A. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang sangat pesat dewasa ini, banyak bermunculan perusahaan-perusahaan baru, baik yang berskala kecil, menengah dan besar disegala sektor usaha. Pendirian-pendirian perusahaan baru tersebut pada umumnya mempunyai tujuan utama, yaitu untuk menghasilkan laba (provite motivate). Bentuk perusahaannya antara lain dapat berupa : PT, Firma, CV, atau
perusahaan perseorangan. Saat ini, persaingan bisnis di Indonesia sangatlah ketat, tidak heran jika banyak perusahaan yang tumbuh, berkembang dan sukses. Tetapi ada juga yang mengalami penurunan sampai gulung tikar.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam persaingan bisnis, salah satu yang dapat dilakukan manajemen yaitu harus mampu mengendalikan operasionalnya dengan baik. Karena jika terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan, akan mengakibatkan ketidakmampuan perusahaan ikut dalam kompetisi persaingan bisnis yang tidak mungkin berhenti, hingga akhirnya bangkrut. Pada dasarnya manajemen harus dapat memutuskan bagaimana mengelola sumber daya ekonomi sesuai dengan tujuan perusahaan. Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mencapai laba semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sumber daya ekonomi tersebut benar-benar digunakan secara efektif dan efisien.
Efektif berarti apabila sumber daya ekonomi tersebut benar-benar digunakan untuk tujuan perusahaan, yaitu untuk mencapai laba semaksimal mungkin. Sedangkan efisien berarti apabila sumber daya ekonomi tersebut bebas dari pemborosan.
1
Bagi perusahaan yang memiliki aktivitas operasional yang rumit dan kompleks senantiasa dihadapkan pada masalah-masalah manajemen sumber daya agar bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut manajer harus terampil dan mampu bekerja dengan cermat, perusahaan harus memadai untuk mengatasi persaingan dengan perusahaan competitor sejenis agar perusahaan dapat mencapai laba semaksimal mungkin. Tercapainya laba dicapai jika pendapatan melebihi total biaya yang dikeluarkan. Agar peningkatan pendapatan meningkat perusahaan harus menaikkan tingkat penjualannya untuk menaikkan tingkat penjualan tersebut, maka perusahaan harus merencanakannya terlebih dahulu, perencanaan itu dipakai sebagai pedoman dalam melakukan penjualan. Dalam menyusun perencanaan penjualan, manajemen membutuhkan informasi tentang pada tingkat penjualan berapa yang harus dicapai oleh perusahaan agar memperoleh laba atau pada tingkat penjualan berapa yang harus dicapai oleh perusahaan agar mencapai titik impas, atau pada tingkat penjualan berapakah perusahaan akan mendertia kerugian.
Dalam hal ini, salah satu alat bantu yang digunakan dalam manajemen adalah analisis break even point , yang merupakan bagian dari analisis biaya, volume, laba, yaitu suatu analisa yang memberikan informasi tentang berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian ataupun tidak mendapatkan keuntungan. Berdasarkan analisa manajemen ini, juga akan mengetahui berapa produk yang harus dijual untuk mencapai laba yang ditargetkan. Sehingga analisis break even point dapat berpengaruh atas peningkatan penjualan.
Salah satu tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu.
Besar kecilnya laba perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan. Laba dicapai jika pendapatan melebihi total biaya yang dikeluarkan. Agar pendapatan meningkat perusahaan harus menaikkan tingkat penjualannya. Untuk menaikkan penjualan tersebut, maka perusahaan harus merencanakannya terlebih dahulu. Perencanaan itu dipakai sebagai pedoman dalam melakukan penjualan.
Manajemen membutuhkan informasi dalam menyusun perencanaan penjualan, seperti pada tingkat penjualan berapa yang harus dicapai oleh perusahaan agar mencapai titik impas, atau pada tingkat penjualan berapa perusahaan akan menderita kerugian. Dalam hal ini, salah satu alat bantu yang digunakan manajemen adalah analisis Break Even Point (BEP), yang merupakan bagian dari analisis biaya- volume-laba. Analisis BEP adalah suatu analisis yang memberikan informasi tentang berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba. Dari analisis ini manajemen juga akan mengetahui berapa produk yang harus dijual untuk mencapai laba yang ditargetkan.
Selain itu Break Even Point (BEP) juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauhkah berkurangnya penjualan yang masih dapat ditoleransi agar perusahaan tidak menderita rugi dan juga untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh (Jumingan, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, sangat penting bagi seorang manajer untuk mengetahui Break Even Point perusahaan yang dipimpinnya. Dengan mengetahui Breakeven Point (titik impas) manajer perusahaan juga dapat menargetkan atau merencanakan jumlah penjualan produk agar memperoleh keuntungan tertentu. Dari informasi yang diperoleh, PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin belum menerapkan
analisis Break Even Point. Mengingat pentingnya Break Even Point sebagai salah satu alat bantu dalam perencanaan penjualan, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi dengan mengadakan penelitian dengan judul : “Analisis Break Even Point (BEP) Terhadap Peningkatan Penjualan pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
“Seberapa besar nilai penjualan yang harus dicapai pada titik Break Even Point”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah “Menganalisis nilai penjualan yang harus dicapai saat Break even Point.
Kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Kegunaan teoritis, untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan serta memperkaya ilmu pemasaran pada khususnya dan manajemen pada umumnya.
2. Kegunaan praktis, untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pihak perusahaan tentang pengaruh break even point (BEP) terhadap peningkatan penjualan mobil Toyota.
3. Sebagai bahan referensi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian yang sama mengenai promosi penjualan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan secara umum (dalam bahasa inggris disebut finance) mencakup tiga area yang saling berkaitan, yaitu perbankan dan pasar modal (money and capital markets atau macro finance), investasi (investments), dan manajemen
keuangan (financial management atau busisness finance). Manajemen keuangan adalah area yang berkaitan secara langsung dengan pengelolaan dana (financing and investing activities) dalam suatu perusahaan.
Materi penelitian di bidang ini mencakup keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan usaha mendapatkan dana (financing) dan menggunakan dana (investing) termasuk fungsi pemenuhan kebutuhan dana (pendanaan) sebagai usaha
untuk memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat – syarat yang paling menguntungkan, dan fungsi pendanaan sebagai usaha untuk menanamkan (to invest) setiap rupiah yang tersedia agar menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa efisiensi dan efektifitas pengelolaan dana (sumber penggunaan) adalah prinsip dalam manajemen keuangan.
Sedangkan ada beberapa sumber mengenai pengertian Manajemen Keuangan, diantaranya Menurut Horne dan Wachowichz (2005: 75), mengemukakan definisi Manajemen Keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan manajemen aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya. Menurut Darsono (2006), definisi Manajemen Keuangan adalah:
5
“Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya seefektif, seefesien dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba.” Menurut Farah Margaretha (2007: 29), definisi Manajemen Keuangan adalah “Proses pengambilan keputusan tentang aset, pembiayaan dari asset tersebut, dan pendistribusian dari seluruh cash flow yang potensial yang dihasilkan dari aset tadi.”
Moh. Benny (2009) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut:
1. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan, menggunakan, dan mengalokasikan dana tersebut.
2. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai teori dan ilmu pengetahuan tentang mengelola keuangan.
3. Manajemen keuangan dapat pula diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang investasi, pembelanjaan dan pengelolaan aset-aset dengan beberapa tujuan menyeluruh yang direncanakan.
2. Fungsi Manajemen Keuangan
Martono dan Harjito (2007) mengemukakan bahwa Manajemen Keuangan (financial Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala bentuk aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dana mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain Manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaiamana memproleh asset, mendanai asset, dan mengelola asset sesuai dengan tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut untuk melaksanakan fungsi keuangan diperlukan penentuan Keputusan Keuangan, yaitu :
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan Investasi merupakan keputusan terhadap aktivitas apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling panjang, karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu- waktu yang akan datang. Rentabilitas Investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. Keputusan Investasi dilakukan perusahaan dalam beberapa langkah, yaitu:
1) Manajer keuangan perlu menetapkan beberapa asset secara keseluruhan (total asset) yang diperlukan dalam perusahaan.
2) Dari asset yang diperlukan, perlu ditetapkan komposisi dari aset-aset tersebut, yaitu : berapa jumlah aktiva lancar (current asset) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed asset). Aktiva lancar dirinci kembali menjadi : berapa jumlah kas, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dirinci lagi misalnya berapa jumlah alat kantor, kendaraan, mesin, gedung, dan tanah.
3) Untuk mencapai pemanfaatan asset secara optimal, maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi tidak perlu dikurangi, dihilangkan, atau diganti dengan asset yang baru. Pengurangan asset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis tersebut diganti dengan asset yang baru, sehingga dapat menghemat biaya operasi.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan Pendanaan menyangkut beberapa hal, diantaranya :
1) Keputusan mengenai penetapan sumber daya yang diperlukan untuk membiayai investasi tersebut yang dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.
2) Penetapan tentang pertimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal yang optimum merupakan pertimbangan optimum hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstrem yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. Kekeliruan dalam pengambilan keputusan pendanaan akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal. Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah diterapkan karena sifatnya akan tetap selama umur hutang (obligasi) . sedangkan penentuan tentang dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham memerlukan kebijakan ( policy ) tersendiri.
3. Keputusan Pengelolaan Aktiva ( Asset Management Aktiva )
Manajer Keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu asset yang didanai. Misalnya, aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancarnya dan sebagian hutang jangka panjang.
Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan. Sedangkan asset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk mengurangi resiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan.
Selain itu, langkah utama yang perlu dilakukan adalah melaksanakan fungsi keuangan yang akhirnya diharapkan akan menjamin tercapainya tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Adapun fungsi tersebut adalah :
1. Fungsi Pengendalian Likuiditas ( Function Leading to Liquidity )
Sehubungan dengan usaha mencapai tujuan perusahaan maka manajer keuangan harus dapat menjaga dan memperbaiki likuiditas perusahaan. Untuk mencapai likuiditas yang tepat bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya, manajer keuangan harus melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1) Peramalan aliran kas ( Forecasting Cash Flow )
2) Mencari sumber dana ( Rising fund ), baik dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.
3) Penggunaan dana
2. Fungsi Pengendalian Laba ( Function Leading of Profitability )
Dalam usaha mencari laba, manajer keuangan dapat dianggap sebagai anggota penuh dalam manajemen perusahaan. Peran manajer keuangan
terutama adalah untuk memberikan data spesifik (sebagai input) dalam proses pengambilan keputusan.
Bila dikaitkan dengan tujuan ini, maka fungsi manajer keuangan meliputi hal- hal sebagai berikut :
1) Melakukan pengawasan atas biaya (cost control) 2) Menetapkan kebijakan harga ( pricing )
3) Meramalkan laba yang akan datang (forecasting future profits) 4) Mengukur atau menjajaki biaya modal kerja (measuring the cost of capital)
B. Biaya
1. Pengertian Biaya
Terjadinya biaya merupakan suatu akibat dari pengorbanan nilai-nilai produksi yang digunakan dalam proses produksi. Tidak selamanya pengorbanan dapat dianggap sebagai biaya, dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Mulyadi (2005) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah : “Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”.
Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Kholmi dan Yuningsih (2004:11) mengutip pengertian biaya menurut AICPA yaitu
Biaya adalah pengurangan pada aktiva netto sebagai akibat digunakannya jasa-jasa ekonomi unutk menciptakan penghasilan.
Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat sekarang atau di masa yang akan datang.
Menurut Carter dan Usry (2002:29), “Biaya didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain”.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan ekonomis atau pengeluaran-pengeluaran dari sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang, untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Klasifikasi Biaya
Menurut Mulyadi (2005:14), biaya dapat digolongkan menurut berikut : 1) Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran
Dalam cara ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yg berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
2) Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan
Pada perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
a) Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, biaya produksi dapat dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
b) Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c) Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3) Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
a) Biaya Langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
b) Biaya Tidak Langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
4) Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Menurut cara penggolongan ini, biaya dapat digolongkan menjadi empat, diantaranya:
a) Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
b) Biaya semi variabel, adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Dalam biaya semi variable mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c) Biaya semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d) Biaya tetap, adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya: biaya gaji direktur produksi.
5) Penggolongan Biaya Menurut Jangka Waktu Manfaatnya
Menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya:
pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva, biaya depresiasi, biaya amortisasi.
b) Pengeluaran pendapatan, adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Contohnya: biaya iklan, biaya tenaga kerja.
3. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya atau harga pokok merupakan suatu titik tertentu yang tidak boleh dilanggar apabila perusahaan tidak ingin mendapatkan kerugian. Biaya yang dijadikan pedoman-pedoman penetapan harga sebenarnya sangat banyak macamnya. Pada perusahaan industri atau produksi, biaya yang diperhitungkan mulai dari biaya-biaya produksi seperti biaya bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja langsung, biaya overhead dan sebagainya.
Kemudian dilanjutkan dengan biaya pemasaran, biaya umum, administrasi dan berbagai biaya yang dikeluarkan setelah barang selesai diproduksi dan sedang dalam tahap penyampaiannya ke tangan konsumen.
Pada perusahaan dagang baik sebagai wholesaler maupun retailer, biaya produksi tentunya tidak ada. Harga beli akan ditambah dengan biaya penyimpanan, biaya pengangkutan dan berbagai biaya lain yang dikeluarkan oleh wholesaler dan retailer (Asri, 1991).
Menurut perilakunya, biaya dapat dikelompokkan sebagai biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi perubahan tingkat aktivitas dalam suatu kisaran relevan (relevant range) tertentu. Jumlah biaya ini secara periodik tidak akan berubah karena adanya perubahan volume produksi di pabrik. Biaya variabel yaitu biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas.
Jumlah biaya variabel akan konstan pada tiap unit produk dan variabel secara total. Semakin besar volume aktivitas maka total biaya variabel akan semakin besar (Samryn, 2001). Penggolongan biaya usahatani berdasarkan fungsinya adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Produsen harus tetap membayarnya, berapa pun jumlah komoditas yang dihasilkan usahataninya. Sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah (Soekartawi, 2001).
C. Analisa Break Even Point
1. Pengertian Break Even Point
Untuk memproduksi barang ataupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh, dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan disamping hal lainnya. Agar perolehan laba mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu berapa titik impasnya, artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Menurut Bambang Riyanto (2011:359) Menyatakan bahwa :
“Analisa Break Even adalah suatu teknik analisa untuk mengetahui hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan Volume kegiatan”
Menurut Kasmir (2011:332) :
“Analisis titik Impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan”
Menurut Susan Irawati (2007:161) :
“Break even analysis merupakan teknik analisis yang mempelajari bagaimana pengaruh dari volume produksi atau volume penjualan yang berubah terhadap struktur biaya tetap dan biaya variabel serta tingkat hasil penjualan, sehingga pada ahirnya memiliki pengaruh terhadap tingkat rugi atau laba.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan pengertian break even point adalah suatu kondisi dimana perusahaan tidak untung dan tidak rugi dengan
menganalisa hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
2. Tujuan dan Kegunaan Break Even Point
Menurut Susan Irawati (2007:162) menyatakan tujuan dari analisis break even point :
a) Untuk menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai , jika perusahaan ingin mendapatkan laba.
b) untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau otomatisasi untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
c) untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi terhadap tingkat operasi atau kegiatan
d) Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk baru dalam hal biaya dan hasil penjualan.
Menurut Kasmir (2011:334) menyatakan kegunaan BEP adalah : a) mendesain spsifikasi produk
b) menentukan harga jual persatuan.
c) menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
d) memaksimalkan jumlah produksi
e) merencanakan tujuan yang diinginkan, dan f) tujuan lainnya.
3. Pengertian analisa Break Even Point
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Menurut Manullang (2005: 27), analisa break even point adalah “ Analisa Break even point adalah suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.”
Menurut Bastian dan Nurlela (2009: 39), analisa titik impas adalah “ Suatu cara atau tekhnik yang digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian ataupun tidak pula memperoleh laba.”
Menurut Sjahrial (2006: 42) analisa titik impas adalah :“ Analisa titik impas merupakan suatu tekhnik analisa yang mempelajari hubungan antara biaya - biaya tetap, biaya-biaya variabel dan laba perusahaan.”
Menurut Harahap (2008: 37), pengertian Break even yaitu :
“Suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi”.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa break even mempelajari hubungan antara, biaya keuntungan dan volume kegiatan,
dan dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakan perusahaan akan impas menutupi biaya-biaya. Dan suatu perusahaan dikatakan titik impas (break even point) yaitu apabila setelah disusun perhitungan laba-rugi untuk suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian.
4. Kegunaan analisa Break Even Point
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Sedangkan menurut Carter & Usry (2005) kegunaan Break Even bagi manajemen, yaitu :
1. Analisa Break Even dan Keputusan Penambahan Investasi
Hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau ivestasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan / penggantian aktiva tetap ini memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi ? atau apakah dengan penambahan / penggantian aktiva tetap ini akan menguntungkan bagi perusahaan ?. manajemen akan dapat memperkirakan kemungkinan penjualan yang dapat dicapai untuk menentukan kebijaksanaan pengeluaran akan investasi tersebut.
2. Kegunaan lain dari analisa Break Even bagi Manajer
bantuannya dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak (dapat memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja).
D. Metode Penghitungan Analisa Break Even Point
Dalam menghitung Titik Impas ( Break Even ) dapat dipergunakan tga pendekatan,yaitu:
1. Pendekatan Persamaan
Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini diturunkan dari laporan laba/rugi keuangan perusahaan, yaitu :
Laba = Total Pendapatan - (Total Biaya variable + Total Biaya Tetap) Atau
Total Pendapatan = Total Biaya Tetap – (Total Biaya Variabel + Laba)
Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persaman secara matematis dalam bentuk persamaan linear, sebagai berikut :
P = BT – (VC x P) + L P – (VC x P) = BT + L P = ( 1 – VC) = BT + L P = BT + L
1 – VC
Dalam keadaan Break Even, apabila laba sama dengan nol, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
BEP ( Rp ) = BT 1 - Vc P ATAU
BEP ( Q ) = BT Ps - Vs Dimana :
P = Total Penjualan BT = Total Biaya Tetap Vc = Biaya Variabel L = Laba
Ps = Penjualan Satuan Vs = Biaya Variabel satuan BT = Total Biaya Tetap
L = Laba
Vs = Biaya Variabel satuan
2. Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan marjin Kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi diperoleh dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya variabel, sehingga diperoleh marjn kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio sebagai berikut :
MK = P – VC MK rasio = MK : P maka :
BEP ( unit ) = FC BEP ( rp ) = BT MK / unit MK rasio dimana :
MK = Marjin Kontribusi P = Total Penjualan BEP (unit) = Titik Impas dlm unit BT = Biaya Tetap BEP (rp) = Titik Impas dlm rupiah VC = Biaya variabel
3. Pendekatan Grafik
Pendekatan Grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas (Break Even) digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total.
Langkah – langkah dalam pembuatan grafik break even point akan dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 1.
Contoh gambar titik impas
E. Kerangka Pikir
Untuk memperjelas rangka penelitian ini, berikut bagan kerangka pikir:
F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah “nilai penjualan telah mencapai pada titik Break Even Point”
.
PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin Makassar
Break Even Point (BEP)
Biaya Variabel Biaya Tetap Harga Jual
Peningkatan Penjualan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.
Adapun waktu penelitian selama kurang lebih 2 (dua) bulan.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer (primary data)
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung. Data primer dapat berupa hasil observasi terhadap suatu kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
2. Data Sekunder (secondary data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.
C. Definisi Operasional Variabel
Berikut ini variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Break even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.
24
2. Biaya tetap adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya: biaya gaji direktur produksi.
3. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Tabel 1
Variabel Penelitian
No. Variabel Defenisi Operasional Indikator 1. Break even point suatu keadaan dimana
perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi
Untuk mengetahui tingkat keadaan suatu laba perusahaan.
2. Biaya tetap biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya: biaya gaji direktur produksi
Untuk mengetahui penggunaan biaya tetap perusahaan.
3. Biaya variabel biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan
Untuk mengetahui penggunaan biaya berdasarkan perubahan volume kegiatan.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang analisis deskriptif kuantitatif, metode ini berusaha menganalisa suatu pokok permasalahan yang nantinya akan memberikan suatu gambaran dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui batas volume penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak rugi dan memperoleh laba sesuai dengan yang direncanakan, metode Perhitungan Break Even Point
Formulasi perhitungan titik impas secara sederhana dapat disusun dari persamaan berikut :
BEP (Rp ) = Biaya tetap
1 – ( biaya variabel / harga jual )
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1952 Hadji Kalla dan Hajjah Athirah membangun NV. Hadji Kalla Trading Company yang bergerak dibidang ekspor impor. Perusahaan PT.
Hadji Kalla di Makassar didirikan pada tanggal 18 Oktober 1952 berdasarkan akte pendirian nomor 31 dihadapan akta notaris Meester Jan Philippus deKorte.
Pengesahan dilakukan lewat berita acara Endang Soelianti dengan akte nomor 34 tanggal 26 Mei 1997. Seiring dengan perputaran waktu maka perusahaan ini telah berkembang hingga ke generasi berikutnya. Pada awalnya perusahaan ini hanya memeiliki beberapa orang karyawan dan saat ini sudah mencapai ribuan jumlahnya.
Berawal dari satu perusahaan kini telah menjadi grup tangguh Grup Hadji Kalla.
Insya Allah puluhan bahkan ratusan tahun mendatang tetap berkembang bersama masyarakat.
Berpengalaman lebih dari setengah abad dalam bisnis, membuat kami semakin matang dan percaya diri serta mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan pemerintah. Bisnis kami adalah melayani dan membangun infrastruktur. Mulai bisnis mobil, transportasi darat, pelayanan, jalan raya, jembatan, bandar udara, dan peralatannya, membuat alat-alat peralatan jalan, perlistrikan aspal serta agro industri.
Melalui pembangunan infrastruktur yang luas, kami yakin, Indonesia akan berkembang dengan pesat. Kami lahir dan berkembang di Indonesia Bagian Timur, karenanya kami merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang paling mengenal
27
wilayah ini. Dengan tetap mengharapkan Taufik dan Hidayah Allah SWT, serta bekerja secara profesional, kami siap bekerjasama untuk membangun negeri tercinta.
Pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah Kalla, mengawali usahanya di bidang perdagangan tekstil di Kota Watampone dan Makassar melalui NV Hadji Kalla Trading Company yang didirikan pada tanggal 18 Oktober 1952. Lewat kerja keras yang tidak kenal lelah, Hadji kalla berhasil mengembangkan usahanya dalam berbagai bidang yang kemudian disatukan di bawah bendera Grup Hadji Kalla.
Sejak tahun 1982, Grup Hadji Kalla dipimpin oleh Muhammad Yusuf Kalla.
Untuk kawasan Indonesia Timur, Grup Hadji Kalla merupakan kelompok usaha yang paling menonjol. Kendali usaha dipusatkan di Makassar sedangkan operasionalnya meliputi seluruh wilayah Sulawesi dengan tiga bidang usaha utama : Otomotif, perdagangan dan konstruksi. Grup Hadji kalla juga mengerjakan proyek-proyek untuk kawasan Indonesia Timur, khususnya yang berkaitan dengan infrastruktur.
Inilah perusahaan induk yang menaungi Grup Hadji kalla, berdiri pada tahun 1952 dan bergerak disektor otomotif serta perdagangan. Tahun 1969 PT. Hadji Kalla menjadi agen tunggal pemasaran mobil Toyota untuk daerah Sulawesi Selatan, tengah dan tenggara. Berkat prestasi yang dicapainya dalam penjualan kendaraan penumpang dan komersial, perusahaan ini sering memperoleh Trippe Grown Award, dari Toyota Corporation, Jepang, Market Sharenya pun tertinggi melampaui wilayah lain di Indonesia.
Melalui cabang yang terbesar di seluruh Sulawesi. PT. Hadji Kalla menerapkan standar Toyota dalam beroperasi meliputi penjualan, servis dan penyediaan suku cadang atau yang lazim disebut 3S – sales, servis, spare parts.
Bidang usaha lainnya adalah penyewaan mobil di beberapa wilayah Indonesia serta perdagangan umum impor maupun ekspor.
Dengan adanya laju perkembangan yang pesat, maka pada tahun 1973 NV.
Hadji Kalla membuka kantor utama yang terletak di jalan Hos Cokroaminoto No. 27 Makassar.
Produk utama yang diperdagangkan oleh PT. Hadji Kalla sampai saat ini adalah mobil merk Toyota dan merupakan penyalur tunggal untuk daerah pemasaran Sulawesi yang merupakan salah satu dealer dari PT. Toyota Astra Motor yang berkedudukan di Jakarta.
PT. Hadji Kalla hingga kini telah mempunyai cabang/perwakilan dalam memasarkan mobil merk Toyota. Cabang atau perwakilan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Cabang Jakarta 2. Cabang Kendari 3. Cabang Palu 4. Cabang Pare-pare 5. Perwakilan Sidrap 6. Perwakilan Pinrang 7. Perwakilan Soppeng 8. Perwakilan Polmas 9. Perwakilan Palopo 10.Perwakilan Sengkang
Sejalan dengan kemajuan yang diraihnya PT. Hadji Kalla di Makassar telah melebarkan sayapnya dengan membuka berbagai anak perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Tahun 1971, didirikan PT. Bumi Karsa yang berkedudukan di Makassar yang bergerak dalam bidang konstruksi dan perlengkapannya.
2. Tahun 1973, didirikan PT. Bhakti Centre Baru, Makassar yang bergerak dalam bidang percetakan, penjilidan dan penjualan buku-buku (toko buku)
3. Tahun 1975, didirikan PT. EMKL Hadji Kalla Raya yang bergerak dalam bidang ekspedisi muatan kapal laut.
4. Tahun 1977, didirikan PT. Bukaka Agro yang bergerak dalam usaha pengadaan makanan ternak, makanan ikan dan makanan udang.
5. Tahun 1979, didirikan PT. Bukaka Meat di Makassar yang bergerak dalam bidang pemotongan hewan.
6. Tahun 1980, didirikan PT. Bukaka Teknik Utama di Jakarta yang bergerak dalam bidang pembuatan alat-alat berat, seperti traller, konstruksi bangunan, asphalt mixing plant, dan lain-lain.
7. Tahun 1984, didirikan PT. Bumi Rama Nusantara di Makassar yang bergerak dalam bidang pemecahan batu (stone crulsher).
8. Tahun 1985, didirikan PT. Makassar Raya Motor di Makassar yang bergerak dalam bidang penjualan mobil merk Grand Kijang Innova, Isuzu dan Nissan Truck, untuk daerah pemasaran Sulawesi.
9. Tahun 1991, didirikan PT. Kalla Lines yang bergerak dalam bidang pengangkutan penumpang kapal laut.
10. Tahun 1996, didirikan PT. Kalla Electrical System yang bergerak dalam bidang pembuatan transformator.
11. Tahun 1995, tanggal 9 Juni PT. Kalla Inti Karsa (KIK) bergerak kontraktor developer, real estate mendirikan bangunan pusat pembelajaan.
12. Tahun 1993, tanggal 16 Juni PT. Sahid Makassar bergerak di bidang perhotelan.
13. Tahun 1992, tanggal 27 Mei PT. Baruga Asri Nusa bergerak di bidang developer.
Sejalan dengan prospek usaha yang dikelolah oleh NV. Hadji Kalla, maka pada tahun 1994 berubah dari NV. Hadji Kalla menjadi PT. Hadji Kalla yang sesuai dengan Akte Notaris Endang Soelianti, Sarjana Hukum dengan No 34.
B. Struktur Organisasi PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin
Untuk memperlancar kegiatan perusahaan dalam proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, maka perlu adanya pembagian tugas yang jelas. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya saling tumpang tindih dalam melaksanakan tugas karyawan. Oleh karena itu, perlu diusahakan terciptanya suatu team kerja yang kompak, saling membantu dan saling menunjang satu sama lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai upaya mempercepat tercapainya tujuan perusahaan.
PT. Hadji Kalla di Makassar memakai struktur organisasi yang berbentuk lini dan staf. Pimpinan dalam menjalankan tugas atau dalam mengelola perusahaan dibantu oleh pejabat lini dan staf.
Pejabat lini ini terdiri dari Manajer Divisi Toyota, Manajer Divisi Keuangan, Manajer Divisi Perdagangan Umum serta Manajer Devisi Administrasi Umum dan
Personalia, Pejabat staf terdiri dari bagian perencanan perusahaan dan pengawasan intern (Corporate Planning and Internal Audit) serta sekretaris perusahaan.
Di samping itu, tiap-tiap devisi dilengkapi pula dengan bagian-bagian sebagai berikut :
1. Devisi Toyota, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu : a. Bagian penjualan (Toyota Sales)
b. Bagian suku cadang (Toyota spare Part) c. Bagian bengkel dan jasa (Toyota Service) 2. Divisi Keuangan, yang terdiri atas :
a. Keuangan
b. Pembukuan/Akuntansi c. Kredit
3. Divisi Perdagangan Umum/Alperkost, yang terdiri dari : a. Perdagangan Umum
b. Alperkost (Alat-alat Pertanian dan Konstruksi)
4. Divisi Administrasi Umum dan Personalia, yang terdiri dari : a. Administrasi
b. Personalia c. Rumah Tangga
C. Uraian Tugas
Adapun kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Branch Manager
Tugas dan tanggungjawab
a. Mengelola dan memantau pelaksanaan operasi cabang yang meliputi
penjualan unit, spare part, servis, administrasi, dan keuangan, serta mengelola pelanggan.
b. Mencapai target yang telah ditetapkan.
c. Melakukan pengembangan relasi bisnis yang sudah ada, dan mengembangkan bisnis baru.
2. SALES SUPERVISOR Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab untuk delivery kendaraan yang telah dijual kepada pelanggan.
b. Memantau hasil kerja salesman, dan menyiapkan suatu petunjuk (guidance) sebagai solusi terhadap masalah yang sering dihadapi.
c. Melakukan supervisi dan koordinasi antara salesman dan counter untuk mencapai target penjualan.
3. SALESMAN
Peran & Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab untuk mencapai target penjualan yang telah ditetapkan.
b. Memelihara dan melayani pelanggan, dan mengembangkan bisnis baru pada kesempatan mendatang.
c. Memelihara aktivitas kunjungan harian termasuk pengisian angket penjualan.
d. Menyediakan pelayanan purna jual seperti penyelesaian dokumen-dokumen (STNK, BPKB, dll).
Deskripsi Pekerjaan
a. Melakukan prospecting, baik melalui kunjungan langsung ke calon pelanggan atau melalui telepon.
b. Menunjukkan sifat ramah, sopan santun, dan menarik dalam penawaran dan negosiasi, penutupan penjualan, penyerahan kendaraan, serta pelayanan purna jual.
c. Memberikan informasi yang cukup mengenai keadaan di luar perusahaan termasuk pasar, harga, dan pesaing.
d. Mencatat dan melaporkan semua keluhan pelanggan atas kendaraan yang telah dibeli.
4. SALES COUNTER Peran & Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab untuk mencapai target penjualan yang telah ditetapkan.
b. Memelihara dan melayani pelanggan, dan mengembangkan bisnis baru pada kesempatan mendatang.
c. Memelihara aktivitas kunjungan harian termasuk pengisian angket penjualan.
d. Menyediakan pelayanan purna jual seperti penyelesaian dokumen-dokumen (STNK, BPKB, dll).
5. SERVICE HEAD Tanggung Jawab
a. Menciptakan promosi bisnis servis dan pengembangan organisasiservis.
b. Membuat rencana kerja dan target tahunan.
c. Memonitor dan mengevaluasi aktivitas dan pencapaian target serta efisiensi stock.
d. Laporan performa bengkel customer relation (mengunjungi customer fleet user, dll).
e. Kolaborasi dengan bagian lain (sales, parts, dan administrasi).
f. Menangani keluhan (komplain) dan meningkatkan CS.
g. Mengevaluasi pekerjaan, memberikan masukan dan training untuk staff bengkel.
h. Mengelola personel bengkel.
i. Memelihara lingkungan.
j. Memberikan masukan untuk problem teknis.
k. Menginformasikan TI ke seluruh service personel.
6. PARTSMAN
Tugas dang tanggungjawabnya a. Penerimaan barang.
b. Penyimpanan barang.
c. Pengeluaran barang.
d. Menerima dokumen barang.
e. Menerima barang secara fisik.
f. Memeriksa barang yang diterima.
g. Perencanaan lokasi barang.
h. Sistem penomoran lokasi.
i. Penyimpanan barang.
j. Pengawasan penyimpanan barang (Location Control).
k. Mengambil barang dari lokasi.
l. Memeriksa barang yang diambil.
m. Menyerahkan / mengirim barang kepada pembeli.
7. SERVICE ADVISOR Tugas & Tanggung Jawab
a. Memelihara hubungan dengan pelanggan.
b. Perjanjian, penerimaan, menuliskan repair order, memonitor progres pekerjaan, final check, penjelasan saat penerimaan, follow up.
c. Proses dokumen.
d. Menjawab pertanyaan customer, menghandle komplain, dan sebagai konsultan masalah teknis.
e. Menyimpan file informasi pelanggan.
f. Melaksanakan aktifitas meningkatkan pelanggan untuk servis selanjutnya.
g. Membantu Service Head.
8. CONTROLLER
Tugas & Tanggung Jawab
a. Mengatur pembagian kerja kepada Teknisi.
b. Mencatat / menginput jam mulai dan jam selesai teknisi.
c. Mengalihkan pekerjaan teknisi ke pekerjaan lain apabila terjadi job stopage.
d. Menyimpan file pembagian kerja teknisi.
9. FOREMAN
Tugas & Tanggung Jawab
a. Menjaga area kerja bersih dan aman.
b. Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan efesiensi yang tinggi.
c. Menjaga fasilitas, peralatan dan manual (tester, tools, lift, repair manual, etc) dalam kondisi yang baik.
d. Self study mengenai Technical & Product Knowledge melalui fasilitas yang telah disediakan.
e. Membantu dan bertanggung jawab kepada Foreman.
10. TEKNISI
Tugas & Tanggung Jawab
a. Menjaga area kerja bersih dan aman.
b. Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan efesiensi yang tinggi.
c. Menjaga fasilitas, peralatan dan manual (tester, tools, lift, repair manual, etc) dalam kondisi yang baik.
d. Self study mengenai Technical & Product Knowledge melalui fasilitas yang telah disediakan.
e. Membantu dan bertanggung jawab kepada Foreman.
11. ADMINISTRATION HEAD Tugas & Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab untuk memelihara dan mengelola asset perusahaan baik asset fisik maupun asset keuangan perusahaan.
b. Bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengimplementasikan sistem administrasi yang sesuai dengan prosedur.
c. Bertanggung jawab untuk melakukan administrasi HRD dan GA.
12. ADM. PENJUALAN Tugas & Tanggung Jawab
a. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan administrasi penjualan unit, seperti pembuatan faktur, delivery order, dan pekerjaan administrasi lainnya di bidang pemesanan.
b. Menyusun laporan penjualan dan membuat statistik penjualan unit
berdasarsarkan angka-angka yang diperoleh dari counter sales dan salesman.
c. Menyelenggarakan sistem arsip yang memadai terutama dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang diperlukan di bagian penjualan.
d. Memberikan data atau informasi tentang tersedianya kendaraan yang diperlukan tepat pada waktunya dengan mempertimbangkan lamanya pengiriman kendaraan dari pusat atau TAM.
e. Mengawasi pelaksanaan pemesanan kendaraan ke pusat sesuai dengan rencana pemesanan yang telah disetujui serta melalui prosedur yang telah ditetapkan.
f. Memantau perkembangan pemesanan kendaraan dari saat pemesanan sampai dengan realisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Mengawasi administrasi hasil pelaksanaan pemesanan dan penjualan kendaraan.
h. Membuat dan menyerahkan laporan pemesanan dan penjualan kendaraaan tepat pada waktunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i. Melakukan tugas lain yang dibebankan oleh Kepala Cabang.
13. KASIR
Tugas & Tanggung Jawab
a. Melaksanakan pembayaran berdasarkan bukti-bukti pembayaran yang telah disetujui.
b. Menerima pembayaran dan membuat bukti penerimaan atas uang tunai/cek/bilyet giro dari pelanggan maupun dari pihak ketiga.
c. Menyetorkan uang tunai/cek/bilyet giro yang diterima paling lambat keesokan harinya.
d. Mengambil uang di bank untuk keperluan rutin.
e. Bertanggung jawab atas keamanan jumlah uang/cek/bilyet giro yang ada di cabang.
f. Berdasarkan daftar gaji/upah yang telah disetujui menyerahkan uang gaji/
upah ke atasannya.
g. Membuat dan melaporkan buku kas atau bank harian.
14. ADM BENGKEL
Tugas & Tanggung Jawab
a. Membuat invoice extern dan intern baik perorangan maupun pelanggan tetap.
b. Kontrol dan file Surat Perintah Kerja (SPK).
c. Membuat laporan penjualan, pembayaran, dan pembatalah harian ke ADH.
d. Kontrol laporan penjualan terhadap fisik invoice.
e. Kontrol kredit pelanggan, informasikan ke administrasi billing.
f. Membuat laporan pelanggan black list ke Service Advisor setiap bulan.
g. Mengirimkan informasi data kredit kepada pelanggan setiap bulan.
h. Membuat laporan outstanding (A/R) 3 kali sebulan (tanggal 1, 11, dan 21) kepada Administration Head.
15. PERSONALIA & GENERAL AFFAIR Tugas & Tanggung Jawab
a. Mengembangkan sistem administrasi yang memadai di bidang personalia (HRD) dan general afffair (GA) termasuk pengarsipan berkas-berkas pendukung sesuai dengan ketentuan yang ada.
b. Melakukan pengumpulan dan pengarsipan data karyawan cabang.
c. Membuat laporan rekapitulasi kehadiran karyawan cabang.
d. Membuat laporan rekapitulasi mengenai hal-hal yang berhubungan kepegawaian seperti cuti, sakit, dan tunjangan-tunjangan yang diatur oleh ketentutan perusahaan (seperti makan, transport, ataupun biaya operasional).
e. Melakukan pengadaan dan perawatan terhadap asset – asset perusahaan/
cabang seperti gedung, maupun peralatan lainnya yang berada di cabang.
f. Bertanggung jawab terhadap masalah keselamatan lingkungan kerja (Enviromental Health Safety).
g. Bertanggung jawab untuk pengadaan barang-barang inventaris yang berada di cabang.
h. Melakukan perijinan ataupun perpajakan seperti pajak reklame, spanduk ataupun hal lainnya.
16. BILLING & INVOICING Tugas & Tanggung Jawab
a. Meminta pembuatan faktur TAM ke pusat sesuai dengan permintaan bagian penjualan.
b. Meminta surat keterangan perubahan bentuk (modifikasi) dari bentuk asal ke pusat.
c. Membuka faktur penjualan atau delivery order sesuai dengan permintaan bagian penjualan.
d. Melaporkan kegiatan billing dan invoicing secara harian, mingguan maupun bulanan.
17. AKUNTING
Tugas & Tanggung Jawab
a. Membuat catatan harian atas transaksi-transaksi pengeluaran kas, penerimaan kas, pembelian, penjualan, dan transaksi penyesuaian.
b. Melakukan posting dari catatan harian atau jurnal ke dalam buku besar yang sesuai.
c. Melakukan posting dari bukti asli ke dalam buku pembantu yang sesuai.
d. Mencari saldo rekening neraca pada tanggal tertentu dan menjumlahkan nilai penjulan dan biaya-biaya selam satu periode yang berakhirnya sama dengan tanggal neraca dan disajikan dalam neraca saldo.
e. Membuat dan mencatat jurnal penyesuaian seperti depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak berwujud, retur pembelian, pemakaian persediaan bahan habis pakai.
f. Membuat laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba, laporan posisi perubahan, arus kas (cash flow) bulanan dan tahunan serta mengirimkan copynya ke pusat.
18. GUDANG & PDI
Tugas & Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran kendaraan sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.
b. Menjaga keamanan stock unit yang ada di gudang, meminimalkan keruaskan kendaraan yang disimpan dan mengoptimalkan penggunaan ruang
penyimpanan.
c. Membantu internal auditor dalam melaksanakan perhitungan fisik kendaraan yang ada di gudang.
d. Melaksanakan Predelivery Checking atas unit kendaraan yang akan keluar dari gudang.
e. Membuat laporan gudang secara harian, mingguan, maupun bulanan.
f. Bertanggung jawab terhadap pemasangan optional.
19. PENGURUS SURAT KENDARAAN Tugas & Tanggung Jawab
Mengurus pembuatan STNK, BPKB, dan pajak kendaraan sesuai dengan permintaan bagian penjualan.
.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pemisahan Biaya Semi Variabel kedalam Biaya Tetap dan Biaya Variabel Untuk menentukkan tingkat break even point maka terlebih dahulu memisahkan biaya semivariabel kedalam biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan metode least square. Hasil pemisahan biaya semivariabel ke dalam biaya tetap dan biaya variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1.
Rekapitulasi Seluruh Biaya ke dalam Biaya Tetap dan Biaya Variabel PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin Tahun 2014
Biaya Tetap Biaya Variabel
Rp 507.513.355.334 Rp. 1.898.214.816.608 Sumber : PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin, 2015.
a). Contribution Margin (CM)
Perhitungan margin kontribusi dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pendapatan yang tersisa setelah dikurangi dengan biaya variabel. Perhitungan tampak sebagai berikut:
Contribution Margin = Pendapatan – Biaya Variabel Total
= 2.809.851.307.439 - 1.898.214.816.608
= 911.636.490.831 Contribution Margin Ratio =
=
= 0,32 atau 32%
Berdasarkan perhitungan CM rasio maka produk yang diproduksi oleh perusahaan mampu memberikan kontribusi margin terhadap laba sebesar 32% terhadap perusahaan.
b) Analisis Break Even Point dengan Menggunakan Rumus Matematik
Langkah berikutnya setelah menghitung contribution margin ratio adalah menghitung break even point. Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan batas standar minimal suatu penjualan dan produksi yang diperkenankan pada perusahaan.
BEP (Rp ) = Biaya tetap
1 – ( biaya variabel / harga jual )
=
= Rp 1.566.399.244.858
Break even point (BEP) menunjukkan penjualan perusahaan tidak
mendapatkan laba maupun tidak mendapatkan rugi. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui break even point dalam rupiah sebesar Rp 1.566.399.244.858.
Apabila penjualan perusahaan kurang dari BEP maka perusahaan akan mengalami kerugian dan sebaliknya jika penjualan melebihi BEP maka perusahaan akan mendapatkan laba dapat dihitung dengan menggunakan data-data yang ada ada periode 2014.
c) Menentukan Perencanaan Penjualan Menggunakan Least Square Method tahun 2015, 2016 dan 2017
Perencanaan penjualan memiliki kegunaan yaitu sebagai dasar untuk menyusun anggaran unit yang akan diproduksi karena jumlah (unit) yang akan diproduksi oleh perusahaan ditentukan oleh berapa banyak perusahaan yang
bersangkutan mampu menjual produk tersebut. Perhitungan perencanaan penjualan menggunakan least square method lebih mudah dalam perhitungannya karena dianggap lebih sederhana dari metode lainnya. Syarat dalam menggunakan metode ini adalah x=0. Perencanaan penjualan pada tahun 2015 dapat dihitung dengan menggunakan data-data yang ada ada periode 2014.
Tabel 5.2.
Perencanaan Penjualan PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin periode 2015 Tahun Volume Penjualan
X X2 XY
(Y)
2013 1.880.411.473.916 -1 1 (1.880.411.473.916)
2014 2.102.383.741.532 0 0 -
2015 2.809.851.307.439 1 1 2.809.851.307.439
Total 6.792.646.522.887 0 2 929.439.833.523 Sumber : PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin, data diolah (2015).
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dihitung perencanaan penjualan tahun 2015 dengan formula sebagai berikut:
a =
=
= 2.264.215.507.629 b =
=
= 464.719.916.762
Jadi perencanaan penjualan untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp.464.719.916.762,-
Perencanaan penjualan pada tahun 2016 dapat dihitung dengan menggunakan data-data yang ada ada periode 2015 Disajikan pada tabel berikut
Tabel 5.3.
Perencanaan Penjualan PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin periode 2016 Tahun Volume Penjualan
X X2 XY
(Y)
2013 1.880.411.473.916 -2 4 (3.760.822.947.832) 2014 2.102.383.741.532 -1 1 (2.102.383.741.532) 2015 2.809.851.307.439 1 1 2.809.851.307.439 2016 3.658.375.257.915 2 4 7.316.750.515.830 Total 10.451.021.780.802 0 10 4.263.395.133.905 Sumber : PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin, data diolah (2015).
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dihitung perencanaan penjualan tahun 2016 dengan formula sebagai berikut:
a =
=
= 2.264.215.507.629 b =
=
= 426.339.513.381
Kemudian dihitung dalam persamaan y= a+bx maka diperoleh hasil:
Y = 2.612.755.445.201+ 426.339.513.381 Y = 2.612.755.445.201+ 426.339.513.381 (4)
= 4.318.113.498.723
Perencanaan penjualan pada tahun 2017 dapat dihitung dengan menggunakan data-data yang ada ada periode 2016 Disajikan pada tabel berikut
Tabel 5.4.
Perencanaan Penjualan PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin periode 2017
Tahun Volume Penjualan
X X2 XY
(Y)
2013 1.880.411.473.916 -2 4 (3.760.822.947.832) 2014 2.102.383.741.532 -1 1 (2.102.383.741.532)
2015 2.809.851.307.439 0 0 -
2016 3.658.375.257.915 1 1 3.658.375.257.915
2017 4.318.113.498.723 2 4 8.636.226.997.446
Total 14.769.135.279.525 0 10 6.431.395.565.997 Sumber : PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin, data diolah (2015).
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dihitung perencanaan penjualan tahun 2017 dengan formula sebagai berikut:
a =
=
= 2.953.827.055.905 b =
=
= 64.319.556.590
Kemudian dihitung dalam persamaan y= a+bx maka diperoleh hasil:
Y = 2.953.827.055.905+ 64.319.556.590 Y = 2.953.827.055.905+ 64.319.556.590 (5)
= 46.169.524.838.854
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya break even point (BEP) perusahaan PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin dapat meningkatkan penjualan karena perhitungan biaya sudah diklasifikasikan secara rinci. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti atau dapat diterima.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin Makassar tidak mengalami rugi dan tidak pula mendapatkan laba atau berada pada posisi impas sebesar Rp 1.566.399.244.858.
2. PT. Hadji Kalla Cab. Alauddin dapat melakukan perencanaan penjualan pada tahun 2015 sebesar Rp 3.658.375.257.915, pada tahun 2016 sebesar Rp.4.318.113.498.723 dan pada tahun 2017 sebesar Rp 6.169.524.838.854.
dengan margin of safety atau batas keamanan sebesar 44%.
B. Saran
Kelemahan dari BEP adalah harga jual per unit maupun variabel operating cost per unit tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan, Kelemahan kedua dari analisis break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya biaya semi variabel. Pemisahan biaya semi variabel memerlukan adanya ketelitian dan pemahaman tentang biaya-biaya yang ada dan sifat dari biaya tersebut apakah termasuk dalam biaya tetap atau variabel.
49
DAFTAR PUSTAKA
Asep, Majid. (2007). Peranan Break Even Point Sebagai Salah Satu Alat Bantu Manajemen Terhadap Perolehan Laba Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII
Bastian Bustami & Nurlela. 2006. Akutansi Biaya, Graha Ilmu, Edisi Pertama. 2009.
Akutansi Biaya. Mitra Wacana Media, Edisi Pertama, Jakarta
Freddy Rangkuti. 2006. Bussiness Plan Tekhnik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Marihot Manullang dan Dearlina Sinaga. 2005. Pengntar Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta
Moh, Benny Alexandri. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis Teori dan Soal, Alfa Beta, Bandung.
Mohamad Muslich. 2007. Manajemen Keuangan Modern Analisis Perencanaan dan Kebijaksanaan, Bumi Aksara, Jakarta
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. 2006. Teori Ekonomi Mikro, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Sofyan Syafri Harahap. 2008. Teori Akutansi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sutrisno. 2005. Manajemen Keuangan : Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Wlliam K Carter & Milton F. Usry. 2005. Akutansi Biaya, Buku 2, Cost Accounting 13th
edition, Salemba Empat, Jakarta.