SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Program Studi Kesejahteraan Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
DANIEL TURNIP 140902039
DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
PENGARUH PROGRAM FAMILY SUPPORT TERHADAP PEMULIHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI IPWL LKS NAZAR MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh dari program Family Support terhadap pemulihan penyalahgunaan NAPZA di IPWL LKS NAZAR Medan. Dalam program Family Support tersebut terdapat empat bentuk dukungan keluarga yang diterima oleh residen yang sedang di rehabilitasi yaitu antara lain; dukungan konkret, dukungan emosional, dukungan informatif, dan dukungan penghargaan. Sementara itu, terdapat tiga hal yang dipengaruhi oleh kehadiran program Family Support ini, yang dianggap sebagai faktor protektif dalam meningkatkan pemulihan di rehabilitasi. Tiga hal yang terdampak tersebut adalah tahap mengurangi akibat putus narkoba, penstabilan kondisi emosional dan mengembalikan keberfungsian fisik, mental dan sosial.
Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yang dianalisis secara kuantitatif. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk memperoleh data primer, serta melengkapinya dengan informasi yang diperoleh melalui observasi. Jumlah responden yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil pengolahan data melalui perangkat Statistical Package for the Social Science (SPSS.19) menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah 79,3% . Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel masuk kedalam kategori kuat. Berdasarkan uji hipotesis, nilai sig. 0.001 ≤ 0.1.
Maka dengan demikian, Tolak H0 dan terima Ha yang menyatakan terdapat pengaruh antara variabel X (Program Family Support) terhadap variabel Y (Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA).
Kata Kunci : Program Family Support, NAPZA, pemulihan Penyalahgunaan NAPZA.
EFFECT OF FAMILY SUPPORT PROGRAM ON DRUG INSTRUCTION IN IPWL LKS NAZAR MEDAN
ABSTRACT
This study was conducted to obtain a description of the effect of Family Support program on the recovery of drug abuse in IPWL LKS NAZAR Medan. In the Family Support program there are four forms of family support received by the resident who is in rehabilitation, among others; concrete support, emotional support, informative support, and award support. In the meantime, there are three things that are affected by the presence of this Family Support program, which is considered a protective factor in improving recovery in rehabilitation. The three things affected are the stages of reducing the effects of drug-breaking, the stabilization of emotional states and the return of physical, mental and social functioning.
This type of research is an explanatory research that is analyzed quantitatively. Researchers use questionnaires as a tool to obtain primary data, as well as complete with information obtained through observation. The number of respondents who became the object in this study is as many as 20 people. Results of data processing through Statistical Package for the Social Science (SPSS.19) showed that the correlation coefficient of both variables was 79.3%. This shows that the relationship between the two variables into the strong category. Based on the hypothesis test, the value of sig. 0.001 ≤ 0.1. Hence, Reject H0 and Ha accept that there is influence between variable X (Program Family Support) to variable Y (Recovery Misuse of Drug).
Keywords: Family Support Program, Drugs, Drug Abuse recovery.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasihNya penelitian ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Family Support Terhadap Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA di IPWL LKS Yayasan NAZAR Medan”. Dimana merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada program strata-1 (S- 1), jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu serta mendukung penulis baik secara moril maupun materi dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M,Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Ibu Dra.Tuti Atika M.SP, Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah begitu sabar mengajari dan mendidik saya serta membantu administrasi penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dengan tepat waktu.
5. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta saya, ayah (+) Januarinson Turnip dan ibu Harta Juliana Siahaan, serta kakak dan adik yang selalu
memberi dukungan serta semangat untuk melalui setiap perjalanan dengan perjuangan selama kuliah dan pengerjaan skripsi ini.
6. Bapak Poltak Marbun selaku pemilik rehabilitasi IPWL LKS Nazar Medan yang telah memberi saya dukungan dalam penelitian skripsi ini.
Para staff rehabilitasi IPWL LKS Nazar Medan yang telah memberikan masukan dan pelajaran banyak hal tentang dunia adiksi dan terus memotivasi saya untuk segera menyelesaikan studi.
7. Kepada sahabat-sahabat saya yang tercinta (CBC), Wardiman, Herman, Marudut, Ferianto, Bolus, Marti, Tantri, Herty, Fortuna dan Fetrik. Terima kasih selalu mendukung dan menjadi keluarga penulis walau dalam suka maupun duka diperantauan. Semoga kita semua sukses kedepannya sahabat.
8. Kepada teman-teman Kessos stambuk 2014 yang tak dapat disebutkan satu persatu disini serta Keluarga KKN Rimo Kayu, Desi, Yuli, Marti, Yessi, Ganta, Bolus, Indra, Fetrik, Bunga, Wilia, Jhonson, Siska, Sri, Kana Riski dan Tri Insyag semoga sukses juga kedepannya dan dapat menggapai cita- cita yang kita impikan.
9. Kepada organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) FISIP-USU dan Ikatan Mahasiswa Simalungun (IMAS-USU) serta Gerakan muda Peduli Indonesia (GMPI). Terima kasih sudah menjadi wadah penulis berkembang dan menjadi keluarga baru di perantauan selama ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
1.4 Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Landasan Teoritis ... 10
2.1.1 Defenisi Pengaruh ... 10
2.1.2 Defenisi Program ... 10
2.1.3 Kajian Tentang Family Support ... 11
2.1.3.1 Program Family Support ... 11
2.1.3.2 Defenisi Keluarga ... 12
2.1.3.3 Fungsi Keluarga ... 13
2.1.3.4 Dukungan Keluarga (Family Support) ... 16
2.1.3.5 Jenis-Jenis Family Support ... 17
2.1.3.6 Sumber-sumber Family Support ... 18
2.1.3.7 Manfaat Family Support ... 19
2.1.3.8 Kualitas Family Support ... 20
2.1.3.9 Pengukuran Family Support ... 21
2.1.4 NAPZA dan Adiksi ... 23
2.1.4.1 Pengertian NAPZA ... 23
2.1.4.2 Pengertian Adiksi ... 26
2.1.4.3 Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA ... 27
2.1.4.4 Penyalahgunaan NAPZA ... 28
2.2 Penelitian Yang Relevan ... 30
2.3 Pengajuan Hipotesis ... 31
2.4 Kerangka Pemikiran ... 32
2.5 Defenisi Konsep ... 35
2.6 Defenisi Operasional ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Tipe Penelitian ... 38
3.2 Lokasi Penelitian ... 38
3.3 Populasi Penelitian ... 39
3.3.1 Populasi ... 39
3.3.2 Sampel ... 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5 Teknik Analisis Data ... 41
3.5.1 Pengukuran Variabel Penelitian... 41
3.5.2 Teknik Analisis Data ... 41
3.5.2.1 Uji Validitas ... 41
3.5.2.2 Analisis Tabel Frekuensi ... 42
3.5.2.3 Uji Reliabilitas ... 43
3.5.2.4 Korelasi Rank Sperman ... 43
3.5.2.5 Uji Normalitas... 43
3.5.2.6 Uji Hipotesis ... 45
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 46
4.1 Latar Belakang Berdirinya Lembaga... 46
4.2 VISI dan MISI LKS Yayasan Nazar Medan ... 48
4.2.1 Visi Pelayanan LKS Yayasan Nazar Medan : ... 48
4.2.2 MISI Pelayanan LKS Yayasan Nazar Medan... 48
4.3 Struktur Organisasi ... 48
BAB V ANALISIS DATA ... 59
5.1 Pengantar ... 59
5.2 Uji Validitas ... 60
5.3 Analisis Tabel Frekuensi ... 61
5.2.1 Karakteristik Responden ... 61
5.2.2 Komponen Family Support ... 64
5.2.2.1 Dukungan konkret ... 64
5.2.2.2 Dukungan Emosional ... 67
5.2.2.3 Dukungan Informatif ... 70
5.2.2.4 Dukungan Penghargaan ... 72
5.2.3 Komponen Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA ... 74
5.2.3.1 Terapi Lepas dan Terapi Fisik ... 74
5.2.3.2 Penstabilan Suasan Mental dan Emosional ... 77
5.2.3.3 Tahap Keberfungsian Fisik ... 82
5.4 Uji Reliabilitas ... 85
5.5 Korelasi Rank Sperman ... 86
5.6 Uji Normalitas ... 88
5.7 Uji Hipotesis ... 90
BAB VI PENUTUP ... 93
6.1 Kesimpulan ... 93
6.2 Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.5.2.6.1 Koefisien Korelasi ... 45
Tabel 5.2.1 Uji Validitas ... 60
Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 61
Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Rehabilitasi Klien ... 62
Tabel 5.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Responden ... 63
Tabel 5.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 63
Tabel 5.2.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluarga Menyediakan Biaya Rehabilitasi Selama Menjalankan Program Pemulihan di Yayasan Nazar Medan “YANAZ”... 64
Tabel 5.2.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Penyediaan Perlengkapan dan Konsumsi Selama Proses Pemulihan Demi Keberhasilan Program Pemulihan di Yayasan Nazar Medan ... 65
Tabel 5.2.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Keleluasaan Meluangkan Waktu Untuk Melakukan Pertemuan Sesuai Jadwal ... 66
Tabel 5.2.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Syarat Administrasi dan Berkas Sejak Awal Hingga Berakhir Program Pemulihan Narkoba di Yayasan Nazar Medan “YANAZ” ... 66
Tabel 5.2.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Penghiburan dan Motivasi Sesuai Kondisi Perasaan ... 67
Tabel 5.2.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Keluarga Mendoakan dan Bersikap Sabar Dalam Memberikan Pendekatan ... 68
Tabel 5.2.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Keluarga Selama Melakukan Program Pemulihan ... 68
Tabel 5.2.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perhatian Keluarga Berupa Kepedulian dan Kesetian Selama Melakukan Program ... 69
Tabel 5.2.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Saran Positif Dari Keluarga Mengenai Dampak NAPZA Selama Pemulihan ... 70
Tabel 5.2.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masukan Untuk Proses Pemulihan Melalui Komunikasi Maupun Informasi Serta Pengetahuan Rehabiliatasi Narkoba ... 71
Tabel 5.2.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Tentang Kondisi Lingkungan Sekitar ... 71 Tabel 5.2.2.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluarga Mendengarkan
Keluhan-keluhan yang Dirasakan ... 72 Tabel 5.2.2.4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Memperhatikan Kondisi dan
Keadaan Baik Fisik, Sosial dan Spiritual ... 73 Tabel 5.2.2.4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Memberikan Pujian Atas
Perubahan yang Terjadi Selama di Rehabilitasi... 73 Tabel 5.2.3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tahap Detoksifikasi Atau
Pelepasan Zat Merupakan Hal yang Sulit ... 74 Tabel 5.2.3.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Zat Narkoba Pada
Awal Rehabilitasi Sangat Menyakitkan dan Selalu Mengganggu Dalam Proses Pemulihan... 75 Tabel 5.2.3.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Lepas Zat Adalah
Salah Satu Hal yang Sangat Menguji, Terutama Godaan Untuk Menggunakan dan Memperoleh Narkoba ... 75 Tabel 5.2.3.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Memberikan Keinginan Hati
Dalam Proses Pemulihan Baik Secara Psikis Maupun Emosional ... 76 Tabel 5.2.3.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Lepas Zat Merupakan
Tahapan Untuk Dapat Memberikan Ketenangan Kepada Kondisi Fisik dan Psikis ... 77 Tabel 5.2.3.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Inspirasi Untuk
Memperbaharui Atau Meninjau Kembali Tujuan Hidup Serta Pandangan Positif Terhadap Masa Depan... 77 Tabel 5.2.3.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Menanamkan Nilai-nilai
Penting Serta Tujuan Kehidupan Dalam Setiap Masalah Yang Dihadapi ... 78 Tabel 5.2.3.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usaha Menerima Segala
Sesuatu yang Dapat Dirubah dan Tidak Dapat Dirubah Dalam Diri ... 79 Tabel 5.2.3.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kejujuran Saat
Menyampaikan Pemikiran dan Isi Hati Kepada Orang Lain, Anggota Keluarga Terutama Mengenai Permasalahan Diri ... 79 Tabel 5.2.3.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Usaha Menggunakan
Kesempatan, Pengambilan Keputusan dan Terus Berusaha Berfikir Positif Untuk Proses Pemulihan ... 80
Tabel 5.2.3.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengambilan Tindakan yang Stabil dan Hal yang Dapat Merugikan Diri Sendiri Kedepannya 81 Tabel 5.2.3.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan yang Terjadi
Merupakan Bagian Dari Program yang Diberikan Sehingga Diri
Bisa Kembali Normal ... 82
Tabel 5.2.3.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Rehabilitasi yang Dilakukan Sangat Mempengaruhi Kondisi Fisik dan Memperbaiki Kondisi Spiritual Serta Kejiwaan ... 82
Tabel 5.2.3.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Untuk Menjauhi Tempat-tempat Dimana Adanya Peredaran Narkoba. Karena, Akibat Dari Narkoba Selalu Berdampak Negatif... 83
Tabel 5.2.3.3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Narkoba Dapat Berdampak Buruk Bagi Diri Sendiri, Keluarga dan Lingkungan ... 84
Tabel 5.2.3.3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemulihan yang Sedang Dilakukan Merupakan Proses Pembentukan Diri Dimana Manusia Membutuhkan Orang Lain Dalam Kehidupan dan Lingkungan Sekitar ... 85
Tabel 5.3.1 Reliability Statistics ... 86
Tabel 5.4.1 Korelasi Rank Sperman... 87
Tabel 5.7.1 Uji Hipotesis ... 90
Tabel 5.7.2 Sperman Rho ... 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4.1 Bagan Alur Pikir...34 Gambar 5.6.1 Gambar Histogram...88 Gambar 5.6.2 Gambar Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual...89
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya atau yang sering disingkat NAPZA sudah sangat merebah luas. Tidak hanya kota-kota besar, namun sudah mewabah ke kota kecil maupun desa di seluruh Indonesia. Kalimat “Indonesia Darurat Narkoba” dalam beberapa tahun terakhir menghiasi pembicaraan masyarakat umum, pejabat dan pemberitaan di media massa. Oleh karena itu sudah seharusnya kita mewaspadai bahaya dan pengaruh terhadap ancaman yang akan merusak generasi muda masa depan negara kita.
Penyalahgunaan narkoba membawa dampak sangat buruk baik itu terhadap pengguna itu sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitarnya. NAPZA dapat mempengaruhi tubuh manusia terutama otak dan susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan bagi penggunaanya. Hal ini dapat membuat pengguna mengalami gangguan psikis, fisik dan fungsi sosial akibat kebiasaan, ketagian (adiksi) serta ketergantungan (depedensi) terhadap NAPZA.
Jika dicermati, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang semakin merebak tidak terlepas dari salah satu ciri barang tersebut yaitu menimbulkan adiksi (ketagihan) yang merusak dalam pengertian penggunaan tidak untuk pengobatan dan secara ilegal. Sedangkan dari sisi masyarakat yang rentan dengan masalah narkoba tertuju pada generasi muda suatu bangsa, mereka merupakan target peredaran NAPZA. Oleh karena itu negara di dunia ini dengan
segala upaya dan kemampuan untuk memberantas narkoba itu sendiri. Istikah NAPZA umumnya digunakan oleh pelayanan kesehatan yang menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis dan sosial. Hal ini sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yang bekerja pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan dan pemikiran.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia perlu dilakukan upaya peningkatan dibidang pengobatan dan pelayanan kesehatan. Hal ini menyatakan bahwa narkoba disatu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan guna peningkatan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah penyalahgunaan narkotika, serta pemberantasan yang memberikan sanksi yang cukup berat. Tapi pada kenyataanya para pelaku semakin meningkat. Hal ini disebabkan penjatuhan saksi tidak memberikan dampak terhadap pelakunya.
Pengguna atau pecandu narkotika menurut undang-undang sebagai pelaku tindak pidana narkotika adalah dengan adanya ketentuan Undang-Undang Narkotika yang mengatur mengenai pidana penjara yang diberikan pada para pelaku penyalahgunaan narkotika. Kemudian di sisi lain dapat dikatakan bahwa menurut Undang-Undang Narkotika, pecandu narkotika tersebut merupakan korban adalah ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi.
Badan PBB, Internasional Drug Control Program, menyatakan pada tahun 2009 jumlah pemakai narkoba di seluruh dunia telah mencapai 180 juta orang dan sedikitnya ada 100.000 diantara mereka meninggal setiap tahun. Dengan
melesatnya angka korban penyalahgunaan narkoba, hal ini bukan lagi menjadi problem individu pengguna, atau menjadi masalah keluarga saja. Ini sudah menjadi ancaman bagi kelangsungan bangsa, karena korbannya adalah semua kalangan baik itu generasi muda (Septi, 2014:3).
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2014, tercatat ada lebih 4 juta penyalahguna narkoba di Indonesia. Ini artinya 2,18%
penduduk Indonesia menjadi pengguna narkoba (current users). Angka ini menunjukkan tingkat prevalensi terus meningkat dari tahun ke tahun. Sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang berusia 10-59 tahun masih dan pernah memakai narkoba pada tahun 2014. Bahkan, dewasa ini 30-40 orang meninggal dunia setiap hari akibat penyalahgunaan narkoba, sebagian besar atau 78% berusia 19-21 tahun.
Menurut Kepala BNN Anang Iskandar pada peringatan Hari Antinarkoba Internasional di Istana Negara 26 Juni 2015, bila tidak dicegah angka peningkatan penyalahguna narkoba akan naik menjadi 5 juta orang pada tahun 2020 (Kansong, 2015:31).
Selain itu berdasarkan data survei Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) terhadap 613 pecandu di Jakarta, ternyata 60-70% pecandu menggunakan narkoba pada saat orangtua ada di rumah. Enam dari sepuluh pecandu berasal dari keluarga yang ibunya tidak bekerja. Dalam hal ini Veronika Colondam penulis buku Raising Drug Free Children mengatakan selain itu pendampingan orangtua atau keluarga menjadi sangat mendesak untuk menolong dan menghidarkan keluarga dari ancaman NAPZA (Lin, 2008:20).
Sebagian orangtua, mempunyai anggota keluarga yang terlibat NAPZA seringkali menjadi suatu aib keluarga. Tidak jarang orangtua langsung
meninggalkan anggota keluarga begitu saja, atau terlena oleh rasa gagal menjadi orangtua dan anggota keluarga sehingga melupakan problem yang utama. Banyak orangtua dan anggota keluarga merasa telah melakukan sesuatu, setelah memasukkan anggota keluarga ke panti rehabilitasi dan merasa upaya itu sudah cukup.
Memasukkan anggota keluarga ke panti rehabilitasi memang merupakan salah satu jalan yang saat ini masih dianggap yang paling tepat. Namun, tingkat relaps (kembali menjadi penderita ketergantungan obat) tinggi yaitu 60-70%.
Lingkungan yang mendukung terutama keluarga sangat berperan dalam proses penyembuhan seseorang yang ketergantungan obat. Hal ini disebabkan, tidak banyak dari mereka yang keinginan sembuhnya datang dari dalam dirinya sendiri (Aisyah, 2011:34)
Berkembangnya asumsi di masyarakat pencandu narkoba sekeras apa pun berusaha tidak bisa sepenuhnya sembuh. Pencandu narkoba selalu identik dengan kekerasan, bertingkah seenaknya, mengganggu orang lain, dan merusak. Stigma negatif dan sebagai sampah masyarakat selalu ditujukan pada para pencandu narkoba. Stigma negatif itu yang akhirnya kembali membuat seorang mantan pencandu narkoba kembali terpuruk. Perasaan kesendirian, tak punya kawan, membuat mereka kembali terbenam dalam gelimang narkoba.
Bila keluarga hanya menyuruh mereka untuk berhenti tetapi tidak mewujudkannya dalam dorongan positif, hasilnya tidak akan nyata. Sugesti yang dimunculkan dari obat-obatan itu akan lebih kuat daripada suruhan untuk berhenti dari orang lain. Lebih banyak pengguna membutuhkan dukungan anggota keluarga daripada yang mempunyai tekad baja untuk lepas.
Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan dampak antara lain merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram, perubahan mental dan perilaku menjadi anti sosial (psikopat), merosotnya produktifitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya baik kuantitatif maupun kualitatif, dan akhirnya kematian yangsia-sia. (Hawari, 2006:45)
Upaya pengobatan secara medis tidak selalu memuaskan karena pecandu yang mengikuti program pengobatan detoksifikasi, setelah beberapa minggu berhenti memakai narkoba jadi kambuh karena didatangi oleh teman pecandu.
Detoksifikasi yaitu perawatan awal untuk membersihkan darah dari berbagai zat racun yang berasal dari Narkotika. Untuk mengatasi persoalan itu dukungan dan sikap proaktif dari keluarga mutlak diperlukan.
Sudah banyak orang tua merasa telah melakukan sesuatu, setelah memasukkan anaknya yang menjadi pecandu ke panti rehabilitasi dan merasa upaya itu sudah cukup. Untuk menyembuhkan seorang pasien dari ketergantungan obat, tidak bisa hanya mengandalkan pada pengobatan di pusat-pusat rehabilitasi.
Pasien membutuhkan dukungan yang kuat dari keluarga dan lingkungannya untuk bisa benar-benar bebas dari obat-obatan.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan bermasyarakat, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dalam keluarganya turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam
masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya di dalam kelompok- kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinannya besar, bahwa interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.
Menyadari bahwa masalah penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks dan bersifat multidimensi, maka partisipasi berbagai pihak dalam berbagai tingkatan merupakan sesuatu yang harus diwujudkan. Keluarga mempunyai peran yang sangat berarti dalam pemulihan pecandu. Permasalahannya, banyak keluarga tidak memahami masalah penyalahgunaan NAPZA dan upaya-upaya penaggulangannya. Pada dasarnya, penyalahgunaan NAPZA akan menjadi
“penyakit keluarga” dimana masalah kecanduan yang dialami oleh seorang anggota keluarga pada akhirnya akan mempengaruhi keluarga secara keseluruhan.
(Wresti, 2006:126)
Dukungan keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting. Sadar akan pentingnya Family Support dalam menumbuhkan optimisme dan keberhasilan program rehabilitasi dalam diri residen penyalahgunaan NAPZA, IPWL NAZAR Medan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementrian Sosial RI memiliki sebuah program khusus yang diperuntukkan bagi keluarga dan residen Penyalahgunaan NAPZA.
Program ini berisikan mengenai dukungan-dukungan yang diberikan keluarga kepada keluarga mereka yang menjadi residen di rehabilitasi ini.
Program ini mempertemukan residen dan keluarga, dimana lembaga memastikan setiap residen disana memiliki akses yang cukup dalam memperoleh dukungan yang keluarga berikan. Program ini mungkin tidak memiliki nama
khusus, namun subtansinya adalah family support. Program family support ini berfungsi sebagai wadah informasi dan sosialisasi bagi residen dan sesama orang tua dalam program pemulihan NAPZA.
Hal inilah yang menarik penulis untuk meneliti “Pengaruh Family Support Terhadap Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA di IPWL LKS Yayasan NAZAR Medan”. Hal ini mengurai pelayanan rehabilitasi yang dilakukan di panti ini proses rehabilitasi tidak hanya klien yang harus didampingi, tetapi juga keluarga klien. Sehingga anggota keluarga dapat memahami masalah, menerima kenyataan, mengakui, mengerti dan mendorong penyalahguna untuk bersama mengikuti program pemulihan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana pengaruh program Family Support terhadap pemulihan penyalahguna NAPZA di IPWL LKS Yayasan NAZAR Medan?”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh program Family Support terhadap pemulihan penyalahguna NAPZA di IPWL LKS Yayasan NAZAR Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1. Secara teoritis, dapat menambah wawasan kepada masyarakat umum seberapa besar pengaruh dukungan keluarga terhadap proses rehabilitasi bagi penyalahgunaan Narkotika yang ada di Indonesia terutama di Kota Medan.
2. Secara praktis, menjadi bahan pertimbangan peningkatan program Family Support untuk membantu proses rehabilitasi terhadap residen pengguna NAPZA yang ada di IPWL LKS Yayasan Nazar Medan.
3. Secara Akademis, bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara untuk memperkaya refrensi dan sumber pengetahuan dalam rangka meningkatkan konsep-konsep, teori-teori dan bahan kampus pada umumnya dan Ilmu Kesejahteraan Sosial pada khususnya.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sitematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Defenisi Pengaruh
Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 849) adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Sementara itu WJS.
Poerwadarminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain (Poerwadarminta, 1986 : 731).
Bila ditinjau dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada.
2.1.2 Defenisi Program
Menurut Charles O. Jhones (1996 : 10), pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasikan suatu aktivitas sebagai program atau tidak, yaitu:
1. Program cenderung membutuhkan staff, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.
Selain itu program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan. Program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Program adalah unsur utama yang harus ada bagi keberlangsungan.
Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu program mencakup seluruh kegiatan yang berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara bersamaan atau berurutan. (Muhaimin, 2009 : 23)
2.1.3 Kajian Tentang Family Support
2.1.3.1 Program Family Support
Dukungan keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting. Sadar akan pentingnya Family Support dalam menumbuhkan optimisme dan keberhasilan program rehabilitasi dalam diri residen penyalahgunaan NAPZA, IPWL NAZAR Medan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementrian Sosial RI memiliki sebuah program khusus yang diperuntukkan bagi keluarga dan residen Penyalahgunaan NAPZA.
Program ini berisikan mengenai dukungan-dukungan yang diberikan keluarga kepada keluarga mereka yang menjadi residen di rehabilitasi ini.
Program ini mempertemukan residen dan keluarga, dimana lembaga memastikan setiap residen disana memiliki akses yang cukup dalam memperoleh dukungan yang keluarga berikan. Program ini mungkin tidak memiliki nama khusus, namun subtansinya adalah family support. Program family support ini berfungsi sebagai wadah informasi dan sosialisasi bagi residen dan sesama orang tua dalam program pemulihan NAPZA.
Program ini diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan, serta difasilitasi oleh pihak lembaga atau dilaksanakan secara mandiri oleh para keluarga. Disadari atau tidak, keberadaan program family support tentunya membawa pengaruh terhadap residen dan keluarga yang menjadi peserta dari program tersebut. Terlebih khusus, juga dapat memberikan hal positif yang dapat mempercepat program pemulihan rehabilitasi bagi penyalahgunaan NAPZA yang ada di lembaga.
2.1.3.2 Defenisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010:34).
Sedangkan menurut Ali (2010:15), keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).
2.1.3.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy (1998:35), membagi fungsi keluarga menjadi
• Fungsi Biologis,
Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga juga merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy, 1998:35).
• Fungsi Psikologis,
Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas keluarga.
• Fungsi Sosialisasi,
Adapun fungsi sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai budaya keluarga (Effendy, 1998:35).
• Fungsi Ekonomi
Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat, tetapi terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi keluarga sehingga dapat menunjang kehidupan baik sekarang maupun yang akan datang. Untuk mempersiapkan kebutuhan yang akan datang, keluarga dapat menabung yang berguna untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya (Effendy, 1998:35).
• Fungsi Pendidikan.
Memasuki taraf anak sekolah dan dewasa, keluarga mempunyai fungsi pendidikan. Dalam hal ini fungsi keluarga adalah menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki dan berguna untuk mempersiapkan anak dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
Keluarga juga melaksanaan fungsi pendidikan baik di rumah maupun diluar rumah dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy, 1998:35).
Berdasarkan pendapat Gunarsa dan Gunarsa (1995:55) dinyatakan bahwa fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan keturunan dan membesarkan anak
2. Memberikan afeksi/kasih sayang, dukungan, dan keakraban 3. Mengembangkan kepribadian
4. Mengatur pembagian tugas, menanamkan kewajiban, hak dan tanggung jawab
5. Mengajarkan dan meneruskan adat-istiadat, kebudayaan, agama, dan sistem moral pada anak.
Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis. Hubungan kasih sayang dalam keluarga merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong-menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina, saling pengertian dan damai dalam rumah tangga.
Dari ulasan mengenai fungsi-fungsi keluarga di atas, tentu dapat disimpulkan bahwa keberadaan keluarga berfungsi sebagai sumber pengajaran dan pembinaan, baik itu pengajaran dan pembinaan mengenai nilai-nilai hidup, norma-norma dalam masyarakat, hingga adat-istiadat. Selain itu keluarga juga berfungsi sebagai pemasok kebutuhan akan afeksi/kasih sayang serta dukungan (materil/non-materil) bagi para anggotanya.
2.1.3.4 Dukungan Keluarga (Family Support)
Salah satu fungsi keluarga adalah memberi dukungan, baik yang bersifat materil maupun non-materil. Dukungan keluarga atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah family support merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher, 2009; dalam Furiyah, 2010).
Dukungan keluarga (Family Support) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Berdasarkan pengertian Family Support di atas, peneliti memilih pengertian Family Support yang akan dijadikan acuan yakni pendapat Neil Thompson dalam bukunya Family Support as Reflective Practice, yang mengartikan Family Support sebagai pemberian bantuan yang merupakan suatu kewajiban untuk membantu anggota keluarga yang mengalami suatu masalah, yang bersifat sukarela dan sosial (Thompson, 2006:12). Dimana Family Support pada konteks ini difokuskan pada dukungan yang diterima residen penyalahgunaan NAPZA dari keluarga, yang diperolehnya baik dari eksternal maupun internal.
2.1.3.5 Jenis-Jenis Family Support
Jenis-jenis family support yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pendapat Thompson (2006:16), yang membagi jenis-jenis family support menjadi empat macam, yaitu:
1. Dukungan Konkret (concrete support)
Bantuan yang terlihat secara real atau nyata yaitu berupa tingkah laku.
Bantuan ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja kepada anggota keluarga yang membutuhkannya. Dukungan ini dapat berupa pemberian materi yaitu uang untuk membantu memenuhi kehidupan anggota keluarga sehari-hari. Selain itu dukungan konkret yang dapat diberikan berupa dukungan non-materi yaitu menjaga, merawat ketika sakit, menemani dan mengantar ketika akan keluar rumah, dan lain- lain. Contohnya yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari- hari, apabila ibu sedang pergi ke luar, maka kita sebagai kakak yang berada di rumah yang menggantikan ibu untuk menjaga adik yang masih kecil (Cochran 1993; Dolan and Holt 2002; Jack 2001, dalam Thompson, 2006).
2. Dukungan Emosional (emotional support)
Dukungan yang berupa emosional untuk anggota keluarga yang membutuhkannya. Dimana dukungan yang diberikan berupa empati atau simpati pada anggota keluarga yang membutuhkannya yaitu dengan cara selalu ada ketika mereka membutuhkannya. Jenis dukungan ini dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan, selain itu dukungan ini paling mudah digunakan. Menurut Cutrana (1996,
dalam Thompson, 2006) dukungan ini juga merupakan salah satu alternatif yang baik, bermanfaat, dan mempunyai pengaruh yang kuat.
3. Dukungan Informatif (advice support)
Dukungan ini berupa saran atau nasehat dan biasanya agak lebih rumit untuk disampaikan kepada anggota keluarga yang membutuhkan. Jenis dukungan ini dapat membuat seseorang akan merasa lebih nyaman dan merasa tenang (Cotterell, 1996; dalam Thompson, 2006). Contohnya, jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena penyakit kanker, maka sebagai keluarganya memberikan nasehat atau saran-saran positif yang dapat meyakinkan mereka untuk tetap bertahan dan terus melakukan usaha yang terbaik. (Aymanns, Sigrun and Klaur 1995;
dalam Thompson, 2006:17).
4. Dukungan Penghargaan (esteem support)
Dukungan ini berupa pengakuan atas kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Burleson (1990, dalam Thompson, 2006:17), bentuk dukungan ini merupakan batu fondasi yang kuat dalam sebuah keluarga. Dimana para anggota keluarga percaya akan kemampuan seseorang tersebut serta memotivasinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri dalam menghadapi masalahnya.
2.1.3.6 Sumber-sumber Family Support
Radin dan Solovey (dalam Smet, 1994:18) mengungkapkan bahwa keluarga dan perkawinan adalah sumber dukungan keluarga yang terpenting.
Rook dan Dooly (dalam Kuntjoro, 2002:21) berpendapat bahwa ada dua sumber
dukungan keluarga, antara lain sumber natural dan sumber artificial. Sumber dukungan natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sementara yang dimaksud sumber dukungan artificial adalah dukungan yang dirancang dalam kebutuhan primer seseorang. Sumber dukungan yang bersifat natural berbeda dengan sumber dukungan yang bersifat artificial, dalam sejumlah hal perbedaan tersebut terletak dalam hal sebagai berikut:
1. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa di buat-buat, sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
2. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keseuaian dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
3. Sumber dukungan yang natural berakar dari dukungan yang berakar sama.
4. Sumber dukungan yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian dukungan keluarga, nilai dari pemberian barang-barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.
5. Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari beban
2.1.3.7 Manfaat Family Support
Hubungan interpersonal dengan orang lain tidak hanya memberikan efek positif bahkan orang lain bisa menjadi sumber konflik, namun sebagai makhluk hidup kita memerlukan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan seseorang atau sekelompok orang. Adanya dukungan keluarga akan membantu penerimanya mampu beradaptasi dan bertahan dalam menghadapi masalah.
Jhonson & Jhonson (1991:19) mengungkapkan bahwa manfaat dukungan keluarga akan meningkatkan beberapa hal, antara lain:
1. Produktivitas melalui peningkatan motivasi, kualitas penalaran, kepuasan kerja, prestasi dan mengurangi dampak stress kerja.
2. Kesejahteraan psikolgi (Psychological Well-Being) dan kemampuan penyesuaian diri melalui perasaan memiliki, kejelasan identitas diri peningkatan harga diri; pencegahan neorutisme dan psikopatologi:
pengurangan distress dan penyediaan sumber yang di butuhkan.
3. Kesehatan fisik, individu yang mempunyai hubungan dekat dengan orang lain jarang terkena penyakit di bandingkan individu yang terisolasi.
4. Managemennya stress yang produktif melalui perhatian, informasi dan umpan balik yang diperlukan.
2.1.3.8 Kualitas Family Support
Menurut Thompson (2006:20), kualitas dalam family support adalah suatu hubungan yang mempunyai makna penting bagi si penerima melalui dukungan yang ia terima. Untuk itu Thompson (2006) membagi tiga macam kualitas dalam family support, yaitu:
1. Kedekatan (closeness), tidak hanya dengan anggota keluarga tetapi juga dengan orang lain. Pada penelitian di Irlandia dan Amerika Serikat (Cutrona dan Cole 2000; Riordan 2002; dalam Thompson, 2006) menunjukkan bahwa, seseorang akan lebih responsif kepada seseorang yang ia rasa dekat dengan dirinya. Hal ini terutama terjadi antara remaja dan orang tua.
2. Reciprocity, hubungan timbal balik antar anggota keluarga dalam membantu satu sama lain, dimana dengan adanya dukungan ini berarti tiap anggota keluarga bersedia memberikan dukungan atau pertolongan. Adanya hubungan ini akan timbul rasa kenyamanan satu sama lain dalam keluarga.
3. Durability, lebih mengarah pada siapa individu ingin mendapatkan dukungan atau pertolongan dari anggota keluarganya. Biasanya individu lebih terbuka mengenai masalahnya kepada anggota keluarganya yang sudah ia kenal cukup lama, sering berkomunikasi satu sama lain, dan anggota keluarganya tidak pernah mengganggu individu tersebut (Tracy & Biegel, 1994; dalam Thompson, 2006).
2.1.3.9 Pengukuran Family Support
Pengukuran family support yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Thompson (2006) dalam buku Family Support as Reflective Practice. Jenis-jenis family support yang diukur dalam penelitian ada empat jenis yaitu dukungan konkret (concrete support), dukungan emosional (emotional support), dukungan informatif (advice support), dan dukungan penghargaan (esteem support). Indikator-indikator yang digunakan berdasarkan keempat jenis family support ini yaitu:
1. Dukungan konkret (concrete support) mencakup membantu secara finansial, menemani dan membantu dalam melakukan suatu aktivitas.
2. Dukungan emosional (emotional support) mencakup empati, perhatian, dan simpati.
3. Dukungan informatif (advice support) mencakup nasehat, saran, dan kritik.
4. Dukungan penghargaan (esteem support) mencakup memberikan motivasi yang positif dan memberikan kepercayaan untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Dalam melakukan pengukuran terhadap pelaksanaan Family Support, Cohen dan Syme, 1985 (dalam Sunardi, 2004) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan keluarga adalah:
1. Pemberian dukungan keluarga; dukungan yang diberikan melalui sumber yang sama akan lebih memiliki arti daripada yang berasal dari sumber yang berbeda. Pemberian dukungan ini dipengaruhi oleh adanya norma, tugas, dan keadilan
2. Kesesuaian situasi; dukungan yang diterima akan memiliki arti/bermanfaat bila jenis dukungan itu sesuai atau tepat dengan situasi yang ada
3. Penerimaan dukungan; karakteristik atau ciri-ciri penerima dukungan keluarga akan menemukan keefektifan dukungan. Karakteristik itu meliputi kepribadian, kebiasaan dan peran sosial
4. Dukungan yang tepat dipengaruhi oleh kesesuaian antar jenis dukungan yang diberikan dan masalah yang ada. Masalah konflik yang terjadi dalam pernikahan dan pengangguran akan berbeda dalam hal pemberian dukungan yang akan di berikan.
5. Dukungan keluarga dapat optimal pada satu situasi tetapi akan menjadi tidak optimal dalam situasi lain. Misalnya saat seseorang
kehilangan pekerjaan, individu akan tertolong ketika mendapat dukungan sesuai dengan masalahnya, tetapi bila telah bekerja, maka dukungan yang lainlah yang diperlukan.
6. Lamanya pemberian dukungan; lama atau singkatnya pemberian dukungan tergantung pada kapasitasnya. Kapasitas adalah kemampuan dari pemberian dukungan untuk memberi dukungan yang di tawarkan selama satu periode.
2.1.4 NAPZA dan Adiksi
2.1.4.1 Pengertian NAPZA
NAPZA adalah semua jenis zat kimia baik alami maupun tidak yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang berbentuk sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran dalam sifat, pikiran, perasaan dan sikap perilaku/ karakter manusia. Semua jenis narkoba baik itu resmi maupun tidak resmi apabila disalahgunakan dapat menimbulkan efek yang sangat merugikan baik bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat luas. Penyalahgunaan semua jenis narkoba secara terus menerus akan mengakibatkan kecanduan yang nanti pada akhirnya akan menjadi suatu ketergantungan dan ketagihan (Prasetyo, 2013.
Suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologi (kecuali makanan, air dan oksigen), World Health organization (WHO). Bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/ otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/ jiwa dan fungsi sosial (Departemen Kesehatan RI).
Dalam undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pengertian narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik itu seintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
1. Penggolongan NAPZA
a. Jenis-Jenis NAPZA berdasarkan undang-undang:
1) Narkotika (UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika)
• Golongan I : dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam produksi yang terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contoh : ganja, morphine, puytaw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
• Golongan II : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.
• Golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya aktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya : codein dan turunannya.
2) Psikotropika (UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika)
• Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindrome ketergantungan (ekstasi, shabu, LSD).
• Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (amphetamine, metal fenidat/ritail)
• Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (fenobarbital, flunitrazepam).
• Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan (diazepam, bromozepam, fenobarbital, clonazepam, nitrazepam, seperti pil KB, pil koplo, rohipnol, dumolid, magadon, dll).
3) Zat Adiktif Lain
• Minuman beralkohol (Keppres No.3 tahun 1997) tentang pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol.
• Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) Contoh : Lem, tiner penghapus cat kuku, bensin.
• Tembakau, dosis yang dapat menyebabkan kematian adalah jika mengkonsumsi 60 mg nikotin sekali pakai.
• Kafein, merupakan zat stimulan dapat menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi melebihi 100 mg perhari atau lebih dari 2 gelas kopi.
2.1.4.2 Pengertian Adiksi
Adiksi adalah suatu penyakit yang menyerang fungsi otak bersifat kronis dan memiliki resiko kambuh yang tinggi ditandai dengan pencarian penggunaan komplusif zat adiktif meskipun mengetahui memiliki kosekuensi yang membahayakan.
1. Progresif
a. Tingkat keparahan penyalahgunaan NAPZA yang terus meningkat secara individual yang dapat diukur dari pola konsumsi (kuantitas maupun frekuensi penggunaan), termasuk dampak fisik dari psikologis.
b. Kontaminasi adiksi ditandai dengan besarnya dampak yang mempengaruhi terhadap lingkungan penyalahgunaan (keluarga, teman- teman dll).
2. Perkembangan hampir tidak terdeteksi
Issu terkait penyalahgunaan NAPZA ditutup-tutupi, karena adanya stigma terhadap penggunaan NAPZA oleh korban dan lingkungan sekitar baik keluarga maupun masyarakat.Kronis
Adiksi bersifat menetap, berlangsung lama, tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dipulihkan bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
3. Potensi fatal
Apabila penyalahgunaan NAPZA tidak mendapat penanganaan serius dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik, mental, sosial, spiritual, bahkan kematian.
4. Ketergantungan NAPZA
Pola penggunaan zat yang tidak terkontrol disebabkan oleh kebutuhan fisik dam/atau psikis akan suatu jenis NAPZA tertentu dengan karakteristik penggunaan secara komplusif, toleransi, ketergantungan fisik, psikis dan bertedensi (KEMENSOS-RI, 2005:6-7).
2.1.4.3 Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA
Pemulihan NAPZA atau rehabilitasi narkoba adalah tempat yang memberikan pelatihan keterampilan dan pengetahuan untuk menghindari diri dari narkoba (Soeparman, 2000:37)
Pada penelitian ini yang menjadi acuan dalam pengukuran pemulihan penyalahgunaan narkoba yakni dari Warsidi dalam bukunya Mengenal Bahaya Narkoba. Dimana terdapat tiga tahapan utama proses perawatan dan pemulihan penderita ketergantungan narkoba, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap terapi lepas narkoba dan terapi fisik yang ditujukan untuk menurunkan serta menghilangkan racun dalam tubuh, mengurangi akibat putus narkoba.
2. Tahap Penstabilan suasana mental dan emosional penderita sehingga gangguan jiwa yang mengakibatkan perbuatan penyalahgunaan narkoba dapat diatasi secara bertahap hingga dapat menyesuaikan diri.
3. Tahap rehabilitasi atau pemulihan keberfungsian fisik, mental dan sosial penderita, seperti bersekolah, belajar bekerja, serta bergaul secara normal
dengan lingkungan sosialnya atau keluarga dan lingkungan yang lebih luas.
2.1.4.4 Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dimensi yang luas, bak dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial. Jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan, menurut Hawari, Sarason dan Sarason, Halonen dan Santroks (dalam Afiatin, 2008:12), adalah narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, atau zat yang dapat menimbulkan kecanduan dan ketergantungan. Zat adiktif memang dapat menimbulkan sejumlah efek, diantaranya:
a. Keinginan yang tak tertahankan terhadap zat tersebut dan dengan jalan apa pun akan berupaya memperolehnya.
b. Kecendrungan untuk menambah takaran, atau dosis, sesuai dengan toleransi tubuh
c. Ketergantungan psikis sehingga jika pemakaian dihentikan akan menimbulkan kecemasan, depresi dan kegelisahaan.
d. Ketergantungan fisik yang jika pemakaian dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang disebut sebagai gejala putus obat seperti mual, sukar tidur, diare dan demam.
Hawari (dalam Afiatin, 2008:14) menyebutkan ada 3 kelompok besar penyalahgunaan narkoba beserta risiko yang dialaminya, yaitu:
1. Kelompok ketergantungan primer, yang ditandai dengan adanya kepribadian yang tidak stabil, mengalami gangguan, cemas, dan depresi.
Mereka mencoba mengobati sendiri gangguan yang dialami tanpa
berkonsultasi kepada dokter sehingga terjadi penyalahgunaan sampai pada tingkat ketergantungan.
2. Kelompok ketergantungan simtomatis, yang ditandai dengan adanya kepribadian anti sosal (psikopatik). Mereka menggunakan narkoba tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga “menularkannya” kepada orang lain dengan berbagai cara sehingga orang lain dapat terjebak ikut memakai hingga mengalami ketergantungan yang serupa.
3. Kelompok ketergantungan reaktif. Kelompok ini terutama terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan kelompok sebaya.
Berdasarkan tipologi korban yang diidentifikasi menurut keadaan dan status korban, yaitu:
a. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelaku dan menjadi korban karena memang potensial.
b. Provocative victims,yaitu seseorang atau korban yang disebabkan peranan korban untuk memicu terjadinya kejahatan.
c. Participating victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat, akan tetapi dengan sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban.
d. Biologically weak victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki kelemahan yang menyebabkan ia menjadi korban.
e. Socially weak victims, yaitu mereka yang memiliki kedudukan sosial yang lemah yang menyebabkan ia menjadi korban.
f. Selfvictimizing victims,yaitu mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang dilakukannya sendiri. (Rena, 2010 : 53-54)
Umumnya pengguna Narkoba membutuhkan waktu 1 (satu) tahun untuk pemulihan kondisi fisik, biolofis dan spiritual. Dalam tahap pemulihan untuk kembali pada kondisi yang wajar, korban harus menjalani rehabilitasi dengan melalui berbagai proses pemantapan. Dibutuhkan biaya yang besar, waktu, upaya yang keras, disiplin, niat yang kuat dan kerja sama antara keluarga dan lembaga rehabilitasi. Begitu kembali kerumah sekitar 80% kemngkinan kambuh dan memakai kembali, tidak ada kata sembuh untuk mereka pengguna narkoba.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh Helen Putri Sari tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh Program Family Support Terhadap Resiliensi Keluarga yang Memiliki Anak Autistik di Pondok Peduli Kaya Berkah Medan”. Hasil Penelitian ini berbentuk kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah Tolak H0 dan terima Ha, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara Program Family Support dengan Resiliensi Keluarga yang Memiliki Anak Autistik di Pondok Peduli Autis Kaya Berkah‘ (PPAKB) sebesar 67%, sedangkan 33% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar Program Family Support.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada metode yang diteliti yaitu sama-sama meneliti tentang pengaruh family support.
Perbedaanya yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan anak autistik sebagai model, namun pada penelitian ini menggunakan residen NAPZA.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zakiah Darojah pada tahun 2008 yang berjudul “Pendekatan Family Support Group dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra “SEHAT MANDIRI”.
Hasil penelitian ini bahwa Family Support Group mempunyai pengaruh dalam proses pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA yaitu dengan adanya Family Support Group klien mampunyai motivasi yang kuat untuk mengikuti rehabilitasi sampai sembuh dan dapat diterima oleh masyarakat.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada objek atau model yang digunakan yaitu pengguna/residen narkoba. Selain itu penggunaan family support juga memiliki hubungan yang hampir mendekati.
Perbedaanya yaitu terletak pada metode yang digunakan peneliti yaitu menggunakan metode penelitian kuantitatif.
2.3 Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang menegaskan hubungan antara dua individu atau lebih dalam variabel dimana pernyataan tersebut merupakan jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian.Selain itu,hipotesis adalah arahan sementara untuk menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011:49). Berdasarkan acuan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha: Adanya pengaruh program Family Support terhadap pemulihan penyalahgunaan NAPZA di IPWL LKS Nazar Medan..
H0: Tidak ada pengaruh program Family Support terhadap pemulihan penyalahgunaan NAPZA di IPWL LKS Nazar Medan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Keberadaaan keluarga memiliki fungsi sebagai pemasok kebutuhan akan afeksi/kasih sayang serta dukungan, baik materil maupun non-materil, bagi para anggotanya. Menurut Tamher (2009; dalam Furiyah, 2010) dukungan keluarga (family support) merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat.
Dalam penelitian ini, keberadaan program family support juga sekaligus menjadi wadah bersosialisasi dan penguatan antar sesama anggota keluarga yang di rehablitasi, agar para keluarga ini mampu menyongsong masa depan dengan lebih tegar dan penuh optimisme.
Pengukuran family support yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Thompson (2006:10) dalam buku Family Support as Reflective Practice. Jenis-jenis family support yang diukur dalam penelitian ini ada empat jenis yaitu dukungan konkret (concrete support), dukungan emosional (emotional support), dukungan informatif (advice support), dan dukungan penghargaan (esteem support). Pada implementasinya, bentuk dukungan konkret dalam program family support ini yaitu berupa pemberian materi/alat bantu, subsidi biaya rehabilitasi dan lain-lain. Sedangkan dukungan emosional yang diterima adalah berupa pemberian motivasi, penguatan diri dan lain-lain.
Bentuk dukungan informatif yang diberikan yaitu berupa bimbingan tentang manfaat rehabilitasi dan seminar-seminar dalam program. Terakhir, dukungan penghargaan dalam program ini diwujudkan dalam peringatan hari-hari
penting yang dirayakan bersama-sama dengan keluarga penerima manfaat program ini.
Selain itu, pengukuran dalam penelitian ini terhadap pemulihan penyalahgunaan NAPZA yang dikemukakan Warsidi dalam buku “Mengenal Bahaya Narkoba” yaitu ada tiga tahapan utama yaitu: pertama tahap terapi lepas atau mengurangi akibat putus narkoba. Berupa kemampuan residen untuk pulih dari kecanduan narkoba. Tahap penstabilan diri dan emosional, berupa berupa penyesuaian diri dengan situasi mental dalam proses pemulihan. Terakhir tahap keberfungsian fisik, mental dan sosial. Terlihat dari kemampuan residen terlihat dari bentuk fisik yang lebih baik, kejiwaan yang lebih normal dan kemampuan bersosial di lingkungan masyarakat.
Hal yang terpenting dalam mengukur tingkat pengaruh yaitu dengan melihat ada tidaknya daya yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang. Maka pada konteks ini, peneliti ingin melihat ada/tidaknya daya yang ditimbulkan oleh keberadaan program family support terhadap mereka penyalahguna NAPZA yang sedang direhabilitasi.
Gambar 2.4.1 Bagan Alur Pikir
Program Family Support
1. Bentuk dukungan konkret (materi, subsidi biaya rehabilitasi, dll)
2. Bentuk dukungan emosional (motivasi, penguatan diri, dll)
3. Bentuk dukungan informatif (bimbingan tentang teknis rehabilitasi, info kegiatan, seminar dan diskusi dll)
4. Bentuk dukungan penghargaan (kegiatan pertemuan sekali sebulan, penerimaan dll)
Residen yang menerima Program Family Support di Yayasan NAZAR
Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA Yayasan NAZAR 1. Mengurangi zat akibat putus narkoba
2. Kondisi Mental dan emosional yang stabil 3. Keberfungsian fisik, mental dan sosial
2.5 Defenisi Konsep
Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis.Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa- peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009: 112).
Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang.
2. Program Family Support (Dukungan Keluarga) adalah program bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial yang membuat si penerima merasa dicintai, dihargai, diperhatikan dengan baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Dalam hal ini, family support merupakan konten dari sebuah program yang diselenggarakan oleh Yayasan Rehabilitasi LKS Nazar Medan.
3. Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dimensi yang luas, bak dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial dan merupakan proses gangguan mental adiktif akibat dari tindakan penyimpangan terhadap kegunaan pemakaian NAPZA.
4. Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA adalah adanya upaya dari pecandu sendiri untuk berubah mencapai kondisi abstinensia (bebas narkoba), sehat fisik, rasa sejahtera (wellness) dan hidup berkualitas.
5. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat, di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
6. IPWL Yayasan NAZAR Medan adalah suatu tempat rehabilitasi sosial Departemen Sosial RI (KEMENSOS No 59/HUK/2003) terhadap residen penyalahgunaan narkoba.
2.6 Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).
Dalam hal ini harus ditentukan lebih dahulu variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap variabel atau sekelompok atribut yang lain.Ada kalanya variabel bebas diebut variabel pengaruh sehingga diberikan simbol (x). Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Maka variabel terikat sering juga disebut variabel terpengaruh sehingga diberikan simbol (y).
Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Bebas (x) yaitu pengaruh program family support, yang diukur dengan indikator berupa realisasi program family support dalam berbagai macam bentuk dukungan, sebagai berikut:
1. Bentuk dukungan konkret (materi, subsidi biaya rehabilitasi dan lain-lain) 2. Bentuk dukungan emosional (motivasi, penguatan diri dan lain-lain)
3. Bentuk dukungan informatif (bimbingan tentang teknis rehabilitasi, info kegiatan, seminar dan diskusi dan lain-lain)
4. Bentuk dukungan penghargaan (kegiatan pertemuan sekali sebulan, penerimaan dan lain-lain)
Variabel terikat (y) yaitu Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA yang diukur dengan indikator melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Mengurangi zat akibat putus narkoba 2. Kondisi Mental dan emosional yang stabil 3. Keberfungsian fisik, mental dan sosial