• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIDANG STUDI DALAM MEMBANGUN AKHLAKUL KARIMAH SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIDANG STUDI DALAM MEMBANGUN AKHLAKUL KARIMAH SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 MAKASSAR"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Kegurusan dan Ilmu

Pendidikan Univesitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

NUR AWALIANTI S.

10531 1684 10

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)
(3)
(4)











































“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujaadilah: 11) ...Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? " Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar : 9)

Kemarin adalah sejarah, hari ini adalah kenyataan, besok adalah Mimpi, Pelajari Sejarahmu, bersabarlah, bersabarlah, bersabarlah dengan Kenyataan hari ini, Torehkan impian, bermimpilah menjadi pemimpin.

Kupersembahkan karya sederhana ini

kepada kedua orang tuaku (ina-ubaku), saudara-saudaraku

dan orang-orang yang telah mencurahkan kasih sayang yang tulus,

yang selalu berdoa untuk keselamatan, yang mencintai

dan menyayangiku dengan sepenuh hati

sehingga menjadi tumpuan bagiku untuk meraih kesuksesan

(5)

viii

Skripsi, Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Hambali dan Nursalam.

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menganalisis hubungan antara kompetensi kepribadian guru bidang studi dalam membangun akhlakul karimah siswa di SMP Muhammadiyah 1 Makassar.

Populasi dalam penelitian ini adalah 195 siswa dan 41 orang guru bidang studi di SMP Muhammadiyah 1 Makassar dengan sampel 30 orang siswa dan 8 orang guru bidang studi SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Instrumen yang digunakan dalam rangka pengumpulan data adalah angket dan wawancara dengan bentuk pertanyaan dan pernyataan tertutup. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data korelasi product-moment. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis gambaran variabel sementara pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kompetensi kepribadian guru bidang studi di SMP Muhammadiyah 1 Makassar berada dalam kategori cukup dalam membangun akhlakul karimah siswa, terbukti dari data deskriptif dengan skor rata-tara 116,5 dengan standar deviasi 8. Kemudian setelah dihubungkan dengan penilaian siswa hasilnya tidak jauh berbeda. Siswa menilai kompetensi kepribadian guru bidang studi berada dalam kategori cukup dengan skor rata-tara 52, 5 dan standar deviasi 8, 347. Analisis data akhlakul karimah siswa (kepribadian siswa) berada dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 67,33 dan standar deviasi adalah 5,454.

Setelah menguji signifikansi koefisien korelasi product-moment diketahui F hitung adalah 0,737 yaitu 73,7 % lebih besar dari pada taraf signifikan 1%

adalah 0, 463 dan pada taraf signifikan hitung 5 % adalah diperoleh 0,361. Hal ini berarti hipotesis alternatif menunjukkan adanya signifikansi yang kuat antara kepribadian guru dalam membangun ahklakul karimah siswa.

Kata kunci: kompetensi kepribadian, guru bidang studi, akhlakul karimah, siswa, dan penelitian deskriptif.

(6)

ix

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji hanya milik-Nya. Allah yang tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia, atas nikmat dan segala karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini.

Juga tuntunan dari Rosulullah, sesungguhnya islam telah bersemi dalam jiwa manusia yang diberi petunjuk olehn-Nya. Menjadikan Rasulullah teladan, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.

Skripsi dengan judul “Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Bidang Studi di SMP Muhammadiyah 1 Makassar” dirampungkan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa memberikan dorongan, bantuan, petunjuk dan bimbingan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turut ikhlas membantu.

Penghargaan yang tertinggi dan ucapan terima kasih yang tulus ikhlas penulis ucapkan kepada ibunda Sitti Hawa dan ayahanda Syafruddin yang telah menyayangi dan memberi seluruh hidupnya untuk anak-anaknya dan juga

(7)

x

adalah idola bagiku, yang menancapkan bagaimana harus melihat dengan mata, mendengar dengan telinga dan berbicara dengan Hati. Jazakumullahu khairan khatsiran.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan pula kepada Dr.

Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, Dekan FKIP Unismuh Makassar. Andi Adam, S.Pd., M.Pd, dan Aliem bahri, S.Pd., M.Pd, Ketua Jurusan sekaligus dan sekertaris jurusan Teknologi Pendidikan Unismuh Makassar yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan selama kuliah hingga proses penyelesaian skripsi ini dan studi. Drs. Hambali, S.Pd., dan M.Hum H. Nursalam, M.Si, pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan beliau untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai tahap penyelesaian.

Ucapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Bapak dan ibu Dosen Jurusan Teknologi Pendidikan. Dra. Hj Syahribulan K, M.Pd., penasihat akademik yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan selama proses perkuliahan.

Drs. Kandacong Melle, M.Pd, Wakil Kepala SMP Unismuh Makassar, beserta guru-gurunya yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Unismuh Makassar serta siswa-siswa yang telah membantu mengisi Angket. Terima kasih uwa kero dan uwa raya yang telah

(8)

xi

untukmu. Untuk para murobiyah tangguh FSNI dan keluarga besar F-UMA IMBI yang telah memberi banyak motivasi dan berbagi ilmu. Untuk teman-teman kelasku TEKPEND angkatan 2010 dan akhwat pondok nurfadilah 2 serta saudara- saudariku yang tidak sempat tersebutkan namanya terima kasih atas nasihat dan motivasi serta kasih sayangnya selama ini.

Semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini, baik secara langsung maupun tidak langsung semoga bantuan yang telah diberikan memperoleh balasan yang setimpal dari yang Maha Adil.

Akhirnya kepada Allah sajalah kita berserah diri, memohon ampun dan berharap amalan kita bernilai pahala di sisi-Nya. Amin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Oktober 2014

Penulis

(9)

xii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

SURAT PERJANJIAN PENULIS ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka………... 5

a) Kompetensi Kepribadian... 6

b) Akhlakul Karimah Siswa ... 18

B. Kerangka Pikir ... 26

C. Hipotesis ………... 28

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 29

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Definisi Operasional Variabel... 33

E. Prosedur Penelitian ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Tekhnik Analisis Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 47

(10)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HDUP

(11)

xiv

3.1 Variabel bebas dan terikat 32

3.2 Daftar nama-nama guru SMP Muhammadiyah 1 Makassar 34 3.4 Sumber data siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar tahun 2014 45 3.4 Kriteria penilaian instrument kompetensi kepribadian guru bidang studi 40 4.5 Penilaian siswa terhadap kompetensi kepribadian guru bidang studi 40 3.6 kriteria kepribadian siswa di SMP Muahmmadiyah 1 Makassar 41

4.1 Data guru di SMP Muhammadiyah 1 makassar 51

4.2 Data siswa di SMP muhammadiyah 1 makassar 51

4.3 Data skor kompetensi kepribadian guru bidang studi di SMP Muhammadiyah

1 Makassar 52

4.4 Daftar distribusi frekuensi skor responden dari guru bidang studi 53 4.5 Tabel penolong untuk menghitung nilai standar deviasi guru bidang

studi 54

4.6 Kategorisasi skor kompetensi kepribadian guru bidang studi di SMP

Muhammadiyah 1 Makassar 54

4.7 Skor kompetensi akhlakul kharimah guru bidang studi berdasarkan penilaian

siswa di SMP Muhammadiyah 1 Makassar 56

4.8 Daftar distribusi frekuensi skor responden siswa 57 4.9 Tabel penolong untuk menghitung nilai standar deviasi penilaian siswa 57 4.10 Nilai standar deviasi penilaian kompetensi kepribadian guru 58 4.11 kategori skor penilaian siswa pada kompetensi kepribadian guru bidang studi di

SMP Muahmmadiyah 1 Makassar. 59

(12)

xv

4.14 Kategori skor penilaian siswa pada kompetensi kepribadian guru bidang studi

di SMP Muahmmadiyah 1 Makassar 62

4.15 Penolong untuk menghitung korelasi produk moment dengan angka kasar 62

4. 16 Interprestasi angka korelasi 64

(13)

xv

2. Angket kompetensi kepribadian guru bidang studi (angket siswa) 83 3. Angket kepribadian siswa (akhlakul karimah siswa) 86 4. Indikator-indikator kepribadian yang menjadi tolak ukur kompetensi

kepribadian guru bidang studi (angket guru) 89

5. Indikator-indikator kepribadian yang menjadi tolak ukur kompetensi

kepribadian guru bidang studi (angket siswa) 95

6. Indikator-indikator kepribadian siswa yang menjadi tolak ukur ketercapaian kompetensi kepribadian guru bidang studi (akhlakul karimah siswa) 98 7. Penjelasan Indikator-indikator kepribadian yang menjadi tolak ukur

kompetensi kepribadian guru bidang studi (angket guru) 100 8. Penjelasan Indikator-indikator kepribadian yang menjadi tolak

ukur kompetensi kepribadian guru bidang studi (angket siswa) 108 9. Penjelasan Indikator-indikator kepribadian siswa yang menjadi tolak ukur

ketercapaian kompetensi kepribadian guru bidang studi (akhlakul karimah

siswa) 111

PERSURATAN

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memahami definisi pendidikan menurut buku Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/73) dikatakan bahwa: pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan memiliki potensi untuk membentuk karakter pribadi seseorang.

Karena pada dasarnya, perilaku seseorang merupakan produk dari akal pikirannya.

Seseorang akan melakukan suatu perbuatan (action) berdasarkan apa yang diketahuinya, atau paling tidak akan meniru-niru sesuatu yang menyerupai apa yang diperolehnya dengan inderanya. Dengan demikian, pendidikan dapat mencetak seseorang menjadi sholeh secara individu dan sholeh.

Faktor pendidikan dan pengajaran dalam pembentukan sikap keagamaan dan respons terhadap realitas keragaman, jelas sangat penting. Karena sebagai proses kepribadian, pendidikan dan pengajaran merupakan wahana bagi suatu agama untuk mentransmisikan ajaran-ajarannya. Keterlibatan pendidikan dan pengajaran ini memiliki landasan yang jelas dengan hipotesis bahwa seseorang dapat menjadi agamis atau mengaktualisasikan potensi keagamaan yang hanif hanya dengan campur tangan pihak (aspek/faktor) lain. Dengan konsep dasar sebagai proses alih nilai (transfer of values) dan alih pengetahuan (transfer of knowledge), pendidikan berperan menanamkan nilai-nilai dan pengetahuan agama kepada pemeluknya. Nilai-nilai dan pengetahuan keagamaan ini kemudian

1 1

(15)

berpadu membentuk sikap dan perilaku keagamaan. Dengan demikian, kalau dalam muatan dan proses pendidikan, agama diajarkan sebagai sesuatu yang ekslusif, maka output-nya adalah manusia yang bersikap eksklusif. Sebaliknya, kalau agama diajarkan sebagai sesuatu yang terbuka dan dengan cara yang demokratis, maka hasilnya adalah manusia yang terbuka dan bisa memahami keberadaan orang lain dengan keunikan-keunikan pribadi dan latar belakangnya.

Dengan pendidikan yang demikian, wajar kalau terjadi kekacauan dalam masyarakat.

Membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, adalah salah satu dari aspek tujuan pendidikan nasional yang tercantum di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pada Bab II, Pasal 3 yang menjelaskan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Aktualisasi pendidikan agama di sekolah belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Berbagai kejadian akhir-akhir ini, terutama setelah bangsa Indonesia dilanda oleh berbagai krisis, maka sesuatu hal yang aneh dan ganjil telah terjadi di kalangan sebagian anak bangsa. Berbagai peristiwa yang menunjukkan sikap yang tidak berlandaskan kepada akhlak mulia telah banyak menimpa anak bangsa. Kenyataan kepribadian yang berkembang di tengah-

(16)

tengah masyarakat tentang timbul dan semakin merosotnya moral masyarakat termasuk kalangan pelajar. Timbulnya tawuran antar-pelajar, semakin banyaknya keterlibatan remaja dalam pemakaian obat-obat terlarang, pembakaran, kekerasan, pembunuhan, penjarahan, pelanggaran hukum, pemerkosaan, dan lain-lain merupakan indikasi dari kemerosotan moral.

Pembentukan manusia yang berakhlak mulia adalah melewati proses pembentukan kepribadian, yang tidak bisa tumbuh dengan tiba-tiba dan serta- merta. Di dalam proses pembentukan kepribadian itulah diperlukan strategi, wacana, metode yang tepat. SMP Muhammadiyah 1 Makassar adalah salah satu sekolah menengah yang menerapkan pendidikan agama dengan akhlakul karimah berdasarkan asas dan tujuan pergerakan dan dakwah Muhammadiyah. Dengan adanya penerapan membelajaran yang benar-benar menjadikan perilaku siswa sebagai seorang yang berakhlak. Tentu dalam memberi pelajaran kepada siswa guru SMP Muhammadiyah 1 Makassar memiliki ciri pribadi yang berbeda dari dari sekolah pada umumnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk meneliti lebih lanjut dalam Skripsi yang berjudul: “Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Bidang Studi dalam Membangun Akhlakul Karimah Siswa SMP 1 Muhammadiyah Makassar”

B. Rumusan Penelitian

Mengacu pada latar belakang di atas maka permasalahan yang ingin diteliti adalah 1. Apakah ada hubungan antara kompetensi kepribadian guru dalam

membangun akhlakul karimah siswa?

(17)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1. Mengetahui ada hubungan antara kompetensi kepribadian guru dalam membangun akhlakul karimah siswa?

D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis

Setelah menemukan beberapa kondisi yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Makassar, peneliti mendapatkan referensi dan pengetahuan akan hubungan kompetensi kepribadian terhadap akhlakul karimah peserta didik. Sebagai referensi untuk guru bidang studi yang ada SMP Muhammadiyah 1 Makassar dalam membangun kepribadian siswa yang berakhlakul karimah yang lebih baik kedepannya. Menjadi referensi bagi peneliti dan mahasiswa lainnya dalam menyusun sebuah karya ilmiah.

2) Manfaat praktis

Adapun manfaat secara praktis untuk guru yaitu dengan diadakannya penelitian ini guru mampu lebih terbuka dan mengetahui kompetensi yang dimilikinya. Dengan kompetensi yang dimilikinya ia lebih meningkatkan hubungan kepribadian dengan siswa atau memperbaiki diri Penelitian ini bisa menjadi bahan percontohan dan atau perbaikan bagi pendidikan kedepannya.

Adapun bagi peneliti sendiri lebih mengenal guru dan bagaimana guru akhlak yang dimiliki siswa di SMP 1 Muhammadiyah Makassar.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi secara bahasa diartikan kemampuan atau kecakapan.

Hal ini diilhami dari KKBI dimana kompetensi diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi.(kempenbud:2012)

Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam

hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

5

(19)

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi

a. Kompetensi pedagogik berupa dalam mengelola interaksi pembelajaran yang meliputi pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta sistem evaluasi pembelajaran.

b. Kepribadian berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa yang meliputi kemantapan pribadi dan akhlak mulia, kedewasaan dan kearifan, serta keteladanan dan kewibawaan.

c. Kompetensi Profesional berupa kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi penguasaan matei keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan pengembangan profesi.

d. Kompetensi sosial berupa kemampuan yang dimiliki seorang pendidik untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali murid dan masyarakat sekitar. Namun dalam pembahasan ini hanya menguraikan tentang kompetensi profesional saja.

(20)

Dalam penelitian ini difokuskan pada kompetensi kepribadian maka akan tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai 3 kompetensi tersebut tanpa menafikan bahwa kompetensi yang lainnya akan mempengaruhi satu dengan yang lain.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut :

a. Kepribadian yang mantap dan stabil

Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut

“digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya). Oleh sebab itu, sebagai seorang guru, seharusnya kita:

a) Bertindak sesuai dengan norma hukum b) Bertindak sesuai dengan norma sosial c) Bangga sebagai guru

d) Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma

Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah

(21)

akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

b. Kepribadian yang dewasa

Sebagai seorang guru, kita harus memiliki kepribadian yang dewasa karena terkadang banyak masalah pendidikan yang muncul yang disebabkan oleh kurang dewasanya seorang guru. Kondisi kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan – tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan–

tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru.

Sehingga, sebagai seorang guru, seharusnya kita:

a) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik artinya, kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru.

b) Memiliki etos kerja sebagai guru c. Kepribadian yang arif

Sebagai seorang guru kita harus memiliki pribadi yang disiplin dan arif. Hal ini penting, karena masih sering kita melihat dan mendengar peserta didik yang perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik. Oleh karena itu peserta

(22)

didik harus belajar disiplin, dan gurulah yang harus memulainya. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan, berbuat baik, menjadi contoh sabar dan penuh pengertian.

Mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan rasa kasih sayang dan tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi, tetapi guru harus dapat membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Sehingga, sebagai seorang guru kita harus:

a) Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.

Artinya, sebagai seorang guru, kita juga bertindak sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik sehingga dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti hadits Nabi :”Khoirunnaasi anfa’uhum linnaas,” artinya adalah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain. (Al Hadits).

b) Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak d. Kepribadian yang berwibawa

Berwibawa mengandung makna bahwa seorang guru harus:

a) Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik. Artinya, guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra

(23)

baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya.

Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.

b) Memiliki perilaku yang disegani

e. Menjadi berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik

Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad, yakni usaha sungguh–sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah dan dengan niat ibadah tentunya. Dalam hal ini, guru harus merapatkan kembali barisannya, meluruskan niatnya, bahkan menjadi guru bukan semata–mata untuk kepentingan duniawi. Memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi pribadinya, dengan tetap bertawakkal kepada Allah. Melalui guru yang demikianlah, kita berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.

Untuk menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

(24)

a) Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong)

b) Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Artinya, guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi:

a) Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.

b) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi.

c) Pengetahuan tentang inti demokrasi.

d) Pengetahuan tentang estetika.

e) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.

f) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.

g) Setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi.

Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup :

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur- unsurnya.

(25)

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh seorang guru.

3)

Kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.

Dalam arti sederhana, kepribadian berarti sifat individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dengan yang lain. Mc Leod mengartikan kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan identitas.

Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seseorang individu, sehingga bertingkah laku secara khas dan tetap.

Mengenai kepribadian guru, Zakiah Daradjat (1982) menegaskan : Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

(26)

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya meliputi :

a) Fleksibilitas kognitif b) Keterbukaan psikologis

Dua hal tersebut akan diuraikan secukupnya berikut ini.

1. Fleksibilitas Kognitif Guru

Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan pikir yang diikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan pikir dan beradaptasi. Selain itu juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan.Ketika mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu, seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis. Berpikir kritis (critical thinking) ialah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat (rasonable reflektif) yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari sesuatu.

Fleksibilitas kognitif guru terdiri atas tiga dimensi 1. Dimensi karakteristik pribadi guru

2. Dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa

3. Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode mengajar.

(27)

2. Keterbukaan Psikologis

Hal lain yang juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan tugas seorang guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri.Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Guru yang terbuka secara psikologis biasanya di tandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Di samping itu ia juga memiliki empati (empathy), yakni respons afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain (Reber, 1988). Jika salah seorang muridnya diketahui sedang mengalami kemalangan, seumpamannya, maka ia turut bersedih dan menunjukkan simpati serta berusaha memberi jalan keluar.

Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagi panutan siswa. Selain sisi-sisi positif sebagai mana tersebut di atas, ada pula signifikansi lain yang terkandung dalam keterbukaan psikologis guru seperti di bawah ini.

Pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antarpribadi guru dan siswa yang

(28)

harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secra bebas dan tanpa ganjalan.

Keterbukaan psikologis merupakan sebuah konsep yang menyatakan kontinum (continuum) yakni rangkaian kesatuan yang bermula dari titik keterbukaan psikologis sampai sebaliknya, ketertutupan psikologis.

Posisi seorang guru dalam kontinum tersebut ditentukan oleh kemampuannya dalam menggunakan pengalamannya sendiri dalam hal berkeinginan, berperasaan, dan berfantasi untuk menyesuaikan diri. Jika kemampuan dan keterampilan dalam penyesuaian tadi makin besar, maka makin dekat pula tempat pribadinya dalam kutub kontinum keterbukaan psikologis tersebut. Secara sederhana, ini bermakna bahwa jika guru lebih cakap menyesuaikan diri, maka ia akan lebih memiliki keterbukaan diri.

Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktur belajar (director of learning) selain sebagai panutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola proses mengajar-belajar.

Kepribadian merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis, yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat yang khas

(29)

dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.

Seorang guru harus mempunyai kepribadian sehat yang akan mendorongnya mencapai puncak prestasi. Kepribadian yang sehat dapat diartikan kepribadian yang secara fisik,dan psikis terbebas dari penyakit tetapi bisa juga diartikan sebagai individu yang secara psikis selalu berusaha menjadi sehat. Jadi, bukan saja sehat dalam arti yang telah ada atau dialami oleh individu, tetapi juga sehat yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang.

Para ahli mengemukakan tanda-tanda kepribadian yang sehat, antara lain:

1) Orang yang berkepribadian sehat adalah orang yang matang. Dengan kematangan ini, ia mampu bersikap lebih rasional dan bijak sehingga perilakunya membuahkan manfaat positif bagi kehidupannya.

2) Orang yang berkepribadiaan sehat adalah orang yang berfungsi sepenuhnya.

3) Orang berkepribadiaan sehat adalah orang produktif.

4) Orang berkepribadian sehat adalah orang yang mengaktulisasikan diri.

5) Orang berkepribadiaan sehat adalah orang yang terindividuasi sebagai mana model yang dikemukakan oleh Carl Jul (1875-1971) atau yang mengatasi diri sebagai mana dikemukakan oleh Victor Frankl.

(30)

Beberapa indikator kepribadian baik yang optimis dan progresif adalah:

a. Bertanggung jawab

Tanggung jawab adalah perasaan kuat yang disertai kebulatan tekat untuk melaksanakaan tugas sebaik-baiknya. Tanggung jawab sebagai guru adalah mengajar dan mendidik sekaligus. Ia harus disiplin, jujur, rajin beribadah, dan sungguh-sungguh memahamkan anak.

b. Tidak emosional

Stabilitas emosi sangat penting bagi guru karena kondisi siswa yang berbeda-beda, ada yang mudah diatur dan ada yang sulit, ada yang sengaja memancing emosi guru, dan ada yang mengerutu dari belakang.

Jangan sampai guru terpancing emosi karena akan berakibat fatal.

Alangkah malunya kita melihat ditelevisi berita seorang guru berurusan dengan polisi gara-gara memperlakukan anak didik dengan kekerasan.

c. Lemah lembut

Lemah lembut adalah cerminan hati yang penyayang dan penuh penghormatan. Lemah lembut seorang guru membuat murid segan, senang, dan hormat.

d. Tegas, tidak menakut-nakuti

Tegas dalam artian tidak plin-plan, konsisten menegakkan aturan, dan berani bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan.

e. Dekat dengan anak didik

(31)

Kedekatan akan memciptakan hubungan batin dan keakraban dalam bergaul. Anak didik tidak takut bertanya dan berkonsultasi masalah yang dihadapi kepada guru.

2. Akhlakul Karimah 1) Pengertian Akhlak

Akhlak secara etimologis (lughatan) akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangi, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khalaq (pencipta), makhluk (yang menciptakan) dan khalq (penciptaan). (Yunahar Ilyas :2006)

Secara terminologis (ishthilaban) ada beberapa definisi tentang akhlak yaitu :

a. Imam al-Ghazali: akhlak adalah sifat yang tertanam dalam yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

b. Ibrahim Anis: akhlak sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

c. Abdul Karim Zaidan: akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buru, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.

(32)

Ketiga definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. (Yunahar Ilyas :2006)

2) Sumber Akhlak

Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Dalam keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah al-Qur'an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.

Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan Mu’tazilah.

Hati nurani atau fitrah dalam bahasa al-Qur'an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah Suhbana Wata’ala memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya















































Artinya :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S Ar-Rum :30)

(33)

Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran Mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran. Oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak dapat diserahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. Harus dikembalikan kepada penilaian syara’. Semua keputuan syara’ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia karena kedua duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah Suhbana Wata’ala. (Yunahar Ilyas :2006)

Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), objektif, komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah al-Qur'an dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.

3) Ruang Lingkup Akhlak

Muhammad ‘Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Akhlak fi al-Islam membagi ruang lingkup akhlak kepada lima bagian :

1. Akhlak pribadi (al-akhlak al-fardiyah). Terdiri dari: yang diperintahkan (al-awamir), yang dilarang (an-nawahi), yang dibolehkan (al-mubahat) dan akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).

(34)

2. Akhlak berkeluarga (al-Akhlak al-usariyah). Terdiri dari : kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa al-ushul wa al-furu’), kewajiban suami istri (wajibat-baina al-azwaj) dan kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-aqarib).

3. Akhlak bermasyarakat (al-akhlak al-ijtima’iyyah). Terdiri dari : yang dilarang (al-mahzhurat). Yang diperintahkan (al-awamir) dan kaedah- kaedah adab (qawa’id al-adab).

4. Akhlak bernegara (akhlak ad-daulah). Terdiri dari : hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina ar-rais wa as-sya’b), hubungan luar negeri ( al-‘alaqat al-kharijiyyah).

5. Akhlak beragama (al-akhlak ad-diniyyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah Suhbana Wata’ala (wajibat nahwa Allah).

Di dalam pembahasan ini Yunahar Ilyas, membagi pembahasan ini menjadi 6 yaitu :

a) Akhlak terhadap Allah Suhbana Wata’ala

b) Akhlak terhadap Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam c) Akhlak pribadi

d) Akhlak dalam keluarga e) Akhlak bermasyarakat f) Akhlak bernegara

4) Ciri-Ciri Akhlak Karimah dalam Islam

Akhlak dalam Islam paling sedikit memiliki lima ciri-ciri khas yaitu:

(35)

a) Akhlak Rabbani

Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam al-Qur'an dan Sunnah. Di dalam al-Qur'an terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlak, baik yang teoritis maupun yang praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi, amat banyak jumlahnya yang memberikan pedoman akhlak.

sifat Rabbani dari akhlak juga menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia kini, dan di akhirat nanti.

Ciri Rabbani juga menegaskan bahwa akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Al-Qur'an mengajarkan :





































“Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu mengikutinya, jangan kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa.”(QS. Al-An’am:153)

b) Akhlak Manusiawi

Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi

(36)

manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. akhlak Islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.

c) Akhlak Universal

Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun horisontal. Sebagai contoh al- Qur'an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua kedua orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun secara tersembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak yatim, mengurangi takaran dan timbangan, membebani orang lain kewajiban melampaui kekuatan-nya, persaksian tidak adil, dan mengkhianati janji dengan Allah (QS. Al-An’am)

d) Akhlak Keseimbangan

Ajaran akhlak dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang menitikberatkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitikberatkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa

(37)

nafsunya. Manusia memiliki naluriah hewani dan juga ruhaniah Malaikat.

e) Akhlak Realistik

Ajaran akhlak dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lain, tetapi manusia mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan material dan spiritual. Dengan kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan dan pelanggaran.

Oleh karena itu Islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan umtuk memperbaiki diri dengan bertaubat.

Allah Suhbana Wata’ala berfirman :



...





















“Barang siapa terpaksa, (bukan karena membangkang dan sengaja) melanggar aturan, tiadalah ia berdosa. Sungguh Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Al-Maa-idah : 3)

5) Pendidikan Akhlakul Karimah

Keluarnya undang-undang tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas), yakni UU no. 20 tahun 2003, menegaskan kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional kita. Pada pasal 3 UU ini ditegaskan,

(38)

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya. Disini kami tuturkan yang terpenting, ialah:

1. Meluasnya lingkungan pikiran, yang telah dinyatakan oleh “Hebert Spencer” akan kepentingannya yang besar untuk meninggikan akhlak.

Lingkungan pikiran itu sempit, menimbulkan akhlak yang rendah seperti apa yang kita lihat pada orang yang bersifat kesaya–sayaan, yang tidak suka kebaikan kecuali untuk dirinya dan tidak melihat dalam dunia ini, orang yang pantas mendapatkan kebaikan kecuali dia.

Cara mengobati penyakit ini ialah dengan meluaskan pandangannya sehingga mengetahui harga dirinya di dalam masyarakat.

2. Berkawan dengan orang yang terpilih. Setengah dari yang dapat mendidik akhlak ialah berkawan dengan orang yang terpilih, karena manusia itu suka mencontoh seperti mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian mereka, juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan berperangai dengan akhlak mereka. Maka berkenaan dengan orang–

(39)

orang yang berani dapat memberikan ruh keberanian pada jiwa orang penakut, dan banyak dari orang pandai pikirannya.

3. Membaca dan menyelidiki para pahlawan dan yang berpikir luar biasa. Dan banyak orang yang terdorong mengerjakan perbuatan yang benar, karena membaca hakekatnya adalah orang benar dan yang berhubungan dengan semacam in ialah perumpamaan dan hikmah kiasan, banyak mempengaruhi kepada jiwa dan lebih dekat pada pikiran.

4. Yang lebih penting memberi dorongan kepada pendidikan akhlak ialah supaya orang mewajibkan dirinya melakukan perbuatan baik bagi umum, yang selalu diperhatikan olehnya dan dijadikan tujuan yang harus dikerjakannya sehingga berhasil.

5. Apa yang kita tururkan di dalam “kebiasaan” tentang menekan jiwa melakukan perbuatan yang tidak ada maksud kecuali menundukkan jiwa, dan menderma dengan perbuatan tiap–tiap hari dengan maksud membiasakan jiwa agar taat dan memelihara kekuatan penolak sehingga diterima ajaran baik dan ditolak ajaran buruk.

(40)

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. (Sugiyono, 2010)

Pokok penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Adapun kerangka pikir didalamnya adalah : analisis kompetensi kepribadian yang dimiliki seorang guru di SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Kompetensi kepribadian guru akan memberi pengaruh terhadap kondisi Akhlak siswa.

Berdasarkan kajian pustaka ada beberapa kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa yaitu: 1) pribadi mantap, kemantapan pribadi seorang yang akan ditiru dan di gugu sangatlah penting dari itu guru menyiapkan diri sebaik-baiknya dalam memberikan pelajaran kepada siswa baik langsung maupun tidak langsung. 2) berakhlak mulia, guru adalah cerminan dari siswa. Penampilan bahasa serta ucapan guru akan menjadi perhatian siswa. Maka guru yang baik akan bertindak yang hanif, sopan dan santun kepada siswanya tampa memandang bagaimana latar belakang siswanya. ketika akhlak guru baik maka siswanya akan baik. Pribadi ini yang akan membangun peradaban bangsa. Karenanya guru hendak memperhatikan akhlak dalam mengajar. 3) arif , sikap dewasa dan kebijaksanaan guru menampilkan kemandirian dan etos kerja yang baik serta disiplinnya akan menjadi tolak bagi siswa dalam bertindak. 4) berwibawa, perilaku yang memberi pengaruh positif dan di segani siswa.

(41)

Beberapa sikap konkrit yang bisa diberikan oleh guru sebagai seorang pribadi yang berakhlakul karimah seperti: 1) bertanggung jawab, 1) sabar dan tidak emosional dan mengajar dan mendidik siswa, 3) lemah lembut dan berkata dan memperlakukan siswa. 4) tegas dan tidak menakut-nakuti, 5) dekat dengan siswa.

Beberapa hal di atas dapat menjadi bahan penilaian ada atau tidak adanya kompetensi kepribadian dalam diri guru tersebut. Setelah menyelidiki hal tersebut maka Ada 2 kemungkinan yang muncul sebagai pengaruh dari kepribadian seorang guru yaitu : siswa berakhlakul mazmumah dan siswa berakhlakul karimah. Kedua kondisi inilah yang ingin di pastikan oleh peneliti sebagai hasil temuan dari Penelitian.

(42)

Gambar 2.1 kerangka Pikir

Kompetensi Guru

Kompetensi Guru Kepribadian

Guru memiliki Kompetensi Kepribadian

Siswa Berakhlakul Karimah Siswa Berakhlakul Mazmumah

Temuan Kepribadian Siswa

(43)

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan melalui jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. (Sugiyono, 2011: 96)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik akan membangun akhlakul karimah siswanya.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian dalam penulisan karya ilmiah mutlak diperlukan agar alur penulisan karya tersebut betul-betul sistematis, tidak simpang siur sehingga alur permasalahan dan penyelesaian masalahnya dapat ditulis dengan lancar dan sempurna. Metode penelitian menurut Moelong (2006:43) adalah seperangkat cara dalam proses yang sistematis diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya (Sukardi:2006). Peristiwa atau fenomena yang akan digambarkan/ dideskripsikan dalam penelitian adalah kompetensi kepribadian guru bidang Studi dalam membangun akhlakul karimah siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar.

B. Variabel Penelitian

Arikunto (2006:116) mengatakan variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi dalam penelitian. Variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Arikunto (2006:119) menjelaskan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi sedangkan variabel terikat adalah variabel luar yang merupakan variabel akibat. Penelitian ini menganalisis kompetensi kepribadian guru bidang studi sebagai variabel bebas (variabel X) dan

31

(45)

akhlakul karimah siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar sebagai variabel terikat (variabel Y). Lebih jelasnya variabel penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel bebas (X) Variabel terikat (Y) Kompetensi kepribadian

guru bidang Studi

Akhlakul karimah siswa Tabel 3.1: Variabel bebas dan terikat

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (1997: 57) "populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya". Definisi lain dikemukakan oleh Arif Tiro (2008: 4) bahwa

"Populasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aspek tertentu dari ciri, fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan sekumpulan objek atau subjek mulai dari ciri, fenomena, atau konsep (dengan karakterisitik tertentu) yang menjadi pusat perhatian (untuk dianalisis).

Populasi dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Yaitu 41 orang guru bidang Studi dan 195 siswa untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 3.2 dan tabel 3.3 dibawah ini.

(46)

Daftar nama-nama guru dan siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar

No Bidang Studi

Jenis Kelamin

Jumlah

P L

1. Aqidah 2 2 4 orang

2. AlQur’an 2 2 4 Orang

3. Hadist 2 2 4 Orang

4. Aqidah akhlak - 2 2 Orang

5. Bahasa inggris 2 - 2 Orang

6.

Kemuhmadiyahan/

SKI (tarkih)

- 2 2 Orang

7. Geografi 1 1 2 Orang

8. Seni budaya - 2 2 Orang

9. Komputer 2 2 orang

10. Biologi - 2 2 orang

11. PKN 1 1 2 orang

12. Fisika 1 1 2 orang

13. Matematika 1 2 3 orang

14. Bahasa indonesia 1 1 2 orang

15. Penjaskes 1 1 2 orang

16. Tadarus 2 2 4 orang

Jumlah 16 25 orang 41 orang

Tabel 3.2 : Sumber daftar nama-nama tenaga edukatif pada sekolah swasta 2014.

(47)

Jumlah siswa (i) di SMP UNISMUH Makassar adalah sebagai berikut :

No Kelas Jenis Kelamin

Jumlah

P L

1 VII A 29 - 29 Orang

2 VII B1 - 22 22 Orang

3 VII B2 - 22 22 Orang

4 VIII A 27 - 27 Orang

5 VIII B1 - 21 21 Orang

6 VIII B2 - 22 22 Orang

7 IX A 28 - 28 Orang

8 IX B - 24 24 Orang

Jumlah 84 111 195

Tabel 3.3:Sumber data siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar tahun 2014

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili (Sugiyono, 2012: 62).

Sampel merupakan sejumlah anggota yang dipilih atau diambil dari suatu populasi (Arif Tiro :2008). Adapun teknik sampling yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Proporsional sampling yakni sampel pembagian secara representatif b. Random (pengambilan sampel secara acak)

(48)

Untuk pengambilan sampel digunakan rumus:

1) Untuk guru :

Proporsi populasi = Jumlah keseluruhan guru x proporsional

= 41 x 20% = 8,2 = 8 (dibulatkan) orang guru Sampel guru = Jumlah keseluruhan guru x proporsi populasi 2) Untuk siswa

Proporsi populasi = Jumlah keseluruhan siswa x proporsional

= 195 x 15% = 29,25 = 30 orang siswa

Sampel siswa = jumlah keseluruhan siswa x proporsi populasi Jadi jumlah keseluruhan sampel adalah 8 orang guru bidang Studi dan 30 orang siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Keseluruhan sampel adalah 38 orang.

D. Definisi Operasional Variabel

Sedarmayanti (2006:52) mengatakan bahwa definisi operasional adalah definisi yang terdapat dalam hipotesis, atau definisi yang pada intinya merupakan penjabaran lebih lanjut secara lebih konkrit dan tegas dari suatu konsep. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Analisis

Analisis adalah tindakan yang dilakukan untuk menguraikan sebuah masalah dengan bagiannya. Analisis penelitian ini adalah menguraikan kompetensi yang dimiliki oleh guru bidang yakni kompetensi kepribadian yang menekankan pada akhlakul karimah.

(49)

b. Kompetensi kepribadian guru

Kompetensi adalah karakteristik seseorang yang berkaitan dengan penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang mengarah kepada kinerja dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan profesinya. Karakteristik yang dimaksud dalam proposal ini adalah kemampuan guru dalam menerapkan kepribadian yang baik sehingga dengan dapat membangun siswa yang berakhlakul karimah.

c. Akhlakul karimah siswa

Akhlakul karimah adalah perilaku baik yang dimiliki oleh seseorang, yang tertanam dalam jiwanya sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah melakukannya tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru bidang studi dalam membangun akhlakul karimah siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan yaitu tahap permulaan suatu kegiatan sebelum peneliti mengadakan penelitian (observasi) langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data, misalnya membuat proposal skripsi, mengurus surat izin

(50)

untuk mengadakan penelitian kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya dilakukan penyusunan instrumen penelitian yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti berupa penyusunan angket.

2. Tahap pelaksanaan

Hal yang dilakukan dalam hal ini yakni melakukan penelitian di lapangan guna memperoleh data konkrit dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu pemberian angket pada guru serta memperoleh data siswa.

3. Tahap pengolahan data

Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian di sekolah dengan menggunakan perhitungan statistik deskripsi dan statistik inferensial.

4. Tahap pelaporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan penelitian yang dilakukan dalam bentuk finalisasi penelitian dengan menuangkan hasil pengolahan, analisis, dan kesimpulan tersebut kedalam bentuk tulisan yang disusun secara konsisten, sistematis dan metodologis.

Gambaran singkat penelitian adalah melakukan observasi lapangan di SMP Muhammadiyah Makassar, menunjuk guru yang menjadi sampel penelitian, mengajukan beberapa pertanyaan lisan dan tertulis kepada guru yang bersangkutan mengenai karakteristik kepribadian yang baik, mengamati keadaan siswa yang menjadi binaan guru yang ditujukan. Mengumpulkan data dan melakukan analisis data yang terkumpul.

(51)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner), wawancara dan pengamatan (observasi).

1. Angket atau kuesioner

Arikunto (2006: 225) angket merupakan “sebuah pertanyaan- pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”

Teknik angket adalah salah satu cara untuk mengumpulkan data atau informasi kompetensi kepribadian guru dan akhlak siswa menggunakan serangkaian pertanyaan yang diajukan secara tertulis.

Adapun rangkaian kegiatan dalam membuat angket adalah :

a) Merumuskan tujuan yang diinginkan sebagai alat pengumpul data kompetensi guru dan akhlak siswa.

b) Mengidentifikasi masalah yang menjadi materi angket dan dijabarkan ke dalam susunan kalimat-kalimat pertanyaan.

c) Susunan kalimat pertanyaan harus disesuaikan dengan kemampuan guru dan akhlak siswa. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti, jelas dan tidak bermakna ganda.

d) Keempat, dituntut kreatifitas penyusun angket agar diperoleh objektifitas jawaban.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai. (Sugiyono, 2010: 134-135).

(52)

Jadi angket yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daftar pernyataan dan pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk memperoleh informasi mengenai kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru bidang dalam membangun akhlakul karimah siswa di SMP Muhammadiyah 1 Makassar.

Angket yang dimaksud terdiri dari 3 jenis yaitu Angket penilaian kepribadian guru, Angket penilaian siswa terhadap kepribadian guru serta angket kepribadian siswa itu sendiri. Jumlah angket guru terdiri dari 35 Soal. Soal tersebut berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif dengan 5 (lima) karakteristik penilaian. Setiap karakteristik di ajukan 7 pernyataan. Angket penilaian kepribadian guru dan angket penilaian kepribadian siswa terdiri dari 20 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan menyangkut 5 karakteristik dasar guru yang diharapkan, yaitu : kepribadian yang mantap dan stabil, kepribadian yang dewasa, Kepribadian yang arif, kepribadian yang berwibawa dan berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik. Setiap karakter penilaian kepribadian yang diharapkan masing-masing diajukan 4 pertanyaan : Uraian karakteristik penilaian dapat dilihat dalam tabel berikut :

(53)

1. Kriteria penilaian kompetensi kepribadian guru bidang studi

No. Kriteria Penilaian Soal

1. Kepribadian yang mantap dan stabil 1, 5, 9, 10, 29, 30, 33 2. Kepribadian yang dewasa 2, 4, 14, 18, 19, 20, 21 3. Kepribadian yang arif 11, 22, 24, 23, 26,32,34 4. Kepribadian yang berwibawa 3, 12, 13, 16, 27, 28, 35 5. berakhlak mulia dan teladan bagi

peserta didik

6, 7, 8,15, 17, 25, 31

Tabel 3.4 : Kriteria penilaian instrument kompetensi kepribadian guru bidang Studi

2. Kriteria penilaian kompetensi kepribadian guru oleh siswa

No. Kriteria Penilaian Soal

1. Kepribadian yang mantap dan stabil 1, 7, 10, 16

2. Kepribadian yang dewasa 2, 9, 17, 20,

3. Kepribadian yang arif 3, 5, 8, 11,

4. Kepribadian yang berwibawa 4, 12, 15, 19 5. berakhlak mulia dan teladan bagi

peserta didik

6, 13, 14, 18

Tabel 4.5 : Penilaian siswa terhadap kompetensi kepribadian guru bidang studi di SMP Muhammadiyah 1 Makassar

3. Kriteria penilaian akhlakul karimah siswa

No. Kriteria Penilaian Soal

1. Kepribadian yang mantap dan stabil 1, 7, 10, 16

2. Kepribadian yang dewasa 2, 9, 17, 20,

3. Kepribadian yang arif 3, 5, 8, 11,

4. Kepribadian yang berwibawa 4, 12, 15, 19 5. berakhlak mulia dan teladan bagi

peserta didik

6, 13, 14, 18

Tabel 3.6 : Kriteria kepribadian siswa di SMP Muhammadiyah 1 Makassar

(54)

Untuk keperluan analisis kuantitatif guru bidang Studi, maka jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:

2) Respon sangat setuju diberikan skor empat (4) 3) Respon setuju diberikan skor tiga (3)

4) Respon kurang setuju diberikan skor dua (2) 5) Respon tidak setuju diberikan skor satu (1)

Sedangkan pertanyaan negatif diberi skor dengan sebaliknya.

Jumlah skor keseluruhan item untuk setiap responden menyatakan skor yang dicapai oleh responden tersebut.

Untuk keperluan analisis kuantitatif kompetensi guru dari siswa dan kepribadian siswa, maka jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:

1) Respon ya diberikan skor empat (4) 2) Respon jarang diberikan skor tiga (3) 3) Respon jarang sekali diberikan skor dua (2) 4) Respon tidak Pernah diberikan skor satu (1)

Sedangkan pertanyaan negatif diberi skor dengan sebaliknya.

Jumlah skor keseluruhan item untuk setiap responden menyatakan skor yang dicapai oleh responden tersebut. Untuk lebih detailnya Angket dapat diihat dalam tabel dibawah ini tabel yang terlampir.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan

(55)

makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2012: 317).

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut (Sugiyono, 2012: 197), wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersususun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek.

G. Tekhnik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada tujuan penelitian yang sudah dirumuskan yaitu : untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara kompetensi kepribadian guru dan akhlak siswa.

(56)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data korelasi product moment. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis gambaran variabel, sementara teknik analisis korelasi product moment digunakan sebagai alat untuk menarik kesimpulan ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Secara khusus, analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung ukuran pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

1. Analisis deskriptif

Adapun analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan rumus sebagai berikut:

a. Mean atau rata-rata Me =∑ .

Dimana:

Me = Mean untuk data bergolongan

∑ = Jumlah data / sampel

= produk perkalian antara fi pada tiap interval data dengan tanda kelas (xi). Tanda kelas (xi) adalah rata-rata dari nilai terendah dan tertinggi setiap interval data.

b. Rentang data

Rentang data (range) dapat diketahui dengan jalan mengurangi data yang terbesar dengan data terkecil yang ada dalam kelompok itu. Rumusnya adalah:

(57)

R = xt- xr

Dimana:

R = Rentang

xt = Data terbesar dalam kelompok xr = Data terkecil dalam kelompok c. Jumlah kelas interval

Jumlah kelas interval dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

K =1 + 3,3 log n Dimana:

K = jumlah kelas interval n = jumlah data observasi log= logaritma

d. Panjang kelas

Panjang kelas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P = Dimana:

P = panjang kelas R = Rentang

K= jumlah kelas interval e. Standar deviasi

S = ∑ ( ̅)

( )

Referensi

Dokumen terkait

Demikianlah Pengumuman Penetapan Calon Pemenang Pelelangan ini dibuat, sekiranya ada sanggahan dari masyarakat maupun rekanan penyedia barang/jasa lainnya dapat

[r]

Sehubungan dengan dokumen penawaran yang saudara/i telah sampaikan untuk Pekerjaan Pengadaan Sistem Kelistrikan Hatchery (DAK 2015+Pendamping) dan berdasarkan hasil

Rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi terapeutik antara perawat kepada pasien skizofrenia dengan

Dengan karunia dan hidayah serta anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “MAKNA LOGO BARU XL AXIATA (ANALISIS SEMIOTIK

Penderita osteoporosis dapat mengalami patah tulang, meskipun dari tekanan yang kecil, sehingga perlu perhatian sejak dini supaya tidak menjadi masalah kesehatan yang

Yang menjadi bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga bisa dirumuskan

Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami