• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. capital intensity, dan sales growth terhadap tax avoidance pada perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. capital intensity, dan sales growth terhadap tax avoidance pada perusahaan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nugraha dan Mulyani (2019) melakukan penelitian mengenai peran leverage sebagai pemediasi pengaruh karakter eksekutif, kompensasi eksekutif, capital intensity, dan sales growth terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014- 2017. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis persamaan regresi berganda. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa capital intensity berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Mailia dan Apollo (2020) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan capital intensity terhadap tax avoidance.

Penelitian ini menggunakan 26 sampel pada perusahaan menufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014-2018.

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa capital intensity berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance karena perusahaan berskala besar cenderung menggunakan prosedur akuntansi dengan menurunkan laba dengan cara menginvestasikan aset tetapnya dan menimbulkan beban depresiasi di akhir periode agar dapat mengurangi laba perusahaan.

Marlinda et al. (2020) melakukan penelitian mengenai pengaruh gcg, profitabilitas, capital intensity, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance.

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sejalan dengan penelitian Ulfa et al. (2021) melakukan

(2)

penelitian mengenai the effect of ceo tenure, capital intensity, and company size on tax avoidance. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2019 dengan Cash Effective Tax Rate (CETR) sebagai pengukuran variabel tax avoidance. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap tax avoidance karena perusahaan menggunakan aset tetapnya untuk operasional perusahaan, bukan untuk memanfaatkan keuntungan.

Ferdiawan dan Firmansyah (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh political connection, foreign activity, dan real earnings management terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015. Dalam penelitian ini, pengukuran tax avoidance menggunakan Cash ETR dan pengukuran variabel foreign activity menggunakan perbandingan jumlah anak perusahaan di luar dan dalam negeri. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa foreign activity berpengaruh terhadap tax avoidance.

Widodo et al. (2020) melakukan penelitian mengenai pengaruh multinasionalitas, good corporate governance, tax haven, dan thin capitalization terhadap praktik penghindaran pajak pada perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI periode tahun 2016-2018. Hasil dari pengujian menyatakan bahwa variabel multinasionalitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel multinasionalitas berpengaruh negatif karena perusahaan multinasional biasanya mendirikan banyak anak cabang di negara-negara yang sesuai dengan pangsa pasar produksinya.

(3)

Roza et al. (2020) melakukan penelitian mengenai analysis of factors affecting tax avoidance in multinational companies. Penelitian ini menguji variabel political connection, thin capitalization, multinationality, dan tax haven country utilization terhadap tax avoidance dengan sampel 46 perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018. Pengukuran variabel tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan dua pengukuran yaitu Cash Effective Tax Rate (CETR) dan Book Tax Difference (BTD). Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel multinationality tidak berpengaruh terhadap tax avoidance jika diukur menggunakan CETR. Sedangkan jika diukur menggunakan BTD, variabel multinationality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance.

Anggraini et al. (2020) melakukan penelitian mengenai pengaruh strategi bisnis, capital intensity dan multinationality terhadap tax avoidance pada perusahaan sub sektor properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel multinationality tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Jati (2014) serta Zia et al. (2018) yang menyatakan bahwa multinationality tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

B. Tinjauan Pustaka 1. Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan. Agency theory menjelaskan bahwa adanya hubungan

(4)

antara pemilik perusahaan yang bertugas sebagai pembuat pajak (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Pada teori ini, pemilik perusahaan (principal) memiliki kewenangan untuk menerima informasi mengenai perusahaan dari manajemen perusahaan (agent). Manajemen perusahaan (agent) melaporkan dan memberikan informasi kepada principal karena memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kondisi perusahaaan.

Manajemen perusahaan (agent) terkadang tidak melaporkan keadaan sebenernya yang sedang dialami perusahaan sehingga menimbulkan asymmetrical information. Tindakan yang seperti ini dapat menimbulkan berbagai masalah keagenan karena manajemen perusahaan cenderung memenuhi tujuan pribadi mereka. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan yang efisien dan optimal oleh principal terhadap agent untuk kinerja perusahaan kedepannya.

Implikasi agency theory dalam penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa pihak manajemen dapat dikaitkan dengan tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan agar laba perusahaan tetap tinggi. Manajemen dapat menyusun strategi dalam mengelola pendapatan dan beban pajak misalnya melalui intensitas modal (capital intensity) dan aktivitas luar negeri (foreign activity). Dengan strategi capital intensity dapat meminimalkan beban pajak penghasilan dengan cara menginvestasikan aset tetap perusahaan sehingga menimbulkan beban depresiasi setiap akhir periode. Selain itu, perusahaan juga dapat memanfaatkan foreign activity sebagai alat untuk meminimalkan beban pajak karena perbedaan tarif pajak antar negara, biaya bunga, dan bea cukai.

(5)

Semua hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan tindakan tax avoidance.

2. Tax Avoidance

Tax avoidance merupakan upaya penghindaran pajak secara legal dan tidak bertentangan dengan undang-undang ketentuan perpajakan, metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat pada peraturan perpajakan untuk meminimalkan pajak terutang (Pohan, 2016:23). Jacob (2014) mendefinisikan tax avoidance sebagai suatu tindakan untuk mengurangi atau meminimalkan beban pajaknya dengan hati-hati untuk mengambil keuntungan dari celah-celah dalam ketentuan pajak. Tindakan tax avoidance dapat memberi keuntungan pada perusahaan karena beban pajak yang sedikit sehingga laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan meningkat, namun tetap mematuhi aturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku.

Menurut Merks (2007), salah satu cara untuk menghindari pajak dengan mematuhi peraturan perpajakan yaitu dengan melakukan penghindaran pajak atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation, serta transaksi yang tidak memiliki substansi dari sebuah bisnis.

3. Capital Intensity

Capital intensity merupakan aktivitas investasi yang dilakukan perusahaan terkait dengan investasi dalam bentuk aset tetap. Rodriguez dan Arias (2012)

(6)

menyatakan bahwa aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan memungkinkan perusahaan melakukan pemotongan pajak akibat dari depresiasi aset tetap setiap tahunnya. Sehingga dapat dilihat tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya dalam menghasilkan pendapatan dari seberapa besar tingkat intensitas modal perusahaan. Semakin besar jumlah aset tetap perusahaan, maka akan semakin besar pula beban depresiasinya. Besarnya dari beban depresiasi aset tetap maka dapat mengurangi laba sebelum pajak dan mengakibatkan pajak terutang perusahaan akan semakin kecil (Nugraha dan Mulyani, 2019).

4. Foreign Activity

Foreign activity merupakan aktivitas luar negeri yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang berlokasi dalam dua negara untuk memperluas pangsa pasarnya sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan prospek perusahaan. Tindakan tax avoidance akan semakin besar jika memiliki aktivitas luar negeri sebagai perusahaan multinasional (MNC). Ferdiawan dan Firmansyah (2017) menyebutkan bahwa perusahaan MNC memiliki kesempatan besar untuk menghindari beban pajak penghasilan.

Pengukuran variabel foreign activity, Kennely (2016) memiliki beberapa pengukuran, antara lain :

a. Foreign sales ratio dengan total foreign sales dibagi dengan total global sales sesuai Ramaswamy (1992).

b. Foreign asset ratio diukur dengan total asset luar negeri dibagi total asset dalam negeri.

(7)

c. Number of foreign subsidiary yang mencerminkan persentase MNC suatu perusahaan.

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance

Capital intensity merupakan rasio intensitas modal yang berkaitan dengan aktivitas investasi perusahaan dengan investasi aset tetap dan persediaan.

Capital intensity menggambarkan seberapa besar proporsi aset tetap perusahaan dari total asetnya. Rodriguez dan Arias (2012) menyatakan bahwa aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan memungkinkan perusahaan melakukan pemotongan pajak akibat dari depresiasi aset tetap setiap tahun. Beban depresiasi aset tetap timbul karena kepemilikan aset tetap mempengaruhi besar kecil kewajiban pajak perusahaan sehingga beban depresiasi yang semakin besar akan mengurangi laba perusahaan dan menjadi dasar perhitungan pajak untuk meminimalkan beban pajak penghasilan. Dalam agency theory menjelaskan bahwa adanya hubungan antara pemilik perusahaan yang bertugas sebagai pembuat pajak (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Manajemen perusahaan menyusun strategi dalam mengelola pendapatan dan beban pajak dengan cara menginvestasikan aset dalam bentuk aset tetap melalui beban depresiasi setiap akhir periode sebagai pengurang beban pajak.

Nugraha dan Mulyani (2019) dan Mailia dan Apollo (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa capital intensity berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

(8)

H1 : Capital Intensity berpengaruh terhadap Tax Avoidance 2. Pengaruh Foreign Activity Terhadap Tax Avoidance

Dalam aktivitas luar negeri, penelitian di negara maju menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai foreign activity melaporkan taxable income yang jauh lebih rendah. Hines (1999) memberi bukti bahwa U.S. multinationals menerapkan berbagai strategi menurunkan pajak. Foreign activity merupakan upaya aman dalam melakukan tindakan tax avoidance karena pihak manajemen hanya perlu mengalihkan beberapa pendapatan ke luar negeri dengan tarif pajak yang lebih rendah untuk tujuan memperbesar laba. Perusahaan yang melakukan foreign activity memiliki kesempatan untuk menurunkan pajak penghasilannya dengan melakukan income shifting. Dalam agency theory menjelaskan bahwa adanya hubungan antara pemilik perusahaan yang bertugas sebagai pembuat pajak (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Manajemen perusahaan menyusun strategi dalam memanfaatkan foreign activity sebagai alat untuk meminimalkan beban pajak karena perbedaan tarif pajak antar negara, biaya bunga, dan bea cukai yang dikeluarkan perusahaan.

Ferdiawan dan Firmansyah (2017), Widodo et al. (2020), dan Roza et al.

(2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa foreign activity berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H2 : Foreign Activity berpengaruh terhadap Tax Avoidance

(9)

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran H1

H2

Capital Intensity (X1)

Foreign Activity (X2)

Tax Avoidance (Y)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran H1 H2 Capital Intensity (X1) Foreign Activity (X2)  Tax Avoidance (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para pembuat kontrak-kontrak, legislative dan pemerintah dalam hal merancang, menyusun dan membuat

 Dalam penelitian ini masih banyak variabel-variabel dari image toko atau pusat perbelanjaan yang belum diteliti. contoh pada aspek ritel

Berdasarkan nilai Nilai total skor>100 pada Tabel 26, maka DAS Tabunio termasuk klasifikasi DAS yang dipulihkan daya dukung dan daya tampungnya (DDDT).. Kondisi lahan

Dalam proses ini, kita mengambil inspirasi dari metode DFA yang hendak mencari apakah data yang akan datang memiliki korelasi atau anti-korelasi dengan data-data historis sebelumnya

Menurut Marinkovic (2010) dalam Sasongko (2012) dari hasil analisis menggunakan Spectrometry-γ, bottom ash memiliki kandungan tingkat kontaminasi lebih kecil dari

"Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar Di

"Pengaruh Company Size, Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity dan Likuiditas terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI

Capital intensity tidak berpengaruh positif terhadap tax avoidance tidak konsisten dengan penelitian dari Richardson dan Lanis (2007), Putri dan Lautania (2016)