• Tidak ada hasil yang ditemukan

HP Diterima : 28/7/2014 Disetujui : 28/9/2014 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HP Diterima : 28/7/2014 Disetujui : 28/9/2014 ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS INSEKTISIDA NABATI HASIL PENYULINGAN UNTUK MENGENDALIKAN HAMA UTAMA PADA TANAMAN SAWI

DI TANAH GAMBUT PEDALAMAN

(The effectiveness of botanical insecticide result distillation to control key pest on cabbage plant In peat land)

Melhanah1, Saputera1, Lilies Supriati1 dan Muliansyah1

1Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya HP. 0811521723 Email : melhanah@yahoo.co.id

Diterima : 28/7/2014 Disetujui : 28/9/2014

ABSTRACT

This objective of the study was to determine: 1). Effectiveness botanical insecticide of distillation’s result to control a major pest on cabbage plants based on the value of attack intensity, and the value of the insecticide’s effectiveness 2). Determine the effect of botanical and synthetic insecticides against crops cabbage on peatland . This study used one factor random block design, with the type of insecticide treatment tehra are:without plant extracts; Extract babadotan, siam weed, and lemongrass with a concentration of 5 mL and Deltamethrin 2 mL/L . Each treatment was repeated 5 times, in order to obtain 25 units of the experiment. The results showed 1). giving siam weed extract is more effective in reducing the intensity of of pest attacks Plutella xylostella and Crocidolomia binotalis of all ages observations (7,14,21, and 28 days after planting), 2) . Siam weed extract is more effective and able to reduce the intensity of pest attack P. xylostella reached 67.61 % (28 DAP) and C. binotalis 89.35 % (21 DAP) ; 3 The highest fresh weight of cabbage was obtained on treatment of siam weed extract 110.09 g /plant.

Keywords : Botanical Insecticides; key pest ; cabbage; peatland.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Efektivitas insektisida nabati hasil penyulingan untuk mengendalikan hama utama pada tanaman sawi; 2). Mengetahui pengaruh pemberian insektisida nabati dan sintetik terhadap hasil panen tanaman sawi di tanah gambut pedalaman.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor, dengan perlakuan jenis insektisida yaitu tanpa ekstrak tanaman; ekstrak babadotan (Ageratum conyzoides), gulma siam(Chromolaena odorata), dan serai (Andropogon nardus L.) dengan konsentrasi 5 mL/L;

serta pembanding menggunakan Deltametrin 2 mL/L dengan ulangan 5 kali. Hasil penelitian menunjukkan 1). Pemberian ekstrak gulma siam lebih efektif dalam menekan intensitas sarangan hama Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis pada semua umur pengamatan (7,14,21,dan 28 HST), dan mampu menurunkan intensitas serangan hama P. xylostella mencapai 67.61 % (28 HST) dan C. binotalis mencapai 89.35 % (21 HST); 2). Bobot segar sawi tertinggi diperoleh pada perlakuan ekstrak gulma siam 110.09 g/tanaman.

Kata Kunci : Insektisida nabati, hama utama, sawi, gambut pedalaman.

(2)

PENDAHULUAN

Sawi merupakan tanaman sayuran yang mengandung protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

Tanaman sawi yang dimasak sebagai pelengkap makanan pokok memiliki banyak manfaat diantaranya untuk penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan (Setiawan, 1995).

Salah satu masalah utama dalam peningkatan produksi tanaman sayuran adalah adanya serangan hama. Ulat daun kubis (Plutella xylostella) dan ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis) merupakan hama penting pada tanaman sawi dan kubis di Indonesia. Kedua hama tersebut dapat menyerang tanaman sawi secara bersamaan, dan kerugian dapat mencapai 100% pada musim kemarau apabila tidak dilakukan pengendalian (Sastrosiswojo, 1975).

Pengendalian menggunakan insektisida sintetik secara terus menerus dapat menimbulkan banyak kerugian yaitu terjadinya resistensi, resurjensi hama dan pencemaran terhadap lingkungan hidup (Untung, 1996).

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan insektisida nabati yang ramah lingkungan. Pemanfaatan insektisida nabati selain dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan, bahannya mudah di dapat, dan harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan insektisida sintetik (Subiyakto dan Dalmadiyo, 2001).

Gulma babadotan, gulma siam dan tanaman serai berpotensi untuk dijadikan insektisida nabati. Keberadaan gulma babadotan dan gulma siam yang melimpah serta tanaman serai yang mudah dibudidayakan dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati melalui proses penyulingan. Selama ini pengujian insektisida nabati banyak menggunakan cairan perasan bahan dan sedikit sekali dengan teknik penyulingan. Dari hasil penyulingan akan diperoleh minyak atsiri yang dapat disimpan dalam waktu lama, lebih efisien dalam penggunaan waktu, tenaga dan biaya, serta alat

yang digunakan juga cukup sederhana.

Melhanah dan Supriati (2011) melaporkan daun babadotan yang difermentasi dengan EM 4 dapat menurunkan intensitas serangan hama sawi P. xylostella sampai 15,88 % dibandingkan kontrol. Pemanfaatan ekstrak daun sirsak 90 g L-1 menekan intensitas serangan, menurunkan populasi nimfa dan imago kepik hijau (Nezara viridula) serta mengurangi jumlah polong rusak tanaman kedelai dibandingkan kontrol (Melhanah dkk, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Efektivitas insektisida nabati hasil penyulingan untuk mengendalikan hama utama pada tanaman sawi; 2). Mengetahui pengaruh pemberian insektisida nabati dan sintetik terhadap hasil panen tanaman sawi di tanah gambut pedalaman.

.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah dan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNPAR, mulai bulan Juli sampai November 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor, dengan 5 perlakuan, yaitu jenis insektisida: tanpa ekstrak tanaman/kontrol;

ekstrak babadotan (Ageratum conyzoides), ekstrak gulma siam (Chromolaena odorata), ekstrak serai (Andropogon nardus L.) masing masing 5 mL/L dan insektisida Deltametrin 2 mL/L (sebagai pembanding). Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga diperoleh 25 satuan percobaan

Bibit sawi setelah berumur 3 minggu dan berdaun 3-5 helai dipindahkan ke masing- masing bedengan penanaman (1.5 m x 2 m) dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Tanaman sawi dipanen pada umur 28 HST.

Ekstrak insektisida nabati diperoleh dengan cara penyulingan bahan menggunakan uap, 2 buah ketel uap stainless dan kondensor dengan volume bahan kering angin 5 Kg.

Desain bentuk alat yang digunakan menggunakan metode van Harling (2007).

(3)

Masing-masing insektisida nabati hasil proses penyulingan (ekstrak babadotan, gulma siam, serai) sebanyak 5 mL air dilarutkan dalam 1 liter air.

Insektisida sintetik berbahan aktif Deltametrin 25 g/L dibuat dengan dosis 2 mL/L digunakan sebagai pembanding (Departemen Pertanian, 1995). Aplikasi Deltametrin 25 g/L terhadap hama dilakukan dengan mempertimbangkan serangan berdasarkan nilai ambang ekonomi, bila hama ulat daun P.

xylostella dan ulat krop C. binotalis telah mencapai nilai ambang ekonomi maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida.

Nilai ambang ekonomi untuk kedua hama tersebut adalah 1 ekor/tanaman (Direktorat Perlindungan Tanaman, Hortikultura, 1997).

Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman sampel pada tiap petakan yang ditentukan secara acak. Variabel yang diamati meliputi :

1. Intensitas serangan hama P. xylostella dan C. binotalis (%) dan bobot segar sawi.

∑nivi

I = x 100%, ZN

I=Intensitas serangan (%); ni=Jumlah tanaman/bagian tanaman contoh pada skala vi;

vi= Nilai skala kerusakan ke-i; Z=Nilai skala kerusakan tertinggi; N=Jumlah tanaman/bagian tanaman contoh yang diamati. Nilai skala untuk vi adalah sebagai berikut : 0 = Tidak ada

serangan terhadap tanaman atau bagian tanaman yang diamati; 1 = Luas serangan < 25% bagian daun; 2 = Luas serangan > 25% - 50% bagian daun; 3 = Luas serangan > 50% - 75% bagian daun; 4 = Luas serangan > 75% bagian daun (Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman dan Hortikultura, 2007).

2. Efektifitas Insektisida Nabati. Untuk mengetahui efektifitas ekstrak insektisida nabati dan sintesis digunakan rumus Natawigena (1993) sebagai berikut: EI=((IK-IP))/IK X 100

%. Keterangan: EI: Efektifitas insektisida; IK:

Intensitas serangan pada kontrol; dan IP : Intensitas serangan pada perlakuan.

3. Bobot segar (g)/tanaman. Tanaman sawi (sampel) di panen pada umur 28 HST dengan cara memotong batang bagian bawah dekat permukaan tanah kemudian ditimbang

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas serangan hama P. xylostella dan C. binotalis (%)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan hama bervariasi mulai dari 0.03% sampai dengan 43.10% dan intensitas serangan hama P. xylostella lebih tinggi dibandingkan serangan hama C.binotalis. (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata intensitas serangan P. xylostella L dan C.binotalis. pada tanaman sawi pada umur 7, 14, 21, dan 28 HST

Perlakuan

Intensitas Serangan (%) / Tanaman

7 HST 14 HST 21 HST 28 HST

Px Cb Px Cb Px Cb Px Cb

Tanpa ekstrak 0.00 a 0.00 a 1.37 a 0.00 a 28.91b 5.35a 43.10c 22.81c Ekstrak babadotan 0.00 a 0.00 a 0.57 a 0.00 a 18.78a 3.04a 24.05ab 14.66b Eksrtrak g. siam 0.00 a 0.00 a 0.57 a 0.00 a 14.53a 0.57a 13.96a 8.36a Ekstrak serai 0.00 a 0.00 a 1.77 a 0.00 a 16.94a 2.55a 29.25b 13.57b Deltametrin 0.00 a 0.00 a 1.77 a 0.00 a 16.73a 3.03a 28.91b 14.62b Keterangan: Angka yang diikuti hurup yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda

nyata menurut uji DMRT taraf 5 %. Px = Plutella xylostella; Cb= Crossidolomia binotalis, HST (hari setelah tanam)

(4)

Gejala serangan P. xylostella pada daun terlihat sangat khas, yaitu larva membuat lubang-lubang gerekan sambil memakan jaringan permukaan daun bagian bawah, larva kemudian memakan semua jaringan daun dalam jumlah banyak, kecuali tulang daun dan epidermis permukaan atas daun yang kemudian pecah dan menimbulkan lubang besar pada daun (Daryanto dkk., 1998; Kalshoven, 1981).

Larva C. binotalis menyerang titik tumbuh, sehingga tanaman muda tidak dapat membentuk tunas baru dan menyebabkan matinya tanaman (Kalshoven, 1981).

Pemberian insektisida sintetis dan nabati dari tumbuhan babadotan, gulma siam maupun tanaman serai memberikan pengaruh positif untuk mengurangi serangan hama P. xylostella dan C.

binotalis. Pemberian insektisida nabati hasil penyulingan dari daun gulma siam memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan mampu menurunkan intensitas serangan hama P. xylostella dan C. binotalis, pada umur pengamatan 21, dan 28 HST. Dengan demikian pemanfaatan tumbuhan gulma siam sebagai insektisida nabati merupakan salah satu upaya untuk mengurangi serangan hama P.xylostella dan C.

binotalis. Ekstrak daun gulma siam (Chromolaena odorata L.) bersifat toksik karena mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada serangga seperti P. xylostella dan C. binotalis (Haryati,2004;

Utami,2003).

Tabel 2. Jenis tumbuhan dan senyawa metabolit berpotensi insektisida

Jenis tumbuhan Nama Senyawa Referensi

Babadotan

• Bunga

• Daun

• Akar

Saponin, flavanoid, dan polifenol Saponin, flavanoid, dan polifenol precocene I (7-methoxy-2,2- dimethyl-2H-1-benzopyran) ; precocene II (6,7-dimethoxy-2,2- dimethyl-2H-1-benzopyran) Minyak atsiri, alkaloid dan Kumarin

Kardinan dkk, 1999 Kardinan dkk, 1999 Moenandir, 1990

Kardinan, 2004

Gulma Siam

• Akar dan tandan Bunga

Alkaloid yang disebut dengan Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal .

Anonim, 2002; Moder, 2002 dalam Haryati dkk., 2004).

Serai

• Batang dan daun

Minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitrol, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptanol, dan dipentana

Kardinan, 2004.

(5)

Tabel 3. Efektifitas insektisida nabati terhadap intensitas serangan P. xylostella L dan C.binotalis. pada tanaman sawi pada umur 7, 14, 21, dan 28 HST

Perlakuan

Efektivitas insektisida nabati (%)

7 HST 14 HST 21 HST 28 HST

Px Cb Px Cb Px Cb Px Cb

Tanpa ekstrak - - - - - - - -

Ekstrak babadotan 0 0 58,39 0 35.04 43.18 44.19 35.73

Eksrtrak gulma siam 0 0 58.39 0 49.74 89.4 67.61 63.35

Ekstrak serai 0 0 -29.2 0 41.4 52.34 32.13 40.51

Deltametrin 0 0 -29.2 0 42.13 43.36 32.92 35.9

*) HST (hari setelah tanam)

Ekstrak gulma siam lebih mampu menekan hama dibandingkan insektisida sintetik diduga karena adanya berbagai kandungan senyawa alkaloid yang disebut dengan Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal (Moder, 2002 dalam Haryati dkk.2004)(Tabel 2), sehingga hama P.

xylostella dan C. binotalis menghindari tanaman sebagai tempat berlindung, mancari makan maupun meletakkan telur.

2 . Efektifitas Insektisida Nabati

Nilai efektifitas insektisida bervariasi pada umur pengamatan 14, 21, dan 28 HST.

(Tabel 3).

Pemberian ekstrak gulma siam efektif untuk mengendalikan hama P. xylostella dan C. binotalis pada umur 21 dan 28 HST, hal ini sesuai pendapat Laba (2012) jika nilai efikasi/efektifitas insektisida > 50%, maka insektisida bersifat efektif terhadap hama sasaran. Efektifnya gulma siam tersebut untuk mengendalikan hama karena ditemukan sejenis alkaloid yang disebut dengan Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal (Moder, 2002 dalam Haryati,2004). PAs merupakan jenis alkaloid turunan dari asam amino yang bersifat menolak serangga karena rasanya

yang getir. Konsentrasi PAs tertinggi didapati pada bagian akar dan tandan bunga gulma siam (Anonim, 2002 dalam Haryati, 2004).

3. Bobot segar tanaman

Hasil panen tanaman sawi dalam bentuk bobot segar sawi pada saat panen menunjukkan hasil yang baik dan bobot segar tertinggi diperoleh pada perlakuan ekstrak gulma siam (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata Bobot Segar Sawi Pada Umur 28 HST

Perlakuan Bobot Segar Sawi (g)/ Tanaman Tanpa ekstrak

Ekstrak babadotan Ekstrak gulma siam Ekstrak serai Deltametrin

60.59 a 80.63 ab 110.09 b 79.59 ab 90.38 ab

Keterangan : angka yang diikuti hurup yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %.

Tingginya bobot sawi pada tanaman sawi yang diberi ekstrak gulma siam hasil penyulingan diindikasikan karena bekerjanya PAs yang bersifat menolak

(6)

serangan hama P. xylostella dan C. binotalis karena rasanya yang getir, sehingga tanaman sawi terhindar dari serangan kedua hama tersebut. P. xylostella dan C.

binotalis merupakan hama pemakan daun, serangannya dapat menimbulkan lubang besar pada daun (Daryanto dkk., 1998;

Kalshoven, 1981). Adanya lubang pada daun akibat serangan kedua hama tersebut mengakibatkan berkurangnya bobot segar tanaman sawi,

Gulma siam merupakan gulma yang mengganggu tanaman, namun untuk pemanfaatan lebih lanjut tentunya dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati/alami terutama pada penggunaan tingkat petani. Hal ini sesuai pendapat Tjokronegoro (1987) bahwa penggunaan insektisida nabati memiliki beberapa keuntungan, seperti mempunyai tingkat keamanan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan insektisida sintetik karena susunan molekul-molekulnya sebagian besar terdiri dari karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen yang mudah terurai menjadi senyawa senyawa yang tidak membahayakan lingkungan, mengurangi residu pada air, udara, tanah, dan hasil tanaman serta dapat menekan peluang jasad bukan sasaran terkena residu. Melihat potensi gulma siam yang sangat besar tersebut, sudah saatnya gulma siam dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik alternatif dan biopestisida pada tanamam sawi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada semua umur pengamatan (7, 14, 21 dan 28 HST), efektivitas insektisida tertinggi diperoleh pada perlakuan ekstrak gulma siam yaitu mampu menurunkan intensitas serangan hama P.

xylostella mencapai 67.61 % (28 HST) dan C. binotalis 89.35 % (21 HST).

2. Bobot segar sawi tertinggi diperoleh pada perlakuan dari ekstrak gulma siam yaitu 110.09 g/tanaman.

Saran

Insektisida nabati dari bahan daun gulma siam dapat digunakan untuk mengendalikan hama Plutella xylostella, Crocidolomia binotalis dan karena menunjukkan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan insektisida nabati dari bahan daun babadotan, dan tanaman serai maupun insektisida sintetik Deltametrin 25 g/l.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Proyek DIPA BOPTN UNPAR Tahun Anggaran 2013 yang telah menyediakan dana untuk kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto,H., Prabaningrum. L..Purwani. E. T.

dan Desmawati. 1998. Pemanfaatan Agens Hayati Parasitoid Diadegma semiclausum Hellen untuk Pengendalian Hama Plutella xylostella L. pada Tanaman Kubis. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta.

Departemen Pertanian. 1995. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Holtikultura. 2007. Pedoman Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pangan. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta.

Haryati, S., dkk 2004. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Siam Untuk Mengendalikan S.

exigua Pada Pertanaman Bawang Merah

(7)

di Kretek Bantul. PKM. UGM.

Yogyakarta.

Kalshoven. L.G.E. 1991. The Pest of Crops In Indonesia. Revised and translated by P.A. Van Der Laan. P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.

Kardinan,A., Jasni dan M. Iskandar. 1999.

Pengaruh Ekstrak daun Mimba, Sirsak dan bunga piretrum terhadap mortalitas dan serangan rayap kayu kering Criptotermes cynocephalus. Dalam Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 9- 10 Nopember 1999. 227-232.

Kardinan. A. 2004. Pestisida Nabati. Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Melhanah. D. Saraswati dan P.A. Bawono.

2009. Keefektifan Pemberian Insektisida Nabati dan Pupuk Organik Cair Untuk Mengendalikan Hama Kepik Hijau Pada Kedelai di Tanah Gambut.

J.Agrepeat 10(1):48-54. Fakultas Pertanian. UNPAR. Palangka Raya.

Melhanah. L. Supriati. 2011. Aplikasi Insektisida Nabati dan Sintetik Untuk Mengendalikan Hama Pada tanaman Sawi di Lahan Gambut Pedalaman.

Laporan Penelitian Hibah Bersaing.

Lembaga Penelitian. UNPAR. Palangka Raya.

Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Buku I. Penerbit Rajawali Jakarta.

Natawigena. H. 1993. Pestisida dan kegunaannya. Armico. Bandung.

Sastrosiswojo, S. 1975. Hubungan antara Waktu Tanam Kubis dengan Dimanika Populasi P. maculipenis Curt dan C.

binotalis. Bul. Penel.Hort 3(4): 3-14 Setiawan, A. I. 1995. Sayuran Dataran Tinggi:

Budidaya dan Pengaturan Panen. Jakarta : PT Penebar Swadaya

Tjokronegoro,1987. Studi kimiawi senyawa senyawa bioaktif asal tumbuhan di Indonesia terhadap serangga. Disertasi Universitas Padjajaran, Bandung.

Utami, N.R. 2003. Uji Toksisitas Ekstrak Daun dan Batang C. odorata terhadap S. litura.

Skripsi Fak. PN. UGM (tidak dipublikasikan).

van Harling, V.G.E. 2007. Desain Sistem Penyulingan Minyak Kayu Putih Dengan Metode Indirect Distillastion. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra.

Surabaya

Gambar

Tabel 1.    Rata-rata  intensitas  serangan    P.  xylostella  L  dan  C.binotalis.  pada  tanaman  sawi  pada umur 7, 14, 21, dan 28 HST
Tabel 2. Jenis tumbuhan dan senyawa metabolit berpotensi insektisida
Tabel 3.    Efektifitas  insektisida  nabati  terhadap  intensitas  serangan    P.  xylostella  L  dan  C.binotalis

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana merancang Pusat Kerajinan di Lawata Bima NTB sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat kota bima hingga wisatawan local dan

Nilai indeks kepekaan lingkungan di pulau Sapudi, Poteran dan Giliyang tergolong dalam kategori tinggi (baik). Arahan pengembangan menurut persepsi stakeholders didasarkan

Gremler dan Brown (dalam Ali Hasan, 2008:83) bahwa: “Loyalitas pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga

Pemohon adalah anak perempuan dari ayah pemohon yang hendak melangsungkan pernikahan dengan calon suaminya yang bernama calon suami pemohon, berumur 70 tahun, agama Islam,

• Pertumbuhan dibandingkan dengan tahun lalu pada pendapatan bersih dan laba bruto terutama disebabkan karena kinerja bisnis distribusi roda-2 dan suku cadang otomotif.

giving reward tidak memerlukan biaya yang mahal. Para guru tidak harus memberikan hadiah-hadiah yang mahal tetapi misalnya cukup dengan nilai tambahan apabila siswa

Kebijakan pendanaan pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat Penyediaan akses permodalan untuk pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat oleh pemerintah telah

Memulai dari awal seperti memperkenalkan diri, mulai beradaptasi serta dengan lingkungan baru, berkenalan dengan individu lain dan melakukan komunikasi serta interaksi