• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 2 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1 2 3"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Arnita Situmorang (NPM: 10080318), Emansipasi Wanita dalam Pendidikan Novel Sepenggal Bulan Untukmu Karya Zhaenal Fanani, Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2014

Masalah dalam penelitian ini adalah menurunnya mutu pendidikan yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif. Data penelitian ini adalah teks dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu yang berbentuk dialog, monolog, yang menggambarkan masalah emansipasi wanita dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani. Data di kumpulkan melalui langkah-langkah berikut. Pertama membaca serta memahami novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani secara keseluruhan. Kedua mencatatnya serta menandai data-data yang berhubungan dengan emansipasi wanita dalam pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu oleh Zhaenal Fanani. Ketiga menginterpretasikan data yang berhubungan dengan emansipasi wanita dalam pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani. Keempat mengklasifikasikan data yang terkumpul berdasarkan jenis-jenis emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa emansipasi wanita dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani berkaitan dengan emansipasi wania yang terdapat pada tokoh Khotimah dan pada tokoh Tumirah.

iv

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan serta berkat dan rahmat karunia-Nya sehingga peneliti telah dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Emansipasi Wanita Dalam Pendidikan Novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani”.

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu penyelesaian proposal ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Zuzmelia, M. Si, sebagai ketua STKIP PGRI Sumatera Barat. Drs.

Nurhadi, M. Si, sebagai Wakil Ketua 1 STKIP PGRI Sumatera Barat.

Dasrizal, MP., sebagai Wakil Ketua II STKIP PGRI Sumatera Barat. Dra.

Hj. Mulyati, M.Si, selaku Wakil Ketua III STKIP PGRI Sumatera Barat.

2. Iswadi Bahardur, S.S., M. Pd sebagai ketua prodi dan pembimbing 1 yang telah meluangkan waktunya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Indriani Nisja, M. Pd, sebagai sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Yulia Sri Hartati, S.S., M.Pd sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

6. Kedua orangtua yang memberi semangat, motivasi, dan doa pada penulis selama masa kuliah sampai akhir.

7. Semua teman-teman yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

v

(7)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat kurang sempurna. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang dari pembaca, untuk kebaikan di masa yang akan datang. Demikian yang dapat peneliti samp[aikan, semoga skripsi peneliti dapat bermanfaat bagi peneliti bagi kita semua.

Padang, 24 September 2014

Penulis

vi

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Defenisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Hakikat Novel ... 8

a. Definisi Novel ... 8

b. Ciri-ciri Novel ... 9

c. Unsur Pembangun Sastra ... 9

2. Hakikat Emansipasi Wanita ... 15

3. Hakikat Pendidikan ... 17

vii

(9)

B. Penelitian Relevan ... 20

C. Kerangka Konseptual ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metodologi Penelitian ... 26

B. Objek dan Fokus Masalah ... 26

C. Data dan Sumber Data ... 26

D. Instrumen Penelitian... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Pengabsahan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data... ... 29

1. Deskripsi Data Penokohan Khotimah ... 29

2. Deskripsi Data Penokohan Tumirah ... 33

3. Deskripsi Latar Terkait dalam Novel ... 38

4. Deskripsi Emansipasi Wanita ... 44

B. Analisis Emansipasi Wanita ... 46

C. Pembahasan Emansipasi Wanita ... 49

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 55

C. Implikasi ... 55 KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

viii

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai pemikiran dan konstruksi sosial yang terbentuk sejak lama tentang perempuan, membuat sebagian perempuan terpengaruh dengan menjadikan jenis kelamin sebagai penghalang.Terlahir sebagai perempuan menurut mereka adalah terlahir dengan keterbatasan dalam mewujudkan impian serta harapan. Masih banyak perempuan yang menganggap bahwa tempatnya tidak lain adalah di dapur, mengingat kodrat mereka sebagai perempuan. Zaman telah jauh berubah. Perempuan tidak lagi hidup di masa lalu di mana harus terlebih dahulu memperjuangkan status dirinya sebelum memperjuangkan status bangsanya.

Di masa lalu, kaum wanita dewasa hanya memegang peran dalam keluarga. Sedangkan di masa sekarang, kaum wanita selalu ingin terhubung dengan teman dan kerabat, memiliki ikatan yang kuat dengan keluarga dan masyarakat, berorientasi sukses, perempuan yang terpelajar, berorientasi karier, ingin terlihat cerdas dan modern, perempuan yang paham dengan teknologi (tidak gaptek) perempuan yang terbuka matanya terhadap keuangan, perempuan yang peduli pada kesehatan.

Perubahan zaman mendorong perempuan tidak hanya bercita-cita menjadi ibu rumah tangga yang baik.Akantetapi, juga mengaktualisasikan diri dan berkarya untuk masyarakat.Di dalam kehidupan modern, wanita berperan sebagai

1

(11)

administrator, pengacara, bendahara bank keluarga, dekorator rumah, pembimbing kelompok belajar, penyelidik, dan juga ibu rumah tangga.

Mira (dalam Kompas, 2012) menyatakan bahwa “Saat ini beban keuangan untuk membesarkan anak otomatis menjadi tanggung jawab perempuan.Ada sebagian laki-laki yang meninggalkan istrinya kemudian sibuk dengan rumah tangga baru dan mengabaikan anak-anak mereka, idealnya seorang suami menempatkan istrinya diam di rumah.Namun, persoalan lainnya adalah faktor alam yang lebih memaksa agar perempuan turut memenuhi kebutuhan hidup.”

Kondisi lainnya di desa, banyak kaum ibu justru tidak menuntut pemenuhan keuangan dari suami mereka yang bekerja sebagai buruh tani karena pendapatan yang minim.Mira mengatakan “dengan pendapatan minim, kaum ibu di desa terpaksa menerima apa adanya pendapatan dari suami”.Dampaknya, perempuan harus pintar mengatur keuangan keluarga (Mira dalam Kompas, 2012).

Seperti dijelaskan pada paragraf sebelumnya, saat ini banyak sekali wanita yang memainkan peran dalam dunia kerja untuk mendapatkan nafkah.

Biarpun beberapa jenis pekerjaan telah lama terbuka bagi kaum wanita, masih banyak lapangan pekerjaan lain yang tidak demikian halnya. Jabatan guru, pekerja sosial, dan sekretaris digambarkan sebagai tugas kaum wanita, dan kebanyakan orang menyetujui gambaran ini. Di lain sisi, jabatan dokter, menteri atau insinyur, adalah jabatan yang pantas diduduki kaum pria.

Persoalan yang dihadapi kaum perempuan juga digambarkan dalam karya sastra.Sugihastuti (dalamYoce, 2009:160) menyatakan bahwa studi

(12)

perempuan dalam sastra, lebih cenderung merupakan studi berbagai disiplin ilmu.Studi sastra yang memiliki objek khas berupa karya sastra harus menerapkan studi multidisipliner, yaitu dengan mengaitkan disiplin ilmu lain, seperti ilmu sosial, budaya, ekonomi, psikologi, hukum, antropologi, dan sejarah.

Perempuan hanya mempunyai pengetahuan yang luas tentang dunia yang dialami secara langsung, yang diajarkan oleh ibu mereka sendiri kepada anak- anak perempuannya dan mereka sendiri terhadap anak-anaknya.Awal pendidikan manusia dilakukan lewat pengajaran pengetahuan langsung yang dilakukan secara oral tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, ritual-ritual kesehatan, dan sebagainya dan di akhir pendidikan manusia memilih pengetahuan sendiri yang sangat cocok untuk masa depannya.

Perempuan mengorganisasi kehidupan sekelilingnya mulai dari kehidupan rumah hingga pasar.Pengetahuan perempuan tentang keluarganya dan komunitasnya ditularkan secara turun-temurun lewat pendidikan praktis dan yang menyentuh kehidupan sehari-hari. Dalam pemikiran awal di katakan bahwa laki- laki mungkin bertanggung jawab untuk tanggung jawab rumah tangga. Apalagi ketika sang istri mempunyai beban di luar rumah, maka berbagi adalah kuncinya (Pratiwi, 2004:8).

Salah satu novel yang menceritakan tentang pendidikan yaitu novel Sepenggal Bulan Untukmu oleh Zhaenal Fanani.Novel Sepenggal Bulan Untukmu

karya Zhaenal Fanani di cetak oleh DIVA Press tahun 2013.Novel ini perlu untuk diteliti karena menceritakan sebuah kisah yang memotret ironi pendidikan di negeri ini secara dalam.Novel Sepenggal Sepenggal Bulan Untukmu memberikan

(13)

nilai-nilai pengajaran hidup kepada pembaca. Contohnya bisa ditemukan pada karakter seorang anak yang ingin memajukan pendidikan di desa yang sangat terpencil, serta membuat anak-anak desa menjadi anak yang cerdas layaknya anak kota. Kehadiran Tumirah yang ingin memajukan pendidikan di Pesanggarahan yang tengah mati suri laksana oase di Padang kering.Akan tetapi dalam perjuangannya, Tumirah diminta meninggalkan Pesanggrahan. Novel Sepenggal Bulan Untukmu, juga mengajak pembaca untuk selalu menyadari bahwa anak

sangat membutuhkan pendidikan, dan membuka jendela pengetahuan anak. Hal inilah yang menjadi alasan penting perlunya meneliti novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani. Adanya emansipasi wanita dalam pendidikan,

yang membawa pembaca untuk memperluas tentang cara berpikir dan mengetahui adanya perjuangan wanita untuk menegakkan pendidikan.

Zhaenal Fanani lahir 7 maret di Dampit, Malang Jawa Timur.Jenjang pendidikan yang pernah ditempuhnya yaitu SD Negeri Dampit 1, MTsN Malang dan UNISMA.Ia beberapa tahun nyantri di pondok Pesantren Raudalatul Muta’allimien dan Pondok Pesantren Salafiyah Shirotul Fuqoha, Malang. Dalam kurun waktu 1887-1993, ia menulis serial silat antaralain Pendekar Mata Keranjang, 12 Episode (cinta media, Jakarta), Joko Sableng 58 episode (cita media, Jakarta) dan Pendekar Seribu Bayangan;18 Episode (karya anda, Surabaya). Novelnya yang telah diterbitkan adalah Madame Kalinyamat (Diva Press, 2009), Tsu Zhi (Diva Press, 2009), Kantata Ababil (Diva Press, 2010).

Penelitian tentang analisis novel ini mempunyai keterkaitan dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang terdapat dalam SK memahami buku

(14)

biografi, novel, dan hikayat, dengan KD 15.1 mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh, kelas XI semester 2. Emansipasi wanita dalam pendidikan, novel Sepenggal Bulan Untukmu memiliki relevansi dengan pengajaran.Sesuai dengan KD 15.1 yang mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh, menjadikan siswa mengetahui dan dapat memahami karakter tokoh dalam sebuah novel. Pengajaran yang didapat oleh siswa adalah, siswa mampu membentuk karakter yang jujur, percaya diri, dan antusias untuk mencapai cita-cita.

Relevansi pendidikan terhadap sastra adalah terselenggaranya keseluruhan dimensi aktivitas kreatif di sekolah-sekolah, sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Pada gilirannya masyarakat memperoleh banyak manfaat seperti aspek etis dan estetis serta berbagai pesan yang terkandung di dalamnya.Pendidikan meningkatkan kualitas sumber daya, baik terhadap seniman sebagai pencipta, maupun membaca sebagai penikmat, sebagai timbal balik, lembaga pendidikan memperoleh kualitas pesan yang lebih berarti (Ratna, 2010:444).

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian ini difokuskan kepada emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu, karya Zhaenal Fanani.

(15)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan fokus masalah di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti; hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi untuk dapat menjunjung tinggi mutu pendidikan.

2. Bagi pembaca; hasil penelitian ini diharapkan bagi pembaca agar dapat lebih mengetahui pentingnya pendidikan untuk anak-anak, dimasa depannya.

3. Bagi siswa; hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan siswa untuk memahami pentingnya emansipasi wanita dalam pendidikan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Hasil penelitian ini juga dapat mengarahkan siswa pada

(16)

pendidikan yang berkarakter. Seperti memiliki sikap yang gigih, percaya diri, memiliki perjuangan yang tinggi untuk mencapai cita- cita, memiliki sikap jujur, bertanggung jawab, serta taat pada ajaran agama.

4. Bagi guru; hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bacaan untuk mengajarkan apresiasi sastra di sekolah.

G. Definisi Operasional

Defenisi operasional diantaranyaPertama,emansipasimerupakan persamaan hak yang didalamnya terdapat berbagai aspek atau bidang kehidupan dalam masyarakat.Emansipasi juga dapat diartikan sebagai pembebasan dari perbudakan.Kedua wanita, istilah wanita adalah makhluk perasa yang perlu disayang dan sangat bergantung, serta tidak merdeka. Ketiga pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan oranglain.Keempat novel adalah sebuah karya sastra yang mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, kompleks, serta mencakup unsur-unsur yang membangun sebuah novel, seperti plot, tema, penokohan, dan latar.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Berkaitan dengan masalah penelitian teori yang akan diuraikan adalah (1) hakikat novel, (2) hakikat emansipasi wanita, (3) hakikat pendidikan.

1. Hakikat Novel

Teori yang akan diuraikan dalam hakikat sastra adalah (a) pengertian novel, (b) ciri-ciri novel serta, (c) unsur pembangun sastra.

a. Definisi Novel

Novel merupakan cerita rekaan yang menampilkan tokoh dalam rangkaian peristiwa dan latar secara sistematis dengan berbagai suka dan dukanya.Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembangan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen, dan patut ditinjau kembali (Semi, 1993:32).

Karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Menurut Ramadansyah, (2010:108)

“novel ditulis dalam bentuk prosa yang menceritakan kehidupan manusia, baik perbuatan lahir maupun perbuatan batin yang melukiskan liku-liku kehidupan manusia dengan suka dan dukanya, cinta dan benci, sengsasara dan bahagia”. Jadi dapat disimpulkan bahwa novel merupakan salah satu genre sastra yang terkenal dan sebagai salah satu genre sastra mengungkapkan masalah kehidupan, dan kehidupan itu adalah suatu fenomena sosial.

8

(18)

b. Ciri-ciri Novel

Novel memiliki ciri-ciri yaitu: (1) alur ceritanya lengkap dan jelas, (2) watak pelakunya digambarkan secara jelas, (3) dalam membahas dan mengulas tema lebih mendalam, (4) merangkum berbagai masalah dalam kehidupan, (5) para pelakunya senantiasa di hadapkan pada berbagai komplik atau pertikaian masalah, (6) berisi nilai-nilai kemanusiaan (Ramadansyah, 2010:108) .

c. Unsur Pembangun Sastra

Unsur pembangun karya sastra dalam novel terdapat dua unsur, antaralain yaitu (1) Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari dalam karya sastra itu sendiri. Menurut Nurgiyantoro (1995:23) mengatakan bahwa “unsur intrinsik inilah yang menyebabkan karya sastra hadir, dan unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra yaitu novel. Unsur intrinsik dalam sebuah novel adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita”.

Nurgiyantoro (1995:23) menjelaskan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah karya sastra antaralain penokohan, latar, alur, sudut pandang, tema dan amanat.

a) Penokohan

Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan

“perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan

(19)

sekaligus menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Istilah penokohan sekaligus terkandung dua aspek: isi dan bentuk.

Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging yang mempunyai pikiran dan perasaan. Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka ia haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita dengan perwatakan yang disandangnya (Nurgiyantoro, 1995:166-167) .Jadi dapat disimpulkan bahwa penokohan menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan.

b) Latar

Peristiwa dalam prosa fiksi dilatari oleh tempat, waktu dan situasi tertentu.Sebenarnya setting tidak hanya berupa tempat, waktu yang bersifat fisikal semata, tetapi juga setting yang bersifat psikologis.Jacop Sumardjo (dalam Priyatni, 2010:112) menyatakan bahwa setting tidak hanya berupa tempat atau lokal saja, tetapi juga mencakup suatu daerah dengan watak kehidupannya.Hal ini senada dengan pendapat Stephen Minot (dalam Priyatni, 2010:112) yang menyatakan bahwa latar memuat latar waktu, latar alam dan latar sosial.Akan tetapi, di dalam proposal skripsi ini, hanya membahas tentang latar sosial.

Menurut Abram (dalam Nurgiyantoro, 1995:216) Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Stanto (dalam Nurgiyantoro, 1995:216) juga mengemukakan bahwa

(20)

mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, kedalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi, atau ketiga hal inilah yang secara konkret dan langsung membentuk cerita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi.

c) Alur / Plot

Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab- akibat.Peristiwa adalah unsur utama alur.Keterampilan pengarang dalam menggarap peristiwa menjadi jalinan cerita yang menarik dan ikut menentukan kualitas cerita yang ditampilkan pengarang (Priyatni, 2010:112).Priyatni (2010:112) menyatakan “bahwa jalinan-jalinan peristiwa dalam prosa fiksi tersusun dalam tahapan-tahapan. Pada prinsipnya, prosa fiksi bergerak dari permulaan, melalui pertengahan, dan menuju akhir”.

Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain.

Plot mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa demi peristiwa yang susul-menyusul (Nurgiyantoro 1995: 111).Plot menurut Forster (dalam Nurgiyantoro, 1995:113) adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian jalan cerita atau sebuah peristiwa di dalam fiksi yang

(21)

memperlihatkan adanya hubungan yang terjadi antara peristiwa yang satu dengan yang lain.

d) Sudut Pandang

Sudut pandang, merupakan salah satu unsur fiksi yang digolongkan sebagai sarana cerita (literary device).Sudut pandang merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca, Booth (dalam Nurgiyantoro, 1995:249). Dengan teknik yang dipilih itu sudut pandang menyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan, dan digunakan sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi (Abram dalam Nurgiyantoro, 1995: 248). Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

Sudut pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan kedalam dua macam yaitu persona pertama, gaya “aku”, dan persona ketiga gaya

“dia”. Jadi dari sudut pandang “aku” atau “dia”, dengan berbagai variasinya, sebuah cerita dikisahkan.Kedua sudut pandang tersebut masing-masing menyarankan dan menuntut konsekuensinya sendiri. Penggunaan sudut pandang

“aku “ ataupun “dia” yang biasanya juga berarti tokoh aku atau tokoh dia, dalam karya fiksi adalah untuk memerankan dan menyampaikan berbagai hal yang dimaksudkan pengarang. Selain dapat berupa ide, gagasan, nilai-nilai, sikap, pandangan hidup, kritik, pelukisan, penjelasan, dan pengimformasian, dapat mencapai tujuan artistiknya (Nurgiyantoro, 1995:249,251).Jadi, dapat

(22)

disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan teknik yang digunakan untuk mengemukakan gagasan dalam sebuah cerita.

e) Tema dan Amanat

Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya, Aminuddin (dalam Priyatni, 2010:119). Menurut Priyatni (2010:119) menyatakan bahwa tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting karena semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan memacu dan menunjang tema.Tema juga disebut ide sentral atau makna sentral suatu cerita.

Tema menjadi panduan dalam memilih bahan cerita, cara watak-watak bergerak, berpikir, dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu di selesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang hendak disampaikan oleh pengarang.

Nurgiyantoro (1995:68) menyatakan bahwadi dalam menemukan tema dalam sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan”tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya. Sedangkan amanat menurut Ramadansyah (2010:112) merupakan kesan, pesan, arahan, dan maksud yang hendak disampaikan dari isi karya sastra dengan tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia.Jadi, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan amanat merupakan pesan dari seorang pengarang.

(23)

(2) Unsur Ektrinsik

Wellek & Warren (dalam Nurgiyantoro, 1995:75-135) mengatakan bahwa unsur ektrinsik memiliki keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Nurgiyantoro (1995:23) menyatakan bahwa unsur ektrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra, dan dapat mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian didalamnya. Walau demikian, unsur ektrinsik cukup berpengaruh.Oleh karena itu unsur ektrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Unsur ektrinsik fiksi yang utama adalah pengarang. Pengaruh luar yang melatarbelakangi penciptaan lain, cenderung dianggap juga sebagai unsur ektrinsik, misalnya sensitivitas atau kepekaan pengarang, dan pandangan hidup pengarang. Realitas objektif yang ada di sekitar pengarang juga merupakan unsur ektrinsik, namun pengaruhnya juga melalui pengarang. Bagian dari realitas objektif yang mempengaruhi penciptaan fiksi antar lain tata nilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat, ideologi masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi bahasa dalam masyarakat, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Hasanuddin, 1992:20). Jadi dapat disimpulkan bahwa unsur ektrinsik merupakan unsur yang terdapat di luar karya sastra itu sendiri. Unsur ektrinsik ini mencakup realitas objektif dan pengarang.

(24)

2. Hakikat Emansipasi Wanita

Di dalam kaitannya dengan teori feminis (perempuan), perlu dibedakan istilah yang selalu muncul,yaitu emansipasi. Emansipasi, dari kata emancipatio (latin), berarti persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan. Tetapi dalam kenyataannya selalu dikaitkan dengan kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan laki-laki.Dalam kehidupan sehari-hari, istilah yang paling dikenal adalah emansipasi.Di dalam sastra, emansipasi wanita menonjol sejak periode balai pustaka dan pujangga baru. Bila dikaitkan dengan sejarah perkembangan tersebut, maka fase pertama dapat disebut sebagai emansipasi, sebagai perjuangan hak. Perjuangan dalam kaitannya dengan degradasi perempuan sebagai akibat struktur sosiokultural, yang kemudian diikuti oleh fase dengan disertai teori sebagai feminis (perempuan) (Ratna, 2010:219).

Secara mitologis, pada saat manusia diciptakan di Taman Eden, perempuan dikatakan berasal dari tulang rusuk laki-laki (Adam), dengan konotasi perempuan terdegradasikan atas laki-laki.Sang penciptanya pun dengan para utusan untuk menyampaikan firman-Nya ke dunia, disimbolkan sebagai laki-laki.

Tatanan sosial dalam modernisme dengan intensitas keteraturan orde sosial, lebih banyak membawa bahkan memenjarakan perempuan kedalam berbagai ikatan yang dihegomoni oleh laki-laki.Benar melalui sistem pendidikan perempuan sudah bisa bersekolah oleh laki-laki dan bekerja,dengan demikian juga menghasilkan uang.

(25)

Struktur sosial perempuan sudah berperan aktif, bahkan juga telah menduduki posisi yang cukup penting, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa perempuan tetap dianggap lebih rendah (Ratna, 2010:224).

Santoso (2009:144) menyatakan bahwa “bagi wanita, yang terikat kepada struktur posisi keterpenjaraan dan keterikatan tidak menghalangi dirinya untuk selalu memperjuangkan emansipasi.Menjadi menteri, aktivis lembaga swadaya masyarakat, pemimpin organisasi sosial, artis, relawan, anggota legislatif, dan menjadi lainnya adalah ladang yang luas untuk selalu meneriakkan perjuangan itu”.

Bagi perempuan Indonesia kehendak untuk kesetaraan itu lebih dari cukup. Setara dalam hak dan kewajiban, setara dalam pembentukan dan konsumsi wacana publik, setara dengan tugas-tugas privat, dan setara dalam pencitraan masih dalam proses menjadi dan terus diperjuangkan. Tidak boleh ada titik henti dalam perjuangan. Tanpa perjuangan yang gigih “Sang lain” tidak pernah mendengar dan melihat (Santoso, 2009:145).

Antara perempuan dan “sang lain” memiliki akses yang sama. “sang lain” bukanlah rivalitas, ia adalah cermin dan motivator. “sang lain” adalah faktor yang memungkinkan subjek membangun sebuah citra diri (self image). “Sang lain” merupakan orang atau kelompok yang memberi makna pada subjek dengan menolongnya maupun memaksanya mengadopsi sebuah pandangan dunia tertentu dan mendefinisikan posisinya menurut pandangan dunia tersebut (Cavallaro dalam Santoso, 2009:145). Santoso (2009:145-146) menyatakan bahwa “individu memperoleh maknanya dalam perjumpaan dengan “sang lain”. Termasuk di

(26)

dalamnya, perjuangan kaum perempuan akan memperoleh maknanya ketika perjuangan itu terkomunikasikan kepada “sang lain”, yakni laki-laki”.

3. Hakikat Pendidikan

Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakikat dan kegiatan mendidik dan mengajar.

a) Pengertian Pendidikan

Syafril (2012:38) mengemukakan bahwa “Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie” yang akar katanya “pais” yang berarti anak dan

“agai: yang artinya membimbing. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi

“education”.Education berasal dari bahasa Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, atau dituntun agar tumbuh dan berkembang”.

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia dan pembentukan karakter untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, sebagai masyarakat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimun jumlah dan mutu dalam pendidikan penduduknya. Tetapi masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia (Ahmadi, 2003: 130- 131).

b) Permasalahan Pendidikan

Permasalahan pendidikan menurut Syafril, (2012:136) ialah perbedaan program-program pendidikan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang

(27)

terlaksanakan dilapangan. Masalah pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan pendidikan, akan dijelaskan menurut Syafril (2012:96-103) antaralain:

1. Masalah Pokok Pendidikan

Masalah pokok pendidikan akan dijabarkan sebagai berikut:

a) Masalah Pemeratan Pendidikan

Permasalahannya ialah bagaimana sistem pendidikan dikelola sehingga dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara memperoleh pendidikan. Dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya itu diharapkan pendidikan akan semakin merata, karena merata dalam arti yang sesungguhnya tidak mungkin dicapai. Hal ini antaralain disebabkan peraturan perundang-undangan tentang belajar (wajar) tidak diikuti dengan sangsi bagi yang tidak mengikutinya, karena sistem pendidikan itu sendiri belum memungkinkan untuk itu.

(b) Masalah Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan umumnya dilihat dari hasil (output) pendidikan itu sendiri. Kriteria untuk hasil ini adalah kadar ketercapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Keadaan seperti ini, menyebabkan kesukaran untuk menetapkan kadar mutu yang sesungguhnya (realita). Oleh sebab itu permasalahan mutu pendidikan sukar diketahui dalam arti sesungguhnya.

(28)

2. Permasalahan Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan

Pendidikan dikatakan efisien (ideal) ialah bila penyelenggaraan pendidikan tersebut hemat waktu, tenaga dan biaya tetapi produktivitas (hasil) optimal.Pendidikan dikatakan efisiensi bila pendayagunaan sumberdaya yang ada (waktu, tenaga, biaya) tepat sasaran.Pendidikan dikatakan efektif (ideal) ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan rencana/program yang dibuat sebelumnya tepat guna.Bila rencana mengajar (persiapan mengajaran) yang dibua oleh guru.

3. Masalah Relevansi Pendidikan

Pendidikan dikatakan relevan yang ideal ialah bila sistem pendidikan dapat menghasilkan output (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kesesuaian(relevansi) tersebut meliputi / mencakup kuantitas (jumlah) ataupun kualitas mutu output tersebut. Pendidikan dikatakan tidak atau kurang relevan ialah bila tingkat kesesuaian tersebut tidak ada/kurang.Kadar permasalahan ditentukan oleh tingkat kesesuaian antarasistem pendidikan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan tersebut.

4. Saling Kait Antar Masalah

Pada situasi / kondisi muncul secara serempak meskipun dalam bobot yang berbeda. Pada kondisi tertentu misalnya negara ingin pendidikan itu merata, maka pada saat itu mutu pendidikan terabaikan efisiensi akan bermasalah demikian pula relevansi pendidikan akan mengalami penurunan (bermasalah).

Jadi, kesimpulannya adalah permasalahan yang didapati dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani terdapat pada permasalahan

(29)

pemeratan pendidikan, mutu pendidikan, efisien dan efektivitas, yang membuat nilai-nilai pendidikan semakin tidak terlaksana sesuai perundang-undangan.

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan pada penelitian ini adalah

1. Srimutia Elpalina 2009, Universitas Negeri Padang, dalam penelitiannya yang berjudul “Sosok Perempuan Minangkabau dalam Kaba Klasik Cinduo Mato" Karya Syamsuddin St, Rajo Endah. Hasil penelitian

Srimutia ini menunjukkan perjuangan sosok perempuan Minangkabau yang menegakkan adat Minangkabau yang dulunya pernah punah.

2. Meliawati 2006, UNP dalam penelitiannya yang berjudul Citra Perempuan dalam Novel Seutas Rambut Perempuan Karya Fx. G Tutuka. Penelitan Meliawati menyimpulkan bahwa citra tokoh perempuan dalam novel Seutas Rambut Perempuan karya Fx. G Tutuka terdiri dari citra secara

umum dan secara khusus. Citra secara umum dapat dilihat dari watak masing-masing tokoh perempuan dalam menjalankan perannya yang beragam, yaitu bersfiat mandiri yang menginginkan adanya persamaan hak dengan kaum laki-laki untuk mengembangkan diri di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan citra secara khusus dapat dilihat dari peran yang diemban oleh masing-masing tokoh perempuan.

3. Mariratul Mawaddah, 2007 UNP dalam penelitiannya yang berjudul Citra Perempuan dalam Novel Dari Fontenay ke Magallianes Karya Nh Dini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra perempuan yang tampak

(30)

pada tokoh dini sebagai pribadi adalah sosok perempuan yang tegar dalam menjalani hidup ditengah kemelut rumah tanggannya yang berkepanjangan.

4. Bunga Febrimora Hendri, 2012 UNP dalam penelitiannya Tokoh-tokoh Feminisme Novel Larung karya Ayu Utami. Penelitian Bunga menceritakan tentang tokoh yang tidak mendukung ide-ide feminisme, karena tokoh-tokoh tersebut merupakan sosok yang pesimis, tidak mempunyai keinginan, sabar, penyayang, pemalu dan menggantungkan hidup pada laki-laki.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian Srimutia Elpalina, membahas tentang sosok perempuan MinangKabau yang menjunjung tinggi klasik minang kabau. Pada penelitian Meliawati membahas tentang citra perempuan yang berusaha menaikkan harga diri perempuan dan menginginkan adanya persamaan hak dengan kaum laki-laki.

Sedangkan pada Mariratul Mawaddah, membahas tentang citra perempuan yang berusaha membangkitkan semangat perempuan untuk menjalani hidup di tengah kemelut rumah tangga yang berkepanjangan, serta pada penelitian Bunga Febrimora Hendri pada penelitiannya yang membahas tentang sosok yang pesimis, tidak mempunyai keinginan, sabar, penyayang, pemalu dan menggantungkan hidup pada laki-laki. Selain itu juga, perbedaan lain dengan peneliti sebelumnya juga terdapat pada objek penelitiannya. Penulis mengkaji objeknya adalah novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.

(31)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, jika ditinjau dari rumusan data yaitu, Srimutia Elpalina merumuskan masalah penelitiannya tentang bagaimanakah sosok perempuan Minangkabau dalam kaba klasik?Pada penelitian Meliawati yang merumuskan penelitian masalahnya tentang bagaimanakah citra perempuan dalam novel Seutas Rambut perempuan karya Fx. G Tutuka? Pada penelitian Mariratul Mawaddah merumuskan penelitiannya tentang Citra perempuan dalam novel Dari Fontenay Ke Magallianes karya Nh Dini? Serta pada penelitian Bunga Febrimora Hendri merumuskan penelitiannya tentang tokoh-tokoh feminisme novel Larung Karya Ayu Utama.Sedangkan rumusan masalah penulis adalah bagaimanakah emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani?

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, jika ditinjau dari sumber data, yaitu Srimutia Elpalina sumber datanya adalah novelCinduo Mato karya Syamsuddin St, Rajo Endah. Sumber data Meliawati yaitu novel Seutas Rambut perempuan karya Fx G Tutuka dan Mariratul Mawaddah sumber datanya

adalah novel Dari Fontenay Ke Magallianes karya Nh Dini, sedangkan Bunga Febrimora Hendri sumber datanya adalah novel Larung Karya Ayu Utami, penulis sendiri sumber datanya adalah Novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu bahwa penelitian Srimutia Elpalina, Meliawati, Mariatul Mawaddah dan Bunga Febrimora Hendri sama-sama membahas tentang perjuangan sosok perempuan dalam objek yang berbeda-beda.

(32)

C. Kerangka Konseptual

Sastra merupakan lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium.Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial, dan sastra menampilkan gambaran kehidupan serta kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.Kehidupan itu mencakup hubungan antarmasyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang.Peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering terjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan oranglain atau dengan masyarakat.(Djoko Damono, 1979).Selain itu, sastra juga merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi.Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat.

Senada dengan apa yang diungkapkan oleh George Lukas (Taum dalam Wikepedia, 2009) bahwa sastra merupakan sebuah cermin yang memberikan sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup dan lebih dinamik. Sedangkan karya adalah sesuatu yang sejak mulanya mengandung unsur renungan bagi setiap orang tentang masalah atau berbagai hal.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa karya satra merupakan suatu karya yang bersifat imajiner yang masuk akal dan mengandung kebenaran.Salah satu bentuk karya sastra adalah novel.Novel merupakan salah satu karya cipta sastra yang menggambarkan tentang kehidupan yang terdapat dalam manusia.Selain itu juga, novel memberikan gambaran sosial serta budaya yang terdapat dalam lingkungan pengarang.Ada dua unsur yang membangun sebuah novel, yaitu unsur intrinsik dan unsur ektrinsik.Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari dalam

(33)

karya itu sendiri.Unsur intrinsik mempunyai alur/plot, penokohan, latar, sudut pandang, tema dan amanat.Sedangkan unsur ektrinsik adalah unsur yang membangun diluar karya itu sendiri. Unsur ektrinsik memiliki realitas objektif, pengarang, emansipasi wanita, serta pendidikan.

Salah satu unsur ektrinsik yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu adalah emansipasi pendidikan.Maka dari itu, peneliti menganalisis

emansipasi wanita dalam pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.Untuk lebih jelasnya, berikut penulis sajikan bagan kerangka konseptual yang digambarkan dalam penelitian berikut.

(34)

Novel

Unsur Intrinsik

Penokoh an

Karya Sastra

Realitas Objektif

Pengara ng Unsur

Ektrinsik Tema dan

Amanat

Latar Sudut Pandang Alur

Emansipasi Wanita dalam Pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani

Unsur-unsur Novel

Pendidik an Emansipasi

Wanita

Pengertian Pendidika

n

Permasala han Pendidika

n

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk mengungkapkan fenomena data secara naratif dengan cara deskriptif melalui kata-kata (Pradopo, 2003). Penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris (Semi, 1993:23).Jadi, subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang dibantuk oleh lembar format inventaris data.Untuk menganalisis data-data dalam sebuah penelitian diperlukan metode khusus.Dalam hal ini,metode yang tepat untuk menganalisis data-data digunakan metode deskriptif yaitu bentuk data yang dikumpulkan berupa kata-kata.

B. Objek dan Fokus Masalah

Objek di dalam penelitian ini ialah emansipasi wanita dalam pendidikan dan penelitian ini lebih difokuskan kepada emansipasi wanita dalam pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.

C. Data dan Sumber Data

Data pada penelitian ini adalah teks yang mengandung emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat di dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu.

Sumber data dari penelitian ini ialah novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani. Diterbitkan oleh Diva Press, terbit pada maret 2013, novel

26

(36)

initerdiri atas 481halaman, dengan cover berwarna hitam kecoklatan, latar sampul bergambar sebuah jendela dengan meja, di luar jendela ada bulan yang ditutupi dengan ranting pohon dan di atas meja ada kertas sembrautan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.Peneliti merupakan pelaksana, perencanaan, pengumpul data, dan menganalisis data yang pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya. Peneliti menganalisis dengan cara membaca, menghayati, memahami, mengidentifikasi, serta mencatat hal-hal yang penting yang berhubungan dengan emansipasi wanita dalam pendidikan dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani.

E. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah dalam mengumpulkan data ialah sebagai berikut. (a) membaca serta memahami novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani secara keseluruhan, (b) mencatatnya serta menandai data-data yang berhubungan dengan emansipasi wanita dalam pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu oleh Zhanal Fanani, (c) menginterpretasikan data yang berhubungan dengan emansipasi wanita dalam pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani, dan (d) mengklasifikasikan data yang terkumpul berdasarkan jenis-jenis emansipasi wanita dalam pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut.

(37)

Format Inventarisasi Unsur Latar dan Penokohan

No Peristiwa Latar Tokoh Penokohan

Peran Perwatakan

F. Teknik Pengabsahan Data

Keabsahan data dapat diuji dengan menggunakan teknik uraian rinci.

Moloeng (2010:337-338) menyatakan bahwa teknik uraian rinci ini adalahteknik yang menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian itu di selenggarakan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah analisis yang mengatur urutan data, yang mengorganisasikannya kedalam suatu pola, uraian dasar dan kategori. Langkah- langkah yang akan ditempuh ialah (a) mendeskripsikan data, (b) menganalisis data berdasarkan klasifikasi yang telah ditemukan, (c) menginterpretasi data yang sudah dianalisis, serta (d) menarik kesimpulan dan (e) menulis laporannya.

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil temuan penelitian terhadap novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini akan diuraikan berdasarkan data-data yang diperoleh sebagai bukti hasil temuan dari penelitian. Data-data yang akan disajikan pada bagian ini ialah data yang memuat tentang perjuangan seorang wanita dalam menegakkan kembali mutu pendidikan dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani. Sebelum peneliti mengidentifikasikan

emansipasi wanita dalam dunia pendidikan dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani, terlebih dahulu dikumpulkan data tentang (a)

deskripsi penokohan Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani, (b) deskripsi tentang emansipasi wanita dalam dunia pendidikan novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani. Tujuannya untuk mempermudah peneliti

dalam mengumpulkan serta menganalisis data-data yang berhubungan dengan emansipasi wanita.

1. Deskripsi Data Penokohan Khotimah

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, penokohan Emansipasi Wanita dalam Pendidikan Novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani yaitu Khotimah gadis cantik yang berusia 30

tahun. Khotimah tidak ada minat untuk membangun rumah tangga, karena dia ingin mendapatkan banyak ilmu. Selain itu juga dikarenakan dia ingin kebebasan.

29

(39)

Khotimah berpikir, jika dia menikah pastilah dia tidak mendapatkan kebebasan.Karena itu, dia tidak hendak menikah.Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk mengutarakan keinginan, gagasan dan idenya.Khotimah adalah anak satu-satunya dari setu larang.Khotimah diminta oleh bapaknya untuk mengubah desa Pesanggrahan dan memajukan mutu pendidikan di desa Pesanggrahan.Dia memiliki sikap yang riang dan ramah kepada setiap masyarakat sekitarnya. Selain itu, Khotimah tidak inginsama dengan perempuan-perempuan di desa yang selalu menggantungkan hidup pada suami mereka. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dari kutipan di atas, Khotimah tidak menikah dia ingin mendapatkan seorang suami yang bukan hanya sebagai pendamping hidup, tetapi juga dapat memberikan kebebasan kepada Khotimah dalam hal gagasan.

Khotimah menolak untuk menikah karena Khotimah ingin masuk sekolah pesantren. Khotimah sudah menawarkan diri kepada ayahnya untuk masuk pesantren. Ayahnya tidak mengijinkan Khotimah untuk sekolah dan masuk pesantren. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Khotimah menundukkan wajahnya. “Maafkan Imah pak. Imah sendiri tidak tahu mengapa belum ada keinginan untuk berumah tangga”.Bapakmu ini sudah tua, imah.”Pandangan matanya menjauh, melintasi pintu rumah yang terbuka, menyisir warna kelam kelebatan hutan.Ia khawatir semua harapannya tinggal harapan dan tak pernah menjadi sebuah kenyataan.“Imah tahu, Pak. Tapi, mohon Imah diberi kesempatan untuk berpikir.”“Apalagi yang harus kamu pikirkan?“Imah tak ingin seperti para perempuan desa ini, yang hanya menggantungkan hidup pada suami mereka”. Lalu, apa maumu? “Imah ingin memiliki seorang suami yang bukan hanya sebagai pendamping hidup tapi juga seseorang yang dapat memberi kebebasan”

(Fanani, 2013:26).

(40)

Dari kutipan di atas, meskipunkeinginan Khotimah masuk pesantren tidak terwujud. Khotimah tetap mendorong para orangtua terutama para istri, untuk menyekolahkannya anaknya ke jenjang yang lebih tinggi atau memasukkannya pada sebuah pondok pesantren. Sejak Khotimah berusia 12tahun, masyarakat yang tinggal di desa Pesanggrahan, memiliki pandangan bahwa Khotimah perempuan remaja yang berdiri sendirian dengan semua keinginannya, dan Khotimah selalu mendorong masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dapat di lihat dalam kutipan berikut.

Dari kutipan di atas, jelas bahwa Khotimah adalah perempuan yang selalu berjuang demi menegakkan kembali pendidikan yang ada di desa Pesanggrahan. Khotimah perempuan pertama yang berjuang untuk mengubah pandangan masyarakat desa Pesanggrahan bahwa pendidikan sangat penting bagi anak.Meskipun Khotimah di anggap sebagai perempuan yang aneh, tetapi

“Imah sudah menawarkan diri pada Bapak untuk bersekolah dan masuk sebuah pesantren. Tapi Bapak tidak mengijinkan”

(Fanani, 2013:25).

“Semenjak dirinya berumur 12 tahun, sebagian besar masyarakat Pesanggrahan menganggapnya memiliki pandangan yang aneh.

Ia seolah perempuan remaja yang berdiri sendirian dengan semua keinginan-keinginannya. Ia adalah penerus mendiang bapaknya. Ia memang hanya menyelesaikan sekolah dasar di desanya yang tidak lebih sekedar tempat untuk mengerti hitungan, bisa membaca dan menulis. Namun ia menyimpan minat yang luar biasa terhadap masa depannya, erlebih pada generasi muda Desa Pesanggrahan. Ia selalu mendorong agar para orangtua, terutama para istri, untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi atau memasukkannya pada sebuah pondok pesantren” (Fanani, 2013:30).

(41)

Khotimah tetap berjuang untuk selalu menegakkan pendidikan di desa Pesanggrahan.

Ayah Khotimah pun meninggal. Meskipun ayahnya telah meninggal, Khotimah tetap juga tidak ada niat untuk menikah.Khotimah tetap pada pendiriannya untuk tidak menikah.Khotimah tetap memegang wasiat ayahnya untuk bisa mengubah desa Pesanggrahan dan memajukan mutu pendidikan.Disamping memajukan mutu pendidikan, dia juga berusaha mengajak perempuan-perempuan di desa untuk menopang sebuah generasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Dari kutipan diatas, dijelaskan bahwa Khotimah selalu gagal untuk mengajak perempuan-perempuan desa Pesanggrahan untuk maju dan mengubah diri serta peduli akan pendidikan anak. Akan tetapi, perempuan-perempuan desa telah meletakkan dirinya dan menggantungkan dirinya terhadap suaminya.

Akibat yang terjadi ketika orangtua tidak peduli pada pendidikan adalah, banyak generasi muda yang keluar dari desa Pesanggrahan dan pergi menuju kota. Menurut mereka, kota adalah tempat mereka untuk mengadu dan ketika mereka pulang dari kota. Mereka berlagak seperti para aktor yang telah

“Setelah bapaknya meninggal, ia satu-satunya penduduk pesanggrahan yang tetap konsisten memberikan dorongan dan advis kepada perempuan desanya.Ia berpikir, perempuan adalah tonggak yang akan menopang perjalanan sebuah generasi. Dan ia ingin para perempuan Pesanggrahan menggeliat dari keadaannya yang vakum dan tidak mendapatkan hak-hak yang semestinya mereka peroleh. Ia ingin agar para perempuan desanya tegak berdiri tanpa tekanan dari pada suami mereka.

Namun, akar tekanan itu telah menancap terlalu dalam pada kehidupan dan tradisi pesanggrahan.Tidak semua perempuan berani membebaskan diri mereka.Dan, mereka terima, bahkan menganggapnya sebagai sebuah ketulusan dan makna cinta mereka terhadap para suami” (Fanani, 2013:30).

(42)

menaklukkan kota serta merasa bangga karena telah pernah berada di kota.Meskipun mereka hanya bekerja sebagai buruh bangunan, pekerja keras, kuli angkut terminal dan lainnya.Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Dari kutipan di atas, menggambarkan akibat yang akan terjadi pada anak- anak jika tidak masuk kedalam dunia pendidikan adalah, anak-anak generasi Pesanggrahan akan menjadi kerja paksa di kota. Generasi Pesanggrahan, tidak mau menetap di desanya sendiri. Inilah alasannya, kenapa Khotimah ingin sekolah dan masuk Pesantren. Khotimah bisa meyakinkan masyarakat bahwa pendidikan itu sangat penting bagi generasi Pesanggrahan. Khotimah selalu berusaha untuk mengajak orangtua, agar menyekolahkan anak-anaknya.

2. Deskripsi Data Penokohan Tumirah

Tumirah adalah anak satu-satunya yang diadopsi oleh Lelang Kara.Pada saat bencana datang, Lelang Kara datang dan mau mengadopsi Tumirah yang telah menjadi anak yatim piatu.Bencana itu datang mengambil kedua orangtua Tumirah.Berkat hati mulia Lelang Kara, ia pun mau mengambil Tumirah dan mengangkatkan sebagai anak kandung Lelang Kara.Lelang Kara menyekolahkan Tumirah hingga sampai masuk pesantren.Tumirah anak yang sangat cerdas.Dia

“Yang membuatnya makin prihatin, anak-anak generasi Pesanggrahan mulai jauh dari alam desanya.Jika mereka tidak mewarisi bakat bapak mereka sebagai penjelajah hutan, mereka lebih suka meninggalkan desanya, mencari kehidupan baru di kota-kota besar tanpa bekal pengetahuan atau skill yang memadai. Hingga, mereka harus menerima kodratnya sebagai pekerja keras, buruh bangunan, tukang pengki jalan raya, kuli angkut terminal, atau bahkan pengangguran kota. Ironisnya, ketika mereka pulang ke desa Pesanggrahan, mereka berlagak layaknya aktor-aktor yang telah menaklukkan kota. Mereka hadir kembali dengan membawa warna baru yang sebelumnya tidak dikenal di Pesanggrahan” (Fanani, 2013:32).

(43)

selalu mendapat juara dan menjadi anak kebanggaan Lelang Kara di Serambi. Dan diakhir Sekolah Dasarnya, dan dia di umumkan sebagai siswa yang yang memperoleh nilai terbaik, bahkan untuk tingkat Pasirian.Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Tumirah selalu mendapatkan juara. Bahkan diakhir SD, dia juga mendapatkan nilai terbaik di tingkat Pasirian.

Selain itu juga, Tumirah juga mendapatkan nilai terbaik di tingkat SMP. Akan tetapi, dia tidak bahagia. Dia harus merelakan ayahnya yang telah pergi untuk selamanya dan meninggalkan dirinya sendiri di desa Serambi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa kematian bapak angkat Tumirah, membuat Tumirah kehilangan arah. Dia berharap, bisa melanjutkan jenjang sekolahnya ke tingkat SMA.Akan tetapi cita-citanya terputus sudah.Tumirah hanya bisa bersedih dan berharap bapak angkatnya kembali.Akhirnya Tumirah memutuskan untuk pergi dari desa Serambi tanpa sepengetahuan Seloaji yang sebagai kepala Desa.

“Perlahan-lahan, danau dan bulan purnama menjadi saksi pertumbuhan Tumirah menjadi seorang gadis yang tanggung yang cerdas dan mandiri. Dan, dua pekan setelah berlangsungnya ujian akhir, ia di umumkan sebagai siswa yang memperoleh nilai terbaik, bahkan untuk tingkat Pasirian”

(Fanani, 2013:49).

“Dan takdir adalah keputusan yang tak dapat ditentang atau dihalangi siapapun. Tepat setelah pengumuman ujian dan dirinya dinyatakan sebagai salah satu siswa yang memperoleh nilai tertinggi, dan kabar buruk itu sampai kepadanya. Lelang Kara lelaki yang tak tergantikan dalam hidupnya itu sakitnya bertambah parah. Di kala semua teman-teman sekolahnya berjingkrak gembira mendengar kabar kelulusan, ia justru berlari cepat meninggalkan halaman sekolah” (Fanani, 2013:55).

(44)

Di perjalanan, dia bertemu dengan Salimah, temannya waktu Tumirah di Pesantren.Salimah mengusulkan Tumirah untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Surabaya.Pekerjaan itupun Tumirah lakukan dengan sabar dan ikhlas.Karena telah lama bekerja di rumah besar milik majikannya, Tumirah berani mengutarakan ke majikannya bahwa dia ingin sekolah.Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Berdasarkan kutipan di atas, menjelaskan bahwa keinginan Tumirah untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMA, sama dengan keinginan Khotimah untuk melanjutkan sekolah ke Pesantren. Tumirah ingin sekolah, karena dia ingin menjadi bermanfaat bagi oranglain. Seperti keinginan almarhum bapaknya, yang menginginkan Tumirah untuk bisa mengajar dan mendidik anak-anak.

Beberapa hari, Salimah datang menjenguk Tumirah dan melihat kondisi Tumirah selama bekerja di rumah tersebut.Selain tujuannya melihat Tumirah, Salimah juga menceritakan sebuah desa Pesanggrahan yang kurang pendidikan.Salimah mendeskripsikan desa Pesanggrahan tersebut kepada Tumirah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut

“Kepada majikan perempuannya, ia pernah mengutarakan keinginannya untuk meneruskan sekolah.Namun majikannya menjawab dengan tertawa. “Tumirah... Jika kau sekolah, apa yang bisa kau lakukan di rumah ini? Tentu waktumu akan tersita. Jadi, kau harus memilih satu diantara keduannya.Tetap di rumah ini atau meneruskan sekolah.”(Fanani, 2013:79).

(45)

Kutipan di atas, menjelaskan bahwa setiap kali Salimah selalu menceritakan desa Pesanggarahan kepada Tumirah.Tumirah pun merasa tergerak dan malam-malamnya mulai terselip dengan khayalannya tentang desa Pesanggrahan.

Tumirah ingin sekali memiliki bekal ilmu yang banyak, agar dia bisa mengajar, dan mencapai keinginan almarhum bapaknya. Seiring Tumirah memikirkan desa Pesanggrahan, dia juga berkeinginan untuk melihat, bahkan bermukim di desa Pesanggrahan.Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Seorang kerabatku sering mengunjungi desa Pesanggrahan.Dia seorang tengkulak hasil hutan.Dia bercerita banyak tentang desa Pesanggrahan. “Lalu, Salimah berkisah tentang apa yang didengarnya dari kerabatnya dan mengakhiri dengan ucapan,”Aku tak mengira, ternyata masih ada wilayah yang demikian jauh tertinggal. Desa dengan satu sekolah dasar, satu mushala, dan satu guru.Aku berpikir ini salah siapa?Salah perangkat desanya atau salah pemerintah?” “Barangkali, keduanya sama-sama salah.Perangkat desanya atau penduduknya kurang memperhatikan arti pentingnya ilmu pengetahuan sementara pemerintah tidak peduli” (Fanani, 2013:80-81).

“Seandainya aku memiliki bekal ilmu yang cukup, tentu ini bisa menjadi lahan seperti apa yang diinginkan bapak.,”

Gumamnya. Lalu ia membayangkan dirinya berdiri di muka kelas, dihadapan anak berwajah polos dan legam. “Ah..Apakah aku harus menunggu sampai memiliki bekal ilmu sementara aku sudah tak mempunyai kesempatan untuk itu?”Perlahan- lahan, dalam benaknya, mulai terbit keinginan untuk melihat, bahkan bermukim di desa Pesanggrahan.Ia tak peduli desa itu hanya memiliki empat belas murid sekolah dan enam murid mengaji. Ia pun tak peduli sekolah di desa itu cuma menempati sebuah rumah miliki seorang warga. Bahkan, ia tak peduli jika keberadaannya kelak tidak mendapatkan gaji” (Fanani, 2013:81).

(46)

Kutipan di atas, menjelaskan bahwa Tumirah ingin sekali pergi menuju desa Pesanggrahan tersebut. Tumirah tidak peduli digaji atau tidak. Impian Tumirah adalah dapat mengajar anak-anak.

KeinginanTumirah semakin kuat ketika mendengar penjelasan Salimah bahwa tidak pernah ada guru yang tertarik atau betah tinggal di Pesanggrahan.

Selain suasananya, juga karena mereka tidak menerima gaji seperti jika mereka menjadi guru di kota atau desa-desa yang sudah maju. Di dalam jiwanya, terurai sebuah hasrat besar yang bukan saja karena dorongan nurani, tapi juga desakan dari kata-kata mendiang Bapak angkatnya yang terus mengiang di telingannya.

Hingga pada hari minggu, Salimah terkejut menyaksikan Tumirah berdandan rapi.

Ternyata Tumirah telah siap untuk pergi ke desa Pesanggrahan, dan menjadi guru di sekolah tersebut.Salimah yang awalnya semangat untuk menceritakan desa Pesanggrahan, sangat menyesal karena telah menceritakan itu semua ke Tumirah.Salimah tidak mengerti dengan jalan pikiran Tumirah.Tumirah pun tak bisa dihalangi. Bahkan ketika majikan perempuannya berjanji akan menaikkan gaji bulannya.Tumirah tidak bergitu tertarik dengan kenaikan gaji tersebut. Tumirah percaya, bahwa kedamaian dan kebahagiaannya ada di desa Pesanggrahan tersebut. Seperti dalam kutipan berikut.

“Dan aku harus tetap bekerja di tempat ini? Sampai kapan? Lalu untuk apa? Percayalah, tidak ada yang aku dapatkan di tempat ini selain upah dan tempat berteduh. Aku ingin sesuatu yang lain. Sesuatu yang dapat mendamaikan hatiku. Sesuatu yang membahagiakan jiwaku. Dan, aku percaya kedamaian dan kebahagiaan itu ada di desa Pesanggrahan”. dan Tumirah pun tak bisa dihalangi, bahkan ketika majikan perempuannya berjanji akan menaikkan gaji bulannya. Saat ini, urusan gaji menjadi bab terakhir dalam perhitungan hidupnya.(Fanani, 2013:82-83).

(47)

Kutipan diatas menjelaskan bahwa Tumirah pergi ke desa Pesanggrahan, sudah di rencanakan sejak awal, sejak Salimah menceritakan tentang deskripsi desa tersebut. Selain itu juga, desa itu menjadi tempat impian Tumirah untuk melanjutkan pesan almarhum bapaknya.

3. Deskripsi Latar Terkait dengan Emansipasi Wanita Dalam Novel Sepenggal Bulan Untukmu Karya Zhaenal Fanani

Latar merupakan tempat kejadian suatu peristiwa dalam kejadian. Latar dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu dibagi atas tiga, yaitu latar tempat, latar waktu serta latar sosial.

a. Latar Tempat

Dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu terdapat latar tempat seperti nama kota, nama daerah dan peristiwa yang berlangsung. Latar tempat yang terdapat dalam novel Sepenggal Bulan Untukmu, antara Lain adalah desa Pesanggrahan, desa Serambi, Surabaya dan pesantren.Di desa Pesanggrahan inilah lahirnya Khotimah.

Khotimah adalah anak pertama dan terakhir di keluarga Setu Larang.

Khotimah sebagai generasi penerus yang akan memperjuangkan mutu pendidikan di desa Pesanggrahan. Pendidikan di Desa pesanggrahan sama sekali tidak maju.

Berkat kehadiran Tumirah, Sekolah Dasar di Desa Pesanggrahanmengalami perkembangan yang menakjub. Tumirahlah perempuan pertama yang mampu mengubah sekolah di desa Pesanggrahan maju. Salah satu latar yang berkaitan dengan emansipasi wanita adalah pembuatan taman yang dilakukan oleh Tumirah.

Di SD, taman sekolahnya telah lama rusak. Oleh karena itu, Tumirah mengajak

(48)

anak-anak untuk membuat taman baru dengan air mancur dan hiasan bunga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan latar berikut.

Kutipan diatas menjelaskan bahwa Tumirah sudah mulai melakukan perubahan di SD desa Pesanggrahan. Tumirah pelan-pelan menunjukkan emansipasi perempuan dari segi menegakkan kembali mutu pendidikan SD desa Pesanggrahan. Tumirah mulai melakukan perubahan di desa tersebut, yaitu pembuatan Taman di sekolah tua desa Pesanggrahan.

Selain latar berkaitan dengan emansipasi wanita terletak di sekolah, emansipasi wanita yang dilakukan oleh Tumirah juga ada di Mushala. Tumirah melakukan perubahan di Mushala. Tumirah mengajari anak-anaknya untuk mengeja huruf-huruf hijaiah dalam sebuah nyanyian. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Pada minggu kedua, pembuatan taman telah selesai. Sebuah taman di sebelah taman yang lama. Sebuah taman dengan air mancur dan hiasan beberapa bunga dan pohon bonsai. Pada genangan air di bawah pancuran, terlihat beberapa perahu dari kayu buatan yang selalu bergerak-gerak akibat gerakan air dari pancuran. Pada minggu kedua pula, Tumirah mulai melatih anak-anak berbaris saat hendak memasuki ruangan kelas.

Tumirah membuat agenda. Pada minggu ketiga nanti, ia akan melatih anak-anak melaksanakan upacara bendera. Ia telah meminta Pak Solikhan untuk membenahi tiang bendera yang sudah patah dan lapuk.bukan saja karena sudah terlalu lama tidak digunakan, tapi juga termakan panas dan hujan” (Fanani, 2013:128-129).

“Kemajuan di sekolah diikuti perkembangan menakjubkan di mushala. Sekarang, mushala itu mulai riuh oleh teriakan anak- anak mengeja huruf-huruf hijaiah dalam sebuah nyanyian.

Halamannya dulu sepi, mendadak ramai oleh suara anak-anak bermain. Pancuran air tempat wudhu terus mengeluarkan suara percikan. Muridnya sudah berjumlah dua puluh anak. Dan, Tumirah membagi-bagikan buku bacaan kepada mereka. Buku- buku bergambar yang berisi tata cara berwudhu, shalat, dan kumpulan doa-doa” (Fanani,2013:150-151).

(49)

Kutipan di atas, menjelaskan bahwa Tumirah mulai berhasil melakukan perubahan-perubahan baru di desa Pesanggrahan tersebut. Mulai dari pembuatan taman sekolah, mengajari anak-anak cara berwudhu, hingga mengajari anak-anak untuk mengeja huruf-huruf hijaiah. Meskipun tidak semua anak-anak desa Pesanggrahan yang hadir di sekolah maupun mushala. Tumirah tetap berjuang untuk menunjukkan kepada masyarakat desa Pesanggrahan, pendidikan sangat penting bagi anak-anak, apalagi pada tingkat Sekolah Dasar.

b. Latar Waktu

Latar waktu yang berkaitan dengan emansipasi wanita, terjadi pada pagi hari. Ketika di pagi hari, Tumirah datang ke sekolah.Sampai di sekolah, Tumirah sibuk dengan menempelkan gambar-gambar yang menarik minat belajar anak- anak. Dengan melakukan hal seperti itu, membuat anak-anak supaya tidak bosan menerima pelajaran. Selain itu, Tumirah adalah guru yang kreatif.Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Kutipan diatas menunjukkan bahwa Tumirah adalah sosok guru yang kreatif. Tumirah datang lebih awal dari anak-anak. Hal itu dilakukan, untuk

“Tumirah mulai disibukkan dengan hari-hari barunya. Setiap pagi, ia berangkat ke sekolah lebih awal dari anak-anak.

Perlahan-lahan, ia membenahi ruangan yang selama ini dipergunakan sebagai ruang kelas. Ia ingin menciptakan sebuah ruangan tempat yang formal dan berisi aturan-aturan baku.

Setiap pagi, ia menempelkan gambar-gambar yang ia buat pada malam harinya. Anak-anak terlihat gembira melihat gambar- gambar yang mulai memenuhi dinding ruangan.Mereka pun segera tergugah untuk mengikuti Tumirah.Tanpa di minta, mereka mulai menggambar sesuai yang mereka inginkan.Dan, Tumirah membiarkan mereka berjalan dengan imajinasinya”

(Fanani, 2013:123).

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengambil rumusan masalah yaitu : “B agaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre, intra, dan post tindakan apendiktomi pada apendisitis akut

Model yang paling baik untuk menggambarkan nilai ekstrim biasa pada kuantil ke 90 adalah model RKPB dengan pseudo dan serta prediksi model RKPB dengan dan

[r]

[r]

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah (KTI) adalah untuk dapat melaksanakan perawatan pada pasien dengan stroke non hemoragik. Sedangkan tujuan khususnya adalah

Data primer yang dikumpulkan meliputi tinggi dan diameter tanaman pokok, panjang dan lebar tajuk tanaman pokok, parameter sifat fisik dan kimia tanah serta data

(penelitian kepustakaan) dengan pendekatan historis-filosofis. Data yang diperoleh akan dianalisis secara berututan dan interaksionis yang terdiri dari tiga tahap yaitu: 1)

Í×ÍÉß ÌËÒßÙÎßØ×Ìß Î×ÒÙßÒ ÕÛÔßÍ ×Ê ÍÜÔÞ Þ×Òß ÐËÌÎß. ÍßÔßÌ×Ùß ÍÛÓÛÍÌÛÎ ×× ÌßØËÒ