• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN KANONIKAL INDEKS GLOBAL DAN EKONOMI MAKRO DENGAN INDEKS PASAR MODAL INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN KANONIKAL INDEKS GLOBAL DAN EKONOMI MAKRO DENGAN INDEKS PASAR MODAL INDONESIA"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN KANONIKAL INDEKS GLOBAL DAN EKONOMI MAKRO DENGAN INDEKS

PASAR MODAL INDONESIA

T E S I S

Oleh

AFRIZA AMIR 127019040

MAGISTER ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS HUBUNGAN KANONIKAL INDEKS GLOBAL DAN EKONOMI MAKRO DENGAN INDEKS

PASAR MODAL INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh

AFRIZA AMIR 127019040

MAGISTER ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(3)

Judul Tesis : A N A L I S I S HU B U N GA N KO NO NI KA L I N DEKS GL OB A L D A N E KO NOM I M A KR O D E N GA N I N D E KS P AS A R MO D AL I N DON E S I A

Nama Mahasiswa : Afriza Amir Nomor Pokok : 127019040

Program Studi : Magister Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Isfenti Sadalia, ME) (Dr.Khaira Amalia Fachruddin, MBA, AK) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA)

Tanggal lulus : 3 Maret 2015

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : : 3 Maret 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Isfenti Sadalia, ME

Anggota : 1. Dr.Khaira Amalia Fachruddin, MBA, AK 2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS

3. Dr. Parapat Gultom, M.SIE 4. Prof.Dr.Pasaman Silaban

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

ANALISIS HUBUNGAN KANONIKAL INDEKS GLOBAL DAN EKONOMI MAKRO DENGAN INDEKS

PASAR MODAL INDONESIA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Medan, 3 Maret 2015

Afriza Amir

(6)

ANALISIS HUBUNGAN KANONIKAL INDEKS GLOBAL DAN EKONOMI MAKRO DENGAN INDEKS

PASAR MODAL INDONESIA

ABSTRAK

Pasar modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Bursa Efek Indonesia sebagai pasar modal Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Perkembangan Pasar modal Indonesia (Indeks LQ45 dan Indeks IHSG) mempunyai hubungan yang erat dengan Indeks global dan ekonomi makro. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan kanonikal indeks global (indeks Dow Jones dan Indeks EIDO) dan ekonomi makro (nilai tukar rupiah dan suku bunga SBI) dengan indeks pasar modal Indonesia (Indeks LQ45 dan Indeks IHSG). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada periode 2011 sampai dengan 2013 yang terdiri dari 36 bulan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi kanonikal dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini adalah indeks global (indeks Dow Jones dan EIDO) dan ekonomi makro (nilai tukar rupiah dan suku bunga SBI) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap indeks pasar modal Indonesia (LQ45 dan IHSG), dengan koefisien kanonikal weight yang sempurna untuk LQ45 (1,00) dan hampir sempurna untuk IHSG (0,98). Hal ini berarti bahwa indeks Dow Jones, EIDO, nilai tukar rupiah, suku bunga SBI mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap LQ45 dan IHSG yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 sampai dengan 2013. Secara individual Indeks Dow Jones (0,67), EIDO (0,54) dan Nilai Tukar Rupiah (0,37) mempunyai hubungan yang positif indeks dengan pasar modal Indonesia (LQ45 dan IHSG), yang berarti bila Indeks Dow Jones, EIDO, dan Nilai Tukar Rupiah tinggi, maka Indeks LQ45 dan IHSG akan tinggi, atau sebaliknya bila Indeks Dow Jones, EIDO, dan Nilai Tukar Rupiah rendah, maka Indeks LQ45 dan IHSG akan rendah. Sebaliknya suku bunga SBI (-0,29) mempunyai hubungan yang negatif dengan indeks pasar modal Indonesia (LQ45 dan IHSG), yang berarti bila suku bunga SBI tinggi, maka Indeks LQ45 dan IHSG akan rendah, atau sebaliknya bila Suku Bunga Indonesia rendah, maka Indeks LQ45 dan IHSG akan tinggi Kata Kunci: Kanonikal, Indeks Dow Jones, Indeks EIDO, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar

Rupiah

(7)

ANALYSIS OF CANONICAL CORRELATION GLOBAL INDEX AND MACRO ECONOMIC WITH INDONESIA CAPITAL MARKET INDEX

ABSTRACT

The capital market is one of the place (media) that provide investment opportunities for individual and institutional investors. Indonesia Stock Exchange as the Indonesian capital market has 11 types of stock price index that is continuously disseminated through print and electronic media, as one of the guidelines for investors to invest in the stock market. Indonesian capital market development (LQ45 index and IHSG index) has a close relationship with global index and macroeconomic. This study was conducted to examine the canonical correlation global indices (Dow Jones Index and EIDO Index) and macroeconomic (exchange rate and interest rate SBI) with the Indonesian capital market indices (LQ45 index and IHSG index). The sample used in this study is limited to the period 2011 to 2013 consisting of 36 months. Data analysis method used is the canonical correlation analysis with a significance level of 5%. The results of this study are global indexes (Dow Jones and EIDO) and macroeconomic (exchange rate and interest rate SBI) has a significant influence on the Indonesian stock market index (LQ45 with IHSG). This means that the Dow Jones, EIDO, exchange rate, interest rate SBI influence or determine LQ45 and IHSG are listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2011 to 2013. Individual Dow Jones Indexes, Exchange Rate, and SBI rates has a very high positive effect on stock market indices Indonesia (LQ45 with IHSG), due to the relative stability of these three variables. While EIDO low positive influence because there is still high interest of investors in the United States. For this necessary effort more effective for companies to engage in EIDO for promoting their shares in the United States.

Keywords: canonical, Dow Jones, EIDO Index, Interest Rates, Exchange Rate

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ke hadirat Allah SWT yang dengan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Hubungan Kanonikal Indeks Global Dan Ekonomi Makro Dengan Indeks Pasar Modal Indonesia” sebagai tugas akhir pada Program Magister Sains Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Isi tesis ini menganalisis hubungan Kanonikal Indeks Global (Indeks Dow Jones dan Indeks EIDO) Dan Ekonomi Makro (nilai tukar rupiah dan suku bunga SBI) dengan Indeks Pasar Modal Indonesia (Indeks LQ45 dan Indeks IHSG)

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Drs. Subhilhar,M.A.,Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, Ca, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen dan Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA sel;aku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan serta kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan studi ini.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Khaira Amalia Fachruddin, MBA. Ak. Selaku Dosen Pembimbing II yang selama ini telah banyak memberikan dorongan dan bimbingan serta saran saran sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, Dr. Pasaman Silban, dan Dr. Parapat Gultom, selaku Komisi Pembanding yang tekah banyak memberikan saran untuk perbaikan tesis ini.

(9)

6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrsi Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, yakni ayahanda Amiruddin (alm) dan ibunda Fathahiah, abangda Abdul Rahman dan seluruh keluarga besar serta teman- teman: Qisty Anindiati, S.Ps, M.Psi, Faisal Syahrizal, Agung, dan Saddam yang telah memberikan do’a dan dukungannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2012, khususnya Rifky, Hilma, Adiyusfan, dan Anas, yang telah sama-sama berjuang dengan penulis, dalam menyelesaikan studi dan telah memberikan banyak bantuan dan dukungan yang luar biasa.

Penulis menyadari bahwa tesis masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat menjadi lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis memohon agar Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini. Amiin.

Medan, Januari 2015 Penulis,

AFRIZA AMIR NIM. 127019040

(10)

RIWAYAT HIDUP

Afriza Amir dilahirkan di Binjai pada tanggal 15 Oktober 1990 dari pasangan bapak Amiruddin (alm.) dam ibu Fathahiah sebagai anak kedua dari dua bersaudara.

Belum menikah. Alamat tempat tinggal Jl. Sei batang Serangan No. 23 Stabat

Pendidikan dimulai pada tahun 1996 di SDN 050659 Stabat (lulus tahun 2002), MTsN 1 Stabat (lulus tahun 2005), SMA Persiapan Stabat (lulus tahun 2008), mahasiswa di Universitas Setia Budi Mandiri Medan (lulus tahun 2012), dan tahun 2012 melanjutkan ke Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 13

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Pasar Modal Indonesia ... 15

2.1.1 Pengertian Pasar Modal ... 14

2.1.2 Produk atau Instrumen Pasar Modal ... 18

2.2. Indeks Indonesia ... 20

(12)

2.2.2 Indeks Harga Saham Gabunga ……….. 22

2.3 Indeks Global ... 26

2.3.1 Indeks Dow Jones ... 27

2.3.2 EIDO ... 28

2.4. Makro Ekonomi ... 30

2.4.1 Nilai Tukar Rupiah ... 31

2.4.2 Suku Bunga SBI... ………. 34

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 35

2.6 Kerangka Pemikiran ... 39

2.7 Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III : METODE PENELITIAN... 42

3.1. Jenis Penelitian ... 42

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

3.3. Batasan Operasional. ... 42

3.4. Definisi Operasional Variabel ... 43

3.5. Populasi dan Sampel ... 44

3.6. Jenis Data ... 44

3.7. Metode Pengumpulan Data. ... 44

3.8. Teknik Analisis Data ... 44

3.9. Uji Asumsi Korelasi kanonikal ... 47

(13)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Hasil Penelitian... 51

4.1.1 Deskripsi DataVariabel Penelitian ... 58

4.1.2 Pengujian Asumsi Korelasi Kanonikal ... 55

4.2. Pembahasan. ... 63

4.2.1 Pengujian secara Individual………. 63

4.2.1 Pengujian Secara Kelompok……… 62

4.2.3 Interpretasi Kanonikal Variates……… 66

4.2.4 Pembahasan Hasil Penelitian………... 70

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 79

Lampiran ... 81

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Kepemilikan Saham EIDO ... 10

2.1 Daftar Nama Kepemilikan Perusahan di EIDO ... 29

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37

4.1 Perkembangan Indeks Dow Jones Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 51

4.2 Deskripsi Perkembangan Indeks Dow Jones Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 52

4.3 Perkembangan Indeks EIDO Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 52

4.4 Deskripsi Perkembangan Indeks EIDO Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 53

4.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 54

4.6 Deskripsi Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Januari 2011 s/d Desember 2013... 54

4.7 Perkembangan Suku Bunga SBI Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 55

4.8 Deskripsi Perkembangan Indeks Dow Jones Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 56

4.9 Perkembangan Indeks LQ45 Januari 2011 s/d Desember 2013... 56

4.10 Deskripsi Perkembangan Indeks LQ45 Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 57

4.11 Perkembangan Indeks IHSG Januari 2011 s/d Desember 2013... 57

4.12 Deskripsi Perkembangan Indeks IHSG Januari 2011 s/d Desember 2013 ... 58

4.13 Hasil Uji Linieritas ... 60

4.14 Hasil Uji Normalitas ... 61

4.15 Hasil Uji Multikolinieritas ... 62

4.16 Perhitungan Korelasi Kanonikal ... 64

4.17 Perhitungan Signifikansi Korelasi Kanonikal ... 65

(15)

4.18 Hasil perhitungan secara bersama-sama dengan empat prosedur ... 65

4.19 Hasil Perhitungan Koefisien Kanonikal Standar untuk dependen variabel ... 67

4.20 Hasil Perhitungan Koefisien Kanonikal Kasar untuk Kovariats ... 67

4.21 Hasil Perhitungan Koefisien Kanonikal Standar Untuk Kovariats ... 68

4.22 Hasil perhitungan kanonikal loading untuk dependen variat ... 69

4.23 Hasil perhitungan korelasi covariat dan variabel kanonikal ... 70

DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman 2.1 Set Variabel Penelitian ... 41

3.1 Kerangka Penelitian ... 47

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Data Variabel Penelitian ... 81

2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 82

3 Uji Asumsi Korelasi Kanonikal ... 83

4 Korelasi Kanonikal ... 87

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembiayaan dari sebuah perusahaan diperoleh dari dua sumber yaitu sumber dari dalam perusahaan (internal) berupa laba dan dari luar perusahaan (eksternal) berupa hutang dan penerbitan sekuritas oleh perusahaan. Jika hutang melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity ratio (perbandingan antara hutang dan modal sendiri), maka biaya modal perusahaan tidak lagi minimum. Akibatnya hutang menjadi tidak efektif lagi sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Alternatif lain yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan sumber pembiayaan adalah menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) dan surat tanda kepemilikan (saham) melalui pasar modal. Sumber pendanaan melalui saham dianggap paling murah sebagai sumber dana karena mempunyai risiko paling kecil dibandingkan sumber lainnya. (Sa’adah dan Panjaitan, 2006).

Pasar modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang menarik bagi para akademisi dan praktisi pasar untuk mempelajarinya. Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam unsur yang berada disekitarnya.

Semakin pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian maka semakin sensitif dan

(18)

banyak faktor yang ikut mempengaruhi pasar modal. Isu seputar masalah ekonomi, sosial, politik, lingkungan maupun hak azasi manusia tentu tidak dapat dipisahkan begitu saja dari pasar modal. Meskipun isu masalah sosial dan politik tidak mempunyai kaitan langsung terhadap aktifitas pasar modal, namun sering kali isu tersebut justru mampu mengguncangkan bursa dunia.

Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi kepada investor yang tertarik kepada perusahaan tersebut. Untuk menarik penjual dan pembeli berpartisipasi, pasar modal harus bersikap liquid dan efisien. Suatu pasar modal bisa dikatakan liquid jika pembeli dapat membeli dan penjual dapat menjual surat berharga dengan cepat secara formal. Pasar modal yang efisien diartikan sebagai pasar yang harga-harga sekuritasnya secara cepat bereaksi dan secara penuh mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.

Pasar modal bagi investor merupakan alternatif investasi yang memberikan return yang optimal. Untuk itu seorang investor membutuhkan informasi yang dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Informasi mengenai perkembangan harga saham dan volume perdagangan maupun informasi lain menjadi pedoman dalam mengambil keputusan. Ketersediaan informasi yang lengkap menyebabkan investor

(19)

akan mudah menentukan keputusan. Banyak informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik laporan keuangan maupun pengumuman lain seperti pengumuman dividen, right issue, stock split, maupun informasi lainnya. Umumnya perusahaan emiten menggunakan pembayaran dividen sebagai sinyal kepada pelaku pasar. Dengan meningkatkan nilai dividen yang dibayar, perusahaan emiten.

Salah satu pasar modal tersebut adalah Bursa Efek Indonesia. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Sekarang ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Salah satu jenis indeks tersebut adalah LQ45 yaitu indeks yang menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan, sehingga LQ45 dapat menggambarkan dan mewakili pasar saham di Indonesia (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:28). Di LQ45, banyak perusahan yang keluar dan masuk secara bergantian dikarenakan tingkat liquiditas, kapitalisasi pasar, dan saham perusahaan yang berfluktuasi.

Selain LQ45, maka beberapa indeks harga saham lainnya di Bursa Efek Indonesia memiliki suatu indeks gabungan yang disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan

(20)

(IHSG). Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG pada mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif. Namun krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai IHSG sebesar 50 persen dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang.

Periode sebelum 1990, pasar modal di Indonesia belum berkembang karena umumnya perusahaan menerima dana dari bank terutama bank pemerintah. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai akhir tahun 1988 baru 24 perusahaan. Pasar modal di Indonesia baru berkembang setelah pemerintah mengeluarkan Pakto 1988 dan Pakdes 1988 yang berisi tentang kebijakan-kebijakan untuk mendorong perkembangan pasar modal. Pada akhir 1989, sebanyak 56 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dan terus meningkat dari tahun ke tahun hingga menjadi 330 perusahaan pada akhir 2005 (Sa’adah dan Panjaitan, 2006).

Setelah pertengahan 2008 lalu, indeks perdagangan menguat signifikan dari low Desember 2008 di kisaran 128,647, mengiringi pemulihan ekonomi global sampai tahun

(21)

2010 ini. Namun memasuki tahun 2010, muncul permasalahan baru yang berpotensi menghambat pemulihan ekonomi global, yaitu krisis hutang zona Eropa terutama berasal dari negara Yunani. Hal tersebut memberikan tekanan yang berarti di tengah bullish-nya bursa saham global, termasuk bursa saham Indonesia.

Setelah mencapai low 128,647 pada Desember 2008 lalu, indeks perdagangan seiring dengan IHSG melejit tajam di tahun 2009. Indeks perdagangan telah meroket sekitar 114% sampai akhir 2009 di kisaran 275,758 dan kembali menguat mencapai level tertingginya sementara ini di kisaran 358,73 di bulan April 2010 ini. Namun beberapa minggu terakhir, indeks perdagangan merosot cukup tajam, tercatat per tanggal 20 Mei 2010 sempat mencapai kisaran 302,986 atau anjlok sekitar 5,54% dari level tertinggi April 2010.

Khususnya sektor perdagangan IHSG, prospeknya masih cukup bagus tahun ini karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat. Di tahun 2014, Bank Indonesia memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia dapat mencapai 5,8-5,9%. Proyeksi World Bank juga tidak berbeda jauh, di mana mereka memproyeksi ekonomi Indonesia akan bertumbuh sebesar 5,3% di tahun 2014 (www. Republika.co.id, Jakarta).

Sementara itu, Ekonom Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014 kemungkinan masih akan tumbuh di level 5,75 persen. Hal tersebut dikarenakan bank sentral masih menerapkan kebijakan

(22)

moneter yang ketat, salah satunya dengan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) pada level yang cukup tinggi, bahkan diperkirakan berlanjut dalam jangka waktu cukup lama. “Untuk mencapai (pertumbuhan ekonomi) 6 persen sulit, tapi ruang buat tumbuh kira-kira bisa di level 5,75 persen ini cukup memadai, karena BI ingin membenahi volatilitas pasar keuangan di dalam negeri, tapi level itu juga cukup stabil (www.

Republika.co.id, Jakarta).

Pertambahan perusahaan yang mencatatkan saham (emiten) dan pertumbuhan ekonomi nasional sangat mendukung aktivitas di bursa saham. Pergerakan indeks saham dapat dilihat lewat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada tahun 1985, IHSG hanya mencapai 66,53 poin dan terus meningkat sampai dengan akhir tahun 1996 yang mencapai 637,43 poin. Bahkan pada tahun 1988, peningkatan IHSG mencapai 269,48 persen. Hal ini dapat terjadi karena pada tahun tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan penting untuk mendorong pertumbuhan pasar modal di Indonesia.

Peningkatan kegiatan di bursa saham memberikan prospek yang positif terhadap perekonomian nasional sehingga IHSG dapat dijadikan salah satu indikator positif ekonomi yang penting di Indonesia. Sejalan dengan kejatuhan Dow Jones harga saham- saham di BEI juga berguguran sebagaimana terlihat dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG yang pada awal 2008 memasuki masa keemasan pada level 2.830, akibat kepanikan investor indeks juga turun ke level 1.174 pada 30 Oktober 2008 atau telah terkoreksi 59 persen.

(23)

Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finansial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing. Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, di mana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG. Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yaitu: faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal ke Indonesia (Husnan dan Pudjiastuti (2004: 14).

Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk globalisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia sehingga terciptanya indeks global.

Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari bursa-bursa yang maju (developed) terhadap bursa yang sedang berkembang. Krisis yang mengakibatkan jatuhnya bursa Amerika Serikat yang terjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia pada krisis tahun 1997, termasuk bursa Indonesia.

Selama tiga periode terakhir, jumlah investor asing tetap mendominasi kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesia. Walupun demikian, kepemilikan investor

(24)

lokal mengalami peningkatkan pada dua periode terakhir. Kondisi ini yang membuat pasar modal Indonesia rentan atas aliran dana yang masuk-keluar Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor di atas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Selain itu, pasar modal Indonesia yang termasuk kategori berkembang (emerging) sangat dipengaruhi oleh kinerja indeks saham pada negara maju (Amerika Serikat dan Cina), sehingga perlu dilihat pengaruhnya terhadap IHSG.

Indeks Dow Jones pasar modal di Amerika Serikat, dan merupakan pasar modal yang mempunyai pengaruh yang besar ke seluruh Dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terlihat pada Reaksi turunnya Indeks Dow Jones Amerika akan menurunkan IHSG dari 2.745 poin pada Desember 2007 juga menurun menjadi 1.1332 poin pada Januari 2009 atau menurun sebesar 48 persen. Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa lemahnya fondasi perekonomian Indonesia yang menyebabkan krisis moneter di Indonesia berakibat lebih parah dan lebih lama dibandingkan dengan negara ASEAN. Ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran dollar Amerika dalam jumlah yang relatif besar menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terus melemah. Hal ini diperparah lagi pada akhir tahun 1997 dengan adanya penutupan 38 bank yang tentunya mempengaruhi pasar modal. Chalimah (1996) menyatakan bahwa dampak dari penutupan bank ini adalah sangat besar karena bank sebagai sektor tersendiri dalam pasar modal dan proporsi nilai yang disumbangkan perbankan terhadap IHSG cukup besar.

(25)

Pada periode setelah krisis, IHSG kembali mulai mengalami peningkatan. Tahun 1999 IHSG mencapai 676,92 poin dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Bahkan pada tahun 2005 IHSG dapat mencapai 1.029,61 poin. Hal ini dapat terjadi karena pada tahun 1999 Indonesia mulai membangun kembali perekonomian nasional yang terpuruk akibat krisis. Pemerintah berusaha memulihkan kondisi pasar modal dengan mengembalikan kepercayaan para investor baik domestik maupun asing agar mau menanamkan modalnya kembali.

EIDO (The iShares MSCI Indonesia ETF) yang berpusat di Amerika Serikat turut mempengaruhi pasal modal Indonesia. EIDO adalah indeks Mutual Fund sejenis ETF atau reksadana dibursa "NYSE (New York Stock Exchange)", yang di dalamnya terdapat saham-saham Indonesia yang dipilih berdasarkan kriteria dari Morgan Stanley Composite Index "MSCI".

EIDO kepanjangan dari iShares MSCI Indonesia Investable Market Index Fund, bagi investor dunia yang tidak dapat berinvestasi di pasar saham Indonesia mereka dapat langsung berinvestasi dengan cara membeli EIDO. Secara tidak langsung IHSG seolah dual listing dibursa NYSE. Pergerakannya dibursa NYSE juga memiliki sentimen positif ataupun negatif bagi IHSG keesokan harinya. Contohnya: Pada perdagangan tanggal 27 january 2012 indeks EIDO berhasil ditutup menguat +0,06%

menjadi 31,0100. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:

(26)

Sumber: www. Republika.co.id, Jakarta

Berikut ini saham dari 80'an daftar saham BEI di Indeks EIDO, yang dimiliki asing beserta persentase kepemilikan terbesar sampai dengan bulan Desember 2013.

Tabel 1

KEPEMILIKAN SAHAM EIDO KODE

KEPEMILIKAN NAMA PERUSAHAN %

ASII Astra international tbk. 10,05

BBCA Bank central asia tbk. 9,90

TLKM Telekomunikasi tbk. 8,15

BBRI Bank rakyat indonesia (persero) tbk. 6,99

BMRI Bank mandiri tbk. 6,29

PGAS Perusahaan gas negara tbk. 4,53

UNVR Unilever indonesia, tbk 3,79

SMGR Semen gresik (persero) tbk. 3,20

BBNI Bank negara indonesia persero 2,57

KLBF Kalbe farma tbk, pt 2,47

UNTR United tractors tbk. 2,34

INDF Indofood sukses makmur, tbk 2,32

INTP Indocement tunggal prakarsa 2,28

CPIN Charoen pokphand indonesia, tbk 2,17

Sumber: www. Republika.co.id, Jakarta

(27)

EIDO memberikan pengaruh terhadap IHSG. Hal ini sebagaimana kejadian yang sama juga terjadi pada tahun 2010 lalu dimana kala itu Dow Jones hanya mampu menguat 1,3 % sepanjang 8-14 September 2010, tetapi EIDO mampu mencatatkan penguatan 4,5 % yang akhirnya disusul oleh IHSG pada awal perdagangan pasca libur lebaran 2010. IHSG akan lebih mengikuti pergerakan EIDO ketimbang pergerakan Dow Jones. (www. Republika.co.id, Jakarta)

Para pemodal dalam proses penilaian investasi harus memahami kondisi ekonomi nasional suatu negara dimana mereka akan berinvestasi. Menurut Ang (1997) berbagai variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada pasar modal, khususnya ekuitas. Variabel ekonomi yang mempengaruhi indeks harga saham adalah pertumbuhan PDB, keuntungan perusahaan, pertumbuhan produksi industri, inflasi, tingkat bunga, kurs mata uang rupiah, pengangguran dan jumlah uang beredar.

Tandelilin (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor makroekonomi secara empiris telah terbukti mempunyai pangaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara.

Faktor–faktor tersebut antara lain Produk Domestik Bruto (PDB), laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang (exchange rate). Tidak ada teori yang membantah adanya hubungan antara pasar saham dengan keadaaan makroekonomi. Selain itu memang ada kebijakan kebijakan moneter (berkaitan dengan makro ekonomi) yang mempengaruhi pasar modal dan pasar uang secara bersama sama (Sitinjak dan Widuri, 2003).

(28)

Berbagai faktor mkro ekonomi tersebut, maka secara khusus dalam penelitian ini akan tentang nilai tukar rupiah dan SBI (Suku Bunga Indonesia). Nilai tukar (kurs) adalah sesuatu nilai yang menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Nilai tukar (kurs) dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2010:397).

Nilai tukar rupiah terus berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awal Januari 2007 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di titik Rp 8950 dan turun menjadi Rp 12400 di pertengahan tahun 2008 karena adanya krisis ekonomi global (www.bi.go.id).

Dengan berfluktuasinya nilai mata uang rupiah pada tahun 2008 disaat terjadi krisis ekonomi gobal yang membuat nilai tukar rupiah melemah dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan-perusahaan yang terdapat di LQ45 terutama perusahaan import, membuat para investor kurang tertarik untuk menanamkan saham di bursa efek karena resiko yang terlalu tinggi dan return yang rendah. Hal ini membuat perdagangan di bursa efek melemah dan menyebabkan nilai saham perusahaan LQ45 menurun.

SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjual belikan dengan diskonto. SBI digunakan oleh Bank Indonesia sebagai alat mekanisme untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah dan pengendalian jumlah uang yang beredar (Fahmi dan Hadi, 2009:17).

(29)

Suku bunga SBI juga mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Tingginya nilai suku bunga SBI pada saat terjadi krisis ekonomi global membuat para investor merasa tertarik untuk berinvestasi terhadap SBI yang memiliki resiko sangat kecil dibandingkan dengan saham. Hal tersebut mengakibatkan volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia berkurang.

Dengan demikian penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang hal hal apakah yang mempunyai hubungan dengan pergerakan indeks pasar modal Indonesia (LQ45 dan IHSG), khususnya yang berasal dari indeks global (indeks Dow Jones dan EIDO) dan ekonomi makro (nilai tukar rupiah dan SBI).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini, maka dapat dirumuskan pokok- pokok permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian adalah:

Bagaimanakah hubungan kanonikal indeks global (indeks Dow Jones dan EIDO) dan ekonomi makro (nilai tukar rupiah dan SBI) dengan indeks pasar modal Indonesia (LQ45 dan IHSG)?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan, maka masalah yang akan diinvestigasi dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kanonikal indeks global (indeks Dow Jones dan EIDO) dan ekonomi makro (nilai tukar rupiah dan SBI) dengan indeks pasar modal

(30)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis. Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai pergerakan indeks saham LQ45 dan IHSG terutama hubungan Indeks Dow Jones, EIDO, Nilai Tukar Rupiah, dan SBI dengan pergerakan indeks saham LQ45 dan IHSG. Selain itu juga dapat memberikan informasi dan masukan yang dibutuhkan oleh pemegang saham, kreditur dan pihak-pihak terkait lainnya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam mengambil keputusan yang akan ditempuh sehubungan dengan pergerakan indeks saham LQ45 dan IHSG di BEI.

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan tambahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal Indonesia 2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Patrick dan Wai dalam Anwar (1990) menyebutkan 3 definisi pasar modal:

1. Arti Luas. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank–bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, surat berharga/klaim jangka pendek–panjang primer dan yang tidak langsung.

2. Arti Menengah. Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga- lembaga yang memperdagangkan warkat–warkat kredit (biasanya yang berjangka lebih dari 1 tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotek tabungan dan deposito berjangka.

3. Arti Sempit. Pasar modal adalah tempat pasar teorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter

Di Indonesia dikenal 2 definisi lainnya tentang Pasar modal yaitu:

1. Menurut Keppress No. 60 tahun 1988, “pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawar dan peminta dana jangka panjang dalam bentuk efek, sebagaimanan dimaksud dalam undang – undang no. 15 tahun 1952 tentang bursa”.

(32)

2. Menurut Undang Undang Nomor 15 tahun 1952, “Bursa ialah bursa bursa perdagangan di Indonesia, yang didirikan untuk perdagangan uang dan efek-efek termasuk semua pelelangan efek”.

Secara formal, menurut Husnan pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar modal merupakan salah satu bentuk kegiatan dari lembaga keuangan non bank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan perusahaan.

Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan. Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan untuk jangka panjang. Dana dalam jumlah besar dan penggunaan dalam jangka panjang seringkali tidak dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan, sehingga sumber dana alternatif dapat dicari melalui pasar modal.

Sebagai sumber dana eksternal, pasar modal mempunyai pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi kepentingannya untuk saling mengisi, yakni calon pemodal di satu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau panjang di pihak lain, atau dengan kata lain pasar modal adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana

(33)

jangka menengah dan jangka panjang. Oleh karena itu, fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan (saving surplus unit) kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.

Bertemunya pihak yang memerlukan modal jangka panjang dengan pihak yang bersedia menawarkan modal tersebut disebabkan karena di satu pihak banyak perusahaan yang memerlukan dana jangka panjang dalam jumlah yang besar dan di pihak lain banyak anggota masyarakat mempunyai dana menganggur meskipun dalam jumlah yang tidak besar. Untuk dapat memanfaatkan dana tersebut perusahaan menawarkan surat-surat berharga dalam bentuk saham dan obligasi melalui pasar modal.

Berdasarkan jenis transaksi, aktivitas pasar modal dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu: Pertama pasar perdana. Pasar perdana adalah penjualan perdana efek/sertifikat atau penjualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan di pasar sekunder. Pada saat ini efek/sertifikat diperdagangkan dengan harga emisi dan bagi perusahaan yang menerbitkan sahamnya di pasar ini akan memperoleh dana dengan menjual sekuritas seperti saham dan obligasi. Kedua pasar sekunder. Pasar sekunder adalah penjualan efek/sertifikat setelah pasar perdana berakhir. Pada pasar ini efek yang diperdagangkan dengan harga kurs. Ketiga bursa paralel (Pasar Luar Bursa). Bursa Paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek

(34)

Jakarta, dengan bentuk pasar sekunfer, diatur dan diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam).

2.1.2 Produk atau Instrumen Pasar Modal

Produk atau instrumen pasar modal terdiri dari beberapa macam. Di antaranya sebagaimana yang dinyatakan Hariyani dan Purnomo (2010), yaitu: Saham, obligasi, derivatif, kontyrak opsi saham, kontrak berjangka indeks saham, waran, right/HMETD.

Reksadana, primier ETF LQ-45, dana investasi real estate, surat utang negara, indeks harga saham dan obligasi, dan efek beragun aset. Sedangkan Syamsul (2011) menyebutkan beberapa produk atau instrumen pasar modal yang disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) bukti right, (4) bukti waran, dan (5) produk turunan atau biasa disebut derivative.

Dari berbagai macam produk atau instrumen pasar modal, maka yang sudah terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sebagai berikut:

1. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(35)

2. Surat Utang yang tercatat di BEI terdiri dari:

a. Obligasi Korporasi adalah obligasi yang di terbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional termasuk BUMN dan BUMD.

b. Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, terdiri dari: Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) c. Sukuk Korporasi adalah Instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan Bapepam&LK Np. IX.A.13 tentang Efek Syariah.Pendapatan Sukuk Korporasi berdasrkan Akad-akad yang tertuang dalam ketentuan Bapepam&LK tentang Akad-akad Efek Syariah.

d. Surat Berharga Syariah Negara/SBSN atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah yang berdasarkan Syariah Islam sesuai dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

e. Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan Underlying Aset sebagai dasar penerbitan.

3. Reksa dana merupakan alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian menghitung risiko investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Umumnya, Reksa

(36)

Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Dilihat dari portfolio investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi: Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds); Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds); Reksa Dana Saham (Equity Funds); dan Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds).

4. Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel- variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang(currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya.

Beberapa Jenis Produk Turunan yang diperdagangkan di BEI:

a. Kontrak Opsi Saham (KOS). KOS (Kontrak Opsi Saham) adalah Efek yang memuat hak beli (call option) atau hak jual (put option) atas Underlying Stock (saham perusahaan tercatat, yang menjadi dasar perdagangan seri KOS) dalam jumlah dan Strike Price (harga yang ditetapkan oleh Bursa untuk setiap seri KOS sebagai acuan dalamExercise) tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu.

b. Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE), seperti: LQ45 Futures, Mini LQ45 Futures, LQ45 Futures Periodik, Mini LQ45 Futures Periodik, Japan (JP) Futures,

(37)

2.2 Indeks Indonesia

Indeks Indonesia yang dibahas dalam penelitian ini adalah LQ45 dan IHSG.

Kedua indeks ini akan dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Indeks LQ45

Indek harga adalah suatu angka yang digunakan untuk melihat perubahan mengenai harga dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. Indek adalah ukuran statistik yang biasanya digunakan menyatakan perubahan-perubahan perbandingan nilai suatu variabel tunggal atau nilai sekelompok variabel. Menurut Jogiyanto (2000), Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya merupakan angka indek harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, di mana angka indek adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Dalam perhitungan angka indek ini digunakan waktu dasar (base period) dan waktu yang sedang berjalan (given/parent period).

Adapun jenis-jenis Indek Harga Saham Gabungan adalah:

1. Seluruh saham, adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek.

2. Kelompok saham, adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kelompok saham yang tercatat di suatu bursa efek.

a. Indek LQ45 adalah indek atas 45 emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, dengan tolak ukur likuiditas dan nilai kapitalisasi pasar.

(38)

b. Indek JII (Jakarta Islamic Index) indek yang digunakan sebagai tolak ukur (bencmark) kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah.

3. Jenis usaha (sektoral) adalah suatu nilai untuk mengukur kinerja kelompok saham yang diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur, Keuangan, perdagangan, jasa dan investasi

Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui bahwa indeks LQ45 merupakan 45 emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, dengan tolak ukur likuiditas dan nilai kapitalisasi pasar. Saham (share/stock/andeel/andil) adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling umum diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik (Hariyani & Purnomo, 2010:198). Menurut Jogiyanto (2011:109), perhitungan return saham menggunakan rumus sebagai berikut:

Return Saham = Pt−Pt−1 Pt−1 Keterangan:

Pt = harga saham pada saat periode t Pt-1 = harga saham pada saat t-1

2.2.2 Indeks Harga Saham Gabungan

Perhitungan harga saham gabungan dilakukan untuk mengetahui perkembangan rata-rata seluruh saham yang tercatat di bursa. Untuk menghitung indek harga saham gabungan, digunakan formula sebagai berikut:

(39)

𝐈𝐇𝐒𝐆 = 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐏𝐚𝐬𝐚𝐫 = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐞𝐫𝐜𝐚𝐭𝐚𝐭 𝐱 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫

𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐃𝐚𝐬𝐚𝐫 = 𝐉𝐮𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐞𝐫𝐜𝐚𝐭𝐚𝐭 𝐱 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐧𝐚 𝐗 𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

IHSG = Indek Harga Saham Gabungan hari ke-1

Nilai Pasar = Rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa dikali dengan harga pasar per lembarnya) dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-t.

Nilai Dasar = Sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 10 Agustus 1982.

Untuk mengeliminir pengaruh faktor-faktor yang bukan harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi corporate action seperti split saham, dividen saham, saham bonus, penawaran terbatas dan sebagainya. Dengan demikian indek akan benar- benar mencerminkan pergerakan saham saja.

Penilaian kinerja saham perusahaan dari luar perusahaan dilakukan oleh pasar melalui pola perilaku pergerakan harga saham dari waktu ke waktu. Harga saham (market price) merupakan nilai pasar (market value) dari setiap lembar saham perusahaan. Pergerakan harga saham ditentukan oleh dinamika penawaran (supply) dan permintaan (demand).

(40)

Gambar 2.1. Kurva Permintaan dan Penawaran Saham

Gambar 2.1 menunjukkan ilustrasi pergerakan IHSG dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran saham. Pada suatu periode tertentu, penawaran suatu saham adalah tetap sehingga kurvanya vertikal seperti ditunjukkan oleh kurva So.

Permintaan pasar (market demand) merupakan permintaan agregat dari seluruh investor, sehingga kurvanya relatif horizontal seperti ditunjukkan oleh kurva Do. Keseimbangan harga terjadi saat kurva penawaran dan permintaan agregat berpotongan yang terjadi pada titik Eo. Karena kurva penawaran bersifat tetap maka pergerakan harga saham diakibatkan oleh pergerakan (pergeseran) kurva permintaan. Ketika kurva permintaan naik dari Do menjadi D1, maka keseimbangan baru terjadi pada harga yang lebih tinggi (harga naik) yaitu P1. Jadi perilaku harga suatu saham merupakan cermin permintaan agregat dari para investor.

(41)

Oleh karena pergerakan harga saham disebabkan oleh pergerakan kurva demand, maka faktor-faktor penggeser demand seperti harga saham-saham lainnya, pendapatan investor dan jumlah investor saham menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Investor dalam membentuk portofolio aset-aset investasinya akan mempertimbangkan risiko dan tingkat keuntungan. Apabila seorang investor membentuk suatu portofolio maka investor akan mendapat keuntungan sebesar rata- rata terbobot dari masing-masing tingkat keuntungan aset, dengan risiko portofolio yang lebih kecil dari risiko terbobot dari masing-masing risiko aset. Besarnya tingkat keuntungan dan risiko portofolio tergantung dari jumlah aset yang membentuk portofolio tersebut. Risiko portofolio tergantung dari korelasi tingkat keuntungan antar aset, sedangkan rata-rata tingkat keuntungan portofolio tidak tergantung dari korelasi tingkat keuntungan antar aset. Sifat portofolio ini menguntungkan bagi investor karena investor dapat melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko portofolionya (Bodie, Kane dan Marcus, 2002).

Secara umum pergerakan harga saham dipengaruhi oleh faktor internal (lingkungan mikro) dan faktor eksternal (lingkungan makro). Lingkungan mikro yang mempengaruhi volatilitas harga saham antara lain:

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

(42)

b. Pengumuman pendanaan (financing announcement), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas yang hybrid, leasing, kesepakatan kredit, pemecahan saham, pembelian saham, joint venture, dan lainnya.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (manajement-board of director announcement), seperti perubahan dan penggantian direktur, manajemen, dan stuktur organisasi.

d. Pengumuman penggabungan pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi (investment announcement), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha dan lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labor announcement), seperti negosiasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earnings ratio, book ratio, net profit margin, return on assets (ROA), ROE, dan lain-lain.

Lingkungan ekonomi makro yang mempengaruhi volatilitas harga saham antara lain:

a. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, nilai tukar valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.

(43)

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume/harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.

d. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya volatilitas harga saham di bursa efek suatu negara.

e. Berbagai issue baik dari dalam dan luar negeri, seperti issue lingkungan hidup, hak asasi manusia, kerusuhan massal, yang berpengaruh terhadap perilaku investor.

2.3 Indeks Global

Keterkaitan pasar modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah diperbolehkannya para investor untuk menguasai saham saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Investasi portofolio asing berperan sangat penting di pasar modal manapun (Mobius, 1998). Diperkenalkannya investor asing ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis yang mendorong investasi lokal. Investasi asing berpengaruh dalam menyorot perusahaan yang memberikan informasi keuangan paling transparan dan evaluasi terbaik. Masuknya dana dana asing ke pasar pasar baru berpengaruh jelas dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan struktur pasar.

(44)

Walaupun peranan investor domestik makin meningkat akan tetapi terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi mengekor pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000). Sewaktu investor asing melapas sahamnya, investor domestikpun ikut ikutan, akibatnya indeks dapat turun semakin tajam.

2.3.1 Indeks Dow Jones

Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indek pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company Charles Dow. Dow membuat indek ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indek pasar AS tertua yang masih berjalan. Sekarang, bursa saham ini terdiri dari 30 perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang sudah secara luas go public. Untuk mengkompensasi efek pemecahan saham dan penyesuaian lainnya, sekarang ini menggunakan weighted average, bukan rata-rata aktual dari harga saham komponennya.

Adapun perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks Dow Jones adalah: 3M (konglomerat, manufaktur), Alcoa (aluminium), Altria Group American International Group American Express, Boeing, Caterpillar, Citigroup, Coca-Cola, DuPont, Exxon Mobil, General Electric, General Motors, Hewlett-Packard, Home Depot, Honeywell International, Intel, International Business Machines, J.P. Morgan Chase, Johnson & Johnson, McDonald's, Merck & Co, Microsoft, Pfizer, Procter and Gamble, SBC Communications, United Technologies, Verizon, Wal-Mart, Walt Disney

(45)

Indeks Dow Jones merupakan rata-rata indek saham terbesar di dunia. Oleh karena itu pergerakan Indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh indek saham dunia termasuk IHSG (Indek Harga Saham Gabungan). Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG diperkirakan positif dalam arti kenaikan Indeks Dow Jones akan mengakibatkan naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia hal ini disebabkan oleh adanya sentimen positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia.

2.3.2 EIDO

EIDO (The iShares MSCI Indonesia ETF) yang berpusat di Amerika Serikat turut mempengaruhi IHSG. EIDO adalah indeks Mutual Fund sejenis ETF atau reksadana dibursa "NYSE (New York Stock Exchange)", yang di dalamnya terdapat saham-saham Indonesia yang dipilih berdasarkan kriteria dari Morgan Stanley Composite Index

"MSCI" (www. Republika.co.id, Jakarta)

Bagi investor Dunia yang tidak dapat berinvestasi di pasar saham Indonesia mereka dapat langsung berinvestasi seperti reksadana dengan cara membeli EIDO.

Secara tidak langsung IHSG seolah dual listing dibursa NYSE. Pergerakannya di bursa NYSE juga memiliki sentimen, baik positif ataupun negatif bagi pergerakan IHSG keesokan harinya. Contohnya: Pada perdagangan tanggal 27 january 2012 indeks EIDO berhasil ditutup menguat +0,06% menjadi 31,0100.

Saham saham dari 80'an daftar saham BEI di Indeks EIDO, yang dimiliki asing beserta persentase kepemilikan terbesar sampai dengan bulan Desember 2013.

(46)

Tabel 2.1 Daftar Nama Kepemilikan Perusahan di EIDO KODE

KEPEMILIKAN NAMA PERUSAHAN %

ASII ASTRA INTERNATIONAL Tbk. 10,05

BBCA BANK CENTRAL ASIA Tbk. 9,90

TLKM TELEKOMUNIKASI Tbk. 8,15

BBRI BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

6,99

BMRI BANK MANDIRI Tbk. 6,29

PGAS PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. 4,53

UNVR UNILEVER INDONESIA, TBK 3,79

SMGR SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. 3,20

BBNI BANK NEGARA INDONESIA PERSERO 2,57

KLBF KALBE FARMA TBK, PT 2,47

UNTR UNITED TRACTORS Tbk. 2,34

INDF INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk 2,32

INTP INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 2,28

CPIN CHAROEN POKPHAND INDONESIA, Tbk 2,17 Sumber: www. Republika.co.id, Jakarta

Sumber: www. Republika.co.id, Jakarta

(47)

EIDO memberikan pengaruh terhadap IHSG. Hal ini sebagaimana kejadian yang sama juga terjadi pada tahun 2010 lalu dimana kala itu Dow Jones hanya mampu menguat 1,3 % sepanjang 8-14 September 2010, tetapi EIDO mampu mencatatkan penguatan 4,5 % yang akhirnya disusul oleh IHSG pada awal perdagangan pasca libur lebaran 2010. IHSG akan lebih mengikuti pergerakan EIDO ketimbang pergerakan Dow Jones.

2.4 Ekonomi makro

Para pemodal dalam proses penilaian investasi harus memahami kondisi ekonomi nasional suatu negara dimana mereka akan berinvestasi. Kondisi ekonomi ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan memberi dampak pada pendapatan dan biaya perusahaan, serta mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan (Harianto, 1998).

Menurut Ang (1997) berbagai variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada pasar modal, khususnya ekuitas. Variabel ekonomi yang mempengaruhi indeks harga saham adalah pertumbuhan PDB, keuntungan perusahaan, pertumbuhan produksi industri, inflasi, tingkat bunga, kurs mata uang rupiah, pengangguran dan jumlah uang beredar. Tandelilin (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor ekonomi makro secara empiris telah terbukti mempunyai pangaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara. Faktor–faktor tersebut antara lain Produk Domestik Bruto (PDB), laju

(48)

Tidak ada teori yang membantah adanya hubungan antara pasar saham dengan keadaaan makro ekonomi. Menurut Chen et all (dalam Sitinjak dan Widuri, 2003), perubahan harga saham biasanya merupakakan respon dan kekuatan eksternal. Selain itu memang ada kebijakan kebijakan moneter (berkaitan dengan makro ekonomi) yang mempengaruhi pasar modal dan pasar uang secara bersama sama (Sitinjak dan Widuri, 2003).

Beberapa ahli ekonomi lainnya telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara kondisi ekonomi makro dengan pasar saham. Chen (1991) melakukan penelitian yang mempelajari hubungan antara perubahan peluang investasi keuangan dan perubahann pada variabel variabel makro ekonomi. Variabel ekonomi makro yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan produksi, default premium, term premium, tingkat suku bunga jangka pendek dan rasio dividen harga yang ditunjuk sebagai indikatior pertumbuhan ekonomi masa kini dan masa yang akan datang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa excess return pasar berhubungan secara negatif dengan pertumbuhan ekonomi saat ini dan berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.

2.4.1 Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar (kurs) adalah sesuatu nilai yang menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Nilai tukar (kurs) dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing

(49)

(Sukirno, 2010:397) Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008).

Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw, 2006).

Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro (Pohan, 2008).

Menurut Sukirno (2002) besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional.

Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain,

(50)

di mana masing-masing negara menggunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain.

Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank central terhadap pasar uang. Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank central pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan.

Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil.

Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara.

Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang.

Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” di antara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2006). Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai Tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar

(51)

nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2006). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:

PQ = S (2.15)

P*di mana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). Turunnya kurs menurunkan kemampuan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing salah satu dampaknya terhadap impor.

2.4.2 Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia atau SBI menurut Siamat (2005:455) pada dasarnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan diskonto. Salah satu instrumen pasar uang yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengendalikan likuiditas perekonomian adalah Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. SBI adalah instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga

(52)

tabungan, deposito dan pinjaman kepada masing-masing nasabahnya.

Dalam kondisi normal fungsi utama SBI adalah menjaga uang yang beredar berada dalam jumlah yang optimal. Namun sejak krisis moneter melanda Indonesia tahun 1997, SBI juga digunakan oleh Bank Sentral untuk mencegah meningkatnya permintaan dana oleh masyarakat dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk keperluan transaksi dan berjaga-jaga. Pada kondisi tersebut, meningkatnya permintaan uang oleh masyarakat dan kalangan pengusaha nasional tidak sepenuhnya digunakan untuk keperluan dimaksud, namun digunakan untuk berspekulasi membeli dollar guna memperoleh keuntungan yang spekulatif. SBI pada dasarnya adalah merupakan instrumen jangka pendek yang bebas risiko.

Karakteristik utama SBI adalah:

1. Pemberian Bunga. Bunga pada SBI dikenal sebagai tingkat diskonto, karena SBI dijual dengan harga diskon sebesar tingkat diskontonya, atau dengan kata lain bunga SBI diberikan di awal.

2. Penerbitan. SBI diterbitkan berdasarkan atas unjuk, yaitu yang terakhir membawa SBI pada saat jatuh tempo maka dialah yang berhak mencairkannya.

3. Suku bunga. Suku bunga SBI ditentukan berdasarkan lelang yang dilakukan setiap hari Rabu sore pukul 18.00. Penentuan suku bunga ini dilakukan berdasarkan lelang antara money broker yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Money broker yang menawar pada tingkat suku bunga yang rendah akan diprioritaskan untuk mendapatkan SBI terlebih dahulu.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwandaru dkk (2012) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai tukar Rupiah, indeks Nikkei 225 dan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis mengenai pengaruh indikator ekonomi makro yang diproxikan dengan nilai tukar, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP terhadap

“Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow

Judul Skripsi : Pengaruh Indeks Dow Jones, Indeks Hang Seng, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Suku Bunga Deposito terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa

Tahun 2013 Anak Agung Gde Aditya dan Ni Gusti Putu Wirawatii melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham

Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Sektor Pertambangan yang Terdaftar Di Bursa

1) Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG di BEI pada 2005-2010. 2) Untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikansi secara simultan maupun parsial variabel makro ekonomi (inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku