• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N USIA SEKOLAH DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DI RUANG KEMUNING RSUD GUNUNG JATI CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N USIA SEKOLAH DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DI RUANG KEMUNING RSUD GUNUNG JATI CIREBON"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N USIA SEKOLAH DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DI RUANG KEMUNING

RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Silva Rebica Agustin,Wahyu Hartini Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon

Email: [email protected], [email protected]

Abstrak

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus (artropod born virus) dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Angka penderita demam berdarah dengue dijawa barat pada awal tahun 2020 melonjak drastis sehingga penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan studi kasus untuk mengetahui karakteristik klien dengan demam berdarah dengue melalui metode anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan literatur pada tahap pengkajian sampai dengan evaluasi dengan judul asuhan keperawatan pada An.N usia sekolah dengan demam berdarah dengue derajat I diruang kemuning RSD Gunung jati Cirebon yang bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan sehingga mampu menemukan beberapa masalah keperawatan yang dialami An. N yaitu resiko syok, peningkatan suhu tubuh dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sampai satu masalah keperawatan tersebut teratasi dan dua masalah keperawatan teratasi sebagian pada saat akhir pemberian asuhan keperawatan sehingga ada tindakan keperawatan yang perlu didelegasikan kepada perawat ruangan dan keluarga untuk melaksanakannya dirumah.

Kata Kunci: demam berdarah; penyakit; nyamuk;

Pendahuluan

Menurut World Health Organization dalam (Ramantono Edy, 2015),sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu : sehat jasmani, sehat mental dan sehat spiritual. Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami sehingga segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap sebagai kondisi tidak sehat yang harus dicegah (Asmadi, 2010).

Menurut (Hidayat, 2005) sakit sesorang dalam proses tumbuh kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses penyesuaian diri manusia. Sakit juga bisa dikatakan sebagai gangguan dalam fungsi yang normal dimana individu sebagai totalitas dari keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi sosial. Sakit dapat diketahui dari adanya suatu gejala yang dirasakan serta terganggunya kemampuan individu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Menurut (Putri Aningsi, Taamu, & Prio, 2018), anak-anak sangat rentan terhadap penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna. Demam adalah sebab

(2)

106

tersering bagi orang tua untuk membawa anak ke tatanan atau tenaga kesehatan seperti rumah atau dokter dan merupakan suatu hal yang darurat memerlukan respon sesegera mungkin dan benar. Pengatur suhu tubuh terletak di hipotalamus, yang mencegah akibat buruk terhadap tubuh oleh suhu yang terlampau tinggi. Suhu yang terlalu tinggi itu bisa di akibatkan oleh berbagai macam penyakit, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD).

Menurut World Health Organization, demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam berdarah dengue terjadi perembasan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.

, penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala- gejala tersebut menyerupai influenza biasa.

Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.

Beberapa pasien demam berdarah terus berkembang menjadi demam berdarah dengue yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset gejala.

Pada penderita demam berdarah juga bisa didapatkan tanda peringatan yaitu sakit perut, muntah terus menerus, perubahan suhu tubuh, perdarahan atau perubahan status mental. Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/mm3), dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun, sekitar 50%

penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan usia tersering menderita DBD dibandingkan dengan baik atau orang dewasa. Nyamuk aedes aegypti yang aktif mengigit pada siang haridengan dua puncak aktivitas yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00, dampak demam berdarah dengue terhadap anak usia sekolah yaitu sangat berbahaya, pada saat anak terkena DBD dan nilai trombosit sampai turun beresiko terjadi kekurangan darah/pendarahan dalam tubuh jika anak mengalami kekurangan darah maka akan mengakibatkan kekurangan okksigen lalu membuat sesak nafas dan bisa sampai meninggal.

Jumlah penderita demam berdarah di indonesia mengalami lonjakan drastis pada awal tahun 2020. Bahkan diwilayah Jawa barat sudah menjadi zona merah demam berdarah dengue (DBD). Kementrian kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di indonesia sudah menembus angka 16 ribu pada periode januari sampai dengan awal maret 2020 dan100 orang meninggal dunia dari jumlah tersebut.

(3)

Berdasarkan data statistik, penderita demam berdarah di jawa barat masih tinggi dengan angka kematian 15 orang. Maka dari itu penulis tertarik untuk menindak lanjuti asuhan keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue diruang kemuning RSD Gunung Jati Cirebon dan penulis tuangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “asuhan keperawatan pada An.N usia sekolah dengan demam berdarah dengue derajat I diruang kemuning Rsd Gunung jati Cirebon”.

Metode Penelitian

Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut (Asmadi, 2010), wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dan klien. Perawat (pewawancara) mendapatkan respon langsung dari klien melalui tatap muka dan pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua ungkapan klien, tenaga kesehatan atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman dan orang terdekat klien.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung (Azis, Riyanto, Renaningsih, & Sriwahyuni, 2015).

3. Pemeriksaan fisik

Menurut (Ali, 2010), pemeriksaan fisik adalah upaya memeriksa fisik klien dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk menentukan masalah klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah melihat kelainan pada anggota tubuh tertentu mulai dari ujung rambut kepala sampai ujung kaki.

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu dokumen yang berisi data yang lengkap, nyata dan tercatat, bukan hanya tentang tingkat kesakitan klien tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan klien (Ali, 2010).

5. Studi literature

Studi literature adalah membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Membaca literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat (Nursalam, 2011).

Hasil dan Pembahasan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada An. N usia sekolah dengan demam berdarah dengue di ruang kemuning RSD Gunung Jati Cirebon pada tanggal 03 Maret 2020 sampai dengan tanggal 05 Maret 2020, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori yang ada dengan kasus di lapangan. Kesenjangan tersebut perlu dibahas untuk mendapatkan solusi dan wawasan atau konsep baru tentang

(4)

108

demam berdarah dengue sehingga penulis akan memaparkan pembahasan tersebut secara sistematis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi sebagai berikut:

1. Pengkajian

Penulis tidak mendapatkan kesulitan pada tahap pengkajian ini karena klien kooperatif dan mau diajak berbicara. Upaya yang dilakukan penulis untuk dapat melakukan pengkajian kepada anak adalah dengan melakukan pendekatan secara terus menerus kepada klien dan orang tuanya dengan cara mengajak klien mengobrol bersama sehingga klien menjadi percaya dan tidak merasa takut lagi kepada penulis.

Keluarga juga kooperatif pada saat wawancara dengan penulis untuk mendapatkan data yang lengkap, akurat, komprehensif dan terintegrasi. Kesenjangan yang ditemukan penulis pada saat pengkajian adalah: a. Manifestasi klinis / tanda dan gejala.

Data riwayat kesehatan yang muncul pada keluhan klien yang terdapat pada tinjauan kasus tidak sama dengan data yang ada pada tinjauan teoritis adalah tanda dan gejala demam berdarah dengue.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan pada klien An.N adalah klien demam selama 7 hari, keluarga mengatakan demam klien naik turun, biasanya demam tinggi pada malam hari, klien juga nampak lemas dan mengatakan pusing, nafsu makan menurun, mual dan muntah, terdapat bintik merah diseluruh tubuh, TD:

105/65mmHg, S :38,2’C N : 105x/menit R : 22x/menit.

Menurut teori, tanda dan gejala demam berdarah dengue adalah demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala tidak spesifik seperti anorexia dan amlaise, adanya manifestasi pendarahan: ujitouniquet positif atau rumple leed positif, pendarahan gusi, ptechiase, epistakis, hematemesis atau melena, pembesaran hati, nyeri tekan tanpa ikterus, terjadi renjatan/tidak, kenaikan nilai hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan penurunan nilai trombosit (trombositopenia 100.00/mm atau kurang).

Perbedaan ini terjadi karena dalam teori tanda dan gejala demam berdarah dengue yang ada diatas itu tanda dan gejala secara umum, sedangkan pada klien ditemukan hanya keluhan untuk penderita DBD derajat dan perbedaan ini juga bisa terjadi karena klien sudah dirawat sejak tanggal 29 februari 2020 karena penulis melakukan pengkajian pada tanggal 3 Maret 2020 yang berarti pasien sudah dirawat selama 3 hari sehingga klien sudah mendapatkan beberapa tindakan keperawatan dan pada saat pengkajian perkembangan klien sudah mulai membaik.

Solusi yang dilakukan penulis yaitu dengan cara melakukan observasi setiap hari pada klien, agar mengetahui perkembangan dan tanda gejala apa saja yang mulai hilang/berubah atau apakah ada tanda dan gejala baru yang muncul.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa kesenjangan antara teori dan yang penulis temukan pada saat pengkajian merupakan bukti bahwa klien An.N hanya mengalami demam berdarah dengue derajat I karena keluhan klien hanya menandakan tanda dan

(5)

gejala DBD derajat I yaitu demam selama 7 hari, keluarga mengatakan demam klien naik turun, biasanya demam tinggi pada malam hari, klien juga nampak lemas dan mengatakan pusing, nafsu makan menurun, mual dan muntah, terdapat bintik merah diseluruh tubuh, TD : 105/65mmHg, S :38,2’C N : 105x/menit R : 22x/menit.

a) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan kepada klien hanya pemeriksaan laboratorium yang meliputi trombosit, leukosit, hematokrit, hemoglobin dan eritrosit, sedangkan menurut teori, pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue adalah pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah dan urin.

Data hasil pemeriksaan penunjang laboratorium yang ditemukan pada klien adalah leukosit: 3930 /uL, trombosit: 93 x 103/ul, hematokrit: 31,9 % pemeriksaan urin dan darah tidak dilakukan pada saat penulis memulai asuhan keperawatan.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap satu kali sehari.

Setelah penulis membaca rekam medis klien, penulis menemukan rencana keperawatan untuk cek lab setiap 24/jam dan cek dokter setiap 12 jam sekali dimulai dari tanggal 1 Maret 2020. Kemungkinan cek urine dan cek darah sudah dilakukan pada saat awal klien masuk RS dan untuk cek lab tidak dilakukan setiap 4 jam sekali karena biasanya berhubungan dengan biaya untuk pemeriksaan tersebut, apalagi jika klien BPJS, biasanyaa baru dilakukan pemeriksaan lab, darah dan urine lagi ketika klien akan pulang untuk menentukan apakah klien boleh pulang atau tidak.

Solusi yang dilakukan penulis yaitu dengan melibatkan perawat ruangan dan pihak laboratorium untuk pelaksanaan tes laboratorium sesuai dengan kebijakan rumah sakit untuk mengetahui perkembangan yang telah dilakukan namun itu harus dilakukan atas wewenang perawat ruangan.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu klien saat pengkajian keluarga mengatakan klien belum pernah mengalami penyakit DBD dan baru pertama kali, sedangkan menurut teori, klien DBD biasanya mengalami serangan ulang demam berdarah tetapi dengan virus lain. Artinya, pada klien An.N ditemukan risiko terkena DBD lagi karena virus DBD, ada 4 jenis,yaitu DEN-1,2,3 dan 4, dan jika klien baru mengalami penyakit DBD untuk pertama kali kemungkinan klien terkena virus DEN-1.

Solusi yang dilakukan oleh penulis terhadap permasalahan tersebut adalah dengan cara mengajarkan kepada klien dan keluarganya untuk mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat, dengan menguras tempat penampungan air minimal satu minggu sekali, menutup rapat-rapat semua tempat penampungan air, mendaur ulang atau mengubur barang bekas, dan memantau adanya jentik-jentik nyamuk, jika menemukan sarang nyamuk segera bersihkan agar klien terhindar dari serangan ulang DBD.

(6)

110

2. Diagnosis keperawatan

a. Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada kasus An. N adalah:

1. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah.

Diagnosis keperawatan ini dimunculkan sebagai diagnosa potensial karena pada tubuh klien terdapat bintik merah, klien mengeluh pusing, nilai trombosit, leukosit dan hematokrit jauh dibawah normal.

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi. Diagnosis keperawatan ini dimunculkan karena suhu tubuh klien mencapai 38,2oC, sedangkan suhu tubuh normal pada anak adalah 36oC - 37oC, nilai leukosit:

3930 /ul, trombosit : 93 x 103/ul dan hematokrit: 31,9 %.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Diagnosis keperawatan ini dimunculkan karena klien mual muntah, nafsu makan menurun, porsi makan 1x/hari dengan ½ porsi, BB menurun 2,5kg dan terlihat lemas.

b. Diagnosis keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis menurut (Savira, 2015) adalah:

1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,

kegagalan mekanisme regulasi

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera

4. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (mual, muntah, anoreksia)

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

7. Gangguan tumbuh kembang berhubungan efek hospitalisasi

c. Diagnosis keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak ditemukan pada tinjauan kasus An. N adalah:

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi diagnosa ini tidak muncul karena pada data klien ditemukan klien tidak diare, masih minum walaupun jarang, kulit lembab CRT <2 detik tandanya normal.

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengkajian klien tidak mengeluh nyeri.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan diagnosa ini tidak muncul karena penatalaksanaan untuk klien dengan demam berdarah dengue itu adalah istirahat total.

4) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek penyakit dan hospitalisasi. Diagnosa ini tidak muncul karena pada klien tidak ditemukan gangguan tumbuh kembang. BB dan TB klien sesuai dengan BB dan TB normal usia 9 tahun, perkembangan klien juga sesuai dengan usianya yaitu 9 tahun.

(7)

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses perumusan tujuan, intervensi dan rasional.

Rencana keperawatan terdiri dari tujuan yang meliputi tujuan jangka panjang dan jangka pendek, intervensi dan rasional. Penulis mendapatkan beberapa kesulitan dalam membuat rencana keperawatan untuk An. N dengan demam berdarah dengue karena keterbatasan buku-buku atau ebooks yang tersedia di perpustakaan AKPER Buntet Pesantren Cirebon yang kurang lengkap dan hanya sedikit buku-buku yang terbitan 10 tahun terakhir. Penyusunan rencana asuhan keperawatan pada kasus anak dengan demam berdarah dengue membutuhkan referensi yang membahas tentang konsep penyakit demam berdarah dengue yang bias diperoleh dari referensi umum dan konsep asuhan keperawatan anak yang diperoleh dari referensi yang khusus membahas tentang asuhan keperawatan pada anak. Permasalahan ini muncul karena buku-buku atau ebooks tentang asuhan keperawatan pada anak yang ada di perpustakaan AKPER Buntet Pesantren hanya sedikit jika dibandingkan dengan buku-buku atau ebooks keperawatan dasar atau keperawatan medikal bedah.

Upaya yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mencari referensi lain selain yang ada di perpustakaan AKPER Buntet Pesantren Cirebon, misalnya mengadakan sendiri secara swadaya dengan teman- teman referensi yang dibutuhkan meminjam dari institusi lain dan berusaha mencari referensi dari internet tentang demam berdarah dengue yang relevan untuk menyusun asuhan keperawatan yang berkualitas pada An.N.

a. Tujuan

Perawat perlu menuliskan tujuan dari perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien untuk memudahkan perawat dalam menjalankan tindakan yang dapat mendapatkan hasil yang menjadi prioritas. Pedoman penulisan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan SMART yaitu: specific, measurable, achievable, realistic dan time. Specific yaitu bahwa tujuan harus spesifik, tidak boleh memiliki arti ganda, tujuan dan hasil difokuskan pada respon klien yang di perkirakan sebagai hasil dari intervensi keperawatan. Measureable yaitu bahwa tujuan harus dapat diukur khususnya pada prilaku klien yang dapat dirasakan, dilihat dan diraba. Achievable yaitu bahwa tujuan yang ditulis harus dapat diukur sehingga perawat dapat mengukur dan menilai secara objektif perubahan status klien. Realistic adalah bahwa tujuan harus bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah dan time adalah batasan waktu yang dapat membantu perawat dan klien dalam menentukan kemajuan.

Penulis mengalami hambatan dalam merumusan tujuan yang SMART karena penulis tidak menemukan referensi yang memaparkan rumusan tujuan yang disertai dengan kriteria waktu.

Solusi dari masalah ini adalah penulis tetap membuat rumusan tujuan yang SMART dengan mencantumkan kriteria waktu yang merupakan hasil pemikiran penulis dengan mengacu kepada pathway.

(8)

112

b. Intervensi

Intervensi merupakan bagian dari sebuah rencana keperawatan. Rumusan intervensi yang ada di tinjauan kasus An. N tidak semua sama dengan intervensi yang ada di tinjauan teori karena di dalam teori kondisi yang ditemukan belum spesifik.

Solusi terhadap masalah ini adalah penulis membuat beberapa rumusan intervensi yang mengacu kepada teori yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan klien sehingga masalah keperawatan klien dapat diatasi dengan intervensi tersebut.

c. Rasional

Saat membuat rasional untuk setiap intervensi, penulis mengalami kesulitan karena referensi asuhan keperawatan yang digunakan oleh penulis, tidak ada yang mencantumkan rasional untuk setiap intervensi.

Solusi terhadap masalah ini adalah penulis mencari rumusan rasional dari referensi lain yang membahas tentang penyakit lain tetapi memiliki intervensi yang sama dengan yang ditemukan pada kasus An. N untuk dijadikan acuan dalam membuat rumusan rasional dalam rencana keperawatan An. N dan ditambah dengan hasil analisis penulis terhadap situasi yang ditemukan pada An.

N.

4. Implementasi

Tahap implementasi adalah tahap dimana penulis melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat. Penulis tidak mendapatkan kesulitan pada saat melakukan asuhan keperawatan ini karena klien kooperatif dan mau diajak berbicara. Ketika melakukan implementasi, penulis juga melibatkan orang tua dan keluarga terutama ibunya untuk selalu menemani klien saat pelaksanaan tindakan keperawatan.

Penulis juga mendapatkan bantuan dan saran dari perawat ruangan untuk sabar dalam menghadapi klien anak saat tindakan, sering melakukan pendekatan kepada klien walaupun tidak sedang melakukan tindakan untuk membina rasa percaya klien sampai klien tidak merasa asing dan takut dengan penulis.

Masalah lain yang ditemukan oleh penulis pada tahap implementasi adalah masalah waktu. Penulis memiliki keterbatasan waktu untuk melaksanakan semua rencana keperawatan dalam 24 jam sehingga solusinya penulis melibatkan perawat ruangan untuk pelaksanaan beberapa tindakan pada saat penulis tidak sedang bertugas. Saat melakukan tindakan kolaboratif penulis pun mendapat kesulitan, seharusnya klien melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk mengetahui perkembangan yang telah dilakukan namun itu harus dilakukan atas wewenang perawat ruangan itu sendiri sehingga solusinya penulis berkolaborasi dengan perawat ruangan dan tenaga laboratorium untuk melaksanakan tindakan tersebut.

(9)

5. Evaluasi

Hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh penulis dipaparkan dalam bentuk uraian SOAP yang mengacu pada kriteria hasil sehingga mempermudah penulis untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada An.N. Hasil evaluasi tersebut sebagai berikut: a. Diagnosis keperawatan yang teratasi adalah:

1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi diagnosis keperawatan ini teratasi karena setelah beberapa hari diobservasi suhu tubuh klien stabil sesuai dengan hasil yang diharapkan dan ditetapkan pada criteria hasil yaituS : 36,5”C ,R : 20x/menit N: 80x/menit, klien nampak segar, tubuh klien sudah tidak teraba panas.

2) Diagnosis keperawatan yang teratasi sebagian adalah:

a. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma diagnosis keperawatan ini teratasi sebagian karena keterbatasan waktu pada saat hari ketiga penulis melakukan asuhan keperawatan klien pulang dan pada hasil tes laboratorium nilai hematokrit, trombosit dan leukosit klien masih dibawah normal.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh diagnosis keperawatan ini teratasi sebagian karena keterbatasan waktu. Pada hari ketiga penulis melakukan asuhan keperawatan, klien pulang dan waktu untuk mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ini minimal satu minggu agar tercapai BB klien meningkat, tetapi asuhan keperawatan hanya dilakukan selama 3 hari sehingga masalah ini belum dapat dikatakan teratasi walaupun klien sudah tidak mual dan muntah saat makan, nafsu makan klien juga meningkat setelah 3 hari perawatan.

Kesimpulan

Asuhan keperawatan kepada An. N usia sekolah dengan demam berdarah dengueyang telah penulis lakukan di ruang kemuning RSD Gunung Jati Cirebon mulai tanggal 03 Maret 2020 sampai dengan 5 Maret 2020 bertujuan memberikan pelayanan kesehatan terutama keperawatan supaya tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari keadaan sekarang melalui pemberian asuhan keperawatan kepada klien dan keluarganya dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Simpulan dari hasil studi kasus ini adalah: a) Jumlah penderita demam berdarah di indonesia mengalami lonjakan drastis pada awal tahun 2020. Bahkan, diwilayah jawa barat sudah menjadi zona merah demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan data statistik, penderita demam berdarah di jawa barat masih tinggi dengan angka kematian 15 orang. b) Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Gejala klinis demam berdarah dengue dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu derajat I , II , III, dan IV dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul rejatan (flek) angka kematian akan cukup tinggi c) Hasil pengkajian pada An.N usia sekolah di dapatkan data klien mengalami demam berdarah

(10)

114

dengue derajat I dengan gejala demam dengan suhu 38,2’C, mual muntah dan sakit kepala. d) Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An.N yaitu risiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah, peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksidan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan penigkatan suhu tubuh. e) Penatalaksanaan keperawatan untuk mengatasi masalah risiko syok yaitu dengan cara memantau keadaan umum klien, mengobservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, memantau output dan input cairan klien, mengobservasi adanya tanda-tanda syok dan untuk mengatasi masalah peningkatan suhu tubuh yaitu dengan cara mengompres, meningkatkan asupan cairan melalui infus dan oral serta pemberian paracetamol serta gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu dengan cara memberikan makan sedikit tapi sering, menumbang berat badan setiap hari dan menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan kepada klien saat masih hangat. f) Rencana keperawatan yang dibuat oleh penulis berdasarkan prioritas masalah dan konsep yang ada pada tinjauan teori serta dengan melibatkan klien dan keluarga, sehingga intervensi yang akan dilakukan merupakan konsep bersama sebagai tindak lanjut penulis dan klien melakukan kontrak untuk setiap prosedur tindakan. g) Implementasi pada tahapan ini disesuaikan dan berfokus pada masalah yang terjadi pada klien. Pada tahap implementasi penulis menemukan hambatan namun semua itu dapat teratasi dan itu semua tidak terlepas dari bantuan orang tua klien h) Pada tahap evaluasi, penulis selalu memantau perkembangan klien selama 3 hari dirawat dan klien mengalami perbaikan keadaan. Hasil dari pemberrian asuhan keperawatan pada klien An. N adalah satu diagnosis keperawatan teratasi yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dan dua masalah teratasi sebagain yaitu risiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan penigkatan suhu tubuh. i) Selama pemberian asuhan keperawatan pada An. N dan keluarganya dari mulai pengkajian sampai proses evaluasi terdapat perbedaan atau kesenjangan terutama pada tanda dan gejala, data penunjang dan riwayat kesehatan dahulu akan tetapi semua permasalahan tersebut sudah dapat teratasi dan tujuan yang telah ditetapkan juga telah tercapai. Hal itu semua tidak lepas dari bantuan orang tua klien, keluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.

(11)

Daftar Pustaka

Ali. (2010). Social Netwok Effects In Alcohol Consumption Among Adolescents.

Addictive Behaviors, 97.

Asmadi. (2010). Konsep Dasar Keperawatan.

Azis, Abdul, Riyanto, Bambang Eka, Renaningsih, Tri, & Sriwahyuni, Suci. (2015).

Peran Penerapan Sak Etap Terhadap Akses Umkm Dengan Lembaga Keuangan.

Sustainable Competitive Advantage (Sca), 5(1).

Hidayat, Z. (2005). Remaja Indonesia Dan Permasalahan Kesehatan Reproduksi. 14–

22.

Nursalam. (2011). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medik.

Putri Aningsi, Penulis, Taamu, H., & Prio, Asminarsih Zainal. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Arafah Rsu Aliyah 2 Kota Kendari. Poltekkes Kemenkes Kendari.

Ramantono Edy. (2015). Pengertian Sehat Menurut Who.

Savira, Mariska Nanda. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Pengawas Syariah, Crossdirectorship, Kepemilikan Manajerial, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (Isr). Universitas Negeri Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Hubungan Gizi Lebih Dengan Derajat Keparahan Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di RSUD Kota Surakarta” ini disusun sebagai salah satu syarat

7 Nilai rerata trombosit pada demam berdarah derajat II lebih rendah dibandingkan dengan demam berdarah dengue derajat I, Perbedaan penurunan nilai trombosit

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4), dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan

Tetapi peningkatan hematokrit pada demam berdarah dengue tidak selalu berbanding lurus dengan derajat keparahan demam berdarah dengue.Tujuan dari penelitian ini

Demam Berdarah Dengue (dengue haemorhagie fever) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk

Dengue Hemorragic Fever merupakan penyakit yang dapat terjadi pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai

Skripsi dengan judul : Faktor–Faktor yang Berpengaruh terhadap Derajat Klinis Pasien Demam Berdarah Dengue Anak di RSUD Dr.. Rustam Siregar,

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis