PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MATERI PEMBELAJARAN TERHADAP SITUATIONAL INTEREST
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
Oleh
Hilda Ilmawati NIM. 1200902
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MATERI PEMBELAJARAN
TERHADAP SITUATIONAL INTEREST
Oleh
Hilda Ilmawati
S. Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M. Pd) pada Program Studi Pendidikan Olahraga
© Hilda Ilmawati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
HILDA ILMAWATI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MATERI PEMBELAJARAN
TERHADAP SITUATIONAL INTEREST
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing Tesis
Prof. Dr.H. Adang Suherman, M.A
NIP. 196306181988031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
Prof. Dr.H. Adang Suherman, M.A
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MATERI PEMBELAJARAN TERHADAP SITUATIONAL INTEREST
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model pembelajaran (inquiry dan direct instruction) dan materi pembelajaran terhadap situational interest. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAN 1 Batujaya yang diambil secara random cluster sampling yang berjumlah 4 kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental designs factorial 2 x 2. Penelitian dilakukan selama 16 pertemuan (4 pertemuan setiap kelas). Situational interest siswa diukur menggunakan situational interest scale dari Chen et al (2001) yang telah diuji dan memiliki validitas dan reliabilitas. Data perolehan situational interest diolah menggunakan SPSS 18 for Windows menggunakan teknik ANOVA interaksi dua faktor. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai 1). model pembelajaran tidak memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap situational interest. 2). Materi pembelajaran memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap situational interest siswa. 3). tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan materi pembelajaran terhadap situational interest siswa. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa materi pembelajaran lebih mampu menimbulkan minat belajar siswa daripada model pembelajaran, namun demikian materi permainan yang diajarkan dengan menggunakan model inquiry merupakan pembelajaran pendidikan jasmani yang paling diminati siswa. Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang model campuran antara materi pembelajaran dan model pembelajaran.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF TEACHING MODEL AND TEACHING MATERIAL TO THE SITUATIONAL INTEREST
The purpose of the research is to find out the influence of teaching model (inquiry
and direct instruction) and teaching material to the students’s situational interest. The
sampel of the research are the students of class X in SMAN 1 BATUJAYA. The sampel of the research taken by using random cluster sampling for 4 classes. The writer used experimental design factorial 2x2. The research held for 16 meetings
(4 meetings in each class). Student’s situational interest is measured by using
situational interest scale by Chen et al (2001) that has been tasted and has its validity and realiability. Situational interest data collection processed by using SPSS 18 for Windows with using two interaction factors ANOVA technique. The finding showed
that :1). Teaching model doesn’t give significant positive influence to the situational
interest. 2). Teaching material give significant positive influence to the students’s situational interest.3). there is no interaction between teaching model and teaching
material to the student’s situasional interest. Based on the findings this research showed that teaching material could improve student’s study interest than teaching model. However, games material that is taught by using inquiry model is the most interesting physical education teaching for students. The further research about mixing model between teaching material and teaching model is needed.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8 A. Lokasi, Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 41
1. Lokasi Penelitian ... 41
3. Sampel ... 41
4.Teknik Sampling Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 42
C. Metode Penelitian... 43
D. Definisi Operasional... 46
E. Instrumen Penelitian... 48
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 49
G. Teknik Pengumpulan Data... 50
H. Pengolahan Data ... 51
I. Skenario Pembelajaran ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54
1. Pemaparan Data ... 54
2. Uji Asumsi Statistik ... 55
3. Uji Hipotesis ... 57
B. Pembahasan ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 The structure of the spectrum ... 20
2.2 Space awareness concepts ... 23
2.3 Games are comparised of many elements ... 24
2.3 Komponen Situational Interest ... 34
3.1 Counterbalanced Design ... 46
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Characteristic of the clusters of teaching style ... 18
2.2 Alphabetical listing of games by developmental level ... 25
2.3 Alphabetical listing of games by developmental level continued ... 26
2.4 Alphabetical listing of games by developmental level continued ... 27
3.1 Desain Faktorial 2 x 2 ... 43
3.2 Desain Counterbalans ... 45
3.3 Program Pelaksanaan Penelitian Berdasarkan Random Assignment ... 56
3.4 Items in the Situational Interest Scale…………..…...………….……… 48 4.1 skor rata-rata dan standar deviasi Situational Interest ... 54
4.2 Hasil Uji Normalitas Situational Interest ... 56
4.3 Hasil Uji Homogenitas Data…….. ………..………..………... 57 4.4 Rata-rata Situational Interest ………..…. 58
4.5 Hasil Perhitungan ANOVA Faktor Model Pembelajaran ………. .. 59
4.6 Hasil Perhitungan ANOVA Interaksi Dua Faktor………... ……… 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skenario Pembelajaran Direct Instruction Fundamental Skill ……… 74
2. Skenario Pembelajaran Direct Instruction Games………..………… 75
3. Skenario Pembelajaran Inquiry Games ………....… 76
4. Skenario Pembelajaran Model Inquiry Fundamental Skill ………..… 81
5. Angket Uji Coba Situational Interest Scale (Sis) ……...…...……..… 86
6. Hasil Uji Coba Angket Situational Interest….……..……..……..… 90
7. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket ………….………..… 92
8. Angket Situational Interest Scale (Sis) .. ………..… 95
9. Rekapitulasi situational interest X Ipa 1 Direct Fundamental Skill .… 99
10.Rekapitulasi situational interest X Ipa 1 Inquiry Games ………….… 101
11.Rekapitulasi situational interest X Ipa 1 Direct Games ………….… 103
12.Rekapitulasi situational interest X Ipa 1 Inquiry Fundamental Skill .. 105
13.Rekapitulasi situational interest X Ipa 2 Direct Fundamental Skill...… 107
14.Rekapitulasi situational interest X Ipa 2 Inquiry Fundamental Skill … 109
15.Rekapitulasi situational interest X Ipa 2 Inquiry Games ………….… 111
16.Rekapitulasi situational interest X Ipa 2 Direct Games ………..….… 113
17.Rekapitulasi situational interest X Ipa 3 Inquiry Fundamental Skill .… 115
18.Rekapitulasi situational interest X Ipa 3 Direct Fundamental Skill … 117
19.Rekapitulasi situational interest X Ipa 3 Direct Games ………….… 119
20.Rekapitulasi situational interest X Ipa 3 Inquiry Games ………….… 121
21.Rekapitulasi situational interest X Ipa 4 Direct Games ………….… 123
22.Rekapitulasi situational interest X Ipa 4 Inquiry Games ………….… 125
24.Rekapitulasi situational interest X Ipa 4 Inquiry Fundamental Skill 129
25.Tabulasi Perolehan Situational Interest ……..……..…………..… 135
26.Uji Normalitas dan Homogenitas ……...…………..………..… 138
27.Uji Statistika Anova Interaksi Dua Faktor………..… 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tuntutan implementasi pembelajaran dan paradigma yang tertuang dalam
kurikulum 2013 adalah tersentuhnya keseluruhan domain pembelajaran yang dilakukan
melalui pengajaran yang bersifat sciencetific melalui setiap mata pelajaran, tidak
terkecuali mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Pembelajaran
yang bersifat sciencetific mampu memberikan banyak dampak positif bagi siswa. Hal ini
seperti yang tertuang dalam pendapat Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996:42) “…
scientific method can be taught and has positive effects on the acquisition of information,
concepts, and attitudes”.
Harapan kurikulum ini sebetulnya sudah terfasilitasi dalam tujuan pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan. Aspek psikomotorik, affektif, kognitif dan sosial adalah
cakupan dalam mata pelajaran ini. Penggunaan model pembelajaran merupakan faktor
penting dalam upaya tercapainya tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum
2013. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai
tujuan kurikulum 2013. Salah satu pendekatan atau strategi pembelajaran yang dapat
digunakan adalah pembelajaran inquiry.
Metzler (200:314) menjelaskan bahwa “ The inquiry model is strongly based in
the cognitive domain, even for physical education instruction. Students are prompted into
some level of thinking by the problem given to them by the teacher, solve the problem
cognitively and then fashion a movement answer”. Maksud pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa model pembelajaran inquiry sangat didasarkan pada domain kognitif,
2
kritis dari masalah yang diberikan oleh guru, memecahkan masalah secara kognitif dan
kemudian memperagakannya dengan gerakan.
Menurut Adang Suherman (1998 :131) menjelaskan bahwa :
Convergent problem solving atau sering disebut juga discovery atau inquiry, ditandai oleh adanya satu atau banyak jawaban yang benar terhadap masalah yang diajukan oleh gurunya. Dalam style ini siswa terlibat secara aktif dalam penggunaan alasan–alasan logis, pemikiran–pemikiran yang kritis, dan “ trial and error” sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Fakta yang ditemukan dalam proses pembelajaran mengungkapkan bahwa
pengajaran penjasorkes didominasi oleh pembelajaran direct instruction yang bersifat
teacher-centered dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan lain selain psikomotorik, sehingga pendekatan ini
bertentangan dengan harapan dalam implementasi kurikulum 2013 yang menginginkan
aspek affektif dan kognitif menjadi bagian yang diprioritaskan pula dalam pembelajaran.
Menurut Metzler (2000:162) “direct instruction is characterizied by decidedly
teacher-centered decisions and teacher-directed engagement patterns for learners”.
Direct instruction baik digunakan jika materi ajar memprioritaskan pada
keterampilan motorik. Hasil pembelajaran domain psikomotorik lebih baik dibandingkan
inquiry. Akan tetapi, pembelajaran tidak bersifat holistik sehingga pembelajaran tidak
meaningful bagi siswa. Hal ini seperti yang diungkapkan Judith E. Rink (1993:165) “direct instruction is the best way to teach when content has a hierarchical structure and is primarly basic skill-oriented”.
Judith E.Rink (1993:166) “too often direct instruction results in learning out of
context with little meaning to the learner and little attention to engaging the learner at a
3
Berbeda dengan direct instruction, pendekatan pembelajaran indirect instruction
yang salah satunya adalah model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran
yang meaningful bagi siswa dan mampu menyentuh semua domain. Judit E. Rink
(1993:165) menjelaskan bahwa indirect instruction adalah “ content is presented more
holistically. Instead of breaking down what is to be learned into many subskills, chinks of
content more meaningful to the learner are used”.
Meztler (2000:314) memperkuat pendapat Judith, bahwa inquiry mampu
menyentuh seluruh domain pembelajaran, yaitu :
The domain priorities for the inquiry model will be : First priority : cognitive learning
Second priority : psychomotor learning Third priority : affective learning
Meskipun Metzler menyatakan bahwa domain kedua pembelajaran inquiry adalah
psikomotorik, guru dapat menempatkan domain affektif dalam prioritas yang kedua. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh Meztler (2000:314) yaitu :
However, many teachers who use inquiry teaching will place affective learning ahead of psychomotoric learning to promote students self awareness, exploration, creativity, and self esteem. The cognitive domain is always given the highest priority, but after that the teachers wishes to help students feel good about themselves in the movement patterns
Maksudnya adalah banyak guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran
inquiry, menempatkan pembelajaran affektif terlebih dahulu sebelum pembelajaran
psikomotorik untuk mempromosikan kepada siswa mengenai self-awareness,
mengekplorasi, kreatif dan self esteem. Domain kognitif selalu diberikan sebagai
priorotas utama, akan tetapi setelah itu guru berharap mampu menolong siswa untuk
merasa nyaman terhadap dirinya dalam melakukan pola-pola gerak yang diberikan.
Meskipun secara teori pendekatan pembelajaran inquiry yang diungkapkan oleh
4
digunakan oleh para guru penjasorkes. Hingga saat ini belum ada bukti bahwa
pendekatan pembelajaran inquiry yang banyak digunakan tersebut mampu meningkatkan
domain affektif siswa. Penggunaan model inquiry hanya berdasarkan keyakinan para
guru penjasorkes bahwa pendekatan pembelajaran inquiry berpengaruh terhadap domain
affektif siswa. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Metzler (2000:316) :
This widespread use of inquiry teaching in physical education gives strong support for its effectiveness in promoting students thinking, creativity movement, and self esttem-all three of which appear to be growing as goals for contemporary physical education instruction. While research validation in physical education is lacking, it is difficult to ignore the fact that so many teachers use inquiry and problem solving approaches in their gyms.
Beberapa penelitian yang diugkapkan oleh Metzler telah mengungkapkan
efektivitas model pembelajaran inquiry dalam hal keefektifan pendekatan pembelajaran
inquiry untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Akan tetapi, beberapa penelitian
belum mengungkapkan dengan jelas peran pendekatan pembelajaran inquiry untuk
meningkatkan domain affektif siswa. Maka dari itu, peneliti ingin menguji kembali
untuk memperkuat teori yang sudah ada, yaitu yang dikemukakan oleh Metzler bahwa
pendekatan pembelajaran inquiry mampu mempengaruhi perkembangan affektif siswa.
Salah satu domain affektif yang ingin peneliti teliti adalah mengenai situational
interest siswa. Menurut Gregory et al. (2001) “ Situational Interest is defined as
temporary interest that arises spontaneously due to environment factors such as task instruction or an engaging text”. Maksudnya adalah situational interest didefinisikan sebagai minat yang bersifat sementara yang muncul secara spontan yang merupakan
pengaruh lingkungan seperti instruksi tugas dan teks yang menarik.
Ang Chen dan paul W.Darst (2001) menjelaskan mengenai situational interest
sebagai berikut:
5
exploration intention, and generates instant enjoyment during the person task interaction.
Maksudnya adalah situational interest merupakan efek menarik dari
karakteristik unik siswa untuk melakukan tugas belajar selama pembelajaran. Hal ini
terjadi jika tugas belajar memberikan tantangan dan pembelajaran yang baru, menuntut
perhatian yang tinggi serta berkeinginan mengekplorasi dan menimbulkan kesenangan
selama berinteraksi dengan orang lain ketika mengerjakan tugas belajar.
Guru pendidikan, jasmani, olahraga dan kesehatan perlu meningkatkan
situational interest belajar siswa dengan memberikan pengajaran yang menarik, sesuatu
yang baru, penuh tantangan sehingga siswa akan tertarik untuk mencoba tugas belajar
dengan penuh semangat dan melakukannya dengan usaha yang tinggi. Situational
interest siswa perlu dikembangkan dalam upaya untuk mengembangkan motivasi anak
dalam belajar, sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat dicapai dengan baik.
Dengan dasar tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian kembali untuk
menguatkan teori Metzler mengenai model pembelajaran Inquiry yang berkaitan dengan
pengaruhnya terhadap domain affektif. Pada penelitian ini domain affektif yang peneliti
uji adalah situational interest siswa. Model pembelajaran inquiry merupakan sebuah
model yang berisikan tantangan-tantangan atau permasalahan yang harus diselesaikan
oleh siswa, menjadi sebuah pembelajaran yang penuh tantangan dan meningkatkan
perhatian siswa dalam belajar. Selain akan menguji efektivitas model pembelajaran
inquiry terhadap perkembangan affektif siswa, peneliti juga menghubungkannya dengan
materi ajar yang dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu materi pembejalaran yang bersifat
permainan/games dan materi pembelajaran yang bersifat fundamental skill.
Olahraga basket merupakan olahraga yang bersifat games /permainan yang
melibatkan semua pemain untuk terlibat dalam permainan tersebut, sehingga semua
pemain memiliki exploration intention yang tinggi. David E. Belka (1994:3)
mengungapkan bahwa “ in teaching children games, games are defined as activities that
6
Belka (1994:3) juga mengungkapkan bahwa “ games are ususally played according to
rules and strategy is important”.
Berdasarkan pengertian tersebut maka permainan bola basket relevan untuk
peneliti digunakan sebagai sampel materi pembelajaran yang mewakili olahraga yang
bersifat games, karena dalam permainan bola basket memberikan kesempatan yang
leluasa untuk melakukan pembelajaran yang bersifat games. Sedangkan olahraga atletik
nomor sprint merupakan olahraga fundamental skill karena memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari gerak dasar dengan lebih terfokus serta memiliki banyak
tantangan dan attention demand yang tinggi dalam melakukan gerakannya. Peneliti ingin
mengetahui apakah materi pembelajaran akan mempengaruhi situational interest siswa
ketika disampaikan menggunakan model inquiry.
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Harapan yang tertuang dalam kurikulum 2013 adalah pengajaran dilakukan
dengan pendekatan yang bersifat scientific. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat
mengembangkan keseluruhan domain pendidikan sehingga pembelajaran akan terasa
meaningful bagi siswa. Pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya berfokus pada
penguasaan keterampilan saja, akan tetapi pembelajaran harus mampu mengembangkan
faktor lain dari diri siswa. Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996:42) “… scientific method
can be taught and has positive effects on the acquisition of information, concepts, and
attitudes”. Jika guru tidak melakukan inovasi dalam pengajaran, maka pembelajaran akan
terasa tidak meaningful dan tidak mampu menjadi alat untuk mengembangkan domain
pembelajaran lain. Hal ini bisa menyebabkan hasil belajar siswa tidak dapat diraih
dengan optimal. Craig A. Buschner (1994:5) mengemukakan bahwa “…a majority of
children lack the necessary competence in movement to feel good about participating in
traditional physical education classes”
Salah satu domain affektif yang menjadi sorotan dalam proses pembelajaran
7
minat belajar siswa seringkali tidak stabil karena dipengaruhi oleh materi ajar yang
berbeda. Siswa seringkali memiliki minat belajar yang baik hanya pada materi ajar
tertentu saja. Materi ajar yang bersifat permainan, seringkali menjadi materi ajar yang
senang dipilih oleh siswa.
Kondisi ideal yang diharapkan dalam kurikulum 2013 adalah semua kompetensi
yang tertuang dalam kurikulum dapat disampaikan kepada siswa dengan menyeluruh.
Implementasi pengajaran yang diduga tidak dilakukan dengan pendekatan yang scientific
diduga menjadi penyebab timbulnya ketidakstabilan situational interest siswa dalam
pembelajaran. Selanjutnya peneliti berasumsi bahwa materi pembelajaran mempengaruhi
situational interest siswa dalam belajar. Akan tetapi, pertanyaan besar ini perlu ditelusuri
pengaruhnya terhadap situational interest melalui data empiris. Apakah ketidakstabilan
situational interest ini hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran saja atau terdapat
keterkaitan antara model pembelajaran dengan materi pembelajaran.
Situational interest siswa penting untuk dikembangkan karena akan
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Renninger
et al yang dikutip oleh Ang Chen et al. (2001) “ Situational interest has been found to
have unique short-term and long-term motivational effects on the learner in the areas of
mathematics, reading, and history “.“It has been considered a powerful motivator that
guides learners to participate in learning” (Deci, 1992).
Inovasi dalam pengajaran dianggap dapat mengembangkan situational interest
siswa. Sehingga minat belajar siswa pada semua materi akan stabil. Stabilitas minat
belajar siswa dalam setiap materi ajar diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Oleh sebab itu, penggunaan model pembelajaran yang bersifat scientific
diharapkan dapat menjadi faktor penunjang agar situational interest siswa dalam belajar
selalu dapat dikembangkan.
8
C. Rumusan Masalah Penelitian
Model pembelajaran merupakan variabel bebas yang ingin peneliti uji kaitannya
dengan efek penggunaan model tersebut terhadap perkembangan domain affektif siswa.
Situational interest merupakan domain affektif yang menjadi variabel terikat dalam
penelitian ini.
Belum adanya penelitian yang mengungkapkan relevansi antara teori model
inquiry yang diungkapkan metzler dengan domain affektif, menjadi dasar bagi peneliti
untuk menguatkan teori yang diungkapkan Metzler tersebut dengan situational interest
siswa sebagai domain affektif. Model pembelajaran inquiry berisikan beberapa
permasalahan gerak yang harus siswa temukan solusinya melalui tahapan berpikir secara
kognitif. Model pembelajaran ini akan memberikan banyak tantangan kepada siswa,
menarik perhatian siswa untuk belajar, sehingga model ini sangat berpengaruh terhadap
minat belajar siswa.
Selain itu, fakta yang ditemui dalam proses pembelajaran bahwa siswa tidak
tertarik dalam proses pembelajaran yang berbasis model pembelajaran tradisional. Model
pembelajaran diyakini memberikan pengaruh terhadap minat dan ketertarikan siswa
dalam proses pembelajaran. Pemilihan penggunaan model pembelajaran merupakan salah
satu kunci keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani. Fakta lain yang ditemui dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani adalah materi pembelajaran terkadang
memberikan pengaruh terhadap tingkat ketertarikan siswa
Untuk itu peneliti merumuskan permasalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan situational interest antara siswa yang mendapatkan model
pembelajaran inquiry dan model pembelajaran direct instruction ?
2. Apakah terdapat perbedaan situational interest antara siswa yang mendapatkan materi
pembelajaran games dan materi pembelajaran fundamental skill ?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan materi pembelajaran
9
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :
1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan situational interest antara siswa yang
mendapatkan model pembelajaran inquiry dan model pembelajaran direct
instruction ?
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan situational interest antara siswa yang
mendapatkan materi pembelajaran games dan materi fundamental skill ?
3. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan materi
pembelajaran terhadap perbedaan situational interest siswa ?
E. Manfaat Penelitian
Kurikulum 2013 merupakan langkah progresif dalam upaya menyempurnakan
kualitas pendidikan. Mampu menyentuh semua domain pendidikan, sehingga proses
pendidikan mampu melahirkan siswa yang cerdas secara intelektual, bugar secara fisik
dan memiliki kualitas affektif yang utuh. Model pembelajaran merupakan kunci sukses
dan memiliki peran yang besar terhadap ketercapaian tujuan tersebut. Penelitian ini akan
bermanfaat secara :
1. Teoritis
Penelitian ini menguatkan teori Metzler (2000) bahwa model pembelajaran inquiry
mendukung perkembangan affektif siswa. Teori yang diungkapkan belum dapat
dibuktikan dalam sebuah penelitian. Maka dari itu, peneliti ingin menguatkan teori
Metzler dan membuktikan bahwa model pembelajaran inquiry mampu mendukung
perkembangan affektif siswa.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan keefektifan model
pembelajaran inquiry untuk mengembangkan situational interest siswa. Penelitian ini
diharapkan memberikan informasi dan rujukan kepada pihak yang berkepentingan dalam
pengembangan keilmuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan untuk
mengoptimalkan kualitas pendidikan melalui pengajaran penjasorkes berbasis model