SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari
Oleh Laras Setyandini
1106203
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
Oleh
Laras Setyandini
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari
© Laras Setyandini
Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,
PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK
TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG Oleh:
LARAS SETYANDINI 1106203
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Dr. Desfina, M.Hum NIP. 196102201990032001
Pembimbing II
Dr. Heni Komalasari, M.Pd NIP. 197109152001122001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Seni Tari
ii ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Gerak Burung Untuk Meningkatkan Kemampuan Kinestetik Pada Anak Tunagrahita Sedang Di SLB
YPLAB Lembang”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana
kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang dalam pembelajaran tari dapat ditingkatkan melalui stimulus gerak burung. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data tingkat kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang melalui aplikasi stimulus gerak burung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen menggunakan rancangan Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Proses pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dilakukan sebanyak 3 fase dan 12 sesi yaitu baseline 1(A-1) sebanyak 3 sesi, intervensi sebanyak 6 sesi, dan Baseline 2(A-2) sebanyak 3 sesi. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan bahwa kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang dalam pembelajaran tari terjadi peningkatan setelah dilakukannya intervensi stimulus gerak burung. Hal ini terbukti dari hasil pengumpulan dan analisis data dengan cara membandingkan baseline 1(A-1) dan baseline 2(A-2), maka kemampuan kinestetik anak fase baseline 1(A-1) pada aspek koordinasi gerak mean level sebesar 5 point, aspek keseimbangan gerak mean level sebesar 11 point, dan ketepatan gerak mean level sebesar 9 point. Pada fase baseline 2(A-2) kemampuan kinestetik yang mampu dikuasai dalam aspek koordinasi gerak mean level sebesar 11,33 point, aspek keseimbangan gerak sebesar 20,66 point, dan aspek ketepatan gerak sebesar 20, 66 point. Dilihat dari hasil tersebut bahwa intervensi yang dilakukan berdampak positif, maka Pembelajaran Tari melalui Stimulus Gerak Burung Dapat meningkatkan Kemampuan Kinestetik Pada Anak Tunagrahita Sedang Di SLB YPLAB Lembang.
Kata Kunci: Pembelajaran Tari, Stimulus gerak burung, Kemampuan Kinestetik,
ABSTRACT
This study entitled "Dance Learning through Birds Motion Stimulation to Improve Kinaesthetic Ability in Medium Mentally Retarded Children in SLB YPLAB
Lembang”. The problem in this research was how the kinaesthetic ability of
mentally retarded children on the dance learning can be enhanced through the birds motion stimulation. The purpose of this study was to obtain the level data on the kinaesthetic ability of mentally retarded children through the birds motion stimulus application. The method used was an experimental method using a Single Subject Research (SSR) with ABA design. The learning process through the stimulus of birds motion dance performed a total of three phases and 12 sessions: baseline 1 (A-1) of 3 sessions, the intervention of 6 sessions, and Baseline 2 (A-2) of 3 sessions. Research and observation result was found that kinaesthetic ability of mentally retarded children in dance was increased after the intervention of birds motion stimulation. The evident was from the result of data collection and analysis by comparing the baseline 1 (A-1) and baseline 2 (A-2), then the children kinaesthetic ability of baseline phase 1 (A-1) on the mean level of motor coordination aspect is 5 points, the mean level of balance motion is 11 points, and the mean level of precision motion is 9 points. At baseline phase 2 (A-2) the capability of kinaesthetic abilities mastered in the mean level of motor coordination aspects is 11.33 points, the balance motion aspect is 20.66 points, and the accuracy motion aspect is 20, 66 points. As can be seen from these results that the intervention had a positive impact, then dance learning through the birds motion stimulation can increase the kinaesthetic ability in medium mentally retarded children in SLB YPLAB Lembang.
vi
E. Struktur Organisasi Sripsi ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...
A.Penelitian Terdahulu ...
1. Subjek Penelitian ...
2. Temuan Penelitian ...
3. Posisi Teoritis Peneliti ...
B.Pembelajaran Tari. ...
1. Pengertian Pembelajaran Tari ...
2. Pembelajaran Tari Untuk Anak
Tunagrahita Sedang ...
C.Anak Tunagrahita ...
1. Pengertian Anak Tunagrahita ...
2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ...
3. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang...
D.Kemampuan Kinestetik ...
1. Pengertian Kemampuan Kinestetik ...
2. Unsur-unsur Gerak Kinestetik ...
3. Perkembangan Motorik ...
BAB III Metode Penelitian ...
A.Desain Penelitian ...
B.Partisipan dan Tempat Penelitian ...
C.Populasi dan Sampel Penelitian ...
D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan
Data ...
1. Proses Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Gerak
Burung Untuk Meningkatkan Kemampuan
Kinestetik Pada Anak Tunagrahita Sedang di SLB
YPLAB Lembang ...
2. Hasil Penelitian Pembelajaran Tari Melalui
Stimulus Gerak Burung Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kinestetik Pada Anak Tunagrahita
Sedang di SLB YPLAB Lembang...
2.1 Kemampuan Koordinasi Gerak ...
a. Hasil Penelitian ...
b. Analisis Data ...
1. Analisis Dalam Kondisi...
2. Analisis Antar Kondisi ...
2. 2 Kemampuan Keseimbangan Gerak ...
viii
a. Hasil Penelitian ...
b. Analisis Data ...
1. Analisis Dalam Kondisi ...
2. Analisis Antar Kondisi...
2. 3 Kemampuan Ketepatan Gerak ...
a. Hasil Penelitian...
b. Analisis Data ...
1. Analisis Dalam Kondisi ...
2. Analisis Antar Kondisi ...
B.Pembahasan ...
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN
IMPLIKASI ...
A.Kesimpulan ...
B.Rekomendasi dan Implikasi ...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang
sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber
daya manusia semakin sulit, maka dibutuhkan suatu upaya untuk membangun sumber
daya manusia yang berkualitas di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Salah satu
upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melalui
pendidikan. Pendidikan merupakan bagian utama untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas. Pelayanan pendidikan tidak hanya diberikan kepada warga negara yang
normal saja, tetapi warga negara yang tidak normalpun berhak menerimanya. Seperti
yang telah ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional pasal 5 yakni:
Setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 1), warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2), warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 4), setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Selain itu, Gwang-Jo Kim Direktur UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau
for Education mengatakan anak-anak penyandang cacat (disability) juga mempunyai
hak untuk mendapatkan pendidikan, sebagaimana tercantum dalam konvensi Hak
Anak (1989) dan Konvensi Hak Penyandang Dissabilas (2008).
(http://wwwwanabilacom.blogspot.com/2012/01/etnis-gender-kelas-sosial-dan.html)
Dari dua pernyataan di atas, maka setiap warga negara dengan keadaan maupun
keterbatasan fisik atau intelektual apapun berhak mendapatkan pendidikan yang layak
dan mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendidikannya sepanjang hayat. Anak
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalah secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara maksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suron dan Rizzo, 1979).
Anak berkebutuhan khusus pun dapat dikategorikan menjadi dua kelompok
besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan anak
berkebutuhan khusus bersifat menetap (permanen). Anak berkebutuhan khusus yang
bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan
hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, meliputi:anak-anak
yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan
(anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau
terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan anak
berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen) adalah anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat
langsung dari kondisi kecacatan, meliputi anak-anak tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and
Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat
cerdas (Gifted), dan lain-lain.
(http://mahasiswa.ung.ac.id/831413104/home/2015/5/21/setrategi-pembelajaran-dan-model-pembelajaran-dikjas-adaptif-bagi-anak-berkebutuhan-khusus.html)
Berdasarkan pernyataan di atas, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang memiliki hambatan dalam fisik, kecerdasan, emosi dan perkembangan. Salah
satu bagian dari anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Mereka
memerlukan layanan khusus agar pembelajaran dapat terpenuhi sesuai dengan
kebutuhannya. Layanan khusus yang dibutuhkan agar mereka memperoleh hak yang
sama dengan anak normal lainnya yaitu dengan pendidikan tadi. Dengan pendidikan
diharapkan adanya perubahan perilaku, mampu mengontrol emosional, dan jiwa anak
sebagai eksistensi dirinya dalam bersosialisasi. Depdikbud (1994: 8-9) menjelaskan
Tujuan pendidikan anak tunagrahita di SDLB bertujuan memberikan kemampuan dasar, pengetahuan, keterampilan dasar dan sikap yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan pada SMPLB.
Kutipan ini menjelaskan bahwa tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita yaitu
dapat memberikan kemampuan dasar untuk mempersiapkan mereka ke jenjang
berikutnya bahkan sampai ke dunia kerja. Anak tunagrahita merupakan anak yang
memiliki keterlambatan kemampuan mental di bawah normal. Menurut AAMD
(American Assosiation on Mental Deficiency) dan PP No. 72 tahun 1991 dalam
Amin (1995:22-24) Anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menurut tingkat
kecerdasan:
1) tunagrahita ringan IQ antara 52 s/d 70 (mampu didik/debil) anak ini mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja, 2) tunagrahita sedang IQ antara 36 s/d 51 (mampu latih/embisil) anak ini mempunyai kemampuan intelektual dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan, 3) tunagrahita berat dan sangat berat IQ dibawah 32 (mampu rawat/idiot) anak ini sulit mencapai keterampilan hidup yang diharapkan secara normal.
Dengan melihat definisi tunagrahita tersebut, maka muncul hambatan bagi anak
tunagrahita tersebut. Hambatan yang terjadi pada anak tunagrahita adalah kesulitan
dalam beradaptasi, kesuliatan dalam melakukan suatu pekerjaan, melakukan aktifitas
gerak dan keterampilan hidup. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak
dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung
walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis namanya
sendiri, alamat rumahnya dan lain-lain. Masih dapat didik mengurus diri, seperti
mandi, berpakaian, makan, minum dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, anak
tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus-menerus. Mereka juga
masih dapat bekerja di tempat kerja terlindung (sheltered workshop) (dalam
Somantri, 2005, hlm. 107). Dari hambatan tersebut akan berdampak dan
mempengaruhi kehidupan anak tunagrahita di masa yang akan datang.
Anak normal dalam kemampuan kinestetik sudah sesuai dengan perkembangan
otomatis memahami instruksi dan perintah dengan baik. Kemampuan kinestetik anak
tunagrahita sedang dipengaruhi oleh perkembangan motorik (motorik kasar dan
motorik halus), banyaknya stimulus gerak kepada anak maka akan menghasilkan
respon yang baik begitupun sebaliknya. Pada umumnya kemampuan kinestetik anak
akan berkembang seiring dengan perkembangannya. Pada tahap ini anak akan
melakukan imitasi terhadap lingkungan sehingga gerakan yang dilakukan akan
disesuaikan dengan apa yang anak lihat. Selain itu pemahaman dalam menerima dan
mengerti perintah dalam bentuk gerakan menjadi salah satu hal yang penting dalam
perkembangan motorik anak.
Penelitian ini difokuskan pada kemampuan kinestetik yang didalamnya
bersangkutan dengan gerak motorik kasar dan gerak motorik halus serta merupakan
kajian ilmu dan menjadi inti pembahasan. Kemampuan kinestetik diperlukan untuk
merangsang munculnya suatu gerakan yang pada akhirnya motorik anak akan
berkembang dengan baik. Kemampuan kinestetik juga diperlukan dalam
pembelajaran di sekolah, misalnya pelajaran olahraga, seni tari. Hal ini dilakukan
untuk melenturkan badan agar otot- otot pada anak menjadi tidak kaku dan lebih
luwes dalam melakukan gerakan.
Pembelajaran tari pada penelitian ini menggunakan stimulus gerak burung karena
dengan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dapat dipakai sebagai
wahana atau upaya untuk menjembatani kesulitan – kesulitan anak tunagrahita sedang
dalam kemampuan kinestetiknya. Pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung
merupakan pembelajaran tari dengan menggunakan gerak burung sebagai stimulus.
Imajinasi anak dalam keseharian gerak burung dapat diungkapkan melalui gerak tari,
sehingga anak akan lebih mudah untuk memahami gerak tari. Dalam hal ini, sama
halnya seperti yang telah diungkapkan oleh Hawkins, 1990, hlm. 2 bahwa tari adalah
ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak
sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya. Dari hal
tersebut, maka dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak
burung anak akan lebih mudah untuk memahami materi karena hasil ekspresi melalui
melalui gerak tari yang indah dan selaras. Selain itu, pembelajaran tari bermanfaat
bagi kesehatan, kedisiplinan, solidaritas sosial, dan menumbuhkan kepercayaan diri
sekaligus variabel bebas oleh peneliti, karena dianggap mempunyai keterkaitan yang
cukup erat dengan dengan hal – hal mengenai kemampuan kinestetik. Dalam
Pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung itu sendiri tidak terlepas dari
rangsangan visual dan kinestetik, dimana indera visual membantu memberikan
pemahaman tentang objek yang dilihat kemudian oleh kinestetik diproses dalam
bentuk gerakan sehingga terjalin sebuah singkronisasi pembelajaran tari burung yang
selaras, senada dan harmonis.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan ke SLB YPLAB Lembang
pada tanggal 16 Januari 2015, anak tunagrahita sedang memiliki karakteristik lambat
dalam menerima hal baru, kesulitan dalam menerima intruksi, cepat lupa jika
menerima perintah, kesulitan dalam menerima banyak perintah. Dari segi gerak
mereka cenderung setingkat lebih rendah dibanding dengan anak normal pada
umumnya, gerakan-gerakan yang dilakukan monoton, dan kesulitan memahami
intruksi yang berhubungan dengan gerak, misalnya saat mengikuti satu gerakan
(mengangkat tangan, berjongkok) anak memerlukan waktu yang cukup lama
dibandingkan teman yang lainnya, koordinasi gerak, keseimbangan gerak, ketepatan
gerak tubuh kurang baik sehingga emosi kurang terkendali dan pembelajaran di
dalam kelas kurang efisien serta sedikit berekspresi. Jika didengarkan musik anak
tunagrahita sedang tidak mau bergoyang atau jika mau bergoyang mengikuti
iramapun harus dengan intruksi. Gerakan-gerakan yang dilakukan anak tunagrahita
sedang di sekolah biasanya hanya sebatas saat pelajaran olahraga saja, sehingga anak
tunagrahita sedang cenderung malas untuk bergerak.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa anak
tunagrahita sedang memiliki kesulitan dalam gerak, sedikit berekspresi, kurang peka
terhadap bunyi, cenderung malas untuk melakukan gerakan jika terlalu banyak
intruksi yang diterima dan kurangnya rangsang kinestetik, sehingga gerakan yang
ditimbulkannya kurang luwes serta pembelajaran yang ada di sekolah hanya sebatas
Berdasarkan permasalahan inilah diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang yaitu menggunakan pembelajaran tari
melalui stimulus gerak burung. Penulis memiliki anggapan bahwa pembelajaran tari
melalui stimulus gerak burung merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk melatih anak tunagrahita sedang dalam meningkatkan kemampuan kinestetik.
Pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung ini pula ditunjang dengan
penggunaan media gambar sebagai media visual yang merupakan apersepsi dalam
pembelajaran tari agar mampu menumbuhkan ketertarikan dalam meningkatkan
kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang.
Dalam penelitian ini, pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dijadikan
sebagai inspirasi dilihat dari pembelajaran di sekolah yang kurang merangsang anak
tunagrahita sedang untuk mau bergerak. Di samping itu, pembelajaran tari melalui
stimulus gerak burung juga dapat membantu anak tunagrahita sedang dalam
memahami unsur gerak secara sederhana. Dengan pembelajaran tari melalui stimulus
gerak burung diharapkan anak tunagrahita sedang mampu melakukan gerakan sesuai
dengan unsur gerak secara sederhana, mampu melatih koordinasi gerak,
keseimbangan gerak dan ketepatan gerak serta melatih ingatannya sehingga anak
tunagrahita sedang lebih luwes dalam gerak dan menambah kepercayaan diri anak.
Untuk itulah peneliti ingin mencoba meneliti tentang kemampuan kinestetik pada
anak tunagrahita sedang dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus
gerak burung. Dilihat dari hambatan yang dimiliki anak tunagrahita sedang, peneliti
mencoba untuk melihat sejauh mana kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita
sedang melalui pembelajaran tari. Merujuk dari masalah yang ditemukan, maka
penelitian ini berjudul “PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS
GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB
B. Rumusan Masalah Penelitian
Sejalan dengan uraian pada latar belakang, masalah dalam penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk
meningkatkan kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang di SLB
YPLAB Lembang?
b. Bagaimana hasil pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk
meningkatkan kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang di SLB
YPLAB Lembang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran tari
melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik pada
anak tunagrahita sedang.
2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data proses
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan
kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang di SLB YPLAB Lembang.
b. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data hasil
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan
kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang di SLB YPLAB Lembang.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat untuk berbagai
kalangan. Manfaat ini terdiri dari manfaat dari segi teori, manfaat dari segi praktik
1. Segi Teori
a. Bagi Guru
Dalam penelitian ini, diharapkan bisa sebagai pedoman untuk pembelajaran
selanjutnya dan bahan evaluasi bagi guru dalam pembelajaran mengenai
kinestetik yang dilakukan sebelumnya.
b. Bagi Peneliti
Dalam penelitian ini, diharapkan memberi manfaat peneliti untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan kinestetik yang dimiliki anak tunagrahita sedang.
2. Segi Praktik
Bagi Siswa
Dalam penelitian ini, diharapkan memberi manfaat bahwa melalui media
tubuhnya, koordinasi gerak tubuhnya membaik, emosi yang lebih tenang,
mendapatkan kepuasan dalam proses perkembangan fisik, mampu berekspresi,
dan jiwa anak sebagai eksistensi dirinya dalam bersosialisasi dan memudahkan
anak untuk melakukan gerakan.
3. Segi Kebijakan
a. Bagi Lembaga (UPI)
Dengan adanya penelitian peningkatan kecerdasan kinestetik pada siswa
tunagrahita sedang di SLB YPLAB dapat memberikan informasi dan sebagai
literatur di perpustakaan UPI.
b. Bagi Departemen Pendidikan Seni Tari UPI
Dengan penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dan pengetahuan
khususnya mengenai pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung pada
anak tunagrahita sedang.
c. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai masukan bagi
lembaga pendidikan khusus serta bahan atau metode pembelajaran khususnya
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi berisikan mengenai penerapan yang diteliti oleh
peneliti dalam setiap BAB dalam skripsi, yaitu BAB 1 sampai BAB V, seperti yang
dipaparkan berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan penelitian
D.Manfaat penelitian
E. Struktur Organisasi Sripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Penelitian Terdahulu
B.Pembelajaran Tari
C.Anak Tunagrahita
D.Kemampuan Kinestetik
BAB III METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
B.Partisipan dan Tempat Penelitian
C.Populasi dan Sampel Penelitian
D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
E. Prosedur Penelitian
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.Temuan Penelitian
1. Proses Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Geak Burung
2. Hasil Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Gerak Burung
B.Pembahasan Penelitian
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A.Kesimpulan
30 BAB III
METODE PENELITIAN
Secara garis besar penelitian dibedakan menjadi dua macam, yaitu penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian
kuantitatif karena dianggap tepat untuk sebuah penelitiannya. Penelitian kuantitatif
merupakan realita yang terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan
dapat diukur dengan menggunakan instrumen, maksimalisasi objektivitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik,
struktur, dan percobaan terkontrol (dalam Aunurrahman dkk, 2009, hlm. 23).
Penelitian kuantitatif tidak dapat terpisahkan dengan pengukuran yang menggunakan
instrumen dan pengolahan statistik serta struktur secara teratur. Pada penelitian
kuantitatif terdapat beberapa metode yang salah satunya digunakan dalam penelitian
ini yaitu metode eksperimen dengan menggunakan rancangan single Subject
Research (SSR), yaitu “Penelitian yang dilakukan pada satu subjek dengan tujuan
untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan pada satu subjek secara
berulang-ulang dengan periode waktu tertentu” (Sunanto, 2006, hlm. 41). Dalam
sebuah penelitian, metode penelitian merupakan salah satu hal yang penting untuk
mendapatkan data yang bertujuan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain A-B-A. desain A-B-A merupakan penelitian
yang pengolahan datanya digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku, dalam hal
ini yang digunakan adalah pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk
meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang. Desain A-B-A
mempunyai tiga tahap, yaitu: baseline 1 (A-1), B (intervensi), baseline 2 (A-2).
Tahapan ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui besarnya pengaruh dari
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai desain penelitian Single Subject
Research (penelitian subjek tunggal) dengan desain A-B-A, maka adapun grafik yang
digambarkan sebagai berikut.
100%
80% baseline - 1 intervensi baseline - 2 60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Grafik 3.1 Pola Desain A-B-A
Keterangan:
1. Baseline 1 (A- 1)
Pada fase ini merupakan suatu gambaran sebelum diberikan perlakuan, yakni
kemampuan awal anak tunagrahita sedang sebelum diberikannya pembelajaran
tari melalui stimulus gerak burung sesuai dengan unsur ruang gerak (volume
luas, sedang sempit dan level tinggi, sedang, rendah) secara sederhana. Pada fase
ini peneliti sudah mulai mengukur peningkatan kemampuan kinestetik
berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak.
2. Intervensi (B)
Fase selanjutnya yaitu fase intervensi dimana anak diberi perlakuan secara
berulang-ulang dengan menggunakan stimulus gerak burung dengan
menggunakan media gambar hewan dan gerak burung dalam pembelajaran unsur
ruang gerak (volume luas, sedang, sempit dan level tinggi, sedang, rendah) untuk
meningkatkan kemampuan kinestetik berdasarkan aspek koordinasi gerak,
keseimbangan gerak dan ketepatan gerak dengan melihat hasil pada saat
3. Baseline 2 (A- 2)
Fase yang terakhir yaitu baseline 2 merupakan suatu gambaran tentang
perkembangan kemampuan kinestetik yang dimiliki sebagai bahan evaluasi
untuk mengetahui perubahan setelah diberikan intervensi. Pengukuran dilakukan
untuk melihat seberapa besar perkembangan gerakan kemampuan kinestetik
berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak
sesuai dengan unsur ruang gerak (volume luas, sedang sempit dan level tinggi,
sedang, rendah) secara sederhana.
B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan
Partisipan adalah orang yang ikut berperan serta disuatu kegiatan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, hlm. 732). Dari pernyataan diatas maka partisipan dalam
penelitian merupakan orang yang turut berperan serta atau terlibat langsung dalam
sebuah penelitian. Dalam penelitian ini yang ikut berparisipasi yaitu peneliti dan
siswa selain itu adapun kepala sekolah dan guru yang berperan sebagai narasumber
untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan atau kemampuan kinestetik yang
dimiliki oleh siswa.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat dimana dilakukannya penelitian. Penelitian
ini dilakukan di SLB YPLAB Lembang yang beralamat di Jl. Barulaksana No. 183
Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, hlm. 297).
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas 4 SDLB-C1 tahun ajaran
mengambil populasi ini karena kesesuaian materi pembelajaran tari dan usia subjek
dengan kemampuan kinestetik yang akan diubah. Adapun data karakteristik siswa
kelas 4 SDLB-C1 SLB YPLAB Lembang adalah sebagai berikut:
Nama : Sr
Ttl : Bandung, 11 November 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kelas : IV SDLB - C1
Usia : 11 Tahun
Karakteristik : Sulit konsentrasi, artikulasinya sudah jelas, motorik kasar dan
motorik halusnya sudah baik, pandai menyanyi karena
turunan orang tua, kemampuan akademisnya terbatas seperti
calistungnya masih perlu bimbingan.
Nama : Sa
Ttl : Bandung, 23 Mei 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kelas : IV SDLB - C1
Usia : 11 Tahun
Karakteristik : lebih mudah dalam berkonsentrasi, motorik kasar dan motorik
halusnya sudah baik, kemampuan akademisnya sudah lebih
baik namun terkadang masih perlu bimbingan, artikulasinya
sudah jelas, dan emosinya mampu terkontrol dengan baik.
Nama : Nn
Ttl : Bandung, 1 November 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Usia : 11 Tahun
Karakteristik : Emosinya mudah berubah, perlu motivasi dan reward dalam
proses pembelajaran, memerlukan latihan dalam hal yang
berhubungan dengan motorik karena gerakannya masih
kurang dalam bergerak. Perhatiannya mudah beralih, dalam
segi motorik kasar sudah mampu namun masih perlu
diarahkan dan diberi contoh, motorik halus seperti menulis,
menggunting dan menempel masih memerlukan bantuan
karena anak seringkali melamun dalam melakukan kegiatan
tersebut.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)
(Suharsimi Arikunto, 1998, hlm. 117). Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah siswa kelas 4 SDLB di SLB YPLAB Lembang yaitu 1 orang siswa. Alasan
pemilihan sampel didasarkan pada kemampuan kinestetik yang kurang, gerak
motorik anak masih kurang, koordinasi mata tangan masih belum bagus. Selain itu,
subjek tersebut memiliki kemampuan kinestetik yang lebih rendah diantara dua
populasi lainnya. Dari alasan di atas maka subjek tersebut dijadikan sebagai sampel
penelitian.
Nama : Nn
Ttl : Bandung, 1 November 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kelas : IV SDLB - C1
Usia : 11 Tahun
Alamat : Kp. Citespong RT. 02/02 Desa Sukajaya Lembang Kabupaten
Karakteristik : Emosinya mudah berubah, perlu motivasi dan reward dalam
proses pembelajaran, memerlukan latihan dalam hal yang
berhubungan dengan motorik karena gerakannya masih
kurang dalam bergerak. Perhatiannya mudah beralih, dalam
segi motorik kasar sudah mampu namun masih perlu
diarahkan dan diberi contoh, motorik halus seperti menulis,
menggunting dan menempel masih memerlukan bantuan
karena anak seringkali melamun dalam melakukan kegiatan
tersebut.
D. Instrumen Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan data 1. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif (Ibnu Hadjar, 1996,
hlm. 160). Maka dari itu, instrumen merupakan alat yang digunakan untuk
mendapatkan informasi secara objektif dan dalam penelitian ini instrumen dijadikan
sebagai alat untuk mengolah dan mengumpulkan data-data secara sistematis dan
lebih objektif lagi. Dalam hal ini, instrumen menjadi bagian yang sangat penting
dalam kegiatan penelitian, karena dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan alat
ukur yang akurat untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis penelitian
yang telah ditetapkan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan berupa instrumen kemampuan kinestetik, di antaranya
instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain:
1) Alat Ukur
Untuk memperoleh data yang sistematis dan akurat maka terdapat alat ukur
yang tepat. Tes merupakan suatu pengujian yang dianggap tepat dalam hal ini.
Tes yang dilakukan berupa tes perbuatan dalam bentuk latihan gerakan kinestetik
berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak
sesuai unsur ruang gerak (volume luas, sedang sempit dan level tinggi, rendah)
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak tunagrahita sedang kelas 4
SDLB. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan tes
perbuatan, di antaranya:
a. Melakukan asesmen atau penilaian. Asesmen yang dilakukan guna untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan kinestetik yang dimiliki anak
tunagrahita sedang tersebut
b. Membuat kisi – kisi yang merupakan sebuah rancangan penyusunan
instrumen agar dalam penelitian peneliti memiliki pedoman yang jelas dan
terperinci mengenai butir soal yang akan disusun.
c. Membuat butir soal yang disesuaikan dengan indikator. Pembuatan butir soal
ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam penilaian dan
mengukur kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang. Butir soal yang
dibuat sebanyak 20 soal.
d. Pada setiap butir soal dibuat sistem penilaian agar diketahui skor di tahap
baseline 1, intervensi, dan baseline 2.
Kisi – Kisi Instrumen dan kriteria penilaian dalam Mengukur Kemampuan Kinestetik Anak Tunagrahita Sedang
Variabel Sub
Variabel
Aspek Indikator Skor
pinggang
(berdasarkan
stimulus gerak
burung)
- Mampu
menggerakan
tangan ke atas
dan ke bawah
(berdasarkan
stimulus gerak
burung)
- Mampu
menyilang-kan
kedua tangan di
depan dada
(berdasarkan
stimulus gerak
burung)
- Mampu
menggerakan
tangan dengan
pola lingkaran
besar
(berdasarkan
stimulus gerak
- Mampu
bertepuk tangan
di samping
kepala
(berdasarkan
stimulus gerak
burung)
Tabel 3. 1
Kisi – Kisi Instrumen dan kriteria penilaian dalam Mengukur Kemampuan Kinestetik Anak Tunagrahita Sedang
Ket:
1= belum mampu melakukan gerak sama sekali
2 = mampu melakukan gerak dengan bantuan orang lain
3 = mampu melakukan gerak tanpa bantuan namun masih kaku dan lambat dalam
melakukannya
4 = mampu melakukan gerak tanpa bantuan dengan sempurna
2. Validitas
Pada penelitian ini perlu adanya validitas dimana penggunaannya digunakan
untuk menguji apakah instrument yang digunakan layak (valid) atau tidak. Selain itu
uji validitas dimaksudkan apakah suatu data tersebut dapat dipercaya sesuai dengan
kenyataannya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Sugiyono (2011, hlm. 267)
bahwa data valid berarti data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian . Pada
instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan. Untuk menguji
instrumen tersebut dibutuhkan seorang ahli dibidangnya agar instrument tersebut
dikonsultasikan lalu bisa diujicobakan dan dianalisis. Para ahli dapat memberikan
lalu memberikan tanda ceklis pada kolom yang telah tersedia (kolom sesuai/cocok
dan kolom tidak sesuai/ tidak cocok).
Apabila hasil penilaian butir-butir instrumen telah diketahui, hal selanjutnya yang
dilakukan adalah menghitung presentase dengan menggunakan rumus:
P = F x 100%
N
Ket:
P = Skor/ Presentase
F = Jumlah sesuai
N = Jumlah penilai
Terdapat ahli yang melakukan expert-judgment yaitu salah satu dosen Pendidikan
Seni Tari dan dosen Pendidikan Khusus. Adapun penjelasannya terdapat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3. 2
Ahli yang Melakukan Expert-Judgment
No Nama Ahli Keterangan
1 Beben Barnas, M. Pd Dosen Pendidikan Seni Tari
2 Prinanda Gustarina Ridwan, M. Pd Dosen Pendidikan Khusus
Tabel 3. 3
Kriteria Uji Validasi
No Kriteria Presentase
1 Valid 80% - 100%
2 Kurang Valid 50% - 80%
Tabel 3. 4
Hasil Perhitungan Uji Validasi
Butir Soal
Bobot Penilaian Presentase (%) Keterangan
Cocok Tidak Cocok
1 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
2 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
3 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
4 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
5 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
6 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
7 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
8 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
9 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
10 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
11 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
12 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
13 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
14 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
15 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
16 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
17 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
18 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
19 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
20 √ 2/2 x 100% = 100 Valid
Dari data yang terdapat pada tabel di atas maka dapat dipastikan bahwa
stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita
sedang.
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi adalah instrumen atau alat yang dipergunakan untuk
tekhnik pengumpulan data berupa dokumentasi. Beberapa dokumentasi yang
digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a) Berupa konsep pembelajaran, format penilaian, dan RPP (rencana proses
pembelajaran) yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh respon siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung
b) Mempergunakan alat teknologi seperti kamera untuk mendokumentasikan proses
pelaksanaan pembelajaran
2. Tekhnik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat
memperlihatkan ada tidaknya peningkatan kemampuan kinestetik setelah
menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Dalam hal ini,
peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi
gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak sesuai dengan unsur ruang gerak
(luas, sedang sempit dan level tinggi, rendah) setelah menggunakan teknik
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan tes perbuatan.
Untuk mendapatkan data, maka dilakukan uji coba pada tahap baseline 1 (A-1),
intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) sebanyak 12 sesi. Adapun banyak sesi dalam
pengumpulan data sebagai berikut: tahap baseline 1 (A1) 3 sesi, tahap intervensi (B)
sebanyak 6 sesi dan pada tahap baseline 2 (A2) sebanyak 3 sesi. Dalam
pengumpulan data tersebut, terdapat beberapa langkah seperti menyiapkan kamera,
rancangan rencana pembelajaran (RPP), instrumen untuk mengukur kemampuan
baseline (A1), intervensi dan baseline (A2), dan media gambar yang digunakan
sebagai penunjang dalam meningkatkan kemampuan kinestetik.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat
memperlihatkan ada tidaknya peningkatan kemampuan kinestetik sebelum dan
setelah melakukan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Dalam hal ini,
peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan kinestetik setelah melakukan
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung.
E. Prosedur Penelitian 1. Langkah Penelitian
Agar dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pelaksanaan penelitian, maka
terdapat langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan terdapat kegiatan yang dilakukan yaitu:
1) Merencanakan kegiatan penelitian
2) Menentukan fokus penelitian
3) Mengamati proses pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
pada tahap pelaksanaan penelitian, terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan baseline 1 (A-1), intervensi dan baseline 2 (A-2)
2) Mempersiapkan instrumen penelitian (tes menggunakan instrumen yang
disusun yang mengacu pada instrumen asesmen pola Geddes Psychomotor
Inventory (GPI) (Delphie, B, 2006)).
3) Pengumpulan data
4) Pengolahan data dan analisis data
5) Penarikan kesimpulan
Pada tahap akhir penelitian, peneliti melakukan penyusunan laporan hasil
penelitian dengan bimbingan dan arahan pembimbing skripsi baik pembimbing 1
maupun pembimbing 2.
2. Definisi Oprasional a. Pembelajaran Tari
Pembelajaran tari merupakan pembelajaran yang menggunakan gerak tubuh
sebagai medianya. Pembelajaran tari dianggap cocok untuk meningkatkan
kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang karena dalam tari terdapat gerak
yang dapat merangsang atau membantu anak tunagrahita dalam melatih atau
menjembatani anak dalam kinestetiknya dimasa yang akan datang. Selain itu
gerak juga merupakan unsur pokok yang terdapat dalam diri manusia. Seperti
yang telah diungkapkan bahwa tari merupakan bagian dari kehidupan manusia,
tari memiliki tempat yang penting dalam kehidupan manusia, dengan demikian
dilihat dari segi sosial, tari dapat bersifat rekreatif dan juga edukatif (dalam Amir
Rohkyatmo, 1986, hal. 73, 74). Maka dari itu tari tidak terlepas dari kehidupan
manusia dan khususnya bisa dijadikan sebagai metode pembelajaran bagi anak
tunagrahita sedang dalam mengontrol keseimbangan tubuh dalam melatih
kemampuan kinestetiknya.
b. Stimulus Gerak Burung
Stimulus merupakan sebuah rangsangan dari dalam diri seseorang untuk
mendorong terjadinya kegiatan. Dalam pembelajaran, stimulus diberikan untuk
mempermudah guru melatih seberapa jauh kemampuan anak dalam merspon
materi yang diberikan. Stimulus bisa diberikan dalam bentuk apapun sesuai
dengan materi pembelajaran. Pada hal ini, stimulus yang diberikan yaitu berupa
stimulus gerak burung karena dirasa tepat bagi anak tunagrahita sedang. Melalui
yang diberikan bersifat sederhana dan anak melihat bagaimana keseharian
burung berdasarkan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pada
penelitian ini lagu Manuk Dadali dijadikan sebagai musik pengiring dalam
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan
kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang.
c. Kemampuan kinestetik
Robbin (2007:57) mengungkapkan kemampuan berarti kapasitas seseorang
individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas
dua kelompok faktor, yakni: (1) kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental
berfikir, menalar dan memecahkan masalah, dan (2) kemampuan fisik (physical
ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,
keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Dengan demikian dalam
melakukan sesuatu seseorang memiliki kapasitas apakah bisa terjangkau atau
tidak. Kapasitas atau kemampuan yang dimiliki seseorang dibagi menjadi dua,
yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pola pikir dan kemampuan yang
berkaitan dengan fisik.
Kinestetik termasuk ke dalam macam – macam kecerdasan. Kecerdasan
kinestetik atau kecerdasan gerak badan merupakan salah satu unsur dari
kesembilan kecerdasan yang telah dikelompokan oleh Gardner dimana telah
diungkapkan bahwa kecerdasan kinestetik atau gerak badan merupakan
kemampuan seseorang yang berkaitan dengan olah tubuh yang dapat dirangsang
melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan gerakan tubuh lainnya (Howard
Gardner (2003: 24). Dalam kajian yang dibahas kemampuan kinestetik adalah
sebuah upaya yang dilakukan agar sanggup melakukan gerak dengan baik
motorik kasar maupun halus. Kemampuan kinestetik adalah kapasitas seseorang
untuk melakukan gerak yang seimbang, menggunakan tubuh secara terampil
akibat adanya rangsangan kepada sistem persyarafan yang ada di otak.
3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (dalam Arikunto, 2006, hal. 118). Maka dari itu dalam
sebuah penelitian pasti memiliki titik perhatian yang akan dituju dalam sebuah
penelitian. Penelitian dengan menggunakan subjek tunggal ini variabel bebasnya
disebut dengani intervensi atau perlakuan. Pada penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh atau diuji
pengaruhnya terhadap penelitian lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebasnya adalah pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Pembelajaran
tari melalui stimulus gerak burung adalah latihan gerak tari menggunakan gerak
buurng sebagai stimulusnya. Latihan tari yang dimaksud yaitu latihan tari dalam
unsur gerak dasar, unsur ruang dan stimulus gerak burung melalui media gambar
hewan. Hewan yang dituju yaitu hewan burung, karena dianggap lebih mudah
dimengerti bagi anak. Adapun tahap pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi berbagai hewan di sekitar melalui media gambar hewan
2. Menyebutkan beberapa macam gerak hewan terbang (burung)
3. Eksplorasi gerak hewan terbang (burung)
4. Menyusun gerak
5. Mendengarkan musik Manuk Dadali
6. Latihan
7. Demonstrasi
8. Pemahaman unsur ruang gerak (volume dan level)
Selain itu, terdapat beberapa gerak tari yang menjadi bahan pembelajaran yaitu:
No
Aspek Gerak
Kinestetik
1 Koordinasi Gerak Menggenggam properti tari (sampur) yang
digunakan diantara sela – sela jari seperti gerak
burung yang akan mengepakkan dan memainkan
sayapnya
2 Menggerakan kepala ke samping kanan sambil
menggerakkan tangan kanan ke samping kanan
(diputar ½ lingkaran) seperti gerak burung yang
sedang memainkan kepala dan sayapnya
3 Menggerakkan kepala ke samping kiri sambil
menggerakkan tangan ke samping kiri (diputar ½
lingkaran) seperti gerak burung yang sedang
memainkan kepala dan sayapnya
4 Mengayun tangan kanan ke depan dan tangan kiri
ke belakang sambil melangkahkan kaki kiri ke
depan seperti gerak burung yang sedang bermain
5 Mengayun tangan kiri ke depan dan tangan kanan
ke belakang sambil melangkahkan kaki kanan ke
depan seperti gerak burung yang sedang bermain
6 Keseimbangan Gerak Duduk seperti gerak burung yang bersiap-siap akan
terbang
7 Berdiri seperti gerak burung yang sedang terbang
8 Berjongkok seperti gerak burung yang hendak
terbang
9 Berjinjit seperti gerak burung yang sedang bermain
di dahan pohon
10 Berputar seperti gerak burung yang sedang bermain
11 Berputar di tempat seperti gerak burung yang
12 Melangkah ke samping kanan dan kiri seperti gerak
burung yang sedang bermain
13 Melompat dengan satu kaki secara bergantian
seperti gerak burung yang sedang bermain
14 Ketepatan Gerak Memutarkan pergelangan tangan kanan di samping
kepala bagian kanan seperti gerak burung yang
sedang menarik perhatian lawan jenis
15 Memutarkan pergelangan tangan kiri
di samping kepala bagian kiri seperti gerak burung
yang sedang menarik perhatian lawan jenis
16 Memutrakan kedua pergelangan tangan di depan
pinggang seperti gerak burung yang sedang menarik
perhatian lawan jenis
17 Menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah seperti
gerak burung yang sedang memainkan sayapnya
18 Menyilangkan kedua tangan di depan dada seperti
gerak burung yang akan mengepakkan sayapnya
19 Menggerakan tangan dengan pola lingkaran besar
(360◦) seperti gerak burung yang sedang bermain
20 Bertepuk tangan di samping kepala bagian kanan
dan kiri seperti gerak burung yang menarik
perhatian lawan jenis
Tabel 3.5
Bahan pembelajaran gerak tari
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan kinestetik.
Kemampuan kinestetik merupakan kesanggupan seseorang/anak dalam gerak
koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak yang yang dilakukan
agar timbul keserasian atau keselarasan gerak secara optimal. Pembelajaran tari
ini diberikan saat tahap intervensi, dimana anak tunagrahita sedang akan dilatih
dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung.
Kemampuan kinestetik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
seorang anak tunagrahita sedang kelas 4 SDLB dalam melakukan gerakan
kinestetik berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan
ketepatan gerak sesuai dengan unsur ruang gerak (volume luas, sedang sempit
dan level tinggi, sedang, rendah) secara sederhana.
4. Asumsi dan Hipotesis a) Asumsi
Dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung ini
kinestetik anak tunagrahita sedang dapat meningkat diantaranya adalah mampu
melakukan gerakan sesuai dengan unsur gerak secara sederhana, mampu melatih
koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak juga melatih
ingatannya. Dengan pembelajaran tari ini merupakan suatu cara untuk mengasah
kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang dalam berekspresi.
b) Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 64) “Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Adapun hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
H(i) : Terdapat peningkatan dalam kemampuan kinestetik dengan
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung pada anak tunagrahita sedang
kelas 4 SDLB di SLB YPLAB Lembang.
H(o) : Tidak ada peningkatan dalam kemampuan kinestetik dengan
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung pada anak tunagrahita sedang
F. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul melalui format pencatatan kemudian data diolah
dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran
secara jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Analisis data
dilakukan dengan satu subjek.
Penggunaan analisis dengan grafik diharapkan akan lebih memperjelas
gambaran stabilitas perkembangan kemampuan kinestetik menggunakan metode
pembelajaran tari dari pelaksanaan sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi
perlakuan.
Desain subjek tunggal ini menggunkan tipe garis yang sederhana (type simple
line graph). Menurut Sunanto (2006:30) komponen- komponen yang penting dalam
membuat grafik diantaranya :
1. Absis , adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan
satuan untuk waktu (mis. Sesi, hari dan tanggal)
2. Ordinat, adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan
satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (mis. Persen, frekuensi, dan
durasi)
3. Titik awal, merupakan pertemuan antara sumbu Xan sumbu Y sebagai titik awal
skala.
4. Skala, garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran
5. Tabel kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen,
misalnya baseline atau intervensi.
6. Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menujukkan adanya perubahan
dari kondisi lainnya.
7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui
hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Adapun langkah- langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data ialah sebagai
berikut :
2. Menskor hasil pengukuran pada fase intervensi dari subjek pada tiap sesi.
3. Menskor hasil pengukuran pada fase baseline A-2 dari setiap subjek pada setiap
sesi.
4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1, kondisi intervensi dan baseline-2.
5. Membandingkan hasil skor pada kondisi 1, skor intervensi dan
baseline-2.
6. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung
perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
123 BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat ditarik kesimpulan dalam proses
pembelajaran tari menggunakan stimulus burung anatara lain:
1. Konsisten dalam melakukan gerakan sesuai dengan intruksi yang diberikan
sehingga gerakan yang dilakukan tampak sesuai dengan gerakan yang
semestinya.
2. Subjek terlibat langsung dan aktif dalam melakukan gerakan, mampu
memahami unsur ruang gerak (luas,sedang dan sempit serta level tinggi dan
rendah) secara sederhana.
3. Mampu melakukan koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak
Disamping proses pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung ada pula
hasil dari kemampuan kinestetik yang dapat dilihat dengan cara membandingkan
kemampuan sebelum dan setelah diberikannya intervensi.
Kemampuan kinestetik pada masing-masing aspek diantaranya aspek
koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak pada subjek Nn
sebelum diberikannya intervensi menggunakan pembelajaran tari melalui
stimulus gerak burung hasilnya sebagai berikut:
1. Kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi gerak dengan indikator mampu
menggenggam properti tari yang digunakan diantara sela-sela jari, mampu
menggerakkan kepala dan tangan, dan mampu menggerakkan tangan dan kaki
belum mampu dikuasai subjek dengan baik bahkan subjek belum mampu untuk
melakukan gerak tersebut.
2. Kemampuan kinestetik pada aspek keseimbangan gerak dengan indikator
mampu duduk dan berdiri juga sama, subjek belum mampu melakukan secara
optimal namun seperti gerak berdiri subjek mampu menguasai bahkan subjek
3. Kemampuan kinestetik pada aspek ketepatan gerak dengan indikator mampu
memutarkan pergelangan tangan di samping kepala dan di depan pinggang,
mampu menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mampu menyilangkan
kedua tangan di depan dada, mampu menggerakan tangan dengan pola
lingkaran besar, dan mampu bertepuk tangan di samping kepala belum mampu
dilakukan oleh subjek dengan baik walaupun terdapat gerakan yang sudah
dikuasai namun gerakan yang dilakukan masih kaku dan lambat dalam
melakukannya.
Dalam hal ini aspek koordinasi gerak hanya mencapai skor 5 dari 5 soal yang
diberikan (total skor maksimum seharusnya bisa mencapai 20 point), aspek
keseimbangan gerak hanya mencapai skor 11 dari 8 soal yang diberikan (total
skor maksimum seharusnya bisa mencapai 32 point), serta aspek ketepatan gerak
hanya mencapai skor 9 dari 7 soal yang diberikan (total skor maksimum
seharusnya bisa mencapai 28 point). kondisi tersebut dapat dilihat pada fase
baseline 1 (A-1) yang menunjukkan bahwa kemampuan subjek Nn dalam
kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan
ketepatan gerak masih rendah.
Kemampuan kinestetik dalam aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak
dan ketepatan gerak pada subjek Nn setelah diberikannya intervensi menggunakan
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung mengalami peningkatan. Hal
tersebut dapat dilihat pada fase baseline 2 (A-2) sebagai berikut:
1. Kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi gerak dengan indikator mampu
menggenggam properti tari yang digunakan diantara sela-sela jari, mampu
menggerakkan kepala dan tangan, dan mampu menggerakkan tangan dan kaki
mampu dikuasai subjek dengan baik walaupun ada gerak yang tidak mampu
dilakukan namun ada pula gerak yang mampu dilakukan tanpa bantuan tapi
geraknya masih kaku dan lambat dalam melakukannya.
2. Kemampuan kinestetik pada aspek keseimbangan gerak dengan indikator
mampu duduk dan berdiri, subjek mampu melakukan secara optimal. Terdapat
gerak yang sudah mampu dilakukan tanpa bantuan dan sudah sempurna namun
3. Kemampuan kinestetik pada aspek ketepatan gerak dengan indikator mampu
memutarkan pergelangan tangan di samping kepala dan di depan pinggang,
mampu menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mampu menyilangkan
kedua tangan di depan dada, mampu menggerakan tangan dengan pola
lingkaran besar, dan mampu bertepuk tangan di samping kepala sudah mampu
dilakukan oleh subjek dengan baik walaupun ada gerakan yang belum mampu
dikuasai namun ada pula gerakan yang mampu dilakukan tanpa bantuan orang
lain bahkan mencapai sempurna.
Perolehan jumlah skor tertinggi pada aspek koordinasi gerak sebesar 12 point
dan jumlah skor terendah sebesar 11 point, aspek keseimbangan gerak perolehan
jumlah skor tertinggi sebesar 21 point dan jumlah skor terendah sebesar 20 point
serta aspek ketepatan gerak perolehan jumlah skor tertinggi sebesar 21 point dan
jumlah skor terendah sebesar 20 point. Adapun mean level pada baseline 2 (A-2)
dalam aspek koordinasi gerak sebesar 11,33 point, aspek keseimbangan gerak
sebesar 20,66 point, dan aspek ketepatan gerak sebesar 20,66 point.
Dengan meningkatnya kemampuan kinestetik dalam pembelajaran tari
melalui stimulus gerak burung yang dilakukan kepada subjek Nn terlihat
peningkatan yang signifikan, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Dalam hal ini, pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dapat
dijadikan sebagai terapi bagi anak tunagrahita sedang ataupun anak berkebutuhan
khusus lainnya untuk melatih atau meningkatkan kemampuan kinestetik.
B. Rekomendasi dan Implikasi 1. Bagi Guru
Dengan adanya pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung diharapkan
dapat memberikan penanganan anak tunagrahita sedang dalam melatih
kemampuan kinestetik baik dalam aspek koordinasi gerak, keseimbangan
gerak dan ketepatan gerak maupun dalam aspek lainnya. Hal tersebut sangat
diperlukan bagi anak dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya. Diharapkan anak tunagrahita baik
subjek maupun yang bukan bisa mendapatkan pembelajaran tersebut yang
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan pada
pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung, yaitu dengan
menambahkan aspek selain aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak
dan ketepatan gerak. peneliti selanjutnya dapat menambahkan media yang
lebih inovatif agar pembelajaran dapat lebih menarik. Pada penelitian ini
yang menjadi subjek penelitian hanya berjumlah satu orang karena
menggunakan metode single subjek tunggal, maka dari itu diharapkan
penelitian selanjutnya bisa menggunakan metode penelitian yang lain agar
dapat diketahui perbedaannya apabila diberikan intervensi pada suatu
kelompok dan dapat membandingkan hasilnya dari masing-masing subjek
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud
Abimanyu, Soli, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Aunurrahman, dkk. (2009). Penelitian Pendidikan SD 4 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah Para Juara-Menerapkan Multiple
Intelligences. Bandung: Kaifa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan disesuaikan dengan satuan pendidikan sekolah luar biasa. Jakarta: Depdikbud
Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama.
Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences- Kecerdsan Majemuk Teori
Dalam Praktek. Jakarta: Interaksara.
Hartinah, Sitti. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1997). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Rokhyatmo, Amir. (1986). Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah
Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hlm. 73-74.
Soeteja, Z, dkk. (2009). Pendidikan Seni 4 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Somantri, Sutjihati. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama, hlm. 107.
Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Soemantri, Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Sunanto, Juang, Koji Takeuchi, Hideo Nakata (2005). Pengantar Penelitian
Dengan Subjek Tunggal. CRICED. University of Tsukuba.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
U. Z Mikdar. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Depdiknas,
Dirjen Dikti, Direktotat Ketenagaan.
Internet:
Alfani, Shinta. (2011). Definisi anak berkebutuhan khusus. [Online]. Diakses dari
http://pendidikanabk.blogspot.com/2011/10/definisi-anak-berkebutuhan-khusus.html
Ali, Irfan. (2012). Pengertian, fungsi, jenis, dan peran seni tari. [Online]. Diakses
dari
http://kuliah-seni.blogspot.co.id/2012/09/pengertianfungsijenisdan-peran-seni-tari.html
Budi, Woody (2014). Tiga Gerak Dasar Jasmani. [online]. Diakses dari www.frewaremini.com/2014/09/3-tiga-gerak-dasardasar-jasmani.html
Djphie. (2009). Perkembangan Motorik. [Online]. Diakses dari http://djphie.wordpress.com/2009/06/24/perkembangan-motorik/
Fandholin. (2012). Etnis, gender, kelas sosial dan disabilitas (urgensi pendidikan
multikultural. [Online]. Diakses dari http:// wwwanabila.com.blogspot.
com/2012/01/etnis-gender-kelas-sosial-dan.html.
Fithgallagher. (2010). Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional. [Online]. Diakses dari http://fithgallagher.wordpress.
com/2010/09/30/undang-undang-no-20-tahun-2003-tentang-sistempendidi
Publicado. (2010). Peran pendidikan tinggi dalam mendorong mahasiswa
berprestasi melalui pengembangan kecerdasan kinestetik. [Online]. Diakses
dari
http://bearsort.blogspot.com/2015/05/peran-pendidikan-tinggi-dalam-mendorong.html.
Siska, v, Sania. (2012). Pengertin Tari. [Online]. Diakses dari
http://saniavandsiska.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-tari-menurut-para-ahli.html
Sudrajat, Edi (2015). Setrategi Pembelajaran dan Model Pembelajaran Dikjas
Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Diakses dari
http://mahasiswa.ung.
Sumaryasih, S (2012). Pengajaran Remedial Dengan Kartu Angka Dan Puzzle
Angka Untuk Meningkatkan Penguasaan Simbol Bilangan Pada Anak Tunagrahita Sedang. [Online]. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/9572/
2/bab%202%20-08103249073.pdf.
Uthame, (2010). Unsur Dasar dan Elemen Komposisi Tari. [Online]. Diakses dari