• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE

TESIS

NOVA LOLIKA SILITONGA NIM: 117041186

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU MEDAN

201

(2)

HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN

STROKE TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis Saraf Pada Program Studi Magister Kedokteran

Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVA LOLIKA SILITONGA NIM 117041186

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

2014

(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN

STROKE TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2014 Nova Lolika Silitonga

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA

MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE

Nama : NOVA LOLIKA S. SILITONGA

NIM : 117041186

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Neurologi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir Sp.S(K)

Mengetahui/Mengesahkan Sekretaris Magister Kedokteran Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP : 195307191980032003 dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK, Sp.GK

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.

PD, KGEH.

NIP: 19540220 198011 1 001

LEMBAR PENGESAHAN

(5)

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE Nama : NOVA LOLIKA S. SILITONGA

NIM : 117041186

Program Studi : Neurologi

Menyetujui

Pembimbing I : dr. Yuneldi Anwar, SpS(K) ...

Pembimbing II : dr. Puji Pinta Sinurat, SpS ...

Mengetahui / mengesahkan

Ketua Departemen Studi/ Ketua Program Studi /

SMF Neurologi SMF Neurologi

FK-USU/ RSUPHAM Medan

NIP. 19530916 198203 1 003 dr. Rusli Dhanu,Sp.S(K)

FK-USU/ RSUPHAM Medan

NIP. 19530601 198103 1 004 dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)

Telah diuji pada

Tanggal: 16Desember 2014

(6)

PANITIA TESIS MAGISTER

1. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K) ( PENGUJI) 2. Prof. Dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)

3. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S 4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)

5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) ( PENGUJI ) 6. DR.Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K)

7. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) ( PENGUJI ) 8. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S

9. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S

11. Dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S 12. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S 13. Dr. Aida Fithrie, Sp.S

14. Dr. Irina Kemala Nasution, M.Ked (Neu), Sp.S 15. Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S

16. Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked (Neu), Sp.S 17. Dr. Iskandar Nasution, SpS, FINS

18. Dr. RAD. Pujiastuti, M.Ked (Neu), Sp.S

19. Dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked (Neu), Sp.S

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan kasihNya yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan tesis magister kedokteran klinik ini.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program magister kedokteran klinik pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), selaku Guru Besar Tetap Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medanyang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

3. Prof. Dr. Darulkutni Nasution SpS, selaku Guru Besar Tetap Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medanyang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K), Ketua Program Studi Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara disaat penulis melakukan penelitian dan saat tesis ini selesai disusun yang banyak memberikan masukan- masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K) dan dr. Puji Pinta Sinurat, Sp.S selaku pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

(8)

7. Guru-guru penulis: Prof. dr. Darulkutni Nasution, SpS (K); dr. Darlan Djali Chan, Sp.S, DR.dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K); dr. Puji Pinta O.

Sinurat, Sp.S; dr. Khairul P. Surbakti, SpS; dr.Cut Aria Arina Sp.S; dr.

Alfansuri Kadri SpS; dr. Aida Fithrie, Sp.S; dr. Irina Kemala Nasution, Mked (Neu), Sp.S; dr.Haflin Soraya Hutagalung,Sp.S; dr.Fasihah Irfani Fitri, M.Ked(Neu), Sp.S; dr. Iskandar Nasution, SpS,FINS, dr. RAD Pujiastuti, MKed(Neu), SpS;dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), SpS; dan guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

9. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

10. Rekan rekan sejawat peserta PPDS Departemen Neurologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan, yang banyak memberi masukan berharga kepada penulis dan memberi dorongan semangat kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Magiister Kedokteran Klinik Neurologi.

11. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Neurologi.

12. Semua pasien yang berobat ke Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan Medan yang telah bersedia berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini

13. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya,alm. T.L Silitonga,SH, dan Tiarma Pakpahan, yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan

(9)

14. Teristimewa kepada suamiku tercinta Turman Marbun, SE yang selalu sabar dan penuh pengertian, mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam suka dan duka, kuucapkan terima kasih yang setulus tulusnya.

15. Tersangat istimewa kepada anak anaku tersayang, Timothy Arden Marbun dan Felix Anderson Marbun yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dalam penyelesaian tesis magister ini.

16. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

17. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis.Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014

dr. Nova Lolika S. Silitonga

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : dr. Nova Lolika S. Silitonga Tempat / tanggal lahir : Medan, 11November 1978 Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : T.L Silitonga, SH Nama Ibu : Tiarma Pakpahan Nama Suami : Turman Marbun, SE Nama Anak : 1. Timothy Arden Marbun

2. Felix Anderson Marbun Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar diSD Antonius VI Medan, tamat tahun 1991.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Katolik Tri Sakti 1Medan, tamat tahun 1994.

3. Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1Medan, tamat tahun 1997.

4. Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara, Medan tamat tahun 2003.

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2005 : Dokter PTT pada Puskesmas Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Tahun 2006- tahun 2012 : Dokter PNS pada RSUD dr. Djasamen Saragih, Pematang

Siantar, Sumatera Utara

Tahun 2012 s/d sekarang :Dokter PNS pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kota

Medan, Sumatera Utara

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

DAFTAR LAMBANG... ... xv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii Abstrak……… xix Abstract ... xx

BABIPENDAHULUAN ... ... 1

I.1. Latar Belakang………. ... ... 1

I.2. Perumusan Masalah……….. ... ... 5

I.3. Tujuan Penelitian……… ... ... 5

I.3.1. Tujuan Umum……… ... ... 5

I.3.2. Tujuan Khusus……….. ... ... 5

I.4.Hipotesis……… ... ... 6

I.5. Manfaat Penelitian ... ... 6

I.5.1. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan………. . ... 6

I.5.2. Manfaat Penelitian untuk Penelitian……... ... ... 6

I.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat ... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 8

II.1.STROKE ISKEMIK ... ... 8

II.1.1. Definisi ... ... 8

II.1.2. Epidemiologi ... ... 8

II.1.3. Klasifikasi Stroke ... ... 9

II.1.4 Faktor Risiko Stroke ... ... 13

II.1.5. Patofisiologi ... ... 15

II.2.MENOPAUSE ... ... 20

II.2.1. Defenisi ... ... 20

II.2.2. Epidemiologi ... ... 20

II.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Menopause ... ... 22

II.2.4. Hormon Ovarium... ... 24

II.2.5. Perubahan Estrogen pada Menopause... ... 31

II.2.6. Hubungan Menopause dan Stroke... ... 34

II.6. KERANGKA TEORI 45 II.6. KERANGKA KONSEP ... ... 46

BAB III METODE PENELITIAN………... ... 47

III.1. TEMPAT DAN WAKTU………... ... 47

III.2. SUBYEK PENELITIAN………... ... 47

III.2.1. Populasi Sasaran………... ... 47

III.2.2. Populasi Terjangkau………... ... 48

III.2.3. Besar Sampel………... ... 48

III.2.4. Kriteria Inklusi Kasus…….………... ... 49

(12)

III.2.6 Kriteria Eksklusi Kasus dan Kontrol……… ... 49

III.3. BATASAN OPERASIONAL………... ... 50

III.4. RANCANGAN PENELITIAN………... ... 52

III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN………... ... 52

III.5.1. Instrumen………... ... 52

III.5.2. Pengambilan Sampel ... 52

III.5.3. Kerangka Operasional………... ... 54

III.5.4. Variabel yang Diamati………... ... 55

III.5.5. Analisa Statistik………... ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

IV.1 HASIL PENELITIAN ... ... 57

IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian ... ... 57

IV.1.2. Hubungan antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke………... 65

IV.1.3. Besar Odds Ratio (OR) Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke... 66

IV.1.4 Hubungan antara kategori usia menopause Kejadian Stroke Iskemik……… ... 61

IV.1.5. Besar Odds Ratio (OR) Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Iskemik………. ... 67

IV.1.6 Hubungan antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Hemoragik……… ... 68

IV.1.7. Besar Odds Ratio (OR) Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Hemoragik... ... 69

IV.2. PEMBAHASAN... ... 71

IV.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian……… ... 72

IV.2.2 Hubungan Antara Kategori Usia Menoapuse dengan Kejadian Stroke……….. ... 74

IV.2.3 Besar risiko paparan atau OR kategori usia menopause dengan Kejadian Stroke………... 74

IV.2.4 Hubungan Antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Iskemik………. ... 75

IV.2.5 Besar risiko paparan kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemik……….. ... 76

IV.2.6 Hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik... ... 77

IV.2.7 Besar risiko paparan atau OR kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik……… ... 77

IV.2.8 Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

V.1. KESIMPULAN ... 81

V.2. SARAN ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRA

(13)

DAFTAR SINGKATAN

AMP : Adenosin Mono Phosphate ATP : Adenosin triphosphat

cAMP : cyclic Adenosin Monophosphat

CT : Computed Tomography

E1 : Estron

E2 : Estradiol

E3 : Estriol

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara FSH : Follicle Stimulating Hormone

GnRH : Gonadotropin-Releasing Hormon HDL : High Density Lipoprotein

IK : Interval Kepercayaan

ISEC : Institute for Social and Economic Change LDL : Low Density Lipoprotein

LH : Luteinizing Hormone

MRI : Magnetic Resonance Imaging NO : Nitric Oxide

OR : Odds Ratio

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat SHBG : Sex Hormon Binding Globulin TIA : Transient Ischemic Attack

TOAST : Trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment WHO : World Health Organization

(14)

DAFTAR ISTILAH / LAMBANG

β : Beta

n : Besar sampel

O2 : Oksigen

p : Tingkat kemaknaan

PCO2 : Partial Pressure of Carbon Dioxide r : Koefisien korelasi

Zα : Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,05) yang telahditentukan  1,96

Zβ : Nilai baku berdasarkan nilai β (0,20) yang ditentukan oleh peneliti 0,842

% : Persen

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kadar normal pada

estrogen………..………….28

Tabel 2 Karakteristik demografi subjek penelitian ... 64 Tabel 3 Karakteristik subjek penelitian penderita stroke ... 65 Tabel 4 Hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian

stroke...………… ... 66 Tabel 5 Besar Odds Ratio (OR) kategori usia menopause dengan kejadian

stroke...……….. ... 67 Tabel 6 Hubungan antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke

Iskemik...……… ... 68 Tabel 7 Besar OR kategori usia menopause dengan kejadian stroke

iskemik………... ... 69 Tabel 8 Hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian Stroke

Hemoragik...……… ... 70 Tabel 9 Besar ORKategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke

Hemoragik……….. ... 71

(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Perkiraan konsentrasi plasmagonadotropin…. 27

GAMBAR 2 Perubahan estradiol………. 33

GAMBAR 3 Efek estrogen pada metabolisme lipoprotein….. 37

GAMBAR 4 Efek estrogen pada arteriosklerosis……….. 38

GAMBAR 5 Efek estrogen pada endotel……… 40

GAMBAR 6 Diagram Suku………... 61

GAMBAR 7Diagram Pekerjaan………... 61

GAMBAR 8 Diagram Pendidikan……….. 62

GAMBAR 9 Diagram Usia Menopause……… 62

GAMBAR 10 Diagram Usia Menarche………….……….. 63

GAMBAR 11 Diagram Tipe Stroke……… 63

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 2 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

LAMPIRAN 3 LEMBAR PENGUMPULAN DATA

LAMPIRAN 4 SURAT KOMITE ETIK BIDANG KESEHATAN LAMPIRAN 5 DATA DASAR PENELITIAN

(18)

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Menopause dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko stroke. Penurunanestradiol padatingkat usiadinidari menopausedapat merugikankesehatanpembuluh darah.Akumulasi dari faktor-faktor risiko yang terjadi pada menopause mungkin karenakelebihan androgen dan estrogen yang menurun, dan dapat menjelaskan dua kali lipat risiko stroke pada 10tahun setelah menopause.

Metode : Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol yang dilakukan terhadap pasien yang berobat di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

Setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor risiko, semua subjek akan dinilai usia saat menopause.

Hasil : Dari 130 orang subjek penelitian yang terdiri dari 65 subjek penderita stroke dan 65 subjek penderita bukan stroke. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke. Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian sroke 0,6 (IK 95% 0,2-

1,73)dan 0,6 (IK 95% 0,27-1,42). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemik 0,5 (IK 95 % 0,14-1,54) dan 0,6 (IK 95 % 0,25- 1,54). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik 1,4 (IK 95 % 0,12-15,63) dan 0,5 (IK 95 % 0,14-2,37).

Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.

Kata Kunci : Usia menopause, stroke, faktor risiko, estrogen

(19)

ABSTRACT

BackgroundandPurpose : Menopauseis associatedwithincreased riskof stroke. Decreasedlevels ofestradiolatan early ageofmenopausecan bedetrimental tothe health ofblood vessels. The accumulationofrisk factorsthatoccuratmenopausemay bedue

toexcessandrogenandestrogendecreases, andcanexplain thedoubling of the riskof strokein10yearsaftermenopause.

Method : This studyis acase-control studyperformed onpatientswhoseek treatmentinDepartmentof NeurologyAdam MalikHospital. Afteradjusting forriskfactors, allsubjectswill beassessedagethrough menopause.

Result: Of

the130studysubjectsconsistedof65subjectsstrokepatientsand65patients without stroke. There was nosignificant relationshipbetweenmenopauseage

categorywithstroke. Odssratioof menopauseagecategorywithsrokeincidenceof 0.6(95% CI0.2 to 1.73) and0.6(95% CI0.27 to 1.42). Oddsratioof

menopauseagecategorywithincidentischemicstroke0.5(95% CI0.14 to 1.54) and0.6(95% CI0.25 to 1.54). Oddsratioof menopauseagecategorywiththe incidenceof hemorrhagicstroke1.4(95% CI0.12 to 15.63) and0.5(95% CI0.14 to 2.37).

Conclusion: There is nosignificant

relationshipbetweenmenopauseagecategorywithstroke.

Keywords: Ageof menopause, stroke, risk factors, estrogen

(20)

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Menopause dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko stroke. Penurunanestradiol padatingkat usiadinidari menopausedapat merugikankesehatanpembuluh darah.Akumulasi dari faktor-faktor risiko yang terjadi pada menopause mungkin karenakelebihan androgen dan estrogen yang menurun, dan dapat menjelaskan dua kali lipat risiko stroke pada 10tahun setelah menopause.

Metode : Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol yang dilakukan terhadap pasien yang berobat di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

Setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor risiko, semua subjek akan dinilai usia saat menopause.

Hasil : Dari 130 orang subjek penelitian yang terdiri dari 65 subjek penderita stroke dan 65 subjek penderita bukan stroke. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke. Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian sroke 0,6 (IK 95% 0,2-

1,73)dan 0,6 (IK 95% 0,27-1,42). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemik 0,5 (IK 95 % 0,14-1,54) dan 0,6 (IK 95 % 0,25- 1,54). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik 1,4 (IK 95 % 0,12-15,63) dan 0,5 (IK 95 % 0,14-2,37).

Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.

Kata Kunci : Usia menopause, stroke, faktor risiko, estrogen

(21)

ABSTRACT

BackgroundandPurpose : Menopauseis associatedwithincreased riskof stroke. Decreasedlevels ofestradiolatan early ageofmenopausecan bedetrimental tothe health ofblood vessels. The accumulationofrisk factorsthatoccuratmenopausemay bedue

toexcessandrogenandestrogendecreases, andcanexplain thedoubling of the riskof strokein10yearsaftermenopause.

Method : This studyis acase-control studyperformed onpatientswhoseek treatmentinDepartmentof NeurologyAdam MalikHospital. Afteradjusting forriskfactors, allsubjectswill beassessedagethrough menopause.

Result: Of

the130studysubjectsconsistedof65subjectsstrokepatientsand65patients without stroke. There was nosignificant relationshipbetweenmenopauseage

categorywithstroke. Odssratioof menopauseagecategorywithsrokeincidenceof 0.6(95% CI0.2 to 1.73) and0.6(95% CI0.27 to 1.42). Oddsratioof

menopauseagecategorywithincidentischemicstroke0.5(95% CI0.14 to 1.54) and0.6(95% CI0.25 to 1.54). Oddsratioof menopauseagecategorywiththe incidenceof hemorrhagicstroke1.4(95% CI0.12 to 15.63) and0.5(95% CI0.14 to 2.37).

Conclusion: There is nosignificant

relationshipbetweenmenopauseagecategorywithstroke.

Keywords: Ageof menopause, stroke, risk factors, estrogen

(22)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Stroke adalah penyebab kecacatan dan kematian paling umum kedua pada populasi dewasa di seluruh dunia. Diperkirakan5,7 juta orang meninggal pada tahun 2005 dan 87% dari kematian iniberada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.Tanpa intervensi, jumlah kematian globaldiproyeksikan akan meningkat menjadi 6,5 juta pada tahun 2015 dan 7,8 jutapada tahun 2030. Meskipun munculnya pengobatan yang dipilihpasien dengan stroke, pendekatan terbaik untuk mengurangibeban stroke tetap dengan pencegahan. Di Thailand, stroke adalah penyebab utama ketiga kematian pada wanita dan pria dari segala usiakelompok masing-masing. Pada tahun 1983, sebuah studi yang dilakukandi Bangkok Metropolitan menunjukkan bahwaprevalensistroke adalah 690/100.000 penduduk (usia di atas 20tahun).

Studi lain pada tahun 1998, mengungkapkan prevalensistroke pada orang tua (berusia di atas 60 tahun) adalah1,12%. (Hanchaiphiboolkul dkk 2011)

Petrea, dkk2009menemukan bahwa kejadian stroke meningkat pada setiap dekade kehidupan padaperempuan dan laki-laki. Di antara mereka yang berusia 45-84 tahun, kejadian stroke lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita (p <0,001). Pengaruh jenis kelamin terbalikpada kelompok tertua, dengan kejadian stroke lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria antara mereka yang berusia85-94. Wanita secara signifikan lebih tua pada stroke pertama kalinya dengan usia rata-rata 75 tahun pada wanita dibandingusia 71

(23)

memerlukan studi lebih lanjut. Perbedaan jenis kelamin pada stroke mulai diakui, pengaruh tertentu estrogen dantestosteron pada endotelium dan sistem vaskular, peran faktor resiko yang unik untukperempuan seperti penggunaan kontrasepsi oral, terapi penggantian hormon dan kehamilan,keterlambatan sistemik dalam pengenalan dan pengobatan yang tidak efisien dari faktor faktor resiko stroke yang konvensionalpada wanita semuanya telah dianggap sebagai penjelasan yang mungkin. (Petreadkk 2009) Di antara wanita kulit putih usia 45 sampai 54 tahun perkiraan kejadian stroke, termasuk iskemik dan perdarahan, berkisar 0,58-1,02 per 1.000 per tahun. (Lisabeth dkk 2012)

Usia rata rata stroke dari data 28 Rumah Sakit di Indonesia adalah 58,8 tahun ± 13,3 tahun, dengan kisaran 18-95 tahun. Usia rata rata wanita lebih tua dari pada pria (60,4 ± 13,8 tahun versus 57,5 ± 2,7 tahun). Usia kurang dari 45 tahun sebanyak 12,9 % dan lebih dari 65 tahun sebanyak 35,8%. Dari data ini terlihat peningkatan kejadian stroke yang dengan bertambahnya usia. Menurut Framingham terlihat korelasi yang bermakna antara kejadian stroke dengan bertambahnya usia. Hal yang agak berbeda adalah kejadian pada wanita lebih banyak dari pria (53,8 % versus 46,2 %), studi di Indonesia, sedangkan studi Framingham, kejadian pada pria rata rata 2,5 kali lebih sering dari pada wanita.

(Misbach, 2011)

Rocca dkk 2012 meneliti bahwa terdapat peningkatan resiko21% dari semuakematiankarena strokepada wanita denganusia yang lebih mudapadamenopause(≤ 44tahundibandingkan≥51tahun), terlepas darijenismenopause(alamiataupundiinduksi).(Rocca dkk 2012)

Lisabeth dkk 2009 meneliti bahwa wanita yang mengalami menopause sebelum usia 42 tahun memiliki dua kali resiko mengalami stroke iskemik,

(24)

sedangkan wanita dengan usia menopause 42 – 54 tahun dan usia menopause

≥ 55 tahun memiliki risiko yang lebih rendah. (Lisabeth dkk 2009)

Stroke iskemik adalah relatif jarang di kalangan wanita premenopause, tetapi resiko meningkat dengan bertambahnya umur. Beberapa penelitian epidemiologi berbasis populasi telah melaporkan perkiraan kejadian stroke pada wanita setengah baya meningkat (termasuk rentang usia ketika sebagian besar perempuan dengan pengalaman menopause).Studi ini meneliti risiko strokepada wanita adalahterkait dengankejadian menopause, sebagian karenaperubahan hormonal danpercepatanfaktor risiko. (Lisabeth dkk 2012)

Ovarium adalah organ dengan vaskularisasi yang banyak, dan selanjutnyakerusakan iskemik pada ovarium dapat menyebabkan menopause dini.Dalam istilah yang lebih umum, meskipun progresifitas dari aterosklerosistelah dikenalsebagai konsekuensi darimenopause, tapi bagaimana aterosklerosis dapat menyebabkan menopause dini memerlukan penyelidikan lebih lanjut. (Kok dkk 2006)

Menopause dini adalah prediktor signifikan dari stroke dan penyakit jantung koroner di masa mendatang pada penelitian pada populasi wanita multietnis di Amerika, tidak bergantung dari faktor risiko kardiovaskuler yang umum. Penelitian ini menemukan bahwa wanita dengan menopause dini memiliki risiko sekitar dua kali lipat meningkat untuk kejadian stroke dan penyakit jantung koroner. Penelitian ini menunjukkan bahwa menopause dini dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara menopause dini dan stroke, meskipun tidak konsisten. Studi kohort Jepang dan kohort Framingham telah menemukan risiko dua kali lipat peningkatan stroke pada wanita dengan menopause usia lebih

(25)

muda dari 42 tahun dibandingkan dengan wanita tanpa menopause dini.

(WellonsM dkk 2012) Penjelasan biologisyang paling umum untukperlindungan pada wanita terhadap stroke adalahterkait denganhormonsteroidseks, khususnyaestrogen. Studi ini menunjukkanbahwa perempuandilindungi olehestrogenendogen. (Reeves dkk 2008)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.

1.3.2 Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke di RSUP. H. Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui besar risiko paparan (Odss Ratio (OR)) kategori usia menopause dengan kejadian stroke di RSUP. H. Adam Malik Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemikdi RSUP. H. Adam Malik Medan.

4. Untuk mengetahui besar risiko paparan (Odss Ratio (OR)) kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemik di RSUP. H. Adam Malik Medan.

(26)

5. Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian strokehemoragik di RSUP. H. Adam Malik Medan.

6. Untuk mengetahui besar risiko paparan (Odss Ratio (OR)) usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik di RSUP H. Adam Malik Medan.

7. Untuk melihat gambaran karakteristik demografi pasien stroke yang sudah menopause di ruangan rawat inap dan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.2 Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuan tentang hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.

1.5.3 Manfaat Penelitian untuk Penelitian

Dengan mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.

1.5.4 Manfaat Penelitian untuk Masyarakat

Dengan mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke maka para wanita yang belum menopause dapat menghindarkan faktor faktor yang dapat mempercepat terjadinya menopause dan bagi wanita menopause dapat memaksimalkan gaya hidup sehat untuk mengurangi faktor faktor risiko terjadinya stroke

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1. STROKE ISKEMIK

II.1.1. Defenisi

Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut disebabkan oleh iskemik atau perdarahan berlangsung 24 jam atau meninggal, tapi tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan (Sacco dkk, 2013)

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. (Sjahrir, 2003)

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis yang berkembang dengan cepat yang disebabkan oleh perdarahan di parenkim otak atau sistem ventrikel yang tidakdisebabkan oleh trauma(Sacco dkk,2013)

II.1.2. Epidemiologi

Secara umum, angka kematian stroke pada negara-negara Asiakecuali Jepang dan Singapura lebih tinggi daripada di negara Barat, namun ada baiknya menyebutkan bahwa Jepang memilikimortalitas stroke yang tertinggi di dunia pada tahun 1965. Halini cepatmenurun 80 % selama periode 1965-1990.

Angka kematian stroke di Jepang mirip dengan yang di negara-negara Barat.

Menariknya, tren kematian stroke di Cina dan Korea Selatan sekarang menunjukkan karakteristik yang mirip dengantren Jepang yang diamati di masa lalu. Dimana negara-negara Asia Timur memiliki angka kematian lebih tinggi pada stroke, tetapi kematian karena penyakit jantung koroner lebih rendah dari negara-negara Barat. Negara-negara Asia lainnya memiliki angka kematian

(28)

yang lebih tinggi pada penyakit jantung koronerdan stroke daripada negara- negara Asia Timur atau negara-negara Barat. (Ueshima H dkk 2008)

Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia dan terjadi lebih banyak pada wanita pada usia yang lebih muda tetapi tidak pada usia yang lebih tua. Perbandingan insidens pria dan wanita pada umur 55-64 tahun adalah 1,25; pada umur 65-74 tahun adalah 1,50; 75-84 tahun adalah 1,07; dan pada umur ≥ 85 tahun adalah 0,76 . (Rosamonddkk, 2007)

II.1.3. Klasifikasi Stroke

Dasar klasifikasi yang berbeda – beda diperlukan, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, pencegahan dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya sama (Misbach, 1999)

I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya : a. Stroke Iskemik

 Transient Ischemic Attack (TIA)

 Thrombosis serebri

 Emboli serebri b. Stroke Hemoragik

 Perdarahan intraserebral

 Perdarahan subarachnoid II. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu

a. Transient Ischemic Attack (TIA) b. Stroke in evolution

c. Completed stroke

(29)

III. Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah a. Sistem Karotis

b. Sistem vetebrobasiler

IV. Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu a. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI) b. Total Anterior Circulation Infarct (TACI) c. Lacunar Infarct (LACI)

d. Posterior Circulation Infarct (POCI)

V. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan krteria kelompok peneliti TOAST (Sjahrir, 2003)

a. Aterosklerosis Arteri Besar

Gejala klinik dan penemuan imejing otak yang signifikan (>50%) stenosis atau oklusi arteri besar di otak atau cabang arteri di korteks disebabkan oleh proses aterosklerosis.

Gambaran computed tomography (CT) sken kepala MRI menunjukkan adanya infrak di kortikal, serebellum, batang otak, atau subkortikal yang berdiameter lebih dari 1,5 mm dan potensinya berasal dari aterosklerosis arteri besar.

b. Kardioembolisme

Oklusi arteri disebabkan oleh embolus dari jantung. Sumber embolus dari jantung terdiri dari :

1. Resiko tinggi

• Prostetik katub mekanik

• Mitral stenosis dengan atrial fibrilasi

• Fibrilasi atrial

(30)

• Atrial kiri / atrial appendage thrombus

• Sick sinus syndrome

• Miokard infark baru (< 4 minggu)

• Thrombus ventrikel kiri

• Kardiomiopati dilatasi

• Segmen ventricular kiri akinetik

• Atrial myxoma

• Infeksi endokarditis 2. Risiko sedang

• Prolaps katub mitral

• Kalsifikasi annulus mitral

• Mitral stenosis tanpa fibrilasi atrial

• Turbulensi atrial kiri

• Aneurisma septal atrial

• Paten foramen ovale

• Atrial flutter

• Lone atrial fibrillation

• Katub kardiak bioprostetik

• Trombotik endokarditis non bacterial

• Gagal jantung kongestif

• Segmen ventrikuler kiri hipokinetik

• Miokard infark (> 4 minggu, < 6 bulan) c. Oklusi Arteri Kecil

Sering disebut juga infark lakunar, dimana pasien harus

(31)

mempunyai gejala gangguan disfungsi kortikal serebral.

Pasien biasanya mempunyai gambaran CT sken/ MRI kepala normal atau infark lakunar dengan diameter < 1,5 mm di daerah batang otak atau subkortikal.

d. Stroke Akibat dari Penyebab lain yang Menentukan 1. Non – Aterosklerosis Vaskulopati

• Non inflamasi

• Inflamasi non infeksi

• Infeksi

2. Kelainan Hematologi atau Koagulasi

e. Stroke Akibat dari Penyebab lain yang Tidak Dapat Ditentukan

II.1.4. Faktor Risiko Stroke

Beberapa faktor diketahui meningkatkan penyakit stroke, dan telah dilakukan banyak studi berskala luas. Faktor risiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well documented) (Goldstein, 2006)

1. Non modifiable risk factors:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Berat badan lahir rendah 4. Ras/etnis

5. Genetik

2. Modifiable risk factors:

(32)

1. Well-documented and modifiable risk factors a. Hipertensi

b. Paparan asap rokok c. Diabetes

d. Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu e. Dislipidemia

f. Stenosis arteri karotis g. Sickle cell diseases

h. Terapi hormonal pasca menopause i. Diet yang buruk

j. Inaktifitas fisik k. Obesitas

3. Less well-documented and modifiable risk factors:

1. Sindroma metabolik 2. Penyalahgunaan alcohol

3. Penggunaan kontrasepsi ora 4. Sleep-disoerdered breathing

5. Nyeri kepala migren 6. Hiperhomosisteinemia 7. Peningkatan lipoprotein (a)

8. Peningkatan lipoprotein-associated phospholipase 9. Hypercoagulability

10. Inflamasi 11. Infeksi II.1.5. Patofisiologi

(33)

Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel sel otak dan unsur-unsur pendukungnya. (Misbach,2007)

Iskemia dapat dibagi lagi menjadi tigamekanisme yang berbeda:

trombosis, emboli, danpenurunan perfusi sistemik. (Caplan, 2009) 1. Trombosis

Trombosis mengacu pada obstruksi aliran darah karena proses oklusi lokaldalam satu atau lebih pembuluh darah. Lumen pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat oleh perubahan dalam dinding pembuluh darah disertai pembentukan bekuan. Jenis yang paling umum dari patologi vaskular adalah aterosklerosis, di mana jaringan fibrous dan otot tumbuh terlalu cepat pada subintima,dan materi lemak membentuk plak yang dapatmengganggu pada lumen. Selanjutnya, platelet atau trombosit menempel ke celah-celah plak dan membentuk yang berfungsi sebagainidus untuk pengendapan fibrin, trombin, danclot. (Caplan, 2009)

2. Emboli

Pada emboli, materi terbentuk di tempat lain dalamsistem vaskular pada arteri dan memblok aliran darah. Penyumbatan bisa bersifat sementara atau dapat bertahan selama berjam-jam atau berhari-hari sebelum berpindah ke area yang lebih distal. Berbeda dengan trombosis, blok emboli lumen tidak disebabkan oleh proses lokal yang berasal pada arteri yang tersumbat.Materi yang muncul proksimal, paling seringdari jantung, dari arteri utama sepertiaorta, karotis, dan arteri vertebralis, dan darivena sistemik. (Caplan,2000)

3. PenurunanPerfusisistemik

(34)

Dalampenurunan perfusisistemik, berkurangnyaaliran kejaringan otakdisebabkan olehtekanan perfusi sistemik yang rendah. Penyebab yang palingumum adalahkegagalan pompa jantung(paling sering karenainfark miokardatauaritmia) danhipotensisistemik (karena kehilangan darah atauhipovolemia).Dalam kasus tersebut, berkurangnyaperfusiadalahlebih umumdaripadatrombosislokalatau embolidan mempengaruhiotaksecara difusdanbilateral.(Caplan, 2009)

Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi – fungsinya menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke perifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya aliran daerah kolateral (luxury perfusion area).

Daerah penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat direperfusi dan sel sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat berangsur angsur mengalami kematian. (Misbach,2007)

Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap, yaitu (Sjahrir, 2003):

Tahap 1:

a. Penurunan aliran darah b. Pengurangan O2

c. Kegagalan energy

(35)

d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion Tahap 2:

a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion b. Spreading depression

Tahap 3: Inflamasi Tahap 4: Apoptosis

Perdarahan otak merupakan penyebab stroke kedua terbanyak setelah infark otak, yaitu 20 – 30% dari semua stroke di Jepang dan Cina. Sedangkan di Asia Tenggara (ASEAN), pada penelitian stroke oleh Misbach (1997) menunjukkan stroke perdarahan 26%, terdiri dari lobus 10%, ganglionik 9%, serebellar 1%, batang otak 2% dan subrakhnoid 4%. (Misbach, 2011)

Pecahnya pembuluh darah di otak dibedakan menurut anatominya atas perdarahan intraserebral dan subarakhnoid.Sedangkan berdasarkan penyebabnya, perdarahan intraserebral dibagi menjadi perdarahan intraserebral primer dan sekunder. (Misbach 2011)

Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya

(36)

membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar. (Caplan, 2000)

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.

(Caplan, 2000)

Pada perdarahan intraserebral, pembuluh yang pecah terdapat di dalam otak atau massa pada otak, sedangkan pada perdarahan subrakhnoid, pembuluh yang pecah terdapat di ruang subarakhnoid, di sekitar sirkulus arteriosus Willisi. Pecahnya pembuluh darah disebabkan oleh kerusakan dinding arteri (arteriosklerosis) atau karena kelainan kongenital atau trauma.

(Misbach, 2011)

II. 2 Menopause II.2.1. Defenisi

Menopause didefinisikan sebagai usia pada periode menstruasi terakhir(tahun) tanpa memiliki periode menstruasi selama minimal 12 bulan berturut-turut.(Hefler, 2005) (Kok dkk 2006).Istilahmenopausemengacu padasuatu fase waktuyang diikuti1 tahunsetelahberhentinya menstruasi.

Postmenopause menjelaskantahun-tahun setelahfase ini. (Hoffman dkk 2012) Menurut WHO, menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen akibat tidak bekerjanya folikel ovarium. Untuk menentukan onset dilakukan secara retrospektif, dimulai dari amenorea spontan sampai 12 bulan kemudian, seiring dengan

(37)

peningkatan kadar serum follicle stimulating hormone (FSH).

(Ahlborg dkk 2003)

II.2.2. Epidemiologi

Sensus memperkirakan jumlah wanita pascamenopause di dunia sekitar 476 juta jiwa pada tahun 1990. Setidaknya pada tahun 2030 jumlah ini akan bertambah menjadi 1.200 juta jiwa. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh pertumbuhan penduduk dan meningkatnya usia harapan hidup secara perlahan dan progresif. Dengan usia harapan hidup rata-rata lebih dari 78-80 tahun dan usia menopause relatif stabil yaitu pada usia 50-51 tahun, wanita akan menghabiskan lebih dari sepertiga hidupnya dalam masa menopause.

Sehingga terdapat kemungkinan untuk mengalami berbagai penyakit kronik selama hidupnya yang diperkirakan 46% untuk penyakit jantung koroner, 20%

untuk stroke, 15% untuk fraktur panggul, 10% untuk kanker payudara, dan 2.6% untuk kanker endometrium. Di Amerika Utara, sebanyak 7-8% orang berusia 75-84 tahun terkena demensia tipe Alzheimer dan wanita pascamenopause memiliki risiko 1.4-3 kali lipat untuk penyakit Alzheimer dibandingkan laki-laki, sedangkan risiko untuk terkena kanker kolorektal adalah sekitar 6% di mana lebih dari 90% kasus terjadi setelah usia 50 tahun.

Mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada kasus ini dilaporkan berhubungan dengan patofisiologi penyakit yang didasari oleh rendahnya kadar estrogen dan progesteron tubuh.(Rachman I.A dkk 2004)

Sebuah survei di India yang dilakukan baru-baru ini oleh Institute for Social and Economic Change (ISEC)telah membawa fenomena baru yang mengkhawatirkan dari menopause dini diantara perempuan India. Data untuk

(38)

penelitian ini berdasarkan pada 1998-1999 National Family Health Survey menarik sampel dari 100000 perempuan pada rentang usia 15-50 tahun, pada 26 negara. Temuan menyoroti survei ISEC bahwa rata-rata hampir 4% dari perempuan India sudah menopause antara usia 29-34 tahun, salah satu ambang batas terendah untuk menopause di seluruh dunia. Laporan, yang diajukan di Parlemen, mengatakan bahwa 3,1% wanita yang sudahmenopause pada usia 30-34 tahun dan insiden meningkat menjadi 8% untuk kelompok usia 35-39 tahun. (Chakraborti R. 2013)

Di Inggris, usia rata-rata untuk menopause adalah 50 tahundan 9 bulan.Hal ini telah berubah sangat sedikit selama 100 tahun terakhir meskipun penurunan rata-rata usiamenarche. Onset rata-rata perimenopause adalah antara 45,5 dan 47,5 tahun, Dan itu berlangsung untukrata-rata 4 tahun.

(Rymer dkk 2009)

Hoffman dkk 2012 meneliti rata-rata usiawanitamengalamiperiode

menstruasiterakhir merekaadalahpada usia 51,5tahun,namunpenghentianmenstruasikarena kegagalanovariumdapat

terjadipada setiapusia.Kegagalan ovarium prematurmengacu

padaberhentinyamenstruasisebelum usia 40dan berhubungandenganpeningkatan kadar folliclestimulatinghormone

(FSH).(Hoffman,dkk,2012)

II.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Menopause

Beberapa penelitian telah menemukanbahwamenopausealamisebelumnyaadalahjuga terkaitdengan pendidikan yang kurang, kelassosial yang rendah, nulliparitasataumemiliki anak

(39)

lebih sedikit, tidak pernahmenggunakan kontrasepsi oral, dan berat badan yang relatif rendah. Melakukan penurunanberat badanatau dietjuga telah dikaitkandenganmenopauselebih awal.Kebanyakan faktor-faktor inidapat mempengaruhihipotalamus-pituitarygonadal axisdan regulasi gonadotropindan sex steroidhormon. (Gold dkk 2001)

Merokok, kekurangan gizi, dan statussosial ekonomi rendahtelah dikaitkan denganmenopause lebih awal, tetapifaktor keturunantampaknya menjadiyang paling pentingpenentuusia saatmenopause. (Lisabeth dkk 2012) (Hoffman dkk 2012)

Merokok memiliki efekanti-estrogen pada perempuan. Hal ini mungkinkarena perubahandalam metabolismeestrogenhepatik yang

disebabkan olehmerokok.Kemungkinansiklus tidak teraturmeningkatdenganjumlah rokok yang dihisap. Hal inimenjadi peningkatan

risikoanovulasiyang menjadilebih besardengan tingkatmerokok. Efek inimenurunkankesuburan pada wanitaserta mengurangiusiamenopause.

(Kapoor dkk 2005)(Jacobsen dkk 2004)

Karakteristik hormonal darimenopause atau postmenopause masing- masingadalah peningkatan kadar LH dan FSHdisertai dengan penurunanestrogen dan progesteron. (Fischl 2001)

Kadar FSH dan LH dalam serum secara signifikan meningkat pada menopause dan setelah menopause,karena fungsi ovarium yang menurun, dibandingkan dengan levelpada hormon seksualwanita dewasa. Kadar yamg tinggi ini tetap di sekitar tingkat ini sampaionset senium ketika kadarnya mulai turun lagi karena adanya involusi terkait usiadari kelenjar pituitari.

(40)

Penyebabterjadinyaonset menopauseadalahmeningkatnyapenurunan fungsi ovariumkarenadegenerasifolikel(atresia). (Fischl 2001)

Selain itu adajuga penurunan produksi estrogen.Penurunan stabil berat organmenyajikan faktor pembatas tambahanuntuk fungsi ovarium.

Maksimalpuncak berat ovarium terdapat antara 25 dan30 tahun setelah waktu itu, perlahan tapi teratur menurun. Karenanya atropi ovarium pada senium dengan berat hanyasekitar sepertiga dari satu ovarium nomal. Penurunan dalam berat dipicu oleh sklerosisdari hilusdengan kemudian penurunan perfusi serta peningkatan deposit jaringan ikat dan penebalan dari kapsul. (Fischl 2001)

II.2.4Hormon Ovarium A. Estrogen

Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17β-estradiol, estron, dan estriol. Zat zat ini adalah steroid C18, yaitu tidak memiliki gugus metal angular yang melekat ke posisi 10 atau konfigurasi Δ4-3-keto di cincin A. Hormon- hormon ini disekresikan oleh teka interna dan sel granulose folikel ovarium, korpus luteum, dan plasenta. Jalur biosintesisnya melibatkan pembentukannya dari androgen. Juga dibentuk melalui aromatisasi androstenedion di dalam sirkulasi. Aromatase (CYP19) adalah enzim yang mengkatalisis perubahan androstenedion menjadi estron dan perubahan testoteron menjadi estradiol.

(Ganong 2008)

Sel sel teka interna memiliki banyak reseptor LH, dan LH bekerja melalui cAMP untuk meningkatkan perubahan kolesterol menjadi androstenedion.

Sebagian androstenedion diubah menjadi estradiol, yang masuk ke dalam

(41)

sirkulasi. Sel teka intterna juga memberikan androstenedion pada sel granulose. Sel granulose memiliki banyak reseptor FSH, dan FSH meningkatkan sekresi estradiol dari sel granulose dengan bekerja melalui siklik AMP untuk meningkatkan aktivitas aromatase. Sel granulose matang juga memiliki reseptor LH dan LH juga merangsang pembentukan estradiol.

(Ganong 2008)

Jaringan stroma ovarium juga memiliki potensi membentuk androgen dan estrogen. Namun, pada wanita pramenopause normal jaringan tersebut mungkin hanya membentuk hormon-hormon ini dalam jumlah yang tidak bermakna. 17β-estradiol, estrogen utama yang disekresikan, dalam sirkulasi berada dalam keseimbangan dengan estron. Estron mengalami metabolisis lebih lanjut menjadi estriol, sebagian besar mungkin terjadi di hati. 17β-estradiol adalah estrogen paling kuat dari ketiganya, sedangkan estriol paling lemah.

(Ganong 2008)

Dua persen estradiol dalam darah berada dalam keadaaan bebas, dan sisanya terikat ke protein: 60% ke albumin dan 38% ke gonadal steroid-binding globulin (GBG) serupa dengan yang mengikat testoteron. Di hati, estradiol, estron, dan estriol diubah menjadi konjugat glukoronida dan sulfat. Semua senyawa ini, bersama dengan metabolit lain, diekskresikan di urin. Sejumlah tertentu diekskresikan dalam empedu dan diserap kembali ke dalam darah (sirkulasi enterohepatik). (Ganong 2008)

Perubahanovariumyang terjadiselama siklusseksualtergantungsepenuhnya padahormongonadotropicFSHdanLH,

yang disekresikanoleh kelenjar hipofisisanterior.Dengan tidak adanyahormon ini, ovariumtetaptidak aktif, yangterjadisepanjang masa anak anak,ketika

(42)

hampirtidak adahormonhipofisisgonadotropicyang disekresikan. Pada usia9 sampai 12tahun, hipofisismulaimengeluarkanFSHdanLH semakin progresif ,

yang mengarahuntukterjadinyasiklusseksualnormal bulananmulaiusia11dan15tahun.Perubahan periode inidisebutpubertas, dan

waktusiklus menstruasipertama disebutmenarche.FSH danLHadalah glikoproteinkecilyang memiliki beratmolekul sekitar30.000.Setiap

bulandarisiklusseksual wanita, terdapat

peningkatansiklusdanpenurunanFSHdanLH, seperti yang ditunjukkanpada gambar1.(Guyton dkk 2006)

Hampir semua estrogen ini berasal dari ovarium, dan terdapat dua puncak sekresi: satu tepat sebelum ovulasi dan satu selama fase midluteal.

Kecepatan sekresi estradiol ialah 36 µg/h (133 nmol/h) pada fase folikular awal, 380 µg/h tepat sebelum ovulasi, dan 250 µg/h selama fase midluteal. Setelah menopause, sekresi estrogen menurun sampai ke kadar yang rendah. (Ganong 2008) (tabel 1)

(43)

Gambar 1. Perkiraan konsentrasi

plasmagonadotropindanhormonovariumselama siklusseksualwanita normal.

Dikutip dari: Guyton A.C., Hall J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 14 Ed. Elsevier Inc. Philadelphia

Estrogen mempercepat pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan motilitas tuba uterina. Hormon-hormon ini meningkatkan aliran darah uterus dan memiliki efek penting pada otot polos uterus. Pada wanita imatur dan yang menjalani kastrasi, uterus berukuran kecil serta miometriumnya atrofi dan inaktif. Estrogen meningkatkan jumlah otot uterus dan kandungan protein kontraktilnya. Di bawah pengaruh estrogen, otot menjadi lebih aktif dan mudah terangsang, dan potensial aksi pada setiap serat menjadi lebih sering. Uterus yang didominasi oleh estrogen juga peka terhadap oksitoksin. (Ganong 2008)

Tabel 1. Kadar estrogen normal pada wanita

Phase 17β estradiol Estron Estriol

Serum concentration

pg/ml

Daily Production

µg

Serum concentration

pg/ml

Daily Production

µg

Serum concentration

pg/ml

Daily Production

µg

Follicular 40-200 60-150 30-100 50-100 3-11 6-23

Preovulatory 250-500 200-400 50-200 200-350 - -

Luteal 100-150 150-300 50-115 120-250 6-16 12-30

Premenstrual 40-50 50-70 15-40 30-60 - -

Post menopausal

<20 5-25 15-80 30-80 3-11 5-22

Dikutip dari: Dikutip dari: Gruber C.J., Tschugguei W., Schneebeger C., Huber J.C. 2002. Production and action of estrogens. N Engl J Med. 346:340-350

Estrogen memiliki efek menurunkan kolesterol plasma secara bermakna, dan hormon ini dengan cepat menyebabkan vasodilatasi dengan meningkatkan

(44)

produksi NO setempat. Efek ini menghambat aterogenesis dan ikut berperan menurunkan insidens infark miokardium dan penyulit lain penyakit vaskular aterosklerotik pada wanita pramenopause. Estrogen dosis rendah tampak menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular setelah menopause. Namun, estrogen aktif oral dosis besar mendorong timbulnya trombosis, tampaknya karena hormon ini mencapai hati dalam konsentrasi tinggi di darah portal dan mengubah pembentukan faktor faktor pembekuan di hati. (Ganong 2008)

B. Progesteron

Progesteron adalah suatu steroid C21 yang disekresikan oleh korpus luteum, plasenta dan (dalam jumlah kecil) folikel. Hormon ini merupakan zat antara penting dalam biosintesis steroid pada semua jaringan yang menyekresikan hormon steroid, dan sejumlah kecil tampaknya masuk sirkulasi dari testis dan korteks adrenal. 17α-Hidroksiprogesteron tampaknya disekresikan bersama estrogen dari folikel ovarium, dan sekresinya setara dengan sekresi 17β-estradiol. Sekitar 2% progesterone dalam darah berada dalam keadaan bebas, sementara 80% terikat ke albumin dan 18% terikat ke globulin pengikat kortikosteroid. Progesteron memiliki waktu paruh yang singkat dan diubah menjadi pregnandiol di hati, yang kemudian dikonjugasi dengan asam glukuronat dan diekskresikan dalam urin. (Ganong, 2008)

Pada pria, kadar progesterone plasma adalah sekitar 0,3 ng/ml (1 nmol/L). Pada wanita, kadarnya sekitar 0,9 ng/ml (3 nmol/L). Perbedaan di atas disebabkan oleh sekresi sejumlah kecil progesterone oleh sel-sel di folikel ovarium; sel teka memberikan pregnenolon pada sel granulosa, yang mengubahnya menjadi progesteron. Pada fase folikular lanjut, sekresi

(45)

progesterone mulai meningkat. Selama fase luteal, korpus luteum menghasilkan banyak progesteron dan terjadi peningkatan mencolok progesteron plasma mencapai kadar puncak sekitar 18 ng/ml (60 nmol/L). Efek stimulasi LH pada sekresi progesteron oleh korpus luteum disebabkan oleh pengaktifan adenilil siklase dan melibatkan langkah selanjutnya yang bergantung pada sintesis protein. (Ganong 2008)

Organ sasaran utama progesterone adalah uterus, payudara, dan otak.

Progesteron berperan dalam perubahan progestasional di endometrium dan perubahan siklik di serviks dan vagina yang telah dijelaskan di atas. Hormon ini memiliki efek antiestrogenik pada sel miometrium, menurunkan kemudahan otot uterus terangsang, kepekaannya terhadap oksitosin, dan aktifitas listrik spontan sementara meningkatkan potensial membran. Hormon ini juga menurunkan jumlah reseptor estrogen di endometrium dan meningkatkan kecepatan perubahan 17β-estradiol menjadi estrogen yang kurang aktif. Di payudara, progesteron merangsang pembentukan lobules dan alveolus. Hormon ini menginduksi diferensiasi jaringan duktus yang telah dipersiapkan oleh estrogen dan mendorong fungsi sekresi payudara selama laktasi. (Ganong 2008)

Efek umpan balik progesteron bersifat kompleks dan terjadi pada tingkat baik hipotalamus maupun hipofisis. Progesteron dosis besar menghambat sekresi LH dan meningkakan efek inhibisi estrogen, yang mencegah ovulasi.

Progesteron bersifat termogenik dan mungkin berperan meningkatkan suhu tubuh basal pada saat ovulasi. Hormone ini merangsang pernafasan, dan PCO2

alveolus pada wanita selama fase luteal siklus menstruasi lebih rendah daripada PCO2 pada pria. Pada kehamilan, PCO2 turun seiring dengan peningkatan sekresi progesterone. Namun, makna faali dari respons

(46)

pernafasan ini tidak diketahui. Progesteron dosis besar menimbulkan natriuresis, mungkin dengan menghambat efek aldosteron pada ginjal. Hormon ini tidak memiliki efek anabolik yang bermakna. (Ganong 2008)

II.2.5Perubahan Estrogen pada Menopause

Kadar estrogen berfluktuasi pada seluruh siklus hidup wanita. Tiga bentuk estrogen yang diproduksi pada wanita: estrone (E1), 17 - beta - estradiol (estradiol, E2), dan estriol (E3). Selama tahun-tahun reproduksi, estradiol adalah estrogen dominan dan diproduksi terutama oleh folikel dominan, dengan tingkat yang dilaporkan berkisar 20-400 pg / mL selama siklus menstruasi.

Setelah menopause, ovarium mensintesis sedikit estrogen dan penurunan estradiol ke tingkat yang lebih rendah, < 59 pg / mL. (Mansfield, 2011)

Transisi menopause dikaitkan dengan perubahan hormon yang signifikan, yang paling penting,penurunan tingkat estradiol sekitar 60 %.Pasca - menopause, kadarnya terus menurun dan tetap setelah 1 sampai 3 tahun.

Secara keseluruhan, tingkat estradiol menurun 7-10 kali lipatantara pra - dan pasca - menopause. (Lisabeth dkk 2012)

Pada studi dari Yasui dkk 2012 menunjukkan perubahansirkulasiestradiolpada wanitadari transisimenopauseke pascamenopauseditandaisebagai berikut: tingkatestradiolyang tinggipada wanitapremenopauseyangmenurun drastisdantingkatestradiolpada wanita pascamenopausesecara signifikan lebih rendah sampai ke tingkat 6,1pg/mlpada wanita pascamenopause.(Gambar 2) (Yasui dkk 2012)

Transisi dari siklus ovulasi menopause biasanyadimulai pada akhir 40-an dan dalam transisi menopause dini. Tingkat FSH naik sedikit dan

(47)

menyebabkanpeningkatanrespon folikel ovarium dengan kadar estrogen yang lebih tinggi secara keseluruhan. (Hoffman dkk 2012)

Perubahan ini, termasuk peningkatan pada kadar FSH, mencerminkan penurunan kualitas dan kemampuanpenuaan folikel untuk mengeluarkan inhibitori. Jika deplesi folikel berlanjut, episode anovulasimenjadi lebih umum.

Dengan kegagalan ovarium pada menopause, pelepasan hormon steroid ovarium berhenti, dan loop umpan balik negatif dibuka. Selanjutnya,GnRH dilepaskan pada frekuensi dan amplitudo maksimal. Hasilnya, sirkulasi kadar FSH dan LH meningkat empat kali lipat lebihtinggidaripadatahun-tahun reproduksi. (Hoffman dkk 2012)

Gambar 2 Perubahan estradiol dari transisi menopause ke pasca menopause Yasui, T., Matsui, S., Tani, A., Kunimi, K., Yamamoto, S., Irahara, M. 2012.

Androgen in postmenopausal women. The Journal of Medical Investigation.

(59):12-27

II.2.6HubunganMenopause dan Stroke

Penurunanestradiol padatingkat usiadinidari menopausedapat merugikankesehatanpembuluh darah. Menopause dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko stroke. Studi kohortwanita sehat melalui transisi menopause telah menunjukkan peningkatanobesitas perut, peningkatan

(48)

peningkatan glukosa puasa dan ukuran lain dari resistensi insulin, peningkatan BMI, dan peningkatan tekanan darah. (Lisabeth dkk 2012)

Akumulasi dari faktor-faktor risiko ini mungkin karenakelebihan androgen dan estrogen yang menurun, dan dapat menjelaskan dua kali lipat risiko stroke pada 10tahun setelah menopause. (Lisabeth dkk 2012)

Studi observasional telah menunjukkan bahwa pada usia yang lebih muda, wanita premenopause dilindungi dari stroke iskemik dibandingkan dengan pria dari usia yang sama, dan perlindungan ini mungkin hilang dengan bertambahnya umur. Karena temuan ini, serta mendukung bukti dari model hewan, paparan estrogen endogen telah diduga menjadi pelindung untuk stroke pada wanita premenopause. (Lisabeth dkk 2012)

Meskipun wanita memiliki insiden lebih rendah terkena stroke daripada pria selama setengah baya, risiko mereka berlipat ganda dalam satu dekade setelah menopause, hal ini menekankan perlunya untuk menyaring dan mengelolafaktor risiko yang juga meningkat selama periode ini. (Lisabeth dkk 2012)

Pada studi kasus-kontrol yang dilakukan Hsieh dkk 2010, menarche dini terkait secara independen dengan rendahnya risiko stroke iskemik, setelah disesuaikan untuk faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini menghasilkan hipotesis bahwa jika estrogen endogen sebagai pelindung, indikator dari paparan tinggi estrogen menuju menarche dini, menopause lambat dan eksposur estrogen yang lebih lama akan berhubungan dengan rendahnya risiko stroke iskemik.Usiasaat menarche<14 tahunmerupakan faktorindependen untukpenurunan risikostroke iskemik.Dibandingkandengan studi tersebut,subjek penelitianyangmengalami usia menarche≥16tahun

(49)

sebagaikelompok referensi, menarcheantara usia14dan15tampaknyaterkait denganrisiko yang lebih rendahdariiskemikstroke dansecara signifikanmenurunrisikoyang diamati padamereka yangmengalami usia menarche<14 tahun. (Hsieh dkk 2010)

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, rata-rata usia menarche pada perempuan usia 10-59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. (Amaliah dkk 2012)

Penelitian Thomas F dkk mengungkapkan bahwa setidaknya dua parameter yang mencerminkan kondisi hidup mempengaruhi variasi usia menarche. Konsumsi kalori sayuran per orang dan setiap hari memiliki pengaruh yang kecil, tetapi signifikan, mempengaruhi usia saat menarche, mendukung gagasan bahwa kondisi gizi yang baik mendukung menarche dini.

Gizi buruk dikenal untuk mengubah rasio massa untuk lemak tubuh dan melambatkan onset menarche.(Thomas F dkk 2001) Pada studi yang dilakukan Forman dkk 2013 didapati hubungan antara usia menarche dan usia menopause umumnya dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi. (Forman M.R dkk 2013)

Kadar fisiologisestrogendikenaluntuk membantu menjagaprofillipoprotein yang menguntungkanpada wanita. Estrogen memiliki efek menguntungkan pada lipid dan lipoprotein. Secara khusus, estrogenmenurunkan kolesterol totaldankolesterol low-density-lipoprotein(LDL) sekitar5-15%, karenapeningkatanreseptor LDL hati, dan peningkatan katabolisme dan pembersihanlow-density-lipoprotein(LDL).

(50)

Estrogen meningkatkan apolipoprotein A1 yaitu komponen protein utama dari HDL pada plasma sehingga kolesterol HDL meningkat.Di sisi lain, estrogenmeningkatkantrigliseridaplasma(TG) sekitar 20-25%. Selainefeknya terhadapprofillipidserum, estradiolmemiliki kapasitasantioksidansehingga ketikaestradioldiberikanuntuk wanita menopause, mengurangioksidasi kolesterolLDLdanmeningkatkanbioaktivitas endotelialNO.Estrogen menurunkan Hepatic Lipase atau Hepatic Triglyceride Lipase(HTGL) yang menghambat Intermediate-density lipoprotein (IDL) menjadi LDL dan menurunkan trigliserida.(Gouva dkk 2004)(Lobo 2007) (Gambar 3)

Secara khusus, seluruhkadar HDLdewasaadalah sekitar10mg/dLlebih tinggipadaperempuan, dan perbedaan iniberlanjut sepanjangtahun tahun pascamenopause. Selain itu, kadar kolesterol total danlow- densitylipoprotein(LDL)lebih rendahpada wanitapremenopausedibandingkan laki-laki. Setelahmenopausedan denganpenurunan berikutnya padaestrogen, efekmenguntungkanpadalipidini menghilang. Kadar high-density lipoproteinmenurundan kadar kolesterol totalmeningkat.(Hoffman dkk 2012)

(51)

Gambar 3. Efek estrogen pada metabolisme lipoprotein

Dikutip dari: Honjo H, Urabe M, Tanaka K, Kashiwagi T, Okubo T, Tsuchiya H.

et al, Updated: August 18, 2012. Cardiovascular disease and hormone

replacement therapy. Available from:

http://www.gfmer.ch/Books/bookmp/95.htm.

Estrogen bekerja dengan aksi langsung dalam penghambatan terjadinya hiperlipidemia dan penghambatan oksidasi kolesterol LDL.

Penghambatanhiperlipidemiaoleh estrogenmencegahdanmemperbaiki sklerosisarteri. Estrogenjuga memilikiaksilangsung padasclerosisarteridengan menghambatoksidasi danmenekan pertumbuhanataupenyebaran selotot polos.Degenerasi lipidperoksida (oksidasi) kolesterol LDL, yangdiabsorpsi olehmonositdanberubah menjadisel busadironggasubendothelialpembuluh darah, menyebabkan aterosklerosisdi aortadanakhirnya sklerosis arterial.

Estrogen berfungsi untuk menekanoksidasiini. (Honjo dkk 2012) (Gambar 4)

Gambar 4. Efek estrogen dalam penghambatan terbentuknya arteriosklerosis Dikutip dari: Honjo H, Urabe M, Tanaka K, Kashiwagi T, Okubo T, Tsuchiya H.

et al, Updated: August 18, 2012. Cardiovascular disease and hormone

replacement therapy. Available from:

http://www.gfmer.ch/Books/bookmp/95.htm.

(52)

Penurunan estrogen memberi efek pada pembuluh darah. Dimana estrogen diduga menjadi agen-agen vasoprotektif alami. Reseptor estrogen telah terdeteksi pada sel-sel otot polos arteri koroner dan sel-sel endometrium pada berbagai tempat. Estrogen menyebabkan vasodilatasi jangka pendek dengan meningkatkan pembentukan dan pelepasan nitrat oksida dan prostasiklin pada sel-sel endotelial. Juga menurunkan tonus otot-otot polos vaskuler dengan pembukaan saluran kalsium spesifik melalui mekanisme yang tergantung pada siklik guanosin monofosfat. Peranan protektif estrogen melawan aterosklerosis didukung dengan penemuan bahwa pengobatan estrogen menurunkan progresi aterosklerosis arteri koroner pada binatang percobaan yang telah diooforektomi. Pada tingkat seluler estrogen menghambat apoptosis sel-sel endotelial. (Gruber dkk 2002) (Gambar 5)

Peningkatan berat badan adalah keluhan umum di kalangan wanita padatransisi menopause. Dengan penuaan, metabolisme wanitamelambat, mengurangi kebutuhan kalorinya. Jika kebiasaan makan dan olahragatidak berubah, berat badan akan naik. (Hoffman dkk 2012)

Wanita yang dilaporkan dengan aktivitas lebih banyak memiliki pertambahan berat badan yang kurang dari wanita kurang aktif.Kenaikan berat badan selama periode ini dikaitkan dengan penumpukan lemakdi perut, yang meningkatkan kemungkinan mengembangkanresistensi insulin dan diabetes melitus berikutnya danpenyakit jantung. (Hoffman dkk 2012)

Gambar

Gambar 2 Perubahan estradiol dari transisi menopause ke pasca menopause  Yasui,  T., Matsui,  S., Tani,  A., Kunimi,  K., Yamamoto,  S., Irahara,  M
Gambar 3. Efek estrogen pada metabolisme lipoprotein
Gambar 5. Efek estrogen pada endotel                                                     Dikutip  dari: Gruber C.J., Tschugguei W., Schneebeger C., Huber J.C
Gambar 6. Diagram Suku
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Karena problem, situasi dan kondisi zaman sekarang sangat jauh berbeda dengan fikih yang dirumuskan oleh para ulama sekitar 10 abad yang lalu.... Kaidah pertama: “semua urusan itu

Kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tidak. normal karena terganggunya metabolisme

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, kemurahan dan kasih setia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

Berdasarkan hal tersebut peneliti berupaya untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan cara memodifikasi bola dengan menggunakan bola plastik sehingga diharapkan dapat mendorong

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengawasan, Kompetensi, Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Pegawai Pada

Hasil yang diperoleh file uji 2.png yang terdapat pada folder TestDatabase ternyata cocok dengan file 3.png yang terdapat pada folder TrainDatabase, hasil

Saham preferen adalah suatu sekuritas hibrida atau campuran antara karakteristik saham biasa dan obligasi. Sama dengan saham biasa karena sama-sama tidak memiliki jatuh