• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Peran Orang Tua

a. Pengertian Peran Orang Tua

Menurut Hamalik (2007:33) peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut,dapat disimpulkan bahwa peran yaitu suatu pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri khas yang dimiliki seseorang sebagai pekerjaan atau jabatan yang berkedudukan dimasyarakat. Sedangkan Menurut Jhonson (2004 :7) peran adalah seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.

Selanjutnya peran itu sendiri dimiliki oleh siapa saja sebagai pelaku atau pelaksana dalam hal ini bisa orang tua, pemerintah, sekolah, anak-anak pun boleh- boleh saja. Lalu peran itu akan dilakukan oleh orang tua yang mempunyai tanggung jawab dalam institusi keluarga terhadap anak-anaknya semenjak anak- anak itu dilahirkan di dunia ini. Sedangkan istilah orang tua itu sendiri ternyata menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008) orang tua adalah ayah, ibu kandung.Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah yang membentuk sebuah keluarga. Didalam sebuah keluarga peran orang tua sangat penting bagi anak, terlebih lagi ketika anak memasuki usia sekolah dan usia menempuh remaja. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insane (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan

9

(2)

pengembangan ras manusia. Sehingga untuk mengetahui penjelasan tentang orang tua, perlu dipahami lebih dulu tentag keluarga.

Adapun institusi keluarga itu sendiri, para pakar sosiologi memberikan pandangan seperti Jhonson tentang keluarga itu adalah kelompok social terdiri dari sejumlah individu,memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. Didalam buku yang sama juga dijelaskan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

(Jhonson:2004:2)

Jadi setiap anggota keluarga memiliki peranan pribadinya masing-masing, peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Sedangkan orang tua mempunyai peran tersendiri yakni sebagaimana dijelaskan oleh Lestari yaitu peran orang tua adalah cara-cara yang digunakan oleh orang tua terkait erat dengan pandangan orang tua mengenai tugas-tugas yang mesti dijalankan dalam mengasuh anak.( Lestari:2012:153). Di antara anggota keluarga dan peran orang secara terinci adalah sebagai berikut:

1) .Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya dan sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peranan ayah dalam keluarga diantarana sebagai berikut:

a) .Sumber kekuasaan dalam keluarga

b) Penghubung intern antara keluarga dengan masyarakat c) Pemberi parasaan aman bagi seluruh anggota keluarga d) Pelindung terhadap ancaman dari luar

e) Sebagai hakim jika terjadi perselisihan

1. Ibu sebagai istri dari suami dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

(3)

anak-anaknya, sebagai pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juag ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Sedangkan untuk peran ibu lebih dominan pada:

a) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang b) Pengasuh dan pemelihara

c) Tempat mencurahkan isi hati

d) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga e) Pembimbing hubungan pribadi

f) Pendidik dalam segi emosional

2) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.

Menurut Lestari (2012:153) peran orang tua adalah cara–cara yang digunakan oleh orang tua terkait erat dengan pandangan orang tua mengenai tugas-tugas yang mesti dijalankan dalam mengasuh anak.Selanjtnya,dijelaskan tentang peran orang tua dalam hal ini ayah dan ibu yang ada dalam institusi kelurga lalu Jhonson menjelaskan bahwa didalam keluarga itu mempunyai beberepa yakni sebagai berikut: (Jhonson: 2004: 8)

a) Fungsi Sosialisasi Anak

Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

b) Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan kasih sayang atau rasa cinta. Dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam nerkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dan menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

(4)

c) Fungsi Edukatif

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator”

social budaya bagi anak. Menurut UU No. 2 Tahun 1989 Bab IV Pasal 10 Ayat 4 : “Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan”. Berdasarkan Undang- Undang tersebut, maka fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan sorang anak mulai dari bayi, belajar jalan, hingga mampu berjalan. Keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditunjukan bahwa tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak, tidak hanya sebatas anak mampu mempertahankan hidupnya, namun lebih dari itu adalah mampu memaknai hidupnya sehingga mampu menjadi manusia yang lebih baik di dalam masyarakat.

d) Fungsi Religius

Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini fungsi di keluarga semakin berkembang, diantaranya fungsi keagamaan yang mendorong dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya menjadi insan-insan agama yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

e) Fungsi Protektif

Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya.

Dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.

(5)

f) Fungsi Rekreatif

Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang sangat gembira dalam lingkungan.

g) Fungsi Ekonomis

Anggota keluarga bekerjasama sebagai suatu team dan andil bersama dalam hasil mereka. Fungsi ekonomis ini juga dapat dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

h) Fungsi Status Sosial

Keluarga berfungsi sebagai suatu dasar yang menunjukkan kedudukan atau status bagi anggota-anggotanya. Dalam sebuah keluarga, seseorang menerima serangkaian status berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya.

Disamping fungsi keluarga yang telah dijelaskan diatas, masing-masing anggota keluarga mempunyai tugas yang mesti dilakukan dalam kehidupan keluarga diantara tugas keluarga. Menurut Bahiyatun seorang fakar dalam pendidikan mengklasifikasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh anggota keluarga. yaitu sebagai berikut : (Bahiyatun:2011: 65),

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing-masingsesuai dengan kedudukannya.

d. Sosialisasi antara anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

(6)

Setelah mengetahui tentang tugas dan fungsi keluarga, menurut Nirwana peran kedua orang tua dalam keluarga adalah sebagai berikut : ( Nirwana: 2011 :159-161)

a. Kedua orang tua mempunyai tugas untuk menyayangi anak-anaknya.

b. Orang tua mempunyai tugas dalam menjaga ketentraman dan ketenangan lingkungan rumah serta menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak.

c. Saling menghormati antara orang tua dan anak dengan kata lain yaitu mengurangi kritik dan pembicaraan negative berkaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang,dan keakraban pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hokum mereka terkait dengan diri mereka dan orang lain.

d. Mewujudkan kepercayaan. Sebagai orang tua memberikan penghargaan dan kelayakan kepada mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap.

e. Mengadakan perkumpulan keluarga. Dengan mengadakan perkumpulan atau pertemuan secara pribadi dengan anak itu, maka sebagai orang tua bisa mengetahui kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Orang tua merupakan tempat rujukan bagi sejuta permasalahan anak, jangan sampai anak mendapatkan informasi dalam kehidupan keseharian dari orang lain, oleh karena itu perlu adanya kedekatan. Orang tua merupaka teladan bagi anak dalam pembentukan karakter dan kepribadian.

Berdasarkan uraian tentang tugas, fungsi dan peran orang tua dan keluarga, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki posisi yang sangat menentuka keberhasilan sebuah keluarga dan keberhasilan dari seorang anak, dimana orang tua yang mampu melaksanakan tugas, fungsi dan perannya dengan baik maka anak akan tumbuh dan dapat memberikan teladan serta dapat menjadi pendorong bagi semangat dan motivasi anak dalam kehidupannya.

b. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan

(7)

Peran orang tua dalam pendidikan akan menentukan keberhasilan bagi pendidikan anak-anaknya, di antara orang tua dalam pendidikan.

(Gunarsa 2006 : 621) adalah sebagai berikut : 1. Pendidik (edukator)

Pendidik dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan potensi psikomotor.

3. Pendorong (motivator)

Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Motivasi bisa berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat.

4. Fasilitator

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Jadi orang tua berkewajiban memenuhi fasilitas belajar agar proses belajar berjalan dengan lancar.

5. Pembimbing

Sebagai orang tua tidak hanya berkewajiban memberikan fasilitas dan biaya sekolah saja. Tetapi anak juga membutuhkan bimbingan dari orang tuanya. Sekolah merupakan kegiatan yang berat dalam proses belajar banyak dijumpai kesulitan, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat. Orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Oleh sebab itu orang tua harus mempunyai waktu dalam mendampingi anak-anaknya. Pada saat itulah anak diberi pengarahan dan nasehat agar lebih giat belajar.

(8)

Selanjutnya, Gunarsa mengemukakan bahwa sikap orang tua yang perlu mendapat perhatian, guna perkembangan moral anaknya adalah:

(Gunarsa: 2006: 62)

1. Konsistensi dalam mendidik dan mengajar anak-anak.

Keharusan adanya konsistensi dalam hal-hal apa yang mendatangkan pujian atau hukuman pada anak. Juga antara ayah dan ibu harus ada kesesuaian dalam melarang atau memperbolehkan tingkah-tingkah laku pada anak.

2. Sikap orang tua dalam keluarga.

Seorang anak akan meniru sikap dari orang-orang yang paling dekat dengan dirinya dan yang ditemuinya setiap hari seperti orang tua dan keluarga

3. Penghayatan orang tua akan agama yang dianutnya.

Orang tua yang sungguh-sungguh menghayati kepercayaannya kepada Tuhan, akan mempengaruhi sikap dan tindakan mereka sehari-hari. Anak yang banyak dibekali dengan ajaran-ajaran agama, hidup dalam kepercayaan dan kesetiaan kepada Tuhan, semua itu dapat menjadi dasar yang kuat untuk perkembangan moral anak serta keseluruhan kehidupannya dikemudian hari.

4. Sikap konsekuen orang tua dalam mendisiplinkan anaknya.

Orang tua yang tidak menghendaki anak-anaknya untuk berbohong, bersikap tidak jujur, harus pula ditunjukkan dalam sikap orang tua sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini orang tua perlu menjaga sikapnya.

Adanya ketidak sesuaian antara apa yang diajarkan atau dituntut orang tua terhadap anaknya, dengan apa yang dilihat anak sendiri dari kehidupan orang tuanya, dapat menimbulkan konflik dalam diri si anak dan anak dapat menggunakan hal tersebut sebagai alasan untuk tidak melakukan apa yang diajarkan orang tuanya.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peran orang tua terhadap perkembangan moral anak juga

(9)

sangat penting baik secara langsung ataupun tidak langsung. Peran orang tua terhadap perkembangan moral anak secara langsung yaitu bagaimana cara dan sikap orang tua dalam mendidik, mendisiplinkan dan menanamkan nilai- nilai moral pada anak-anaknya. Sedangkan peran orang tua terhadap pengembangan moral secara tidak langsung yaitu bagaimana tata cara dan sikap hidup orang tua sendiri sehari-hari yang ditiru oleh anak melalui proses belajar.

c. Peranan Sikap Orang Tua Terhadap Anak

Peran orang tua juga selalu berkaitan dengan sikap, perilaku orang tua, sebab prilaku atau sikap orang tua sangat mempengaruhi terhadap sikap orang tua terhadap anak-anaknya terutama anak remaja yang sudah mulai mengerti dan memahami tentang prilaku atau sikap orang tuanya. Oleh itu sebagaimana dengan peran dan tugas orang tua, peranan sikap orang tua juga merupakan salah satu hal yang penting dalam memotivasi belajar anak. Untuk mengetahui sejauh mana peranan sikap orang tua terhadap anak menurut Gunarsa sebagai berikut: (Gunarsa :2007:82 – 95)

1. Sikap terlalu menyayangi dan melindungi anak.

Sikap dimana orang tua memberikan seluruh perhatian terhadap anak.

Anak yang terlalu disayang, dilindungi, dikuasai dan dimanja oleh orang tua atau orang yang sering berhubungan dengan anak tersebut.

2. Permanjaan yang berlebihan

Sikap permanjaan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya sering terlihat pada orang tua yang semasa kecilnya mengalami kesukaran ekonomis, sehingga ingin mengabulkan setiap permintaan anak. Selain itu seorang ayah yang ingin menutupi kekurangan memberi waktu pada anak, dan ingin mengimbangi kekurangan ini dengan memanjakan anak.

3. Kekhawatiran yang luar biasa.

Secara umum orang tua memiliki rasa khawatir akan kesehatan anak.

Akan tetapi seringkali terlihat orang tua yang kekhawatirannya berlebihan yang dilatar belakangi oleh berbagai sebab, diantaranya:

a. Salah seorang anaknya telah meninggal

(10)

b. Hanya memiliki seorang anak

c. Orang tua yang sering bertengkar karena ketidakcocokan

d. Seorang ibu yang hanya memusatkan pikiran pada rumah tangga.

4. Kekurangan rasa sayang

Diantara sikap kekurangan kasih sayang dari orang tua dapat dilihat dari sikap orang tua yang tidak menyukai anaknya dan bersikap acuh terhadap anaknya, sikap orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga lebih mementingkan karir dan kesibukannya diluar rumah dari pada perhatian pada anaknya.

5. Penolakan terhadap anak

Sikap penolakan terhadap anak dapat didasari dari kurangnya kasih sayang terhadap anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya, yaitu kehadiran anak yang tidak diharapkan oleh orang tuanya. Sikap penolakan tersebut dapat dilihat dari cara-cara orang tua berkomunikasi dengan anak, diantaranya sebagai berikut :

a. Orang tua member hukuman-hukuman yang berat dan mengabaikan anak.

b. Orang tua mengancam akan mengusir anak.

c. Orang tua tidak sepakat dalam menangani masalah anak.

d. Orang tua memperlihatkan kecurigaan terus-menerus terhadap anak.

e. Tidak mau mengeluarkan uang untuk anak.

f. Membedakan anak yang satu dari anak-anak lainnya.

g. Orang tua tidak dapat melihat segi-segi baik dari anak tersebut.

h. Orang tua yang terus memberikan kritik dan memperbesar setiap kesalahan yang dilakukan anaknya.

6. Identifikasi

Sikap identifikasi orangtua terlihat dari sikapnya yang ingin mengulangi hidupnya kembali didalam diri anaknya atau dapat dikatakan bahwa orangtua menghendaki keberuntungan bagi anaknya, dimana hal itu tidak diperolehnya pada waktu orang tua masih kecil.

7. Pertentangan antar orang tua

(11)

Seringkali anak melihat adanya ketidakcocokan pada orang tua dan anak dibiarkan melihat pertengkaran yang terjadi diantara orang tuanya, terkadang sesuatu yang dilarang oleh ayahnya justru diperbolehkan oleh ibunya, sehingga mengakibatkan anak menjadi ragu dan tidak memiliki keputusan.

Menurut Hurlock peran orang tua terhadap anak berkaitan dengan sikap yang ditujukan oleh orang tua dalam mendidik dan memperlakukan seorang anak. Diantara sikap orang tua yang tersebut adalah sebagai berikut : (Hurlock Tjandrasa: 1994:204 )

a. Overprotection (terlalu melindungi) Pola sikap orang tua tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Kontak yang berlebihan pada anak

2) Perawatan/ bantuan pada anak yang terus-menerus 3) Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan 4) Memecahkan masalah anak

b. Permissivitas

1) Memberikan kebebasan untuk berfikir atau berusaha 2) Menerima gagasan/pendapat

3) Membuat anak merasa diterima dan merasa kuat 4) Toleran dan memahami kelemahan anak

5) Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima c. Rejection (penolakan)

1) Bersikap masa bodoh 2) Bersikap kaku

3) Kurang mempedulikan kesejahteraan anak

4) Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak d. Acceptance (penerimaan)

1) Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak 2) Menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah 3) Mengembangkan hubungan yang hangta dengan anak

4) Bersikap respek terhadap anak

(12)

5) Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya

6) Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya

e. Submission (penyerahan/tunduk pada anak) 1) Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak 2) Membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah 3) Overdiscipline (ambisi orang tua)

4) Mudah memberikan hukuman

5) Menanamkan kedisiplinan secara keras

d. Peran Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar Anak

Keberhasilan anak dalam proses belajarnya tidak dapat terlepas dari adanya motivasi yang menjadi penggerak dan pendorong anak agar dapat menjalankan kewajiban dalam belajarnya. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi dari luar (ekstrinsik). Dari kedua motivasi tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan anak, meskipun yang lebih utamanya adalah motivasi dalam diri anak tetapi motivasi dari luar atau ekstrinsik tetap menjadi faktor yang ikut mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

Salah satu contoh motivasi yang berasal dari luar diri siswa adalah orang tua, dimana oerang tua merupakan orang yang pertama kali dikenal dan dekat dengan anak, keberadaan siswa antara di sekolah dengan di rumah tentunya lebih banyak di rumah, maka dari itu peran orang tua sebagai orang yang dekat dengan siswa dinilai sangat penting terutama dalam memotivasi belajar siswa. Diantara peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak.

2. Memantau perkembangan kemampuan akademik anak. Orang tua diminta untuk memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.

3. Memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan

(13)

berkomunikasi dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.

4. Memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orang tua dapat menanyakan aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata bahasa latin movere yang berarti

“menggerakan”. Berdasarkan pengertian ini maka motivasi menjadi berkembang. Wlodkwoski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang member arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut (dalam fauzi,2015:265)

Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut M. Utsman Najati, Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu.

Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:756)

Sedangkan menurut Sardiman motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga, seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. (Sardiman: 2012:

75) Pengertian tentang motivasi juga dikemukakan oleh menurut B. Uno motivasi adalah suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan- rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan

(14)

untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik dari sebelumnya. (B. Uno: 2011: 9)

Pengertian yang dikemukakan para ahli tentang pengertian motivasi diatas, bahwa motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang menjadi penggerak bagi individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi merupakan faktor yang penting bagi individu atau kelompok untuk dapat melakukan suatu tindakan yang mengarah pada ketercapaian suatu tujuan yang ditentukan.

Motivasi juga memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah seperti motivasi dalam berbagai literatur, seperti need, drives, wants, interests,desires, motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan(yamin,2003:82).

Mc. Donald dalam soemanto (1990: 191),memberikan pengertian motivasi yakni, suatu perubahan tenaga didalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Purwanto (1998; 600 mengeukakan bahwa motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu selain itu,Thontowi (1993:68) juga mengemukakan bahwa tindakan belajar yang bermotif dapat dikatakan sebagai tindakan belajar yang dilakukan oleh anak yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakan, sehingga tindakan itu tertuju ke arah suatu tujuan yang diidamkan.

Mc. Donald dikutip Sardiman (2005: 73-74) Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang dengan munculnya “feeling”

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting:

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya atau rasa feeling, afeksi Seseorang

(15)

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan.

Dari pendapat para toko diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi atau keadaan pada diri seseorang yang menimbulkan kesiapan untuk memulai perilaku untuk memenuhi kebutuhan.

Dengan demikian motivasi menjadi faktor penting bagi anak dalam usaha mencapai tujuan belajar dan tujuan pendidikannya, dimana motivasi tersebut akan menjadi pendorong bagi anak untuk terus berusaha dan bersemangat meraih prestasi dan cita-cita yang mereka tentukan, maka untuk dapat meraih tujuan tersebut diperlukan motivasi yang tinggi baik dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang.

b. Pengertian Belajar

Menurut B. Uno (2011:15) belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relative menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.Menurut Djamarah (2011: 13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Slameto (2010: 2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Sardiman (2012:21) belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang telah dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses

(16)

usaha yang dilakukan oleh seseorang yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya dan mencapai suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian belajar yang tersebut bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tersebut dapat dimasukkan dalam ciri-ciri belajar. Menurut Djamarah (2011: 15) ciri-ciri belajar sebagai proses perubahan tingkah laku adalah sebagai berikut:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku c. Pengertian Motivasi Belajar

Sardiman (2012:75) Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Menurut B. Uno (2011:23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku , pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur yang mendukung.

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, tetapi motivasi

(17)

dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya.

Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar.

Berdasarkan beberapa penegrtian tentang motivasi oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar yaitu keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, dan menghasilkan suatu perubahan tingkahlaku sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

c. Fungsi motivasi

Fungsi motivasi menurut Hamalik dikutip Yamin (2006: 158-159) meeliputi sebagai berikut:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi sebagai Penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Dari pendapat toko diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menghasilkan yang baik.

d. Jenis- jenis Motivasi

Dimyati dan Mudjiono (2010: 86) membagi motivasi menjadi dua jenis. Yaitu motivasi primer dan motivasi skunder . Motivasi primer merupakan motivvasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Motivasi itu memiliki sifat yang naluriah. Contoh dari motivasi ini diantaranya dorongan untuk

(18)

makan,minum istirahat, perasaan takut, kasih sayang dan sebagainya sedangkan motivasi sekunder merupakan motiv yang dipelajari.

Sependapat dengan Fauzi (2015: 277) yang membagi motivasi ke dalam dua jenis yaitu :

1) Motivasi primer

Menurut primer adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif dasar yang umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani mereka dalam kaitan ini Mc. Donald, menyatakan bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan,perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan.

2) Motivasi skunder

Motivasi sekunder berbeda dengan motivasi primer. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Motivasi sekunder memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Thomas dan Zanniecki dalam Fauzi (2015: 278) menggolongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan : (1) memoeroleh pengalaman baru (2) untuk mendapat respon (3) memperoleh pengakuan (4) memperoleh rasa aman.

e. Macam-Macam Motivasi

Suryabrata (2011: 72-73) juga membedakan motif menjadi dua, yakni motif-motif intrinsik:

a) Motif ektrinstik, yaitu motif-motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar

b) Motif intristik yaitu motif-motif yang berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.Berdasarkan penejelasan diatan dapat disimpulkan bahwa motivasi terbagi kedalam dua jenis, yaitu motivasi primer dan motivasi skunder : Motivasi ektrisntik yaitu yang berada dari luar individu misalnya adanya ajakan atau perintah , sedangkan motivasi intristik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang misalnya keinginan dari diri sendiri untuk bersekolah.

(19)

Menurut Djamarah (2011: 149-152) motivasi ada dua, yaitu: Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.

Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu.

f. Pentingnya Motivasi

Menurut Sardiman (2008:85) pentingnya motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting diantaranya yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat. jadi sebagai penggerak / motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

3. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

g. Indikator Motivasi Belajar

Menurut B. Uno (2011:23) indikator motivasi belajar meliputi:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4. Adanya penghargaan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

(20)

h. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.

2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari : Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.

Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orang tua dan lain-lain. (Muhibin Syah,1995:108-115)

3. Anak usia Remaja Usia 13-17

a. Pengertian Anak Di Usia Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensene yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.Istilah adolensene mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,emosional, sosial dan fisik (Hurluck, 1992). pada masa ini sebenernya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan tua.

Seperti yang dikemukakan oleh calon ( dalam Monks,dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berangsur antara umur 12 tahun sampai dengan usia 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria Sedangkan pegertian remaja menurut Zakiah Drajat (1990 : 23 ) adalah

masa peralihan diantara masa anak-anak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

(21)

Masa remaja sering disebut juga masa pubertas. Adapun Root( dalam Al-Migwar,2006:17) berpendapat bahwa masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan saat terjadi kematangan alat-alat seksual da tercapainya kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan – perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan somatic dan persektif psikologis, seperti pertumbuhan dan perkembangan fisik,emosi kognitif, dan psikososial.

a. Pertumbuhan dan perkembangan Fisik

Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja meliputi perubahan progresif yang bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan,bertambahnya besar paru-paru dan jantung ,serta bertambahnya sempurnanya system kelenjar endoktrin atau kelamin dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan ekternal meliputi bertambahnya tinggi dan beratnya badan ,dan munculnya tanda-tanda kelamin skunder seperti pada laki-laki tu,buh kumis dan jenggot, jakun, . Sedangkan perempuan tumbuhnya payudara, pinggul membesar, suara menjadi halu ( Ali.M dan Asrosi.M,2006:20)

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada remaja menurut. Jean Piaget (dalam Desmita 2008:195) adalah telah mencapai tahap perkiraan operasional formal (formal operational thought) yaitu sudah dapat berfikir secara abstrak dan hipotesis,serta sudah mampu berfikir tetang sesatu yang akan atau mungkin terjadi. Merekan juga sudah mampu memikirkan semuaa kemungkinan secara sistematik (sebab-akibat) untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah-masalah

c. Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi pada remaja menurut Granville Stanley Hall ( dalam Al-Migwar,2006:69) belum stabil sepenuhnya ata masih sering berubah-ubah kadang-kadang mereka semangat belajar kadang-kadang

(22)

mereka sangat percaya diri. Hal ini di seabkan karena mereka memiliki perasaan yang sangat peka terhadap rangsangan dari luar.

d. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial yang terjadi pada remaja yaitu, remaja remaja mulai mencari identitas jati dirinya.Remaja mulai menyadari adanya rasa kesukaan dan ketidak sukaan atas sesuatu, sudah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai di masa depan, sudah mempunyai kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupan sendiri. Dalam menjalin hubungan relasi, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya nya dari pada dengan orang tuanya,sehingga lebih terjalin kedekatan secara pribadi dengan teman sebaya dari pada dengan orang tuanya.Hal ini membuat mereka lebih suka bercerita masalah-masalah pribadi.Sedangkan masalah – masalah yang mereka ceritakan kepada orang tua hanya seputar maalah sekolah dan kerja (Desmita,2008:217- 222).

Berdasarkan Teori yang diungkapkan sebelumnya,maka dapat dilakukan identifikasi lanjut mengenai factor resiko dan factor protektif yang berpengaruh terhadap perkembangan mental emosional remaja dengan menggunakan sudut pandang intrinstik dan dan ektrinstik dari individu. Faktor- factor intrinstik merupakan hal-hal yang mengacu pada apa yang ada dalam diri seotrang anak sedangkan factor ektrinstik merupakan factor dari luar, yaitu lingkungan, lingkungan daam pertumbuhan seorang anak dapar dibagi menjadi lingkungan mini, mikro,meso dan makro.

1. Faktor Intrinstik

Faktor biologis yang berpengaruh terhadap perkembangan mental adalah genetic, jenis kelamin, dan usia, kemajuan dalam ilmu saraf membuktikan bahwa masalah mental dapat tercipta interaksi anatara factor genetic dan factor lingkungan. Hampir semua gangguan mental dan perilaku umum dalam keluarga dan studi yang membandingkan resiko gangguan mental kepada anak kembar menghasilkan kesimpulan bahwa

(23)

resiko gangguan mental secara genetic merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks.

Masa remaja identik dengan masa penentangan atau pemberontakan, terkait dengan berbagai perubahan yang harus dihadapi oleh remaja dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Tahapan perkembangan yang harus remaja hadapi adalah kemampuan untuk berfikir lebih dewasa dan rasional serta memiliki pertimbangan yang lebih matang dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan tersebut disebut kemampuan kognitif.Dengan kemampuan tersebut sering menimbulkan konflik antar remaja dengan orang tua,sekolah dan lingkungannya.

2. Faktor Ektrisntik

Faktor ekternal merupakan factor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan remaja..Lingkungan dalam tumbuh kembang dibagi menjadi lingkungan mikro,mini,meso dan makro.

a. Lingkungan Mikro

Lingkungan Mikro merupakanlingkungan terkecil bagi seorang individu. Ibu merupakan unsur utama yang paling berperan dalam lingkungan mikro. Hubungan ibu dan anak terjalin sangat erat. Dalam lingkungan mikro, peran ibu adalah memberikan kecukupan gizi anak pada awal kehidupan, sehingga anak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal, pegetahuan, keterampilan dan sikap ibu dalam mencukupi kebutuhan biopsikososial yaitu asuh asih dan asah sangat berpengaruh dalam perkembangan anaktermasuk perkembangan mental dan emosiaonal anak.

b. Lingkungan Mini

Lingkungan mini merupakan lingkungan keluarga,dimana unsure anggota keluarga yaitu ayah,saudara,nenek kakek dan orang lain yang tinggal dalam satu ata. Pemgetahuan sikap, dan keterampilan anggota keluarga dalam membentuk lingkungan keluarga yang baik dalam memberikan kebutuhan biopsikososial, angat besar pengaruhnya terhadap tumbuh kembang individu . Tugas seorang ayah dalam keluarga satu

(24)

satunya adalah memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga yang baik dapat memberikan dampak positif dalam tumbuh kembang seorang anak, termasuk dalam perkembangan mental. Remaja mulai memiliki pikiran yang rasional, dengan dasar pemikiran yang ditemukan dalam lingkungan remaja mulai berekprimen diluar rumah,akan tetapi kondisi emosi yang labil,dan sikap mudah menyerah dari remaja dapat menimbulkan suatu masalah. Penanaman nilai-nilai dari lingkungan yang dapat menimbulkan nasalah mental emosional.

c. Lingkungan Meso

Lingkungan meso terdiri dari lingkungan yang berada diluar rumah.Unsur lingkungan meso yang dapat berpengaruh dalam tumbuh kembang seorang anak antara lai teman sebaya,pendidikan sekolah, dan lingkungan tetangga.Memasuki masa remaja,anak mulai melepaskan diri dari ikatan emosi dengan orang tuanya dan menjalin sebuah hubungan yang akrab dengan teman-teman sebayanya. Kelompok sebaya memberikan dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman sebayanya. Apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya ini cenderung tertutup dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang berkembang, sikap, fikiran,perilaku dan gaya hidup kelompoknya.Demikian pula bila anggota kelompoknya mencoba minum alcohol rook atau lebih mentigin kerja dibandingkan sekolah, maka remaja mengikuti tanpa memperdulikan akibatnya.

d. Lingkungan Makro

Lingkungan Makro merupakan lingkungan yang sangat luas, sehingga secara tidak langsung memberikan dampak bagi perkembangan anak dan remaja.Unsur yang termasuk dalam lingkungan makro diantaranya adalah kebijakan pemerintah, sosial budaya masyarakat, lembaga non pemerintah, ilmu pengetahuan dan teknologi.Lingkungan masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja meliputi

(25)

lingkungan media massa dan sosial budaya global,dengan demikian terjadi pergeseran nilai kehidupan.

Teknolog dewasa ini telah berkembang sangat pesat dan berpengaruh terhadap pesatnya pertukaran informasi.Berbagai maam informasi yang tengah terjadi dapat dengan mudah dan cepat diketahui oleh banyak orang di seluruh dunia.Remaja dalam masa perkembangannya mendapat berbagai macam pengajaran tentang nilai-nilai tersebut diharapkan dapat menjadi pegangan bagi remaja dalam menjalani kehidupan.Pertukaran informasi yang begitu cepat dari penjuru dunia ikut membawa budaya luar yang berbeda dengan budaya indonesia, sehingga dapat menggesr niai-niai budaya yang ada.

Masa remaja awal dimulai ketika usia seorang anak telah genap usia 13tahun dan berakhir pada usia 17- 18 tahun,anak usia belasan tahun ditunjukan bagi remaja awal.Batasan usia remaja akhir adalah anatara 17 tahun sampe 21 tahun bagi wanita,dan 18 tahun sampe 22 tahun bagi laki- laki. Diantara batasan usia itu,terjadinya proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya ,yang mengarah kepada kematangan yang sempurna.Pada akhir masa psikisnya dan sosialnya terus berlangsung.Secara bertahap,selama remaja akhir,mereka tidak lagi dijuluki anak usia belasan tahun,tetapi dijuluki lelaki muda dan wanita muda.

Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak bnyak mengalami perubahan pada psikis dan fisiknya.

Perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan dikalangan remaja.

Sebabnya mereka mengalami Masa bergejolaknya jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat ( Zulkifli :2000:63) Pengertian remaja adalah massa peralihan yang ditempuh oleh seserang da1ri kanak-kanak menuju dewasa,atau dapat dikatakan bahwa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa.(Aat syafaat dkk,21008:87)

(26)

Disamping itu remaja merupakan generasi penerus orang tuanya.Pada massa selanjutnya remaja akan tumbuh orang dewasa,berkeluarga dan peranan dalam hidup dilingkungan masyarakat semakin besar. Usia Remaja merupakan suatu masa bagi seseorang untuk memantapkan kemampuan dan keterampilan dasar yang telah di perolehnya pada masa usia anak-anak .pada usia remaja kemampuan dan keterampilan dasar juga dikembangkan agar makin banyak pengetahuan dan keterampilan baru yang bisa diperoleh sehingga akan makin lebih mantap untuk belajar lebih lanjut pada masa yang penuh angan-angan dan cita-cita untuk kehidupan masa depan (Rahmat Djatmika,1992:93).

b. Perkembangan Remaja

Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis.( Syamsu Yusuf: 2002:

14)

Setelah membicarakan pengertian remaja,maka selanjutnya perlu diketahui bagaimana remaja itu sendri baik secra fisik maupun psikis. Dalam hal ini ada beberapa perkembangan remaja diantranya sebagai berikut:

1. Perkembangan fisik. Masa remaja merupakan salah satu diantara masa dua rentangan kehidupan,dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat.

Masa pertama terjadi masa pranata dan bayi.

2. Perkembangan intelektul. Masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remajasecara mental telah dapat berfikir tentang berbagai gagasan yang abstrak.

3. Perkembangan emosi. Pertumbuhan fisik,terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan dan drngan baru yang dialami sebelumnya.

4. Perkembangan sosial. Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk memahami rang lain,sebagai individu yang unik banyak menyangkut sifat pribadi,minat,nilai-nilai,maupun perrasaan.

(27)

5. Perkembangan moral. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memnuhi kepuasan fisiknya,tetapi juga psikologinya.

6. Perkembangan kepribadian. Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari fisik sikap kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensisnya respon individu yang beragam.

c. Rangka Perkembangan Jiwa manusia

Sebagai manusia,remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang menuntut untuk penuhi. Hal itu merupakan sumber timbulnya berbagai problem pada remaja. Problema remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi para remaja sehubungan dengan adanya kebutuhan – kebutuhan dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat remaja itu hidup dan berkembang.

Problem tersebut ada yang dapat terpecahkan sendiri,tetapi ada pula yang sulit untuk dipecahkannya,dalam hal in memerlukan bantuankaum pendidik agar tercapai kesejahteraan pribadi dan bermanfaat bagi masyarakat.”( Sofyan S Willis,2012 : 55)

1. Problema Penyesuaian Diri penyesuaian diri adalah kemampuan seserang untuk hidup dan bergaul secra wajar terhadap lingkungannya,sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkunganya. Di samping penyesuaian terhadap diri sendiri ada lagi beberapa jenis penyesuaian diri yaitu:

a. penyesuaian diri di dalam keluarga.yang terpenting adalah penyesuaian diri terhadap rang tua,sehubungan dengan sikap-sikap orang tua sebgai berikut:

pertama,sikap terlalu menyayangi dan melindungi serta memanjakan.

Orang tua terlampau cemas terhadap anaknya. Oleh karena itu,berhati-hati sekali mendidik anknya dan senantiasa mejaga agar anaknya terhindar dari bahaya. Sikap melindungi dan menyayangi anak terlalu berlebihan serta

(28)

cenderung mengerjakan apa saja untuk anknya,akibatnya anak tidak dapat kesempatan untuk belajar berbuat sendiri,mengambil keputusan,anak sangat tergantung kepada orang tuanya sulit untk menyesuaikan diri,bersifat ragu- ragu.

kedua,sikap otoriter,sikap ini menggambarkan pengawasanyang keras dari orang tua terhadap anak-anaknya banyak larangan,semua perintah harus dilaksanakan tanpa ada pengertian kepada anak. Akibatnya anak menjadi tidak taat bahkan anak melawan terang-terangan atau pura-pura taat,menjadi pasif,kurang inisiatif,bersifat menunggu (perintah), kemampuan untuk merencanakan sesuatu,tidak dapat mengambil keputusan sendiri,akan mudah cemas dan putus asa.

Ketiga, sikap demokratis. Sikap ini dapat digambarkan sebagai sikap orang tua yang seantiasa berembuk dengan ankanya mengenai tindakan- tindakan yang harus diambil,menerangkan alasan-alasan peraturan-peraturan memberi kesempatan pada anak untuk berpartisipasi,berinisiatif menghargai pendapat anak-anaknya,menaggapi pertanyaan-pertanyaan anak- anaknya,membimbing anak-anaknya ke arah penyadaran akan menjad hal dan kewajiban dan besikap toleran. Dari sikap demokratis ini akan menimbulkan kemampuan berinisiatif.

Anak–anak pada remaja pada massa sekarang perlulah mendapatkan perhatian dan bimbingan yang penuh kasih sayang dari keduan orang tuanya dan orang dewasa lainnya dalam rumah tangga(keluarga), agar mereka dapat mengalami pertimbangan dan perkembangan yang terarah kepada kebahagiaanya, antara lain dalam proses belajarnya.Peran orang tua dalam ha pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan yang mereka tidak sukai. Peran orang tua adalah yang pertama kali tahu perubahan ean perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, ha-ha apa saja yang membuat anaknya malu dan ha-ha yang membuat anaknya takut. Para orangtualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiiki kepribadian.

(29)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Sebagai bahan pertimbangan, peneliti mengambil skripsi Imam Sururi yang berjudul “Upaya orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar anaknya di TPQ Darussalam Slinga Kaligondang Purbalingga”. Dalam skripsi tersebut dikatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar anaknya antara lain dengan memberikn jalan keluar melalui bimbingan pribadi (nasehat) membantu anaknya dalam mencari jalan keluar bila anaknya mengalami masalah dalam belajar, skripsi tersebut memiliki kesamaan dengan rancangan peneliti yang akan penulis lakukan. Yaitu bagaimana peran orang tua dalam memotivasi belajar anaknya, namun pada skripsi tersebut peneliti fokus sama peran orang tua sebagai mediator , sedangakan fokus peneliti yang akan di rencanakan lebih luas dari peneliti sebelumnya karena peran yang diteliti adalah peran orang tua dalam memotivasi belajar anak yang dimana orang tua sebagai pendidik atau motivator.

2. Hasil penelitian Nur’Aisyatinnaba’ (2015) UNES tentang “Peran Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Siswa (studi kasus pada Siswa kelas VIII SMP Negri 03 Kecamatan Losari Kabupaten Brebes)”, hasil penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui Peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa masih kurang terutama dalam mengontrol efektifitas jam belajar di sekolah sehingga beberapa siswa memiliki catatan absen yang banyak tidak di ketahui oleh orang tuanya bahkan ada beberapa siswa yang terpaksa harus keluar sekolah karena absen yang telah melampaui batas karna anak di suruh bekerja sehingga mereka tidak masuk sekolah Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah anak sering tidak berseolah karena mereka lebih mentingin waktunya untuk bekerja.

3. Skripsi selanjutnya karya Ryan Resnawati yang berjudul “Peranan Bimbingan Orang tua dalam Memotivasi Beljar Siswa di SMP Islam Parung Bogor “Universitas Islam Negri(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam skripsi tersebut dijeaskan bahwa orang tua berperan baik dalam

(30)

memotivasi siswa belajar, yang ditunjukan dengan meluangakan wakktu untuk membimbing siswa belajar, menciptakan suasana yang kondusif, dan memberikan nasehat serta arahan bagi siswa. Skripsi tersebut memiliki kesamaan dengan rancangan peneiti yang akan di gunakan yaitu pendekatan deskriptif, Namun metode pengumpulan data yang di gunakan dalam skripsi tersebut hanya menggunakan metode angket dan observasi.Subjek peneliti tersebut adalah Siswa SMP. Sedagkan peneliti yang akan penulis lakukan menggunakan metode pengumpulan data wawancara, observasi dan documentasi dengan subjek penelitian orang tua yang berperan dan anak yang mana dapat merasakan peran dari orang tuanya.

C. Kerangka Berpikir

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “peran orang tua dalam memotivasi belajar anak (studi kasus pada remaja desa karanganyar kecamatan panguragan kabupaten cirebon) . maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh informasi akurat mengenai peran orang tua dalam memotivasi belajar anaknya, Dalam pelaksanaan Memotivasi belajar anak yang di usia remaja memang tidak mudah, butuh proses yang cukup lama untuk mengimplementasikannya.

Motivasi belajar di usia Remaja butuh kerja sama dan tanggung jawab bersama antara lembaga pendidikan, masyarakat, institusi kepolisian, dan media cetak dan elektronik dalam memotivasi belajar di usia remaja dalam pendidikan.Pihak yang pertama yang sangat berpengaruh dalam motivasi belajar di usia reamaja adalah keluarga, bagaimana orang tua dalam memberikan motivasi tehadap anaknya dalam kehidupan sehari-harinya agar sang anak termotivasi dalam belajar dan tetap melanjutkan pendidikannya.

Seterusnya, pendidikan merupakan suatu proses yang dilalui oleh setiap manusia di dunia ini, baik melalui pendidikan formal, non-formal mapun informal. Kita tentunya sering mendengar kata “pendidikan”, kita juga paham akan pentingnya pendidikan dalam hidup manusia. Ahmad Fauzi mengemukakan bahwa: Salah satu tujuan dari adanya pendidikan adalah

(31)

merubah sikap manusia yang tidak baik menjadi sikap yang lebih baik lagi.

Dalam hubungannya dengan alam, manusia hendaknya mengikuti aturan yang sudah ada Ini berarti bahwa pendidikan mampu membentuk suatu kepribadian yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang baik kepada manusia dari kecil hingga dewasa. (Ahmad Fauzi: 2012:11)

Lalu berkaitan dengan anak-anak remaja dianggap paling rentan dalam melakukan penyimpangan perilaku karena mengingat pada usia tersebut memasuki masa transisi, dimana mereka berada dalam proses peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Adapun menurut Pratidarmanastiti mengemukakan bahwa: Masa remaja merupakan saat individu mengalami kesadaran akan dirinya tentang bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. Pada masa tersebut kemampuan kognitif remaja sudah mulai berkembang, sehingga remaja tidak hanya mampu membentuk pengertian mengenai apa yang ada dalam pikirannya, namun remaja akan berusaha pula untuk mengetahui pikiran orang lain tentang tentang dirinya. ( Pratidarmanastiti: 1991 : 182)

Dengan kondisi kognitif remaja yang mulai berkembang hendaknya di dijejali dengan berbagai teori-teori dalam setiap mata pelajaran yang mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, tidak hanya teori-teori ilmu saja yang harus diserap oleh para remaja, akan tetapi pembekalan akhlak dari keluarga pun sangat menunjang terhadap perilaku remaja karena pendidikan seyogyanya tidak hanya didapatkan dari sekolah saja. Lebih lanjut Abdullah Idi (2011:168) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi pendidikan.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya remaja putus sekolah yang semakin marak terjadi di kalangan pelajar usia remaja salah satunya yaitu dengan adanya kerja sama baik dari pihak sekolah, guru, dan orang tua dalam hal pengawasan, supaya mencegah terjadinya remaja yang putus sekolah..Dalam penelitian keluarga sangat berperan penting dalam

(32)

memberika motivasi kepada anak-anaknya dalam segi pendidikan karena dengan dukungan dan motivasi dari orang tua maka sang anak pun akan tumbuh rasa semngat untuk melanjutkan pendidikan nya seperti halnya yang sudah diterapkan oleh pemerintah yang wajib belajar 9 thn.. Bagaimana cara dan proses dalam pemberian motivasi terhadap belajar anak di usia remaja agar para remaja mampu melanjutkan pendidikannya dengan memberikan arahan terhadap remaja agar bisa mengetahui bahwa begitu pentingnya pendidikan di kehidupan nanti kelak. Dalam penelitian ini kerangka berfikir peran orang tua dalam memotivasi belajar anak adalah sebagai berikut: Yang akan dijelaskan pada diagram berikut ini:

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

Orang Tua

Pendidikan Anak

Cara Pemberian Motivasi Belajar

Nilai-niai yang ditanamkan orang tua kepada anaknya

Faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan motivasi kepada anak-anaknya

Orang tua berperan penting dalam memotivasi belajar anaknya yang dalam usia remaja biar selalu rajin dalam belajar nya sikap/perilaku anak di rumah.

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pengaruh suhu lingkungan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara kolektor surya, maka dari hasil analisis data pengkuran (Tabel

1) Mahasiswa yang diduga melakukan pelanggaran kode etik wajib memenuhi panggilan etik etik sesuai dengan yang ditentukan dalam pemberitahuan resmi.. 2) Mahasiswa yang diperiksa

Hasil penelitian secara parsial diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara metode Arus Biaya persediaan dan gross profit margin terhadap Market Value tapi

Kemudahan akses adalah salah satu dimensi kualitas, untuk mengukurnya didekati dengan indikator persentase kepuasan konsumen terhadap pelayanan data BPS sebesar 95, tingkat capaian

CuKa MeKar (Cup Cake Edamame Kartun) merupakan Kue Kap berbahan dasar utama Edamame yang dikolaborasikan dengan isian buah stoberi, jeruk, anggur, susu dan dikreasikan

Resti Puji Lestari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2019 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil survei dan kesesuaian implementasi program penguatan pendidikan

2019, Ketua Tim Peneliti, “Inovasi Teknologi Digital Kultur Berbasis Web sebagai Aplikasi Penyelenggaraan Festival Budaya”, Program Penelitian, Pengabdian Kepada

Alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 yang dapat direkomendasikan anatara lain dengan pengadaaan bahan yang sesuai kebutuhan; melaksanakan house keeping yang lebih