• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Kepemimpinan, supervisi kepala sekolah, kinerja guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan ": Kepemimpinan, supervisi kepala sekolah, kinerja guru"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

1 Abstrak

Tesis ini berjudul “ Kontribusi Kepemimpinan dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru PAI Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Matur Kabupaten Agam” disusun oleh Mahmudi NIM. 201.15.001.

Latar belakang dalam penelitian ini adalah berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, masih tampak guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Sekolah Dasar Gugus I di Kecamatan Matur belum menunjukkan kinerja baik dalam menjalankan tugas dan fungsinya, artinya belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian dengan menggunakan analisis data berupa angka. Penelitian ini menggunakan rancangan asosiatif. Penelitian asosiatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Kepemimpinan yang mencakup ; kemampuan untuk mempengaruhi bawahan, kemampuan untuk memotivasi, kemampuan untuk menggerakan, kemampuan untuk mengarahkan, (2) Supervisi Kepala Sekolah yang mencakup : mempelajari kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pengembangan dan pembinaan lebih lanjut, untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa, memperoleh sejumlah informasi untuk menyusun program pembinaan, menumbuhkan rasa percaya diri guru (3) Kinerja Guru yang mencakup : kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan, penguasaan metode dan strategi mengajar, pemberian tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, dan kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.Kontribusi kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah menunjukkan hasil yang positif dan signifikan sebesar 92% terhadap kinerja guru PAI.

Kata Kunci : Kepemimpinan, supervisi kepala sekolah, kinerja guru

(2)

2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga Tesis yang berjudul “ Kontribusi Kepemimpinan dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru PAI Sekolah Dasar Gugus I Di Kecamatan Matur Kabupaten Agam ” dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan.

Pembuatan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibuk Rektor Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi Ibu Dr. Ridha Ahida, M. Hum, Warek 1 Bapak Dr. Asyari, M. Si, Warek 2 Bapak Dr. Novi Hendri, M. Ag, dan Warek 3 Bapak Dr. Miswardi, M. Hum Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas pada penulis dalam menimba ilmu pengetahuan di IAIN ini.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Ibu Dr. Zulfani Sesmiarni, M.

Pd, Wakil Dekan 1 Bapak Dr. Iswantir M, M. Ag, Wakil Dekan 2 Bapak Charles, S. Pd.I, M. Pd.I, Wakil Dekan 3 Bapak Dr. Supratman Zakir, M. Pd, M. Kom yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Ibu Dr. Melyann Melani, SS, M.Pd selaku Ketua Program Studi Magister pendidikaan Agama Islam FTIK IAIN Bukittinggi yang telah memberikan bekal-bekal ilmu selama mengikuti perkuliahan di IAIN Bukittinggi.

(3)

3

4. Bapak Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc. M. Ag., selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Iswantir. M, M.Ag., selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan, kritik dan saran yang sangat berarti terhadap tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Bapak/Ibu selaku penguji utama tesis yang telah menguji dan memberi masukan-masukan untuk perbaikan tesis ini.

7. Bapak/Ibu segenap Staf dan Karyawan/i Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi

8. Bapak dan Ibuk Kepala Sekolah SD Negeri Gugus I Kecamatan Matur Kabupaten Agam yang telah memberikan waktu dan tempat untuk saya bisa penelitian.

9. Bapak dan Ibuk Majelis Guru PAI SD Negeri Gugus I Kecamatan Matur Kabupaten Agam yang telah memberikan waktu dan tempat untuk saya bisa penelitian.

10. Keluargaku yang tiada henti-hentinya mensupport dan mendoakan perjuangan ku dalam menempuh serta menyelesaikan kuliah ini (Ayahnda Usman, Istri tercinta Dozi Thurisia dan Anakku tersayang Ummul Khaira dan Ahmad Raffi’ Sakhi, serta adikku Asril, Yenti, dan Syarif Usman) Do’amu tetap kuharap sepanjang hidupku.

11. Bapak/ibuk mejelis guru tempat saya bertugas yang selalu memberikan semangat tanpa henti.

(4)

4

12. Bapak Suryadi S.Pd, M.M.Pd., motivator terbesarku, terima kasih selalu menemani dan memotivasi serta do’anya sampai akhir tesis ini.

13. Semua kawan-kawan mahasiswa Passatua seperjuanganku, terimakasih atas support dan do’anya semoga kesuksesan menyertai kita semua.

14. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini dan tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, sehingga terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini. Penulis mengharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri. Aamiin ya rabbal’alamin.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritikan konstruktif dan saran yang bersifat membangun walaupun penulis tetap berharap semoga tesis ini dapat menambah khazanah intelektual agama terutama dalam pendidikan agama Islam.

Matur, 25 Oktober 2019 Penulis,

MAHMUDI 201.15.001

(5)

5 DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Batasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II : LANDASAN TEORI 17 A. Kepemimpinan ... 17

1. Pengertian Kepemimpinan ... 17

2. Teori Kepemimpinan ... 18

3. Gaya Kepemimpinan ... 19

4. Tipe-tipe Kepemimpinan ... 19

5. Sifat dan Karakter Pemimpin ... 20

(6)

6

6. Kompetensi Kepala Sekolah ... 24

7. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 26

8. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 27

B. Supervisi ... 31

1. Pengertian Supervisi ... 31

2. Tujuan Supervisi ... 34

3. Siklus Pelaksanaan Supervisi ... 37

C. Kinerja Guru ... 38

1. Pengertian Kinerja Guru ... 38

2. Indikator Kinerja Guru ... 42

3. Kriteria Guru Profesional ... 44

D. Penelitian Yang Relevan ... 51

E. Definisi Operasional ... 58

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah 58 2. Supervisi Kepala Sekolah 58 3. Kinerja Guru 59 F. Kerangka Berfikir 59 1. Hubungan Kepemimpinan (X1) Terhadap Kinerja Guru PAI (Y) ... 60 2. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah (X2) Terhadap Kinerja Guru PAI (Y) ... 60 3. Hubungan Antara Kepemimpinan (X1) dan Supervisi Kepala Sekolah (X2) ... 60 4. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Supervisi Kepala Sekolah (X2) Terhadap Kinerja Guru PAI (Y) ... 61 G. Hipotesis ... 62

(7)

7

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 64

A. Metodologi Penelitian ... 64

B. Lokasi Penelitian ... 65

C. Populasi dan Sampel ... 65

1. Populasi ... 65

2. Sampel ... 66

D. Sumber Data dan Data ... 67

E. Instrumen Penelitian ... 68

F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 70

G. Pengujian Instrumen ... 70

H. Variabel Penelitian dan Variabel Operasional ... 71

1. Jenis Variabel Penelitian ... 71

2. Variabel Operasional ... 71

I. Teknik Analisis Data ... 73

1. Analisis Diskriptif ... 73

2. Uji Persyaratan Analisis ... 73

3. Uji Asumsi Klasik ... 74

a. Uji Normalitas ... 74

b. Uji Linearitas ... 74

c. Uji Heteroskedastisitas ... 74

J. Uji Hipotesis ... 75

1. Analisis Regresi Sederhana ... 75

2. Uji Regresi Berganda ... 76

(8)

8

3. Koefesien Determinasi ... 77

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Deskripsi Data ... ... 78

B. Persyaratan Analisis Data ... 78

1. Uji Normalitas ... 78

2. Uji Heteroskedastisitas ... 81

C. Uji Hipotesis ... 82

1. Uji Regresi Berganda ... 82

D. Pembahasan ... 85

BAB V : PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(9)

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada akhir-akhir ini banyak permasalahan-permasalahan yang muncul di dunia pendidikan kita sehingga menjadi komuditas pembicaraan di kalangan pakar, tokoh, pemerhati pendidikan bahkan di kalangan masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal tersebut dapat kita ikuti melalui media elektronik maupun cetak. Masalah pendidikan yang dikemukakan dalam bentuk pemberitaan maupun artikel-artikel meliputi berbagai aspek pendidikan sesuai dengan tinjauan, perhatian, dan kepentingan pemberitaan maupun penulisnya.

Pembicaraan tentang pendidikan merupakan suatu pertanda bahwa semua kalangan menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan. Mereka sangat menyadari bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan dan tergantung dari kualitas manusia yang dihasilkan melalui proses pendidikan sekarang ini. Apa yang terjadi dilingkungan pendidikan dewasa ini, menimbulkan rasa khawatir, apakah pendidikan saat ini mampu menghasilkan manusia yang berkualitas yang pada waktunya akan berperan melanjutkan kehidupan bangsa.

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi pada saat ini adalah persoalan mutu pendidikan pada suatu jenjang dan satuan pendidikan. Pemerintah ( Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi serta Dinas Pendidikan dan Kebudaayaan Kabupaten/Kota telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku, dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan,

(10)

10

dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dipercaya orang tua dan masyarakat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan dalam perkembangan dan kemajuan bangsa. Maka untuk mewujudkan sumber daya manusia itu sangat dibutuhkan seorang pemimpin pada lembaga pendidikan yang didasarkan pada jati diri bangsa dan negara, bersumber nilai-nilai budaya dan agama serta mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan ( SNP ) bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menetapkan delapan standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Delapan standar yang dimaksud meliputi:

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Salah satu standar yang dinilai langsung berkaitan dengan mutu lulusan yang diindikasikan oleh kompetensi lulusan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Ini berarti bahwa untuk dapat mencapai mutu lulusan yang diinginkan, mutu proses belajar mengajar harus ditingkatkan.

Kepala sekolah yang diberi tugas sebagai pemimpin organisasi pendidikan diharapkan tidak menganggap guru sebagai bawahan akan tetapi sebagai mitra kerja dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Maka seiring dengan itu diharapkan

(11)

11

kepala sekolah perlu menguasai dan mempunyai kemampuan untuk memotivasi guru sebagai mitranya dan juga kepala sekolah diharapkan mampu mempengaruhi serta memahami apa yang menjadi kebutuhan gurunya. Karena salah satu yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan suatu sekolah adalah adanya kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin dalam suatu organisasi hendaknya menyadari, memahami, dan tanggap terhadap strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai prestasi dan kepuasan kerja guru antara lain dengan memberikan dorongan kepada guru agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi ( TUPOKSI ) guru.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah, salah satu tugas kepala sekolah adalah untuk bisa menciptakan guru profesional dan dapat bekerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan. Lebih jauh kepala sekolah sebagai pimpinan harus mengetahui kinerja guru-gurunya. Karena kinerja sangat berkaitan dengan kepemimpinan organisasi sekolah dan juga kepentingan guru itu sendiri, oleh karena itu bagi kepala sekolah, hasil penilaian kinerja para guru sangat penting artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, penempatan, promosi dan berbagai aspek lain. Sedangkan bagi guru penilaian dapat berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Sehingga secara berkala hendaknya mengadakan penilaian kinerja guru-gurunya.

(12)

12

Kepemimpin dipahami sebagai segala daya upaya untuk menggerakkan semua sumber dan alat ( resources ) yang tersedia dalam suatu organisasi.

Resources tersebut dapat tergolong menjadi dua bagian besar, yaitu : human resources dan non human resources. Dalam lembaga pendidikan terdiri dari berbagai unsur atau sumber, dan manusialah yang merupakan unsur penting, sehingga sukses atau tidaknya suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kemampuan pemimpinnya untuk menumbuhkan iklim kerja sama dengan mudah dan dapat menggerakkan sumber- sumber daya yang ada sehingga dapat mendayagunakannya dan dapat berjalan secara efektif dan efesien.

Dengan demikian, kehidupan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran seorang pemimpin. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan lembaga pendidikan.

Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi hubungan manusia.1

Secara singkat dapat dipahami bahwa kepemimpinan adalah sifat yang harus dimiliki oleh perencana, pengorganisasi, pengarah, pemotivasi, dan pengendali untuk mempengaruhi orang-orang dan mekanisme kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2

1Trisupriyatno Marno, (2008), Manajemen dan Kepemimpinan Kependidikan Islam, Bandung:

Refika Aditma, hal. 30

2Fattah Syukur, (2011), Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, hal. 18

(13)

13

Rasulullah berpesan melalui haditsnya bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan pada hari akhir nanti akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah swt. Pada sisi lain Allah swt. telah mentaqdirkan manusia akan menjadi pemimpin terhadap orang lain. Kepala sekolah menjadi pemimpin terhadap suatu lembaga pendidikan dan bertanggungjawab merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan lembaga pendidikan yang dipimpin agar berkembang kepada yang lebih baik dan berkualitas pada akhirnya diharapkan outputnya bermanfaat bagi agama,orang tua, yang tidak kalah penting bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Dalam bahasa Arab seorang pemimpin disebut “khalifah”. Kata “khalifah”

berasal dari akar kata ………dalam kamus Al-Asyri berarti “mengganti” begitu juga dalam kamus al-Munawwir. Kata “khalifah” adalah isim fa’il yang berarti

“pengganti”. Dalam Al-qur’an kata “khalifah” juga berarti pemimpin, khalifah adalah suatu gelar yang diberikan kepada pemimpin Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Khalifah juga sering disebut sebagai

……….atau “pemimpin orang yang beriman”, atau “pemimpin orang- orang mukmin”. Dijelaskan dalam Al-qur’an yang berbunyi :

◆

⧫⬧

◆

⬧◼☺











❑⬧

➔



⧫





→◆

◆⧫

⧫◆



☺⧫

⬧◆

⬧

⧫⬧



◼

⧫



⧫❑☺◼➔⬧



Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:

(14)

14

"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan indikator seorang pemimpin yang baik itu harus memiliki kepribadian yang kuat, memahami kondisi guru dan karyawan, memiliki visi dan memahami misi, memiliki kemampuan mengambil keputusan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi.

Pemerintah melalui Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah pada poin B tentang 5 ( lima ) Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah ;

1. Kompetensi Kepribadian, 2. Kompetensi Manajerial, 3. Kompetensi Kewirausahaan, 4. Kompetensi Supervisi, 5. Kompetensi Sosial.

Kepala sekolah sebagai seorang manejer harus memiliki program dan terget yang harus diwujudkan selama masa jabatannya, untuk itu kepala sekolah perlu memiliki pemahaman yang baik terhadap visi dan misi institusinya serta tahu persis kondisi sekolah dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Selain dari itu seorang kepala sekolah harus memahami kompetensi tersebut diatas seperti kompetensi supervisi, sehingga mampu menganalisa pekerjaan yang akan dilaksanakan sehingga program dan target yang telah ditetapkan dapat diwujudkan dengan baik.

Program peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat dicapai apabila proses pembelajaran berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna.

Program peningkatan itu berupa pembinaan profesional guru yang dapat

(15)

15

dilaksanakan melalui supervisi. Supervisi bertujuan untuk memotivasi guru agar dapat melaksanakan tugas pokok sehari-hari dalam mengelola proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan profesinya. Supervisi dilakukan dengan mengadakan pra supervisi, observasi kelas, post observasi, dan tindak lanjut yang pada intinya untuk :

1. Mempelajari kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, 2. Pengembangan dan pembinaan lebih lanjut,

3. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi sewaktu melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran,

4. Secara langsung untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif,

5. Memperoleh sejumlah informasi untuk menyusun program pembinaan profesional secara terinci,

6. Menumbuhkan rasa percaya diri guru untuk berbuat dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.

Secara garis besar tujuan di atas dapat dinyatakan berupaya untuk mengidentifikasi kesulitan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan kepala sekolah dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Jika supervisi merupakan program yang direncanakan dengan baik oleh kepala sekolah, maka guru akan memperoleh kesempatan mengembangkan dirinya secara bertahap. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran beragam sifatnya seperti ; penyusunan persiapan pengajaran, memilih dan menetapkan metode yang tepat, mengembangkan proses pembelajaran yang

(16)

16

menjadikan siswa aktif, dan mengembangkan program remedial. Program supervisi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, akan dapat mencapai tujuan dengan baik, jika setiap kali supervisi difokuskan pada satu aspek sehingga pembinaan menjadi lebih intensif.

Kepala sekolah dalam melaksanakan peranannya sebagai supervisor seyogyanya menerapkan pendekatan kesejawatan, dimana kepala sekolah dan guru ada dalam satu profesi kependidikan. Walaupun dalam satu profesi, kedudukan dan fungsi keduanya berbeda. Perbedaan fungsi tidak perlu menimbulkan kesenjangan sosial, sebaliknya ada rasa saling menghormati dan kebersamaan. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan kepala sekolah masih belum maksimal menyusun, melaksanakan, dan menindaklanjuti program kegiatan supervisi sesuai dengan tugasnya sebagai supervisor. Bagi guru pelaksaanaan supervisi oleh kepala sekolah merupakan hal yang sangat menakutkan karena salah satu penyebabnya adalah penerapan pendekatan yang digunakan kepala sekolah.

Mutu proses belajar mengajar merupakan unsur yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, guru telah membuat persiapan mengajar, menetapkan bahan ajar, dan tujuan pengajaran sesuai dengan program yang telah disusun berdasarkan kurikulum. Guru juga berupaya untuk menentukan bahan apersepsi yang digunakan agar dapat menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik untuk belajar. Disamping itu guru juga mencari contoh-contoh terapan dari bahan ajar yang ada di lingkungan sekolah dan kehidupan peserta didik sehari-hari, menentukan metode penyajian

(17)

17

yang digunakan agar sajian dapat mendorong dan melibatkan peserta didik menjadi aktif, memilih tekhnik penyajian yang tepat agar guru berhasil menyampaikan sebuah konsep yang mungkin sulit diterima peserta didik.

Dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar, seorang guru diharapkan juga memahami pengelolaan kelas untuk dapat menciptakan suatu suasana belajar yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengalami pembelajaran yang optimal. Bagaimana menggunakan alat peraga yang baik perlu mendapat perhatian yang khusus, dan apabila tidak tersedia alat peraga yang diperlukan, diharapkan kepada guru dapat membuat sendiri atau mengambil barang-barang di lingkungan sekolah yang cocok sebagai alat peraga. Penggunaan alat peraga akkan menunjang proses belajar mengajar dan membantu peserta didik untuk memahami mengenai konsep tertentu. Peserta didik di dalam satu kelas mempunyai kemampuan belajar dan karakteristik yang berbeda-beda, ada bertipe visual, auditif, maupun motorik. Segala macam perbedaan karakteristik peserta didik harus mendapat perhatian dari guru sehingga perbedaan-perbedaan itu dapat diperhitungkan dalam merancang kegiatan belajar mengajar.

Salah satu syarat utama yang harus diperhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni guru yang professional. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen). Guru Profesional adalah guru yang mampu

(18)

18

mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Glickman (1981) menegaskan bahwa seorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan kinerja. Maksudnya adalah seseorang akan bekerjasama profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya.

Seorang guru dapat dikatakan profesional bila memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment).

Kemampuan profesional guru adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas, yang dibekali dengan Kompetensi (kemampuan dasar). Direktorat Pendidikan Dasar (1994) mengembangkan lima kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru sekolah dasar, antara lain : (1) penguasaan kurikulum; (2) penguasaan materi setiap mata pelajaran; (3) penguasaan metode dan teknik evaluasi; (4) komitmen terhadap tugas; (5) disiplin dalam arti luas. Kemampuan profesi adalah salah satu unsur penunjang bagi guru dalam mewujudkan prestasi kerja (kinerja).

Kinerja diartikan sebagai ukuran kerja (performance), pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja / unjuk kerja / penampilan kerja. Prestasi kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi, kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan tidak akan menghasilkan out put yang berkualitas.

Kinerja guru adalah kemampuan seorang guru untuk melakukan perbuatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup aspek perencanaan program belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar, penciptaan dan pemeliharaan kelas yang optimal, pengendalian kondisi belajar yang optimal, serta

(19)

19

penilaian hasil belajar. Kinerja sangat penting dalam menentukan kualitas kerja seseorang, termasuk seorang guru.

Hasil pengamatan yang dilakukan penulis, masih tampak sebagaian guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Sekolah Dasar Gugus I di Kecamatan Matur belum menunjukkan kinerja baik dalam menjalankan tugas dan fungsinya, artinya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, seperti: kegiatan dalam merencanakan progam pengajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan penilaian, melaksanakan ulangan harian, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan serta mengadakan pengembangan bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai gambaran profil guru yang kinerjanya masih rendah, antara lain: guru mengajar secara monoton dan tanpa persiapan yang matang. Guru masih menggunakan persiapan mengajar dengan sangat sederhana, belum sepenuhnya menggunakan acuan kurikulum yang dipersyaratkan, dan tidak konsisten dalam implementasi skenario rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan dan pada proses pembelajaran guru masih dominan menggunakan metode ceramah. Dijumpai masih ada guru yang mengajar hanya berdasarkan pengalaman masa lalunya dari waktu kewaktu, sehingga merasa hafal diluar kepala dan tidak mau berubah terhadap hal-hal baru, termasuk metode pembelajaran, penggunaan media, sistem penilaian yang kurang difahami, mengajar secara hafalan/ tanpa persiapan mengajar.

Berdasarkan adanya penilaian kinerja, kepala sekolah akan memperoleh informasi tentang keberhasilan atau kegagalan gurunya dalam menjalankan tugas

(20)

20

masing-masing. Kinerja penting untuk diteliti, karena ukuran terakhir keberhasilan suatu organisasi/ sekolah adalah kinerja atau pelaksanaan pekerjaannya, sehingga kemajuan sekolah banyak dipengaruhi oleh kinerja guru- gurunya. Penilaian kinerja guru pada dasarnya merupakan penilaian yang sistematik terhadap penampilan kerja guru itu sendiri terhadap taraf potensi kerja guru dalam upaya mengembangkan diri untuk kepentingan sekolah. Sehingga di antara tujuan sekolah dasar dapat menyiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, menguasai ranah kognitif, ranah efektif serta ranah psikomotor.

Kinerja guru merupakan seluruh usaha guru untuk mengantarkan proses pembelajaran mencapai tujuan pendidikan. Adapun kinerja guru meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut tugas profesionalnya sebagai guru dan tugas pengembangan pribadi guru. Tugas Profesional guru mencakup suatu kegiatan berantai dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan, mengevaluasi sampai dengan tindak lanjut evaluasi. Selain itu guru juga dituntut untuk memiliki pemahaman wawasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik serta harus mampu mengembangkan potensi peserta didik

Berdasarkan uraian latar berlakang di atas, maka penelitian ini bermaksud mengungkap kontribusi kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Sekolah Dasar Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

(21)

21 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi focus perhatian dan problem adalah sejauh mana kontribusi kepemimpinan dan supervise kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam. Masalah pokok teridentifikasi sebagai berikut:

1. Kepemimpinan kepala sekolah yang kurang baik dalam memimpin dan memberdayakan guru sebagai mitra kerjanya.

2. Kepala sekolah masih belum maksimal menyusun, melaksanakan, dan menindaklanjuti program kegiatan supervisi sesuai dengan tugasnya sebagai supervisor.

3. Kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) di Sekolah Dasar (SD) Gusus I Kecamatan Matur Kabupaten Agam menunjukkan kurang maksimal karena profesionalitasnya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang dan identifikasi masaalah di atas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada kepemimpinan kepala sekolah ( X1 ), supervise kepala sekolah ( X2 ), terhadap kinerja guru PAI ( Y ) di Gugus Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(22)

22

1. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam ?

2. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam ?

3. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah pada guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam ?

4. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan secara bersama antara kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam ?

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisa dan mengetahui kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

2. Untuk menganalisa dan mengetahui kontribusi yang signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

(23)

23

3. Untuk menganalisa dan mengetahui kontribusi yang signifikan antara kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah pada guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

4. Untuk menganalisa dan mengetahui kontribusi yang signifikan secara bersama antara kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, minimal menguji teori-teori menajemen pendidikan yang berkaitan dengan kontribusi kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Sekolah Dasar Negeri Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan , khususnya UPT Pendidikan TK/SD & LS Kecamatan Matur Kabupaten Agam diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam membina guru Sekolah Dasar dan

(24)

24

penerapan kepemimpinan dan supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Sekolah Dasar Negeri Gugus I di Kecamatan Matur Kabupaten Agam.

b. Dapat memberi motivasi bagi guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Sekolah Dasar supaya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

(25)

25 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Secara umum, kepemimpinan ( leadership ) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pimpin” yang jika mendapat awalan “me”

menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing.1

Terry & Rue ( 1985 ) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan

yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan. Menurut Yuki ( 1987 ) yang dikutip oleh Usman Husaini beberapa definisi yang cukup mewakili adalah sebagai berikut :

1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.

3. Kepemimpinan adalah penentuan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi.

1 Departemen Pendidikan Nasional, (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta ; Balai Pustaka, hal.

(26)

26

4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

5. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.1

Secara singkat dapat dipahami bahwa kepemimpinan adalah sifat yang harus dimiliki oleh perencana, pengorganisasi, pengarah,pemotivasi, dan pengendali untuk mempengaruhi orang-orang dan mekanisme kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2

2. Teori Kepemimpinan

Dua teori kepemimpinan yang cukup menarik perhatian para pengamat dan praktisi pengembangan sosial antara lain :

1. Teori kepemimpinan karismatik ( charismatic leadership ).

Pemimpin karismatik memilki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas b. Mengkomunikasikan visi dengan efektif

c. Mendemonstrasikan konsistensi dan fokus

d. Mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya.

2. Teori kepemimpinan transformasional ( transformational leadership )

Pemimpin-pemimpin transaksional membimbing atau memotivasi pengikutnya atau bawahannya ke arah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan peran dan tugas. Pemimpin transformasional

1 Usman Husaini, (2012), Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Bogor: Bumi Aksara, hal. 273-274

3 Fattah Syukur, (2011), Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, hal. 18

(27)

27

memberikan pertimbangan yang bersifat individual, stimulasi intelektual dan memiliki karismatik. Kepemimpinan transformasional dibangun dari kepemimpinan transaksional.1

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga diantaranya adalah:

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter 2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

3. Gaya Kepemimpinan Bebas dan Pelengkap 4. Tipe-tipe Pemimpin

a. Partisifatif

Kepemimpinan yang partisifatif adalah suatu cara memimpin yang memungkinkan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan, bila ternyata proses tadi mempengaruhi kelompok, atau bila memang kelompok ( bawahan ) ini mampu turut berperan dalam pengambilan keputusan dalam hal ini atasan tidak hanya memberikan kesempatan kepada mereka yang berinisiatif akan tetapi akan membantu mereka menyelesaikan tugas mereka sendiri, umpamanya dengan memberikan fasilitas, pemimpin di sini bermaksud untuk mengembangkan rasa tanggungjawab bawahan dalam dalam mencapai tujuan kelompok, organisasi atau lembaga, dengan menggunakan cara memberi pujian, atau juga memberikan kritikan yang membangun walau pada akhirnya

4 Isjoni, (2007), Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo, hal. 33

(28)

28

tanggungjawab untuk membuat keputusann, namun dalam proses pengambilan keputusan itu dikerjakan bersama-sama dalam anggota kelompok.1

b. Laisser faire ( bebas )

Dengan cara ini seorang pemimpin akan meletakkan tanggungjawab pengambilan keputusan sepenuhnya kepada para bawahan. Di sini pemimpin hanya sedikit saja atau hampir sama sekali tidak memrikan pengarahan. Sudah barang tentu dengan cara ini maksud pemimpin adalah menganggap bawahannya sudah dewasa, dan tahu apa kewajibannya. Dalam cara ini komunikasi antar bawahan, maupun antara bawahan dengan pemimpinannya kurang sekali.2

5. Sifat dan Karakter Pemimpin

Secara operasional, untuk mewujudkan produk pendidikan menjadi tenaga-tenaga profesional, dibutuhkan figure pemimpin yang kompetitif dan profesional. Maju mundurnya suatu lembaga pendidikan lebih ditentukan oleh faktor pimpinan. Ali Muhammad Taufiq menjelaskan macam-macam sifat kondusif yang harus dimiliki oleh pemimpin antara lain :

a. Menertibkan semua urusan dan membulatkan tekad untuk bertaqwa kepada Allah swt.

b. Bersedia mendengar nasehat dan tidak sombong,

c. Memfungsikan keistimewaan yang lebih dibanding orang lain,

d. Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggungjawabnya, e. Mempunyai karisma dan wibawa dihadapan manusia atau orang lain, f. Bermuamalah dengan lemah lembut terhadap orang lain atau bawahannya,

5 Fattah Syukur, (2011), Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, hal. 57

6 Fattah Syukur, (2011), Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, hal. 58

(29)

29

g. Bermusyawarah dengan para pengikutnya serta meminta pendapat dan pengalaman mereka.

Seorang pemimpin harus memiliki power atau pengaruh, diantaranya : a. Power eksekutif ( pelaksana ), yaitu pengaruh yang dapat menimbnulkan

karisma dan wibawa untuk mengatur anggota kelompok atau orang lain.

b. Power legislatif ( pembuat hukum ), yaitu pengaruh untuk mengatur hubungan antar kelompok.

c. Power pembuat keputusan, yaitu pengaruh untuk mendamaikan perselisihan yang terjadi dalam penerapan hukum.1

Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip

(Stephen R. Coney) sebagai berikut :

1. Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.

Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.

Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip padapelayanan yang baik.

3. Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang

7 Mujamil Qomar, (2007), Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, hal. 285

(30)

30

lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.

Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

a. Percaya pada orang lain

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik.

Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya.

Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The

(31)

31

New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana member hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

e. Latihan mengembangkan diri sendiri

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses.

Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yangterusmenerus.

Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.

Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi factor pengendali dalam

(32)

32

kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.

Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong.

Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang. Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

6. Kompetensi Kepala Sekolah

Permendiknas RI No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah dan buku mengenai Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK & SLB menyebutkan bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin memiliki lima kompetensi yaitu sebagai berikut1:

a. Dimensi Kompetensi Kepribadian

1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah,

2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin,

3. Memiliki keinginan yang dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah,

4. Bersikap terbuka dalam melaksaanakan tugas pokok dan fungsi,

1 Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah, hal. 169

(33)

33

5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah,

6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

b. Dimensi Kompetensi Manajerial

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan,

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan,

3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal,

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif,

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik,

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal,

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal,

8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah,

9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik, 10. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip

pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien,

11. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional,

12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah,

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah,

14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan,

15. Memanfaatkan kemajuan tekhnologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah,

16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

(34)

34 c. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru,

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat,

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

d. Dimensi Kompetensi Sosial

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah,

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Dari uraian di atas penulis tarik kesimpulan bahwa pengangkatan kepala sekolah sekarang begitu selektif berpedoman kepada standar kompetensi kepala sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan profesionalitas kepala sekolah dalam melaksanakan tupoksinya sehingga menghasilkan sekolah yang berkualitas karena keberhasilan suatu sekolah tidak bisa terlepas dari peran kepala sekolah sebagai pemimpin yang dapat memberikan pembaharuan bagi sekolah yang dipimpinnya.

7. Kepemimpinan Kepala Sekolah a. Pengertian kepala Sekolah

Menurut Suharsimi Arikunto, kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemilik sekolah, karena kepala sekolah sangat faham dengan kehidupan sekolah sehari-hari. Seorang kepala sekolah menduduki jabatannya karena ditetapkan dan diangkat oleh atasan (Kepala Kantor Pendidikan dan Kebudayaan atau Yayasan)

(35)

35

tetapi untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar, seorang kepala sekolah perlu diterima oleh guru-guru yang dipimpinnya.1

Menurut Wahjosumidjo, kepala sekolah adalah seorang tenaga profesional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana sekolah tersebut menjadi tempat proses belajar mengajar dan terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan murid yang menerima pelajaran. Kata “memimpin”

dari rumusan tersebut mengandung makna luas, yaitu : kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam praktik lembaga, kata “memimpin” mengandung konotasi “menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan lain-lain”.2

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kepala sekolah di atas, maka dapat peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang diangkat dan ditetapkan oleh pemerintah maupun yayasan untuk menjadi pemimpin lembaga pendidikan ( sekolah ). Seorang kepala sekolah dituntut agar menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi-fungsi sekolah sebagaimana visi, misi, dan tujuan sekolah.

8. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai salah satu sub sistem pendidikan merupakan figur sentral dan amat strategis dalam penyiapan, pengelolaan, dan penentuan perolehan produk akhir ( lulusan ) dari tingkat satuan pendidikan ( sekolah ) yang dipimpin,

1 Suharsimi Arikunto, ( 2001 ), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, hal.86

2Wahdjosumidjo, ( 2003 ), Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjam Teoritik dan Permasalahannya, Jakaarta: Raja Grafindo, hal. 83

(36)

36

hampir dapat dipastikan dan diterima banyak kalangan bahwa : semua gejala, fenomena, dan performance yang terlihat dan terjadi di sekolah adalah refleksi

“ sang kepala sekolah “. Oleh sebab itu keberadaan kepala sekolah yang handal dan piawai dalam mengelola sekolah merupakan kebutuhan yang mendesak dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pada diri kepala sekolah melekat segudang atribut ( prediket ), sebagai manager, administrator, supervisor, ( climate maker, desicion maker, entrepreneur, motivator, leader, aducator, dan soon ).

Kepala sekolah sebagai seorang manejer harus memiliki program dan terget yang harus diwujudkan selama masa jabatannya, untuk itu kepala sekolah perlu memiliki pemahaman yang baik terhadap visi dan misi institusinya serta tahu persis kondisi sekolah dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Selain dari itu seorang kepala sekolah harus memahami kompetensi tersebut diatas, sehingga mampu menganalisa pekerjaan yang akan dilaksanakan sehingga program dan target yang telah ditetapkan dapat diwujudkan dengan baik.

Menurut Mulyasa dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM).1

1 E. Mulyasa, ( 2007 ), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, hal. 33

(37)

37

Apabila dilihat dari konteks manejer, maka kepala sekolah seyogyanya harus memiliki kompetensi dan mampu melaksanakan funsi-fungsi manejer yang meliputi antara lain :

- Sebagai Planner

Seorang kepala sekolah sebagai planner harus mempunyai visi, melihat jauh kedepan, berfikir dan bertindak “prospektif” artinya kepala sekolah harus dapat memproyeksi tuntutan masa depan global satu tatanan kegiatan yang terprogram dan implementatif berupa :

a. Rencana Kerja Jangka Panjang ( RKJP ), b. Rencana Kerja Jangka Menengah ( RKJM ), c. Rencana Kerja Jangka Pendek ( RKJP ).

Penyusunan rencana kerja ini tetap mengacu kepada pencapaian empat kebijaksanaan pokok bidang pendidikan, meningkatkan pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, peningkatan mutu, relevansi dan peningkatan serta peningkatan efesiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan.

- Sebagai Organizer

Kepala sekolah sebagai seorang organizer harus mampu mengorganisasikan segenap sumber daya yang ada serta menerapkan konsep 4 M ( mempengaruhi, menggerakkan, memberdayakan, mengembangkan ).

(38)

38 - Sebagai Actuator

Kepala sekolah sebagai aktuator dituntut dapat memberi arah dan contoh kerja dan pelayanan yang berkeunggulan kepada pengikutnya (follower) sehingga komitmen terhadap disiplin dan kualitas kerja dapat ditingkatkan.

- Sebagai Controller

Kepala sekolah sebagai controller harus mampu dan mau melakukan evaluasi terhadap program kerja yang telah dibuat, melalui tindakan tersebut dapat diketahui sejauhmana program kerja dapat dilaksanakan, ketercapaian target dan apabila menemukan hambatan dan ganjalan dalam pelaksanaan program, dapat mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Kepala sekolah, dalam kapasitasnya sebagai controller juga harus mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh guru, apakah mereka telah melakukan tugas sesuai dengan yang diharapkan, dapat dipastikan melalui tindakan pengawasan akan ditemukan hasil yang menggambarkan tentang keberhasilan dan tidak berhasilnya suatu pekerjaan.

Maka untuk menghadapi kondisi tersebut diperlukan ketegaran dan komitmen moral yang tinggi dari seorang kepala sekolah untuk memberikan ganjaran berupa reward dan punishment. Bagi yang berhasil diberikan reward ( penghargaan ) dan bagi yang belum diberikan bimbingan, pembinaan, nasehat, peringatan, dan lain- lain pada akhirnya moral kerja, iklim kerja, dan prestasi kerja dapat meningkat.

Berdasarkan definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa indikator kepemimpinan antara lain :

(39)

39

1. Kemampuan untuk mempengaruhi bawahan, 2. Kemampuan untuk memotivasi,

3. Kemampuan untuk menggerakkan, 4. Kemampuan untuk mengarahkan,

B. Supervisi

1. Pengertian Supervisi

Menurut Ngalim Purwanto bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.1 Sedangkan Wiyono mencoba mendefinisikan supervisi dengan mengkaitkan fungsi pimpinan umum yang mengkoordinasikan dan memimpin kegiatan-kegiatan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan belajar.2 Hal senada dikemukakan Sahertian bahwa supervisi adalah usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.3 Menurut Surachmad dimensi supervisi dalam pendidikan meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, kepribadian, kesejahteraan guru, pelayanan kepegawaian, dan jenjang karir.4

Jadi pada hakikatnya, supervisi adalah sebagai bantuan dan bimbingan atau tuntunan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional guna

12 Ngalim Purwanto, ( 1998 ), Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.hal. 76

13 Wiyono, ( 1989 ), Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti: Depdikbud D2 LPTK.hal. 180

3 Suhertian, ( 2000 ), Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.hal. 19

4 Surachman, ( 1983 ), Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.hal. 179

(40)

40

memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinu sebagai bagian dari peningkatan mutu pembelajaran. Kepala sekolah sebagai supervisor harus betul-betul mengerti bantuan apa yang dibutuhkan oleh guru dalam melaksanakan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Meningkatkan mutu pembelajaran menjadi landasan profesionalisme supervisi pendidikan, karenanya diperlukan perubahan dan pengembangan visi berorientasi pada mutu, kecerdasan siswa, dan paradigma baru pendidikan.

Kepala sekolah harus melakukan tugas-tugas manajemen sekolah seperti melakukan supervisi terhadap guru yang mengajar disekolah tempat ia memimpin.

Kunjungan supervisi dapat dilaksanakan dengan kunjungan kelas tujuannya adalah untuk memantau guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar. Hasil temuan dalam pemantauan tersebut dijadikan sebagai bahan untuk pembinaan terhadap guru.

Secara garis besar dapat dinyatakan bahwa dengan supervisi dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kepala sekolah perannya sebagai supervisor dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dengan melaksanakan supervisi. Karena dengan supervisi guru dapat mengembangkan kemampuan untuk mengatasi kesulitannya. Jika supervisi merupakan program yang direncanakan dengan baik oleh kepala sekolah, maka guru akan memperoleh kesempatan mengembangkan dirinya secara bertahap. Setiap tahapan supervisi diharapkan dapat memperkuat kemampuan mengatasi kesulitannya sehingga guru

(41)

41

dapat mengembangkan rasa percaya dirinya. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru sangat beragam sifatnya, ada yang berkaitan dengan penyusunan persiapan mengajar, memilih dan menetapkan metode yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran atau mengembangkan proses pembelajaran yang menjadikan siswa aktif.

Sebagai aktivitas yang direncanakan oleh kepala sekolah untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut.

a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar mengajar yang baik.

c. Bersama dengan guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang lebih baik.

d. Membina kerjasama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah lainnya.1

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang salah satunya memiliki fungsi supervisi yang kompetensinya adalah sebagai berikut:

1 Ngalim Purwanto, ( 1998 ), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hal.28

(42)

42

a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat

c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, materi ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi: (1) memahami konsep supervisi akademik, (2) membuat rencana program supervisi akademik, (3) menerapkan teknik-teknik supervisi akademik, (4) menerapkan supervisi klinis, dan (5) melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik.

2. Tujuan Supervisi

Prestasi belajar siswa dapat dicapai tidak terlepas dari peranan pengawas, kepala sekolah dan guru. Tugas pokok guru adalah mengajar dan membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah belajar dan perkembangan pribadi dan sosialnya.

Kepala sekolah memimpin guru dan siswa dalam proses pembelajaran serta membantu mengatasi masalah yang dihadapi. Pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada kepala sekolah, guru dan siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi selama proses pendidikan berlangsung.

(43)

43

Berdasarkan sasaran pelaksanaan supervisi adalah guru, maka secara gambling dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Yang dimaksud situasi belajar dan mengajar ialah situasi dimana terjadi proses interaksi antara guru dengan siswa dalam usaha mencapai tujuan belajar yang ditentukan. Usaha ke arah perbaikan pembelajaran ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak yang mandiri. Lebih lanjut Direktorat Pendidikan Dasar dikemukakan, bahwa tujuan konkrit supervisi adalah sebagai berikut.

a. Mempelajari kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, b. Untuk pengembangan dan pembinaan lebih lanjut,

c. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi sewaktu melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran,

d. Secara langsung mengetahui keperluan guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif,

e. Untuk memperoleh sejumlah informasi untuk menyusun program pembinaan professional secara terinci,

f. Untuk menumbuhkan sikap percaya diri pada guru untuk berbuat dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.

Tujuan di sini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus.

a) Tujuan supervisi pendidikan secara umum adalah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Usaha-usaha ke arah perbaikan belajar mengajar ini ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.

b) Tujuan khusus dari supervisi pendidikan adalah sebagaimana pendapatnya M. Rifai, MA yaitu:

(44)

44

1. Membantu guru agar dapat lebih mengerti atau menyadari tujuan-tujuan pendidikan disekolah dan fungsi sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.

2. Membantu guru agar mereka lebih mengerti dan menyadari kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi siswanya, supaya dapat membantu siswa lebih baik.

3. Untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif dengan cara yang demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan yang profesional di sekolah dan hubungan antara staf yang kooperatif untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan masing-masing.

4. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan serta mengembangkan kemampuan itu dengan memberikan tugas-tugas tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuanya.

5. Membantu guru meningkatkan penampilanya di ruang kelas.

6. Membantu guru dalam masa orientasi supaya cepat menyesuaikan diri dengan tugasnya dan mendayagunakan kemampuanya secara maksimal.

7. Membantu menemukan kesulitan belajar siswa-siswanya dan merencanakan tindakan-tindakan perbaikan.

8. Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang di luar batas kewajaran, baik dari dalam (sekolah) maupun dari luar (masyarakat).1 Jadi, tujuan supervisi pendidikan adalah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik dan berkualitas khususnya yang dilakukan oleh

1 M. Rifai, ( 1980 ), Administrasi dan Su pervisi Pendidikan, Bandung: Semmars, hal. 39-46.

(45)

45

guru. Dalam supervisi pendidikan, kepala sekolah selaku supervisor harus mampu merefleksikan semua tujuan di atas. Dengan melaksanakan semua tujuan-tujuan di atas diharapkan terjadi perubahan perilaku mengajar guru ke arah yang lebih baik yang pada akhirnya akan menunjang prestasi belajar siswa.

3. Siklus Pelaksanaan Supervisi

Berdasarkan memanfaatkan siklus kegiatan supervisi kepala sekolah akan lebih mudah untuk membina gurunya berdasarkan hasil supervisi. Setiap orang akan memberikan gaambaran pelaksanaan tugasnya secara berbeda-beda dan berbeda pula kebutuhan pembinaannya. Dengan cara ini kepala sekolah dapat menggunakan metode pembinaan yang bervariasi dan berlandaskaan perbedaan dan kebutuhan individual guru yang bersangkutan. Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian kepala sekolah agar supervisi yang direncanakan daapat berjalan dengan baik. Dalam persiapan ini kepala sekolah dituntut melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyusun rencana supervisi, 2. Penetapan focus supervisi, 3. Pelaksanaan supervisi, 4. Pembahasan hasil supervisi, 5. Pelaksanaan supervisi lanjutan,

6. Pembahasan dan tindak lanjut hasil supervisi, 7. Penilaian terhadap tindak lanjut.1

1 Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud, ( 1996 ), Mutu Media Komunikasi dan Informasi Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar, Jakarta Selatan, hal. 18

Gambar

Gambar 1. Siklus Pelaksanaan Supervisi
Gambar 2. Paradigma Penelitian Kepemimpinan Kepala Sekolah ✓  Kemampuan untuk mempengaruhi bawahan ✓  Kemampuan untuk memotivasi ✓  Kemampuan untuk menggerakkan ✓  Kemampuan untuk mengarahkan
Tabel 3.1. Data Kepala Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Matur
Tabel 3.2. Data Guru PAI Sekolah Dasar Gugus 1 Kecamatan Matur
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTU MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Orang berzirah ke makam raden ayu putri ontjat thanda wurung ini berziarah siang dan malam atau sesuka hatinya mau berkunjung atau ziarah ke makam putri ayu tersebut dengan

Darah dari sumber lainnya, keadaan patologi yang berdekatan dengan vitreus juga dapat menyebabkan perdarahan vitreus seperti pada perdarahan dari makroaneurisma

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua faktor yang mempengaruhi tidur yang diteliti (nyeri, keadaan psikologis dan keadaan lingkungan) menunjukkan adanya

Islam sangat menekankan terciptanya pasar bebas dan kompetitif dalam transaksi jual beli, tetapi semua bentuk kegiatan jual beli itu harus berjalan di bawah

dan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Promotional Mix Sebagai Variabel Moderasi Orientasi Pelanggan Dan

Dari hasil analisa menggunakan uji dependen diperoleh p value 0,048 (p<0,05) berarti ada perbedaan yang signifikan intensitas nyeri sebelum dan sesudah yang tidak

Sesuai dengan uraian yang telah disampaikan dan dikemukakan sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan implementasi metode Scrum dalam pengembangan test engine try