4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Aktiva Tetap
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.16 P.5 “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.
Aktiva tetap menurut IAI melalui PSAK No.16 (Revisi 2011) mengemukakan pengertian aktiva tetap sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aktiva tetap merupakan bagian dari neraca yang dilaporkan oleh manajemen dalam setiap periode atau setiap tahun, aset tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Juan (2012:340).
2. Jenis-jenis Aktiva Tetap
Menurut Harahap (2010:104) aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Aktiva Tetap berwujud
Aktiva tetap berwujud yaitu aktiva tetap yang karena batas umur ekonomisnya dilakukan penyusutan atas harga perolehannya, diantaranya:
1) Aktiva tetap yang apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenisnya, misalnya bangunan, mesin, alat, mebel, kendaraan, dan sebagainya.
2) Aktiva tetap yang sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis, misalnya: sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
b. Aktiva Tetap yang tidak dapat disusutkan
Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan yaitu aktiva tetap yang karena tidak terbatas umur ekonomisnya tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, misalnya tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan. Namun tidak ada keterangan khusus di SAK.
c. Aktiva Tetap tidak berwujud
Aktiva dengan masa manfaat yang dibatasi oleh hukum (ketentuan, persetujuan atau sifat aktiva). Aktiva yang masa manfaatnya tidak terbatas, misalnya goodwill dan merek dagang.
3. Pengertian penyusutan
Menurut Herry (2011:168), penyusutan adalah alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan aktiva bersangkutan.
Menurut Martani (2012:313), penyusutan adalah metode pengalokasian biaya tetap untuk menyusutkan nilai aset secara sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut. Berdasarkan pengertian yang sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa penyusutan adalah suatu metode pengalokasian harga perolehan aset setelah dikurangi nilai sisa yang dialokasikan ke periode- periode yang menerima manfaat dari aset tetap tersebut. Jumlah penyusutan menunjukkan bahwa penyusutan bukan merupakan suatu proses pencadangan, melainkan proses pengalokasian harga perolehan aset tetap.
4. Faktor-faktor Penyusutan Aset Tetap
Menurut Jusup (2011:146-147) ada tiga faktor yang berpengaruh dalam perhitungan depresiasi, yaitu:
a. Biaya Perolehan yaitu keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aset tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.
b. Masa Manfaat atau kadang-kadang disebut juga umur aset, adalah jangka waktu pemakaian aset yang diharapkan oleh perusahaan.
c. Nilai Residu atau biasa disebut juga nilai sisa, adalah taksiran nilai tunai aset pada akhir masa aset tersebut.
5. Metode Penyusutan Aktiva
Pola penggunaan aktiva terhadap tingkat keausan aktiva, yang mana untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai. Berikut adalah beberapa metode penyusutan menurut Hery (2014: 279-290):
a. Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)
Penyusutan metode garis lurus adalah bahwa aset yang bersangkutan akan memberi manfaat yang sama untuk setiap periodenya sepanjang umur aset dan pembebanannya tidak dipengaruhi oleh perubahan produktivitas maupun efesiensi aset. Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan periodik dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus untuk menghitung metode garis lurus adalah sebagai berikut:
Beban Penyusutan = Harga perolehan – Estimasi Nilai Residu Estimasi Masa Manfaat
Tarif Penyusutan = 100%
Umur Ekonomis
b. Metode Penyusutan Saldo Menurun (Double Declining Balance Method)
Penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif persentase ke nilai buku aset yang kian menurun, tarif penysutan yang umum dipakai adalah dua kali tarif penyusutan garis lurus. Sehingga dinamakan metode saldo menurun ganda. Rumusnya :
Tarif Penyusutan = 2 x Tarif Penyusutan Garis Lurus
c. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method)
Penyusutan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun berikutnya. Perhitungannya dapat dilakukan dengan mengalikan suatu seri pecahan ke nilai perolehan aset yang dapat disusutkan. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Tarif Penyusutan = n (n+1)
2
d. Metode Jam Kerja (Service Hours Method)
Penyusutan dengan menggunakan metode jam kerja, metode ini adalah bahwa pembelian suatu aset menunjukan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Perhitungan jam kerja sebagai berikut :
Tarif penyusutan = Harga Perolehan – Estimasi Nilai Residu Estimasi Jam Jasa
Penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan metode garis lurus sesuai dengan UU perpajakan No. 38 tahun 2008 pasal 11 yaitu :
1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan
dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.
3) Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesinya pengerjaan harta tersebut.
4) Dengan persetujuan Direktur Jendral Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.
5) Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.
6) Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:
Kelompok Harta
Berwujud Masa Manfaat
Tarif penyusutan sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) Ayat (2) I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun
25%
12,5%
6,25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu diatur dengan peraturan Menteri Keuangan.
8) Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.
9) Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jendral Pajak jumlah sebesar kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.
10) Apabila terjadi penagihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, yang berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
11) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat sebgaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dengan peraturan Menteri Keuangan.
6. Pengertian laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan”.
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Harahap (2010:205).
Lanjutan...
Laporan keuangan pada dasarnya disusun untuk memberitahukan informasi mengenai keadaan suatu perusahaan yang akan bermanfaat bagi sebagian besar pemakai laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan disusun dan disajikan selama setahun disajikan untuk memenuhi kebutuhan pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat berbeda dan berhak untuk memperoleh informasi keuangan.
Laporan keuangan dipergunakan oleh manajemen puncak untuk dapat mengambil keputusan yang bermanfaat bagi perkembangan perusahaan sedangkan bagi investor laporan keuangan juga berguna dalam pengambilan keputusan, apakah ingin menanamkan saham atau tidak dalam perusahaan tersebut.
Pengertian laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015: 1) adalah : “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akunatansi pada akhir periode, yang meliputi:
a. Neraca merupakan laporan yang sistematis meliputi aktiva yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan, hutang yaitu kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum dipenuhi, serta modal yaitu hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang dapat menunjukkan keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu.
b. Laporan laba-rugi, yaitu suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha beserta laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu.
c. Laporan perubahan posisi keuangan, yaitu suatu laporan yang berguna untuk meringkas kegiatan-kegiatan pembelanjaan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku
bersangkutan serta melengkapi penjelasan tentang perubahan- perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.
d. Laporan arus kas, yaitu laporan yang bertujuan untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama periode tertentu.
e. Catatan atas laporan keuangan, meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen.
7. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2016:11), adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.
g. Informasi keuangan lainnya.
8. Jenis-jenis laporan keuangan
Laporan keuangan yang lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 1 (2015:1.3) terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
b. Laporan laba rugi penghasilan komprehensif lain selama periode.
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
d. Catatan atas laporan keuangan.
e. Laporan posisi keuangan pada awal periode.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini membahas tentang penyusutan aktiva tetap berwujud dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan selama ini telah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebagaimana ditunjukan dalam tabel 2.1.
Tabel 2. 1
Hasil Penelitian Terdahulu
Aspek Identifikasi Penelitian
Yenny A03050048 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin 2009
Muhtaromi Ilmi A03050048 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin 2013
Noor Aminnudin D010317018 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin 2020
1. Judul Perhitungan
Depresiasi Aktiva Tetap Berwujud Pada Laporan Keuangan CV Prayogi Banjarmasin
Penyusutan Aktiva Tetap berwujud dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada CV Maju Bersinar Banjarmasin
Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan pada PT Adimanunggal Cipta Padunusa
2.Institusi/Perusahaan yang diteliti
CV Prayogi Banjarmasin
CV Maju Bersinar Banjarmasin
PT Adimanunggal Cipta Padunusa 3. Permasalahan 1. Bagaimana dari
perhitungan depresiasi aktiva tetap berwujud tersebut terhadap laporan keuangan CV
Bagaimana penyusutan aktiva tetap berwujud dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada CV
Bagaimana perhitungan penyusutan aktiva tetap berwujud dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan
Prayogi Banjarmasin
Maju Bersinar Banjarmasin
pada PT
Adimanunggal Cipta Padunusa
Banjarmasin 4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui
depresiasi aktiva tetap yang dimliki perusahaan apakah sudah sesuai dengan SAK
Bagaimana penyusutan aktiva tetap berwujud dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada CV Maju Bersinar Banjarmasin
Untuk mengetahui bagaimana perhitungan penyusutan aktiva tetap dan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan 5. Metode Penelitian 1. Mengumpulkan
data aktiva tetap 2. Mempelajari tentang cara
penilaian aktiva tetap 3. Menentukan koreksi terhadap perhitungan laporan keuangan perusahaan
1. Mengumpulkan data aktiva tetap 2. Menentukan metode yang tepat 3. Melakukan koreksi terhadap perhitungan laporan keuangan
1. Mengumpulkan data aktiva tetap 2. Menentukan metode yang tepat 3. Melakukan koreksi terhadap perhitungan laporan keuangan
6. Hasil Penelitian 1. Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dicatat berdasarkan harga perolehannya 2. Perusahaan melaporkan aktiva tetap dalam neraca sebesar harga perolehannya tanpa dikurangi akumulasi penyusutan
3. Perusahaan tidak pernah melakukan depresiasi aktivatetap
1. Aktiva yang dimiliki perusahaan dicatat berdasarkan harga perolehannya 2. Perusahaan tidak pernah melakukan depresiasi aktiva
1. Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dicatat berdasarkan harga perolehannya.
2. Perusahaan tidak pernah melakukan depresiasi aktiva tetap berwujudnya.
Lanjutan...
Penelitian yang penulis lakukan secara umum memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu dalam hal: (1) mengumpulkan data aktiva tetap; (2) menentukan metode yang tepat metode garis lurus; (3) melakukan koreksi terhadap laporan keungan.
Sementara itu, penelitian penulis memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian tersebut dalam hal objek penelitian dan periode analisis. Penulis hanya membahas PT Adimanunggal Cipta Padunusa dan periode analisisnya dari awal tahun 2019 sampai akhir tahun 2019.