK)

Pengelolaan TMR sesuai daya dukung kawasan dan mendukung konservasi Kebutuhan dana konservasi tinggi Metode estimasi pendapatan Potensi Over Carrying Capacity Harga tiket optimal Willingness To Pay (WTP) Konservasi ex-situ Fungsi wisata Rataan (WTP) pengunjung terhadap harga tiket Daya dukung fisik Tambahan penerimaan dari segmentasi wisata

(30)

15

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive karena Taman Margasatwa Ragunan merupakan salah satu dari lima kebun binatang terbesar di Indonesia yang merupakan kawasan konservasi ex-situ. Pengambilan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari awal bulan April 2013 sampai dengan akhir bulan Juni 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan mengenai keadaan umum lokasi penelitian dan berbagai data yang relevan dengan topik penelitian yang bersumber dari pengelola Taman Margasatwa Ragunan (TMR) antara lain bagian humas, bagian rekreasi/pengunjung dan bagian tata lingkungan. Data primer yang digunakan berupa wawancara secara langsung terhadap pengunjung kawasan wisata dan pihak pengelola.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Pemilihan responden dilakukan terhadap pengunjung berdasarkan wisatawan yang datang ke tiap segmen di TMR. Terdapat dua jenis pengelolaan segmen di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), yaitu oleh TMR dan oleh pihak ketiga. Segmen yang dipilih sebagai tempat penelitian dilakuka secara purposive berdasarkan keterwakilan kedua jenis pengelolaan tersebut. Segmen yang dipilih yaitu segmen schmutzer, gajah tunggang, kereta keliling dan pentas satwa.

Penentuan respondennya dilakukan secara non probability sampling yaitu dengan teknik purposive, dikarenakan untuk wisatawan tidak memiliki sampling

frame. Teknik purposive ini dilakukan dengan perencanaan tertentu yaitu berupa

adanya keterwakilan demografi dan berwisata. Jumlah responden ditentukan berdasarkan kaidah ekonometrik yaitu minimal 30 responden dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole 1982), oleh karena itu dalam penelitian ini diambil 30 responden dari tiap segmen yang terkait.

(31)

16

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis data

Pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Selain itu menggunakan metode daya dukung kawasan dan Wilingness to Pay (WTP). Pada Tabel 3 terdapat matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data untuk menjawab tujuan penelitian ini.

Tabel 3 Matriks metode analisis data

No Tujuan penelitian Jenis dan sumber data Metode analisis data 1 Menghitung daya

dukung tiap segmentasi

di TMR dan

membandingkan dengan kondisi saat ini

Data sekunder :

1 Luas tiap daerah segmentasi 2 Lamanya atraksi 3 Jumlah

pengunjung

Daya dukung kawasan (DDK) Data primer: 1 Waktu preferensi pengunjung 2 Luas preferensi pengunjung 2 Mengkaji harga tiket

optimal di bawah daya dukung Data primer : 1 Nilai WTP wisatawan terhadap harga tiket

2 Harga tiket saat ini

Willingness to Pay (WTP)

3 Mengestimasi nilai tambah dari adanya segmentasi di TMR

Data sekunder :

1 Harga tiket saat ini 2 Jumlah pengunjung saat ini Estimasi penerimaan Data primer : 1 Harga tiket WTP responden J 2 Jumlah pengunjung yang setuju untuk memberikan nilai WTP. 3 Penerimaan tiap segmen

(32)

17

4.4.1 Menghitung Daya Dukung Tiap Segmen di TMR

Menghitung daya dukung tiap segmen di TMR sebelumnya diperlukan identifikasi segmen apa saja yang ada di TMR. Kemudian, dipilih empat segmen yang memenuhi keterwakilan pengelolaan, yaitu segmen schmutzer dan segmen gajah tunggang dari TMR, segmen kereta keliling dan segmen pentas satwa dari pihak ketiga. Menghitung daya dukung tiap segmen, menggunakan metode daya dukung kawasan (DDK), dimana DDK merupakan suatu metode untuk mengetahui kemampuan kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan untuk melakukan pariwisata (Haroen 2011). Rumus umum untuk menghitung daya dukung dapat dihitung dengan rumus (Libosada 1998), yaitu:

Area yang digunakan wisata Carrying capacity (CC) =

Rata-rata kebutuhan area per individu ………(1)

Daya tampung wisatawan per hari = CC x Koefisien rotasi …………..…….…..(2)

Jumlah jam area terbuka untuk wisata Koefesien rotasi =

Rata-rata waktu satu kunjungan ………...……….(3)

Menghitung daya dukung terdiri dari beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan wisatawan didalam segmen wisata, dan setiap kegiatan tersebut memiliki daya dukung dan perhitungan yang berbeda. Di bawah ini merupakan contoh perhitungan untuk kegiatan wisata berdasarkan rumus Libosada yang disesuaikan dengan kondisi lapang.

a.) ……….………..……….(4)

………..…………(5)

T = Jumlah putaran (koefisien rotasi)

t₀ = Waktu yang disediakan pengelola (menit) t₁ = Waktu yang dibutuhkan/ putaran (menit)

DDK = Daya dukung kawasan (daya tampung/ hari) (orang) n = Jumlah yang disediakan pengelola

(33)

18 b.) ………..……...(6) Daya Dukung = n x k ………...…....(7) DDK = DD x T ……….………...….…..(8) T = koefisien Rotasi DD = Daya Dukung

n = Jumlah yang di sediakan pengelola k = Jumlah maksimum orang

DDK = Daya Dukung Kawasan (Daya tampung/ hari) (orang)

4.4.2 Mengkaji Harga Tiket Optimal

Nilai WTP pengunjung Taman Margasatwa Ragunan dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Analisis ini menggunakan data sekunder dan data primer yang diperoleh dari pengelola TMR dan wawancara terhadap pengunjung dengan bantuan kuisioner. Pada penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mencari nilai tiket optimal, terdapat tahap-tahap pendekatan CVM menurut (Fauzi 2010) yaitu :

1. Membuat Hipotesis Pasar

Dalam penelitian ini pasar hipotetik dibentuk atas dasar pengunjung yang berpotensi melebihi daya dukung di setiap segmen tersebut, sehingga untuk mengurangi jumlah pengunjung tersebut adalah dengan menaikkan tarif masuk segmen. Untuk selanjutnya, pasar hipotetik akan dituangkan dalam bentuk skenario, yaitu:

“TMR merupakan objek wisata di Jakarta yang sudah menerapkan konsep segmentasi wisata dalam pengelolaannya. Penerapan segmentasi ini dikarenakan banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke TMR, sehingga diharapkan tidak terjadi kelebihan pengunjung atau pengunjung melebihi kapasitas daya dukung. Segmentasi yang terdapat di TMR antara lain adalah segmen pusat primata Schmutzer, kereta keliling, pentas satwa, dan gajah tunggang. Akan tetapi jumlah kunjungan di tiap segmen juga cenderung mengalami peningkatan terutama pada saat peak season. Hal ini berpotensi melebihi daya dukung kawasan di setiap segmen. Pengunjung yang melebihi daya dukung maka akan berpengaruh

(34)

19

terhadap satwa yang dikonservasi di TMR dan juga akan mempengaruhi kualitas atraksi wisata yang ditawarkan TMR. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan perlu dilakukan upaya untuk mengontrol kunjungan, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan tarif masuk.”

2. Mendapatkan nilai lelang (bids)

Nilai lelang dilakukan melalui kuesioner dengan teknik pertanyaan terbuka. Hal ini dikarenakan agar lebih memudahkan responden untuk memberikan jawabannya.

3. Menghitung rataan WTP

Rataan WTP dapat dihitung dengan rumus :

……….(9)

Dimana :

EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp) WTPXi = Nilai WTP tiap responden (Rp)

N = Jumlah responden

4.4.3 Estimasi Tambahan Penerimaan dari Adanya Segmentasi di TMR

Analisis yang digunakan adalah metode estimasi penerimaan yang dihitung dengan cara harga tiket dikalikan dengan jumlah pengunjung dalam satu tahun untuk setiap segmen (Mankiw 2006). Estimasi penerimaan dihitung untuk dua kondisi, yaitu dengan harga tiket saat ini dan harga tiket sesuai WTP pengunjung. Formula untuk perhitungan estimasi penerimaan adalah:

ΔY=ΔP x ΔQ………..(10) ΔY= Tambahan penerimaan dari adanya segmentasi (Rp)

P = Perubahan harga tiket saat ini dengan harga tiket WTP (Rp)

ΔQ= Perubahan pengunjung saat ini dengan pengujung saat tarif WTP (orang)

4.4.4 Persepsi wisatawan terhadap manfaat yang dirasakan dengan adanya kawasan wisata

Persepsi manfaat yang dirasakan pengunjung di TMR dilakukan pada beberapa kategori dan dalam setiap kategori terdapat beberapa indikator. Pada

(35)

20

Tabel 4 menyajikan indikator dari setiap kategori dalam persepsi manfaat yang dirasakan pengunjung.

Tabel 4 Indikator persepsi manfaat yang dirasakan pengunjung

No Kategori Indikator

1 Menambah pengetahuan pengunjung kepada satwa yang dilindungi

- Sudah lebih tahu mengenai satwa yang dilindungi dari papan informasi yang disediakan pengelola.

2 Menambah kesadaran terhadap konservasi

- Sudah tidak memberi makan kepada satwa dari luar kandang dan dari makanan yang pengunjung bawa. 3 Menambah kesadaran

terhadap lingkungan

- membuang sampah pada tempatnya - memilih berjalan kaki daripada naik

(36)

21

V GAMBARAN UMUM

5.1 Sejarah dan Visi Misi Taman Margasatwa Ragunan

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) didirikan pada tanggal 19 September 1864 di Batavia (Jakarta) dengan nama “ Planten en Dierentuin “ yang pertama kali dikelola oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culture

Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia). Pada tahun 1949 yaitu setelah

Indonesia merdeka namanya diubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Pada saat itu, dengan berkembangnya Kota Jakarta menyebabkan wilayah Cikini yang terletak di pusat Kota Jakarta tidak cocok lagi sebagai lokasi untuk Kebun Binatang, sehingga pada tahun 1964 yaitu pada masa Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta yaitu Dr. Soemarno membentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan taman ini dari Jl. Cikini Raya no 73 ke Pasar Minggu Jakarta Selatan seluas 30 ha yang merupakan hibah dari Pemda DKI Jakarta dengan diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh. Kepindahan ini membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini (Pudjiwati dan Gumay 2011).

Pada tanggal 22 Juni 1966, secara resmi Kebun Binatang dibuka oleh Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta, Mayor Jendral Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Pada tahun 1993 terjadi perubahan manajemen sehingga berubah menjadi Badan Pengelola (BP) Kebun Binatang Ragunan. Pada tahun 2001 berubah lagi menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan dan berubah menjadi UPT (Unit Pelayanan Teknis) pada tahun 2009. Terakhir, namanya berubah menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) pada tahun 2010 (Pudjiwati dan Gumay 2011).

Visi TMR adalah mewujudkan Taman Margasatwa Ragunan sejajar dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi Taman Margasatwa Ragunan yaitu :

1. Meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya

2. Meningkatkan masyarakat cinta satwa dalam rangka sosialisasi konservasi ex-situ

(37)

22

3. Meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri

4. Meningkatkan hubungan antar daerah atau negara melalui program tukar menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri

5. Meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu

6. Meningkatkan Taman Margasatwa Ragunan sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/ danau.

5.2 Karakteristik Kawasan Taman Margasatwa Ragunan

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) berlokasi di Jalan Harsono RM No. 1 Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, sekitar 20 km dari pusat kota Jakarta dan berada di ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 2300 mm, suhu 27º C dan kelembapan 60 %. Secara Geografis TMR terletak pada 104º 48¹ BT dan 106º 15¹ LS.

TMR berdiri di atas tanah latasol merah seluas 147 ha dan memiliki empat pintu masuk, yaitu Pintu Utara, Pintu Selatan, Pintu Barat, dan Pintu Timur. Pintu Utara berbatasan dengan Kelurahan Ragunan di Jalan Harsono RM, Pintu Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa di Jalan Sagu, Pintu Barat berbatasan dengan Jalan Margasatwa Barat Ragunan yaitu Jalan Raya Cilandak KKO, dan Pintu Timur Berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yaitu Jalan Jatipadang.

5.3 Fungsi Taman Margasatwa Ragunan

TMR merupakan salah satu obyek wisata yang banyak diminati dalam proses dan pengembangan wisata. Adapun fungsi dari TMR yaitu sebagai sarana konservasi, pendidikan, penelitian, dan rekreasi alam (Pudjiwati dan Gumay 2011).

1. Konservasi

TMR berfungsi sebagai sarana konservasi yang melestarikan fauna dan flora. Fauna yang ada di TMR terdiri dari kelas mamalia sebanyak 69 jenis, kelas aves 101 jenis, reptilian 34 jenis, kelas pisces 16 jenis dengan jumlah keseluruhan

(38)

23

sebanyak 220 spesies dan dengan jumlah koleksi mencapai kurang lebih 2.101 ekor satwa (specimen). Selain fauna, flora yang ada di TMR terdiri dari 171 jenis tumbuhan dari seluruh Tanah Air dengan jumlah 15.389 pohon (specimen).

2. Pendidikan

TMR memberikan sarana pendidikan kepada pengunjung dengan menyediakan pelayanan berupa pemandu wisata, pemutaran film dokumenter tentang satwa, dan perpustakaan.

3. Penelitian

Sebagai salah satu Kebun Binatang terbesar di Indonesia, TMR merupakan salah satu pusat penelitian satwa langka yang ada di Indonesia. Para peneliti, pelajar, mahasiswa baik dari dalam maupun luar negeri melakukan observasi tentang perilaku satwa, reproduksi, pakan dan lainnya sebagai bahan untuk kajian ilmiah.

4. Rekreasi alam

TMR adalah wisata yang bernuansa alam sehingga merupakan salah satu daya tarik tersendiri karena udara yang bersih dari rimbunnya pepohonan juga dapat menikmati keelokan satwa yang eksotis.

5.4 Media Promosi

Promosi di TMR dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan wisatawan saat berkunjung ke TMR oleh pengelola dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan TMR. Fasilitas yang disediakan pengelola antara lain: petunjuk arah, baliho baik ukuran besar maupun kecil, papan nama satwa, papan nama jalan, fasilitas umum yang berupa shalter, taman, tempat duduk pengunjung, toilet, tempat ibadah, serta alat tranportasi massa di dalam Ragunan seperti kereta wisata.

Kegiatan yang sering dilakukan TMR dalam rangka mempromosikan TMR yaitu parade satwa yang biasanya dilakukan pada hari ulang tahun Kota Jakarta, Hari Anak Nasional, music akustik, event promo untuk produk, penanaman bibit pohon, lomba fotografi, lomba antar anak sekolah dan sebagainya.

(39)

24

5.5 Sumberdaya Alam TMR

TMR memiliki sumberdaya alam berupa flora dan fauna berjumlah 171 jenis tumbuhan dari seluruh Indonesia dengan mencapai 15.389 pohon (specimen). Selain itu juga terdapat fauna yang merupakan daya tarik utama yang diberikan kepada para pengunjung. Pada Tabel 5 dapat dilihat koleksi satwa yang ada di TMR.

Tabel 5 Data koleksi satwa TMR No Kelas/ Class Bangsa/ Ordo Suku/ Family Jenis/ Species Anak jenis/Sub species Jumlah/ Specimen 1 Pisces 4 8 16 0 171 2 Reptilia 3 8 34 5 267 3 Aves 14 28 101 20 703 4 Mamalia 10 32 69 46 960 Jumlah 31 76 220 71 2.101

Sumber:Data dari pengelola TMR

Tabel 5 dapat dilihat jumlah koleksi satwa terbanyak ada pada kelas mamalia. Berdasarkan hasil wawancara kepada key person yaitu bagian Humas TMR, dari seluruh koleksi satwa yang dimiliki TMR, terdapat satwa yang menjadi dominan untuk dikonservasi karena dilihat dari populasinya yang sudah semakin langka, satwa tersebut antara lain: Harimau Sumatera (Panthera tigris), Orangutan (Pongo pygmaeus), Komodo (Varanus komodoensis), dan Elang Bondol (Haliastur indus). Menurut Convention on International Trade in Endangered

Species of wild flora and fauna (CITES), status kelangkaan Harimau Sumatera,

Orangutan, dan Komodo adalah Apendiks I, dan Elang bondol adalah Apendiks II (CITES 2013). Apendiks I adalah daftar untuk melindungi seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan secara komersial yang terancam punah bila tidak dihentikan dan Apendiks II adalah daftar dari spesies yang tidak terancam punah tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (CITES 2013).

(40)

25

5.6 Identifikasi Segmentasi di TMR

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) menerapkan segmentasi wisata, yaitu wisata dalam wisata. Pengunjung harus membayar kembali untuk masuk ke segmen wisata yang ada di dalam TMR disamping tiket masuk di gerbang utama. Terdapat dua belas segmen di TMR yang terdiri dari dua bentuk pengelolaan, yaitu pengelolaan mandiri dan pengelolaan bermitra. Segmentasi dengan pengelolaan mandiri merupakan segmen yang dikelola oleh TMR, adapun segmen dengan pengelolaan bermitra merupakan segmen yang dikelola oleh pihak ketiga. Penelitian dilakukan di empat segmen yang dipilih secara represntatif mewakili dua bentuk pengelola tersebut.

5.6.1 Segmentasi dengan Pengelolaan Mandiri

Segmentasi dengan pengelolaan mandiri atau dari pihak TMR diantaranya yaitu pusat primata schmutzer dan gajah tunggang.

5.6.1.1 Pusat Primata Schmutzer

Pusat primata schmutzer dibangun pada tahun 1998 dengan luas 13 Ha dengan konsep open zoo yaitu berupa kebun binatang terbuka tanpa ditutupi kandang, hanya dibatasi oleh kolam kecil dan tembok diantara jalan setapak untuk melihat binatang tersebut. Pusat primata schmutzer merupakan salah satu pusat primata yang representatif dan sesuai dengan standar kebun binatang dunia dan diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2002 oleh Gubernur DKI Jakarta Bapak Sutiyoso.

Pusat primata schmutzer buka setiap hari pada pukul 09.00 sampai 16.00. Harga tiket masuk Schmutzer terdiri dari dua kategori, yaitu kategori hari biasa (Senin sampai Jumat) sebesar Rp 6.000 dan kategori hari libur (Sabtu sampai Minggu) sebesar Rp 7.500. Pada pusat primata Schmutzer terdapat tiga ekor gorilla jantan yang didatangkan dari kebun binatang Howletts, Inggris dan terdapat primata lainnya dari Indonesia maupun dunia. Selain itu, Schmutzer juga memiliki museum untuk menambah wawasan mengenai primata. Sekitar 1,9 ha dari luas lahan tersebut dibangun terowongan atau goa untuk mengenal berbagai

(41)

26

jenis orangutan. Segmen schmutzer ini juga merupakan bentuk wisata pendidikan lingkungan bagi pengunjung yang datang.

5.6.1.2 Gajah Tunggang

Gajah tunggang dikelola atau dimiliki oleh pihak Taman Margasatwa Ragunan. Menunggang gajah bisa menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi yang menungganginya. Satwa yang berukuran besar dan tinggi ini bisa sangat jinak bersama perawatnya sehingga bisa ditunggangi seperti naik kuda dengan maksimal orang yang menungganginya tiga orang. Atraksi ini buka hanya pada hari Minggu dan Libur Nasional saja dengan harga tiket Rp 7.500 per orang.

5.6.2 Segmentasi dengan Pengelolaan Bermitra

Segmentasi dengan pengelolaan bermitra dengan TMR diantaranya yaitu, Kereta Keliling dan Pentas Satwa.

5.6.2.1 Kereta Keliling

Berkeliling TMR dengan menggunakan kereta akan membuat pengunjung merasa nyaman, terutama bagi pengunjung yang membawa anak ataupun bagi pengunjung yang sudah lanjut usia. Kereta keliling akan mengantar pengunjung berkeliling TMR dengan sesekali berjumpa dengan satwa di sepanjang rute yang dilalui. Kereta keliling dapat dikunjungi setiap hari dengan harga Rp 7.500 per orang.

5.6.2.2 Pentas Satwa

Atraksi ini menampilkan empat ekor satwa kepada pengunjung yang dikemas dalam atraksi yang lucu dan mendidik melalui tingkah dari satwa-satwa ini. Empat satwa yang menampilkan atraksi yaitu kakatua yang bermain dengan gelang warna-warni, linsang pandai berhitung, beruang bisa bersepeda dan yang terakhir beruk yang bisa bersepeda. Atraksi ini selain untuk menghibur pengunjung yang datang juga bermanfaat meningkatkan pengetahuan anak-anak untuk mengenal warna dan belajar berhitung. Untuk atraksi ini buka setiap hari

(42)

27

kecuali pada hari jumat dengan harga tiket Rp 4.000 per orang pada pukul 09.00 sampai 15.00 WIB.

5.7 Karakteristik Responden Wisatawan

Responden dipilih dari keempat segmen yang sudah dipilih sesuai keterwakilan pengelolaan. Segmen yang dipilih yaitu segmen schmutzer, gajah tunggang, pentas satwa, dan kereta keliling. Jumlah responden ysng dipilih sebanyak 30 orang untuk setiap segmen. Karakteristik responden TMR dianalisis berdasarkan kondisi demografi dan karakteristik kunjungan.

5.7.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Demografi

Tabel 6 dapat dilihat karakteristik responden pengunjung TMR yang ada pada keempat segmen.

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan faktor sosial Karakteristik Schmutzer (%) Gajah Tunggang (%) Kereta Keliling (%) Pentas Satwa (%) Rata-rata (%) Jenis kelamin Pria 36,67 33,33 46,67 56,67 43,34 Wanita 63,33 66,67 53,33 43,33 56,66 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Usia 17-25 40,00 20,00 10,00 23,33 23,34 26-34 33,34 33,34 56,67 46,67 42,50 35-43 20,00 30,00 26,67 26,67 25,83 44-52 3,33 13,33 3,33 3,33 5,83 >52 3,33 3,33 3,33 0,00 2,49 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Jumlah anak Ikut 76,20 87,80 77,14 86,05 81,80 Tidak 23,80 12,20 22,86 13,95 18,20 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Status Menikah 60,00 90,00 93,33 73,33 79,16 Belum menikah 40,00 10,00 6,67 26,67 20,84 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Pendidikan SD 6,67 10,00 3,33 0,00 5,00 SMP 0,00 16,67 13,34 16,67 11,67 SMA 53,33 40,00 33,33 46,67 43,34

(43)

28 Karakteristik Schmutzer (%) Gajah Tunggang (%) Kereta Keliling (%) Pentas Satwa (%) Rata-rata (%) Diploma 16,67 3,33 10,00 13,33 10,83 S1 23,33 30,00 40,00 23,33 29,16 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Pekerjaan Mahasiswa 20,00 3,33 0,00 10,00 8,34 Wiraswasta 6,67 20,00 16,67 13,34 14,17 PNS 10,00 10,00 0,00 10,00 7,50 Pegawai swasta 36,67 16,67 23,33 33,33 27,50 Ibu rumah tangga 13,33 30,00 23,33 6,67 18,33 Lainnya 13,33 20,00 36,67 26,66 24,16 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Pendapatan < 500.000,00 3,33 3,33 0,00 0,00 1,66 500.000,00 -2.500.000,00 56,67 56,67 50,00 46,67 52,50 2.500.000,01 -4.500.000,00 26,67 23,33 16,67 36,67 25,84 >4.500.000,00 13,33 16,.67 33,33 16,66 20,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Anggota Keluarga ≤2 orang 0,00 10,00 6,67 3,33 5,00 3 orang 30,00 20,00 43,33 30,00 30,84 4 orang 26,67 36,67 26,67 46,67 34,17 5 orang 23,33 20,00 13,33 16,67 18,33 >5 orang 20,00 13,33 10,00 3,33 11,66 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Daerah Asal Jakarta 50,00 46,67 56,67 63,33 54,17 Bogor 10,00 0,00 0,00 3,34 3,34 Depok 6,67 10,00 13,33 13,33 10,83 Tangerang 6,67 16,67 13,33 13,33 12,50 Bekasi 10,00 10,00 3,34 0,00 5,83 Lainnya 16,66 16,66 13,33 6,67 13,33 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Data primer 2013

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat responden yang datang ke TMR rata-rata adalah masyarakat lokal yaitu masyarakat Kota Jakarta sebesar 54,17%. Hal ini dikarenakan jarak tempuh Kota Jakarta dengan lokasi relatif dekat dibandingkan dengan kota lain yang jarak tempuhnya cukup jauh. Pada Tabel 6 juga menyatakan bahwa hampir 27,50% responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta dengan latar belakang pendidikan rata-rata adalah lulusan SMA

(44)

29

yaitu sebesar 43,34% dengan pendapatan Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 2.500.000,00.

Rata-rata hampir 50% responden berusia 26-34 tahun dan sebagian besar sudah menikah. Pasangan yang sudah menikah di TMR banyak membawa anak untuk berwisata ke TMR guna memperkenalkan satwa kepada anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa TMR dapat memberikan pendidikan lingkungan bagi anak-anak sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai kawasan konservasi ex-situ.

5.7.2 Karakteristik Kunjungan

Selain karakteristik demografi responden, karakteristik kunjungan responden ke TMR juga dikaji. Karakteristik kunjungan dilihat dari empat segmen. Pada Tabel 7 dapat dilihat karakteristik kunjungan responden TMR dari empat segmen.

Tabel 7 Karakteristik kunjungan responden TMR Tahun 2012 Karakterstik Schmutzer (%) Gajah Tunggang (%) Kereta Keliling (%) Pentas Satwa (%) Rata-rata (%) Frekuensi Kunjungan dalam satu tahun terakhir 1 kali 53,33 53,33 43,33 36,67 46,66 2 kali 30,00 20,00 30,00 33,33 28,34 3 kali 10,00 10,00 6,67 13,33 10,00 4 kali 0,00 3,34 3,33 3,34 2,50 >4 kali 6,67 13,33 16,67 13,33 12,50 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100.00 100,00 Motivasi Kunjungan Wisata 93,75 90,90 76,92 93,75 88,84 Pendidikan 6,25 9,10 10,26 6,25 7,96 Gathering 0,00 0,00 12,82 0,00 3,20 Penelitian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Hari Berkunjung Hari Biasa 22,22 2,44 24,44 9,61 14,68 Hari Sabtu 37,78 7,32 26,67 25,00 24,19 Hari minggu 33,33 70,73 40,00 42,31 46,59

(45)

30 Karakterstik Schmutzer (%) Gajah Tunggang (%) Kereta Keliling (%) Pentas Satwa (%) Rata-rata (%) Hari Libur Nasional 6,67 19,51 8,89 23,08 14,54 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keinginan Kembali Ya 90,00 100,00 96,67 100,00 96,67 Tidak 10,00 0,00 3,33 0,00 3,33 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan: n = 30 responden

Tabel 7 menunjukkan TMR telah menjadi salah satu tempat wisata yang diminati wisatawan. Hal ini dapat dilihat, lebih dari 50% wisatawan yang berkunjung ke TMR memiliki frekuensi kunjungan lebih dari satu kali dalam setahun. Hal tersebut didukung oleh 96,67% responden yang mengatakan bahwa mereka ingin kembali berkunjung. Alasan keinginan kembali berkunjung ke TMR adalah ingin memberikan liburan kepada anaknya.

Berdasarkan Tabel 7, sebesar 88,84% motivasi kunjungan responden adalah melakukan wisata yang dilakukan pada waktu liburan, yaitu hari sabtu dan minggu. Hal ini dikarenakan pada hari tersebut merupakan waktu yang cukup baik untuk mengajak liburan anak-anak.

(46)

31

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Daya Dukung Kawasan

Perhitungan daya dukung kawasan perlu dilakukan agar pengembangan wisata kedepannya tidak menurunkan kondisi fisik dan mutu lingkungannya. Hal ini juga berlaku terhadap segmentasi yang ada didalam TMR karena segmentasi tersebut merupakan salah satu cara untuk membagi atau memecah pengunjung ke beberapa titik agar tidak terlalu penuh. Guna menghitung daya dukung kawasan disetiap segmen perlu dihitung daya dukung kawasan untuk setiap aktivitas wisata yang dilakukan oleh wisatawan di areal segmen tersebut. Pada penielitian ini daya dukung kawasan dihitung di empat segmen, yaitu segmen Schmutzer, gajah tunggang, kereta keliling dan pentas satwa. Perhitungan daya dukung kawasan per aktivitas memerlukan data luas dan waktu yang disediakan oleh pengelola untuk aktivitas tersebut, serta luas dan waktu yang diperlukan pengunjung berdasarkan preferensi dominan.

6.1.1 Segmen Schmutzer

Pada segmen ini, terdapat beberapa kegiatan wisata yang bisa dilakukan, antara lain jalan santai mengelilingi Schmutzer dan duduk santai. Untuk mengetahui daya dukung kawasan di segmen Schmutzer, perlu diketahui terlebih dahulu daya dukung setiap kegiatan wisata di segmen Schmutzer.

6.1.1.1 Jalan-Jalan Keliling Schmutzer

Pengunjung yang datang ke TMR rata-rata akan mengunjungi Schmutzer. Hal ini dikarenakan Schmutzer merupakan salah satu icon dari TMR. Salah satu hal yang dapat dilakukan di Schmutzer adalah berjalan mengelilingi Schmutzer dengan jalan setapak yang disediakan pengelola sambil melihat satwa. Data luas areal yang diperlukan untuk melakukan aktivitas mengelilingi Schmutzer didekati dari daya tampung jalan setapak berdasarkan panjang jalan setapak tersebut. Jalan setapak yang disediakan oleh pengelola memiliki panjang sekitar 3.000 m dengan panjang areal preferensi dominan pengunjung yang dibutuhkan adalah 5 m dan didapat daya dukung sebesar 600. Sementara itu, waktu buka schmutzer adalah 7

(47)

32

jam atau 420 menit dengan waktu dominan preferensi pengunjung yang dibutuhkan adalah 60 menit, sehingga memiliki daya tampung atau daya dukung kawasan 4.200 orang per hari.

6.1.1.2 Duduk Santai di Segmen Schmutzer

Duduk santai merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan di Schmutzer. Pengunjung biasanya akan duduk ketika mereka merasa lelah setelah melihat satwa atau berjalan mengelilingi schmutzer. Tempat duduk yang disediakan di schmutzer sangat banyak dan beragam jenisnya. Disekitar gorilla terdapat dua jenis bangku yang dapat ditemui, yaitu bentuk melingkar dan persegi panjang.

Menghitung daya dukung wisata duduk santai diperlukan informasi luas tempat duduk dan waktu yang disediakan oleh pengelola serta luas tempat duduk dan waktu berdasarkan preferensi dominan pengunjung per individu. Data luas areal yang diperlukan pengunjung untuk melakukan aktivitas duduk santai didekati dari daya tampung tempat duduk berdasarkan panjang tempat duduk. Tabel 8 menyajikan perhitungan daya dukung di segmen Schmutzer.

Tabel 8 Daya dukung di segmen Schmutzer

Aktivitas wisata Pengelola Pengunjung DDK/ hari (orang) e= a/cxb/d Hari buka/ tahun f DDK/ Tahun g= e x f Luas (m) a Waktu (menit) b Luas (m) c Waktu (menit) d Jalan-jalan (A) 3.000 420 4 60 5.250 366 1.921.500 Duduk santai a. goa 1 1,9 420 1 10 84 366 30.744 b. goa 2 12,0 420 1 10 504 366 184.464 c. goa 3 5,0 420 1 10 210 366 76.860 d. goa 4 4,0 420 1 10 168 366 61.488 e. taman 1 8,0 420 1 10 336 366 122.976 f. taman 2 4,0 420 1 10 168 366 61.488 g. depan gorilla 1 24,0 420 1 10 1.008 366 368.928 h. depan gorilla 2 3,0 420 1 10 126 366 46.116 i. bawah jembatan 2,0 420 1 10 84 366 30.744 Jumlah (B) 2.688 983.808 total (A+B) 7.938 2.905.308

(48)

33

Di dalam terowongan atau goa orangutan terdapat macam-macam ukuran tempat duduk, yaitu ukuran 0,5 m dan 0,3 m yang dapat diduduki satu orang, 1,9 m dan 1,17 m, selebihnya tempat duduk juga terdapat di bawah jembatan dan taman. Berdasarkan pengelola, schmutzer buka pukul 09.00 sampai pukul 16.00, sehingga kegiatan duduk santai ini diberikan pengelola selama 7 jam atau 420 menit per hari dengan rata-rata kebutuhan individu yang berbeda-beda. Dari semua tempat duduk yang ada di schmutzer didapat daya dukung kawasan per harinya sebanyak 2.688 orang dan daya dukung kawasan schmutzer sebanyak 7.938 orang. Perhitungan daya dukung kawasan di segmen Schmutzer secara rinci dapat dilihat di Lampiran 1.

6.1.2 Segmen Gajah Tunggang

Segmen ini adalah salah satu atraksi yang digemari anak-anak, dapat dilihat dari antusias pengunjung yang rela antri panjang untuk menunggangi gajah ini. Di segmen ini, selain menunggangi gajah disediakan pula tempat duduk panjang untuk duduk santai sebagai alternatif lain kegiatan wisata bagi orang tua yang menunggu anaknya ataupun yang telah menaiki gajah tunggang bersama anaknya.

6.1.2.1 Berkeliling dengan Gajah Tunggang

Waktu yang disediakan pengelola gajah tunggang yaitu 5 jam atau 300 menit, dengan waktu yang dibutuhkan individu untuk menunggangi per gajah sekitar 5 menit. Waktu tersebut dihitung dari pertama kali pengunjung akan menaiki gajah sampai pengunjung turun dari gajah. Data luas areal yang diperlukan pengunjung untuk melakukan aktivitas menunggangi gajah didekati dari daya tampung gajah berdasarkan jumlah gajah dan maksimal orang yang menunggangi gajah. Gajah yang disediakan pengelola ada empat ekor. Maksimal orang yang dapat menunggangi gajah adalah tiga orang termasuk pawang gajah yang mendampingi, sehingga didapat daya tampung atau daya dukung kawasan dari gajah tunggang adalah sebesar 720 orang per hari dengan asumsi keempat gajah tersebut berjalan bersamaan.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Taman Margasatwa
Gambar 2 Kesediaan membayar pengunjung terhadap   tarif masuk setiap segmen di TMR.

Referensi

Dokumen terkait

[A cikk részben az Europa ismertetését foglalja össze Toldy Ferenc A magyar költészet története cím ű munkájának német fordításáról, részben a következ ő

Onkologi /juga menjadi topik permasaalahan yang diangkat dalam pidato pengukuhan Guru Besar ini //. Kemajuan Onkologi anak di indonesia /khususnya di

[r]

Ilmu hadis adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang menghantarkan kepada pengetahuan tentang rāw ῑ (periwayat) dan marw ῑ (yang diriwayatkan), atau dapat

Pembangkit listrik tenaga nanohidro ini disebut dengan PLTNHP yang dapat digunakan sebagai sumber energi di saliran pipa air hujan perumahan maupun gedung,

Sesuai dengan Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, disebutkan bahwa perseroan yang bidang usahanya terkait dengan sumber daya alam diwajibkan

Perempuan mulai menunjukkan partisipasi aktifnya menjadi garda depan dalam aksi-aksi radikal, mereka memiliki kemungkinan yang sama besar dengan laki-laki dalam hal

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motor diesel satu silinder dengan berbagai macam rasio campuran biodiesel yaitu