• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Survei implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KELAS DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Resti Puji Lestari NIM 151134036. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN Dalam skripsi ini peneliti ingin mempersembahkan untuk: Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Bapak Waluyo dan Ibu Tuminah yang selalu mendoakan, mendampingi, memberikan dukungan serta memberi semangat yang tiada henti-hentinya. Kedua kakakku tersayang yaitu Ike Ari Cahyani dan Dewi Suciati yang senantiasa selalu memberi dukungan, hiburan dan doa yang terbaik untukku. Keempat keponakanku yang paling saya sayangi, yaitu Icha, Azhar, Naya, dan Aliya yang selalu membuatku terus semangat dalam menyelesaikan skripsi. Almamaterku yaitu Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sudah memberikan banyak pengalaman berharga dalam hidup peneliti dan banyak sekali kenangan terindah selama masa kuliah.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. Man Jadda Wa Jadda & Man Shabara Zhafira Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil dan siapa yang bersabar akan beruntung (Al-Hadits). Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik di hidupmu, dan belajarlah menjadi pribadi yang kuat dengan hal-hal buruk di hidupmu (BJ. Habibie). Untuk memperjuangkan suatu keinginan itu tidaklah mudah. Usaha dan selalu berdoa kepada-Nya adalah kuncinya. Nikmati prosesnya, yakinlah akan indah pada waktunya. (Resti Puji Lestari). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KELAS DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN. Resti Puji Lestari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2019 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil survei dan kesesuaian implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di satuan pendidikan sekolah dasar se-Kecamatan Ngaglik. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah guru kelas I-VI SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik yang berjumlah 204 guru. Sampel penelitian ini adalah 136 yang ditetapkan menggunakan penentuan sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan. Pengambilan sampel di setiap sekolah dilakukan menggunakan teknik simple random sampling dengan membuat undian. Instrumen penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur, kuesioner tertutup, dan terbuka. Data dikumpulkan melalui kuesioner, studi dokumenter, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik sudah terimplementasikan. Persentase tertinggi mencapai 100% untuk aitem 5 sampai aitem 8 tentang pembiasaan karakter sebelum pembelajaran, mengelola kelas, menerapkan metode pembelajaran, dan mengaitkan isi materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan PPK, sedangkan untuk perolehan persentase yang paling rendah terdapat pada aitem 2 sebesar 81% tentang sosialisasi PPK melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). Kesesuaian implementasi pelaksanaan program PPK berbasis kelas di SD Negeri seKecamatan Ngaglik dilakukan dengan mengintegrasikan PPK dalam kurikulum, penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, manajemen kelas yang baik, dan pembiasaan literasi sebelum pelajaran.. Kata kunci: penguatan pendidikan karakter, PPK berbasis kelas, Kecamatan Ngaglik. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACK. The Survey On The Implementation Of Class-Based Character-Building In The Elementary School Education In Ngaglik Distric, Sleman Regency. Resti Puji Lestari Sanata Dharma University Yogyakarta 2019 This research aims to know the result of survey and the compatibility implementation of class-based character-building in the elementary school education in Ngaglik Distric. The type of this research is descriptive quantitative, which is survey method. The population of this research is the 204 classroom teachers of the class I-VI of the elementary school in the Ngaglik district. The sample of this research is 136 teachers who are setting to use the sample determination of the Krejcie and Morgan. The sample in each school conducted using the simple random sampling technique by making the lottery. This research used several research instruments, namely structured interview, open-ended questionnaire, and closed-ended questionnaire. The data was collected by questionnaire, study documenter, and the interview. The result of this research showed that the implementation and the effort of class-based character-building in the elementary school education in Ngaglik Distric had already been implemented. This was proven through the highest achievement of the percentage which reached the 100% of the fifth item about the habituation of the character before begin the learning, the sixth item about the implementation of the learning method which suppported the values of the character, and the eighth item about the connection of the content of learning with the daily life related to the PPK, however the lowest achievement of the percentage is in the second item about the socialitation of the PPK by the group work of teacher or KKG with the percentage about 81%. The compatibility implementation of class-based character-building in the elementary school education in Ngaglik Distric was done by integrating the PPK in curriculum, using the variant methods of learning, good class management, and refractioning the literation before learning.. Keywords: strengthening character education, PPK based on class, Ngaglik District. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar sarjana. Ada banyak hambatan yang dialami peneliti dalam pembuatan dan penyusunan skripsi, namun peneliti tetap semangat dan tidak mudah berputus asa dalam menyelesaikan skripsi ini. Tentunya keberhasilan ini diraih tidak terlepas dari banyaknya dukungan dan semangat dari berbagai pihak. Peneliti menyampaikan rasa terima kasih untuk segala bantuan yang telah diberikan, kepada yang terhormat: 1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah memberikan arahan dan saran. 3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang berkenan memberi arahan, dukungan, dan bimbingan dalam penyusunan laporan skripsi. 5. Odo Hadinata, M.Pd. selaku Tim Pengembang Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan masukan saat penyusunan skripsi. 6. Para validator instrumen penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta. 7. Seluruh keluarga besar dosen dan staff PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 8. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik serta Kepala UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Ngaglik yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik. 9. Kepala Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngaglik yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD yang bersangkutan.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv HALAMAN MOTTO .............................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. vi. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. ABSTRAK ................................................................................................................ viii ABSTRACT................................................................................................................ ix. KATA PENGANTAR .............................................................................................. x. DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii. DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................. 1. B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 7. C. Batasan Masalah ............................................................................................ 7 D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7. E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8 G. Definisi Operasional ....................................................................................... 9. BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ................................................................................................ 11. 1. Pendidikan Karakter ................................................................................. 11. 2. Program Penguatan Pendidikan Karakter ……....................................... 14 3. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas ....................... 21 4. Ciri-ciri Pendidikan Karakter Berbasis Kelas .......................................... xii. 31.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Hasil Penelitian yang Relavan........................................................................ 38 C. Kerangka Berpikir........................................................................................... 46. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian................................................................................................ 48. B. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................... 49. C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 50. 1. Populasi .................................................................................................... 50. 2. Sampel ...................................................................................................... 52. D. Variabel Penelitian ......................................................................................... 56. E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 56. 1. Kuesioner ................................................................................................. 56 2. Studi Dokumenter .................................................................................... 57 3. Wawancara ............................................................................................... 57. F. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 58 1. Kuesioner Tertutup .................................................................................. 60 2. Kuesioner Terbuka ................................................................................... 62. 3. Wawancara Terstruktur ............................................................................ 63. G. Teknik Pengujian Instrumen .......................................................................... 63. 1. Validitas Isi .............................................................................................. 64. 2. Validitas Muka ......................................................................................... 71. H. Teknik Analisis Data....................................................................................... 72. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 75 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 75. 2. Deskripsi Responden Penelitian ............................................................... 78. 3. Deskripsi Data Hasil Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Se-Kecamatan Ngaglik ................. B. Pembahasan .................................................................................................... 79 101. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 121. B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 123 C. Saran ........................................................................................................... xiii. 123.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 124. DAFTAR PUSTAKA GAMBAR ........................................................................... 126. LAMPIRAN .............................................................................................................. 127. CURICULUM VITAE .............................................................................................. 186. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Contoh Penerapan Nilai Karakter dalam RPP ................................ 23. Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ............................................................................ 49. Tabel 3.2. Populasi Penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik ............. 51. Tabel 3.3. Penentuan Sampel Minimal Menurut Krejcie dan Morgan ........... 52. Tabel 3.4. Sampel Penelitian Setiap Sekolah .................................................. 54. Tabel 3.5. Kisi-kisi Kuesioner Tertutup .......................................................... 59. Tabel 3.6. Instrumen Kuesioner Tertutup ....................................................... 60. Tabel 3.7. Skor Jawaban Instrumen Penelitian ............................................... 61. Tabel 3.8. Kisi-kisi Kuesioner Terbuka .......................................................... 61. Tabel 3.9. Instrumen Kuesioner Terbuka ........................................................ 62. Tabel 3.10. Pedoman Wawancara Guru ............................................................ 63. Tabel 3.11. Konversi Nilai Skala Lima ............................................................. 65. Tabel 3.12. Modifikasi Nilai Skala Lima .......................................................... 65. Tabel 3.13. Pengkategorisasian Interval Skor ................................................... 67. Tabel 3.14. Kriteria Skor Skala Lima ............................................................... 67. Tabel 3.15. Rekapitulasi Hasil Validitas Isi ...................................................... 68. Tabel 3.16. Hasil Validitas Muka ...................................................................... 71. Tabel 4.1. Daftar SD yang diteliti ................................................................... 76. Tabel 4.2. Rerata Persentase Aspek Sosialisasi .............................................. 117. Tabel 4.3. Rerata Persentase Aspek Pra Observasi ......................................... 118. Tabel 4.4. Rerata Persentase Aspek Observasi Kelas ..................................... 119. Tabel 4.5. Hasil Rerata Rekapitulasi Persentase Tiga Aspek ......................... 119. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Filosofi Ki Hajar Dewantara ....................................................... 14. Gambar 2.2. Nilai-nilai Utama Karakter .......................................................... Gambar 2.3. Peserta didik menyimak penjelasan guru .................................... 25. Gambar 2.4. Peserta didik mengangkat tangan ................................................ 26. Gambar 2.5. Literature map penelitian yang relevan ....................................... 45. Gambar 4.1. Grafik Persentase Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas se-Kecamatan Ngaglik ...... 15. 80. Gambar 4.2. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 1 .............. 82. Gambar 4.3. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 2 .............. 83. Gambar 4.4. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 3 .............. 84. Gambar 4.5. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 4 .............. 86. Gambar 4.6. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 5 .............. 87. Gambar 4.7. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 6 .............. 89. Gambar 4.8. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 7 .............. 90. Gambar 4.9. Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 8 .............. 91. Gambar 4.10 Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 9 .............. 93 Gambar 4.11 Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 10 ............ 94 Gambar 4.12 Persentase Implementasi PPK Berbasis Kelas Aitem 11 ............ 95. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma .......... Lampiran 2. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan. 128. Bangsa dan Politik ................................................................ 129 Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD Kecamatan Ngaglik .............................................................. 130. Lampiran 4. Surat Keterangan Sudah Mengumpulkan Hasil Penelitian kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik ....................... 131. Lampiran 5. Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Ngaglik ……... 132. Lampiran 6. Coding Data 30 SD Negeri di Kecamatan Ngaglik ……….. 133. Lampiran 7. Rekap Data Implementasi Kuesioner Tertutup …............... 139. Lampiran 8. Rekap Data Implementasi Kuesioner Terbuka …………..... 143. Lampiran 9. Rekap Data Implementasi Wawancara ………..................... 145. Lampiran 10. Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tertutup ………………..…. 146. Lampiran 11. Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Terbuka ………………….... Lampiran 12. Identitas Responden dan Surat Pengantar Instrumen ........... 148. Lampiran 13. Instrumen Kuesioner Tertutup, Terbuka, dan Wawancara ... 150. Lampiran 14. Surat Permohonan Izin Validasi Ahli ................................... 154. Lampiran 15. Data mentah 10 Validasi Ahli ............................................... 155. Lampiran 16. Hasil Rekap Validasi Instrumen Soal ................................... 185. xvii. 147.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini memberikan gambaran kepada pembaca mengenai landasan penelitian ini. Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, pendidikan karakter dapat diterapkan dalam jenjang pendidikan formal atau yang disebut dengan sekolah. Sekolah. merupakan. kelompok. layanan. pendidikan. yang. menyelenggarakan pendidikan formal, terstruktur dan berjenjang, yang terdiri atas taman kanak-kanak (TK), satuan jenjang pendidikan dasar maupun menengah, yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal. Oleh karena itu, sekolah merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan bagi seorang pendidik dalam mendidik karakter anak bangsa sejak dini yang lebih baik. Pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,. 1.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. kemandirian, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam sisi lain, pendidikan karakter juga menjadi salah satu butir nawacita ke-8 Presiden Joko Widodo yang termuat dalam landasan PPK itu sendiri yakni Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter. Program Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olahraga (kinestetik) dengan dukungan yang melibatkan berbagai pihak seperti kerja sama antar sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (Kemendikbud, 2017: 1). Namun, apa yang sudah selama ini dilaksanakan hanyalah sebatas mengukur kemampuan berpikirnya atau (olah pikir) saja yang menumbuhkan kecerdasan akademis. Wibowo (dalam Kurniawan, 2013: 31) mengatakan bahwa pendidikan. karakter. sebagai. pendidikan. yang. menanamkan. dan. mengembangkan karakter-karakter luhur kepada peserta didik sehingga mereka memiliki karakter luhur, menerapkan, dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik dalam lingkungan keluarga, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sudah semestinya pendidikan karakter tertanam dalam jiwa peserta didik. Namun, dalam mengembangkan pendidikan karakter bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam proses ini, orang tua berperan sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Sejak dini peserta didik diharapkan dapat.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. menanamkan karakter yang baik sekaligus mempraktikkan dalam kehidupannya sebagai sebuah kebiasaan yang positif. Pendidikan karakter juga memang bukanlah suatu kebijakan baru. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 (Koesoema, 2018: 8). Adanya pengembangan mengenai program penguatan pendidikan karakter yang bertahap ini sangatlah penting. Ada beberapa hal yang menjadikan penguatan pendidikan karakter ini menjadi sangat penting diantaranya yaitu pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan Bangsa Indonesia, membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia yang akan datang yaitu pada tahun 2045 yang dibekali dengan keterampilan abad ke-21 yaitu bagaimana peserta didik dapat beradaptasi pada lingkungan yang dinamis, menerapkan keterampilan dasar dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi (Kemendikbud, 2017: 16). Oleh karena itu, ketika peserta didik menghadapi tantangan di era abad ke21 seperti perubahan penurunan moral, etika, dan budi pekerti, dapat menghadapinya dengan bijak, bertanggung jawab dan tentunya sudah dibekali dengan jiwa Pancasila yang tertanam dalam diri mereka. Namun dalam faktanya, situasi pendidikan di Indonesia saat ini sudah mengalami berbagai perubahan. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai kasus yang sering terjadi saat ini. Seperti kasus yang sering muncul di layar televisi mengenai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap gurunya maupun sebaliknya, tindakan bullying,.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. pelecehan seksual, pencurian, dan lain sebagainya. Seolah-olah hal tersebut sudah terbiasa terjadi. Selain itu, fakta yang diperoleh peneliti selama melakukan kegiatan bimbingan belajar, probaling dan PPL, peneliti mendapati peserta didik yang sulit diatur, senang. membuli temannya. sendiri baik karena fisiknya ataupun kecerdasannya. Berdasarkan data hasil wawancara pada bulan November 2018 terhadap satu guru dan tiga kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan Ngaglik yang dipilih secara random pun masih banyak peserta didik yang sering melakukan tindakan penyimpangan di sekolah. Seperti halnya ketika peserta didik tidak bisa disiplin dalam mengumpulkan tugas yang diberi guru secara individu maupun berkelompok. Kadang-kadang kejujuran anak tidak meyakinkan. Misalnya orang tua mengetahui bahwa anaknya berangkat ke sekolah. Namun, pada kenyataanya anak tersebut membolos untuk tidak berangkat sekolah. Selain itu, nilai karakter kedisiplinan peserta didik juga kurang seperti kurang rapi dalam berpakaian, ada yang masih suka terlambat berangkat sekolah, sulit diatur dan sering ribut saat mengerjakan tugas di dalam kelas. Bahkan ada peserta didik yang sering kehilangan uang sakunya karena diambil oleh temannya. Ada pula peserta didik yang berbeda agama suka diejek temannya dan merasa tersisihkan. Hal tersebut, tentu kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tim PPK Kemendikbud (2017: 8-9) mengungkapkan ada lima nilai-nilai utama karakter yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai Pancasila yaitu nilai religiusitas yang mencerminkan iman kepada Tuhan.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Yang Maha Esa, nilai nasionalisme yang mencerminkan kesetiaan terhadap bangsa dan negara, nilai kemandirian yang menunjukkan sikap tidak selalu bergantung kepada orang lain, nilai gotong royong yang mencerminkan saling bahu membahu antar manusia, dan nilai integritas yang menunjukkan dirinya dapat dipercaya baik dalam perkataan maupun perbuatan. Nilai-nilai tersebut saling berkaitan satu sama lain, dan tidak dapat berdiri sendiri. Program penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal dilaksanakan dengan mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan atau melalui tiga pendekatan utama yaitu pendekatan berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Dari ketiga pendekatan ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya karena merupakan satu kesatuan yang utuh. Kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan orang tua menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan implementasi program PPK. Salah satunya di kelas yang merupakan tempat di mana dapat saling berinteraksi baik guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi fokus dalam program PPK berbasis kelas. Program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dapat diimplementasikan melalui berbagai kegiatan antara lain pengintegrasian dalam kurikulum, manajemen kelas atau pengelolaan kelas, pilihan metode dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat, mata pelajaran khusus, gerakan literasi, layanan bimbingan dan konseling..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Untuk program penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah dapat diimplementasikan dengan menentukan nilai utama PPK, menyusun jadwal harian/mingguan, mendesain kurikulum, evaluasi peraturan sekolah, pengembangan tradisi sekolah, pengembangan kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Sedangkan program penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat dapat diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis museum, cagar budaya dan sanggar seni, mentoring dengan seniman dan budayawan lokal, kelas inspirasi, gerakan literasi dan kerja sama dengan komunitas keagamaan. Berdasarkan data yang sudah dipaparkan di atas, bahwa anak-anak di masa sekarang khususnya di sekolah dasar sudah banyak mengalami perubahan karakter, baik yang tergambar dari perilakunya maupun tindakan tidak terpuji. Melihat hal tersebut, pendidikan karakter belum sepenuhnya tertanam dalam diri peserta didik. Oleh karena itu, pemerintah merencanakan program penguatan pendidikan karakter untuk mengurangi permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan serta mewujudkan Bangsa Indonesia yang lebih bermartabat, berbudaya, dan berkarakter. Peneliti pun tertarik untuk mengetahui implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas yang dilakukan di SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Ngaglik dikarenakan jumlah SD Negeri di Kecamatan Ngaglik cukup besar jumlahnya yaitu berjumlah 30 SD Negeri. Dengan demikian, peneliti akan melaksanakan penelitian yang berjudul ‘’Survei Implementasi Program Penguatan.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Se-Kecamatan Ngaglik’’. B. Identifikasi Masalah Penelitian ini didasari dari beberapa masalah, adapun masalah-masalah tersebut antara lain: 1. Penurunan karakter anak bangsa yang cukup memprihatinkan yang terjadi pada anak-anak terutama di sekolah dasar. 2. Banyak terjadi peristiwa pelecehan seksual, bullying, bahkan peserta didik yang sering mencuri uang saku temannya. C. Batasan Masalah Batasan masalah bertujuan agar penelitian dapat dilakukan secara terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Berikut ini beberapa batasan masalah yang peneliti lakukan yaitu: 1. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah guru kelas I-VI SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik. 2. Fokus penelitiannya adalah Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Apakah program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di satuan pendidikan sekolah dasar se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman sudah terimplementasi?.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 2. Bagaimana kesesuaian implementasi pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di satuan pendidikan sekolah dasar se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman? E. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di satuan pendidikan sekolah dasar se-Kacamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. 2. Mendeskripsikan kesesuaian implementasi pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di satuan pendidikan sekolah dasar se-Kacamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi beberapa pihak diantaranya: 1. Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepala sekolah mengenai rencana program penguatan pendidikan karakter yang dapat diterapkan di kelas pada setiap proses pembelajaran. 2. Guru a. Proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. b. Membantu guru dalam memberikan pengetahuan tentang program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dan dapat mengimplementasikannya saat pembelajaran di kelas. 3. Peserta didik Memberikan penguatan karakter kepada peserta didik dalam menghadapi tantangan abad ke-21 yakni dalam berpikir kritis, kreatifitas, komunikasi, dan kolaborasi. 4. Peneliti a. Mengetahui. implementasi. program. penguatan. pendidikan. karakter berbasis kelas yang sudah dilaksanakan oleh guru kelas I-VI di satuan pendidikan sekolah dasar se-Kecamatan Ngaglik. b. Berdasarkan pengetahuan mengenai cara mengimplementasikan program PPK berbasis kelas, peneliti dapat mengimplementasikan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dimasa yang akan datang setelah menjadi guru SD. G. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Karakter adalah suatu sifat yang membedakan individu satu dengan individu yang lainnya. 2. Program Penguatan Pendidikan Karakter adalah salah satu gerakan pendidikan di sekolah yang bertujuan untuk memperkuat pendidikan karakter siswa dengan bantuan atau dukungan baik kerja sama sekolah, keluarga, maupun masyarakat..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. 3. PPK Berbasis Kelas adalah salah satu pendidikan di kelas yang mempergunakan kelas sebagai tempat pengembangan karakter siswa. 4. Satuan Pendidikan adalah suatu layanan yang menyelenggarakan pendidikan baik melalui jalur formal, informal dan non-formal pada setiap jenjang maupun jenis pendidikan. 5. Sekolah Dasar adalah salah satu satuan pendidikan formal yang diselenggarakan pada tingkat dasar. 6. Kecamatan Ngaglik adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang berbatasan dengan Kecamatan Pakem, Kecamatan Mlati, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Depok. Sekolah dasar negeri di Kecamatan Ngaglik berjumlah 30, sedangkan sekolah swasta berjumlah 10 dengan total guru sebanyak 455..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan diuraikan landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Pembahasan ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. A. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Karakter Suyanto (dalam Kurniawan, 2013: 28) menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Albertus (dalam Mu’in, 2016: 160) menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak kecil. Sementara Winnie (dalam Mu’in, 2016: 106) memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang dalam hal bertingkah laku. Apabila seseorang memiliki sifat jujur maka orang tersebut telah berperilaku baik atau mulia. Sebaliknya apabila seseorang memiliki sifat yang tidak jujur berarti orang tersebut berperilaku buruk. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang bisa dikatakan berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai karakter, peneliti dapat. 11.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. menyimpulkan bahwa karakter adalah suatu kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi ciri khas dari orang tersebut atau bagaimana seseorang tersebut bertingkah laku baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sebagian besar orang tua tentu menginginkan karakter yang baik untuk anaknya. Aristoteles (dalam Lickona, 2014: 71) mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup tingkah laku yang benar dalam hal berhubungan dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Hal ini diperkuat dengan pendapat Lickona (2014: 72) yang mengatakan bahwa karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan yaitu terdiri dari pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Selain itu, seseorang dikatakan memiliki karakter yang baik apabila dia mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik serta melakukan hal yang baik atau kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona, 2012: 82). Ketiga hal tersebut penting untuk dapat mengarahkan kehidupan yang bermoral. Dengan begitu, seseorang yang apabila memiliki ketiga ciri tersebut dapat membentuk kedewasaan moral. b. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sejatinya sudah lama dijalankan di Indonesia, hanya saja belum dirumuskan melalui indikator yang jelas. Pendidikan karakter itu sendiri adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka berdasarkan nilai-nilai moral yang menghargai kemartabatan manusia (Albertus, 2013: 57). Selain itu, Wibowo (dalam Kurniawan, 2013: 31) mengatakan bahwa pendidikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat. disimpulkan. kesesuaian. yang. bahwa dapat. pendidikan dilakukan. karakter untuk. merupakan. menanamkan. sebuah maupun. mengembangkan nilai-nilai luhur dalam kehidupannya baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan karakter tentu dapat diajarkan melalui lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Namun, peran orang tua sangat penting dalam pembentukan pendidikan karakter anak, karena orang tua merupakan guru pertama yang dapat memberi pengaruh besar terhadap anaknya. Melalui hal-hal kecil, anak sejak dini dapat diajarkan berbagai hal dalam membentuk karakter yang baik yang dapat menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Misalnya saja, anak dilatih untuk selalu berbuat jujur. Dengan begitu, dimasa yang akan datang sudah terbiasa berperilaku jujur kepada siapapun..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. 2. Program Penguatan Pendidikan Karakter a. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter Tim PPK Kemendikbud (2017: 1) mengungkapkan bahwa program penguatan pendidikan karakter adalah salah satu program gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) yang sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Hal tersebut, selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Berikut ini merupakan filosofi Ki Hajar Dewantara yang dapat dilihat pada gambar 2.1.. Olah Hati (etika). Olah Raga (kineste tika). Olah Pikir (literasi). Olah Karsa (estetika). Gambar 2.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara Gambar 2.1 merupakan filosofi Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari olah hati (etika) berkaitan dengan sikap beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil risiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. Olah pikir/literasi berkaitan.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. dengan sikap cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi iptek, dan reflektif. Olah rasa/karsa berkaitan dengan sikap ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalisme, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja. Olah raga berkaitan dengan sikap bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, ceria, dan gigih. Berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara, maka nilai-nilai karakter tersebut dikristalisasikan menjadi lima nilai-nilai utama karakter. Berikut ini penjelasan mengenai nilai-nilai utama karakter menurut (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 8-9) dan diperkuat dengan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.. Religiusitas. Integritas. Nasionalisme Nilai Utama. Gotong Royong. Kemandirian. Gambar 2.2 Nilai-nilai Utama Karakter.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. 1) Religiusitas Nilai karakter religiusitas mencerminkan sikap iman terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dapat terlihat dari perilaku seperti melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya, dapat menghargai perbedaan agama, dapat menjunjung tinggi sikap toleransi, serta dapat hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Dalam nilai karakter religiusitas ini mencakup tiga hubungan dimensi sekaligus yaitu, hubungan antara individu dengan Tuhan Yang Maha Esa, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta atau lingkungan. Nilai religiusitas ini dapat diwujudkan dengan perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Subnilai religiusitas antara lain dapat bertoleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, cinta damai, bullying dan tindakan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak orang lain, menjaga dan mencintai lingkungan. Salah satu contoh penerapan di sekolah adalah peserta didik tidak membeda-bedakan teman yang berbeda keyakinan. 2) Nasionalisme Nilai karakter nasionalisme merupakan suatu cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kepedulian, kesetiaan yang tinggi terhadap bahasa, sosial, budaya, ekonomi, dan politik maupun bangsa, serta menempatkan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompoknya. Subnilai nasionalisme antara lain, rela berkorban, cinta tanah air, menjaga dan melestarikan.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. lingkungan, taat terhadap hukum, disiplin, serta dapat menghormati berbagai keberagaman suku, ras, budaya, dan agama. Contoh penerapannya di sekolah yaitu peserta didik mengikuti upacara bendera dengan khidmat. 3) Kemandirian Nilai karakter kemandirian merupakan sikap yang mencerminkan tidak bergantung kepada orang lain serta mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk mewujudkan harapan, mimpi maupun cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain kerja keras, kreatif, profesional, pemberani, tangguh, serta dapat menjadi pembelajar sepanjang masa. Misalnya di sekolah peserta didik mengikuti kegiatan pramuka untuk mengajarkan nilai kemandirian, kerja keras, dan gotong royong. 4) Gotong Royong Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan semangat dalam bekerjasama dan saling bahu membahu terkait menyelesaikan persoalan bersama, serta memberi bantuan terhadap orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain bekerjasama, musyawarah, mufakat, tolong menolong, empati, solidaritas, saling menghargai, komitmen atas suatu keputusan bersama, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. Penerapan yang dapat dilakukan di sekolah seperti peserta didik melaksanakan piket sesuai dengan jadwal..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 5) Integritas Nilai karakter integritas merupakan perilaku yang didasarkan pada kesesuaian menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan serta mempunyai komitmen yang tinggi dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Subnilai integritas antara lain kejujuran, setia, tanggung jawab, mencintai kebenaran, dapat menjadi teladan, serta menghargai martabat setiap individu. Kelima nilai utama karakter ini bukanlah nilai yang dapat berdiri sendiri, melainkan nilai-nilai tersebut saling berkaitan satu sama lain, yang berkembang secara dinamis. Contoh penerapanya di sekolah adalah peserta didik mengerjakan soal ujian dengan jujur. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai utama karakter terdiri lima nilai antara lain nilai religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas yang saling berkaitan satu sama lain. b. Strategi Implementasi PPK Di Satuan Pendidikan Tim PPK Kemendikbud (2017: 18) mengungkapkan bahwa strategi implementasi PKK di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut ini. 1) Kegiatan Intrakurikuler Kegiatan intakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah secara teratur dan terjadwal yang wajib diikuti oleh peserta didik..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. 2) Kegiatan Kokurikuler Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang menunjang intrakurikuler yang dilaksanakan di luar jam intrakurikuler dengan tujuan agar siswa lebih dapat mendalami materi dalam kegiatan intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler. dapat. berupa. penugasan. maupun. proyek. yang. berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan peserta didik. 3) Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter di luar jam sekolah (intrakurikuler) dengan tujuan untuk dapat menyalurkan dan mengembangkan bakat serta minat dengan memperhatikan karakteristik peserta didik dan daya dukung yang tersedia. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa pramuka, PMR, basket, kesenian, dan lain-lain. c. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter Tim PPK Kemendikbud (2017: 16) mengungkapkan bahwa gerakan PPK memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan. 2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. 3) Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. 4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter. 5) Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah. 6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). d. Basis Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter Tim PPK Kemendikbud (2017: 15) mengungkapkan bahwa basis gerakan PPK terbagi menjadi tiga yaitu Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas, Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah, dan Penguatan. Pendidikan. Kemendikbud. (2017:. Karakter 27-35). Berbasis. Masyarakat.. mengatakan. Tim. bahwa. PPK dalam. mengimplementasikan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dapat dilakukan melalui berbagai hal antara lain: pengintegrasian PPK dalam kurikulum, manajemen kelas, melalui pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, melalui mata pelajaran khusus, melalui gerakan literasi, melalui layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan untuk basis budaya sekolah dapat diimplementasikan dengan menentukan nilai utama PPK, menyusun jadwal harian/mingguan, mendesain kurikulum, evaluasi peraturan sekolah, pengembangan tradisi sekolah, pengembangan kegiatan.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Sedangkan PPK berbasis masyarakat dapat diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis museum, cagar budaya dan sanggar seni, mentoring dengan seniman dan budayawan lokal, kelas inspirasi, gerakan literasi dan kerja sama dengan komunitas keagamaan. Namun, peneliti hanya berfokus dalam implementasi program PPK berbasis kelas. 3. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Kelas adalah salah satu tempat utama proses terjadinya pendidikan secara nyata di sekolah. Di kelas tentunya antara guru dan murid saling berinteraksi satu sama lain untuk mempelajari dan mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya sebuah pendidikan akan sangat tergantung dari bagaimana seorang guru. dan. siswa. membangun. lingkungan. kelas. yang. nyaman. dan. menyenangkan. Hubungan antara guru dan murid, murid dengan murid di kelas akan menentukan berhasil tidaknya sebuah program pendidikan karakter. (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 27) mengungkapkan implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dapat dilakukan dengan beberapa kategori antara lain sebagai berikut: a. Pengintegrasian PPK dalam Kurikulum Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik dapat mengintegrasikan nilai-nilai PPK ke setiap mata pelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari pengintegrasian PPK dalam kurikulum yaitu kesesuaian peserta didik dapat menanamkan serta mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam PPK..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Pendidik tentu dapat memanfaatkan secara maksimal materi yang sudah tersedia dalam kurikulum dengan penguatan pendidikan karakter. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilaksanakan dalam menerapkan PPK melalui. pembelajaran. terintegrasi. dalam. kurikulum. (Tim. PPK. nilai-nilai. yang. Kemendikbud, 2017: 27-28): 1) Melakukan. analisis. KD. melalui. identifikasi. terkandung dalam materi pembelajaran. 2) Mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan. 3) Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP. 4) Melaksanakan penilaian autentik atas pembelajaran yang dilakukan. 5) Melaksanakan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran. Berikut ini tabel 2.1 salah satu contoh penerapan nilai karakter dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas 1 Tema 1. Diriku Subtema 3. Aku Merawat Tubuhku..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. Tabel 2.1 Contoh Penerapan Nilai Karakter dalam RPP Muatan Pelajaran. PPKn. Bahasa Indonesia. Karakter yang Diharapkan 3.1 Mengidentifikasi 3.1.1 Menunjukkan Cinta tanah air, hubungan antara simbol perilaku yang berkaitan percaya diri, dan sila-sila Pancasila dengan sila Pancasila. dalam lambang negara Garuda Pancasila Kompetensi Dasar. Indikator. 3.1 Merinci ungkapan, ajakan, perintah, penolakan yang terdapat dalam teks cerita atau lagu yang menggambarkan sikap hidup rukun.. 3.1.1 Menggarisbawahi kalimat ajakan. 3.1.2 Memilih kalimat ajakan berdasarkan teks.. Kemandirian, percaya diri, ketekunan, ketelitian. Tabel 2.1 di atas karakter yang dapat dikembangkan seperti cinta tanah air, percaya diri, kemandirian, ketekunan, dan ketelitian. b. PPK Melalui Manajemen Kelas Pembelajaran di dalam kelas merupakan momen yang sangat penting dalam menerapkan pendidikan karakter. Guru tidak lain adalah sosok seorang manajer atau pemimpin di dalam kelas yang akan mengendalikan dan mengarahkan lingkungan kelas tersebut. Manajemen kelas berarti membangun suasana kelas yang akan mendukung proses kegiatan pengajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas. Berhasil atau tidaknya pembaharuan dalam pendidikan, sangat tergantung pada interpretasi. para. guru. terhadap. kebijakan. pembaharuan. tersebut.. Pembaharuan kurikulum di tingkat nasional tidak akan berjalan dengan efektif apabila guru tidak dapat menerapkanya di dalam kelas. Oleh karena itu, seorang guru memiliki peran yang penting bagi setiap pembaruan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. pendidikan. Seorang pendidik memiliki kewenangan untuk mempersiapkan kegiatan sebelum masuk kelas, saat mengajar, dan setelah proses pembelajaran dengan mempersiapkan pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai utama karakter. Dalam proses manajemen kelas salah satu contoh yang dapat diterapkan bagi seorang pendidik adalah mempersiapkan peserta didik secara psikologis dan emosional memasuki materi pembelajaran untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama. Tujuan dari dibuatnya pengaturan kelas adalah membantu memaksimalkan peserta didik dalam belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Koesoema (2018: 147) mengungkapkan bahwa pengelolaan kelas secara umum dapat dibagi menjadi 3 tema besar yaitu penyiapan lingkungan fisik yang mendukung, strategi-strategi proaktif dalam pembelajaran, serta tindakan pencegahan dan respon ketika terjadi perilaku menyimpang di kelas atau perilaku indisipliner. Persiapan lingkungan fisik berkaitan dengan keseluruhan sarana dan prasarana pendidikan yang ada, kenyamanan ruang kelas, dan perabotnya, serta peraturan tata letak bangku dan posisi peserta didik, pembentukan kelompok belajar dalam proses pembelajaran. Selain itu, lingkungan fisik disini juga dapat berupa alat yang tersedia untuk pembelajaran misalnya proyektor, LCD, papan tulis, alat peraga, kapur, spidol dan lain-lain. Strategi-strategi proaktif yang bisa dilakukan guru di dalam kelas diantaranya membuat peraturan dan prosedur rutin yang perlu diikuti anggota kelas, memperhatikan dan hormat.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. satu sama lain, mengembangkan hubungan kelas yang saling mendukung, menerapkan pembelajaran yang dinamis, hidup, menarik dan membuat peserta didik terlibat penuh. Strategi intervensi dan respon terhadap perilaku disruptif di kelas antara lain menanggapi persoalan spontan yang muncul dengan bijak dan penuh arahan, melakukan intervensi secara cermat ketika ada persoalan-persoalan dan gangguan-gangguan di kelas, baik itu terjadi spontan atau tak terduga, dan melakukan strategi pengaturan fisik bila diperlukan agar kelas tidak semakin kacau. Berikut ini ada beberapa contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter: 1) Peserta didik menyimak penjelasan guru saat di kelas. Hal ini dapat menanampakan nilai saling menghargai dan toleransi.. Gambar 2.3 Peserta didik menyimak penjelasan guru 2) Peserta didik dapat mengangkat tangannya saat mengajukan pertanyaan kepada guru dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Gambar 2.4 Peserta didik mengangkat tangan 3) Pemberian sanksi yang mendidik pada peserta didik yang terlambat dalam. mengumpulkan. tugas. dapat. menguatkan. nilai. disiplin,. bertanggung jawab, dan komitmen diri. 4) Guru dapat mendorong peserta didik untuk melakukan tutor teman sebaya. Misalnya saat mengerjakan tugas teman yang lebih pintar dapat membantu temanya yang kurang dalam belajar. Hal ini dapat menguatkan peserta didik dalam menanamkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, bertanggung jawab, dan percaya diri. c. PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Model atau Metode Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, guru harus pandai dalam memilih baik metode, pendekatan, maupun model pembelajaran yang akan digunakan dan tentunya sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Salah satu pendekatan pembelajaran. yang dapat digunakan oleh guru adalah pendekatan saintifik. (scientific. learning).. Daryanto. (2014:. 51). mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik aktif dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. mengamati, merumuskan masalah, mengumpulkan data, menganalisis, menarik kesimpulan, maupun mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Metode yang dipilih juga harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik seperti kecakapan dalam berpikir kritis, berpikir kreatif, kecakapan berkomunikasi, dan kerjasama dalam pembelajaran. Metode tersebut antara lain metode tanya jawab, eksperimen, pemberian tugas dan resitasi, diskusi, demonstrasi, ceramah, debat, role playing dan lain-lain. Berikut ini ada beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih guru antara lain: 1) Model pembelajaran inquiry Hamdayama (2014: 32) mengungkapkan bahwa model inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk. mencari dan. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui kegiatan tanya jawab antara guru dan peserta didik. 2) Model pembelajaran berbasis masalah Arends (dalam Trianto, 2009: 92) mengatakan bahwa model pembelajaran. berbasis. masalah. merupakan. suatu. pendekatan. pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Pada pembelajaran ini.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. dimulai dengan pemberian permasalahan yang harus dikerjakan dengan kerja sama antar siswa. Guru dapat memberi arahan kepada peserta didik dalam memecahkan permasalahan dengan memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan. 3) Model pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara berkelompok/berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Hamdayama (2014: 63) ada empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya kesesuaian belajar, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Peserta didik diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dan dapat bertanggung. jawab terhadap. kelompoknya. 4) Model pembelajaran kontekstual Hamdayama (2014: 51) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan kehidupan seharihari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan sedikit demi sedikit sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya. d. PPK Melalui Mata Pelajaran Khusus Penguatan pendidikan karakter pada umumnya dilakukan dengan mengintegrasikan PPK dengan mata pelajaran yang sudah ada. Namun,.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. sekolah dapat mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dalam mata pelajaran khusus yang berfokus pada tema nilai-nilai tertentu. Sekolah dapat mendesain alokasi waktu khusus yang disediakan sebagai bagian dalam pembentukan karakter. Tema-tema yang mengandung nilai-nilai PPK dapat diajarkan di kelas dengan menggunakan metode yang sesuai sehingga akan memperkaya PPK di sekolah. e. PPK Melalui Gerakan Literasi Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 32) mengungkapkan bahwa gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses, memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik. Gerakan literasi di sekolah dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum. Seorang guru dapat mengajak peserta didik untuk membaca, menulis, menyimak, mengkomunikasikan secara cermat dalam suatu tema atau topik dari berbagai sumber yang ada. Oleh karena itu, dalam hal ini sekolah memerlukan berbagai sumber-sumber informasi baik itu surat kabar, buku, internet, pojok baca, dan perpustakaan sekolah. Hal ini sangat penting. dalam. mendukung. pelaksanaan. proses. pembelajaran.. Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dapat menjadi salah satu alternatif dalam memulai gerakan literasi di sekolah. Misalnya pembiasaan membaca buku non pelajaran selama lima belas menit sebelum pelajaran dimulai..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. f. PPK Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling PPK dapat dilakukan secara terintegrasi melalui pendampingan peserta didik melalui pendampingan bimbingan dan konseling. Sukmadinata, (2007: 7) mengatakan bahwa bimbingan (guidance) merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan, dan program ini ditunjukkan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Menurut Sukmadinata, (2007: 14). konseling (counseling) merupakan salah satu teknik atau layanan di dalam bimbingan, tetapi teknik atau layanan ini sangat istimewa karena sifatnya yang lentur atau fleksibel dan komprehensif. Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara kolaboratif dengan para guru kelas maupun orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Tim PPK Kemendikbud, (2017: 33-34) menyebutkan beberapa layanan bimbingan dan konseling yang dapat diselenggarakan antara lain: 1) Layanan dasar Layanan ini diperuntukan untuk seluruh peserta didik melalui kegiatan pengalaman secara kelompok untuk mengembangkan perilaku jangka panjang baik dalam perilaku belajarnya, karir, pribadi, dan sosialnya. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam tema-tema tertentu yang dituangkan ke dalam rencana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. 2) Layanan responsif Layanan responsif merupakan kegiatan yang diberikan untuk peserta didik tertentu dalam baik secara individu maupun kelompok yang memerlukan bantuan segera agar peserta didik tidak terhambat dalam.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Bantuan dapat diberikan berupa mengunjungi rumah peserta didik, konsultasi, konseling. 3) Layanan perencanaan individual dan peminatan Layanan ini bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan bakat dan minat melalui pemahaman diri, lingkungan dan pemilihan program yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Layanan ini lebih merupakan tanggung jawab guru kelas atau bidang yang sesuai dengan minat peserta didik. 4) Dukungan sistem Dukungan sistem mencakup manajemen dan kepemimpinan sekolah yang mendukung layanan bimbingan dan konseling untuk memperkuat PPK seperti dalam hal ketenagaan, fasilitas, kebijakan maupun dana. 4. Ciri-ciri Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Ada beberapa ciri-ciri yang menjadi cara bertindak dalam pengembangan pendidikan karakter berbasis kelas antara lain: a. Guru sebagai fasilitator pembelajaran Guru sebagai orang dewasa berperan sebagai fasilitator dan pendamping bagi siswa dalam proses belajar. Tugas utamanya adalah memantau siswa memahami dan mengerti isi materi dalam pembelajaran, bukan malah mempersulit siswa. Guru pun menjadi fasilitator agar hubungan dalam komunitas kelas sungguh-sungguh mencerminkan praksis nilai yang sedang dipelajari bersama-sama. Praksis pendidikan karakter berbasis kelas merupakan usaha bersama, dan meskipun menjadi fasilitator yang memberikan pengarahan.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. diskusi dan pembahasan, guru juga tetap berperan sebagai individu kemandirian. yang. juga. turut. serta. dalam. berproses. untuk. membatinkan nilai-nilai bersama yang sedang dibahas. Selain sebagai fasilitator, guru pun berperan sebagai teladan bagi praksis yang sedang diajarkan. b. Guru sebagai motivator pembelajaran Setiap anak tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada anak yang lamban dalam belajar adapula anak yang cepat dalam belajar. Artinya bahwa anak yang memiliki kemampuan rendah dalam belajar perlu adanya dukungan/dorongan dari dalam. Untuk itu, guru dapat berperan sebagai motivator anak didik dalam belajar. Motivasi ini harus ditumbuhkan terus-menerus, diulang-ulang agar anak semakin menyadari bahwa keberhasilan seseorang sangat ditentukan dari besarnya motivasi dalam diri untuk terus dapat maju dan berkembang. Seorang guru yang memiliki motivasi untuk menjadikan dirinya inspirasi bagi para siswa adalah selalu belajar dan selalu memperbaharui ilmu melalui berbagai informasi yang beredar dalam masyarakat. Dengan begitu, guru dapat mentransfer ilmu ataupun informasi barunya kepada siswa sehingga siswa pun tidak akan ketinggalan zaman. c. Guru sebagai desainer program Proses pengembangan pendidikan karakter berbasis kelas menuntut para pendidik untuk dapat memiliki kemampuan dalam mendesain program pendidikan karakter yang sesuai dengan kondisi kelas.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. mereka. Guru kelas merupakan satu-satunya yang mengerti dan memahami bagaimana dinamika kelas karena mereka setiap hari bertemu dan berjumpa dengan para siswa. Oleh karena itu, desain program pendidikan karakter berbasis kelas akan lebih efektif apabila guru kelas itu sendiri yang akan mendesain pendidikan karakter bagi anak didiknya dalam kelas. d. Guru sebagai pembimbing dan sumber keteladanan Guru sebaiknya memperlakukan siswa dengan penuh kasih sayang seperti anak kandungnya sendiri dengan mengkondisikan terciptanya keteladanan yang baik, mendukung perilaku sosial yang baik, memperbaiki perilaku yang tidak baik, baik itu oleh individu maupun kelompok. Hal tersebut dapat dilakukan secara personal dan bertahap. Banyak hal yang dilakukan anak karena meniru tindakan orang dewasa yang dilihatnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter berbasis kelas akan lebih efektif apabila guru dapat berperan sebagai sosok yang memberikan keteladanan bagi siswanya. Kata-kata yang baik memang dapat menggerakkan anak didik untuk berbuat baik, namun alangkah lebih baik memberikan contoh secara langsung dan bertahap secara terus menerus akan dapat memikat hati para siswa untuk selalu berbuat baik. e.. Isi kurikulum menjadi sumber bagi pembentukan karakter Dalam. pengembangan. pembentukan. karakter. siswa,. guru. menggunakan sumber-sumber isi kurikulum sebagai bagian yang penting. Guru diharapkan memiliki kemampuan agar dapat menggali.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. isi materi pembelajaran dari mata pelajaran yang diampu yang sangat luas dengan nilai-nilai moral. Isi dari kurikulum dapat digunakan sebagai pengajaran nilai-nilai moral dan membahas persoalan moral. f. Metode pengajaran dialog bukan monolog Di kelas, dalam pemilihan metode pengajaran dan pembelajaran juga mesti memberikan ruang dimana siswa dapat berdiskusi dengan terbuka, dialog, dan komunikasi, serta dilandasi dengan ketulusan saling berbagi dan belajar bersama. Guru dapat memperhatikan tahap perkembangan anak dan kemampuan anak untuk mengelola hidupnya dan komunitasnya merupakan hal penting dalam pembentukan karakter si anak. Di satu sisi, pendidik diharapkan tidak terlalu menganggap dan meremehkan siswa sebagai kanak-kanak. Di lain sisi, guru juga melihat bahwa anak-anak itu berkembang sesuai dengan tahap perkembangan fisik dan psikologis yang berlaku sesuai dengan hukum alam. Dengan begitu, mereka tidak dapat diperlakukan seolah-olah mereka adalah orang dewasa dalam tubuh anak-anak. g. Menggunakan metode pembelajaran melalui kerja sama (collaborative learning) Dalam pembelajaran di kelas, tentunya ada pekerjaan yang dikerjakan secara kemandirian adapula yang berkelompok. Pembentukan karakter akan lebih terbentuk apabila anak-anak tahu bagaimana membangun kerja sama dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya. Dalam kerja sama anak akan dilatih berani mengungkapkan pendapatnya sendiri dan juga dapat menghargai pendapat orang lain. Hal ini perlu.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. dikembangkan, karena diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan mereka dalam memberikan apresiasi atas pendapat orang lain. h. Partisipasi komunitas kelas dalam pembelajaran Keterlibatan antara guru dengan murid, murid dengan murid dalam pembelajaran sangatlah penting. Namun, tidaklah mudah melibatkan komunitas kelas dalam proses pembelajaran di kelas, butuh kesadaran bersama agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Untuk itu, rasa kepercayaan dan saling menghormati sangat dibutuhkan satu sama lain. Semua hal itu akan dapat terjadi jika semua anggota komunitas kelas terdapat hubungan yang baik serta kesadaran akan tujuan bersama. Sehingga, seluruh komunitas kelas dapat terlibat dalam penanaman nilai yang akan membentuk karakter individu yang semakin dewasa melalui pelatihan dan pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama. i. Penciptaan kelas sebagai komunitas moral Para guru semestinya membantu setiap siswa untuk dapat saling menghargai satu sama lain, memandang yang lain sebagai pribadi yang unik, memiliki rasa hormat, saling mengasuh satu sama lain, dan merasakan diri mereka sebagai bagian dalam dan bertanggung jawab atas kelompok. Menciptakan komunitas seperti ini tidaklah mudah, karena tekanan kelompok sebaya sangatlah kuat terjadi di dalam kelas. Misalnya saja, budaya menyontek akan membuat mereka yang sudah berusaha mematuhi nilai-nilai kejujuran lenyap karena tekanan sebaya.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. yang begitu kuat. Situasi tersebut dapat diperbaiki dengan guru mampu mencipakan komunitas moral di dalam kelas. j. Penegakan disiplin moral Menegakkan disiplin moral melalui pelaksanaan kesepakatan yang telah ditentukan sebagai aturan main bersama merupakan ruh yang menjaga keberadaan kelas sebagai komunitas moral, (Albertus, 2013: 120). Dengan tegaknya peraturan moral di dalam kelas menjadi salah satu kesempatan bagi siswa untuk menguji dan memaknai perilaku bersama. Pada akhirnya siswa mengerti bahwa peraturan itu, meskipun terkadang terlihat terlalu memikat mereka namun tidaklah membatasi kebebasan mereka. Namun, mereka akan dapat belajar mengerti bahwa hidup bersama di dalam kelas memerlukan sebuah pengahayatan akan kebebasan untuk bertanggung jawab. Hanya dengan cara itulah, mereka akan belajar menghargai orang lain. k. Penciptaan lingkungan kelas yang demokratis Di dalam kelas, tentunya nilai-nilai demokratis perlu dijaga dan dikembangkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melibatkan siswa dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab bagi terbentuknya kelas sebagai tempat belajar yang menyenangkan. Untuk itu, setiap proses belajar mengajar perlu diusahakan bahwa dalam mendalami materi, setiap siswa dapat memiliki alternatif pilihan materi yang akan diajarkan. Guru tetap menentukan target sebagai tujuan pembelajaran, namun pilihan materi itu diserahkan kepada siswa untuk mengerjakannya. Selain itu, sejak awal guru memberitahu kepada siswa.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. untuk standar penilaian dalam proses belajar di dalam kelas, yaitu target apa yang diinginkan sebagai sebuah komunitas kelas. Dengan demikian, anak didik akan merasakan dilibatkan dan kreativitas serta rasa ingin tahunya mendapat penghargaan dalam komunitas. l. Membangun sebuah rasa ‘’tanggung jawab bagi pembentukan diri’’ Guru dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri siswa untuk pembentukan karakter. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan penghargaan atas kesediaan siswa untuk belajar, memotivasi siswa untuk selalu bekerja keras, dan menghayati akan nilai-nilai kerja yang dapat mempengaruhi kehidupan orang lain. Kelas sebagai tempat dimana mereka dapat belajar membentuk diri mereka secara bertanggung jawab sebagai seorang siswa. m. Pengelolaan konflik moral melalui pelajaran Siswa dapat diajak untuk berani memikirkan dan mengolah persoalan yang berkaitan dengan konflik moral melalui bacaan, penelitian, penulisan esai, kliping koran, diskusi, debat, apresiasi film dan lainlain. Dalam proses pembelajaran guru dapat mengajak siswa untuk berlatih memecahkan masalah dengan memberikan materi tentang pengelolaan konflik. n. Solusi konflik secara adil dan tanpa kekerasan Lingkungan kelas dapat dipakai untuk belajar dalam rangka memecahkan persoalan dan mengatasi konflik secara adil dan tanpa kekerasan. Dengan begitu, penting bagi pendidik untuk melatih siswa belajar memecahkan konflik yang muncul secara adil dan damai serta.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. tanpa. adanya. kekerasan,. sehingga. siswa. dapat. memperoleh. keterampilan moral esensial ketika harus menghadapi persoalan serupa dalam hidup mereka. B. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain: 1. Penelitian pertama yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Jumaruddin. dkk. (2014),. berjudul. ‘’Pengembangan. Model. Pembelajaran Humanis Religius dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar’’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan pendekatan pembelajaran humanis yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan karakter di sekolah dasar, penerapan model pembelajaran humanis religius dalam pendidikan karakter di SD, keefektifan model pembelajaran humanis religius dalam menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri peserta didik di SD dan tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran humanis religius dalam pendidikan karakter di SD. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Subjek penelitian ini adalah kelas V pada tiga SD Negeri yang terdapat di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, yaitu SD Jomblangan, SD Baturetno, dan SD Jaranan. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran humanis religius di SD menunjukkan tingkat keterlaksanaan yang baik, memenuhi kriteria sangat efektif, sangat praktis dan valid karena disusun berdasarkan landasan berpikir yang rasional dengan teori pendukung yang kuat dan relevan, (2) model.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. humanis religius dalam pendidikan karakter yang dikembangkan efektif untuk digunakan dalam pendidikan karakter di SD, dan (3) peserta didik memiliki respon yang sangat positif terhadap model pembelajaran humanis religius. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah peneliti tertarik dengan pembelajaran humanis religius yang bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik yang dapat dilakukan melalui pengintegrasian dalam model pembelajaran. Hal ini akan mendukung penelitian yang akan peneliti lakukan karena sama-sama bertujuan untuk mewujudkan pendidikan karakter di SD. 2. Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ricca (2014), dengan judul ‘’Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta’’. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter, nilai-nilai. karakter. yang ditanamkan,. faktor. pendukung dan. penghambat, dan hasil dari implementasi pendidikan karakter di HSKS Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, tutor, orangtua, dan homeschooler kelas 1-3 SD. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Implementasi pendidikan karakter dilakukan secara terpadu pada mata pelajaran, manajemen sekolah, dan ekstrakurikuler (2) Nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada homeschooler mengacu pada finger print scan yaitu tanggung jawab, rasa hormat, keadilan, keberanian, jujur, disiplin, peduli,.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. ketekunan, dan kemandirian. (3) Faktor pendukung yaitu pendekatan secara personal dan faktor penghambat yaitu latar belakang keluarga yang sering memanjakan anak. (4) Hasil dari implementasi pendidikan karakter adalah perubahan sikap dan peningkatan hasil belajar homeschooler. Penelitian ini sangat membuat peneliti tertarik, karena membahas implementasi PPK yang dilakukan di Homeschooling. Sedangkan peneliti hanya meneliti di sekolah dasar negeri. Selain itu, penelitian Ricca juga memberikan gambaran mengenai hasil yang cukup baik dalam implementasi yang dilakukan di Homeschooling Kak Seto yaitu dalam pengintegrasian mata pelajaran, manajemen sekolah dan ekstrakurikuler. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian survei implementasi PPK di SD. Selain itu, hasil dari implementasi penelitian Ricca mengalami perubahan sikap dan peningkatan hasil belajar yang baik, sehingga diharapkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan survei juga sudah diimplementasikan dengan baik. 3. Penelitian ketiga yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Wuri dkk (2014), berjudul ‘’Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar’’. Penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji, dan mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter disiplin di sekolah dasar dan diharapkan dapat ditemukan kebijakan yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan. pendekatakn. kualitatif.. Penelitian. dilakukan. di. SD. Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, dengan subjek kepala sekolah,.

Gambar

Gambar 2.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara
Gambar 2.3 Peserta didik menyimak penjelasan guru
Gambar 2.5 Literature map penelitian yang relevan Lestari (2019)
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasrkan hasil penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan fermentasi kulit ubi kayu (Manihot utilissima) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian, tingkat

Hasil rekapitulasi diketahui persamaaan regresi linear berganda yang tertera dalam tabel diatas maka dapat dijelaskan Nilai βo artinya jika tidak ada perubahan pada variabel

0,1 M dapat dilihat pada Gambar IV.8 yang menunjukkan bahwa partikel perak yang dihasilkan lebih baik dari hasil nanopartikel dengan konsentrasi prekursor 0.125

Pusdiklat Bulutangkis di Semarang tidak hanya sebagai wadah pembinaan dan pelatihan, tetapi juga menjadi salah satu tempat seleksi atlet-atlet berbakat dari sekitar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan indikator pemecahan masalah yaitu memahami

23 Tahun 2011 Kantor Pajak Patama merujuk pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 tentang perubahan peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011

Dengan berkembangnya sistem pengelolaan dan pemberdayaan yayasan, sekarang Lembaga Amil Zakat sudah mencapai ditingkat Kabupaten dan Kota, seperti di Kota

Ini yang mendoromg peneliti tertarik melakukan penelitian dieL-Zawa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi