• Tidak ada hasil yang ditemukan

(JURNAL) Strategi Penerjemahan Bahasa Arab Yang Mudah Dipahami

N/A
N/A
Muhammad Rafeli Fakhlipi

Academic year: 2022

Membagikan "(JURNAL) Strategi Penerjemahan Bahasa Arab Yang Mudah Dipahami"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Al-Fawa’id

P-ISSN 2088-9593 | E-ISSN 2774-3748

STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB - INDONESIA YANG MUDAH DIPAHAMI

Muhammad Nafhan Maulana1, Muhammad Rafeli Fakhlipi2

1)2)STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Email : 1nafhanmuhammad12 @gmail.com,2rafelifakhlipi@gmail.com ABSTRACT

In this era, many Arabic translations to Indonesia still have a rigid and foreign language for readers of the source language or readers of the target language. So the purpose of this study is so that translators can produce translation works that are acceptable and easy for readers to understand.

Therefore, the translator must have a strong meaning of the word to determine whether the translation is by the interests and wishes of the target reader or not. As well as the translator instead of translating leterlek (literally) but in the translation of the translator still presents the culture from the source language to the target language. So that he can become a mediator in conveying the communication of messages contained in the source language to the target language appropriately.

With this, he produced a translation work independent of leterlek (literal) translations and rigid language structures. This research belongs to the type of library research. That is to describe the research carried out based on facts or phenomena contained in the data. The results of the research obtained show that for the translation results to be easily accepted and understood by readers, translators must understand the science of collocation, foreignization, and domestication in the rules of Arabic translation. The focus of this study is the translation of Arabic as the source language translated into Indonesian as the target language.

Keywords: Word sense, collocation, domestication, foreignization, translation ABSTRAK

Pada era ini masih banyak ditemukan terjemahan bahasa Arab ke Indonesia yang memiliki bahasa yang kaku dan asing bagi pembaca sumbernya bahasa atau pembaca bahasa sasaran. Maka tujuan penelitian ini agar penerjemah dapat menghasilkan karya terjemahan yang berterima dan mudah dipahami pembaca. Oleh karena itu, penerjemah harus memiliki arti kata yang kuat agar dapat menentukan apakah terjemahannya sesuai dengan minat dan keinginan pembaca sasaran ataukah tidak. Serta penerjemah bukannya mengalihbahasakan secara leterlek (harfiah) tapi dalam pengalihbahasaan penerjemah tetap menghadirkan budaya dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Sehingga ia mampu menjadi mediator dalam menyampaikan komunikasi pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan tepat. Dengan hal ini, ia mampu menghasilkan sebuah karya terjemahan yang terlepas dari terjemahan leterlek (harfiah) dan struktur bahasa yang kaku. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pustaka. Yaitu mendeskripsikan penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta atau fenomena yang terdapat pada data. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa agar hasil terjemahan mudah diterima dan dipahami pembaca maka penerjemah harus memahami ilmu kolokasi, foreignisasi dan domestikasi dalam kaidah penerjemahan bahasa Arab. Fokus penelitian ini adalah terjemahan bahasa Arab sebagai bahasa sumber dialihbahasakan kedalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran.

Kata Kunci : Pengertian kata, kolokasi. domestikasi, foreignisasi, terjemahan

(2)

PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa bisa dikaitan dengan kegiatan pertukaran ilmu pengetahuan dengan bangsa lain yang dalam hal ini bahasa mengambil peran penting sebagai prantara pertukaran informasi. Kegiatan pertukaran informasi antar bangsa tentu saja dihubungkan oleh kegiatan penerjemahan.1 Dunia penerjemahan adalah sebuah gerbang masuk perubahan peradaban baru.

Berapa banyak sejarah membuktikan setelah terjadi penerjemahan ilmu secara besar - besaran muncul zaman keemasan dari bangsa tersebut, seperti zaman keemasan Islam dan Renaince bangsa Eropa. Selama berabad-abad, penerjemahan menjadi kegiatan yang sangat penting dalam interaksi budaya dan pembangunan peradaban hingga sekarang1 Meski demikian, sepanjang sejarah persoalan penerjemahan selalu menjadi isu kontroversial sekaligus problematis. Di satu sisi, dalam proses penerjemahan terdapat potensi terjadinya distorsi dan kehilangan makna (distortion and loss of meaning), karena setiap bahasa atau teks selalu terikat dengan kompleksitas linguistik dan konteks membutuhkannya, terutama mereka yang tidak menguasai bahasa sumber teks terjemahan.2

Suatu kondisi yang menyebabkan penerjemahan merupakan aktivitas yang sangat memeras tenaga dan pikiran adalah faktor budaya.3 Terlepas dari perdebatan bahwa bahasa merupakan bagian dari budaya atau budaya merupakan bagian dari bahasa, penerjemahan tidak dapat dilepaskan dari kedua aspek tersebut. Keduanya saling berkaitan dan mempengaruhi. “Bahasa maupun kebudayaan merupakan hasil dari pikiran manusia sehingga ada hubungan korelasi di antara keduanya” (Sutrisno, 2005: 133-4). Oleh sebab itu, menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain akan banyak menemui masalah jika penerjemah tidak menguasai budaya yang melatarbelakangi bahasa tersebut. Contoh, sebuah perusahaan mengiklankan kacamata di Thailand dengan membuat gambar besar-besaran. Dalam gambar itu diperlihatkan berbagai pose binatang- binatang lucu mengenakan kacamata. Iklan-iklan tersebut dapat dipastikan gagal karena binatang dianggap makhluk yang rendah dan orang Thailand yang punya harga diri tidak akan mengenakan benda-benda yang dipakai oleh binatang (Payne). Pepsodent berusaha menjual pasta giginya di Asia Tenggara dengan menekankan pasta gigi itu "whitens your teeth.” Ternyata penduduk lokal punya kebiasaan mengunyah buah pinang untuk menghitamkan gigi mereka dan hal ini mereka anggap menarik (Payne).

1 Roswani Siregar, “PENTINGNYA PENGETAHUAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN BAGI PENERJEMAH” 1 (2016): hlm 1.

2 Dafik Hasan Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI” (n.d.):

hlm. 143.

3 andy bayu Nugroho and jhonny prasetyo, “Domestikasi Dan Foreinisasi Dan Dampaknya Terhadap Terjemahan”

(September 23, 2009): hlm.2.

(3)

Jurnal Al-Fawa’id

P-ISSN 2088-9593 | E-ISSN 2774-3748

Bahasa Arab berkembang di Indonesia seiring dengan berkembangnya agama Islam di bumi Nusantara ini. Banyak dari masyarakat Indonesia kala itu belajar bahasa Arab dengan tujuan memahami agama Islam. Dengan masuknya Islam di Indonesia tentu mempunyai peranan dalam dunia terjemahan bahasa Arab ke Indonesia maupun sebaliknya. Banyak kita dapati kata-kata serapan bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Arab.

Setelah Islam berkembang pesat di Indonesia bisa dilihat dari banyak berdirinya pesantren yang mengajarkan agama Islam kepada santrinya. Istilah-istilah bahasa Arab mulai banyak dipakai dipesantren, baik dalam hal penamaan satu lembaga, organisasi, nama orang bahkan nama ruang atau bangunan. Dari banyaknya istilah Arab yang dipakai masyarakat Indonesia di beberapa lembaga tersebut tentu mereka sudah melalui proses pengalihan atau transfer bahasa, dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia atau yang bisa disebut dengan penerjemahan.

Menerjemahkan tidak hanya sekedar mengganti bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Untuk menghasilkan hasil terjemahan yang baik, seorang penerjemah wajib memahami teori penerjemahan dan memperhaikan hal lain di luar teks seperti budaya dan factor ekstra linguistik.

Menerjemahkan pada hakikatnya adalah pengalihan makna yang terdapat dalam BSu ke dalam BSa dan menuangkannya kembali sedemikian rupa dengan tetap mengindahkan aspek kewajaran sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam BSa.4

Karena itu, melalui tulisan ini, penulis mencoba menjabarkan beberapa poin mendasar terkait dengan metode penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang mudah dipahami dengan tidak berfokus pada gramatika semata. Karena seorang penerjemah harus paham bahwa identifikasi kolokasi baik dalam penerjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Arab ataupun sebaliknya mampu menghasilkan karya terjemah yang luwes; dalam artian, bebas dari terjemahan harfiah dan struktur bahasa yang kaku. Begitu juga mengenai metode dan aspek-aspek lainnya yang menjadi tolok ukur dalam penerjemahan bahasa yang baik. Sehingga ketika menerjemahkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, misalnya, diharapkan mampu menciptakan karya terjemah dari bahasa Arab dengan rasa Indonesia, yaitu dengan tanpa meninggalkan “rasa/indra” ke-Indonesiaannya. Sehingga hasil terjemahan tersebut mudah dipahami bagi pembaca bahasa Indonesia.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research) yaitu mendeskripsikan penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta atau fenomena yang terdapat pada

4 Diana Hardiyanti and Riana Eka Budiastuti, “Penerjemahan Kolokasi pada Buku Bacaan Anak Dwibahasa” 7 (n.d.): hlm 54.

(4)

data. Istilah “metode” dalam penelitian linguistik mencakup kesatuan dari rangkaian proses:

penetuan, kerangka pikiran, perumusan hipotesa atau perumusan masalah, penentuan populasi, penentuan sampel, data tehnik pemerolehan data, analisis data. Jadi metode itu baru tampak dalam tehnik pemeroleh data analisis data (Subroto: 1992).

Adapun metode pengumpulan data adalah dengan tehnik pustka. Sumber data dapat berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiyah yang pakai (Subroto: 1992).

Sumber data diambil dari jurnal ilmiah, Kamus Arab Indonesia Kamus Kontemporer Arab- Indonesia (Atabik, Ali dan Muhdlor, A Zuhdi: 1998) dan buku-buku yang berkaitan dengan bahasa Arab dengan pendekatan semantik gramatikal dan leksikal. Sedangkan teknik yang digunakan untuk analisis data tehnik urai langsung. tehnik urai langsung ialah mengurai suatu kontruksi morfologi atau sintaksis tertentu kedalam unsur-unsur langsung berdasarkan intuisi yang didukung oleh penanda lahir (intonasi) peneliti dapat menentukan unsur langsung suatu konstruksi, seperti َض َرَف

ىَلَع

yang terdiri dari verba ضرف berdampingan dengan preposisi ىلع (Subroto: 1992).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang pengertian kolokasi dan bagaimana kolokasi dalam bahasa Arab dengan pengambilan contoh dari kamus-kamus bahasa Arab dan buku- buku yang berkaitan dengan bahasa Arab, metode foreignisasi dan domestikasi, serta aspek –aspek terjamahan yang baik dalam bahasa arab ke bahasa Indonesia.

Kolokasi

Harimurti Kridalaksana memberikan definisi kolokasi sebagai asosiasi yang tetap antara kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat; misalnya antara kata buku dan tebal dalam

“Buku tebal ini mahal”, dan antara keras dan kepala dalam “Kami sulit meyakinkan orang keras kepala itu”.5

Kolokasi berbeda dengan idiom. Idiom adalah ungkapan yang kalau diterjemahkan secara harfiah tidak masuk akal atau ungkapan yang maknanya tidak dapat ditelusuri melalui kata per kata dan membentuk kata baru. Misalnya, idiom dalam bahasa Indonesia „cuci tangan‟ dalam kalimat

„Mereka cuci tangan atas masalah itu‟. Idiom „cuci tangan‟ tidak bisa dipahami melalui kata „cuci‟

dan kata „tangan‟, tetapi harus dipahami sebagai satu kesatuan. Dalam bahasa Arab pun demikian.

Misalnya ِب ْرَحلا نبِا (pandai berperang) tidak bisa kita pahami kata perkata نبا artinya "anak "

5 K Harimurti, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008).

(5)

Jurnal Al-Fawa’id

P-ISSN 2088-9593 | E-ISSN 2774-3748

sedangkan برَحلا artinya "perang". ِقيرَطلا ُعِطاَق (perampok) tidak bisa paham ُعِطاَق "yang memotong "

da قيرط artinya "jalan".

Sebaliknya, kolokasi adalah gabungan kata yang maknanya dapat ditelusuri melalui kata per kata, tetapi tidak membentuk kata baru. Misalnya dalam bahasa Indonesia gabungan kata

„memanjat pohon‟ dapat dipahami maknanya melalui kata „memanjat‟ dan kata „pohon‟. Adapun dalam bahasa Arab, ketika seorang penutur bahasa Arab memikirkan minuman, misalnya, ia dapat menggunakan verba yang umum seperti ُبرْشَي. Pendengar dapat memprediksikan sejumlah besar kemungkinan kata yang berkolokasi dengan verba tersebut, seperti: ياشلا "teh", ُنبللا "susu", ةوهقلا

"kopi", tetapi sama sekali pendengar tidak akan memprediksikan kata kata– ِق َّرَحُملا تْي َز "oli mesin",وبماَش "shampo”.6

Menurut Benson, dan Ilson (1997) kolokasi terdiri atas dua kategori, yaitu kolokasi gramatikal dan kolokasi leksikal. Kolokasi gramatikal ialah gabungan kata yang terdiri atas kata dominan (nomina, ajektiva, verba) dan kata depan (preposisi), misalnya „menyimpang dari‟,„senang dengan‟, „terdiri atas‟, dan kolokasi leksikal ialah gabungan kata yang terdiri atas nomina, verba, adjektiva, dan adverba, misalnya „minum obat‟, „teh tawar‟, „menanak nasi‟,

„mengumbar janji‟, „berjalan cepat‟.7

Kolokasi adalah kecenderungan sejumlah kata atau sekelompok kata untuk bergabung secara teratur guna menghasilkan bicara dan atau tulisan yang terdengar lazim dan berterima dalam suatu bahasa. Setiap bahasa mempunyai kebiasaannya masing-masing. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kata ‟mati‟ dapat bersanding dengan lampu menjadi ‟lampu mati‟. Kata ‟mati‟

bersinonim dengan kata ‟meninggal dunia‟, ‟mangkat‟, ‟berpulang ke rahmatullah‟, tetapi sinonim kata ‟mati‟ tidak lazim bergabung dengan kata ‟lampu‟. Dalam bahasa Indonesia, tidak lazim dikatakan “lampu meninggal dunia (mangkat, wafat, gugur, atau berpulang ke rahmatulah)”. 8

Seperti yang telah diuraikan di atas, kolokasi dapat diuraikan dalam dua kategori, yakni kolokasi gramatikal dan leksikal. Untuk itu, dalam pembahasan kali ini akan diuraikan sedikit tentang kolokasi dalam bahasa Arab dilihat dari segi kolokasi gramatikal dan leksikal.

Kolokasi Gramatikal

Kolokasi gramatikal ialah gabungan kata yang terdiri atas kata dominan (nomina, ajektiva, verba) dan kata depan (preposisi), misalnya „menyimpang dari‟,„senang dengan‟, „terdiri atas‟.

Berikut contoh kolokasi secara gramatikal dalam bahasa Arab :

6 Yuslin Kasan, “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena Linguistik)” (n.d.): hlm 227.

7 M Benson, E Benson, and R Ilson, The BBI Dictionary of English Word Combinations (Philadelphia: John Benjamins, 1997).

8 Kasan, “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena Linguistik),” hlm. 228.

(6)

Misal verba لَصَح (berjalan, terjadi) berdampingan dengan preposisi (untuk) menjad ِل َلَصَح ِل yang dimaknai mengenai, atau terjadi . Dan jika verb َلَصَح (berjalan, terjadi) berdampingan dengan preposisi نم (dari) menjadi نم َلَصَح yang dimaknai muncul dari atau hasil dari. Sedangkan verba َلَصَح(berjalan, terjadi) berdampingan dengan preposisi ىلع (atas) menjadi ىلع َلَصَح yang dimaknai mendapatkan atau memperoleh9 .

Selanjutnya verba َجرخ (keluar) jika berdampingan dengan preposisi ِب (dengan) menjadi ِب َجرَخyang dimaknai mengeluarkan. Kemudian jika verba َجرَخ (keluar) jika berdampingan dengan preposisi ىلع (di atas) menjadi ىلع َجرَخ yang dimaknai memberontak, menyerang. jika berdampingan dengan preposis نع (tentang) menjadi نع َجرَخ yang dimaknai membelok, perkecualian dari atau melampaui10 .

Selanjutnya verba َمَّلَس (menyerahkan, memberikan) jika berdampingan dengan preposisi ىلإ (ke) menjadi ىلإ َمَّلَس dimaknai "tunduk dan mengajukan". Tetapi jika di sandingan dengan preposisi نم(dari) maka akan menjadi "menyelamatkan, menjaga", dan jika disandingkan dengan preposisi ىلع (di atas) maka akan menjadi "memberi hormat atau salam". Kemudian jika disandingkan dengan preposisi ِب makan akan menjadi "rela, mengakui atau menetapkan11."

Selanjutnya verba ا َع َد (memanggil, menyeru) jika berdampingan dengan preposisi ل (untuk) menjadi ل ا َع َد yang dimaknai mendoakan kebaikan. Kemudian verba ا (memanggil) jika َع َد berdampingan dengan preposisi يَلَع (di atas) menjadi يَلَع ا yang dimaknai mendoakan keburukan . َع َد Kemudian jika verba (memanggil, menyeru) jika berdampingan dengan preposisi ىلإ (ke) ا َع َد menjadi ىلإ ا َع َدyang dimaknai mengundang.

Kemudian klausa هن ِم ىَدَي berasal dari kata verb ىَدَي (memperoleh) disandingkan dengan preposisi نم (dari) dan pronomina ه (dia) yang dimaknai memperoleh kebaikan darinya12.

Kolokasi Leksikal

Kolokasi secara leksikal ialah gabungan kata yang terdiri atas nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Misalnya: prasa ى َر ُقلا مُأ nomina مأ artinya induk sedangkan ى َرُقلا artinya desa-desa, jika disandingkan kedua nomina tersebut diterjemahkan secara harfiyah induk dari desa, dan diterjemahkan secara maknawi menunjuk pada suatu tempat yakni "kota Mekkah al-Mukarramah "

13.

9 A. Ali and A. Zuhdi Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta, 1998).

10 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

11 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

12 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

13 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

(7)

Jurnal Al-Fawa’id

P-ISSN 2088-9593 | E-ISSN 2774-3748

Begitu juga denganسأرلا مأ kata مأ artinya induk sedangkan ِسأرلا artinya kepala. Jika disandingkan kedua nomina tersebut diterjemahkan secara harfiyah artinya induk dari kepala dan diterjemahkan secara maknawi artinya otak14 .

Selanjutnya prasa ِباِتِكلا مأ merupakan gabungan dari nomina مأartinya induk sedangkan باتكلاartinya buku, al-qur’an. Jika disandingkan kedua nomina tersebut diterjemahkan secara harfiyah artinya induk dari al-qur ’an, dan diterjemahkan secara maknawi artinya surat al-fathi hah

15.

Selanjutnya frasa ِيْأرلا ُبْلُص merupakan gabungan nomina ُبْلُص yang artinya artinya baja dan nomina يْأرلا artinya pemikiran, pendapat. Jika disandingkan kedua nomina tersebut terjemahan harfiyahnya keras pendapat yang diterjamahkan secara maknawi keras kepala16 .

Selanjutnya frasa بَدَلأا ليِلَق merupakan gabungan nomina ليِلَق artinya sedikit, dan بَدَلأا artinya adab, sopan santun. Jika disandingkan kedua nomina tersebut terjemahan harfiyahnya sedikit adab dan terjemahan maknawi tidak punya sopan santun17.

Foreignisasi

Foreignisasi, pada konteks penerjemahan adalah upaya mempertahankan apa yang asing dan tidak lazim pada konteks bacaan pembaca target tapi merupakan hal yang lazim, unik, dan khas dari budaya bahasa sumber. Dengan pemahaman ini, terjemahan yang bagus adalah terjemahan yang tetap mempertahankan gaya, dan cita rasa kultural bahasa sumber.18

Foreignisasi dalam penerjemahan dapat digunakan untuk mempertahankan referensi budaya teks bahasa sumber. Dengan tetap melibatkan aspek budaya yang ada dalam teks bahasa sumber, pembaca akan mengalami eksotisme teks asli dan mendapatkan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Dengan kata lain, pembelajaran lintas budaya bisa dilakukan.

Lebih lanjut dikatakan, meskipun penerjemah memutuskan untuk melakukan foreignisasi, harus tetap diingat bahwa penerjemahan, apapun bentuknya, selalu berkaitan dengan keberterimaan dan keterbacaan. Pembaca dalam level apapun tidak akan senang atau nyaman jika membaca teks yang mengandung kalimat yang terasa janggal atau mendapati kalimat yang terlalu kompleks. Jadi,

14 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

15 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

16 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

17 Ali and Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

18 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 150.

(8)

penerjemah memikul beban yang berat karena selain dituntut untuk bisa membawakan budaya dalam teks bahasa sumber, dia juga tidak boleh mempertahankan ‘linguistic discourse’.19

Adapun contoh penerapan foreignisasi dalam penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia bisa kita jumpai dalam kata dan frasa, maupun dalam kalimat. Dalam pemakaian kata, dengan mempertahankan kata sapaan sistem kekerabatan dalam bahasa Arab seperti ,يخأ ,يمأ ,يبأ يتخأ misalnya, akan membuat pembaca memahami kultur bahasa sumber; Memungkinkan terjadinya intercultural. Dengan begitu, secara tidak langsung, pembaca telah belajar kultur bahasa sumber ketika membaca sebuah karya terjemah. Selain itu, dalam penerjemahan dari bahasa Arab dengan alasan sapaan seperti itu tidak lagi asing bagi pembaca Indonesia, sehingga menghasilkan karya terjemah yang luwes dan mengalir. Walaupun demikian, kelemahan dari metode ini adalah, beberapa pembaca teks sasaran mungkin masih merasa asing dengan istilah يّدَجdan20يتَّدَج

Sementara penerapan foreignisasi juga kita jumpai pada beberapa penerjemahan teks pidato bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kata seruan seperti نوملسملا اهيأseringkali dibiarkan utuh tanpa harus diterjemahkan menjadi “wahai kaum muslimin”. Dengan demikian, pembaca bisa merasakan atmosfir dan cita rasa kultural Arab dalam terjemahan tersebut. Dengan mempertahankan pemakaian sapaan terhadap audiens dalam Bahasa Arab, diharapkan mampu membuat pembaca berimajinasi bahwa Khutbah tersebut betul-betul terjadi di Arab. 21

Domestikasi

Pandangan yang mengatakan bahwa terjemahan yang baik adalah terjemahan yang mengacu pada bahasa sasaran. Pandangani ini disebut domestikasi. Jadi, sebuah teks terjemahan disebut

"baik", "berterima", dan "benar" apabila bisa dipahami oleh pembaca bahasa target. Teks terjemahan tersebut haruslah tidak terdengar seperti teks terjemahan, seakan-akan sebuah karya asli bahasa yang bersangkutan.

Dalam kaitan dengan domestikasi ini, seorang penerjemah perlu mengetahui mengapa suatu teks itu diterjemahkan dan apa fungsi dari teks terjemahan tersebut karena setiap teks yang dihasilkan pasti mempunyai tujuan tertentu dan teks tersebut harus bisa memenuhi tujuan yang akan dituju. Penerapan pandangan ini akan tampak pada penggunaan metode penerjemahan adaptasi, bebas, idiomatis, dan komunikatif. Sehingga penerjemah mampu menghasilkan karya terjemah yang tidak terasa sebagai terjemahan dan menjadi bagian dari tradisi tulis dalam bahasa sasaran.

19 Nugroho and prasetyo, “Domestikasi Dan Foreinisasi Dan Dampaknya Terhadap Terjemahan,” hlm. 12.

20 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 152.

21 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 152.

(9)

Jurnal Al-Fawa’id

P-ISSN 2088-9593 | E-ISSN 2774-3748

Berlawanan dengan foreignisasi, dalam penerapannya, kata sapaan sistem kekerabatan dalam bahasa Arab seperti يبأ، يمأ، يتخأ، يخأ، يتدج، يدج misalnya, akan diterjemahkan menjadi ayah, ibu,saudara laki-laki,saudari perempuan kakek dan nenek. Hal ini dilakukan agar keseluruhan terjemahan hadir sebagai bagian dari bahasa Indonesia sehingga berterima di kalangan pembaca bahasa sasaran.22

Dengan begitu, karena ke dua peran di atas penting dalam menyelesaikan masalah, baik foreignisasi maupun domestikasi, kedua ini merupakan bagian pokok dari subkompetensi penerjemahan yang menciptakan kompetesi penerjemahan. Itu artinya foreignisasi maupun domestikasi menjadi salah satu pembuka jalan guna mencari solusi yang cocok terhadap tiap satuan teks. Solusi tersebut akan direalisasikan dengan menggunakan teknik penerjemahan tertentu seperti adaptasi, amplifikasi, dan lain – lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode dan teknik memiliki wilayah yang berbeda dalam menyelesaikan masalah; metode adalah bagian dari proses sementara teknik mempengaruhi hasil penerjemahan pada tiap satuan teks.

Aspek – Aspek Penting dalam Terjemahan Bahasa Arab - Indonesia

Pemahaman tentang kolokasi dan metode penerjemahan foreignisasi dan domestikasi yang akan berdampak pada kualitas terjemahan bahasa Arab ke bahasa Indoensia berdasarkan keakuratan pesan (accuracy in content), keberterimaan (acceptability), dan keterbacaan (readability) terjemah.

Ketiga kualitas tersebut memiliki hubungan timbal balik satu sama lain. Karena semua itu memegang peranan penting. Idealnya seorang penerjemah harus bisa menghasilkan terjemahan dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam uraian berikut.23

Keakuratan

Seorang penerjemah bahasa Arab ke bahasa Indonesia harus dituntut untuk tepat dan akurat dalam menerjemahkan karya dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indoensia. Ketika penerjemah tidak fokus pada terjemahan sehingga mengakibatkan ketidaktepatan hasil terjemah maka akan terjadi kekeliruan yang fatal terutama bagi penafsiran pembaca mengenai pesan yang akan disampaikan oleh penulis asli. Karena itu, dalam penerjemahan, keakuratan menjadi sangat penting.

Sepadan bukan berarti satu kata dalam bahasa Arab harus selalu diterjemahkan menjadi satu kata dalam bahasa Indoensia ataupun konsisten dengan menggunakan terjemahan kata-per-kata.

Intinya, bentuk kebahasaan dapat berbeda tetapi makna harus dipertahankan sedekat-dekatnya.

Karena tujuan penerjemahan adalah mengkomunikasikan makna secara akurat. Sehingga

22 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 152.

23 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 153.

(10)

kesepadanan pesan atau makna merupakan hal yang utama. Seorang penerjemah, jika ingin mendapatkan kualitas terjemahan yang baik dan berkualitas tidak boleh mengabaikan, menambah, atau mengurangi makna yang terkandung dalam bahasa Arab, hanya karena terpengaruh oleh bentuk formal bahasa Indoensia.

Penerjemahan bukan bertujuan menciptakan karya baru atau tulisan baru, melainkan menjadi jembatan penghubung antara penulis bahasa Arab dengan pembaca bahasa Indonesia.

Dengan kata lain, seorang penerjemah bukan meringkas sebuah teks menjadi sebuah tulisan baru tetapi penerjemah harus mampu menjadi fasilitator komunikasi penyampai pesan yang terkandung pada bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dengan akurat. Jika teks yang diterjemahkan merupakan teks prosedur yang bertujuan menerangkan bagaimana membuat atau melakukan sesuatu berdasarkan serangkaian langkah atau kegiatan, misalnya, maka teks terjemahan juga harus berupa teks prosedur.24

Keberterimaan

Selain keakuratan, yang tidak kalah penting dalam penerjemahan yang berkualitas baik adalah aspek keberterimaan. Keberterimaan mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks terjemahan dalam bahasa Arab sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca bahasa Indonesia. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca Indonesia.

Dalam proses penerjemahan, pesan atau makna yang telah dialihkan diungkapkan dalam bahasa Indonesia harus memperhatikan kaidah-kaidah dan norma-norma bahasa dan budaya yang berlaku.

Karena terdapat perbedaan tata bahasa antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia, maka seringkali struktur frasa, klausa dan kalimat teks terjemahan berbeda dengan struktur yang ada dalam teks sumbernya. Dapat disimpulkan bahwa, selain terkait dengan tatat bahasa dalam bahasa Indonesia, keberterimaan juga terkait dengahn budaya dalam bahasa Indonesia.

Karena itu, penerjemah dituntut mampu menerjemahkan tulisan yang sesuai, dengan menghasilkan norma budaya dalam bahasa Indonesia. Dalam penerjemahan teks dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, misalnya, dalam lingkungan budaya orang Arab, menyapa saudara ataupun kerabat yang lebih tua (kakak, paman, bibi dll) dengan menyebut namanya merupakan hal yang wajar tetapi dalam budaya Indonesia hal tersebut dipandang tidak sopan. Oleh karena itu, penerjemah hendaknya mengganti sapaan dalam bahasa Indonesia agar terjemahannnya tidak bertentangan dengan norma budaya Indonesia. Dengan demikian, hasil terjemahan menjadi terasa alamiah, bahkan tidak terasa seperti terjemahan sama sekali. Hal ini tentu berbeda ketika hasil

24 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 154.

(11)

Jurnal Al-Fawa’id

P-ISSN 2088-9593 | E-ISSN 2774-3748

sebuah terjemahan yang masih terlalu terkait dengan bahasa dan budaya Arab, maka hasilnya akan terasa asing dan kaku.25

Keterbacaan

Disamping mempunyai tingkat keakuratan dan keberterimaan, terjemahan yang baik ialah terjemahan dengan tingkat keterbacaan tinggi; yakni terjemahan yang mudah dipahami. Dalam hal ini, Houbert (1998) menegaskan bahwa, hal ini terjadi karena pembaca karya terjemahan ialah mereka yang tidak memahami bahasa Arab dan penerjemahan merupakan proses pengalihan pesan dengan tujuan dapat dipahami pembaca. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa suatu terjemah dikatakan memiliki tingkat keterbacaan tinggi (kelaziman) jika kata, istilah, frasa, kalusa, dan kalimat terjemahan dapat dipahami dengan mudah.26

SIMPULAN

Kompetensi pengenalan kolokasi merupakan salah satu hal mendasar yang wajib dimiliki oleh seorang penerjemah. Sehingga selain teknik-teknik penerjemahan, penguasaan gramatika, satu hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam standardisasi penerjemahan yang tepat adalah pemahaman tentang kolokasi yang kebanyakan orang masih belum paham terkait hal ini.

Oleh sebab itu, tidak mengejutkan jika didapatkan terjemahan yang tampak kaku, terjemahan yang leterlek (harfiah) tidak memiliki arti bahasa maknawi sesuai bahasa sumber. Hal ini dikarenakan penerjemah gagal dalam memahami kombinasi sejumlah kata, frasa maupun kalimat sebagai sebuah kolokasi.

Dari sini kita mengetahui bahwa kolokasi memiliki peranan yang sangat penting dalam ilmu penerjemahan. Dalam bahasa Arab banyak ditemukan kata yang bermakna unik jika berkolokasi dengan kata-kata khusus. Hingga ketika penerjemah mampu dalam mendapati kolokasi dalam sebuah teks, maka ia dapat menghasilkan karya terjemah yang hidup dan penuh makna.

Dalam dunia penerjemahan tidaklah penerjemah hanya mencukupkan diri dengan ilmu kolokasi saja karena terjemahan dianggap benar hanya jika mengandung beberapa unsur diantaranya teks bahasa sumber, kesesuaian dengan kaidah, norma dan budaya yang berlaku pada bahasa sasaran. Dari sini maka munculah dua metode dalam penerjemahan yaitu metode domestikasi dan metode foreignisasi yang memiliki peran yang tidak kalah penting dalam memudahkan penerjemah dalam mengalihbahasakan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang diinginkan. Metode foreignisasi adalah penerjemahan yang betul, berterima, dan baik adalah sesuai dengan selera dan harapan pembaca dengan tetap menghadirkan budaya bahasa sumber dan

25 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 156.

26 Perdana, “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI,” hlm. 156.

(12)

kehadiran bahasa sumber memberikan manfaat untuk pembaca target. Karakter dan budaya asing tetap dipertahankan untuk memberikan pengetahuan melalui metode foreignisasi. Kebalikannya, metode domestikasi adalah penerjemahan yang dapat memenuhi selera dan harapan pembaca yang dianggap sebagai penerjemahan yang betul, berterima, dan baik sesuai dengan latar belakang budaya masyarakat sasaran. Keduanya menitikberatkan pada unsur linguistik dan kebudayaan antar bahasa agar dapat menghasilkan karya terjemahan dengan tingkat keberterimaan yang baik.

Karena keberterimaan merupakan salah satu dari tiga aspek penting penentu suatu karya dianggap berkualitas baik atau buruk. Selain keberterimaan (acceptability), ketepatan (accuracy) dan keterbacaan (readability) juga merupakan tiga aspek penentu dalam sebuah terjemahan yang baik. Sehingga ketika penerjemah sudah mengilmui tiga hal di atas yaitu kolokasi, foreignisasi dan domestikasi serta tiga aspek penting dalam terjemahan maka penerjemah sudah menemukan strategi yang tepat untuk diterapkan agar hasil terjemahannya mudah dipahami target pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., and A. Zuhdi Mudhlor. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta, 1998.

Benson, M, E Benson, and R Ilson. The BBI Dictionary of English Word Combinations. Philadelphia:

John Benjamins, 1997.

Hardiyanti, Diana, and Riana Eka Budiastuti. “Penerjemahan Kolokasi pada Buku Bacaan Anak Dwibahasa” 7 (n.d.): 18.

Harimurti, K. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Kasan, Yuslin. “Struktur Kolokasi Bahasa Arab (Suatu Kajian Fenomena Linguistik)” (n.d.): 16.

Nugroho, andy bayu, and jhonny prasetyo. “Domestikasi Dan Foreinisasi Dan Dampaknya Terhadap Terjemahan” (September 23, 2009): 14.

Perdana, Dafik Hasan. “STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DIPAHAMI” (n.d.): 18.

Siregar, Roswani. “PENTINGNYA PENGETAHUAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN BAGI PENERJEMAH” 1 (2016): 8.

Referensi

Dokumen terkait

r umusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana membuat aplikasi Bahasa Arab yang menarik agar mudah dipelajari dan dipahami dengan cara:. a. Dengan merancang

Tujuan utama dari akuntansi adalah menghasilkan informasi akuntansi yang akurat dan relevan. Maka , laporan keuangan haruslah akurat dan mudah dipahami. Agar

Agar penelitian ini dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca, maka penulis menjelaskan beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

menurut kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.Tiga kriteria (yaitu sepadan, terbaca, dan.. 8 berterima) inilah merupakan substansi atau inti bahwa karya terjemahan

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan iklan layanan masyarakat yang mudah dipahami dan jelas dalam artian masyarakat dapat dengan mudah mengetahui jenis-jenis

Temuan ini juga dapat memberikan motivasi kepada penerjemah agar lebih kritis, cermat, dan tepat dalam menerapkan strategi penerjemahan, meminimalkan kesalahan, dan

Ruang lingkup penelitian ini perlu dibatasi agar penulis dapat lebih terarah dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi penelitian

Yang terakhir, penelitian ini diharapkan dapat membantu para penerjemah film khususnya untuk dapat menghasilkan terjemahan film yang berkualitas, yang tidak mengubah bentuk dan