PROGRAM STUDI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JURNAL PUBLIKASI
OLEH
RISMA ERNAWATI S 157011265
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
ANALISIS YURIDIS TERHADAP NOTARIS YANG BERTINDAK SEBAGAI PERANTARA BERKAITAN DENGAN JUAL BELI TANAH
RISMA ERNAWATI S ABSTRACT
The notary acting as an intermediary relating to the sale and purchase of land violates the provisions of UUJN, Oath of Notary Public, and Notary Code of Conduct, for violating the principle of impartiality which may affect the honor and dignity of the notary. From that case the Regional Board should report to the Regional Honor Board that there has been a violation of the Code of Conduct conducted by its members. Furthermore, the Regional Honorary Board shall take immediate action by holding a session of the Regional Ethics Council to discuss allegations against such violations. The Notary Supervisory Board and the Supervisory Board of Notary shall conduct guidance and supervision of a notary public, by conducting notarial notary by the Notary Organization in order that UUJN, Notary Oath Notary, and Notary Code of Conduct can be enforced.
Keywords: Notary, Intermediary, UUJN, Oath of Official Notary, and Code of Conduct Notary Public
I. PENDAHULUAN
Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Akta yang dibuat dihadapan notaris merupakan bukti otentik, bukti paling sempurna, dengan segala akibatnya.1
Jabatan notaris adalah jabatan umum atau publik karena notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, notaris menjalankan tugas negara, dan akta yang dibuat, yaitu minuta (akta asli) adalah merupakan dokumen negara. Pejabat umum adalah pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh kekuasaan umum (pemerintah) dan diberi wewenang serta kewajiban untuk melayani publik dalam hal-hal tertentu, karena itu ia ikut melaksanakan kewibawaan pemerintah.2
Notaris sebagai pejabat umum berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya dalam melaksanakan jabatannya. Tidak dapat dipungkiri seiring dengan perkembangan zaman, notaris semakin mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat yang
1Andasasmita Komar, Notaris Dalam Praktek Hukum, (Bandung: Alumni , 1983), hal. 64
2R. Soesanto, Tugas, Kewajiban, Dan Hak-Hak Notaris, Wakil Notaris, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1982), hal. 75
meliputi berbagai hubungan bisnis, kegiatan dibidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial dan lain sebagainya.
Notaris diwajibkan untuk menghindari larangan-larangan dalam menjalankan jabatan tersebut. Sebagai Jabatan dan Profesi yang terhormat Notaris mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan baik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur notaris, yaitu UUJN maupun peraturan perundang-undangan lainnya.
Berdasar pada nilai moral dan etik notaris, maka pengembanan jabatan notaris adalah pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan tidak memihak dalam bidang kenotariatan yang pengembanannya dihayati sebagai panggilan hidup bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama manusia demi kepentingan umum serta berakar dalam penghormatan terhadap martabat manusia pada umumnya dan martabat notaris pada khususnya.3
Bekal ilmu kenotariatan dan moral yang mumpuni merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam rangka melaksanakan profesi mulia yang diembannya.
Pemahaman notaris terhadap aspek yuridis dan aspek etis akan menjadikan notaris kaum profesional yang mampu mengikuti perkembangan hukum dalam menjawab permasalahan hukum aktual yang terjadi dimasyarakat. Pada aspek yuridis, notaris perlu memahami semua bidang hukum, baik hukum publik maupun hukum privat.
Sementara pada aspek etis ia harus memahami tentang nilai-nilai etik yang terkandung dalam Kode Etik Notaris, maupun nilai-nilai etik yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang kemudian mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 berikut peraturan-peraturan pelaksananya.
Melihat minat masyarakat yang cukup besar terhadap profesi notaris membuat persaingan antara notaris untuk mendapatkan klien semakin ketat terlebih dikota-kota besar, sehingga banyak Notaris yang mulai mencoba melakukan kegiatan usaha lain disamping menjalankan tugas jabatannya, salah satunya dengan menjadi pemberi jasa kepengurusan dokumen maupun produk
3Budiono Herlien, Notaris dan Kode Etiknya, Upgrading & Refreshing Course Nasional Ikatan Notaris Indonesia, Medan, 30 Maret 2007, hal.3
administratif lainnya. Bidang tersebut banyak diminati oleh Notaris, karena mereka telah mengetahui seluk beluk kepengurusan tersebut.4
Bidang usaha lain yang sering diminati oleh notaris adalah sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah karena notaris sering melakukan perbuatan hukum dengan masyarakat sehingga sering diminta bantuannya dalam pengurusan-pengurusa dokumen maupun produk administasi lainnya dan untuk itu notaris mendapat bayaran sebagai tambahan penghasilan disamping tugas jabatannya sebagai notaris. Apalagi hal ini dilatarbelakangi pengetahuan notaris dalam bidang pertanahan, karena pada umumnya seorang notaris juga menjabat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah. Baik dengan memberikan jasa pengurusan dokumen, maupun dengan menjadi makelar dalam proses jual beli tanah, yang menjadi orientasi utama bagi notaris yang menjalankan hal tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan atau tambahan pendapatan.5Hal-hal seperti inilah yang dapat menyebabkan notaris terjerumus dan melakukan pelanggaran-pelanggaran baik pelanggaran terhadap Undang –Undang Jabatan Notaris, pelanggaran Sumpah Jabatan Notaris, dan juga Kode Etik.
Salah satu kasus dimana notaris sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah yaitu kasus Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi pada tanggal 22 Februari 2008. Dalam kasus tersebut Notaris FS sebagai saksi karena telah bertindak sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah pada pengadaan tanah Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Jabatan notaris melekat dalam diri seorang notaris karena sebagai pejabat publik harus bisa menjaga harkat, martabatnya, dan sikap/tingkah laku dari profesi yang disandangnya. Notaris dalam melakukan kegiatan usaha lainnya, apabila tidak berhati-hati dalam melakukan kedua pekerjaan tersebut dapat saja terjerumus menjadi menyalahi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang jabatan notaris maupun kode etik profesinya, atau bahkan dapat terjerat kedalam tindak pidana, karena notaris tersebut tidak lagi fokus dalam menjalankan jabatannya sebagai seorang notaris. Akibatnya terjadi kesalahan-kesalahan dalam
4Inkiriwang Virany, Notaris dalam Menjalankan Jabatannya Bertindak Sebagai Makelar Tanah dan Pengurusannya Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang JabatanNotaris, (Tesis Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, Depok, 2010), hal. 6.
5Ibid
pembuatan akta.sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pembuatan akta tidak menutup kemungkinan notaris akan berhadapan dengan pihak berwajib.
Kebanyakan mereka dipanggil untuk dijadikan sebagai saksi, meski ada yang berlanjut menjadi tersangka dan tidak tertutup kemungkinan menjadi terdakwa.
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan tugas kewenangan dan jabatannya?
2. Bagaimana Notaris sebagai pejabat umum bertindak sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah?
3. Bagaimana penerapan sanksi terhadap Notaris yang bertindak sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah?
II. Metode Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan didalam gejala yang bersangkutan.6
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi dalam penelitian ini dipergunakan penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan suatu ruang lingkup yang luas sekaligus memberi batasan- batasan yang tegas. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Yuridis Normatif, yaitu metode penelitian yang menggunakan cara berfikir deduktif dan berdasarkan kepada kebenaran koheren dalam menemukan kebenaran.
2. Sumber Data Penelitian
A. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan atau bahan- bahan hukum yang mengikat dan berlaku umum, yang terdiri dari :
a. Kitab Undang- Undang Hukum Perdata
b. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
6Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1981), hal. 43.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
d. Bahan dari luar undang-undang yakni Kode Etik Notaris (I.N.I).
B. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan pakar hukum serta bahan dokumen-dokumen lainnya.
C. Bahan hukum Tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, majalah/jurnal atau surat kabar sepanjang memuat informasi yang relevan dengan materi penelitian ini.7
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research).
b. Penelitian Lapangan (Field Research).
4. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data adalah merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan.8
Setelah semua data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library Research) serta data pendukung yang diperoleh dari penelitian lapangan (field Research), maka dilakukan pemeriksaan dan evaluasi untuk mengetahui keabsahannya dan validitasnya, kemudian data diseleksi, diolah dan dikelompokkan atas data yang sejenis, dianalisis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melihat kecenderungan yang ada.
III. HASIL PENELITIAN
Pengertian Notaris dan Peranan dan Peranannya Dalam Masyarakat Notaris merupakan salah satu organ negara yang mendapat amanat dari sebagian tugas dan kewenangan negara yaitu tugas, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat umum dibidang
7Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1985), hal. 23.
8 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 103.
keperdataan. Jabatan yang diemban notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang dan masyarakat, untuk itulah notaris harus bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan selalu menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran jabatannya. Dalam menjalankan jabatannya notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah hidup dan berkembang dimasyarakat, selain dari adanya tanggung jawab dan etika profesi, adanya integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh seorang notaris.
Keterlibatan notaris tidak sekedar legalisasi suatu akta namun menyangkut substansi akta.9 Hal ini bisa terjadi ketika notaris sebagai pihak yang semestinya netral melakukan hal-hal tertentu yang menyebabkan salah satu pihak diuntungkan dan di satu sisi dirugikan dengan akta notariil tersebut.
Ketidaknetralan notaris dalam membuat suatu akta ini dapat menjadikan notaris dikenai tanggung jawab atas materi akta yang dibuatnya.
Setiap masyarakat membutuhkan seseorang (figuur) yang keterangannya dapat diandalkan, dapat dipercayai, yang tanda tangannya serta segelnya (capnya) memberi jaminan dan bukti kuat, seoerang ahli yang tidak memihak dan penasehat yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau unimpeachable), yang tutup mulut, dan membuat suatu perjanjian yang dapat melindunginya dihari-hari yang akan datang.10
Berkenaan dengan kewenangan notaris ada tiga hal pokok yang penting dalam pelaksanaan UUJN, yaitu mengenai kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang menjadi landasan filosofis dibentuknya UUJN. Kebutuhan akan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dewasa ini makin meningkat sejalan dengan tuntutan perkembangan hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global. Undang-Undang Jabatan Notaris merupakan unifikasi dibidang pengaturan jabatan notaris, artinya satu-satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur jabatan notaris di Indonesia.11
9Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, (Yogyakarta: UII Press, 2009), hal. 70.
10Tan Tong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek notaris, cetakan I(Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve, 2007), hal.444.
11Komar Andasasmita, Notaris Selayang Pandang, (Bandung: Alumni, 1983), hal. 2.
Keterikatan Notaris Terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, Sumpah Jabatan Notaris, dan Kode Etik Notaris.
Notaris adalah sebuah sebutan profesi untuk seseorang yang telah mendapatkan pendidikan hukum yang dilisensi oleh pemerintah untuk melakukan hal-hal hukum, khususnya sebagai saksi penandatanganan pada dokumen.
Keterikatan notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya dimulai semenjak notaris diangkat dan diambil sumpahnya sebagai seorang notaris oleh Menteri, dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Notaris sebagai pejabat umum dan sebagai organisasi profesi dalam menjalankan tugasnya wajib mengangkat sumpah. Sumpah merupakan persyaratan formal yang harus dijalani sebelum memulai menjalankan tugasnya.
Dalam sumpah jabatan, notaris akan melaksanakan jabatan dengan amanah, jujur, seksama, mandiri dan tidak berpihak, menjadi dasar karakter seorang notaris.
Dengan bertindak sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah, notaris telah melanggar sumpah jabatannya sebagai Notaris yang seharusnya bersikap tidak memihak seperti termuat dalam salah satu isi sumpah jabatan notaris yaitu menjalankan jabatannya dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak berpihak; serta bahwa notaris akan menjaga sikap, tingkah laku, dan akan menjalankan kewajibannya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawabnya sebagai notaris. Seharusnya Notaris berada diposisi yang netral dan berada di luar dari para pihak yang melakukan perbuatan hukum.
Seorang profesional yang mencintai profesinya sebagai jabatan mulia senantiasa menjalankan jabatannya dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian terhadap martabat kemanusiaan serta senantiasa mematuhi kode etik profesi sehingga ia dipercaya dan dihormati bukan karena kemampuan intelektualnya semata tapi juga karena memiliki integritas diri dan komitmen moral atas jabatan yang disandangnya.
Etika profesi adalah bagian dari etika sosial, yaitu filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang kewajiban dan tanggung jawab sebagai umat manusia.12 Setiap profesi yang dijalankan dengan landasan moral yang baik dan senantiasa
12Magnis Suseno, Etika Sosial, Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: APTIK Gramedia, 1991). Hal. 9
menjunjung tinggi etika profesi akan menciptakan penghargaan dan kepercayaan terhadap penyandang profesi tersebut dari masyarakat yang dilayaninya.
Dengan adanya kode etik, kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat semakin kuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode etik profesi juga penting sebagai sarana kontrol sosial. Agar kode etik profesi dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka paling tidak ada dua syarat yang mesti dipenihi. Pertama, kode etik itu harus dibuat oleh profesi itu sendiri, kode etik tidak akan efektif kalau diterima begitu saja dari atas, dari instansi pemerintah atau instansi lain, karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Kedua, agar kode etik itu berhasil dengan baik maka pelaksanaannya harus diawasi terus menerus.13
Kode etik adalah kaidah moral yang ditentuka oleh perkumpilan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “Perkumpulan” berdasar kepurtusan kongres perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dari yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, termasuk didalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.14 Kasus dari Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada tanggal 22
Februari 2008 (PUTUSAN 98 PK/Pid.Sus/2009).
Dalam Perkara tersebut dua orang pejabat Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menjadi terdakwa karena dinilai telah menyalahgunakan wewenang mereka dengan membiarkan notaris dan seorang broker proyek melaksanakan pengadaan tanah. Notaris Fenny Sulifadarti (FS) menjadi perantara jual beli tanah tersebut dengan pemilik tanah bernama Lasiman, Komarudin, dan Indrawan.
Dalam kasus tersebut Notaris FS berperan sebagai saksi karena turut terlibat dalam proyek pengadaan tanah Bapeten tersebut yaitu sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah. Keterlibatan FS yang bertindak sebagai perantara berkaitan dengan jual beli pengadaan tanah tersebut dapat dilihatdalam fakta persidangan diantaranya:
13K. Bartens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal. 113.
14Kode Etik Notaris, Ikatan Notaris Indonesia (INI) Bab I, Pasal 1, hal. 1.
1. Tindakan FS yang berhubungan dengan penjualan;
2. Tindakan FS yang berhubungan dengan pembelian;
3. Tindakan FS yang terlihat dengan Pembayaran langsung jual beli tersebut.
Tindakan yang berhubungan dengan penjualan dapat dilihat bahwa FS telah melakukan proses jual beli sesuai dengan surat kuasa yang diberikan oleh pemilik tanah kepada FS. Pemilik tanah merasa awam dalam hal proses jual beli tanah sehingga memberikan kuasa kepada FS yang dianggap lebih mengetahui seluk beluk proses jual beli tanah dan FS ternyata berprofesi sebagai notaris di Kabupaten Bogor sehingga ia menyerahkan pengurusannya kepada Notaris FS.
Tindakan FS juga berhubungan dengan penjualan tanah dapat dilihat bahwa FS langsung melakukan proses jual beli kepada pihak pembeli tanpa mempertemukan pihak penjual dan pihak pembeli seperti terlihat dari barang bukti berupa aplikasi transfer Bank Mandiri dari rekening proyek PKS BAPETEN ke Bank Jabar atas nama Fenny Sulifadarti. dan tindakan yang berhubungan dengan pembayaran dapat dilihat dari adanya kwitansi penyerahan uang pembelian tanah kepada FS.
Pelarangan Notaris Sebagai Perantara Berkaitan Dengan Jual Beli Tanah.
Jabatan yang diemban notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang diamanatkan oleh undang-undang dan masyarakat (klien), untuk itulah seorang notaris harus bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan selalu menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran jabatannya. Sebab apabila hal tersebut diabaikan oleh seorang notaris maka akan berbahaya bagi masyarakat umum yang dilayaninya. Dalam menjalankan jabatannya notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah hidup dan berkembang di masyarakat, selain dari adanya tanggung jawab dan etika profesi, adanya integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh seorang notaris.
Ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris
Berdasar pada nilai moral dan etik notaris maka pengembanan jabatan notaris adalah pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan tidak memihak dalam bidang kenotariatan yang pengembanannya dihayati sebagai panggilan hidup bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama manusia
demi kepentingan umum serta berakar dalam penghormatan terhadap martabat manusia pada umumnya dan martabat notaris pada khususnya. Keberpihakan seorang notaris yang merangkap menjadi perantara berkaitan dengan jual beli tanah terlihat dimana notaris sudah diberi kuasa otomatis dia akan memihak kepada si pemberi kuasa.15Hal ini juga ditegaskan pada Pasal 52 (1) UUJN.
Perantara memang tidak disebutkan secara spesifik sebagai larangan jabatan notaris sebagaimana disebutkan dalam Pasal 17 huruf c, d, e, f, g, dan h UUJN sebagaimana tersebut diatas. Namun kita tidak boleh melupakan salah satu esensi dalam pasal tersebut yang tidak kalah penting yakni sebagaimana diatur dalam pasal yang sama yaitu ketentuan huruf i dari pasal tersebut, disebutkan bahwa notaris dilarang melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan notaris. Sedangkan dalam kasus tersebut notaris berfungsi sebagai penghubung antara penjual dan pembeli dalam proses jual beli tanah.
Tidak sepatutnya notaris melakukan tindakan tersebut karena seharusnya posisi notaris berada di luar dari hubungan antara penjual dan pembeli, bukan berada ditengah-tengah mereka sebagai penghubung penjual dan pembeli, serta ikut ambil bagian dalam kesepakatan jual beli tersebut. Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris.
Pelanggaran Sumpah Jabatan Notaris
Sebagai pejabat umum, notaris diangkat oleh Menteri, sebelum menjalankan jabatannya, notaris wajib mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya dihadapan Menteri.16
Hal ini berkaitan dengan keyakinan secara langsung vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat pribadi. Pertanggungjawaban seperti ini dapat dilihat dari kalimat yang tercantum dalam sumpah/janji jabatan notaris, yaitu “Demi Allah, saya bersumpah”. Oleh karena itu, bagaimana implementasi pertanggungjawaban spriritual ini akan bergantung kepada diri notaris yang bersangkutan. Hanya Tuhan Yang Maha Esa dan diri sendiri yang tahu.
15Wawancara dengan Notaris Lindawani Girsang (Majelis Pengawas Notaris Daerah Kota Medan), tanggal 16 Agustus 2017.
16Hartanti Sulandari, dan Nisya Rifani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, (Jakarta:
Dunia Cerdas, 2013), hal. 31
Pertanggungjawaban spiritual ini seharusnya mewarnai dalam setiap tindakan/perbuatan setiap orang ketika menjalankan tugas jabatannya. Artinya, apa yang notaris perbuat bukan hanya dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, melainkan juga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ketentuan Kode Etik Notaris
Kewajiban etis seorang notaris sebagaimana diatur dalam Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia (INI), yakni dalam Pasal 3 angka 2 dan 3 adalah bahwa notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris wajib menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan notaris serta menjaga dan membela kehormatan perkumpulan. Selain itu notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris juga berkewajiban bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan notaris (angka 4).
Kewajiban Notaris Dalam Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabatnya.
Seorang profesional yang mencintai profesinya sebagai jabatan mulia senantiasa menjalankan jabatannya dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian terhadap kepentingan umum, yang berakar pada penghormatan terhadap martabat kemanusiaan serta senantiasa mematuhi kode etik profesi, sehingga ia dipercaya dan dihormati bukan karena kemampuan intelektualnya semata tetapi juga karena memiliki integritas diri dan komitmen moral atas jabatan yang disandangnya.
Segala tingkah laku notaris baik di dalam maupun di luar menjalankan jabatannya harus selalu memperhatikan peraturan hukum yang berlaku, dan yang tidak kalah penting juga Kode Etik Notaris. Notaris dalam melakukan tugasnya selalu mengindahkan ketentuan undang-undang.
Profesi notaris sebagaimana telah diterangkan dapat dilihat dalam perspektifnya secara integral. Melalui perspektif terintegrasi ini maka profesi notaris merupakan profesi yang berkaitan dengan individu, organisasi profesi, masyarakat pada umumnya dan negara. Tindakan notaris akan berkaitan dengan elemen-elemen tersebut oleh karenanya suatu tindakan yang keliru dari notaris
dalam menjalankan jabatannya tidak hanya merugikan notaris itu sendiri namun dapat juga merugikan organisasi profesi, masyarakat, dan negara.17
Notaris sebagai pejabat umum harus senantiasa menyadari bahwa ia diangkat oleh penguasa bukan hanya untuk kepentingannya sendiri melainkan juga untuk kepentingan masyarakat.
Sanksi Notaris Terhadap Tindakan Sebagai Perantara Berkaitan Jual Beli Tanah.
Seiring dengan adanya tanggung jawab notaris kepada masyarakat, maka haruslah dijamin adanya pembinaan, pengawasan, dan perlindungan yang terus menerus agar tugas notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangan atau kepercayaan yang diberikan.18
Dari kasus yang terjadi terhadap Notaris FS sebagai saksi dalam persidangan kasus dugaan korupsi pada Bapeten dalam kaitan pengadaan tanah melalui Notaris FS, seharusnya Pengurus Daerah melaporkan pada Dewan Kehormatan Daerah telah terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik yang dilakukan oleh anggotanya. Selanjutnya Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan terhadap pelanggaran tersebut. Sanksi yang diberikan oleh Dewan Kehormatan daerah kepada Notaris FS adalah pemberhentian sementara dari keanggotaan orgaanisasi.
Pengawasan dan Pembinaan Notaris.
Majelis Pengawas sebagai suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris juga diberi wewenang untuk menyelenggarakan Kode Etik Notaris (Pasal 70 huruf a UUJN). Pemberian wewenang seperti itu telah memberikan wewenang yang sangat besar kepada Majelis Pengawas.
Adanya pemberian wewenang seperti itu kepada Majelis Pengawas Notaris merupakan suatu bentuk pengambilalihan wewenang dari Dewan Kehormatan Notaris. Pelanggaran atas Kode Etik harus diperiksa oleh Dewan Kehormatan Notaris sendiri tidak perlu diberikan kepada Majelis Pengawas,
17Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia (Perspektif Hukum dan Etika), (Yogyakarta: UII Press, 2009), hal. 48.
18Winanto Wiryomartani, Tuigas dan Kewenangan Majelis Pengawas Notaris, Makalah disampaikan pada acara Kongres Ikatan Notaris Indonesia, pada tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar, Sulawesi Selatan.
sehingga jika Majelis Pengawas menerima laporan telah terjadi pelanggaran Kode Etik Notaris, sangat tepat jika laporan seperti itu diteruskan kepada Dewan Kehormatan Noataris untuk diperiksa dan diberikan sanksi oleh Dewan Kehormatan Notaris atau dalam hal ini Majelis Pengawas harus memilah dan memilih laporan yang menjadi kewenangan dan laporan yang menjadi kewenangan Dewan Kehormatan Notaris. Kehormatan organisasi notaris salah satunya yaitu dapat mengontrol perilaku para anggotanya sendiri dan memberikan sanksi kepada yang terbukti melanggar.19
Majelis Pengawas Notaris
Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas meliputi pengawasan terhadap pelanggaran kode etik notaris yang berakibat langsung terhadap masyarakat atau dianggap merugikan orang-orang yang menggunakan jasa notaris. Dalam melaksanakan pengawasan tersebut Majelis Pengawas Notaris pun berwenang untuk menerima laporan langsung dari masyarakat atas dugaan terjadinya pelanggaran jabatan maupun kode etik yang dilakukan oleh notaris.
Dari tiga jenjang pengawasan, yakni MPP, MPW, dan MPD adalah merupakan ujung tombak pengawasan dan pembinaan yang turut serta langsung berhubungan dengan notaris, serta MPD pula yang langsung berhubungan dengan masyarakat, termasuk izin pemanggilan oleh pihak penyidik baik kejaksaan maupun kepolisian. Sebagai garda paling depan MPD juga akan menjadi pertaruhan baik atau buruk dari seluruh institusi ini.20
Majelis Kehormatan Notaris
Peran MKN sangat diperlukan untuk memberikan suatu pembinaan dan perlindungan hukum bagi notaris agar dapat terhindar dari permasalahan hukum yang dapat menjatuhkan institusi notaris sebagai lembaga kepercayaan bagi masyarakat. Kehadiran MKN diharapkan dapat memberikan suatu bentuk perlindungan hukum yang optimal bagi notaris serta dapat memberikan pembinaan secara preventif maupun kuratif dalam penegakan UUJN dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai pejabat umum.
19Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, cet. 1, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hal.144-145.
20Agus Anwar, MPD dalam Keterbatasan, “Padamu Negeri Kami Berbakti”, Renvoi, Jembatan Informasi Rekan, Majalah Berita Bulanan Notaris, PPAT, dan Hukum, Nomor: 10.58.v, tanggal 3 Maret 2008, hal. 33.
Peranan Majelis Kehormatan Notaris dalam memberikan persetujuan kepada penegak hukum ketika memeriksa notaris yang diduga melakukan pelanggaran hukum pidana saat menjalankan jabatannya jika dikaji dari teori efektifitas menurut Soerjono Soekanto dapat dilihat dari 4 (empat) unsur yaitu:21 Peraturan; Aparatur; Pelaksanaan; Kondisi Masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto bahwa peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pejabat berwenang harus bersifat mengikat dan memaksa supaya tujuan pembentukan undang-undang tersebut berjalan efektif.22 Hal ini didasarkan pada kewenangan yang dimiliki oleh Majelis Kehormatan Notaris merupakan amanat dari peraturan perundang-undangan yang harus dilaksanakan dan diimplementasikan di masyarakat.
Majelis Kehormatan Notaris dalam memberikan persetujuan kepada penegak hukum ketika memeriksa notaris yang diduga melakukan pelanggaran hukum pidana saat menjalankan jabatannya, jika dilihat dari aturan hukum yang mengatur tentang kewenangan Majelis Kehormatan Notaris pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 7 Tahun 2016 tentang Majelis Kehormatan Notaris terhadap peraturan tersebut sudah efektif dan berjalan dengan baik.
Di dalam ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris disebutkan bahwa untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris Wilayah (MKNW). Pasal tersebut secara jelas menentukan tentang lembaga yang memberikan persetujuan untuk dapat dipanggilnya dan/atau diambilnya Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris. Berdasarkan ketentuan Pasal 66A maka dalam proses memberikan persetujuan MKNW harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 70 huruf a UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, yaitu dengan menyelenggarakan sidang terlebih dahulu untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran jabatan notaris terhadap seorang notaris.
21Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 98.
22Ibid., hal. 99
Dewan Kehormatan Notaris
Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebagai suatu badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihkan dalam Perkumpulan yang bertugas untuk: melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik; memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung; memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan notaris.
Dewan Kehormatan Notaris berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran terhadap kode etik dan menjatuhkan sanksi kepada notaris yang sengaja dan terbukti melanggar. Namun Dewan Kehormatan Notaris juga bertugas untuk melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik; Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan masyarakat secara langsung; Memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan notaris.
Kewenangan sanksi terhadap anggota notaris hanya diberikan kepada Pengurus Pusat sampai pada sanksi pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat dari anggota perkumpulan, namun hal tersebut harus didasarkan atas usulan Dewan Kehormatan Pusat kepada Pengurus Pusat INI. Mekanisme pemeriksaan dapat dilakukan secara berjenjang, Dewan Kehormatan Daerah dapat melakukan pemeriksaan tingkat pertama, dan hasilnya dapat dilaporkan ke Dewan Kehormatan Wilayah, selanjutnya Dewan Kehormatan Wilayah menindaklanjuti laporan laporan Dewan Kehormatan Daerah, dan Dewan Kehormatan Wilayah dapat melakukan pemeriksaan berdasarkan berdasarkan hasil pemeriksaan Dewan Kehormatan Daerah, dan selanjutnya dapat ditindaklanjuti kepada Dewan Kehormatan Pusat. Setelah melakukan pemeriksaan berkas-berkas terkait dari hasil pemeriksaan Dewan Kehormatan Daerah dan Dewan Kehormatan Wilayah maka Dewan Kehormatan Pusat dapat meneruskan sampai kongres perkumpulan organisasi INI. Kemudian berdasarkan keputusan kongres, Pengurus Pusat membuat keputusan, jika itu terkait dengan sanksi berat
misalnya pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat dari perkumpulan INI maka keputusan tersebut dapat dilaporkan oleh Pengurus Pusat kepada Menteri melalui Direktur Perdata atau langsung Dirjen AHU yang membidangi jabatan jabatan notaris. Laporan tersebut juga disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah, dan Majelis Pengawas Daerah serta instansi lainnya yang menurut pertimbangan Pengurus Pusat perlu mendapat laporan.
Pembinaan Notaris oleh Organisasi Notaris
Sistem pendidikan yang tepat merupakan jaminan regenerasi notaris yang berkualitas. Oleh karena itu Ikatan Notaris Indonesia mempunyai perhatian tersendiri atas masalah pendidikan. Pendidikan Notaris pada hakikatnya adalah pendidikan profesi yang mengedepankan keterampilan (skills), bukan pendidikan akademik yang mengutamakan pengetahuan (knowledge). Pengetahuan tetap diperlukan seorang Notaris agar bisa mengikuti perkembangan dinamika hukum dan kemasyarakatan yang terus berkembang. Pengetahuan juga menjadi bekal meningkatkan status Notaris sebagai ahli hukum, bukan sekedar “tukang”
membuat akta.
Ikatan Notaris Indonesia melalui Dewan Kehormatan hendaknya harus dapat memastikan bahwa anggotanya memahami dengan baik dan jelas kode etik notaris itu. Dengan demikian terdapat satu kesepahaman, yang nantinya dapat menunjang penegakan kode etik bagi para anggotanya. Ujian Kode Etik dijalankan sebagai salah satu parameter kesiapan menjadi notaris, berdampingan dengan pelatihan dan pengembangan kesiapan mental dan spiritual agar tercipta karakter notaris Indonesia yang lebih kokoh dan idealis, dalam menghadapi jaman yang semakin pragmatis, instant, dan penuh dengan persaingan.
Sebelum mengikuti ujian Kode Etik, mahasiswa yang baru tamat harus terlebih dahulu mengikuti ujian sebagai Anggota Luar Biasa (ALB), setelah dinyatakan lulus langsung melaksanakan magang di kantor Notaris selama 2 (dua) tahun selanjutnya barulah mengikuti ujian Kode Etik. Kegiatan ujian Kode Etik merupakan program yang diamanatkan oleh pengurus pusat yang diselenggarakan secara serentak di beberapa kota di seluruh Indonesia, dan maksud tujuan dilaksanakan ujian ini adalah untuk menciptakan notaris yang memiliki
komitmen, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, mempunyai ijin, menguasai undang-undang dan ilmu hukum dan integritas yang kokoh.
Dalam pelaksanaan program ini, pengurus pusat melibatkan pengurus wilayah dimana ujian kode etik tersebut dilangsungkan. Ujian Kode Etik merupakan prasyarat yang harus ditempuh supaya bisa diangkat sebagai notaris.
Ujian Kode Etik Notaris terbagi menjadi 2 (dua) bahagian, yaitu ujian tertulis dan ujian lisan/tatap muka dan wawancara menyangkut Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Kode Etik dan UUJN. Soal-soal yang diujikan adalah dari Pengurus Pusat IkatanNotaris Indonesia dari Jakarta, akan tetapi untuk tatap muka/wawancara oleh pengurus diwilayah mana ujian tersebut dilaksanakan.
Kemudian hasil ujian tertulis dan lisan tersebut dijadikan sebagai bahan acuan/pedoman pengurus pusat Ikatan Notaris Indonesia untuk memutuskan seorang Magister Kenotariatan menjadi seorang notaris.
Kemajuan dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak naiknya tuntutan terhadap profesionalisme notaris. Lembaga hukum baru dan perjanjian-perjanjian baru akan senantiasa muncul mengiringi gegap gempita kemajuan disegala bidang tersebut. Oleh karena itu notaris hendaknya mampu menjawab tantangan tersebut dengan tetap memperbaiki kualitas diri notaris itu sendiri.
Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Pusat mengatur pertemuan rutin, up grading/pembekalan dan penyegaran pengetahuan (refreshing course) secara berkala untuk berbagi informasi dan membicarakan isu-isu terkini yang strategis, misalnya sosialisasi peraturan terbaru, dengan mengundang narasumber dan stakeholder yang terkait, merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Ikatan Notaris Indonesia. Pembinaan moral anggota notaris sangat berkaitan erat dengan kecerdasan spiritual, yakni kemampuan orang untuk membedakan kebajikan dan keburukan dan kesanggupan untuk memilih atau berpihak pada kebajikan, serta dapat merasakan nikmatnya berbuat baik.
Orang dengan kecerdasan spiritual tinggi akan merasakan kenikmatan spiritual tiada tara tatkala ia sanggup berbuat jujur, lurus, adil, meskipun akibatnya secara material atau secara duniawi mungkin ia harus menanggung kerugian. Dengan senantiasa menghidupkan hati nurani, menghadirkan Tuhan dalam kesadaran jiwa
dan menjadikan Tuhan sebagai pusat orientasi semua tindakan. Kecerdasan intelektual dan emosi membawa orang pada kesuksesan, kecerdasan spiritual membawa orang kepada kebajikan.
Dalam rangka pembinaan moral anggota notaris, Ikatan Notaris Indonesia Wilayah Sumatera Utara melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan misalnya mengadakan acara berbuka puasa bersama, halal bin halal, bagi yang beragama Islam, ataupun mengadakan Perayaan Natal bersama bagi yang beragama Nasrani.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Notaris sebagai Pejabat Umum berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya. Dalam menjalankan tugas, kewenangan, dan jabatannya sebagai notaris harus tunduk kepada Undang-Undang Jabatan Notaris, Sumpah Jabatan, dan Kode Etik Notaris.
2. Notaris sebagai pejabat umum bertindak sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah merupakan perbuatan yang mencoreng citra jabatan notaris.
Profesi seorang notaris tidak lepas dari individu pribadinya. Notaris tersebut telah melanggar ketentuan UUJN, Sumpah Jabatan, dan Kode Etik Notaris, karena melanggar prinsip ketidakberpihakan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan notaris.
3. Penerapan sanksi terhadap individu pribadi sebagai perantara berprofesi notaris dapat melanggar ketentuan Kode Etik, dan Dewan Kehormatan dapat saja memberikan sanksi yang berupa pemecatan sementara dari keanggotaan Perkumpulan.
B. Saran
1. Sebaiknya larangan sebagai perantara berkaitan dengan jual beli tanah juga diatur didalam Undang-Undang Jabatan Notaris.
2. Hendaknya notaris dalam menjalankan tugas jabatannya dapat bertindak jujur dan menjunjung tinggi kehomatan dan martabat jabatan notaris.
3. Dewan Kehormatan Notaris Harus lebih tegas lagi dalam penerapan sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik.
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, Habib dan Sjaifurrachman, 2011, Aspek Pertanggungajawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Bandung, Mandar Maju
Agus Anwar, MPD dalam Keterbatasan, “Padamu Negeri Kami Berbakti”, Renvoi, Jembatan Informasi Rekan, Majalah Berita Bulanan Notaris, PPAT, dan Hukum, Nomor: 10.58.v, tanggal 3 Maret 2008.
Andasasmita, Komar, 1983, Notaris Selayang Pandang, Bandung, Alumni ---, 1983, Notaris Dalam Praktek Hukum, Bandung, Alumni Bartens, K, 1997, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
GhofurAnshori, Abdul, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia (Perspektif Hukum dan Etika), Yogyakarta, UII Pres
Inkiriwang Virany, 2010, Notaris dalam Menjalankan Jabatannya Bertindak Sebagai Makelar Tanah dan Pengurusannya Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, Depok
Lubis, M. Solly, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju Lumban Tobing, G.H.S, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga Marzuki, Peter Muhammad, 2005, Penelitian Hukum, Surabaya, Fakultas Hukum Airlangga
Lexy J. Moleong, 2004, Metode Penelitian Kualitatif,Bandung, Penerbit Remaja Rosdakarya
Notodisoerjo, R. Soegondo, Hukum Notaris di Indonesia, Suatu Penjelasan, Jakarta, Rajawali
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang dan Di Masa Mendatang, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Setiawan, Wawan, 2004, Notaris Profesional dan Ideal, Media Notariat, Edisi Mei-Juni
Singarimbun, Masri, dkk, 1999, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES Soekanto, Soerjono, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Pers
---, 2003, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Soemitro, Ronny H, 1982, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghali Subekti,R dan R. Tjitrosudibio, 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cet. 39, (Jakarta: Pradnya Paramita), hal. 475.
Sulihandari, Hartanti, dan Nisya Rifiani, 2013, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Jakarta, Dunia Cerdas
Suryabrata, Suwandi, 1998, Metodelogi Penelitian, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Suseno, Magnis, 1991, Etika Sosial, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta, APTIK Gramedia
S, H.R. Otje Salman, dan Anton F. Susanto, 2005, Teori Hukum, Bandung, Refika Aditama
Tan Thong Kie, 2007, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Cetakan I, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta
Tomo, “Rangkap Makelar Tanah Langgar Kode Etik Profesi Notaris”, RENVOI No. 10/58 Maret Th. 05/2008
Wiryomartani, Winanto, Tugas dan Kewenangan Majelis Pengurus Notaris, Makalah Pada Acara Kongres Ikatan Notaris Indonesia, Pada Tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar, Sulawesi Selatan
B. Perundang-undangan:
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN)
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang Majelis Kehormatan Notaris
Kode Etik Jabatan Notaris, Ikatan Notaris Indonesia (INI), Kongres Luar Biasa Banten, Mei 2015
Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata