PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana S1 pendidikan
biologi
oleh:
Helmi Nashrulhaq
NIM 1106495
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Oleh:
Helmi Nashrulhaq
1106495
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Helmi Nashrulhaq 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Oleh: Helmi Nashrulhaq
NIM. 1106495
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd. NIP. 194907131976031002
Pembimbing II,
Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M.Si NIP. 196209211991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi,
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa SMA melalui pembelajaran discovery learning pada pokok bahasan enzim. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XII MAN Ciparay Bandung. Metode yang digunakan adalah metode quasy eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa soal
pretest dan posttest yang berjumlah 25 soal, serta lembar observasi keterlaksanaan sintaks
pembelajaran discovery learning. Pengolahan data meliputi pemberian skor, tabulasi, uji prasyarat, uji hipotesis dan analisis indeks gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai rata-rata penguasaan konsep kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran discovery learning dibandingkan dengan kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa N-Gain kelas eksperimen yaitu sebesar 0,44 dan termasuk kategori sedang lebih besar dibandingkan dengan N-Gain kelas kontrol sebesar 0,29 yang masuk dalam kategori rendah. Keterlaksanaan tahapan pembelajaran discovery
learning pada pokok bahasan enzim terlaksana dengan baik pada tahapan observation, manipulation dan verification serta terlaksana dengan cukup pada tahapan generalization
dan application.
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
This study aimed to identifiy the difference of senior high school student concept understanding through discovery learning in subconcept enzyme. This study was done on class XII Senior High School Islamic I (MANI) Ciparay Bandung. The method used quasy experiment. Instrument used was a pretest and posttes contains twenty five question, observation sheets of feasibility syntax of discovery learning. Data processing include scoring, tabulation, test prerequisities, test hypotheses, and index gain analysis. The result showed significant difference in average value of senior school concept understanding before and after discovery learning. The results showed that at experiment class has a higher index gain with 0,44 and it was in in average category than control class with index gain 0,29 and it was in low category. Then, feasibility syntax of discovery learning was very good from stages observation, manipulation and
verification while it was enough from generalization and application.
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Asumsi Penelitian... 6
F. Hipotesis Penelitian... 7
G. Manfaat Penelitian... 7
H. Struktur Organisasi... 7
BAB II PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM... 9 A. Inkuiri... 9
B. Levels of Inquiry... 10
C. Pembelajaran Discovery Learning... 17
D. Metode Ceramah... 20
E. Penguasaan Konsep Siswa... 21
F. Tinjauan Konsep Enzim... 24
BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Metode Penelitian... 33
B. Desain Penelitian... 33
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
D. Definisi Operasional... 34
E. Instrumen Penelitian... 35
F. Pengembangan Instrumen... 36
G. Teknik Pengambilan Data... 43
H. Teknik Pengolahan Data... 44
I. Tahapan Penelitian... 47
J. Alur Penelitian... 49
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 50
A. Hasil Penelitian... 50
B. Pembahasan... 60
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 70
A. Simpulan... 70
B. Implikasi... 71
C. Rekomendasi... 71
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Setiap Tahapan pada Levels of Inquiry... 11
Tabel 2.2 Karakteristik Jenis-jenis Inquiry Lab... 14
Tabel 2.3 Tingkatan Aspek Kognitif... 23
Tabel 2.4 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Konsep Enzim... 24
Tabel 3.1 Desain Penelitian... 33
Tabel 3.2 Kriteria Keterlaksanaan Sintaks Discovery Learning... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Butir Soal Penguasaan Konsep Siswa... 37
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 39
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda... 39
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Soal... 40
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal... 40
Tabel 3.8 Kriteria Validitas Soal... 41
Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal Pilihan Ganda... 41
Tabel 3.10 Kriteria Reliabilitas Soal... 42
Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep Siswa... 42
Tabel 3.12 Kriteria Indeks Gain... 44
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Sintaks Pembelajaran Discovery Learning... 51
Tabel 4.2 Rekapitulasi Tes Awal (Pretest) Penguasaan Konsep Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol... 54
Tabel 4.3 Rekapitulasi Tes Akhir (Posttest) Penguasaan Konsep Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol... 56
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sintaks Levels of Inquiry... 16
Gambar 2.2 Teori Kunci Gembok (Lock and Key Theory)... 26
Gambar 2.3 Induced Fit Theory... 27
Gambar 2.4 Katalisator Menurunkan Batas Energi Aktivasi Reaksi Kimia... 27
Gambar 2.5 Enzim Berkerja secara Spesifik... 28
Gambar 2.6 Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Kecepatan Reaksi... 30
Gambar 2.7 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Kecepatan Reaksi... 30
Gambar 2.8 Inhibitor Kompetitif... 31
Gambar 2.9 Inhibitor Non-Kompetitif... 32
Gambar 3.1 Alur Penelitan... 49
Gambar 4.1 Perbandingan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Discovery Learning... 53
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bukti Penelitian 76
Lampiran 1.1 Surat Permohonan Izin Penelitian 77
Lampiran 1.2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 78
Lampiran 1.3 Surat Keterangan telah Melakukan Judgement 79
Lampiran 2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Ceramah
mengenai Enzim 81
Lampiran 2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Discovery Learning
mengenai Enzim
86
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa dengan Pembelajaran Discovery
Learning
93
Lampiran 4 Instrumen Penelitian 101
Lampiran 4.1 Soal Pilihan Ganda Untuk Mengukut Penguasaan Konsep
Siswa dalam Pokok Bahasan Enzim
102
Lampiran 4.2 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran discovery learning 110
Lampiran 5 Data Olahan Hasil Penelitian 112
Lampiran 5.1 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
113
Lampiran 5.2 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
117
Lampiran 5.3 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
118
Lampiran 5.4 Nilai Pretest, Posttest, dan Indeks Gain Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
121
Lampiran 5.5 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest 123
Lampiran 6.1 Sampel Lembar Jawaban Siswa Hasil Pre-Test 128
Lampiran 6.2 Sampel Lembar Jawaban Siswa Hasil Post-Test 129
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
1
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan dari suatu
bangsa karena bangsa yang maju dapat dilihat dari pendidikannya yang maju pula
begitu pun sebaliknya. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan
bertujuan untuk dapat mengembangkan segala potensi siswa agar dapat mencapai
tujuan pendidikan nasional. Namun dalam praktiknya sering dijumpai
masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang nantinya akan berdampak
terhadap penguasaan konsep siswa.
Dewasa ini penguasaan konsep siswa merupakan salah satu indikator
ketercapaian dari proses belajar mengajar yang dilakukan suatu lembaga
pendidikan. Bukan hanya itu, penguasaan konsep juga menjadi syarat untuk
peserta didik untuk dapat melangkah ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
Oleh karena itu penguasaan konsep menjadi hal yang penting dicapai oleh peserta
didik untuk dapat melangkah ke jenjang berikutnya.
Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh suatu lembaga survey
internasional yang bernama TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study), penguasaan konsep sains siswa Indonesia masih berada pada
tingkatan rendah. TIMSS in merupakan suatu lembaga survey internasional yang
mengukur prestasi belajar siswa kelas 4 SD, 8 SMP dan 12 SMA yang meliputi
dimensi konten dan dimensi kognitif (knowing, applying, dan reasoning) dalam
bidang matematika dan sains yang diselenggarakan empat tahun sekali
(Mullis,I.V.S & Martin,M.O, 2013). Berdasarkan hasil survey lembaga tersebut,
pada tahun 1999 prestasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-32 dari
38 negara peserta, tahun 2003 berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara peserta,
tahun 2007 menduduki peringkat ke-35 dari 49 negara peserta dan tahun 2011
berada pada peringkat ke-40 dari 42 negara peserta (Balitbang Kemendikbud,
2011; Kompas, 2012). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penguasaan konsep
sains siswa Indonesia ini selalu berada pada peringkat sepuluh terbawah kecuali
2
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digolongkan menjadi tingkat yang rendah (Low International Benchmark) yaitu
siswa hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar namun belum mampu untuk
mengkomunikasikannya dan mengaitkan fakta tersebut dengan berbagai topik
sains, apalagi dapat menerapkan konsep yang kompleks dan abstrak (Mullis,I.V.S
& Martin,M.O, 2011).
Fenomena yang terjadi di atas merupakan sesuatu yang perlu dibenahi
bersama agar penguasaan konsep siswa Indonesia dapat meningkat dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Salah satu faktor penyebab rendahnya
penguasaan konsep siswa ini adalah proses belajar sekolah yang masih belum
dapat meninggalkan metode tradisional berupa metode ceramah dan sejenisnya
sehingga kurang menfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
knowing (kemampuan menyatakan suatu fakta maupun mendeskripsikannya),
kemampuan applying (kemampuan mengaplikasikan pengetahuan pada situasi
yang berbeda) dan kemampuan reasoning (kemampuan menganalisis masalah
ilmiah ataupun merancang suatu penyelidikan ilmiah). Menurut Costenson &
Lawson, McDermott, dan NRC (dalam Wenning, 2005) menyatakan bahwa cara
mengajar secara konvensional atau “teaching by telling” sangat tidak efektif untuk
mengembangkan pengetahuan (content knowledge) dan keterampilan proses
(process skills).
Berdasarkan temuan-temuan yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat permasalahan pada proses pembelajaran sains di
sekolah yang belum terlaksana dengan optimal untuk dapat menfasilitasi siswa
dalam memahami materi secara komprehensif dan terintegrasi. Permasalahan ini
tidak boleh dibiarkan begitu saja, mengingat pentingnya pemahaman yang
komprehensif dan terintegrasi tersebut sehingga permasalahan tersebut harus
segera cepat ditemukan solusinya agar pembelajaran yang dilakukan menjadi
lebih bermakna dan berorientasi kepada siswa yang aktif belajar membangun
pengetahuannya sendiri, sehingga diharapkan penguasaan konsep siswa Indonesia
tentang sains meningkat dan dapat mengaplikasi pengetahuan yang mereka dapat
tersebut dalam kehidupan kesehariannya sehingga dapat bermanfaat bagi khalayak
3
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa agar
belajar bermakna sehingga diharapkan dapat mencapai penguasaan konsep yang
baik adalah dengan pembelajaran inkuiri. Pembelajaran dengan tipe ini telah
banyak dicoba oleh banyak guru didalam sebuah Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) khususnya dalam materi biologi. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa
di lapangan guru-guru tersebut hanya sekedar menggunakan tipe pembelajaran ini
tanpa disertai dengan pemahaman yang komprehensif mengenai penggunaan dan
sintaks yang harus dilalui agar siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri
(Wenning, 2010). Akibatnya adalah pembelajaran berbasis inkuiri yang
diterapkan oleh guru tersebut menjadi terputus-putus dan prosesnya tidak
sistematis dan kerap kali gagal dalam melatihkan kemampuan skills yang berguna
untuk mengembangkan kemampuan siswa (Wenning, 2010). Menurut Wenning
dalam jurnalnya yang berjudul “The Levels of Inquiry Model of Science
Teaching” menyatakan bahwa perlu diterapkan suatu pendekatan pembelajaran inkuiri yang bersifat sistematis agar siswa dapat membangun konsep penting
secara induktif berdasarkan kemampuannya sendiri. Oleh karena itu ia
memperkenalkan sebuah model pembelajaran baru yang bersifat sistematis,
komprehensif dan tidak terputus-putus yaitu model pembelajaran Levels of
Inquiry.
Model pembelajaran Levels of Inquiry ini menyajikan hierarki pembelajaran
berorientasi inkuiri menjadi enam tahapan yaitu Discovery learning, Interactive
Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Labs, Real World Application dan
Hypothetical Inquiry. Keenam tahapan ini diurutkan berdasarkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran, dengan kata lain semakin tinggi tahapannya maka
akan semakin tinggi pula kemampuan intelektul siswa yang dibutuhkan. Selain itu
keenam tahapan ini juga diurutkan berdasarkan kontrol guru dalam pembelajaran,
semakin tinggi tahapan yang dilakukan oleh guru maka kontrol guru dalam
pembelajaran pun menjadi lebih rendah. Pada tiap-tiap tahapan yang disebutkan
diatas terdapat sintaks-sintaks yang harus dilakukan yaitu Observation,
Manipulation, Generalization, Verification dan Application (Wenning, 2010).
Pada penelitian ini akan diteliti salah satu yang tahapan paling mendasar dari
4
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan discovery learning pun sudah banyak dilakukan oleh guru saat ini.
Pada tahapan pembelajaran discovery learning ini berpusat pada penemuan
konsep berdasarkan pada pengalaman yang didapat siswa ketika pembelajaran.
(Wenning, 2005). Meskipun discovery learning ini merupakan tahapan paling
mendasar dari Levels of Inquiry tapi menurut Wenning seperti yang telah
disebutkan diatas terdapat sintaks yang harus dilalui yaitu observation,
manipulation, generalization, verification dan application.
Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh pembelajaran discovery learning
pada sekolah yang belum terbiasa untuk melakukan praktikum. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran berbasis
discovery learning ini pada sekolah yang terbiasa melakukan pembelajaran
konvensional berapa metode ceramah dalam kesehariannya. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil lokasi penelitian di sebuah Madrasah Aliyah Negeri di
Kabupaten Bandung. Madrasah Aliyah Negeri ini merupakan jenjang pendidikan
menengah pada pendidikan formal di Indonesia setara dengan Sekolah Menengah
Atas (SMA), yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementrian Agama
(KEMENAG). Dalam pelaksanaanya, kurikulum Madrasah Aliyah sama dengan
kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA), hanya saja pada Madrasah Aliyah
terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama islam sehingga beban
kognitif siswa tidak hanya terfokus pada pelajaran umum saja tetapi juga terfokus
pada pelajaran agama. Saat ini, terkadang untuk pelajaran umum siswa hanya
diberi metode ceramah dalam penyampaiannya karena lebih cepat serta efisien
dan yang terpenting materi tersebut telah disampaikan. Namun pembelajaran
dengan metode ini berdampak pada kurang terangsangnya siswa dalam
berkreativitas, tidak membuat siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan
siswa tidak dibiasakan dalam mencari dan mengolah informasi (Rustaman, 2003).
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan terkait penerapan discovery
learning ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitria Dahlia
(2009) tentang “Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning terhadap
Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Materi
Ekosistem”. Fitri Dahlia melakukan penelitian dengan menggunakan design
5
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Kelas eksperimen mengalami peningkatan 10% sedangkan kelas
kontrol hanya mengalami peningkatan 5%. Akan tetapi masih sedikit penelitian
yang menerapkan proses pembelajaran discovery learning dengan
tahapan-tahapan sesuai Wenning (2005) untuk meningkatkan penguasaan konsep sains
siswa.
Penguasaan konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah penguasaan
konsep siswa dalam pokok bahasan enzim. Pokok bahasan enzim ini dipilih
karena (1) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dida Hamidah (2012)
dengan salah satu guru biologi ditemukan bahwa materi metabolisme merupakan
salah satu materi tersulit yang dihadapi siswa dan pokok bahasan enzim termasuk
kedalam materi metabolisme, (2) karakteristik materi enzim cocok untuk
diajarkan dengan pembelajaran discovery learning karena konten pada materi
enzim banyak yang dapat dijelaskan melalui penyelidikan ilmiah dan (3) cukup
banyaknya peran dari enzim dalam kehidupan kita terutama dalam mempercepat
proses-proses yang terjadi didalam tubuh manusia.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dilakukan penelitian
mengenai discovery learning ini pada materi enzim karena itu penulis ingin
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning
terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Enzim”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pembelajaran discovery learning
terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim?” untuk
mempermudah penelitian ini, permasalahan diatas dapat dijabarkan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran discovery learning
6
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa sebelum dan
sesudah diterapkan model pembelajaran discovery learning pada materi
enzim?
3. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen pada materi enzim?
C. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan dalam berbagai hal untuk menghindari meluasnya
masalah maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :
1. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah negeri yaitu Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Kab. Bandung.
2. Dicovery learning yang dimaksud adalah salah satu tahapan dari model
pembelajaran Levels of Inquiry yang meliputi sintaks observation,
manipulation, generalization, verification dan application
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang pengaruh model pembelajaran
discovery learning terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim
yang terdiri dari:
1. Pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
discovery learning
2. Kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
E. Asumsi Penelitian
Berikut adalah asumsi penelitian yang melandasi penelitian ini:
1. Penerapan pembelajaran Levels of Inquiry yang didalamnya terdapat enam
tahapan yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry
lesson, inquiry labs, real world application dan hypothetical explanation
dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan Kemampuan
7
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menurut Bruner (dalam Dahar, 2006) pembelajaran discovery learning ini
dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk
belajar terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Pendekatan ini dapat
mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa
melibatkan orang lain dan meminta para siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi informasi, tidak hanya menerima informasi saja.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dibuat hipotesis
penelitian sebagai berikut :
“Terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa pada kelas dengan pembelajaran discovery learning dibandingkan dengan pembelajaran konvensional”.
G. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap
penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim, diharapkan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran discovery learning ini dapat
memiliki manfaat untuk :
1. Guru :
a. Memberikan pembelajaran tentang enzim dengan cara yang lebih
konkret
b. Sebagai alternatif metode pembelajaran guna mengembangkan
penguasaan konsep siswa
c. Mengenalkan metode discovery learning menurut Wenning dalam
membelajarkan konsep enzim
d. Sebagai dasar dalam mengembangkan proses inkuiri siswa dalam
pembelajaran biologi terutama bagi sekolah-sekolah yang belum
mapan dalam penyediaan waktu dan alat praktikum
2. Siswa
a. Meningkatkan pengetahuan konsep siswa dengan memberikan
pembelajaran yang lebih bermakna karena siswa difasilitasi untuk
8
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur evaluasi dalam pembelajaran
H. Struktur Organisasi
Sistematika dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab I diuraikan mengenai latar belakang
penelitian berdasarkan kenyataan di lapangan dan teori
berdasarkan penelitian sebelumnya, rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi
penyusunan skripsi.
BAB II : Kajian pustaka. Dalam bab II diuraikan mengenai
konsep-konsep, teori-teori yang relevan serta hipotesis dari penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan fokus penelitian. Konsep,
teori dan hipotesis tersebut diantaranya mengenai pembelajaran
Levels of Inquiry, discovery learning dan pokok bahasan enzim
BAB III : Metode penelitian. Dalam bab III penulis menjelaskan
metodologi yang digunakan dalam penelitian, yaitu pendekatan
kuantitatif dengan studi eksperimen. Sedangkan teknik
pengumpulan data penelitian dengan soal tentang pokok bahasan
enzim dan rubrik keterlaksanaan pembelajaran discovery
learning yang diadopsi sesuai dengan Wenning (2005).
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini diuraikan data
hasil temuan dan diuraikan hasil analisis data berupa persentase
lembar keterlaksanaan pembelajaran discovery learning dan
capaian skor yang didapatkan oleh siswa yang kemudian
dihubungkan dengan dasar teoritik dan metodologi penelitian
yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
BAB V : Simpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan
simpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan
permasalahan yang telah diidentifikasi dan dipaparkan melalui
33
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam quasy
experimental. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling karena
penelitian ini dilakukan pada kelas yang belum menerima materi enzim sebelumnya.
Kemudian digunakan satu kelas eksperimen yang akan diberikan suatu kondisi
perlakuan berupa pembelajaran dengan discovery learning dan membandingkan
hasilnya dengan satu kelas kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan pembelajaran
discovery learning melainkan pembelajaran yang konvensional berupa metode
ceramah.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian eksperimen yang dipilih adalah control group pretest-posttest
design, dengan pola sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan :
O1 : Tes awal
O2 : Tes akhir
X1 : Penerapan pembelajaran discovery learning
X2 : Penerapan pembelajaran konvensional berupa metode ceramah
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN I Ciparay. Penentuan lokasi penelitian
didasarkan pada observasi sebelumnya, bahwa MAN 1 Ciparay Kab. Bandung
34
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran kesehariaanya, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam
membelajarkan siswa-siswa nya sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat
sejauh mana pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap capaian prestasi
akademik siswa. Subjek penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
siswa MAN I Ciparay Kab. Bandung sebanyak 2 kelas.
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XII IPA, MAN I Ciparay Kab. Bandung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XII IPA 1 dan XII IPA 3 ajaran 2013 – 2014.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara
operasional untuk menghindari berbagai penafsiran. Adapun istilah tersebut sebagai
berikut:
1. Pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang meliputi
lima tahapan yaitu tahap observation, manipulation, generalization verification dan application. Pembelajaran yang dimaksud adalah tentang
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim. Tahap
observation, pembelajaran diawali dengan guru mendemonstrasikan didepan
siswa mengenai kerja enzim katalase dalam mengubah peroksida sebagai
substrat menjadi air dan oksigen. Demonstrasi dilakukan dengan meneteskan
peroksida (H2O2) sebagai substrat terhadap ekstrak hati yang didalamnya
terdapat enzim katalase. Kemudian siswa melakukan pengamatan secara
langsung pada demonstrasi enzim yang telah dilakukan selanjutnya siswa
mengamati apa yang terjadi pada kedua faktor enzim dan substrat dan
menuliskan hasil pengamatan nya pada LKS yang telah diberikan
sebelumnya. Tahap manipulation, guru meminta siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
komponen yang ditemukan dalam pengamatan tersebut dengan faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Tahap generalization, siswa diminta
35
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mungkin untuk mempengaruhi kerja enzim. Tahap verification, Setiap
kelompok disuruh untuk mempresentasikan hasil pengamatannya kemudian
siswa saling memverifikasi satu sama lain mengenai perbedaan pengamatan
dalam pengamatan yang telah dilakukan masing-masing kelompok. Tahap
application, siswa diminta untuk melengkapi LKS dengan
pemahaman/konsep yang telah didiskusikan atau dikuatkan oleh guru dan
Siswa dengan arahan guru diminta untuk menyebutkan contoh lain hubungan
antara enzim katalase dengan organ lainnya serta memberikan penguatan pada
konsep yang akan dikembangkan.
2. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran materi enzim
yang disampaikan dengan metode ceramah.
3. Penguasaan konsep yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam
memahami materi Enzim setelah melakukan pembelajaran discovery learning
dan ceramah. Alat ukur yang digunakan adalah berupa tes tertulis berupa soal
pilihan ganda yang terdiri atas jenjang kognitif mulai C1 sampai C6. Tes yang digunakan telah dikembangkan oleh peneliti, di judgement oleh ahli dan telah
divalidasi, dengan nilai reliabilitas 0,69 termasuk kategori tinggi.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tes Tertulis
Tes tertulis ini terdiri dari pretest dan postest. Soal pretest dan postest yang
dimaksud adalah soal evaluasi yang diberikan di awal dan di akhir proses
pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa. Soal pretest dan postest praktikum
berupa soal yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang tercantum dalam RPP
(Lampiran 4.1) yang terdiri dari soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal dengan
berbagai jenjang kognitif dari C1 sampai C6, untuk mengetahui pengetahuan konsep
36
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran discovery learning
Lembar observasi yang dimaksud adalah digunakan untuk mengetahui
keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran di
kelas eksperimen (Lampiran 4.2) sesuai dengan tahapan sintaks discovery learning
(Wenning, 2010). Berikut ini disajikan tabel interprestasi hasil keterlaksanaan sintaks
:
Tabel 3.2 Kriteria keterlaksanaan sintaks
Rentang Indeks Keterangan 85-100 % Sangat baik
70-85 % Baik
55-70 % Cukup
40-55 % Kurang
0-40 % Sangat kurang
(Rupilu,2012)
Observer yang melakukan observasi dalam penelitian ini adalah 3 orang
mahasiswa biologi angkatan 2011 yang terlebih dahulu disamakan persepsinya
mengenai keterlaksanaan pembelajaran discovery learning.
3. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa digunakan untuk mengarahkan siswa selama kegiatan
praktikum subkonsep Enzim. LKS yang diberikan terdiri dari judul, tujuan, prinsip
dasar, alat dan bahan, dan diskusi. Pembuatan LKS ini berdasarkan hasil bimbingan
dan judgement dosen pembimbing. (Lampiran 3)
F. Pengembangan Instrumen
Instrumen tes disusun oleh peneliti dan kemudian dilakukan uji coba pada kelas
yang bukan merupakan subjek penelitian. Setelah dilakukan uji coba kemudian
dilakukan analisis data meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan
37
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pengembangan Instrumen Penelitian bentuk Tes
Pengembangan instrumen yang dimaksud adalah berupa soal pilihan ganda yang
bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa.
Berikut adalah rencana pengembangan instrumen butir soal:
a. Menyusun soal penguasaan konsep sebagai instrumen penelitian
b. Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing
c. Mengkonsultasikan dengan dosen ahli
d. Mengujicobakan soal pada SMAN 6 Cimahi
e. Melakukan analisis pokok uji terhadap soal
f. Merevisi dan menyeleksi instrumen yang tidak memenuhi syarat
g. Mengkonsultasikan kembali instrumen yang telah direvisi dengan dosen ahli
h. Menggunakan instrumen yang telah direvisi dengan dosen ahli
38
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Analisis butir soal yang dilakukan meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan reliabilitas butir soal dengan menggunakan program software Anates
versi 4 (Karno & Wibisono, 2004) program analisis pilihan ganda dan uraian.
1) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukkan sukar atau tidaknya suatu soal yang dibuat.
Soal yang mudah memiliki nilai indeks yang besar, sedangkan soal yang sukar
memiliki nilai indeks yang kecil. Rentang nilai indeks dimulai dari 0,00
sampai 1,00. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat
kesukaran:
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal benar P = B
39
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JS : Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Kategori tingkat kesukaran menurut (Arikunto, 2012) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat kesukaran soal No Rentang Nilai Tingkat
Kesukaran
Kriteria 1 0,00 sampai dengan 0,30 Sukar
2 0,31 sampai dengan 0,70 Sedang 3 0,71 sampai dengan 1,00 Mudah
Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada
Tabel 3.5 dan 3.6 berikut ini:
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda
Kriteria Nomor Soal Jumlah
Soal
Presentase
Sukar 5,8,10,11,12,13,14,18,26,27 10 35%
Sedang 3,6,19,21,22,24,29 7 24%
Mudah 1,2,4,7,9,15,16,17,20,23,25,28 12 41%
2) Daya Pembeda
Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (memiliki kemampuan tinggi) dan kurang pandai (memiliki
kemampuan rendah) (Arikunto, 2012). Rentang nilai indeks daya pembeda ini
mulai dari 0,00 sampai dengan 1,00. Berikut adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung daya pembeda:
Keterangan:
D : Indeks daya pembeda
J : Jumlah siswa yang mengkuti tes
JA : Jumlah siswa kelompok atas =
D BA BB
40
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JB : Jumlah siswa kelompok bawah
BA : Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal benar
BB : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar
PA : Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab soal benar
PB : Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar
Kategori daya pembeda soal menurut (Arikunto, 2012) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kriteria Daya Pembeda Soal No Rentang Nilai Daya
Pembeda Soal
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda
Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal Presentase
Jelek 2,5,8,11,13,14,24,27 8 28%
Cukup 1,10,15,17,19,20,22,23,25,28,29 11 38%
Baik 3,4,7,9,12,16,18,26 8 28%
Baik Sekali
6,21 2 6%
3) Validitas Butir Soal
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes.
Tes dapat dikatakan sahih apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur (Arikunto, 2012). Berikut adalah rumus yang dapat digunakan
untuk menghitung validitas butir soal:
r
xy N ∑xy –(∑X) (∑Y)41
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Jumlah siswa
X : Skor item yang dicari validitasnya
Y : Skor yang diperoleh siswa
Kategori validitas menurut (Arikunto, 2012) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Kriteria Validitas Soal No Rentang Nilai Validitas Kriteria
1 0,00 sampai dengan 0,19 Sangat Rendah 2 0,20 sampai dengan 0,39 Rendah
3 0,40 sampai dengan 0,59 Cukup 4 0,60 sampai dengan 0,79 Tinggi
5 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi
Rekapitulasi hasil analisis validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.9
berikut ini:
Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal Pilihan Ganda
Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal Presentase
Sangat Rendah
5,8,11,13,24,27,28 7 24%
Rendah 2,12,14,19,20,22,23, 7 24%
Cukup 1,3,6,7,10,15,16,17,18,21,26,29 12 41%
Tinggi 4,9,25 3 11%
Sangat Tinggi
- - -
4) Reliabilitas
Reliabilitas tes menunjukkan tingkat konsistensi suatu tes, yakni sejauh mana
suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif,
tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Uji
reliabilitas untuk soal pilihan ganda (penguasaan konsep) menggunakan
rumus metode belah dua (Arikunto, 2012).
r
11 =2r
1/21/2 (1 +r
1/21/2)42
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r
1/21/2 = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tesHasil perhitungan reliabilitas setiap jenis soal kemudian dibandingkan
dengan tabel interpretasi nilai r yang dikemukakan oleh Arikunto (2012)
seperti tertera pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.10. Kriteria Reliabilitas Soal
No Rentang Nilai Reliabilitas Kriteria 1 0,00 sampai dengan 0,19 Sangat Rendah 2 0,20 sampai dengan 0,39 Rendah
3 0,40 sampai dengan 0,59 Cukup 4 0,60 sampai dengan 0,79 Tinggi
5 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi
Instrumen tes soal pilihan ganda memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,69, nilai
tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi.
Berikut adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal penguasaan konsep siswa :
Tabel 3.11. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep Siswa
No
Analisis Instrumen Tes
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda
Keterangan
Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
43
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 0,429 Cukup 0,06 Sukar 0,25 Cukup Digunakan
Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melalui
pemberian tes yakni pretest dan postest berupa soal pilihan ganda. Tes ini dilakukan
pada saat sebelum perlakuan dan setelah selesai perlakuan. Selain pemberian tes,
44
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui sejauh mana ketercapaian sintaks pembelajaran discovery learning di
kelas eksperimen.
H. Teknik Pengolahan Data 1. Analisis data hasil penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah dengan cara analisis Soal
Penguasaan Konsep. Soal penguasaan konsep yang digunakan dalam penelitian
ini berupa soal pilihan ganda dan skor untuk setiap butir soal adalah 1. Skor total
hasil tes siswa akan dikonversikan yang kemudian menjadi nilai penguasaan
konsep siswa.
2. Analisis Indeks Gain
Indeks gain dihitung untuk melihat pencapaian nilai penguasaan konsep
sebelum dan sesudah pembelajaran discovery learning. Peningkatan penguasaan
konsep ini dapat diketahui dari hasil perhitungan indeks gain. Menurut Hake,
1999, (dalam Julaeha, Siti, 2011) menyatakan bahwa data yang terkumpul akan
dihitung dengan rumus :
Hasil perhitungan tersebut, kemudian dibandingkan dengan kriteria menurut
Hake (1999) sebagai berikut:
Tabel 3.12. Kriteria Indeks Gain Rentang Nilai Kriteria
(g) < 0,3 Rendah
0,70 > (g) > 0,3 Sedang
(g) > 0,7 Tinggi
3. Analisis Uji Statistik
Analisis uji statistik dilakukan dengan menggunakan software SPPS 16.0
dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan
penguasaan konsep yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Skor tes akhir – skor tes awal
45
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini untuk menguji normalitas adalah uji Shapiro-Wilk dengan
taraf signifikansi α = 0,05.
Perumusan hipotesis yang ada pada uji normalitas adalah sebagai berikut:
Ho = Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai
signifikansi yang didapat ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, data sampel
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Apabila nilai signifikansi ≥
0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil analisis data penguasaan konsep yang telah dilakukan pada
saat pretest di kelas eksperimen dan kontrol data berdistribusi normal sedangkan pada saat posttest di kelas eksperimen data berdistribusi normal dan kelas
kontrol berdistribusi tidak normal (Lampiran 5.1).
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data
sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama.
Perumusan hipotesis yang ada pada uji normalitas adalah sebagai berikut:
Ho = Variansi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama (homogen)
H1 = Variansi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama (tidak
homogen).
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai
signifikansi yang didapat ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, variansi pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama (tidak homogen). Apabila nilai
signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, variansi pada kelas
46
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil analisis data penguasaan konsep yang telah dilakukan pada
saat pretest di kelas eksperimen dan kelas kontrol kedua data bersifat homogen
sedangkan pada saat posttest di kelas eksperimen data bersifat homogen dan
kelas kontrol bersifat tidak homogen. (Lampiran 5.2)
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Pengujian hipotesis pada rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah
dugaan dari penelitian sesuai atau tidak dengan kenyataannya.
1) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata secara Parametrik
Berdasarkan uji prasyarat (uji normalitas dan homogenitas) jika data
berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji hipotesis
parametrik. Uji yang digunakan pada uji hipotesis parametrik adalah
Independent-t Test. T-test dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak
saling berikatan/independent.
Perumusan hipotesis pada uji dua rata-rata Independent-t Testsebagai
berikut:
Ho = Tidak ada perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eskperimen.
H1 = Terdapat perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai
signifikansi (2-tailed) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat
perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Apabila nilai
signifikansi (2-tailed) ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, tidak ada
perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata secara Non Parametrik
Jika data yang didapat pada uji prasyarat ada yang tidak berdistribusi
normal atau tidak homogen, maka untuk selanjutnya dilakukan uji dua
47
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perumusan hipotesis pada uji dua rata-rata Uji U-Mann Whitney sebagai
berikut:
Ho = Tidak ada perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 = Terdapat perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai
Asymp. Sig (2-tailed) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat
perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Apabila nilai
Asymp. Sig (2-tailed) ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, tidak ada
perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
I. Tahapan Penelitian
Secara garis besar, penelitian yang dilakukan ini dapat dibagi ke dalam empat
tahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data dan tahap
penyusunan laporan. Berikut adalah uraian dari setiap tahapan penelitian:
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa hal, yakni sebagai berikut:
a. Perumusan masalah
b. Studi pustaka
c. Pembuatan proposal penelitian untuk diseminarkan
d. Perbaikan proposal penelitian setelah diseminarkan
e. Pembuatan instrumen penelitian
f. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen
g. Judgement instrumen penelitian oleh dosen ahli
h. Revisi instrument penelitian hasil judgement
i. Uji coba instrumen kepada siswa yang sudah pernah mengalami
48
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
j. Analisis tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas soal
dari instrumen
k. Berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing tentang hasil uji coba
instrument penelitian
l. Revisi instrumen penelitian agar dapat dipakai untuk penelitian
m. Pembuatan surat ijin penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan beberapa hal, yakni sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pretest pada kelas kontrol maupun eksperimen
b. Pemberian treatment dalam proses pembelajaran dengan discovery
learning untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas kontrol
c. Pelaksanaan posttest pada kelas kontrol maupun eksperimen
3. Tahap Pengolahan data
Pada tahap pengolahan data ini, semua data yang diambil berupa hasil pretest
dan posttest soal keterampilan proses sains dan penguasaan konsep dianalisis menggunakan bantuan program software SPPS 16.0.
4. Tahap penyusunan laporan
Pada tahap penyusunan laporan dilakukan beberapa hal, yakni:
a. Analisis data yang telah diperoleh
b. Penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh
49
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu J. Alur Penelitian
Perumusan masalah
Studi Pendahuluan Penyusunan Instrumen Penelitian
Studi Literatur
Judgement Instrumen Seminar Proposal
Uji Coba Instrumen
Revisi Instrumen
Pelaksanaan Penelitian
Pretest Pada Kelas Eksperimen
Metode Ceramah
Kesimpulan Posttest Pada Kelas
Kontrol
Pembelajaran
Discovey Learning
Posttest Pada Kelas Eksperimen
Penyusunan Laporan Analisis Data & Judgement Hasil Pretest Pada Kelas
Kontrol
70
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap
penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim didapatkan temuan sebagai
berikut:
1. Keterlaksanaan pembelajaran discovery learning cukup memuaskan.
Pada tahap observation terlaksana dengan sangat baik, manipulation
terlaksana dengan sangat baik, tahap generalization terlaksana dengan
cukup baik, tahap verification terlaksana dengan sangat baik, dan tahap
application terlaksana dengan cukup baik. Kendala utama yang ditemui
selama pelaksanaan pembelajaran discovery learning adalah faktor siswa
yang belum terbiasa dengan pembelajaran sains lewat praktikum
sehingga ketika dihadapkan pada pembelajaran yang berbasis praktikum
siswa mengalami kesulitan. Kondisi internal siswa juga mempengaruhi
hasil capaian, dan keterbatasan waktu yang mengakibatkan proses
pembelajaran discovery learning tidak dapat terlaksana sepenuhnya dengan sempurna.
2. Setelah diuji rata-rata dua pihak terdapat perbedaan yang signifikan nilai
rata-rata hasil penguasaan konsep siswa kelas eksperimen sebelum dan
setelah diterapkan pembelajaran discovery learning dengan kelas kontrol
yang menggunakan pembelajaran langsung (konvensional). Faktor
penerapan discovery learning memberikan pengaruh pada hasil
peningkatan penguasaan konsep siswa diantaranya, siswa dilatih untuk
menemukan konsep langsung melalu pengalamannya.
3. Terdapat perbedaan peningkatan nilai rata-rata kemampuan penguasaan
konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, pada kelas
eksperimen mengalami peningkatan sebesar 23,81 poin jika
71
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
19,81 poin. Hal ini juga didukung dengan N-Gain kelas eksperimen yang
lebih besar dibandingkan dengan N-Gain kelas kontrol yaitu 0,44 > 0,29.
B. IMPLIKASI
Implikasi dari temuan penelitian ini adalah dengan melaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan discovery learning secara simultan, peneliti dapat
berharap penguasaan konsep akhir siswa dapat meningkat pada setiap siswa.
Berdasarkan implikasi tersebut, secara rinci ditemukan bahwa:
1. Dengan pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
kemampuan penguasaan konsep siswa
2. Dengan pembelajaran discovery learning ini dapat memberikan
pengalaman belajar siswa secara langsung sehingga pemahaman siswa
lebih komprehensif.
3. Dengan terbiasanya siswa melakukan pembelajaran discovery learning
maka rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena akan semakin
meningkat. Dengan meningkanya rasa ingin tahu, keinginan siswa untuk
melakukan percobaan-percobaan sederhana akan semakin meningkat
pula. Selain itu, siswa tidak akan mudah percaya terhadap
informasi-informasi yang diterima jika siswa tersebut belum melakukan percobaan
terkait hal tersebut
4. Dengan pembelajaran discovery learning ini dapat menanamkan sikap
ilmiah kepada siswa agar dapat membuktikan sendiri konsep yang belum
dipahami.
C. REKOMENDASI
Berlandaskan kepada hasil temuan penelitian ini, maka ada beberapa
pandangan yang mungkin dapat dijadikan masukan atau saran guna meningkatkan
penguasaan konsep siswa siswa, diantaranya:
1. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan beberapa
72
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Peneliti diharapkan dapat mengukur juga efektifitas pembelajaran dan
kemampuan proses sains siswa
b. Sintaks pembelajaran discovery learning tidak tercapai secara sempurna,
oleh karena itu sebaiknya peneliti lebih siap dan menguasai setiap tahap
pembelajaran
c. Peneliti sebaiknya melakukan pembiasaan terlebih dahulu karena
pembelajaran discovery learning ini menuntut kemandirian, kepercayaan
terhadap diri sendiri dan kebiasaan bertindak sebagai subjek.
d. Saat penelitian berlangsung, kondisi siswa harus diperhatikan karena
kemungkinan besar akan mempengaruhi hasil penelitian.
2. Kepada pihak sekolah dan pemerintah diharapkan dapat :
a. Menyiapkan guru dengan memberikan pembekalan dan pelatihan
mengenai pembelajaran model discovery learning
b. Sekolah sebaiknya membiasakan siswa untuk belajar dengan metode
praktikum, karena pembelajaran yang berbasis praktikum selain dapat
memunculkan motivasi siswa juga dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada materi yang ingin diajarkan.
c. Sekolah menanamkan nilai-nilai sikap ilmiah dalam kehidupan
sehari-hari siswa, untuk melatih mereka menjadi seorang ilmuwan demi
73
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Amien (1997). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta : Depdikbud Dikti
PPLPTK
Arikunto, S. (2012). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Campbell, NA., J.B Reece, & E.J. Simon. (2004). Biology. Fifith edition.
California: The Benjamin/ Cummings Publishing.
Dahar, W.R (1996). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Dahlia, Fitria (2009). Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP pada
Materi Ekosistem. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung
: Tidak diterbitkan
Daryanto (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamidah, Dida (2012). Pengembangan Guru Biologi SMA Melalui Program
Pelatihan Pedagogical Content Knowledge Pada Materi Genetika.Skripsi
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan
Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Hasil Belajar
Siswa setelah Diterapkan Pembelajaran Levels of Inquiry. Skripsi Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga (2007)
Karim (2011). Penerapan Metode Penemua Terimbing dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SD. [Online]. Tersedia :
http://jurnal.upi.edu/file/3-Asrul_Karim.pdf. [14 September 2015]
Kemendikbud. (2012). Dokumen Kurikulum. Jakarta : Kemendikbud
Kemendiknas. (2011). INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SMP. Belajar dari PISA dan TIMSS. Jakarta : Kemendiknas
Kompas, (2012). Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. [Online].
Tersedia :
http://edukasi.kompas.com./read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan.Mat
74
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurnadi, Kemal Adyana. 2009. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh
Manusia. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI
Mullis,I.V.S dan Martin,M.O, (2011). TIMSS 2011 Assessment Frameworks.
[Online]. Tersedia :
http://timssandpirls.bc.edu/timss2015/frameworks.html. [14 Januari 2015]
Prehati, Wiwin. (2013). Pengertian Penelitian Eksperimen. [Online]. Tersedia :
http://wiwinprehati.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/11/06/pengertian-penelitian-eksperimen/ (22 Januari 2015).
Ristanto, Ichal. 2011. Prestasi Belajar. Online : [Tersedia] :
http://sainsedutainment.blogspot.com/2011/10/prestasi-belajar.html [14 Januari
2015
Rokhayati, N. (2010). Peningkatan Penguasan Konsep Matematika melalui
Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry pada Siswa Kelas VII SMAN I
Sleman.[Online]. Tersedia :
http://eprintas.uny.ac.id/2102/1skripsi_Nuri_Rokhayati.pdf. [16 Juli 2015]
Rupilu, N. (2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap
Kemampuan Berpikir Formal dan Sikap Ilmiah Siswa. [Online].
Tersedia :
http://pasca.uniksha.ac.id/e-journal/hndex.php/jurnal_ipa/article/download/486/278 [14 Januari 2015]
Rustaman. A, Rochinawati. D, Nurjhani. M, Subekti, Redjeki, Yudianto,
Dirdjosoemarto, Hamdiyanti, dan Achmad. (2003). Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Sembiring, Langkah., Sudjino. 2009. Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009
Sugiyono (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Suhara (2009). Dasar-dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press
Surapranata, Sumarna (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interprestasi
Hasil Tes : Implementasi Kurikulum 2014. Bandung : Rosda Karya
Takdir, I. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill.
Jogjakarta : DIVA Press.
Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
75
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wenning, Carl J. (2004). Levels of Inquiry : Hierarchies of pedadogical practices
and inquiry process. Journal Physics Teacher Education Online, 2(3) hlm 3-12
Wenning, Carl J. (2005). Implementing inquiry-based instruction in the science
clasroom. A new model for solving the improvement of practice problem .
Journal Physics Teacher Education Online, 2(4) hlm 9-15
Wenning, Carl J. (2010). Levels of Inquiry : using inquiry spectrum learning
sequences to teach science Journal Physics Teacher Education Online, 5(3)
hlm 11-20
Wenning, Carl J. (2011). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching.
Journal Physics Teacher Education Online, 6(2) hlm 9-16
Winkel, 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi
Wulansari, Putri Ayu (2014). Efektivitas Discovery Learning dalam
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Menyimpulkan. Skripsi