• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH : TIARA DIANTI NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH : TIARA DIANTI NIM."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH : TIARA DIANTI

NIM.141000398

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : TIARA DIANTI

NIM.141000398

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

KANDUNGAN BORAKS DAN FORMALIN SERTA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MAKANAN JAJANAN BAKSO DI SEKOLAH DASAR (SD) KELURAHAN MABAR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemuakn adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Mei 2018

Tiara Dianti

(4)
(5)

dan air es. Biasanya jenis bakso di masyarakat pada umumnya diikuti dengan nama jenis bahan seperti bakso ayam, bakso ikan dan bakso sapi atau bakso daging. Bakso adalah salah satu jenis makanan yang sering dicampurkan dengan bahan tambahan yang tidak diizinkan oleh pemerintah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak kandungan boraks dan formalin pada bakso yang ada di Sekolah Dasar (SD). Hal ini karena secara fisik bakso yang dijual di Sekolah Dasar (SD) berwarna putih tidak seperti bakso tanpa boraks yang berwarna abu-abu merata dan bau bakso tidak tercium bau daging. Serta mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung boraks dan formalin di Sekolah Dasar (SD) Kelurahan Mabar tahun 2018.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang disertai pemeriksaan laboraturium secara kualitatif, dengan pengambilan sampel bakso dengan cara purposive sampling dengan kriteria khusus yang ditentukan oleh peneliti.. Serta mengetahui pengetahuan dan sikap anak Sekolah Dasar terhadap bakso yang mengandung boraks dan formalin. Populasi siswa Sekolah Dasar kelas 5 berjumlah 615 siswa.

Pengambilan sampel di setiap Sekolah Dasar dilakukan dengan teknik slovin berjumlah 86 siswa, untuk pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional sampling.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, tidak ditemukan kandungan boraks dan formalin pada bakso. Serta hasil penelitian pengetahuan siswa dikatakan baik (65,1%), salah satunya yaitu mengetahui formalin berbahaya bila dikonsumsi (91,9%), dan sikap siswa dikatakan baik (57,0%), salah satunya yaitu tidak setuju pada pernyataan memilih bakso yang mengandung boraks tetapi enak dan murah (87,2%).

Disarankan dari penelitian ini diberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama siswa Sekolah Dasar (SD) tentang makanan jajanan bakso yang mengandung boraks dan formalin.

Kata Kunci : Bakso, Boraks dan Formalin, Sekolah Dasar, Siswa

(6)

meatballs differ in society based on their ingredients as in chicken meatballs, fish meatballs, beef meatballs. Meatballs are one of the food that are often mixed with additives that are prohibited by the government.

The purpose of this study is to determine whether or not there’s borax and formaline contained in meatballs in elementary school. This is because physically the meatballs sold in elementary school are white colored not alike the normal meatballs without borax which are gray colored and also don’t have any meaty smell. And to know the level of student’s knowledge and attitude regarding snacks that contained either borax and formaline at elemtary school of Mabar in 2018.

This is descriptive research which accompanied by qualitative laboratory examination with sampling of meatballs by way of purposive sampling with specific criteria determined by the researcher. Also to know the knowledge and attitude of the elementary strudents about the meatballs that contain borax and formline. The population of elemtary students in grade 5 is 615 students.

Sampling in every elementary school is done by slovin technique amounted to 86 students, for the sampling is done by way of propotional sampling.

By the result of laboratory examination, borax and formaline aren’t contained in the meatballs. Also the result of the students knowledge research is good (65,1%), one of it is knowing the danger of consuming the formaline (91,9%), and students attitude is good (57,0%), one of it is disagreeing to statements tht said to choose meatballs that contained borax but good and cheap (87,2%).

Suggested from this research is given counseling to society moreover to elementary students about meatballs that contain borax and formaline.

Keywords: meatballs, borax and formaline, elementary school, students

(7)

Marelan Blok F11 Titipapan, Kota Medan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ayahanda Ahmad Prayudi dan Ibunda Muryanti.

Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 2001 di TK Swasta Dr.

Wahidin Sudirohusodo Medan, Sumatera Utara dan selesai pada tahun 2002.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Dr.

Wahidin Sudirohusodo Medan, Sumatera Utara yang selesai pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Pertiwi Medan hingga tahun 2011 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Medan, Sumatera Utara dan selesai pada tahun 2014. Penulis kemudian menempuh pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

(8)

vi

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kandungan Boraks dan Formalin Serta Pengetahuan dan Sikap Mengenai Makanan Jajanan Bakso di Sekolah Dasar (SD) Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, perbaikan, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

(9)

5. Ir. Evi Naria, M.kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

6. Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

7. Siti Khadijah, SKM., M.kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Seluruh Dosen beserta Staf Pegawai di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu dan bersedia memberikan kritik juga saran demi kesempurnaan tulisan ini.

9. Kepala Sekolah Dasar dan Staf Pegawai Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar, yang telah memberikan bantuan selama penelitian berlangsung.

10. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Ahmad Prayudi dan Muryanti serta adik saya tercinta Tasya Dianti dan Arya Ahmad Diansyah, dan seluruh keluarga besar dari Papa dan Mama atas motivasi, dukungan dan semangat yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.

11. Sahabat - sahabat terbaik peneliti sedari dulu Fitri Pramita Sari, Adinda Taniya Pramesti, Mutia Lestari, Jodi Permana Barus, yang telah

(10)

viii

USU, Yuan Fadilah Arsya, Kiki Nadya Annisa, Rizki Wika Ayu Sekarini, Annisa Syahfitri Hsb, dan Dinda Faradiba Lbs, Futia serta terkhususnya Dian Afriyeni, Sari Rahmayani, dan Nadia Arini, yang telah membantu dan menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Keluarga Besar Kesling, terkhusus untuk teman-teman peneliti, Maydillah, Ismi, Dinda, Qiqi, Dessi, Rahma, Nadia, Thia, Chairifani Sukri serta teman-teman kesling yang lainnya untuk dukungan dan doanya selama ini, dan terkhusus untuk Kak Dian, selaku pegawai departemen Kesehatan Lingkungan.

14. Teman-teman terbaik di Pengalaman Belajar Lapangan Desa Lubuk Saban, Dessi Fitrianti, kak Vetra Sarah Sitompul, Khairunnisa Nst, dan Sinta serta teman-teman Latihan Kerja Peminatan di BTKL atas kebersamaannya dalam memberikan pengalaman yang berharga bagi penulis dan berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Semua pihak yang telah berjasa dan tak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

(11)

Medan, Juli 2018 Penulis

Tiara Dianti

(12)

ABSTRACT………..………. iv

RIWAYAT HIDUP………. v

KATA PENGANTAR………. vi

DAFTAR ISI……….... x

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR GAMBAR………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… xv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2.Perumusan Masalah………. 6

1.3 Tujuan penelitian………. 6

1.3.1 Tujuan Umum……… 6

1.3.2 Tujuan Khusus………... 6

1.4 Manfaat Penelitian………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 8

2.1 Makanan Jajanan………. 8

2.1.1 Definisi Makanan Jajanan………. 8

2.1.2 Bakso……… 10

2.1.3 Bahan Tambahan Pangan……….. 11

2.1.4 Bahan Pengawet……… 15

2.1.4.1 Bahan Pengawet yang Diizinkan………. 17

2.1.4.2 Bahan Pengawet yang Tidak Diizinkan……….. 19

2.2 Boraks………. 20

2.2.1 Pengertian Boraks………. 20

2.2.2 Karakteristik Boraks……….. 21

2.2.3 Kegunaan Boraks……….. 22

2.2.4 Dampak Boraks pada Makanan Terhadap Kesehatan…... 22

2.3 Formalin……….. 24

2.3.1 Pengertian Formalin……….. 24

2.3.2 Karakteristik Formalin………... 25

2.3.3 Kegunaan Formalin……….... 26

2.3.4 Dampak Formalin Pada Makanan Terhadap Kesehatan… 27 2.4 Pengetahuan………. 28

2.5 Sikap………. 28

2.6 Kerangka Konsep……….. 29

(13)

3.2.2 Waktu Penelitian………. 30

3.3 Populasi dan Sampel………. 30

3.3.1 Populasi……… 30

3.3.2 Sampel……….. 31

3.4 Metode Pengumpulan Data……… 33

3.4.1 Data Primer………. 33

3.4.2 Data Sekunder………. 33

3.5 Definisi Operasional………. 33

3.5.1 Definisi Operasional……… 33

3.5.2 Aspek Pengukuran……….. 34

3.5.2.1 Boraks dan Formalin……….. 34

3.5.2.2 Pengetahuan………... 35

3.5.3.3 Sikap……….. 36

3.6 Metode Pengukuran………. 37

3.7 Metode Analisa Data……… 39

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 40

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian……… 40

4.1.1 Gambaran Umum Sekolah Dasar………. 40

4.1.2 Gambaran Penjual Bakso………. 41

4.2 Karakteristik Responden……… 42

4.2.1 Jenis Kelamin……… 43

4.2.2 Umur………. 43

4.3 Hasil Penelitian Kualitatif Boraks dan Formalin pada Sampel… 44 4.3.1 Boraks……… 44

4.3.2 Formalin……… 44

4.4 Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa……….. 45

4.4.1 Tingkat Pengetahuan Siswa...……….. 45

4.4.2 Tingkat Sikap Siswa……… 48

BAB V PEMBAHASAN……… 51

5.1 Gambaran Karakteristik Sampel……… 51

5.2 Hasil Pemeriksaan Boraks Secara Kualitatif………. 53

5.3 Hasil Pemeriksaan Formalin Secara Kualitatif………. 55

5.4 Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Makanan Jajanan Bakso.. 57

5.4.1 Pengetahuan Siswa………. 57

5.4.2 Sikap Siswa……… 60

(14)

DAFTAR PUSTAKA……….…. 66 DAFTAR LAMPIRAN

(15)

Tabel 2.3 Bahan Pengawet yang Diizinkan dan Batas Maksimum…… 18 Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Setiap Sekolah……… 32 Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Siswa Ketujuh Sekolah Dasar Kelas V….. 39 Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Siswa di Sekolah Dasar Kelurahan Mabar

Kecamatan Medan Deli Tahun 2018………. 40 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………. 41 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur……….. 41 Tabel 4.5 Hasil Analisa Boraks Secara Kualitatif………... 42 Tabel 4.6 Hasil Analis Formalin Secara Kualitatif………. 43 Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Pengetahuan Siswa Terhadap Makanan Jajanan

Bakso Di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Deli Tahun 2018… 44 Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Makanan

Jajanan Bakso Di Beberapa Sekolah Dasar Kecamatan Medan Deli

Tahun 2018………. 45

Tabel 4.9 Hasil Kuesioner Sikap Siswa Terhadap Makanan Jajanan Bakso Di Beberapa Sekolah Dasar Kecamatan Medan Deli Tahun 2018… 46 Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Sikap Terhadap Makanan Jajanan

Bakso Di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Deli Tahun 2018… 47

(16)

Gambar 2.4 Rumus Kimia Formalin (H2CO)………... 26

Gambar 2.3 Kerangka Konsep………. 29

(17)

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 76

Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Boraks dan Formalin……… 83

Lampiran 6. Master Data Karakteristik Responden Siswa... 86

Lampiran 7. Master Data Tingkat Pengetahuan Siswa ... 88

Lampiran 8. Master Data Tingkat Sikap Siswa ... 91

Lampiran 9. Output Karakterisik Responden Siswa……… .. 94

Lampiran 10. Output Tingkat Pengetahua Siswa ... 95

Lampiran 11. Output Tingkat Sikap Siswa ... 96

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian... 97

(18)

Definisi Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan.

Makanan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yang mengandung kadar air serta nilai protein yang tinggi.

Kemungkinan lain masuknya atau beradanya bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara lain debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia (Depkes RI, 2004).

Makanan jajanan menurut FAO (Food and agricultural organization) adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan dan ditempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengerajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Makanan jajanan yang paling banyak digemari oleh anak sekolah adalah adalah segala jenis bakso yang diberi kuah bening ataupun kuah lainnya, dibakar maupun digoreng sehingga banyak pedagang yang

(19)

menjual bakso. Bakso merupakan produk daging olahan yang sangat popular dikalangan masyarakat.

Tidak banyak yang tahu standar keamanan makanan jajanan. Ada yang baik bagi tubuh dan ada juga yang mengancam kesehatan karena kualitas makanan tersebut buruk. Kualitas jajanan yang buruk biasanya disebabkan oleh pembuatan yang kurang higienis, standar gizi rendah dan adanya kandungan kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak-anak. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Pasal 8 Ayat 1 tentang Bahan yang dilarang digunakan sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) meliputi asam borat dan senyawanya, asam salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, formalin, kalium bromat, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, dulkamara, kokain, nitrobenzen, sinamil antranilat, dihidrosafrol, biji tonka, minyak kalamus, minyak tansi, minyak sasafras.

Pengetahuan anak terhadap makanan yang bahaya dapat membuat mereka memilih makanan yang akan dimakan, mana yang baik untuk tubuh dan mana yang tidak baik. Pengetahuan anak biasanya didapat informasi di sekolah dan juga dari orang tua. Setelah mendapatkan informasi, anak akan tau bagaimana bersikap untuk menerima informasi tersebut atau mengabaikannya.

Keamanan pangan merupakan suatu hal yang harus di perhatikan karena dapat berdampak pada kesehatan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.

Menurut data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sepanjang tahun 2012, insiden keracunan akibat mengkonsumsi makanan menduduki posisi paling

(20)

tinggi, yaitu 66.7%, dibandingkan dengan keracunan akibat penyebab lain, misalnya obat, kosmetik dan lain-lain.

Kandungan kimia yang berbahaya pada jajanan biasanya formalin, boraks, dan masih banyak lagi. Formalin biasanya dipakai untuk mengawetkan yang mati, selain itu juga untuk desinfektan, antiseptik dan penghilang bau, bila dimakan akan bereaksi cepat dengan lapisan lendir di saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Borkas biasnaya berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dlam air tetapi tidak dapt larut dalam alkohol. Sedangkan formalin berupa cairan tidak berwarna. Menurut BPOM formalin digunakan untuk pembunuh kuman sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain, bahan untuk pembuatan sutra buatan, zat pewarna, pembuatan gelas dan bahan peledak, dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas, bahan untuk pengawet mayat, bahan pembuatan pupuk lepas lambat (slow- release fertilizer) dalam bentuk urea formaldehid, bahan untuk pembuatan parfum, bahan

pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan untuk insulasi busa, bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai produk konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan pembersih karpet. Pada dosis rendah formalin dapat menyebabkan sakit perut akut disertai muntah, menimbulkan depresi susunan saraf, serta kegagalan peredaran darah, tidak bisa kencing dan muntah darah.

(21)

Boraks digunakan untuk pengawet kayu, pengontrol kecoak, dan bahan pembersih. Menurut BPOM boraks digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, anti jamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit dalam bentuk salep, campuran pembersih. Penggunaan boraks pada dosis rendah bisa terakumulasi di otak, hati dan lemak. Untuk pemakaian dalam jumlah banyak boraks dapat mengakibatkan demam, koma, kerusakan ginjal, pingsan dan kematian. Biasanya gejala akibat keracunan boraks muncul antara tiga sampai lima hari. Gejala awalnya berupa mual-mual, muntah, diare, kenjang, dan kemudian muncul bercak-bercak pada kulit, serta kerusakan pada ginjal.

Berdasarkan data pengawasan PJAS (Pangan Jajanan Anak Sekolah) yang dilakukan BPOM RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama 26 Balai Besar/Balai POM di Indonesia tahun 2007, sebesar 25% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin, Bahan Tambah Pangan (BTP) seperti siklamat dan benzoat yang melebihi batas aman, serta cemaran mikrobiologi (BPOM RI, 2009). Sejalan dengan data tersebut, pada tahun 2008-2010 dinyatakan bahwa sebesar 40-44%

PJAS juga tidak memenuhi syarat (BPOM RI, 2011).

Berdasarkan survei awal di Sekolah Dasar yang berada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli terdapat 7 Sekolah Dasar yang terdiri dari 6 Sekolah Dasar Swasta dan 1 Sekolah Dasar Negeri. Masing- masing sekolah memiliki jumlah siswa diantaranya 169 siswa, 995 siswa, 612 siswa, 318 siswa, 131 siswa, 194 siswa, dan 1166 siswa untuk Sekolah Dasar Negeri. Jadi total keseluruhan siswa yang ada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli adalah

(22)

3585 siswa. Sekolah Dasar yang berada di Kelurahan Mabar memiliki lebih banyak makanan jajanan yang dipasarkan dibandingkan di Kelurahan yang lain.

Walaupun jenis makanan jajanan yang dipasarkan hampir sama.

Masing-masing sekolah terdapat banyak jajanan yang dipasarkan untuk anak-anak misalnya bakso bakar, tahu bakar, bakso kuah, sosis, nugget, martabak, telur gulung, mie sop, minuman es dan masih banyak lagi. Para pedagang memasarkan dagangannya didepan pagar sekolah menggunakan gerobak sepeda motor dengan keadaan tempat makanannya tertutup dan ada juga yang memakai tempat berupa stealing dijajarkan secara terbuka tanpa ditutupi kain atau kertas.

Tempat dagangan gerobak sepeda motor dan tempat stealing terletak di pinggir saluran air sehingga banyak lalat yang berterbangan disekitar jualan. Secara fisik dari bakso tersebut berwarna putih tidak seperti bakso tanpa boraks yang berwarna abu-abu merata, bau bakso tidak tercium bau daging tetapi malah tercium bau bahan kimia, bila ditekan kuat dengan jari tidak mudah pecah. Hal ini menandakan bahwa bakso tersebut kemungkinan mengandung boraks dan formalin.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kandungan boraks dan formalin pada makanan jajanan bakso berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang serta pengetahuan dan sikap siswa tentang makanan jajanan di Sekolah Dasar (SD) yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

(23)

942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan yang telah dimodifikasi.

1.2 Perumusan Masalah

Makanan jajanan yang berada di sekitar Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Medan Deli terletak dipinggir jalan dan berada diluar lingkungan sekolah.

Makanan jajanan yang banyak digemari oleh anak sekolah adalah segala jenis bakso yang diberi kuah bening ataupun kuah lainnya, dibakar maupun digoreng sehingga banyak pedagang yang menjual bakso. Anak Sekolah Dasar (SD) biasanya memiliki kebiasaan makan jajanan sembarangan tanpa mengetahui kandungan apa yang ada didalam makanan yang dapat menyebabkan masalah.

Mereka tidak mendapatkan pengetahuan tentang dampak dari makan jajanan sembarangan sehingga mereka tidak perduli jajan apa saja. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada makanan jajanan disekitar Sekolah Dasar (SD) yang mengandung boraks dan formalin.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis apakah ada makanan jajanan (bakso) di Sekolah Dasar Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yang mengandung boraks dan formalin serta untuk mengetahui pengetahuan dan sikap anak Sekolah Dasar (SD) terhadap makanan jajanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui ada tidaknya makanan jajanan (bakso) yang mengandung formalin di Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Deli

(24)

2. Mengetahui ada tidaknya makanan jajanan (bakso) yang mengandung boraks di Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Deli

3. Mengetahui pengetahuan dan sikap anak Sekolah Dasar tentang makanan jajanan (bakso) yang mengandung formalin dan boraks di kecamatan Medan Deli

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pemerintah dalam mengawasi makanan jajanan yang dijajakan di Sekolah Dasar di kecamatan Medan Deli

2. Sebagai masukan untuk pihak sekolah agar lebih memperhatikan jajanan yang dijual disekitar sekolah

3. Sebagai infomasi bagi masyarakat untuk memeperhatikan jajanan apa yang akan dibeli

(25)

2.1.1 Definisi Makanan Jajanan

Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Konsumsi makanan jajanan yang tidak sehat dapat mengakibatkan penurunan status gizi dan meningkatnya angka kesakitan pada anak sekolah.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 tetang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan, meliputi penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, bahan tambahan dan penyajian, sarana penjaja, sentra pedagang, pembinaan dan pengawasan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengerajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel. Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan atau minuman. Bahan makanan adalah semua

(26)

bahan makanan dan minuman baik terolah maupun tidak, termasuk bahan tambahan makanan dan bahan penolong

Makanan jajanan merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan anak, karena jajanan menyumbangkan energi dan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan anak, sehingga jajanan yang berkualitas baik akan mempengaruhi kualitas makanan anak (Murphy & Allen, 2007). Anak sekolah rata-rata memilih makanan jajanan dengan kandungan energi dan protein yang rendah sehingga sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan terhadap total konsumsi sehari masih rendah.

Makanan jajanan dapat berupa minuman atau makanan dengan jenis, rasa, dan warna yang bervariasi dan memikat. Variasi rasa, jenis dan terutama warna yang memikat dan menarik minat anak sekolah untuk membeli makanan jajanan.

Sekarang ini jajan menjadi sebagai kebiasaan anak sepulang sekolah. Kebiasaan orang tua memberikan uang jajan dan tidak menjadikan bekal adalah salah satu alasan terbentuknya kebiasaan jajanan pada anak sekolah. (BPOM,2013)

Rendahnya tingkat keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) masih menjadi permasalahan penting. Data pengawasan PJAS yang dilakukan Badan POM RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama 26 Balai Besar/Balai POM diseluruh Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 45% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin, mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP), seperti siklamat dan benzoat melebihi batas aman serta akibat cemaran mikrobiologi.

(Sajiman.dkk, 2015)

(27)

2.1.2 Bakso

Bakso adalah jenis makanan yang berupa bola-bola yang terbuat dari daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie. Bahan- bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bakso adalah daging, bahan perekat, bumbu dan es batu atau air es. Biasanya jenis bakso di masyarakat pada umumnya diikuti dengan nama jenis bahan seperti bakso ayam, bakso ikan dan bakso sapi atau bakso daging (Wibowo, 2009)

Menurut Astawan (2004), kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas daging, jenis tepung yang digunakan, perbandingan banyaknya daging dan tepung yang digunakan untuk membuat adonan, dan pemakaian jenis bahan tambahan yang digunakan, misalnya garam dan bumbu-bumbu juga berpengaruh terhadap kualitas bakso segar. Penggunaan daging yang berkualitas tinggi dan tepung yang baik disertai dengan perbandingan tepung yang besar dan penggunaan bahan tambahan makanan yang aman serta cara pengolahan yang benar akan dihasilkan produk bakso yang berkualitas baik. Bakso yang berkualitas baik dapat dilihat dari tekstur, warna dan rasa. Teksturnya yang halus, kompak, kenyal dan empuk.

Halus yaitu permukaan irisannya rata, seragam dan serat dagingnya tidak tampak.

Syarat mutu bakso daging menurut SNI 01-3818-1995 dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

(28)

Tabel 2.1 Syarat Mutu Bakso Daging (SNI 01-3818-1995)

Syarat mutu Satuan Persyaratan

Bau - Normal, khas daging

Rasa - Gurih

Warna - Normal

Tekstur - Kenyal

Air % b/b Maksimal 70,0

Abu % b/b Maksimal 3,0

Protein % b/b Maksimal 9,0

Lemak % b/b Maksimal 2,0

Boraks - Tidak boleh ada

Sumber : Dewan Standardisasi Nasional-DSN 2.1.3 Bahan Tambahan Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan baku pangan, bahan tambahan tambahan pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman.

(Indrati.dkk, 2014)

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter makanan agar kualitasnya meningkat,

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 37 Tahun 2013, Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

(29)

atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP, adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.

Nama BTP atau jenis BTP, selanjutnya disebut jenis BTP, adalah nama kimia/generik/umum/lazim yang digunakan untuk identitas bahan tambahan pangan, dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Inggris. (BPOM, 2013)

Menurut penelitian Alghifari (2016), salah satu masalah pangan yang masih memerlukan perhatian adalah penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai keperluan. Penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan pada industri pengolahan pangan, maupun dalam pembuatan jajanan makanan, yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil dan rumah, tangga. Keunggulan jajanan adalah murah, mudah didapat serta cita rasanya enak, namun jajanan juga beresiko terhadap kesehatan karena dalam proses pengolahannya sering kali ditambahkan pewarna seperti rhodhamin B, methanol yellow, pengawet formalin, dan boraks.

Penggunaan rhodamin B dan methanol yellow, pengawet formalin dan boraks dilarang karena sifat karsinogenik kuat dapat menyebabkan kanker hati, kandung kemih, dan saluran cerna, dari hasil analisis sampel jajanan badan pengawas obat dan makanan (BPOM) antara Februari 2001 hingga Mei 2003, didapatkan bahwa 315 sampel, 155 (49%) mengandung rhodamin B, 122 Sampel, 129 (11%) mengandung boraks dan dari 242 sampel, 80 (33%) mengandung formalin. Pangan mengandung rhodamin B diantaranya kerupuk makanan ringan,

(30)

kembang gula, sirup, biskuit, minuman, ringan, cendol, dan manisan. Pangan yang mengandung formalin adalah mie ayam, bakso dan tahu. Sedangkan pangan yang menggunakan boraks adalah bakso, siomay, lontong, dan lemper.

Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang sering dilakukan oleh produsen pangan, yaitu:

1. Menggunakan BTP yang dilarang penggunaannya untuk makanan 2. Menggunakan BTP melebihi dosis yang diizinkan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, yang diizinkan digunakan pada makanan dapat digolongkan sebagai :

1. Antibuih (Antifoaming agent), 2. Antikempal (Anticaking agent), 3. Antioksidan (Antioxidant),

4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent), 5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt), 6. Gas untuk kemasan (Packing Gas), 7. Humektan (Humectant),

8. Pelapis (Glazing agent),

9. Pemanis : pemanis alami dan pemanis buatan (Sweetener), 10. Pembawa (Carrier),

11. Pembentuk gel (Gelling agent), 12. Pembuih (Foaming agent),

13. Pengatur keasaman (Acidity regulator),

(31)

14. Pengawet (Preservative), 15. Pengembang (Raising agent), 16. Pengemulsi (Emulsifier), 17. Pengental (Thickener), 18. Pengeras (Firming agent), 19. Penguat rasa (Flavour enhancer), 20. Peningkat volume (Bulking agent), 21. Penstabil (Stabilizer),

22. Peretensi warna (Colour retention agent), 23. Perisa (Flavouring),

24. Perlakuan tepung (Flour treatment agent),

25. Pewarna : pewarna alami dan pewarna sintetis (Colour), 26. Propelan (Propellant), dan

27. Sekuestran (Sequestrant).

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan tidak boleh sembarangan hanya dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk mempertahankan gizi makanan. Penggunaan bahan tambahan pangan dibenarkan pula untuk tujuan mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat organoleptiknya dari sifat alami. Di samping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, perawatan, pembungkusan, pemindahan atau pengangkutan.

Adapun bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 :

(32)

Tabel 2.2 Bahan yang Dilarang Digunakan Sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP)

NO NAMA BAHAN

1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid)

2. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt) 3. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC) 4. Dulsin (Dulcin)

5. Formalin (Formaldehyde)

6. Kalium Bromat (Potassium bromate) 7. Kalium Klorat (Potassium chorate) 8. Kloramfenikol (Chloramphenicol)

9. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils) 10. Nitrofurazon (Nitrofurazone)

11. Dulkamara (Dulcamara) 12. Kokain (Cocaine)

13. Nitrobenzene (Nitrobenzene)

14. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate) 15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)

16. Biji tonka (Tonka bean) 17. Miyak kalamus (Calamus oil) 18. Minyak tansi (Tansy oil) 19. Minyak sassafras (Sasafras oil )

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012

Bahan tambahan pangan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut dengan foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan/senyawa beracun atau organisme pathogen (Baliwati, 2004)

2.1.4 Bahan Pengawet

Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. (BPOM, 2013)

Penggunaan zat adiktif pada produk pangan harus mempunyai sifat dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut, mempertahankan atau memperbaiki

(33)

mutu makanan, tidak mengurangi zat-zat esensial di dalam makanan, dan menarik bagi konsumen. Akan tetapi, penambahan zat adiktif yang tidak boleh digunakan antara lain mempunyai sifat merupakan penipuan bagi konsumen, dapat menurunkan nilai gizi makanan, menyembunyikan kesalahan dalam teknik penanganan atau pengolahan, dan tujuan penambahan masih dapat digantikan perlakuan-peralakuan lain yang lebih praktis. Zat adiktif dapat diperoleh dari ekstrak bahan alami yang disebut zat adiktif alami. Selain itu, zat adiktif dapat pula dibuat dari reaksi-reaksi tertentu, atau yang dikenal dengan zat adiktif sintetik. (Rosmauli dan Wuri, 2014).

Produksi makanan olahan untuk tujuan komersial (terutama untuk industri rumah tangga) sulit sekali lepas dari bahan pengawet. Penambahan bahan pengawet dimaksudkan untuk menghambat ataupun menghentikan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir, sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama. Selain itu, suatu pengawet ditambahkan dengan tujuan untuk lebih meningkatan cita rasa, memperbaiki warna, tekstur, sebagai bahan stabil, pencegah lengket maupun memperkaya vitamin serta mineral. Sebenarnya, makanan menggunakan pengawet yang tepat (menggunakan pengawet makanan yang dinyatakan aman) dengan dosis dibawah ambang batas yang ditentukan tidaklah berbahaya bagi konsumen. Namun demikian, seringkali produsen nakal menggunakan pengawet yang tidak tepat seperti pengawet nonmakanan ataupun pengawet yang tidak diizinkan oleh badan POM sehingga merugikan konsumen.

(Yuliarti,2007)

(34)

2.1.4.1 Bahan Pengawet yang Diizinkan

Jenis pengawet yang sering digunakan pada makanan adalah asam benzoat. Benzoat yang umum digunakan adalah benzoat dalam bentuk garamnya karena lebih mudah larut dibanding asamnya. Menurut persyaratan SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-0222-1995 batas maksimum penggunaan natrium benzoat adalah 1 g/kg. Ambang penggunaan bahan pengawet yang diijinkan adalah batasan dimana konsumen tidak menjadi keracunan dengan tambahan pegawet tersebut. Penambahan pengawet memiliki resiko bagi kesehatan tubuh, jika terakumulasi secara terus menerus dan dalam waktu yang lama (Afrianti, 2008).

Asam benzoat (C6H5COOH) dan natrium benzoat (C6H5COONa) telah banyak digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan.

Asam benzoat juga disebut sebagai asam fenilformat atau asam benzenkarboksilat. Kelarutan asam benzoat dalam air sangat rendah (0.18, 0.27, dan 2.2 g larut dalam 100 ml air pada 4 oC , 18 oC , dan 75 oC ). Asam benzoat termasuk asam lemah (konstanta disosiasi pada 25oC adalah 6.335 x 10-5 dan pKa 4.19), sangat larut dalam etanol dan sangat sedikit larut dalam benzene dan aceton (WHO 2000).

Natrium benzoat berupa bubuk kristalin yang stabil, tidak berbau, berwarna putih dengan rasa menyengat (astringent) yang manis. Asam benzoat terdapat secara alami dalam buah-buahan dan rempah-rempah seperti cranberies, prunes, buah plum, kayu manis, dan cengkeh yang tua atau masak. Asam benzoat juga terdapat secara alami pada produk-produk fermentasi seperti bir, dairy products, teh, dan anggur.

(35)

Menurut Peraturan Kepala Badan POMRI Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet, Jenis Bahan Tambahan Pengawet (BTP) Pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:

Tabel 2.3 Bahan Pengawet yang Diizinkan dan Batas Maksimum

NO NAMA BAHAN PENGAWET BATAS MAKSIMUM

1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts);

Asam sorbet (Sorbic acid) 200

Natrium sorbet (Sodium sorbate) 201

Kalium sorbet (Potassium sorbate) 202

Kalsium sorbet (Calcium sorbate) 203

2. Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts);

Asam benzoat (Benzoic acid) 210

Natrium benzoat (Sodium benzoate) 211

Kalium benzoat (Potassium benzoate) 212

Kalsium benzoat (Calcium benzoate) 213

3. Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoate) 214 4. Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoate) 218 5. Sulfit (Sulphites)

Belerang dioksida (Sulphur dioxide) 220

Natrium sulfit (Sodium sulphite) 221

Natrium bisulfit (Sodium bisulphate) 222 Natrium metabisulfit (Sodium metabisulphite) 223 Kalium metabisulfit (Potassium metabisulphite) 224

Kalium sulfit (Potassium sulphite) 225

Kalsium bisulfit (Calcium bisulphite) 227 Kalium bisulfit (Potassium bisulphite) 228

6. Nisin (Nisin) 234

7. Nitrit (Nitrites)

Kalium nitrit (Potassium nitrite) 249

Natrium nitrit (Sodium nitrite) 250

8. Nitrat (Nitrates)

Natrium nitrat (Sodium nitrate) 251

Kalium nitrat (Potassium nitrate) 252

9. Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts)

Asam propionate (Propionic acid) 280

Natrium propionate (Sodium propionate) 281 Kalsium propionate (Calcium propionate) 282 Kalium propionate (Potassium propionate) 283

(36)

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012

Bahan pengawet akan menghambat atau membunuh mikroba yang penting dan kemudian memecah senyawa berbahaya menjadi senyawa tidak berbahaya dan tidak toksik. Derajat penghambat terhadap kerusakan bahan pangan oleh mikroba bervariasi dengan jenis bahan pengawet yang digunakan dan besarnya penghambat ditentukan oleh konsenterasi bahan pengawet yang digunakan.

(Cahyadi,2009)

2.1.4.2 Bahan Pengawet yang Tidak Diizinkan Bahan pengawet tidak diizinkan digunakan apabila:

1. menyembunyikan bahan yang tidak layak pakai atau tidak memenuhi syarat

2. menyembunyikan kerusakan pada makanan

Bahan pengawet yang tidak diizinkan digunakan dalam makanan adalah : 1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid)

Penggunaan asam borat biasanya untuk solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, pengontrol kayu, Efek negatif yang ditimbulkan apabila digunakan pada makanan akan terjadi kumulatif pada otak, hati, lemak dan ginjal. Untuk pemakaian jumlah banyak menyebabkan demam, anuria, depresi, tekanan darah menurun, kerusakan pada ginjal, pingsan, koma bahkan kematian.

2. Formalin (Formaldehyde)

Penggunaan formalin biasanya untuk desinfektan, antiseptic, penghilang bau, fiksasi jaringan dan fumigan, juga dipakai pada industry tekstil dan

(37)

kayu lapis. Efek negatif yang ditimbulkan apabila formalin digunakan pada makanan akan terjadi sakit perut, muntah, depresi. Untuk pemakaian jumlah yang banyak dapat menyebabkan kejang-kejang, kencing darah, susah buang air kecil, muntah darah, dan dapat menyebabkan kematian.

2.2 Boraks

2.2.1. Pengertian Boraks

Boraks mempunyai rumus molekul yaitu Na2B4O7. 10H2O yang setara tidak kurang 99,0% dan tidak lebih dari 105% Na2B4O7. 10H2O. Boraks tidak berwarna atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, rasa asin. Kelarutan boraks yaitu larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan dalam gliserin, tidak larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).

Boraks merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, anti jamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit dalam bentuk salep, campura pembersih. Biasanya gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks. Di Indonesia boraks merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan pada produk makanan, karena asam borat dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen.

Senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen adalah senyawa kimia yang dapat menyebabkan kanker. Senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen tidak pasti dapat menyebabkan kanker pada semua orang yang terpaparnya. Kemampuan karsinogen dalam menyebabkan kanker antar individu

(38)

berbeda-beda, tergantung dari jumlah paparan, lamanya paparan, kesehatan individu yang terpapar, dan faktor lainnya. Kerentanan setiap orang yang terpapar karsinogen dalam menyebabakan kanker juga tergantung dari faktor keturunan.

Faktor keturunan memainkan peran penting sebagai penyebab kanker.

Gambar 2.1 Bentuk boraks 2.2.2 Karakteristik Boraks

Menurut penelitian Fuad, Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat atau garam boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat (H3BO3).

Nama lainnya adalah bleng, pijer, atau gendar. Jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat, dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam boraks.

Deskripsi asam borat yaitu: serbuk padat bewarna putih, tidak berbau, rasa pahit, berat molekul 61,83, rumus molekul H3BO3 dengan B = 17,50%; H = 4,88%; O = 77,62% berbentuk serbuk hablur Kristal transparanatau granul putih tak bewarna dan tak berbau serta agak manis.(Wisnu,2009) Tekanan uap 2,6 pada 20˚C, untuk titik didih 300˚C, titik leleh 171˚C, pH 5,1 (0,1M), gravitasi spesifik 1,435 pada 15˚C, kelarutan dalam air 63,4 g/L pada 30˚C.

(39)

O O O O O

B B B B

O O

Na Na

Gambar 2.2 Rumus Kimia Boraks (Na2B4O7) 2.2.3 Kegunaan Boraks

Boraks biasanya digunakan untuk pengawet kayu, pengontrol kecoak, dan bahan pembersih. Menurut BPOM boraks digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, anti jamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit dalam bentuk salep, campuran pembersih.

Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium. (Depkes RI,2002)

2.2.4 Dampak Boraks pada Makanan Terhadap Kesehatan

Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20

(40)

gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006).

Mengkonsumsi boraks pada batas normal / dibawah batas normal bisa mengakibatkan efek toksinitas yang masih dapat di toleransi, seperti :

1. Menurunnya nafsu makan. Mengkonsumsi boraks walaupun hanya sedikit, dapat berakibat hilangnya nafsu makan kita, walaupun terasa lapar.

2. Gangguan sistem pencernaan, seperti mual, muntah 3. Gangguan pernafasan

4. Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti mudah bingung, kerontokan pada rambut, anemia (tekanan darah rendah)

Bahaya mengkonsumsi boraks pada dosis yang melewati batas normal, dapat berakibat fatal seperti :

1. Mual

2. Muntah-muntah 3. Diare

4. Sesak nafas

5. Mengalami epigastrik, yakni nyeri atau kram pada perut bagian atas 6. Badan terasa lemah

7. Mengalami perdarahan 8. Sakit kepala

9. Rusaknya ginjal

(41)

10. Kanker

11. Kematian akibat borak pada orang dewasa terjadi dalam dosis 15 – 25 gr, sedang pada anak-anak konsumsi borak dengan dosis 5 – 6 gr juga dapat berakibat kematian.

Karena boraks sangat berbahaya, ada baiknya dilakukan penggantian terhadap bahan yang alami yang dapat digunakan sebagai pengganti boraks anatar lain adalah air abu, yaitu air yang didapat dari hasil pembakaran merang atau daun pisang yang telah kering yang direndam selama 2 hingga 3 hari. Atau bisa juga dengan menggunakan air kapur sirih.

2.3 Formalin

2.3.1 Pengertian Formalin

Formalin merupakan larutan formaldehid dalam methanol. Baik formaldehid maupun perlarutnya (methanol) merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin merupakan senyawa karsinogen yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker, menyebabkan iritasi pencernaan, serta gangguan sistem reproduksi pada wanita. (Rauf,2015)

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Penggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan melainkan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet nonmakanan. Formalin mempunyai nama kimia lain seperti formol, methylene aldehyde, paraforin, morbicid, oxomethane, polyoxymethylene glycols, methanol, formoform, superlysoform, formic aldehyde, formalith, tetraoxymethylene, methyl oxide, karsan, trioxane, oxymethylene dan methylene glycol. Dipasaran formalin bias

(42)

ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40%. (Yuliarti,2007)

Gambar 2.3 Bentuk formalin 2.3.2 Karakteristik Formalin

Formaldehida juga dikenal sebagai methanol atau formalin merupakan aldehida dengan rumus kimi H2CO2, yang berbentuk gas atau cair yang dikenal sebagai formalin atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane.

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen methanol untuk membatasi polimerisasinya.

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10-40%.

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.

(43)

Formaldehida merupakan elektrofil, bias dipakai dalam reaksi subsitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bias mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.

O C H H

Gambar 2.4 Rumus Kimia Formalin (H2CO) 2.3.3 Kegunaan Formalin

Sebenarnya formalin snagat umum digunakan dalam kehidupan sehari- hari, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yaitu pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga biasa digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuatan produk parfum. Pengawet produk kosmetik, pengeras kuku, dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industry kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin, dan karpet. (Yuliarti,2007)

(44)

2.3.4 Dampak Formalin Terhadap Kesehatan

Ada pengaruh yang disebabkan oleh formalin terhadap kesehatan (Depkes RI, 1988) yaitu:

1. Pengaruh formalin dalam jangka pendek :

a. Bila terhirup: iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, serta batuk- batuk, kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru.

b. Bila terkena kulit: menimbulkan perubahan warna, kulit akan menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.

c. Bila terkena mata: dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata merah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata.

d. Bila tertelan: tenggorokan dan perut terasa terbakar, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal.

2. Pengaruh formalin dalam jangka panjang:

a. Bila terhirup: menimbulkan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lender hidung, mual, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru, kanker pada hidung. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan targanggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.

b. Bila terkena kulit: kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal dan memerah, kerusakan pada jaringan tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit,

(45)

c. Bila terkena mata: terjadinya radang selaput mata, menimbulkan iritasi pada mata.

d. Bila tertelan: menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. (Bakhtiar,2004) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek.

Ada beberapa tingkatan dalam pengetahuan seperti : 1. Tahu (know)

2. Memahami (comprehension) 3. Aplikasi (application) 4. Analisis (analysis) 5. Sintesis (synthesis) 6. Evaluasi (evaluation) 2.5 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus dan objek. Sikap juga dimaksud sebagai kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan tertentu. Sikap belum termasuk kedalam tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

(46)

Sikap mempunyai kompenen, yaitu :

1. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak

Tingkatan sikap dibagi atas beberapa bagian : 1. Menerima (receiving)

2. Merespon (responding) 3. Menghargai (valuing)

4. Bertanggung jawab (responsible)

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Pengetahuan dan

sikap siswa

Makanan jajanan : bakso

Uji laboraturium (Uji Kualitatif) :

a. Boraks b. Formalin

Ada Tidak ada

(47)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui ada tidaknya makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Deli yang mengandung formalin dan boraks dengan menggunakan pemeriksaan laboraturium secara kualitatif. Serta mengetahui pengetahuan dan sikap anak Sekolah Dasar terhadap makanan jajanan yang mengandung boraks dan formalin.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di 7 Sekolah Dasar Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yaitu SD Swasta Bahagia, SD Swasta Amal Bakti 1, SD Swasta Tut Wuri Handayani, SD Swasta Bani Adam AS, SD Swasta Al- Ikhwan, SD Swasta Al-Ihsan, dan SDN 064011.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang ada di SD Swasta Bahagia, SD Swasta Amal Bakti 1, SD Swasta Tut Wuri Handayani, SD Swasta Bani Adam AS, SD Swasta Al- Ikhwan, SD Swasta Al-Ihsan, dan SDN 064011 Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. Total siswa dari Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli adalah 615 siswa.

(48)

3.3.2 Sampel

1. Makanan Jajanan

Makanan jajanan yang akan diteliti adalah bakso. Sampel yang akan diambil dilakukan dengan cara Purposive Sampling dengan kriteria khusus yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah segala jenis bakso yang diberi kuah bening ataupun kuah lainnya, dibakar maupun digoreng, jajanan yang paling banyak dijual, dan paling banyak diminati siswa.

2. Anak Sekolah Dasar

Sampel yang akan diambil adalah siswa kelas V di Sekolah Dasar Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yang memiliki total jumlah siswanya adalah 615 siswa. Besar sampel penelitian ditentukan dengan rumus slovin sebagai berikut :

n =1+NeN 2

Dimana :

n = jumlah elemen / anggota sampel N = jumlah elemen / anggota populasi

e = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1 % atau 0,01, 5

% atau 0,05, dan 10 % atau 0,1) (catatan dapat dipilih oleh peneliti).

Populasi siswa yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 615 siswa kelas V dan posisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,1 maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah :

(49)

n =

n = ( . , )

n = 86,01 = 86 siswa

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 86 siswa. Untuk pengambilan jumlah sampel ditiap-tiap Sekolah dari ketujuh Sekolah Dasar dilakukan dengan cara Proportional Sampling agar sampel yang diambil lebih proposional dengan cara :

Jumlah sampel setiap sekolah = jumlah siswa kelas V × jumlah sampel jumlah populasi

Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Setiap Sekolah

NO NAMA SEKOLAH PERHITUNGAN JUMLAH SAMPEL

1 SDS Bani Adam AS × 86 = 2,51 3

2 SDS Bahagia × 86 = 23,07 23

3 SDS Handayani × 86 = 13,28 13

4 SDS Amal Bakti 1 × 86 = 6,29 6

5 SDS Al-Ihsan × 86 = 3,35 3

6 SDS Al-Ikhwan × 86 = 7,41 8

7 SDN 064011 × 86 = 30,06 30

TOTAL 86

Untuk teknik pengambilan 86 sampel dari anak Sekolah Dasar (SD) tersebut, maka dilakukan dengan cara simple random sampling terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.

(50)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh hasil data kualitatif ada tidaknya kandungan boraks dan formalin dari hasil pemeriksaan laboraturium pada makanan jajanan di Sekolah Dasar dan data yang diperoleh peneliti dari hasil daftar pertanyaan (kuesioner) yang disusun secara sistematis dan observasi langsung. Kuesioner tersebut diberikan dan diisi sendiri oleh siswa Sekolah Dasar.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data yang telah ada pada arsip Sekolah Dasar tersebut, yaitu berupa data jumlah seluruh siswa kelas V yang ada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.

3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Definisi Operasional

1. Makanan jajanan adalah segala jenis bakso yang diberi kuah bening atau kuah lainnya, dibakar maupun digoreng.

2. Bakso adalah makanan berbentuk bulat terbuat dari bahan utama daging dan tepung tapioka yang kemudian diberi kuah bening ataupun kuah lainnya, dibakar maupun digoreng

3. Pengetahuan merupakan pengetahuan anak anak Sekolah Dasar terhadap makanan jajanan yang dipasarakan disekolah yang kemungkinan mengandung boraks dan formalin.

4. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap sesuatu yang diketahui tetang makanan jajanan yang mengandung boraks dan formalin.

(51)

5. Boraks merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan pedagang dalam proses pembuatan bakso sehingga teksturnya lebih kenyal dan memberikan rasa getir.

6. Formalin merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan pedagang dalam proses pembuatan bakso sehingga tidak mudah hancur dan tahan lama lebih tiga hari.

7. Pemeriksaan di laboraturium adalah pemeriksaan yang dilakukan di laboraturium untuk mengetahui ada tidaknya kandungan boraks dan formalin di makanan jajanan anak sekolah.

3.5.2 Aspek Pengukuran

Pengukuran penelitian kandungan boraks dan formalin pada makanan jajanan di Sekolah Dasar (SD) dilakukan melalui pemeriksaan di laboraturium untuk mengetahui ada tidaknya makanan yang mengandung boraks dan formalin.

Serta pengukuran penelitian terhadap pengetahuan dan sikap anak Sekolah Dasar tentang makanan jajanan yang mengandung boraks dan formalin yang diukur melalui pernyataan yang ada di kuesioner.

3.5.2.1 Boraks dan Formalin

Jika dalam hasil pemeriksaan diperoleh data yang menunjukkan bahwa terdapat formalin dan boraks, maka makanan jajanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Makanan (BTP).

Pengkategorian hasil pemeriksaan boraks dan formalin pada makanan jajanan dapat dijelaskan sebagai berikut :

(52)

1. Boraks : memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan tidak dijumpai kandungan boraks. Tidak memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan dijumpai kandungan boraks

2. Formalin : memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan tidak dijumpai kandungan formalin. Tidak memenuhi syarat, apabila hasil pemeriksaan dijumpai kandungan formalin

3.5.2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa tentang makanan jajanan yang mengandung borkas dan formalin yang diukur melalui 15 pertanyaan yang diajukan kepada responden. Jumlah pertanyaan pengetahuan berjumlah 15 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah 0. Maka didapat skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 0.

Untuk jawaban yang mempunyai 3 pilihan : 1. Jawaban (a) = 2

2. Jawaban (b) = 1 3. Jawaban (c) = 0

Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut maka kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Baik, apabila jawaban responden memiliki skor 75% menjawab benar dari 15 pertanyaan yang diajukan dari total skor >22,5

b. Sedang, apabila jawaban responden memiliki skor 40-75% menjawab benar dari 10 pertanyaan yang diajukan dari total skor 12 – 22,5

(53)

c. Rendah, apabila jawaban responden memiliki skor <40% yang menjawab benar dari 10 pertanyaan yang diajukan total skor < 12

3.5.2.3 Sikap

Sikap adalah pendapat atau pandangan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung boraks dan formalin yang diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih jawaban setuju dan tidak setuju dengan ketentuan pernyataan setuju diberi skor 1 dan pernyataan tidak setuju diberi skor 0. Maka didapat skor tertinggi 10 dan skor terendah 0.

Komponen sikap siswa menggunakan skala guttman yaitu dengan 2 jawaban alternatif yaitu :

1. Setuju 2. Tidak setuju

Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut maka sikap siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung boraks dan formalin adalah sebagai berikut:

a. Baik, apabila jawaban responden memiliki skor 75% menjawab benar dari 10 pertanyaan yang diajukan dari total skor >7

b. Sedang, apabila jawaban responden memiliki skor 40-75% menjawab benar dari 10 pertanyaan yang diajukan dari total skor 4-7

c. Rendah, apabila jawaban responden memiliki skor <40% yang menjawab benar dari 10 pertanyaan yang diajukan total skor <4

(54)

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran unuk mengetahui ada tidaknya kandungan boraks dan formalin di makanan jajanan yang ada di Sekolah Dasar dilakukan di laboraturium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU.

3.6.1 Prosedur Kerja Pemeriksaan Boraks secara Kualitatif 1. Alat

a. Cawan porselen b. Spatula

c. Korek api d. pipet tetes 2. Bahan

a. Bakso bakar, goreng dan kuah b. H2SO480%

c. Alkohol (etanol) 96%

d. Aquadest (air suling) 3. Cara Kerja

1. Potong sampel menjadi kecil-kecil lalu masukan ke dalam cawan porselen 2. setelah dipotong kecil-kecil, tambahkan H2SO480% 2 ml

3. lalu tambahkan juga etanol 96% 2 ml 4. setelah itu diaduk menggunakan spatula 5. lalu dibakar menggunakan korek api

6. apabila api tersebut berwarna hijau maka menunjukkan sampel mengandung boraks

(55)

3.6.2 Prosedur Kerja Pemeriksaan Formalin secara Kualitatif 1. Alat

a. Beaker glass b. Tabung reaksi c. Gelas ukur 10 ml d. Pipet tetes e. Spatula f. Hot plate 2. Bahan

a. Bakso bakar, goreng dan kuah b. Aquadest (air suling)

c. KMnO41 N 3. Cara Kerja

1. Potong sampel menjadi kecil-kecil lalu masukan ke dalam beaker glass 2. setelah dipotong kecil-kecil tambahkan aquadest secukupnya, diaduk

menggunakan spatula

3. lalu diambil filtrat sampel sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes

4. lalu ditambahkan 1 tetes KMn04 dan dihomogenkan (larutan berwarna ungu)

5. setelah dihomogenkan, dipanaskan menggunakan hot plate kurang lebih 15 menit

(56)

6. apabila larutan berubah warna dari warna ungu menjadi putih maka menunjukkan sampel mengandung formalin

3.7 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan boraks dan formalin di laboraturium diolah dan disajikan dalam bentuk tabel serta data pengetahuan dan sikap siswa diperoleh dari hasil wawanacara dengan menggunakan kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang.

(57)

4.1.1 Gambaran Umum Sekolah Dasar

Kelurahan Mabar merupakan kelurahan yang terdapat di wilayah administratif Kecamatan Medan Deli. Luas wilayah Kelurahan Mabar adalah 4,56 km2 dari total keseluruhan luas wilayah Kecamatan Medan Deli adalah 2,197 km2. Kelurahan Mabar mempunyai jumlah penduduk mencapai 33.359 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 16.931 jiwa dan perempuan 16.428 jiwa. Sekolah Dasar yang terdapat di Kelurahan Mabar ada 7 sekolah yaitu SD Swasta Bahagia, SD Swasta Amal Bakti I, SD Swasta Tut Wuri Handayani, SD Swasta Bani Adam AS, SD Swasta Al- Ikhwan, SD Swasta Al-Ihsan, dan SDN 064011.

Adapun batas-batas dari ketujuh sekolah adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara: berbatasan dengan kelurahan Titi Papan yaitu kecamatan Medan Deli.

2. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Tanjung Mulia Hilir yaitu kecamatan Deli.

3. Sebelah Timur: berbatasan dengan kelurahan Kota Bangun yaitu kecamatan Medan Deli.

4. Sebelah Barat: berbatasan dengan kelurahan Mabar Hilir yaitu kecamatan Medan Deli.

Masing-masing sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh beberapa orang guru. Sarana gedung yang dimiliki oleh ketujuh sekolah

(58)

dasar meliputi ruang belajar, kantor, kamar mandi, perpustakaan, UKS, dan sumber air bersih. Jumlah murid Sekolah Dasar kelas V pada ketujuh Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Siswa Ketujuh Sekolah Dasar Kelas V

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas 5 %

1 SD Bahagia 165 26,83

2 SD Bani Adam AS 18 2,93

3 SD Handayani 95 15,45

4 SD Amal Bakti I 45 7,32

5 SD Al-Ihsan 24 3,90

6 SD Al-Ikhwan 53 8,62

7 SDN 064011 215 34,96

Total 615 100,00

Sumber: Data Sekolah Dasar Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli 2018 Dari tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah siswa kelas V dari ketujuh Sekolah Dasar adalah 615 siswa. Jumlah siswa kelas V yang paling banyak adalah SDN 064011 dengan jumlah murid 215 siswa (34,96%) dan jumlah siswa kelas V yang paling sedikit adalah SD Bani Adam dengan jumlah murid 18 siswa (2,93%).

4.1.2 Gambaran Penjual Bakso

Penjual jajanan bakso yang setiap harinya berjualan di lingkungan sekolah ini berjumlah dua belas orang yang berjualan diluar sekolah. Penjual bakso yang ada di tujuh Sekolah Dasar terdapat lima bakso bakar, enam bakso kuah dan satu bakso goreng. Bakso bakar yang ada di SD Swasta Bahagia, SD Swasta Tut Wuri Handayani, SD Swasta Al-Ihsan, SD Swasta Al- Ikhwan, dan SDN 064011 terdapat dua penjual yang mengambil bakso dari tempat pemasok yang sama.

Bakso kuah yang ada di SD Swasta Bahagia, SD Swasta Bani Adam AS, SD Swasta Tut Wuri Handayani, SD Swasta Al- Ikhwan, SD Swasta Al-Ihsan, dan

Gambar

Tabel 2.3 Bahan Pengawet yang Diizinkan dan Batas Maksimum…… 18 Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Setiap Sekolah………………… 32 Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Siswa Ketujuh Sekolah Dasar Kelas V….
Gambar 2.4 Rumus Kimia Formalin (H 2 CO)…………………………... 26
Tabel 2.1 Syarat Mutu Bakso Daging (SNI 01-3818-1995)
Tabel  2.2 Bahan  yang  Dilarang  Digunakan  Sebagai  Bahan  Tambahan  Pangan (BTP)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.. Hutan

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai suatu syarat kelulusan yang harus ditempuh dalam pendidikan Diploma III Program Studi Usaha Perjalanan Wisata Jurusan Administrasi

Setelah dilakukan peralihan hak atas tanah dengan dibuatkan akta jual beli hak atas tanah dan berkas-berkas lainnya dari pemohon telah lengkap dan memenuhi persyaratan, selanjutnya

Kateter yang sering digunakan untuk mencegah terjadinya phlebitis adalah kateter yang dibuat daripada silicon dan poliuretan karena kurang menyebabkan iritasi

PEMBERIAN LATIHAN JALAN TANDEM LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN ONE LEGGED STANCE UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN PADA LANSIA DI BANJAR MUNCAN DESA KAPAL. KECAMATAN MENGWI KABUPATEN

Selanjutnya larutan bufer sitrat diukur potensial listriknya dengan elektroda gelas menggunakan dua titik kalibrasi pada suhu 25°C, kemudian dihitung nilai pH nya

Untuk setiap kata kunci dalam variabel array $wordmap akan di query pada tabel Keyword, jika kata kunci sudah ada maka record baru Keyid dan Contentid akan

Jamsostek (Persero) Kanwil V Jawa Tengah &amp; DIY Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui Program CSR Kemitraan dan Bina Lingkungan pada tahun 2010, hasil