Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan dapat menyerang semua orang terutama anak-anak dan dapat menyebabkan kematian (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Sedangkan menurut Smeltzer 2001, mendefinisikan bahwa Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh vektor virus yang dibawa oleh
nyamuk Aedes Aegypti.
Demam Berdarah Dengue (dengue haemorhagie fever) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Demamberdarah dengue disebabkan oleh beberapa virus dengue yang dibawa arthropoda. Demam berdarah dengue ini dapat menimbulkan manifestasi perdarahan dan cenderung terjadi syok yang dapat menimbulkan kematian (Hendarwanto, 2000).
renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.(Abdul Rohim,dkk,2002 : 45)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegypti yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, syok serta dapat menimbulkan kematian.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu : a. Eritrosit ( Sel Darah Merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Pada pria jumlah eritrosit 5-5,5 juta/mmk dan wanita 4,5-5 juta/mm3.
b. Leukosit (Sel Darah Putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5000-9000/mm3. Lekosit ikut serta dalam pertahanan seluler dan hormonal (zat setengah cair) organism asing dan melakukan fungsinya di dalam jaringan ikat, melakukan gerakan amuboid, membantu untuk menerobos dinding pembuluh dahrah ke dalam jaringan ikat.
c. Trombosit (Sel Pembeku Darah)
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit dengan cepat menggumpal melekat satu sama lain dan menjadi fibrin. Masa trombosit menggumpal dan fibrin adalah dasar untuk pembekuan.
(Encyclopaedia Britannica, 2006)
Gambar 2.1 Anatomi Darah
2. Struktur Sel :
a. Membran Sel (Selaput Sel)
Membran sel merupakan struktur elastis yang sangat tipis, tebalnya hanya
7,5-10nm (nano meter). Hampir seluruhnya terdiri dari keping0keping
zat yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel
dan menerima segala bentuk rangsangan yang datang.
b. Plasma (Sitoplasma)
Bahan-bahan yang terdapat dalam plasma adalah bahan anorganik (garam,
mineral, air, oksigen, karbon dioksida dan amoniak), bahan organis
(karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam nukleat) dan
peralatan sel yang disebut organes sel yang terdiri dari ribosom, retikulum
endoplasma, mitokondria, sentrosom, alat golgi, lisosom dan nukleus.
C. ETIOLOGI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Hemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengue mempunyai 4serotive, yaitu: 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di kawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang (Smeltzer, 2001). Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70ºC. Keempat serotive tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotive ke 3 sebagai serotive yang paling banyak (Hendarwanto, 2000).
tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, japanese encehphalitis dan west nille virus. Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci,anjing, kelelawar, dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak di dapatkan antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes ( stegomyia ) dan toxorhynchites. ( Suhendro,2007 : 1709 ).
D. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali memberikan gejala sebagai Dengue Fever (DF).
Pasien akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hiperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Secondary Heterologow Injection atau The Seguential Infeltion hipothesisi, yaitu seseorang yang terkena DHF bila telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan mengakibatkan suatu reaksi anamnesiv antibodi. Sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks virus antibodi yang tinggi.
Terdapat kompleks antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:
1. Aktivitas sistem komoplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi pembesaran plasma di ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler.
2. Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini akan mengakibatkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sum-sum tulang.
3. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivisi pembekuan. Kegiatan faktor pembekuan yaitu:
a. Peningkatan permeabilitas kapiler, mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
E. TANDA DAN GEJALA
Masa tunas 3-5 hari tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara mendadak. Adapun tanda dan gejala DHF adalah sebagai berikut:
1. Demam mendadak disertai gejala klinik yang tidak spesifik: b. Anoreksia
c. Nyeri punggung d. Nyeri perut
e. Nyeri sendi dan otot f. Nyeri kepala hebat g. Nyeri di belakang kepala
h. Demam terjadi 2-7 hari (demam ringan atau tinggi dengan suhu > 39oC)
2 Hepatomegali
3 Manifestasi perdarahan muncul hari ke 2 dan 3. a. Uji turniguet (+)
b. Petechie (seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi) c. Epitaksis
d. Perdarahan (gusi, hidung, perdarahan saluran cerna dan perdarahan dalam urine)
e. Hemotemesis f. Melena
5 Manifestasi lain a. Nyeri epigastrium b. Nyeri menelan
c. Nyeri di tulang rusuk kanan atau di seluruh tubuh d. Kadang demam mencapai 40-41oC
e. Pada bayi terjadi kejang demam f. Mual-mual dan muntah
g. Bintik-bintik perdarahan di tenggorokan dan selaput benang mata. 6 Renjatan menjadi berat dan terjadi DSS (Dengue Syok Syndrome)
a. Nadi lemah dan cepat dan kecil sampai tak teraba b. Sianosis disekitar mulut, yang jari tangan dan kaki
c. Kulit teraba dingin dan lembag terutama darah akral seperti ujung hidung, jari dan kaki
d. Tekanan darah turun menjadi 20 mmHg atau kurang e. Capillary revil lebih dari dua detik
f. Leucopenia kurang dari 500 mm3 g. Gelisah bahkan kesadaran menurun h. Oliguria sampai anuria
Keadaan DSS yang tidak seagera ditangani maka dalam waktu 12-24 jam penderita akan meninggal.
Gejala klinis DHF menurut patokan WHO, 1985:
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji turniguet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan lain seperti petekia, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
3. Pembesaran hati dan nyeri tanpa ikterus.
4. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai progrmosis yang buruk.
5. Kenaikan nilai Ht atau hemakonsentrasi yaitu sekitar 20%.
Berdasarkan WHO, Demam Berdarah Dengue dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut :
a. Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa torniket tes yang positif.
b. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain. c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah (tanda – tanda awal renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. (Ngastiyah, 2005).
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita
5. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.
7. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 ).
PENGKAJIAN
Identitas
Riwayat kesehatan Keluhan utama
Panas
Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.
Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit herediter (keturunan).
Pemeriksaan fisik System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
System pencernaan
System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simptomatis dan suportif. Pengobatan terhadap virus ini bersifat menunjang agar pasien dapat bertahan hidup.
1. DHF Tanpa Renjatan
Pada pasien ini diberikan banyak minum, yaitu 1 ½ liter, 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirop, susu dan bila mau lebih baik oralit. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena resiko merangsang terjadinya perdarahan. Keadaan hiperpireksia di atasi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis: anak kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg di bawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengencam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.
b. Nilai hematokrit menentukan apakah pasien perlu diberikan infuse atau tidak.
2. DHF Disertai Renjatan
perdarahannya sendiri telah kelihatan. Dapat memperhatikan keadaan inipun dianjurkan pemberian darah.
3 Perawatan pasien DHF derajat I
a. Observasi TTV setiap 3 jam terutama tekanan darah dan nadi b. Pasien perlu istirahat mutlak
c. Perilaku Hb, Ht dan trombosit secara periodic (4 jam sekali)
d. Berikan minum 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam jika mau pasien diberi oralit.
e. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit, bila perlu setiap 5 menit 1 sendok makan atau setiap ¼ jam 1/3 gelas.
f. Kompres dingin jika pasien demam
g. Bila tidak terjadi sesuatu setelah dirawat 2-3 hari, dan pasien dalam keadaan membaik dengan ditandai dengan nafsu makan yang baik, pasien di pulangkan.
4 Perawatan pasien DHF derajat II a. Pemberian cara intravena
Bila keadaan pasien sangat lemah infuse sebaiknya dipasang pada dua tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan tetap tidak lancar, maka jika dua tempat akan membantu memperlancar.
b. Observasi TTV
d. Periksa Hb, Ht dan trombosit secara periodic. 5 Perawatan DHF derajat III (DSS)
a. Pertolongan yang utama adalah mengganti plasma yang keluar dengan memberikan cairan dan elektrolit biasanya RL dan cara memberikan diguyur ialah dengan ketepatan 20 ml/kg BB. Karena darah kehilangan plasma maka alirannya menjadi sangat lambat maka dapat dimasukkan cairan secara paksa dengan menggunakan spuit 20-30 cc. Sebanyak 100-200 ml melalui slang infuse.
b. Bila pasien dipsneu, pasien dapat dibaringkan semi-fowler dan diberikan oksigen.
c. Observasi TTV dilakukan setipap 15 menit.
Resiko syok Hippovolemi
Resiko Tinggi kekurangan volume cairan
Resiko Perdarahan
Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
G. PATHWAY
Virus Dengue
Viremia
Hipertermi Hepatomegali Depresi Sumsum Permeabilitas Tulang Kapiler Meningkat
Anoreksia, Manifestasi Permeabilitas
Muntah Perdarahan Kapiler Meningkat
Hippovolemia
EfusiPleura Ascites Hemokonstric
Syok
Kematian
Sumber : Cristian Effendy, 2000 Gambar 2.2 Pathway Perubahan Nutrisi
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (mual, muntah).
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (uremia)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (proses patologis penyakit)
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
I. INTERVENSI
3.1 Tabel Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NIC NOC
1 Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan ketuban cairan dan elektrolit terpenuhi dengan Kriteria Hasil : NOC : Fluid Balance (Keseimbangan Cairan)
Indikator Awal Tujuan Mempertahan
kan urine output sesuai usia
2 5
Vital sign dalam batas normal
2 5
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas rurgor kulit
2 5
NIC : Fluid Management ( Pengaturan Cairan)
1. Menghitung Balance Cairan 2. Memonitor Status Hidrasi 3. Memonitor Vital Sign 4. Memonitor Cairan/makanan. 5. Kolaborasikan pemberian
cairan IV
baik. Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
Keterangan : 1. Keluhan Ekstrim 2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan 5. Tidak Ada Keluhan
2 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (uremia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5oC) dengan Kriteria Hasil :
NOC : Thermoregulation (termoregulasi)
Indikator Awal Tujuan
NIC : Fever treatment ( perawatan
demam )
1. Memonitor suhu sesering mungkin
Suhu tubuh dalam rentang
normal (36’5)
2 5
Nadi dan RR dalam batas normal
(80x/menit dan 15-20 x/menit)
2 5
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
2 5
Keterangan : 1. Keluhan Ekstrim 2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan 5. Tidak Ada Keluhan
5. Beri kompres hangat pada lipat paha dan lipat aksila
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan rasa nyeri
NIC : Pain management (Penanganan nyeri)
injuri biologis (proses patologis penyakit)
berkurang dengan kriteria hasil : NOC : Pain Control ( Kontrol nyeri )
Indikator Awal Tujuan Mengenal
faktor penyebab nyeri
2 5
Menggunakan metode
pencegahan non analgetik
(relaksasi)
2 5
Mengenali gejala nyeri (gelisah, ekspresi wajah, merintih)
2 5
Keterangan :
1. Keluhan Ekstrim 2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan
tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik dan durasi frekwensi, kualitas/beratnya nyeri. 2. Observasi, isyarat-isyarat non
verbal dan ketidaknyamanan
khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secaa efektif. 3. Gunakan komunikasi
terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri. 4. Evaluasi tentang keefektifan
dan tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan. 5. Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan. 6. Tingkatan tidur/istirahat yang
5. Tidak Ada Keluhan
4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :
NOC : Nutritial status food dan fluid intake
Indikator Awal Tujuan Adanya
peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal)
2 5
BB ideal sesuai dengan TB
2 5
Mampu
mengidentifikas i kebutuhan nutrisi
2 5
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2 5
NIC : Nutrition management (Manajemen nutrisi)
1. Monitor adanya
penurunan BB.
2. Monitor interaksi anak/orang tua selama makan.
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi monitor turgor kulit
4. Monitor pucat,
Mampu menunjukan fungsi pengecapan menelan
2 5
Tidak terjadi npenurunan BB yang berarti
2 5
Keterangan :
1. Keluhan Ekstrim 2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan 5. Tidak Ada Keluhan
5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah dengan kiteria hasil : NOC : Knowledge, disease process
Indikator Awal Tujuan
NIC : Teaching: disease process
1. Jelaskan patofisiologi dan penyakit
Pasien dan keluarga
mengatakan tentang pemahaman, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
2 5
Pasien dan keluarga
mampu
program/prosed ur pengobatan secara benar
2 5
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat/ tim kesehatan
2 5
3. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat 4. Sedangkan informasi pada
pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat 5. Diskusikan perubahan gaya
lainya
Keterangan :