• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI DESA BONTO TALLASA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI DESA BONTO TALLASA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI DESA BONTO TALLASA KECAMATAN

ULUERE KABUPATEN BANTAENG

RAHMAT ARGIANSYAH 105961113617

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI DESA BONTO TALLASA KECAMATAN ULUERE

KABUPATEN BANTAENG

RAHMAT ARGIANSYAH 105961113617

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Faktor- Faktor Produksi Usahatani Jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 08 Januari 2022

Rahmat Argiansyah

(6)

vi ABSTRAK

RAHMAT ARGIANSYAH.105961113617. Analisis Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

Dibimbing oleh AMRUDDIN dan KHAERIYAH DARWIS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Untuk mengetahui faktor yang paling signifikan terhadap produksi uahatani jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan sampel acak sederhana (Simple random sampling) dimana yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung. Adapun jumlah populasi sebanyak 42 orang.

Nilai R Square adalah sebesar 0,970 yang artinya bahwa variabel Luas Lahan (X1), Benih (X2), Pupuk (X3), Pestisida (X4), serta Tenaga Kerja (X5) secara simultan berpengaruh terhadap variabel Produksi (Y) sebesar 97,0%. Hasil uji f didapatkan nilai signifikasi 0,00 artinya signifikan, f hitung yakni 232,737 > f tabel yakni 2,47 artinya signifikan secara simultan bersama-sama kelima variabel.

Hasil uji t asumsi luas lahan, pupuk dan tenaga kerja diterima sedangkan asumsi benih dan pestisida ditolak.

Kata Kunci: Usahatani, faktor produksi, jagung

(7)

vii ABSTRACT

RAHMAT ARGIANSYAH.105961113617. Analysis of Corn Farming Production Factors in Bonto Tallasa Village, Uluere District, Bantaeng Regency.

Supervised by AMRUDDIN and KHAERIYAH DARWIS.

This study aims to determine the factors that influence the production of corn farming in Bonto Tallasa Village, Uluere District, Bantaeng Regency. To find out the most significant factor on maize farm production in Bonto Tallasa Village, Uluere District, Bantaeng Regency.

This research was conducted in Bonto Tallasa Village, Uluere District, Bantaeng Regency. Determination of the sample in this study using a simple random sample (Simple random sampling) where the population in this study are corn farmers. The total population is 42 people. The value of R Square is 0.970, which means that the variables of Land Area (X1), Seeds (X2), Fertilizer (X3), Pesticides (X4), and Labor (X5) simultaneously affect the Production variable (Y) of 97.0 %. The results of the f test obtained a significance value of 0.00 which means it is significant, f count is 232.737 > f table which is 2.47 which means that it is simultaneously significant with the five variables. The results of the t-test assumption of land area, fertilizer and labor are accepted while the assumption of seeds and pesticides is rejected.

Keywords: Farming, production factors, corn

(8)

viii

KATA PENGANTAR

“Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh”

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si., selaku pembimbing I dan Khaeriyah Darwis, S.P., M.Si., selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat terselesaikan.

(9)

ix

4. Dr. Jumiati, S.P., M.M., selaku penguji I dan Ardi Rumallang, S.P., M.M., Selaku penguji II.

5. Kedua orangtua ayahanda Abd. Rasyid dan ibunda Sitti Aminah, dan adik Rinky Amin. Dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

7. Kepada pihak Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng, pemerintah Kecamatan Uluere khususnya kepala Desa Bonto Tallasa dan beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

8. Semua pihak yang telah mambantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Allah SWT senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Wassalam

Makassar, 15 April 2021

Rahmat Argiansyah

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Jagung Hibrida ... 7

2.2. Pengertian Usahatani ... 10

2.3. Definisi petani ... 11

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 13

(11)

xi

2.5. Fungsi Produksi Cobb-Douglass ... 15

2.6. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 17

2.7. Kerangka Pemikiran ... 18

III METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 20

3.3. Jenis dan Sumber Data... 21

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.5. Teknik Analisis Data ... 22

3.6. Definisi Operasional ... 23

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 24

4.1. Letak Geografis ... 24

4.2. Kondisi Demografis ... 26

4.3. Keadaan Pertanian ... 31

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Karakteristik Responden ... 32

5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Hibdrida Desa Bonto Tallasa ... 38

VI PENUTUP ... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 51

RIWAYAT HIDUP ... 62

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Data Luas Tanam Dan Produksi Jagung di Kabupaten Bantaeng Tahun

2019 – 2020 ... 4

2. Jumlah Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... 26

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

4. Jumlah Penduduk Tiap Dusun Berdasarkan Jenis Kelamin... 27

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 28

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 29

7. Sarana dan Prasarana Yang Terdapat di Desa Bonto Tallasa ... 30

8. Umur Responden Petani Jagung Desa Bonto Tallasa. ... 33

9. Jumlah Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bonto Tallasa .. 34

10. Pengalaman Usahatani Jagung Desa Bonto Tallasa ... 35

11. Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bonto Tallasa ... 36

12. Luas Lahan Responden Usahatani Jagung di Desa Bonto Tallasa ... 37

13. Uji Normalitas Menggunakan Metode Kolmogorov-Sminorv Test Faktor- Faktor Produksi Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa ... 40

14. Hasil Uji Multikolinearitas Faktor-Faktor Produksi Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa ... 41

15. Hasil Analisis Regresi R Square Faktor-Faktor Produksi Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa ... 42

16. Hasil Analisis Uji F Faktor-Faktor Produksi Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa. ... 42

17. Hasil Analisis Uji T Faktor-Faktor Produksi Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa. ... 43

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Produksi Usahatani Jagung

di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. ... 19 2. Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik P-Plot Faktor-Faktor Produksi

Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa ... 39

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 51

2. Peta Lokasi Penelitian ... 55

3. Identitas Responden ... 56

4. Data Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Hibrida ... 57

5. Rekapitulasi Data ... 58

6. Dokumentasi Penelitian ... 60

7. Surat Izin Penelitian ... 61

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia ialah negara hortikultura yang mempunyai kekayaan alam yang sangat berbeda. Keadaan agroklimat di Indonesia sangat memungkinkan untuk berkembangnya produk-produk tropis dan sub-tropis pada ketinggian di suatu tempat dalam kisaran beberapa meter di atas permukaan laut. Produk agraria pedesaan (meliputi pertanian, tanaman pangan, peternakan, budidaya perikanan) dengan keanekaragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi dan dibentengi oleh kekayaan sosial yang sangat beragam memiliki peluang luar biasa untuk menjadi pilar ekonomi masyarakat (Ayu et al., 2017).

Pedesaan memiliki pekerjaan yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada pedesaan, tidak hanya itu kawasan hortikultura yang berperan penting sebagai sumber perdagangan asing bagi bangsa, memberdayakan pembangunan moneter dan memberikan pekerjaan ke daerah setempat. Wilayah agraria juga dapat dianggap sebagai pilar utama dalam mendukung ketahanan pangan negara, karena komitmen yang diberikan terhadap kebutuhan pangan sangat besar bagi masyarakat Indonesia. Kawasan hortikultura diandalkan untuk menjadi premis pengembangan keuangan masa depan bila diawasi dengan tepat.

Salah satu produk utama tanaman pangan di Indonesia selain beras adalah jagung, dimana minat jagung di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya hal ini

(16)

2 dikarenakan tingginya minat jagung untuk dimanfaatkan, baik sebagai bahan pangan maupun bahan pakan ternak (Eka, 2018).

Jagung merupakan sumber pati yang merupakan salah satu unsur pangan penting bagi daerah selain beras. Di Indonesia, selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan bahan mentah modern, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemanfaatan jagung itu sendiri terus berkembang, sementara aksesibilitasnya terbatas, dengan ini, penting untuk mengedepankan upaya membangun kreasi melalui perluasan lahan, penanaman dan perluasan kegunaan lahan tersebut (Kementrian Pertanian, 2014).

Perkembangan produksi jagung di Indonesia terus berkembang, diikuti dengan perluasan pengembangan luas panen daerah mulai sekitar tahun 2014- 2018 sekitar 11,13% setiap tahun, serta peningkatan efisiensi sebesar 1,57% setiap tahun. Berdasarkan Angka tekaan II BPS, produksi jagung tahun 2017 sebesar 27,95 juta ton, meningkat 10,53% dibandingkan tahun 2016 sebesar 21,50 juta ton. Ekspansi yang sedang berlangsung terjadi di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa masing-masing sebesar 0,46 juta ton dan 0,15 juta ton. Pada tahun 2018 diperkirakan produksi jagung publik akan menjadi 30 juta ton atau ekspansi 7,34% (Hendriadi, 2018).

Dikutip sumber sentraprodusen.com (2015) bahwa Indonesia mempunyai beberapa daerah yang menjadi fokus produksi jagung, yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

Apalagi ada beberapa daerah yang sangat menggembirakan atau mungkin bisa menopang kebutuhan jagung di dalam dan luar daerah seperti Gorontalo, Nusa

(17)

3 Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Keempat daerah ini terus ditingkatkan pengembangan tanaman jagung, yang tentunya untuk membangun stok kebutuhan jagung yang dibutuhkan (Aswinda, 2017).

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu penghasil jagung, dengan Luas wilayah di panen pada tahun 2007 sebesar 206.387 ha dengan hasil produksi 696.082 ton. Dengan demikian produktivitasnya mencapai 3,37 ton/ha (BPS Provinsi Sulawesi Selatan 2008). Hasil produktivitas ini masih rendah, mengingat kapasitas produksi jagung mencapai 4,5 – 10 ton/ha, bergantung pada kemampuan lahan dan inovasi kreasi yang diterapkan (Subandi, et al., 2006).

Terdapat dua wilayah yang tergabung sebagai penghasil produksi jagung di Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bantaeng dengan produksi 144.035 ton dan Kabupaten Bulukumba dengan produksi 135.758 ton (Biba, 2012). Tingkat penggunaan lahan kering untuk tanaman jagung Kabupaten Bantaeng terbilang mencapai 36,09 persen dengan rata-rata produksi mencapai 5,3 ton/ha. Kabupaten Bulukumba bisa mencapai 44,94 persen dan dengan produksi rata-rata 4,1 ton/ha.

Pemanfaatan lahan kering di daerah tersebut masih sangatlah sempit dibandingkan dengan lahan kering yang ada, artinya masih memiliki peluang besar ekspansi untuk menambah produksi jagung di Sulawesi Selatan.

Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu daerah pengembangan jagung di Sulawesi Selatan (Herawati dan Syafruddin, 2019). Produktivitas jagung Kabupaten Bantaeng pada tahun 2015 sekitar 5,79 ton/ha dengan luas panen 23.988 ha. Sedangkan produktivitas jagung Sulawesi Selatan 5,17 ton/ha dengan luas panen 295.155 ha (BPS, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas

(18)

4 jagung Kabupaten Bantaeng maupun Sulawesi Selatan secara keseluruhan masih rendah dibanding dengan potensi hasil varietas hibrida yang dapat mencapai 13 ton/ha (Aqil et al. 2012).

Berikut ini adalah data luas tanam dan produksi tanaman jagung di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 1.1. Data Luas Tanam dan Produksi Jagung di Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 - 2020

Kecamatan Luas Tanam (Ha) Produksi ton (Ha)

2019 2020 2019 2020

Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pa`jukukang Gantarangkeke

2.365 678 488 1.948 1.957 1.041 3.849 2.134

2.267 591 550 1.969 1.902 1.142 3.650 1.890

12.790 3.347 2.376 10.232 10.400 5.206 18.849 10.205

12.625 2.927 2.731 10.855 10.611 5.878 18.225

9.303

Jumlah 14.460 13.961 73.405 73.155

Sumber: BPS Kabupaten Bantaeng Dalam Angka, 2020

Tabel 1.1. Menunjukkan bahwa luas pertanaman jagung 2020 dibanding 2019 mengalami penurunan. Hal ini akibat banjir dan musim kemarau. Dampak banjir terhadap jumlah luas tanam terasa di Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Bantaeng. Sedangkan dampak kemarau terasa di Kecamatan Pa'jukukang dan Kecamatan Gantarangkeke.

Desa Bonto Tallasa merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng juga mayoritas petaninya menanam jagung saat musim hujan. Namun produksi petani jagung di Kabupaten Bantaeng menurun ditahun 2020. Hal ini disebabkan karena ada alih komoditi ke tanaman kacang tanah dan kacang hijau khususnya pertanaman jagung dilahan sawah pada MT

(19)

5 Agustus, September, Oktober. Sehingga tahun 2020 luas pertanaman jagung di Bantaeng menurun.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk memilih dan mengangkat Analisis Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat di kemukakan yakni:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng?

2. Faktor apa yang paling signifikan terhadap produksi usahatani jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

2. Untuk mengetahui faktor yang paling signifikan terhadap produksi usahatani jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

(20)

6 1.4. Kegunaan Penelitian

Adapunkegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menambah pemahaman dan pengalaman mahasiswa di lapangan dalam mengamati suatu masalah dan mempelajarinya untuk menyampaikan data informasi yang membutuhkan disekitarnya, juga merupakan salah satu syarat prodi agribisnis untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian (SP) Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Sebagaidata informasi dan bahan pemikiran bagi para petani jagung.

3. Hasilriset ini bisa diandalkan untuk menjadi bahan referensi untuk eksplorasi tambahan selanjutnya.

(21)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jagung Hibrida

Tumbuhan jagung (zea mays leaf) menjadi salah satu flora terpenting di planet ini, selain beras dan menjadi pangkal pati di negara south America, tanaman jagung pula merupakan makanan pokok pilihan benus AS. Sebagian wilayah Indonesia (misalnya di Nusa Tenggara serta Madura) pun mengonsumsi jagung bagaikan konsumsi utama. Selaku makanan utama, tanaman jagung pula dikembangkan serupa makanan ternakan yaitu daun dan tulang jagung, minyaknya ditarik pada bijinya lalu diproduksi menjadi tepung dari bijinya, dikenali sebagai serbuk putih jagung alias pati jagung, dan mentah. Tulang jagung alias tongkol melimpah akan pentosa, juga dimanfaatkan menjadi bahan organik furfural. Tanaman jagung yang sudah lama diperuntukan juga kini dijadikan bahan untuk membuat obat-obatan. Ada banyak penilaian dan hipotesis tentang awal mula tanaman jagung, namun para ahli secara keseluruhan setuju bahwa jagung berasal dari Amerika Selatan atau Amerika Tengah. Jagung umumnya identik dengan orang India, yang telah menggunakan jagung untuk makanan sejak lama (Iriany et all, 2011).

Pendapat Suprapto (1995), pengembangan tumbuhan jagung perlu kesiapan tanah lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, serta pemeliharaan seperti yang tersaji di bawah ini:

(22)

8 a. Kesiapan Lahan

Pengerjaan kesiapan tanah menjelang ditanami jagung diselesaikan sambil membajak sedalam 15-20 cm, serta penggemburan lahan cukup merata.

Hendaknya lahan tidak boleh terlalu berair tapi cukup basah, hingga tidak lengket dan gampang dikerja.

b. Penanaman

Sebelum ditanami, lahan harus sedikit basah dan tiada becekan. Sela-sela tumbuhan dijaga dengan konsisten sehingga cela pertumbuhan sama juga perawata tumbuhan mudah. Bibit jagung ditanami pada lubang-lubang yang kedalaman 3-5 cm, tiap bukaan dimasukkan 2-3 bibit jagung, setelah itu lubang-lubang tersebut ditutupi tanah.

c. Pemupukan

Tanaman jagung sangat butuh zat seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K). Zat nitrogen dimanfaatkan oleh jagung sewaktu masa tumbuhnya hingga perkembangan benih. Takaran pupuk urea yang dibutuhkan sebanyak 200-300 kg perhektar. Tumbuhan jagung pun harus di beri beban komponen hara P, takaran unsur fosfat TSP disarankan sebanyak 40-80 kg perhektar harus digunakan pupuk mendasar, bagian unsur K atau KCL kompos sekitar 50 kg/ha dipakai untuk pupuk mendasar. Zat unsur hara digunakan pada bukaan kiri atau bukaan kanan yang kedalamannya 10 cm dan jaraknya 7 cm.

d. Pemeliharaan

Langkah perawatan meliputi pembumbunan, pencabutan gulma, pangkas daunnya dan menganyam. Menganyam benih selama kurang lebih 1 pekan,

(23)

9 lalu lakukan pemangkasan tumbuhan jagung 2-3 pekan sesudah ditanam bersama-sama. Supaya tumbuhan jagung berkembang secara bagus, ladang tanaman perlu dibebaskan dari gulma. Pencabutan gulma terutama lakukanlah saat usia 15 hari setelah ditanam serta perhatikan supaya tidak menghalangi dan rusaknya akarnya jagung. Pencabutan gulma kedua dilakukan bersamaan penyiangan saat tempo pembumbunan supaya memperkuat pokok jagung serta membenahi, juga permudah aliran air. Kegiatan perawatan serupa adalah pemotongan daunnya.

e. Pengairan

Irigasi sangatlah berguna supaya tumbuhan terhindar dari lesu atau mati.

Aliran air dibutuhkan waktu ditanam, saat pembuahan (45-55 hari sesudah ditanam) serta benih terisi saat (60-80 hari sesudah ditanam). Jika irigasi lambat maka membuat daunnya jadi lesu atau mati. Didaerah yang intensitas hujannya deras, akan mendapatkan pengairan yang memadai.

Pendapat dari Suprapto (1995), bibit jagung persilangan (hibrida) adalah varietas unggulan terbuat dari persilangan benih galur murni (FO) dari dua benih terpilih, akan menikmati beberapa manfaat, termasuk daya produksi tinggi, perlindungan dari hama dan penyakit, umur panen lebih cepat, dan mudah beradaptasi terhadap berbagai jenis ketinggian tanah. Namun, bibit tersebut pula mempunyai kekurangan karena benih ini tiada cukup digunakan sebagai bibit lagi dikarena kan konsep keunggulan induk yang telah hilang.

Varietas hibrida adalah persilangan asli tertua disebut alur inbrida. Jenis ini bisa diformat kepada tumbuhan yang menyerbukan silang atau menyerbuk

(24)

10 individu. Jenis hibrida di Indonesia pertama diperhatikan pada tahun 1913, lalu diteruskan penelitian ditahun 1950-an. Jagung hibrida ini di Indonesia mulai dikirim saat ditahun 1983 dan dibuat oleh PT. BISI, khususnya varian C-1 berupa hibrida persilangan dipuncak. Kemudian, saat itu ditahun 1980-an PT. BISI mengirimkan CPI-1, Pioneer mengirim hibrida P-1 serta P-2, kemudian IPB mengirim IPB-4. Saat awal jagung persilangan (hibrida) dikirim di Indonesia ialah double cross hybrid disebut silang ganda, tetapi saat ini ada semakin melimpah keturunan persilangan tunggal atau individu. Persilangan tersebut memiliki peluang besar pengembalian dalam jumlah besar agregat tumbuhan yang makin serupa dari pada persilangan puncak atau persilangan ganda (Takdir, dkk, 2007).

2.2. Pengertian Usahatani

Berusahatani merupakan tindakan memilah atau mengawasi sumber daya alam dan strategi dalam agribisnis. Usahatani pula bisa didefinisi kepada tindakan dalam mengatur alsintan produksi dan inovasi didalam usahatani agar terkait dengan bidangnya hortikultura (Moehar, 2001).

Bidang usahatani juga dapat didefinikan kedalam pengetahuan yang berkonsentrasi pada cara individu mendistribusikan sumber daya alam yang tersedia secara memadai serta mahir dalam mendapatkan manfaat terbesar saat keadaan terbatas. Seharusnya berhasil dengan asumsi bahwa petani dapat membagikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik yang diharapkan, dan seharusnya efisien jika pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output. Hal utama dalam usahatani adalah kondisi yang harus terus

(25)

11 berubah, baik dalam ukuran maupun dalam struktur, untuk memanfaatkan waktu lebih efisien dalam usahatani.

2.3. Definisi Petani

Pendapat Rodjak (2006), petani sebagai komponen usahatani berperan penting dalam menjaga hasil tanaman atau ternak agar dapat berkembang dengan baik, ia berperan sebagai pengelola organisasi usahatani didalamnya. Petani sebagai pengawas artinya bahwa dia perlu menentukan berbagai pilihan yang berbeda dalam menggunakan tanah yang dimiliki atau disewa dari petani yang berbeda untuk kehidupan sehari-harinya. Petani yang disinggung untuk situasi ini adalah individu yang mengembangkan panen hasil bumi atau memelihara hewan peliharaan yang sepenuhnya berniat menghasilkan uang dari output ini. Dengan asumsi ada individu yang menjamin menjadi petani yang menyimpang dari kesepakatan ini, bisa dikatakan bahwa mereka bukanlah seorang petani. Menurut hubungannya dengan lahan yang dikembangkan, petani dapat di bagi yaitu:

1) Petani pemilik adalah petani yang memiliki lahan usaha sendiri dan lahan tersebut dikembangkan tanpa ada orang lain dan keadaan dengan lahan tersebut disebut dengan tanah kepunyaan sendiri.

2) Petanipenyewa adalah petani yang menggarap wilayah tanah orang lain atau dengan status sewa.

3) Petani penggarap adalah seorang petani yang mengembangkan tanah yang dimiliki oleh petani lain dengan sistem bagi hasil. Produksi yang diberikan penyakap kepada pemilik tanah ada yang setengahnya atau sepertiga dari hasil padi yang diperoleh dari hasil lahan digarapnya. Biaya produksi usaha

(26)

12 tani dalam sistem sakap ada yang dibagi dua dan ada pula yang seluruhnya ditanggung penyakap, kecuali pajak tanah dibayar oleh pemilik tanah.

4) Petani penggadai adalah petani yang menggarap lahan garapan orang lain dengan sistem gadai. Adanya petani yang menggadaikan lahan miliknya, karena petani pemilik lahan tersebut membutuhkan uang tunai yang cukup besar dalam waktu mendesak, tanah miliknya tersebut tidak mau pindah ke tangan orang lain secara mutlak. Namun, adanya hak gadai tersebut secara berangsur-angsur pindah haknya menjadi milik penggadai. Hal ini terjadi apabila uang gadai yang pertama tidak dapat dikembalikan pada waktu yang telah ditetapkan atau uang gadainya terlalu besar, sehingga tidak mungkin lagi untuk dikembalikan. Dalam keadaan demikian biasanya penggadai menambah uang gadainya sesuai dengan nilai atau harga tanah pada saat masa gadainya berakhir. Menurut Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH, 1960) dalam suatu pasalnya tercantum bahwa apabila masa gadai telah melewati tujuh tahun, secara otomatis penggadai harus menyerahkan kembali tanah yang digadai kepada pemiliknya tanpa meminta uang gadaiannya. Besarnya uang gadai per tahun untuk luas lahan tertentu tidak ada ketentuan yang pasti, tetapi bergantung kepada si pemilik tanah berapa besar yang diperlukannya. Lamanya masa gadai tergantung pada kesanggupan yang menggadaikan lahan biasanya yang menentukan masa gadai itu adalah penggadai sendiri.

5) Buruh pekerja petani merupakan seorang individu memegang wilayah tanah sendiri atau tak mempunyai tanah untuk bercocok tanam mereka atau seorang

(27)

13 pekerja ditanah pekarangan sendiri atau dilahan sewaan untuk dapat kompensasi, sebagai uang tunai dari hasil dari usahataninya, misalnya beras dan makanan lain.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani

Usahatani selalu berkaitan erat dengan faktor-faktor produksi (input) yang tersedia. Menurut Soekartawi (1987), tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti bahwa produktivitas yang didapatkan petani itu tinggi.

Namun, bagaimana petani mampu melakukan usahanya dengan mengalokasikan faktor produksi (input) yang tersedia secara efektif dan efisien. faktor-faktor produksi yang harus diperhatikan dalam berusaha tani akan dibahas pada bab ini.

Faktor-faktor produksi tersebut meliputi:

a. Luas Lahan

Pendapat dari Soekartawi (1990), lahan usahatani bisa dikenali dari areal pertanian. Lahan usahatani secara garis besar dicirikan sebagai lahan yang siap untuk ditanami, misalnya pekarangan, sawah dan ladang. Sedangkan tanah pertanian adalah lahan yang belum pasti benar-benar dikembangkan dengan usahatani pertanian, maka ruang tanah pertanian secara konsisten lebih luas dari pada ruang lahan pertanian.

b. Benih

Pemanfaatan bibit unggul merupakan tahap awal dalam memperbesar hasil produksi. Pemanfaatan benih ini merupakan faktor produksi yang sangat berpengaruh dalam menentukan ukuran hasil produksi dalam usahatani.

kebutuhan benih per hektar pertanaman 150-300 g serta laju perkembangan 90%

(28)

14 (Rukamana, 1996). Saat menggunakan bibit haruslah yang unggul, bagus dari segi keturunan, sifat wujud ataupun fisiologis. Terdapat varietas unggulan (batas pertumbuhan sangat dominan, tidaklah dicampur dengan biji/jenis lainnya, tanpa terdapat limbah, tanpa menyebarkan gangguan hama dan penyakit). Bibit tersebut bisa didapat dengan memakai bibit terjamin atau tersertifikat, secara keseluruhan bibit haruslah sangat bergantung kepada kemurnian benihnya, kesehatan bibit, serta kemampuan kecambah benihnya.

c. Pupuk

Tumbuhan tak cuma memerlukan air menjadi makanan utamanya tapi butuh pula unsur kompos untuk tumbuh serta perkembangan dengan baik dan ideal. Kompos yang dipakai yakni pupuk alami dan non alami. Kompos alam ataupun pupuk kandang adalah produk dari pengubahan atau pemisahan komponen maupun endapan tumbuhan dan makhluk hidup, contoh kotoran hijau, kompos kandang dan lainnya. Sementara itu, kompos non alami adalah hasilnya produk modern atau kompos lini produksi dipabrik, seperti urea, TSP serta KCL (Rahim & Hastuti, 2007).

d. Pestisida

Menurut (Lakintan, 1995), pestisida digunakan agar dapat mencegah dan menghancurkan hama beserta infeksi tanaman jagung dari serangan penyakit.

Racun kimia adalah berisi kandungan zat kimia demi melenyapkan makhluk organismus musuh tumbuhan. Dilihat dari rupa makhluk hidup mangsanya, pestisida terbagi jenisnya. Misalnya, agar mengendalikan serangga dinamakan

(29)

15 racun serangga, agar mengendalikan gulma dinamakan herbisida, serta agar mengendalikan parasit atau jamuran dinamakan fungisida (Lakintan, 1995).

e. Tenaga Kerja

Tenaga kerja ialah masyarakat yang berada dalam usia kerja. Sesuai UU no. 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan tiap individu perseorangan yang dapat menjalankan usaha untuk menghasilkan produk atau potensi manfaat baiknya agar mengatasi keinginan dirinya ataupun kebutuhan daerah setempat (Subijanto, 2011).

Pendapat dari Rukamana (1996) tenaga kerja merupakan elemen penting dari penciptaan dan harus dipertimbangkan dalam proses produksi didalam jumlah yang memadai, dari aksesibilitas pekerjaan serta kualitas dan jenis pekerjaan yang harus dipikirkan. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga penggarap merupakan komitmen keluarga terhadap penciptaan usahatani pada umumnya dan tidak pernah dihargai secara tunai, besarnya tenaga kerja dapat dikomunikasikan secara tatap muka hari orang kerja (HOK).

2.5. Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Pendapat Boediono (1989) tiap-tiap interaksi metode produksi memiliki fondasi teknis yang bermakna premis dikenal sebagai fungsi produksi. Fungsi produksi ialah sesuatu kapasitas ataupun kondisi yang memperlihatkan keterkaitan diantara tingkatan hasil dan derajat pemanfaatan sumber input-input. Setiap produser pada prinsipnya dianggap memiliki fungsi produksi bagi suatu perusahaan dan organisasi. Secara numerik jenis fungsi produksi yakni:

Q = f X1, X2, X3, … , Xn ,

(30)

16 dimana :

Q : besaran produksi (output)

X1, X2, X3, … , Xn : jenis (input) dipergunakan.

Jenis model non linier merupakan fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi produksi Cobb Douglas adalah fungsi dalam mencakup setidaknya dua maupun banyak variabel, khususnya satu variabel dikenal sebagai variabel terikat (variabel yang diklarifikasi, untuk lebih spesifik Y), dan variabel lainnya dikenal sebagai variabel bebas (variabel klarifikasi, khusus X). Karya fungsi Cobb Douglas dipresentasikan oleh Cobb C. W dan Douglas P. H ditahun 1928 lewat tulisan yang berjudul A theory of Production didalam buku Ilmiah American Economic Review 18 (Supplement) dihalaman 139 sampai dengan 165 (Soekartawi, 1990).

Definisi karya ciptaan Cobb Douglas ialah dibawah ini:

Q = A La Kb , Petunjuk :

H : Output K : Konstanta

T : Tenaga kerja (labour) I : Modal (kapital)

a, b : fleksibilitas variabel (input) faktor produksi

Sejumlah premis jadi layak terpenuhi dalam memanfaatkan fungsi produksi Cobb Douglas, lebih spesifiknya yakni:

1. Tiada nilai persepsi peninjauan yang nol ataupun angka yang tak terhitung besar bilangannya (tak terbatas);

(31)

17 2. Setiap faktor variabel X adalah persaingan yang komplet;

3. Tiap-tiap variabel X adalah persaingan sempurna;

4. Pembedaan daerah (dalam fungsi produksi) telah tercakup sampai sekarang ialah faktor kesalahan (Soekartawi, 1990).

Fungsi produksi Coob-Douglas merupakan ikatan antara wujud masukan (input) dengan keluaran (output). Penjabaran fungsi produksi biasanya dilakukan bagi penganalisa, sebab mereka membutuhkan data tentang cara aset sumberdaya terbatas misal tanah, pupuk, dan tenaga kerja bisa dikelola secara bagus sehingga hasil produksi bisa ditangani maksimum.

Jika bentuk fungsi produksi sesuai dengan permasalahan didalam suatu usaha diketahui, maka saat itu fungsi tersebut benar-benar dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan beberapa data, sebagai berikut:

1. Mencari tahu perpaduan input produksi dimana terbaik, serta

2. Berapa banyaknya input (masukan) input yang memengaruhi output (hasil) produksi yang diperoleh.

2.6. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Riset Penelitian dari Adinda Soraya Nasution, Iskandarini dan Satia Negara Lubis (2015), mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi kasus: Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat). Dengan demikian luas lahan, pupuk Phonsca, pupuk NPK, dan tenaga kerja sangat berpengaruh nyata kepada produksi jagung di Desa Tanjung Jati. Sementara itu, jumlah bibit, pupuk urea, pupuk TSP, herbisida, pupuk SP, dan pupuk KCL tidak berpengaruh besar atau nyata terhadap

(32)

18 perkembangan produksi jagung di Desa Tanjung Jati. Tidak ada terjadi multikolinearitas serta heteroskedastisitas dan asumsinormalitas terpenuhi. Nilai jual, biaya bibit, biaya peralatan dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap upah usaha usahatani jagung di Desa Tanjung Jati. Sementara itu, biaya lahan, biaya pupuk, dan biaya herbisida, tak berdampak besar atau nyata terhadap upah usahatani jagung di Desa Tanjung Jati. Penelitian Usahatani jagung pada wilayah tersebut dianggap dapat dicapai dan efektif.

Riset penelitian oleh Amanda Rizka Nabilla, Rahmanta Ginting dan Sinar Indra Kesuma (2014), mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Petani Jagung (Studi kasus: Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kuta Limbaru, Kabupaten Deli Serdang). Sementara itu, faktor variabel luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk, jumlah pestisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di wilayah riset tersebut. sedangkan faktor luas lahan serta jumlah pupuk tidaklah berpengaruh besar terhadap produksi jagung di wilayah riset. Sementara itu, faktor nilai jual jagung, biaya lahan, biaya benih, biaya pestisida, biaya pupuk, upah tenaga kerja, serta biaya perangkat sarana-pra sarana secara bersama-sama mempengaruhi upah para petani jagung di wilayah riset. Secara parsial, variabel biaya penjualan jagung, biaya tanah, biaya benih, biaya pupuk, upah kerja, dan biaya aparatur alsintan berpengaruh nyata terhadap gaji petani jagung, sedangkan variabel biaya pestisida tidak berpengaruh besar terhadap gaji petani jagung di wilayah riset penelitian.

(33)

19 2.7. Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor produksi untuk menjalankan usahatani jagung yang dilakukan petani di Desa Bonto Tallasa meliputi luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Maka dari itu luas lahan, benih, pupuk dan pestisida dalam suatu lahan usahatani jagung itu sangat penting dimana luas lahan dapat menentukan hasil produksi yang banyak di akibatkan dengan luasnya lahan yang kita miliki sehingga kita dapat memproduksi jagung yang banyak dengan mutu yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pemikiran penelitian yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

Petani

Usahatani Jagung

Produksi (Y)

Faktor-faktor Produksi Usahatani (X):

X1 Luas Lahan

X2 Benih

X3 Pupuk

X4 Pestisida

X5 Tenaga

Kerja

(34)

20 III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Riset studi dilaksanakan pada Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Memilih tempat penelitian itu dengan mempertimbangkan bahwa area riset ini adalah desa yang masyarakatnya mayoritas berprofesi sebagai petani jagung. Lamanya waktu riset dilakukan selama 3 bulan, dimulai dari tanggal 16 juli sampainya tanggal 16 september 2021.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam tinjauan penelitian ini dipilih dengan teknik sampel acak sederhana (simple rando sampling method) di mana penduduk dalam tinjauan riset ini adalah petani jagung. Adapun jumlah petani Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng sebanyak 730 orang.

Cara penentuanpenentuan spesimen dari polulasi yang tersedia, digunakan rumus Slovin ialah dibawah ini:

n : N N d2 + 1

n : 730

730 (0,15)2 + 1

=

42 Dimana :

n : jumlahan sampel N : jumlahan populasi

d : batas toleransi kesalahan (15 %)

(35)

21 Berdasarkan hasil kalkulasi maka didapat jumlah sampel yang digunakan saat riset penelitian ini yakni sebanyak 42 orang responden diambil berlandaskan rumus Slovin dan beserta pertimbangan bahwa sebagian besar banyaknya petani yang ada di Desa Bonto Tallasa merupakan petani jagung.

3.3. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Mengenai model data informasi yang dipakai didalam tinjauan meliputi:

a. Data Kuantitatif

Tentang Informasi kuantitatif adalah jenis informasi didalamnya berisi data dengan bilangan terhitung, seperti informasi ataupun penjelasan korespondensi bermaksa bilangan, seperti usia petani, pupuk, tenaga kerja, dan lain lain.

b. Data Kualitatif

Data Informasi kualitatif adalah informasi berupa kata-kata atau data yang tidak diberikan dalam bentuk angka dan diperoleh melalui pertemuan langsung lalu mewawancarai.

2. Sumber Data

Mengenai sumber informasi yang dipergunakan didalam riset meliputi:

a. Informasi data primer adalah informasi secara serta-merta dikumpulkan oleh riset peneliti petani jagung di Desa Bonto Tallasa.

b. Informasi data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari catatan tertulis, dokumen, dan beragam sumber data di Desa Bonto Tallasa.

(36)

22 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode mengumpulkan informasi didalam riset pengkajian disini meliputi:

a. Observasi ialah mengarah ke peninjauan langsung terhadap fakta yang terjadi di lapangan yang diidentikkan dengan pusat eksplorasi peneliti.

b. Wawancara ialah bentuk prosedur pengumpulan informasi dengan memakai kuesioner dan mengarahkan pertanyaan langsung ke petani jagung terkait fenomena yang ada dan diolah.

c. Dokumentasi ialah pengarsipan data agar membantu menyatukan informasi dari wilayah peneliti dengan mengungkap informasi yang telah dilaporkan.

3.5. Teknik Analisis Data

Data dikumpulkan kemudian akan diolah menggunakan metode kuantitatif analisis regresi atau biasa disingkat dengan anareg dalam menilai pengaruh variabel bebas kepada variabel terikat. Analisis yang akan digunakan yaitu analisis data cobb douglass sebab variabel bebasnya lebih dari satu dengan menggunakan rumus persamaan seperti berikut:

Y = Ln a + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 LnX4 + b5 LnX5

Dimana:

Y = Produksi (Kg) a = konstanta b = jumlah terduga X1 = Luas Lahan ( Ha) X2 = Benih (Kg)

(37)

23 X3 = Pupuk (Kg)

X4 = Pestisida (L)

X5 = Tenaga Kerja (Hok) e = kesalahan (disturbance term)

Maka analisis data yang akan dilakukan yakni memanfaatkan metode SPSS (Statistical Product and Service Solutions), yakni suatu program yang memiliki kemampuan untuk analisis statistika, dalam pengolahan data.

3.6. Definisi Operasional

1. Zea mays leaf ialah komoditi tumbuhan pada lahan termasuk umumnya diusahatanikan bagi sebagian petani jagung di Desa Bonto Tallasa.

2. Petaniialah individu atau sejumlah orang yang menanam tanaman jagung di Desa Bonto Tallasa.

3. Produksi ialah jumlah total jagung yang didapat oleh petani dalam satu musim tanam yang ditakar kedalam (Kg).

4. Luas Lahan merupakan luas bidang lahan yang digunakan dalam usahatani jagung yang dinyatakan dengan hektar (Ha).

5. Benih ialah bakal calon tanaman yang segera ditanam sebagai bulir yang telah disilangkan agar tumbuh dan berkembang (Kg).

6. Tenaga Kerjayaitu masyarakat yang termasuk kedalam umur bekerja (HOK).

7. Pupuk adalah material untuk kebutuhan unsur hara pada tanaman (Kg).

8. Pestisida yaitu salah satu jenis pembasmi hama dan penyakit untuk mendukung pertumbuhan tanaman (L).

(38)

24 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Secara geografis Desa Bonto Tallasa terletak di Kecamatan Uluere yang berada dibagian utara Kabupaten Bantaeng dengan jarak 14 km dari pusat kota Bantaeng dan 7 km untuk jarak ke ibu Kecamatan Uluere. Luas wilayah 7,4 Ha atau 5.05 km2 dan terletak di ketinggian 540-600 m dari permukaan laut Dengan batas-batas desa sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan Desa Bonto Daeng Sebelah Timur : Berbatasan Desa Bonto Majannang Sebelah Selatan : Berbatasan Desa Bonto Rannu Sebelah Barat : Berbatasan Kabupaten Jeneponto 4.1.1. Iklim dan Curah Hujan

Pada umumnya iklim alam dan curah hujan di Desa Bonto Tallasa yaitu beriklim tropis dengan curah hujan sedang. Secara umum lingkungan iklim dan curah hujan di Desa Bonto Tallasa nyaris sama disemua wilayah di Kabupaten Bantaeng, tepatnya ada 2 musim (musim hujan dan musim kemarau)..

Musim hujan lazimnya dimulai dari bulan Desember sampai bulan Juni dan biasanya masyarakat petani memanfaatkan untuk menanam ragam jenis komoditi pertanian seperti jagung, terong, mentimun, kacang, wortel, kubis dan hasil holtikultura lainnya, sedangkan pada musim kemarau umumnya timbul sekitar dari bulan Juni sampai bulan November. Pada saat musim kemarau kekhawatiran petani untuk bercocok tanam selalu muncul karena air irigasi yang diharapkan untuk dipakai menyiram tidak dapat memenuhi akan kebutuhan

(39)

25 tanaman. Curah hujan Desa Bonto Tallasa rata-rata setiap tahunnya 18 mm tidak jauh berbeda dengan curah hujan di desa lain di kabupaten Bantaeng.

4.1.2. Topografi Desa

Desa Bonto Tallasa memiliki kondisi daerah pegunungan, berada diatas gunung dengan ketinggian antara 540 sampai 600 M diatas permukaan laut. Pada ketinggian ini, keadaan tanah cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik tanaman jangka pendek maupun tanaman jangka panjang.

4.1.3. Administrasi Desa

Pusat pemerintahan di Desa Bonto Tallasa terletak di Dusun Bungloe dan secara administrasi Desa Bonto Tallasa dibagian menjadi 5 (lima) Dusun yakni :

a. Dusun Bungloe terdiri dari 3 RW dan 6 RT b. Dusun Senea terdiri dari 3 RW dan 7 RT c. Dusun Batu sodong terdiri dari 2 RW dan 4 RT d. Dusun Kampung Beru terdiri dari 2 RW dan 4 RT e. Dusun Bata Batayya terdiri dari 3 RW dan 6 RT

Struktur pemerintahan Desa Bonto Tallasa ialah secara spesifik Kepala Desa sebagai koordinator keseluruhan kewajiban pemerintah desa sekaligus kepala desa pada dasarnya bergantung pada wilayah tersebut dan strategi pertanggungjawaban diserahkan kepada Bupati melalui Camat. Selain itu, kepala desa bersama BPD wajib menyampaikan laporan artikulasi pertanggung jawaban kepada rakyat setempat.

(40)

26 4.2. Kondisi Demografis

4.2.1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Berdasarkan struktur umur penduduk Desa Bonto Tallasa tergolong pada usia Produktif, Indikasi ini tergambar dari rasio usia produktif kelompok umur 21- 30 dan 20 yang termasuk golongan usia remaja.

Tabel 4.1. Jumlah Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7

0 – 10 11 - 20 21 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 60 keatas

488 450 616 497 296 272 147

17,6 16,3 22,3 18,0 10,7 9,8 5,3

Jumlah 2.766 100

Sumber: TIM Penyusun RPJM Desa Bonto Tallasa

Tabel 4.1. Menunjukkan bahwa 22,3% penduduk Desa Bonto Tallasa berada di bawah usia 30 tahun. Perihal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Bonto Tallasa sedang dalam kelompok penduduk usia muda, dan pada usia 21-30 sampai dengan 31-40 tahun cenderung terlihat bahwa usia produktif biasanya daerah setempat dapat berfikir dengan baik karena mereka sekarang memiliki pengalaman dan informasi yang memadai, dan pada usia 60 tahun ke atas dapat digolongkan sebagai usia yang kurang produktif karena cara kerja yang tidak lagi usia produktif

(41)

27 4.2.2. Jumlah Penduduk Bersasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu modal besar pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng adalah 2.824 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga 831 KK. Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka di perlukan sumber daya manusia (SDM) yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga segala potensi yang di miliki bisa termanfaatkan dengan baik untuk pendorong pembangunan di suatu wilayah, khususnya Desa Bonto Tallasa.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Laki-laki 1.380 48,9

2 Perempuan 1.444 51,1

Jumlah 2.824 100

Sumber: TIM Penyusun RPJM Desa Bonto Tallasa.

4.2.3. Kepadatan dan Persebaran Penduduk

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Tiap Dusun Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama Dusun Jumlah Penduduk

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 Bungloe 259 269 528

2 Batu Sodong 263 230 493

3 Kampung Beru 197 216 413

4 Bata Batayya 281 302 583

5 Senea 328 291 619

Sumber: TIM Penyusun RPJM Desa Bonto Tallasa

(42)

28 Tabel 4.3. Menunjukkan persebaran penduduk di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng relatif merata di tinjau dari jumlah penduduk di tiap-tiap dusun hampir berimbang, namun karena luas wilayah tiap dusun berbeda maka tingkat kepadatan yang tertinggi penduduknya berada pada dusun Senea sebanyak 619 jiwa, sementara tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah berada di dusun Kampung Beru dengan jumlah 413 jiwa.

4.2.4. Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian yaitu sama dengan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sebagai berikut:

Tabel 4.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Petani 730 78,2

2 Wiraswasta/Pelaku UMKM 82 8,8

3 Karyawan Swasta 3 0,3

4 Non PNS (Honorer, BPD,RKRT) 84 9,0

5 PNS 19 2,0

6 Lainnya 15 1,6

Jumlah 933 100

Sumber: TIM Penyusun RPJM Desa Bonto Tallasa

Tabel 4.4. Menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng adalah dibidang pertanian dimana penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 730 jiwa dengan

(43)

29 persentase 78,2% dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Bonto Tallasa benar- benar memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.

4.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam mendorong tingkat kesejahteraan secara keseluruhan dan tingkat perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, itu akan memberdayakan kapasitas masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu pendidikan bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang ideal dalam membangun juga memajukan Desa Bonto Tallasa di bidang budaya ke ilmuan, sosial, ekonomi dan politik.

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Tamat Sekolah 571 38,3

2 Tamat SD Sederajat 516 34,6

3 Tamat SMP Sederajat 135 9,0

4 Tamat SMA Sederajat 147 9,9

5 Tamat Diploma (I, II, III) 19 1,3

6 Tamat Strata (I, II, III) 104 7,0

Jumlah 1.492 100

Sumber: TIM Penyusun RPJM Desa Bonto Tallasa

Tabel 4.5. menunjukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng sudah baik karena tingkat pendidikan penduduk ada yang telah mencapai gelar SI dengan persentase 7% dan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah sekolah dasar (SD) dengan jumlah

(44)

30 516 dengan besar persentase 34,6% akan pola pikir usahatani masyarakat, karena pendidikan dengan jenjang tinggi penduduk bisa berpikir secara baik tentang meningkatkan usahataninya mengenai ilmu teknologi yang baru.

4.2.6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana Desa di daerah sangat penting untuk menunjang kelancaran kegiatan masyarakat, dalam menggarap suatu ruang di kota/desa, sejumlah kantor dan yayasan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan berpengaruh sejauh mendukung keuangan daerah. Untuk memiliki pilihan untuk menjalankan kantor dan kerangka kerja desa, itu juga harus didukung oleh aset yang memuaskan dan SDM yang berkualitas.

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia didalam Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng untuk dapat mendukung kegiatan masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana Yang Terdapat di Desa Bonto Tallasa

No Sarana dan Prasarana Unit

1 Masjid 4

2 TK 1

3 SD 2

4 SMP 2

5 SMA 1

6 Lapangan Sepakbola 1

7 Lapangan Futsal 1

8 Lapangan Takraw 1

9 Puskesmas 1

10 Kantor Desa 1

Sumber: Laporan Profil Desa Bonto Tallasa, 2021

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng yakni TK sebanyak 1 unit, SD 2 unit, SLTP 2 unit, SMA 1

(45)

31 unit, Masjid 4 unit, Kantor Desa 1 unit, Puskesmas 1 unit, dan juga masyarakat yang hobi olahraga di sediakan lapangan sepakbola, futsal, takraw masing-masing memiliki 1 unit.

4.3. Keadaan Pertanian

Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Bonto Tallasa secara umum di ketahui bahwa jenis-jenis mata pencaharian pokok dan sampingan yang ada di Desa Bonto Tallasa adalah Petani, PNS, Non PNS (Honorer, BPD, RKRT), Karyawan Swasta, Wiraswasta/Pelaku UMKM, dan beberapa warga yang merantau keluar daerah untuk mencari nafkah bahkan keluar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia).

Tanaman di Desa Bonto Tallasa kebanyakan dipenuhi penanaman jagung dimasyarakat, mereka sadar bahwa potensi tanaman ini untuk dibudidayakan sangat besar. Tanaman ini menjadi sumber mata pencaharian masyarakat karena dinilai berproduksi masih sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya seperti kemiri dan tanaman sayur sayuran.

Berdasarkan hasil pengamatan yang ditunjang dengan profil Desa Bonto Tallasa memiliki potensi yang sangat berguna, terpenting aset sumber daya alam.

Umumnya potensi alam desa yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat sebagai mata pencaharian utama, khususnya jagung, petani sayur dan sebidang tanah ditanami dengan hasil jangka panjang seperti kakao, cengkeh, alpukat, kapuk. dan berbagai jenis tanaman lainnya.

(46)

32 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Identitas seorang petani menggambarkan untuk menentukan keadaan petani jagung terhadap riset. Eksplorasi penelitian ini dapat dibatasi dengan sejumlah karakter petani jagung. Karakteristik tersebut dapat diidentifikasikan berdasarkan umur responden, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, wawasan/pengalaman usahatani terhadap tanam jagung dan luas lahan. Tentang hal karakter pertani jagung digambarkan sebagai berikut :

5.1.1. Umur Responden

Usia merupakan salah satu perihal faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam melakukan suatu bidang usahatani, lazimnya secara keseluruhan seorang petani yang berjiwa muda dan masih sehat dapat memiliki kapabilitas fisik yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki usia yang lebih berumur. Seseorang yang umur masih muda lebih cepat mengenali hal- hal baru, lebih mampu menghadapi tantangan dan lebih kuat, sedangkan seseorang yang lebih berumur dapat memiliki batas pengalaman tapi lebih pintar dalam menghadapi usahatani jagung berlandaskan pengalamannya. Dari hasil eksplorasi riset ini, usia petani dapat diketahui antara 30 tahun hingga 65 tahun ke atas. Mengenai usia petani jagung di Desa Bonto Tallasa, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada tabel di bawah:

(47)

33 Tabel 5.1. Umur Responden Petani Jagung Desa Bonto Tallasa.

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 30 - 35 8 19,0

2 36 - 41 3 7,1

3 42 – 47 9 21,4

4 48 – 53 8 19,0

5 54 – 59 9 21,4

6 60 – 65 5 11,9

Jumlah 42 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Pada tabel 5.1. Menunjukan bahwa jumlah responden yang tertinggi berada pada kelompok produktif umur 42-47 tahun yang memiliki 9 orang dengan persentase 21,4%, umur masih produktif 54-59 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 21,4 %, umur sangat produktif 30-35 tahun sebanyak 8 orang atau 19,0%, dan umur masih produktif 48-53 tahun sebanyak 8 orang yakni 19,0%, diikuti umur kurang produktif 60-65 tahun sebanyak 5 orang yakni 11,9%

kemudian terakhir umur sangat produktif 36-41 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 7,1%. Maka dengan ini usia adalah tolak ukur untuk mempertahankan dan bertindak cepat dan menguntungkan agar produktif.

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Kualitas tingkat pendidikan memiliki titik imbas penting terhadap kapasitas responden untuk memutuskan. Responden dengan tingkat pendidikan

(48)

34 yang lebih tinggi akan lebih sangat berhati-hati dalam memutuskan dan mempertimbangkan resiko dalam menghadapi zaman dan dapat mengambil perkembangan mekanis yang ada. Sementara itu, responden dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih sering mengikuti kecenderungan yang telah diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya dalam bercocok tanam. Kondisi tingkat pendidikan responden petani jagung di Desa Bonto Tallasa, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng pada tabel terlampir dibawah ini:

Tabel 5.2. Jumlah Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bonto Tallasa No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 16 55,2

2 SMP 6 20,7

3 SMA 7 24,1

Total 29 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani jagung dibagi atas 3 kelompok persentase yaitu tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA pendidikan responden tingkat SD sebanyak 55,2%, pendidikan tingkat SMP sebanyak 20,7% dan SMA sebanyak 24,1%. Dari hasil menunjukkan tingkat pendidikan tertinggi responden yaitu SD dibandingkan tingkat SMP dan SMA.

Jadi dari segi pendidikan pada dasarnya setiap responden diatas telah mengenyam pendidikan walaupun dalam tingkat tertinggi yaitu SD, sehingga tingkat pengetahuan masih rendah yang berdampak dalam mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi usahatani jagung secara maksimal.

(49)

35 5.1.3. Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahataninya bisa di tinjau dari lama usahatani dimana responden melakukan kesibukan usahatani, petani yang memiliki keahlian usahatani lebih lama memiliki pengetahuan yang lebih baik dan memiliki kemampuan yang besar tentang kemajuan pertanian sehingga sangat berhati-hati dalam ber usahatani.

Petani jagung di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng mempunyai pengalaman yang berbeda-beda, untuk melihat lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel 5.3. Pengalaman Usahatani Jagung Desa Bonto Tallasa.

No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 11 – 16 8 19,0

2 17 – 22 4 9,5

3 23 – 28 7 16,7

4 29 – 34 8 19,0

5 35 - 40 6 14,3

6 41 - 46 8 19,0

7 47 - 48 1 2,4

Total 42 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 5.3. Menunjukkan bahwa pengalaman usahatani responden petani jagung rata-rata berada pada kisaran 11-16 tahun terbilang 8 orang beserta persentase 19,0%, pengalaman 29-34 tahun terbilang 8 orang beserta persentase

(50)

36 19,0%, pengalaman 41-46 tahun yakni sebanyak 8 orang dengan persentase 19,0%, lalu pengalaman 23-28 tahun terbilang 7 orang serta persentase 16,7%, pengalaman 35-40 tahun terbilang 6 orang serta persentase 14,3%, pengalaman 17-22 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 9,5% sedangkan pengalaman 47-48 tahun terdapat 1 orang dengan persentase 2,4%.

Pengalaman responden tertinggi sebanyak 1 orang selama 48 tahun dengan persentase 2,4%. Pengalaman usahatani jagung bedampak dalam mengambil keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya secara lebih baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman petani lain.

5.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga dapat ditentukan oleh banyaknya anggota yang menjadi tanggung jawab dari seorang kepala keluarga didalamnya, jumlah tanggungan keluarga responden petani pada Desa Bonto Tallasa bisa diamati tabel dibawah ini.

Tabel 5.4. Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bonto Tallasa No Tanggungan Keluarga (Jiwa) Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

1 1 3 7,3

2 2 17 41,5

3 3 13 31,7

4 4 4 9,8

5 5 4 9,8

Total 41 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

(51)

37 Tabel 5.4. Menunjukkan bahwa terdapat 17 responden petani yang memiliki jumlah tanggungan 2 orang dengan persentase 41,5%, sebanyak 13 responden memiliki jumlah tanggungan 3 orang dengan persentase 31,7%, sebanyak 4 responden memiliki jumlah tanggungan keluarga 4 orang dengan persentase 9,8%, sebanyak 4 responden memiliki jumlah tanggungan keluarga 5 orang dengan persentase 9,8%, dan sebanyak 3 responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 orang dengan persentase 7,3%.

5.1.5. Luas Lahan

Luas lahan adalah lahan yang dimiliki petani yang digunakan untuk usahatani jagung hibrida. Petani yang memiliki lahan usahatani yang luas akan memproduksi jagung lebih besar dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan yang sempit. Akan tetapi hal tersebut tidak menjamin bahwa usahatani jagung yang luas lebih produktif dibanding dengan usahatani jagung yang sempit dalam hal perolehan produksi. Luas lahan responden dalam usahatani Jagung Hibrida di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng terlampir pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.5. Luas Lahan Responden Usahatani Jagung di Desa Bonto Tallasa No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0,20 – 0,70 13 31,0

2 0,71 – 1,20 22 52,4

3 1,21 – 1,70 6 14,3

4 1,71 – 1,85 1 2,4

Total 42 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

(52)

38 Tabel 5.5. Menunjukkan bahwa responden terbanyak 22 orang yang memiliki luas lahan 0,71-1,20 Ha dengan persentase 52,4%, sebanyak 13 responden yang memiliki luas lahan 0,20-0,70 Ha dengan persentase 31,0%, sebanyak 6 responden yang memiliki luas lahan 1,21-1,70 dengan persentase 14,3%, dan 1 responden yang memiliki luas lahan terluas 1,71-1,85 dengan persentase 2,4%. Status kepemilikan lahan yang dimiliki oleh semua responden adalah milik sendiri.

5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Hibdrida Desa Bonto Tallasa

Faktor-faktor produksi jagung di Desa Bonto Tallasa disini ada 5 faktor yang dianalisa dilokasi, yaitu luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.

Oleh sebab itu kita membuktikan seberapa besar dampak dari variabel-variabel ini adalah sebagai berikut:

Dalam mengolah data regresi linear berganda dengan memakai SPSS, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik data sebelum diolah. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini berupa uji normalitas P-Plots dan Kolmogorov-Sminorv dan uji multikolinieritas.

5.2.1. Uji Asumsi Ekonometrika

Pemeriksaan uji dugaan yang digunakan dalam tinjauan riset ini menggunakan tes praduga ekonometrika yang merupakan salah satu prasyarat dalam memanfaatkan pemeriksaan regresi. Pengujian dapat dipisahkan menjadi beberapa tahap pengujian sebagai berikut:

(53)

39 a. Uji Normalitas P-Plot

Pengujian normalitas memakai gambar P-Plot tipikal akan membingkai garis miring lurus, kemudian, pada titik itu, plot informasi akan dikontraskan lewat garis miring. Dengan asumsi alat angkut itu tipikal, jalur yang membahas informasi asli akan dilacak dengan jalur miring diagonal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 5.1. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot Faktor-Faktor Produksi Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa

Sumber: Output SPSS 21 Data Diolah, 2021

Pada Gambar 5.1. Menunjukkan mengenai uji normalitas dapat dilihat bahwa titik-titik yang menyebar di atas, data mendekati atau mengikuti garis diagonal yang artinya data residual berdistribusi normal.

(54)

40 b. Uji Normalitas Kolmogorov-Sminorv Test

Tabel 5.6. Uji Normalitas Menggunakan Metode Kolmogorov-Sminorv Test Faktor-Faktor Produksi Jagung Hibrida Desa Bonto Tallasa

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LUAS

LAHAN

BENIH PUPUK PESTISIDA TENAGA KERJA

PRODUKSI

N 42 42 42 42 42 42

Normal Parametersa,b Mean ,8950 17,8095 238,0952 2,0238 8,1905 1007,1429 Std. Deviation ,33396 7,61654 86,82020 ,34838 3,72361 352,96159

Most Extreme Differences

Absolute ,147 ,133 ,312 ,503 ,210 ,127

Positive ,139 ,133 ,312 ,503 ,156 ,127

Negative -,147 -,113 -,211 -,449 -,210 -,111

Kolmogorov-Smirnov Z ,954 ,863 2,025 3,263 1,363 ,824

Asymp. Sig. (2-tailed) ,323 ,446 ,001 ,000 ,049 ,506

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS 21 Data Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 5.6. Hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov- Sminorv Test menunjukkan bahwa nilai Y (produksi) 0,506 artinya berdistribusi normal, X1 Luas lahan nilainya 0,323 artinya berdistribusi normal, X2 Benih nilainya 0,446 artinya berdistribusi normal, X3 Pupuk nilainya 0,001 artinya tidak berdistribusi normal, X4 Pestisida nilainya 0,000 artinya tidak berdistribusi normal, X5 Tenaga Kerja nilainya 0,049 artinya tidak berdistribusi normal.

Suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilainya lebih besar dari 0,05 dan apabila nilainya dibawa 0,05 maka dikatakan tidak berdistribusi normal.

c. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat hubungan antara faktor yang bergantung dan faktor bebas. Dengan memperhatikan prinsip Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, jika

Gambar

Tabel 1.1. Data Luas Tanam dan Produksi Jagung di Kabupaten Bantaeng Tahun  2019 - 2020
Gambar  2.1.  Skema  Kerangka  Pemikiran  Analisis  Faktor-Faktor  Produksi      Usahatani  Jagung  di  Desa  Bonto  Tallasa  Kecamatan  Uluere      Kabupaten Bantaeng
Tabel 4.1. Jumlah Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk SP- 36 pada usahatani jagung di Kecamatan Geyer,

Berdasarkan skripsi Daniel Siahaan yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L), (Kasus : Desa Sukanalu,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kakao Sambung Pucuk Desa Bangun Jaya Kecamatan Tomoni

Identitas responden dalam penelitian ini adalah yang tergolong kedalam analisis faktof - faktor produksi usahatani tomat di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang

a) Responden adalah Petani Jagung Manis yang ada di Desa Pa’bentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. b) Usahatani Jagung Manis adalah kegiatan yang dilakukan dalam

Total Biaya Pemasaran petani Saluran I dan Saluran II pada Setiap Lembaga yang Terlibat dalam Pemasaran Cengkeh di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

Hasil penelitian yang di dapat adalah bahwa Program Pembanguan Ekonomi dan Infrastruktur desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu di Kabupaten Bantaeng sudah cukup

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Komparatif Biaya Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung ( Zea mays L) Dan Padi ( Oryza sativa