• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN IDENTITAS BAHASA INDONESIA SEBAGAI LAMBANG IDENTITAS NASIONAL DAN BAHASA PERSATUAN DALAM ERA GLOBAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGUATAN IDENTITAS BAHASA INDONESIA SEBAGAI LAMBANG IDENTITAS NASIONAL DAN BAHASA PERSATUAN DALAM ERA GLOBAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN IDENTITAS BAHASA INDONESIA SEBAGAI LAMBANG IDENTITAS NASIONAL DAN BAHASA PERSATUAN DALAM ERA GLOBAL

Wildan Syukrini’am

Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Increasingly the spreading in luence of globalization, causing indonesia will open wide access various kinds of economic and human resources that formerly there is a barrier. Causing the more goods, services, and workers from other countries which entered indonesia which of course will compete to win a liver consumers and business owners or indonesian capital. Of indonesian human resources must prepare ourselves face this competition. Its impact is increasingly the spread english as the language of interaction international. Indonesians must defend the indonesian language is the identity of the country. People just need to use indonesian well and correctly and the proud use it. So, indonesians could face of globalization more con ident and actively in luence culture of country else would entering the country, instead of affected by other countries. Efforts to be made: the prestige; improved welfare; be maximize language wrote; education; the government policy; and the example of pro ile igures.

Keywords: indonesian language, the language of the union, the identity of indonesia, globalization

Abstrak

Semakin meluasnya pengaruh globalisasi, menyebabkan Indonesia akan membuka lebar berbagai macam akses ekonomi dan sumber daya manusia yang sebelumnya terdapat penghalang.

Menyebabkan semakin banyak barang, jasa, dan tenaga kerja dari negara lain yang masuk ke Indonesia yang tentu saja akan bersaing untuk memperebutkan hati konsumen dan pemilik usaha atau modal Indonesia. Sumber daya manusia Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi persaingan tersebut. Dampaknya adalah semakin meluasnya bahasa Inggris sebagai bahasa interaksi internasional. Masyarakat Indonesia harus mempertahankan bahasa Indonesia yang merupakan identitas bangsa Indonesia. Masyarakat hanya perlu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta adanya rasa bangga menggunakannya. Dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat menghadapi arus globalisasi dengan lebih percaya diri dan turut aktif memengaruhi budaya bangsa- bangsa lain yang akan masuk ke Indonesia, bukannya terpengaruh oleh negara lain. Upaya yang dapat dilakukan: peningkatan gengsi; peningkatan kesejahteraan; pemaksimalan bahasa tulis; pendidikan;

kebijakan pemerintah; dan keteladanan tokoh penting.

Kata kunci: bahasa Indonesia, bahasa persatuan, identitas Indonesia, globalisasi

Pendahuluan

Kata globalisasi merujuk pada isu mengenai perekonomian dan perdagangan dunia yang kian menyatu, namun juga berbagai isu lain, seperti demokrasi, ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi, dan pendidikan. Berbagai negara membentuk hubungan kerjasama, sehingga membentuk kekuatan besar dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.

Hal tersebut berakibat batasan antara negara suatu satu dengan lainnya semakin tak terlihat dengan tingkat dinamika dan mobilitas yang semakin tinggi dari masyarakatnya.

Semakin meluasnya pengaruh globalisasi, menyebabkan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia akan membuka lebar berbagai macam akses ekonomi dan sumber daya manusia yang sebelumnya terdapat berbagai penghalang, seperti syarat aturan bea cukai dan keimigrasian.

Dengan demikian, arus keluar-masuk produk berupa barang dan jasa serta tenaga kerja akan semakin tinggi. Semakin banyak barang, jasa, dan tenaga kerja dari negara lain yang masuk ke Indonesia menyebabkan semakin beratnya persaingan dengan produk dan tenaga dalam negeri untuk memikat hati konsumen dan pemilik usaha atau pasar modal Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia akan

(2)

negatif. Pengaruh positif dari fenomena tersebut adalah meningkatnya kualitas tenaga kerja karena semakin ketatnya persaingan. Sementara itu, fenomena tersebut juga berpotensi menimbulkan dampak negatif, salah satunya dalam hal penggunaan bahasa. Kita tahu para tenaga asing datang dari berbagai negara yang memiliki beragam latar belakang budaya dan bahasa. Hal itu menjadi masalah karena akan terdapat dinding yang akan menghalangi kita untuk berkomunikasi dengan mereka. Jelas bahwa diperlukan satu bahasa yang dapat disepakati bersama untuk menjalin komunikasi.

Kita tahu bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang telah disepakati oleh masyarakat Internasional. Bahasa tersebut dapat menjalin komunikasi di antara penduduk dunia yang beragam bahasa pertamanya. Belum lagi, segala hal yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan menggunakan bahasa Inggris sebagai media penyampaiannya. Misalnya, kita menyebut kata ”notebook” untuk istilah komputer portabel, bukan “komputer jinjing”.

Selanjutnya, kita sering mengucapkan istilah-istilah yang berkaitan dengan komputer, seperti;

meng-copy; copypaste; di-delete; di-save; di-print. Kata tersebut belum ada istilah yang sesuai dalam bahasa Indonesia. Hal ini menjadi masalah yang penting untuk dibahas lebih lanjut.

Fenomena di atas semakin menegaskan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling tepat sebagai media untuk berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda. Di sisi lain, pandangan tersebut akan mengakibatkan munculnya kebingungan dan kecemasan masyarakat Indonesia dalam menghadapi meluasnya era globalisasi, karena sebagian besar masyarakat Indonesia belum menguasai bahasa Inggris dengan baik yang merupakan syarat dalam persaingan global.

Pembahasan

Bahasa Indonesia, sebagai Lambang Jati Diri Bangsa

Bahasa Indonesia yang dimiliki bangsa Indonesia telah mampu mempersatukan sekitar 1.128 suku bangsa (JPNN Mobile, 2010) dengan 746 bahasa daerah (Sugono, 2008) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Artinya, Bahasa Indonesia ditempatkan sebagai lambang identitas negara dan identitas nasional serta bahasa resmi kenegaraan.

Melihat fakta tersebut, sebagai warga negara Indonesia kita harus memiliki rasa bangga atas kepemilikan bahasa Indonesia. Jika kita dibandingkan dengan negara lain, sulit ditemukan negara yang memiliki kondisi serupa, yakni memiliki bahasa persatuan dari ratusan juta penduduk dengan ribuan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Kita lihat Singapura, maka kondisi kebahasaan seperti Indonesia tidak akan ditemui. Di negara tersebut, terdapat empat suku bangsa dengan bahasa etnisnya masing-masing yang tinggal dan hidup bersama, yakni Etnis Tionghoa (mayoritas), Melayu, India, dan kelompok pendatang (mayoritas dari negara-negara barat). Keempat etnis bangsa tersebut tidak bisa mencapai kesepakatan untuk menggunakan satu bahasa yang dapat mereka gunakan sebagai media komunikasi, sehingga bahasa Inggris—yang bukan bahasa pertama dari ketiga etnis penghuni negara tersebut—

harus ditetapkan sebagai bahasa resmi negara. Meski telah ditetapkan demikian, kenyataannya tidak semua warga negara Singapura mau dan mampu berbahasa Inggris. Mereka lebih suka menggunakan bahasa etnisnya sendiri sekalipun itu dalam pergaulan antaretnis.

Dari fenomena tersebut, jelas bahwa bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang istimewa dalam mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia dari beragam latar belakang budaya yang berbeda. Meskipun demikian, beberapa kali Indonesia diguncang oleh kon lik sosial. Akan tetapi, tak ada satu pun dari kon lik tersebut yang menolak tentang penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kelompok yang menginginkan perpecahan tersebut. Hal ini

(3)

tentu berbeda dengan perpecahan antara India dan Pakistan yang berujung pada perbedaan bahasa yang digunakan oleh kedua negara tersebut.

Kita lihat kembali sejarah bahwa kekuatan pemersatu bahasa Indonesia memang sudah muncul sejak sebelum negara Indonesia terbentuk. Pada masa penjajahan, sebagian kelompok terdidik mulai menelaah bahasa Indonesia untuk masuk ke dalam fungsi politis dan sosiologis yang merupakan cikal-bakal negara Indonesia (Sugono, 2008). Bahasa Indonesia mulai digunakan secara luas dalam bacaan rakyat, karya sastra, bahasa perkumpulan, surat kabar, dan majalah pada era 1920-an. Dampaknya, seluruh suku bangsa yang merasakan penderitaan yang sama akibat penjajahan merasakan adanya kesamaan identitas yang dapat membangkitkan rasa kebersamaan, kesatuan, dan kesetiakawanan. Sejak saat itu, bahasa Indonesia mulai digunakan secara luas dalam berbagai bidang.

Bahasa Indonesia yang digunakan dalam teks proklamasi yang diikuti dengan penetapannya sebagai bahasa resmi negara dalam UUD 1945. Hal tersebut menjadikan bahasa Indonesia telah mencapai fungsi politis dan sosiologis. Selanjutnya, bahasa Indonesia mulai menemukan bentuknya yang sempurna dengan disusunnya Kamus Besar Bahasa Indonesia pada tahun 1988, lahirnya tata bahasa baku pada tahun 1988, dan diresmikannya Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) pada tahun 2001.

Kebanggaan Berbahasa Indonesia yang Mulai Luntur

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan menghadapi tantangan besar ketika penggunanya mulai beralih ke bahasa lain, sehingga rasa kebanggaan terhadap bahasa Indonesia mulai memudar. Dalam hal perdagangan misalnya, kita banyak menemui produk- produk barang maupun jasa yang ditawarkan dengan menggunakan bahasa Inggris. Perilaku para pedagang tersebut dilatarbelakangi oleh cara berpikir bahwa sebagian besar konsumen lebih menyukai produk yang ditawarkan dengan bahasa Inggris daripada yang ditawarkan dalam bahasa Indonesia. Konsumen kita memandang bahwa produk berbahasa Inggris memiliki kualitas yang lebih baik. Memiliki produk tersebut akan memberikan peningkatan status sosial di mata anggota masyarakat lainnya. Tak hanya itu, penggunaan istilah atau ungkapan dengan bahasa Inggris akan memberikan kesan bagi penuturnya sebagai seseorang yang lebih terdidik dan memiliki status sosial tinggi dibandingkan mereka yang hanya menggunakan ungkapan dan istilah dengan bahasa Indonesia. Melihat kondisi sosial-kebahasaan seperti itu, tidak heran bila kekuatan dan kewibawaan bahasa Indonesia semakin memudar.

Dalam dunia pendidikan pun kecenderungan pemakaian bahasa Inggris terjadi dalam bentuk kebijakan Perguruan Tinggi yang mewajibkan mahasiswa untuk mendapatkan serti ikat nilai ujian resmi bahasa Inggris (TOEFL atau TOEIC) sebelum lulus. Hal ini menjadi permasalahan karena bila memang Perguruan Tinggi ingin membekali calon lulusannya dengan kemampuan berbahasa Inggris, semestinya Perguruan Tinggi menyediakan seperangkat sistem pendidikan dan fasilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan bahasa Inggris.

Kenyataannya, Perguruan Tinggi hanya menyediakan mata kuliah bahasa Inggris yang dipelajari dalam satu semester. Dengan demikian, mustahil mengharapkan lulusan Perguruan Tinggi yang mendapatkan nilai tinggi dalam tes kecakapan bahasa Inggris tersebut.

Lebih lanjut, dalam perekrutan karyawan baru, baik perusahaan milik negara maupun swasta, mayoritas memberikan syarat adanya nilai minimal dalam hasil tes kecakapan berbahasa Inggris. Ini bukanlah suatu hal yang salah mengingat kemungkinan perusahaan tersebut akan banyak bekerja sama dengan pihak lain dari luar negeri. Hanya saja, kebijakan tersebut membuat bahasa Indonesia sebagai lambang identitas bangsa Indonesia akan tersingkirkan dan lebih mengutamakan penguasaan bahasa Inggris. Padahal, kita sudah punya instrumen resmi untuk menguji kemahiran bahasa Indonesia seseorang, yakni UKBI.

(4)

Kecenderungan bahasa Indonesia tersisih oleh bahasa Inggris dalam era globalisasi disebabkan oleh dua hal, yakni sebab internal dan eksternal. Sebab internal berkaitan dengan mentalitas kita sebagai bangsa yang terjajah yang dicirikan dengan lebih percaya diri bila menggunakan bahasa asing dalam komunikasi (Kontjaraningrat, 1983, dalam Suyatno, 2010).

Adapun, sebab eksternal berkaitan dengan pengaruh budaya dan teknologi dari bangsa lain yang lebih maju. Sudah banyak diketahui bahwa kehidupan kita di masa sekarang hampir tak dapat lepas dari produk-produk negara barat, misalnya teknologi komunikasi. Bersamaan dengan masuknya produk-produk tersebut, masuk juga budaya-budaya mereka akan memengaruhi pola pikir kita, salah satunya berkaitan dengan bahasa.

Langkah Merpertahankan Kewibawaan Bahasa Indonesia

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, sudah sepantasnya kita bangga dan memiliki keyakinan teguh dengan bahasa Indonesia yang kita miliki. Masyarakat luar negeri harus mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan bahasa kita bila kelak bekerja atau menjalin hubungan ekonomi di Indonesia. Sekuat apapun arus globalisasi yang masuk ke Indonesia, bahasa Indonesia harus tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan beberapa upaya untuk memperkuat posisi bahasa Indonesia di mata masyarakat Indonesia sendiri. Sylado (dalam Aziz, 2014) berpendapat bahwa cara sederhana untuk menyosialisasikan bahasa adalah melalui musik, ilm, pers, dan sastra. Para pemangku kepentingan di empat bidang pekerjaan tersebut sudah seharusnya turut berpartisipasi dalam menegakkan bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa dengan menghindari sebisa mungkin penggunaan istilah atau ungkapan-ungkapan asing. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Harian Kompas yang memperkenalkan sebuah padanan istilah dari bahasa Inggris di bidang kepemerintahan atau politik dengan cara menuliskan versi bahasa Indonesia dari istilah tersebut yang diikuti dengan istilah aslinya dalam bahasa Inggris di dalam kurung: petahana (incumbent). Secara lebih terinci, terdapat enam langkah pemertahanan bahasa Indonesia sebagai berikut.

Peningkatan Gengsi

Untuk mendorong masyarakat Indonesia—para pelaku bisnis—harus menggunakan bahasa Indonesia di sebagian besar aktivitas kebahasaan mereka, termasuk dalam pembuatan iklan, gengsi penggunaan bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Salah satu upaya praktisnya adalah dengan memberi penghargaan kepada mereka yang setia menjaga penggunaan bahasa Indonesia dalam aktivitasnya. Penghargaan tersebut dapat diberikan kepada orang-orang dari beragam kategori, misalnya kategori seniman atau artis, tokoh politik, tokoh pemerintahan, sastrawan, pelaku bisnis, dan lainnya. Dengan adanya penghargaan ini, diharapkan masyarakat terpacu untuk menggunakan bahasa Indonesia di segala aktivitas harian mereka.

Peningkatan Kesejahteraan

Mirip dengan langkah peningkatan gengsi, langkah meningkatkan kesejahteraan pengguna bahasa Indonesia yang baik dapat diberikan dengan cara memberikan hadiah atau posisi kerja yang lebih baik kepada mereka yang memenuhi syarat. Misalnya, dalam institusi pemerintahan atau perusahaan, pegawai yang memiliki kecakapan berbahasa Indonesia yang baik dapat diberikan suatu penghargaan, insentif tambahan, atau posisi kerja yang lebih baik. Tindakan ini akan memicu pegawai yang lain untuk selalu berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, perusahaan dalam negeri dan swasta hendaknya mengubah pola pikir mereka dengan cara memberlakukan syarat tes kecakapan bahasa Indonesia bagi para pelamar kerja selain tes kecakapan bahasa Inggris.

Pemaksimalan Bahasa Tulis

Melalui langkah ini, kita dapat memotivasi penggunaan bahasa tulis yang sesuai

(5)

memberikan penghargaan kepada penulisnya. Selain itu, karya tulis yang dihasilkan tersebut dapat direkomendasikan secara luas agar penulis tetap termotivasi untuk menjaga kebiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik tersebut.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang paling berpengaruh dalam upaya mempertahankan wibawa bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus mulai ditanamkan pada siswa sejak memasuki sekolah formal, baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Hal ini dapat dilakukan dengan syarat guru telah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga guru dapat memperhatikan kecakapan berbahasa Indonesia siswanya. Dalam hal ini, guru harus memulai dengan memberikan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik saat menjalin komunikasi dengan siswa. Selain itu, guru selalu memperhatikan dan memberi masukan kepada siswa tentang kecakapan berbahasa Indonesia, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Di tingkat Perguruan Tinggi, dapat dilakukan dengan mengubah kebijakan yang mensyaratkan mahasiswa untuk memiliki nilai TOEFL atau sejenisnya sebelum mendapatkan haknya untuk berkuliah maupun wisuda. Seharusnya, setiap mahasiswa diberikan UKBI secara berkala untuk mengukur seberapa jauh penguasaannya terhadap bahasa Indonesia. Dengan begitu, Perguruan tinggi dapat memantau nilai UKBI mahasiswa. Selain itu, mewajibkan setiap dosen untuk turut serta memperhatikan kecakapan berbahasa mahasiswa dalam penyelesaian tugas-tugas. Dosen harus ikut memberi masukan tentang kecakapan berbahasa mahasiswa dalam tugas menulis maupun tugas lisan.

Kebijakan Pemerintah

Dalam struktur pemerintahan Indonesia, harus ada badan yang memiliki kewenangan untuk mengawasi dan memberi penghargaan sekaligus sanksi kepada lembaga milik negara maupun swasta yang tidak mengindahkan aturan mendahulukan bahasa Indonesia daripada bahasa asing. Hal tersebut pernah terjadi pada era 1990-an yang lalu, pemerintah bersikap tegas untuk meminta pelaku bisnis mengubah nama usahanya yang berbau bahasa asing menjadi bahasa Indonesia. Di Kota Malang, hotel yang semula bernama “Kartika Prince” kini berubah menjadi “Kartika Graha”, dan yang semula bernama “Regent’s Park” kini berubah menjadi “Taman Regents”. Saat ini, badan tersebut telah terbentuk, yakni Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, yang dapat memberikan teguran hingga sanksi kepada pelaku bisnis yang berlebihan dalam mengiklankan usahanya dari segi penggunaan bahasa asing. Dengan cara ini, upaya menjaga kedaulatan bahasa Indonesia pun dapat terlaksana.

Keteladanan Tokoh Penting

Perlunya keteladanan dari pemimpin bangsa, tokoh-tokoh masyarakat dan politik, dan toko berpengaruh untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada waktu mereka berbicara kepada rakyat Indonesia. Masyarakat akan melihat langsung dan akan memengaruhi masyarakat secara luas.

Penutup

Dengan penerapan enam langkah tersebut, dengan kerjasama dan komitmen yang kuat dari para pemangku kepentingan di negeri ini, maka bahasa Indonesia akan menjadi lebih kuat dan lebih berwibawa ketika arus globalisasi semakin meluas dan berdampak besar di Indonesia. Hal tersebut akan membuat masyarakat Indonesia lebih percaya diri dengan bahasa Indonesia sebagai lambang dan identitas negara Indonesia. Selain itu, masyarakat Indonesia akan menetapkan bahwa bahasa resmi yang dipakai dalam percakapan antarbangsa di dalam wilayah negeri kita sendiri adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris.

(6)

Daftar Pustaka

Aziz, A. L. 2014. Serbuan Bahasa Inggris dalam Iklan Perdagangan dan Pengaruhnya Terhadap Rasa Percaya Diri Bangsa Indonesia di antara Bangsa Lain. Disampaikan dalam Konferensi Linguistik 2014 oleh Universitas Airlangga.

JPNN Mobile. 2010. Indonesia Miliki 1.128 Suku Bangsa. Diakses dari http://m.jpnn.com/news.php

?id=57455. (Tanggal akses 18 Oktober 2015).

Moeliono, A. M. 2009. Bahasa Indonesia di dalam Era Reformasi dan Globalisasi. Disampaikan pada Kompetisi Duta Bahasa Nasional 2009 di Pusat Bahasa, Jakarta.

Sugono, D. 2008. Politik Bahasa Nasional dalam Era Otonomi Daerah. Raja Ali Haji. Diakses dari http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=RGdIL3c%3D=. (Tanggal akses 18 Oktober 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi tersebut dikatakan bahwa Educational data mining adalah disiplin ilmu yang mendalami tentang pembangunan pola- pola yang unik yang dihasilkan dari

Bank sampah adalah sebuah istilah yang diperuntukan bagi suatu paguyuban atau perkumpulan warga sadar sampah yang memiliki tujuan untuk mengurangi volume sampah, memanfaatkan

Pada tempe buncis dan kecipir, aktivitas antioksidan yang maksimum diperoleh dari hasil fermentasi 0-hari, dimungkinkan karena perendaman pada biji buncis dan

Adapun pendekatan analisis yang digunakan adalah descriptif analisis (analisis deskriptif). Sementara pendekatan penelitiannya adalah teologis normatif, yaitu suatu

Mengembangkan pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) menjadi pelabuhan Utama Internasional (International Hub Port) secara penuh, sehingga mampu melayani kapal peti kemas generasi ke

103 UK/UTN SM3T PGSD DWI WIDI ASTUTIK Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA TIDAK MENGULANG 104 UK/UTN SM3T PGSD ERY RIZKI PRATAMA Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA

Setelah dilakukan wawancara dengan subjek penelitian, diperoleh tambahan informasi mengenai jawaban siswa pada tes kemampuan berpikir kreatif yaitu: sebagian besar

NOMOR 68 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA