Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH BELAH KETUPAT
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
sarjana pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh: ALIN MEILINA
0902084
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Desain Didaktis Konsep Luas
Daerah Belah Ketupat Pada
Pembelajaran Matematika SMP
Oleh
Alin Meilina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Alin Meilina 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH BELAH KETUPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP
Oleh:
ALIN MEILINA NIM 0902084
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. NIP 195802011984031001
Pembimbing II,
Dra. Dian Usdiyana, M.Si. NIP 196009011987032001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat pada Pembelajaran Matematika SMP” ini sepenuhnya
karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari
karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resikonya/ sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, Juli 2013
Pembuat Pernyataan,
Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat pada Pembelajaran Matematika SMP.” Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun
suatu desain bahan ajar yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari konsep luas daerah belah ketupat. Selama ini siswa mendapatkan pengetahuan tentang belah ketupat dengan tidak mendalam, sehingga pengalaman belajar siswa sangat terbatas pada konteks tertentu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Proses awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi learning obstacle pada siswa yang telah memperoleh materi konsep luas daerah belah ketupat sebelumnya. Hasil penelitian menyatakan bahwa siswa mengalami hambatan dalam memahami pengertian belah ketupat, bentuk-bentuk belah ketupat terkait dengan concept image dalam diri siswa, variasi informasi pada soal yaitu harus mencari informasi yang kurang maupun tersirat, soal aplikasi kehidupan sehari-hari, dan soal luas daerah belah ketupat yang harus dikoneksikan dengan materi matematika lain. Hambatan inilah yang kemudian dijadikan acuan untuk menyusun suatu desain didaktis awal konsep luas daerah belah ketupat dengan berdasarkan pada kompetensi-kompetensi matematika dan teori-teori pembelajaran yang relevan. Langkah selanjutnya yaitu mengimplementasikan desain didaktis awal pada pembelajaran matematika SMP kelas VII, sehingga dari hasil pengimplementasian desain didaktis awal diperoleh gambaran learning obstacle dengan membandingkan antara hasil learning
obstacle awal dan learning obstacle setelah diberikan pembelajaran desain
didaktis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa desain didaktis ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran konsep luas daerah belah ketupat, sehingga learning obstacle yang ditemukan dapat diminimalisir.
Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The study is titled “The Didactical Design of Rhombus Area Concept on Junior
High School Mathematics Learning”. The main purpose of this study is to develop a teaching material design which can solve students’ difficulty in learning the
rhombus’s area concept. All this time, students gain knowledge of rhombus with
no depth, thus the students learning experience is limited on certain context. The method used in this study is a qualitative method of data collection techniques through observation, interviews, and study documentation. The initial process in this study is to identify learning obstacles on the student who has acquired the rhombus area concept material before. The result of this study states that the student who experienced difficulties in understanding the meaning of rhombus; the forms of rhombus which is related to the concept image in student; the various information in the question where the students have to search the missing information or implied; the question application in daily life; and the rhombus area question which has to be connected with other mathematics material. Then, this obstacle is become a reference to develop an initial didactical design in rhombus area concept which is based on mathematics competences and related learning theories. The following step is to implement the initial didactical design in the Seventh Grade Junior High School Mathematics Learning. so that from the result of the implementation obtained an overview of learning obstacle by comparing the result of pre-learning obstacle and the result of after treatment learning obstacle. From the results of this study concluded that the didactical design can be used as an alternative in the area of learning concepts rhombus, thus the learning obstacle can be minimized.
Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisam ... 8
E. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Learning Obstacle ... 10
B. Didactical Design research (DDR) ... 11
C. Tahapan Berpikir dalam Pembelajaran Geometri ... 12
1. Teori Van Hiele ... 12
2. Teori Bruner ... 16
3. Teori Ausubel ... 17
4. Teori Vygotsky ... 17
Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Instrumen Penelitian ... 21
C. Definisi Operasional ... 23
D. Analisis Data ... 23
E. Uji Keabsahan Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Learning Obstacle terhadap Konsep Luas Daerah Belah Ketupat ... 25
B. Konsep dan Konteks Luas Daerah Belah Ketupat Berdasarkan Perspektif Para Ahli ... 41
C. Desain Didaktis Awal (Preliminary Didactical Design) Konsep Luas Daerah Belah Ketupat ... 44
1. Lintasan Belajar dalam Mempelajari Konsep Luas daerah Belah Ketupat ... 45
2. Kompetensi Matematika yang Berkembang dalam Desain Didaktis .... 46
3. Pengembangan Desain Didaktis Berdasarkan Learning Obstacle ... 52
D. Implementasi Desain Didaktis Awal ... 59
E. Gambaran Learning Obstacle Terhadap Desain Didaktis yang Diimplementasikan ... 64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 80
1 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
pada bab ini akan disajikan beberapa hal yang melatarbelakangi
permasalahan tentang konsep luas daerah belah ketupat, rumusan masalah yang
akan di kembangkan oleh penulis, tujuan penulisan, manfaat penulisan, serta
struktur organisasi sebagai berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang penting untuk
disampaikan di sekolah. Menurut Kurnia (2012:1), Matematika dalam
pelaksanaan pendidikan diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar
sampai Sekolah Menengah Atas dengan semua jenis dan program serta dengan
jumlah jam yang relatif banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya. Suherman
(2008) menyatakan bahwa tujuan dari matematika sekolah adalah melatih cara
berpikir-bernalar untuk menyimpulkan, aktivitas kreatif, kemampuan
memecahkan, informasi, dan memiliki sikap objektif rasional. Dengan tujuan itu,
tentu saja matematika perlu disampaikan dengan cara dan konsep yang benar.
Meskipun matematika mempunyai jam yang relatif paling banyak,
kenyataan menunjukkan bahwa mata pelajaran yang dianggap sukar oleh sebagian
besar siswa di Indonesia adalah pelajaran Matematika. Saat ini masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika, karena matematika masih
dianggap suatu pelajaran yang menakutkan, membosankan, tidak terlalu berguna
dalam kehidupan sehari-hari, beban bagi siswa karena bersifat abstrak, penuh
dengan angka dan rumus.
Berdasarkan hasil studi internasional tentang prestasi matematika dan sains
yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science
2 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
peserta, termasuk Indonesia, skor rata-rata prestasi matematika Indonesia pada
tahun 2007 adalah 397, sedangkan skor internasional adalah 500. Indonesia
menempati urutan ke-36 dari 49 negara yang berpartisipasi (Puspendik Balitbang,
Kemendikbud, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan prestasi
matematika siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di Indonesia masih jauh di
bawah prestasi matematika standar internasional. Begitupun penghargaan dalam
bidang geometri, skor rata-rata Indonesia adalah 395, sedangkan skor
negara-negara yang menjadi standar adalah pada rentang 487-523. (Mullis, 2009: 121)
Dasar penilaian yang dilakukan oleh TIMSS tersebut dikategorikan kedalam
empat domain isi untuk matematika, yaitu bilangan, aljabar, geometri, serta data
dan peluang. Seluruh negara-negara peserta ditanya atau dites tentang 39 topik
dalam matematika dengan 14 topik diantaranya adalah berkaitan dengan geometri.
Di Indonesia, keempatbelas topik dalam geometri tersebut termasuk dalam
kurikulum yang diajarkan di sekolah. (Mullis, 2009: 198 – 236)
Berdasarkan pembelajaran matematika di sekolah, guru cenderung
menyampaikan materi seperti yang tercantum pada buku teks yang digunakan
sehingga adanya konsep yang terbatas dari materi tersebut sangat mungkin terjadi.
Guru sebagai ujung tombak pembelajaran seharusnya dapat memberikan
informasi lebih dalam suatu proses pembelajaran, sehingga materi yang didapat
oleh siswa tidak semata hanya dari buku teks. Transfer ilmu yang diberikan guru
berwawasan luas tidak sebatas pada materi yang tercantum pada bahan ajar
sehingga siswa sendiri dapat lebih tertarik pada pembelajaran matematika yang
dilakukan guru tersebut.
Hastika (2012: 2) menyatakan bahwa setiap siswa memiliki peluang untuk
mengalami kesulitan atau hambatan belajar yang dimaksud dan hambatan yang
dialami siswa tersebut dapat saja muncul saat mempelajari konsep apapun. Salah
satunya adalah geometri. Hal-hal yang berkaitan dengan geometri telah dikenal
3 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
konteks kehidupan sehari-hari. Ternyata mengenal geometri sejak dini bukan hal
yang menjamin setiap siswa dapat selalu meraih prestasi geometri dengan baik
kedepannya.
Suryadi (2010:6) mengemukakan bahwa proses berfikir guru dalam konteks
pembelajaran terjadi dalam 3 fase yaitu sebelum pembelajaran, pada saat
pembelajaran, dan setelah pembelajaran. Kecenderungan berpikir sebelum
pembelajaran yang lebih berorientasi pada tujuan berdampak pada proses
penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi terutama yang bersifat didaktis.
Penyiapan bahan ajar pada umumnya hanya didasarkan pada model sajian yang
tersedia dalam buku-buku acuan tanpa melalui proses rekontekstualisasi (mencari
konteks yang berbeda dari konteks yang sudah ada) dan repersonalisasi
(menjelaskan konsep yang sudah ada dengan caranya sendiri). Padahal sajian
matematika dalam buku acuan, baik berupa uraian konsep, pembuktian, atau
penyelesaian contoh masalah, sebenarnya merupakan sintesis dari suatu proses
panjang yang berakhir pada proses dekontekstualisasi dan depersonalisasi. Selain
itu, proses belajar matematika cenderung diarahkan pada berpikir imitatif,
berdampak pada kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin pada persiapan
yang dilakukan guru. Rencana pembelajaran biasanya kurang memperhatikan
keragaman respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan sehingga
rangkaian situasi didaktis yang dikembangkan berikutnya kemungkinan tidak
sesuai dengan lintasan belajar masing-masing siswa. Lebih jauh, proses belajar
matematika yang idealnya dikembangkan mengarah pada proses
re-dekontekstualisasi dan re-depersonalisasi belum menjadi pertimbangan utama
para guru di lapangan.
Salah satu konsep yang cukup penting dalam matematika adalah geometri.
Hal ini dapat dilihat dari keberadaan geometri sebagai salah satu hal mendasar
dalam matematika. Sebagai struktur matematika, geometri memuat konsep
mengenai titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya,
4 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2010). Tidak hanya itu, dengan belajar geometri siswa juga dapat menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari seperti menghitung volume bak mandi, menghitung
luas daerah sebuah kebun, membuat pola suatu ukuran pakaian, dll. Luas daerah
belah ketupat adalah salah satu konsep geometri yang dipelajari pada
pembelajaran matematika SMP.
Menurut Suryadi (2010), jika siswa yang pada awal belajar konsep segitiga
hanya dihadapkan pada model konvensional dengan titik puncak diatas dan
alasnya dibawah, maka concept image atau pemahaman pada suatu konsep yang
terbangun dalam pikiran siswa adalah bahwa segitiga tersebut harus selalu seperti
yang digambarkan. Ketika dihadapkan pada permasalahan yang berbeda, maka
kemungkinan besar siswa akan mengalami kesulitan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wadifah (2010; 30), sebagian besar
siswa menganggap bahwa gambar dibawah ini alasnya adalah AB dan tingginya
BC.
Begitu juga dalam konsep luas daerah belah ketupat, sajian bahan ajar belah
ketupat hanya menyajikan belah ketupat dengan variasi yang terbatas. Ketika
dihadapkan dengan bentuk belah ketupat dengan konteks yang lain, maka siswa
akan mengalami kesulitan. Bahan ajar yang terbatas dapat mengakibatkan concept
image yang terbentuk mengenai belah ketupat, karena konsep luas daerah segitiga
merupakan salah satu dasar dari konsep luas daerah belah ketupat.
A B
D C
E o A
B
D C
Gambar 1.1.
5 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.2. merupakan bangun datar belah ketupat yang diperlihatkan
dalam konteks yang berbeda. Peneliti menduga ada yang tidak setuju jika
menyebut gambar 1.2. sebagai belah ketupat. Hal ini dikarenakan, mereka belum
mengerti hubungan antara jajargenjang dan belah ketupat serta pemahaman
konsep yang belum dipahami secara utuh, sehingga luas daerah bangun datar di
atas hanya dapat dicari menggunakan konsep luas daerah jajargenjang, yaitu
perkalian alas dengan tinggi yang bersesuaian. Padahal sebenarnya bangun datar
di atas juga merupakan sebuah belah ketupat sehingga untuk mencari luas
daerahnya dapat digunakan konsep luas daerah belah ketupat. Ketika siswa
dihadapkan pada persoalan luas daerah belah ketupat yang belum pernah
dicontohkan oleh gurunya, besar kemungkinan siswa tidak mampu menyelesaikan
persoalan tersebut. Hal ini diakibatkan oleh, pembelajaran matematika yang
diberikan tidak mampu menjadikan siswa memahami konsep dasar suatu materi
pembelajaran secara utuh sehingga timbul hambatan pembelajaran.
Seperti halnya pada segitiga, concept image (pemahaman terhadap suatu
konsep) yang terbangun dalam pikiran siswa mengenai belah ketupat juga akan
mengalami hal yang sama. Seperti yang diketahui bahwa belah ketupat merupakan
jenis khusus dari jajargenjang dan persegi merupakan jenis khusus dari belah
ketupat. Keduanya memiliki keterkaitan terhadap belah ketupat dengan spesifikasi
masing-masing. Masalah berikutnya akan timbul ketika siswa dihadapkan pada
persoalan luas daerah belah ketupat yang sebelumnya belum pernah dicontohkan
oleh gurunya. Hal ini terjadi akibat pemahaman yang kurang terhadap materi yang
Gambar 1.2.
6 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
disampaikan oleh guru terhadap siswa. Sehingga muncul yang dinamakan
hambatan belajar (learning obstacle).
Pada dasarnya geometri menempati peluang yang lebih besar untuk
dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain karena ide-ide
geometri sudah dikenal siswa sebelum mereka masuk sekolah, seperti garis,
bidang, dan ruang, namun bukti-bukti dilapangan menunjukkan hasil belajar
geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan (Abdussakir, 2009). Rendahnya
prestasi geometri siswa juga terjadi di Indonesia. Bukti-bukti empiris di lapangan
menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
geometri, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa prestasi geometri siswa SD masih rendah. Sedangkan di
SMP ditemukan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami
konsep-konsep geometri. Sesuai penelitian Sunardi (Abdussakir, 2009) ditemukan bahwa
banyak siswa salah dalam menyelesaikan soal-soal mengenai garis sejajar pada
siswa SMP dan masih banyak siswa yang menyatakan bahwa belah ketupat bukan
jajargenjang.
Di SMU, Madja (Abdussakir, 2009) mengemukakan bahwa hasil tes
geometri siswa kurang memuaskan jika dibandingkan dengan materi matematika
yang lain. Kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep geometri terutama
pada konsep bangun ruang. siswa SMU masih mengalami kesulitan dalam melihat
gambar bangun ruang. Sedangkan di perguruan tinggi, berdasarkan pengalaman,
pengamatan dan penelitian ditemukan bahwa kemampuan mahasiswa dalam
melihat ruang dimensi tiga masih rendah. Menurut Budiarto (Abdussakir, 2009)
bahkan dari berbagai penelitian, masih ditemukan mahasiswa yang menganggap
gambar bangun ruang sebagai bangun datar, mahasiswa masih sulit menentukan
garis bersilangan dengan berpotongan, dan belum mampu menggunakan
perolehan geometri SMU untuk menyelesaikan permasalahan geometri ruang.
Pentingnya peran dari geometri itu sendiri, dapat dilihat bahwa ternyata
7 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
yang hilang dari topik tersebut, terutama jika dilihat dari konteks buku teks yang
digunakan. Untuk itu, perlu diketahui bahwa kemungkinan akan timbul hambatan
belajar dalam usaha siswa untuk dapat menyerap suatu materi atau konsep
(learning obstacle) secara utuh. Hambatan belajar yang dimaksud disini
khususnya besifat epistimologis (dalam konsep yang terbatas pada konteks
tertentu), dapat dijadikan pertimbangan oleh guru dalam merencanakan proses
pembelajaran. Dengan demikian, perlu adanya suatu proses perencanaan
pembelajaran yang disusun sebagai rancangan pembelajaran berdasarkan kepada
kesulitan siswa disebut dengan desain didaktis. Desain didaktis ini disusun
berdasarkan learning obstacle yang ditemukan pada siswa, Dengan harapan
bahwa desain didaktis ini dapat mengatasi hambatan-hambatan belajar siswa
dalam memahami materi pembelajaran matematika. Sehingga, dapat terbentuk
pemahaman yang utuh pada proses berpikir siswa dan dapat mengaplikasikan
konsep yang dipelajari. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat pada Pembelajaran Matematika SMP”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apa saja learning obstacle (dalam hal ini hambatan epistimologis) yang
dialami siswa dalam memahami konsep luas daerah belah ketupat?
2. Bagaimana konsep dan konteks luas daerah belah ketupat berdasarkan
perspektif para ahli?
3. Bagaimana desain didaktis tentang konsep luas daerah belah ketupat yang
mampu mengatasi learning obstacle sesuai karakteristik siswa?
4. Bagaimana implementasi dari desain didaktis terhadap respon siswa pada
pembelajaran matematika SMP?
5. Bagaimana gambaran learning obstacle sebagai dampak dari desain didaktis
8 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut
1. Mengidentifikasi hambatan dan kesulitan siswa atau yang disebut dengan
learning obstacle (dalam hal ini hambatan epistimologis) dalam memahami
konsep luas daerah belah ketupat.
2. Mengetahui konsep dan konteks luas daerah belah ketupat berdasarkan
perspektif para ahli.
3. Mengetahui desain didaktis tentang konsep luas daerah belah ketupat yang
mampu mengatasi learning obstacle sesuai karakteristik siswa.
4. Mengetahui implementasi dari desain didaktis terhadap respon siswa pada
pembelajaran matematika SMP.
5. Mengetahui gambaran learning obstacle sebagai dampak dari desain
didaktis yang diimplementasikan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat memberikan sumbangan atau masukan bagi guru dalam
pengembangan pembelajaran;
2. Dapat menjadi masukan bagi guru matematika dalam membuat bahan ajar
yang sesuai agar bisa mengatasi hambatan-hambatan siswa dalam
memahami konsep luas daerah belah ketupat pada pembelajaran matematika
SMP.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih memahami konsep luas daerah belah
ketupat dalam pembelajaran matematika sehingga tidak terjadi lagi
kesalahan dalam pemahaman konsep yang akan berakibat pada
9 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini akan disajikan beberapa hal yang
melatarbelakangi permasalahan tentang konsep luas daerah belah ketupat,
rumusan masalah yang akan di kembangkan oleh penulis, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, serta sktruktur organisasi.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, Pada bab ini akan disajikan beberapa
teori-teori yang dapat dijadikan rujukan atau landasan untuk mengembangkan
desain didaktis konsep luas daerah belah ketupat. Teori yang menjadi bahan
rujukan tersebut diantaranya adalah Learning Obstacle, Didactical Design
Research (DDR), Teori Van Hiele, Teori Bruner, Teori Ausubel, serta
Teori Vygotsky.
3. BAB III METODE PENELITIAN, pada bab ini akan disajikan rangkaian
metode yang digunakan selama penelitian berlangsung. Penelitian ini
dilakukan untuk menyusun suatu desain didaktis berdasarkan kepada
penemuan learning obstacle yang dialami siswa. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun yang akan disajikan
pada bab ini yaitu desain penelitian, instrument penelitian, definisi
operasional, analisis data, dan uji keabsahan data.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, pada bab ini akan
dibahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan penulis pada siwa kelas
VII SMP Negeri 1 Bandung. Rangkaian penelitian tersebut yaitu
mengidentifikasi learning obstacle pada siswa yang sudah mendapatkan
materi konsep luas daerah belah ketupat sebelumnya, mengetahui konsep
dan konteks luas daerah belah ketupat, menyusun desain didaktis awal
berdasarkan learning obstacle yang diperoleh sebelumnya disesuaikan
dengan kompetensi-kompetensi matematika dan teori-teori belajar yang
10 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
respon siswa terhadap proses pembelajaran desain didaktis tersebut, dan
gambaran learning obstacle sebagai dampak dari desain didaktis yang
diimplementasikan.
5. BAB V PENUTUP, pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari seluruh
rangkaian hasil penelitian dan saran yang membangun agar terciptanya
proses pembelajaran yang lebih baik.
6. DAFTAR PUSTAKA, berisi tentang seluruh sumber-sumber dan referensi
yang digunakan penulis sebagai dasar atau landasan dalam menyusun
penelitian ini.
7. LAMPIRAN, berisi tentang seluruh arsip yang digunakan selama penelitian
berlangsung yaitu instrument learning obstacle; kunci jawaban learning
obstacle; hasil jawaban learning obstacle siswa; desain didaktis awal;
prediksi respon siswa; hasil jawaban desain didaktis awal; hasil jawaban
pengujian learning obstacle; situasi didaktis awal, temuan masalah dan
desain didaktis revisi; desain didaktis revisi; RPP penelitian; surat izin uji
instrumen; surat izin penelitian; surat keterangan dari sekolah; serta
20 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk menyusun suatu desain didaktis berdasarkan
kepada penemuan learning obstacle yang dialami siswa. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif berdasarkan kepada beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan pada kenyataan jamak; kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden; ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong,
2010: 9-10).
A. Desain Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menyusun desain didaktis berdasarkan learning
obstacle terkait konsep luas daerah belah ketupat sehingga diharapkan mampu
mengatasi learning obstacle tersebut. Menurut Suryadi (2010), ada tiga tahapan
dalam penelitian desain didaktis, yaitu:
“(1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktis, dan (3) analisis retrosfektif, yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktis.”
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa pada
jenjang SMP kelas VII, sejumlah 33 siswa. Adapun tahap-tahap yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan pokok bahasan matematika yang akan menjadi bahan dalam
penelitian.
21 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Menganalisis konsep matematika yang telah ditentukan (dalam hal ini,
konsep luas daerah belah ketupat).
4. Membuat instrumen awal untuk mengetahui learning obstacle yang ada
pada konsep tersebut.
5. Mengujikan instrumen yang telah dibuat pada beberapa jenjang tingkatan
pendidikan dengan ditambahkan wawancara kepada beberapa responden.
6. Menganalisis hasil uji instrumen dan wawancara. Wawancara dalam hal ini
ditujukan untuk menjawab keraguan atau kejanggalan yang ditemukan saat
menganalisis hasil uji instrumen.
7. Membuat kesimpulan mengenai learning obstacle yang muncul berdasarkan
hasil pengujian instrumen dengan mengaitkan teori-teori belajar yang ada.
8. Menganalisis konsep luas daerah belah ketupat dalam perspektif sejarah
dilihat dari keterkaitan antara konsep dan konteks.
9. Menyusun desain didaktis awal untuk mengatasi learning obstacle yang
muncul disesuaikan dengan karakteristik siswa.
10. Membuat prediksi respon siswa yang muncul.
11. Melakukan pengujian terhadap desain didaktis awal yang telah dibuat.
12. Menganalisis hasil pengujian desain didaktis awal berdasarkan karakteristik
respon siswa.
13. Melakukan uji learning obstacle pada siswa yang mendapat pembelajaran
mengenai desain didaktis awal.
14. Menganalisis hasil uji learning obstacle sebagai gambaran dampak dari
desain didaktis yang diimplementasikan.
15. Menyusun desain didaktis revisi yang merupakan hasil perbaikan dari
desain didaktis awal setelah melakukan evaluasi hasil implementasi desain
didaktis awal tersebut.
16. Menyusun laporan penelitian
22 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Menurut Moleong (Asmani, 2011), instrumen penelitian pada metode
kualitatif adalah catatan lapangan dan penelitian adalah instrumen itu sendiri.
Oleh karena itu, salah satu peranan peneliti sebagai instrumen yaitu dalam
menetapkan fokus penelitian, saat proses pengumpulan data, analisis data, dan
membuat kesimpulan atas temuannya.
Instrumen untuk mengetahui learning obstacle pada konsep luas daerah
belah ketupat dikembangkan dengan dasar sebagai berikut.
1. Pemahaman konsep luas daerah belah ketupat terkait dengan concept image.
2. Pemahaman konsep luas daerah belah ketupat terkait dengan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang memiliki informasi berlebih.
3. Pemahaman konsep luas daerah belah ketupat terkait dengan kemampuan
siswa dalam mengkomunikasikan informasi yang ada dari soal berbentuk
cerita ke dalam bentuk geometri.
4. Pemahaman konsep luas daerah belah ketupat terkait kemampuan siswa
dalam mengkoneksikan konsep luas daerah belah ketupat dengan konsep
geometri yang lain.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menyatukan data dari hasil pengujian instrumen, observasi (pengamatan),
wawancara, dokumentasi, dan studi literatur.
Observasi yang dilakukan disini yaitu peneliti melakukan pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat berlangsungnya peristiwa
sehingga observer berada bersama objek tersebut.
Wawancara dilakukan ketika responden mengerjakan instrumen sehingga
kita bisa langsung mengetahui letak kesulitan yang dialami responden dalam
menyelesaikan soal yang diujikan. Selain itu, kita dapat langsung bertanya secara
lebih mendalam tentang hal yang ingin digali. Aspek yang digali misalnya cara
berpikir dan strategi yang digunakan untuk menjawab soal instrumen. Wawancara
juga dilakukan dengan open-ended, tidak berstruktur, dan bersifat informal
23 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dokumentasi dapat dilakukan dengan mengumpulkan beberapa data berupa
gambar, dokumen tertulis, atau elektronik.
C. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Learning obstacle merupakan hambatan yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Learning obstacle terdiri atas didaktis (dalam hal cara
mengajar), ontogenis (penggunaan), epistimologis (dalam konsep yang
terbatas pada konteks tertentu). Dalam tulisan ini, learning obstacle yang
dikaji hanya yang bersifat epistimologis.
2. Epistimological obstacle merupakan pengetahuan seseorang yang
hakekatnya terbatas pada konteks tertentu.
3. Desain didaktis merupakan rancangan sajian bahan ajar. Dalam hal ini,
disain didaktis yang dimaksudkan yaitu dikembangkan berdasarkan sifat
konsep yang disajikan dengan mempertimbangkan learning obstacle yang
teridentifikasi. Desain didaktis ini dirancang untuk mengurangi munculnya
learning obstacle.
4. Konsep luas daerah belah ketupat adalah konsep matematika yang
menyangkut konsep luas daerah pada salah satu bangun datar segi empat
dan mempertimbangkan berbagai epistimological obstacle dan learning
obstacle.
D. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Berdasarkan model
Miles dan Huberman (Hendra, 2011:48) bahwa aktivitas dalam menganalisis data
24 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction (mengorganisir data),
data display (membuat uraian terperinci), dan conclusion drawing/ verification
(melakukan interpretasi dan kesimpulan atau suatu pola). Analisis data ini
dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian desain penelitian yang telah
dirancang sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan bersama secara
sistematis.
Langkang-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membaca keseluruhan informasi.
2. Mengklasifikasikan data yang diperoleh.
3. Membuat uraian terperinci mengenai hal yang kemudian muncul dari hasil
pengujian.
4. Mencari hubungan dan membandingkan antara beberapa kategori.
5. Menentukan dan menetapkan pola dengan berdasarkan data asli.
6. Melakukan interpretasi.
7. Menyajikan secara naratif.
E. Uji Keabsahan Data
Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono (2009: 27) bahwa uji keabsahan
data dalam penelitian kualitatif meliputi uji creadibility, transferability,
dependability, dan confirmability. Diantara beberapa metode dalam pengujian credibility, penulis menggunakan metode peningkatan ketekunan sebagai
alternative yang dipilih. Upaya peningkatan ketekunan yang dilakukan peneliti
diantaranya, membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan hasil temuan. Dengan membaca
diharapkan analisis terhadap temuan semakin mendalam dan konfrehensif. Tidak
hanya itu, peneliti berdiskusi dengan pembimbing mengenai instrumen-instrumen
74 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik learning obstacle yang ditemukan terkait konsep luas daerah
belah ketupat yaitu sebagai berikut:
a. Learning obstacle terkait dengan pemahaman siswa terhadap pengertian
belah ketupat.
b. Learning obstacle terkait dengan concept image pada konsep luas
daerah belah ketupat.
c. Learning obstacle terkait dengan variasi informasi yang terdapat pada
soal.
d. Learning obstacle terkait dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan daya imajinasi yang harus
dikonstruksi terlebih dahulu.
e. Learning obstacle terkait koneksi konsep luas daerah belah ketupat
dengan konsep materi matematika lain.
2. Hasil pembahasan konsep dan konteks luas daerah belah ketupat
berdasarkan perspektif para ahli sebagai berikut.
a. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa belah ketupat adalah
segiempat yang dibentuk oleh empat sisi yang sama panjang dan
mempunyai diagonal yang saling tegak lurus. Bentuk khusus dari belah
ketupat yaitu jajargenjang yang keempat ukuran sisinya sama panjang.
Jika sudut-sudut dalam belah ketupat berupa sudut siku-siku maka itu
75 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
b. Konsep luas daerah belah ketupat dapat diturunkan dari luas daerah
segitiga dan persegi.
3. Desain didaktis awal konsep luas daerah belah ketupat disusun berdasarkan
hasil identifikasi learning obstacle yang ditemukan dengan diperkuat
teori-teori belajar yang relevan serta berdasarkan kompetensi matematika yang
berkembang, seperti: Pemahaman (Knowing), Penalaran (Reasoning),
Koneksi (connecting), Komunikasi, Eksplorasi, Generalisasi, Kreativitas,
dan Pemecahan Masalah. Bentuk-bentuk sajian desain didaktis awal ini
secara umum disusun sebagai berikut.
a. Mengembangkan pemahaman bentuk-bentuk segiempat.
b. Mengembangkan pemahaman konsep luas daerah belah ketupat.
c. Mengembangkan pemahaman luas daerah belah ketupat terkait dengan
variasi informasi yang pada soal.
d. Mengembangkan pemahaman luas daerah belah ketupat terkait dengan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan daya
imajinasi yang harus dikonstruksi terlebih dahulu.
e. Mengembangkan pemahaman luas daerah belah ketupat dalam konteks
koneksi dengan konsep matematika lain.
4. Hasil implementasi desain didaktis awal pada pembelajaran matematika
secara langsung sesuai prediksi yang telah dibuat sebelumnya. Namun,
masih adanya kendala ketika dihadapkan dengan soal terkait dengan variasi
informasi. Beberapa siswa kesulitan menentukan informasi yang kurang
atau tersirat dari soal tersebut sehingga masih adanya siswa yang tidak dapat
menjawab soal dengan variasi informasi.
5. Secara umum gambaran learning obstacle terhadap desain didaktis yang
diimplementasikan dengan mengujikan kembali instrument learning
obstacle pada siswa yang menjadi objek penelitian adalah terjadinya
76 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
secara keseluruhan dapat dipertahankan dengan beberapa revisi dalam
pemilihan angka dan kata-kata yang lebih dimengerti siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, maka dari itu penulis memiliki
beberapa saran yang sifatnya membangun agar terciptanya proses pembelajaran
yang lebih baik lagi sebagai berikut.
1. Desain didaktis yang disusun berdasarkan learning obstacle pada siswa
dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran mengenai konsep
luas daerah belah ketupat. Namun pada praktiknya, harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi kelas agar waktu pembelajaran dapat digunakan
secara efektif dan efisien.
2. Desain didaktis ini dapat dikembangkan dengan kajian yang lebih
mendalam, seperti dengan melakukan repersonalisasi secara menyeluruh
dan mendalam terhadap konsep luas daerah belah ketupat.
3. Sebaiknya dilakukan penyampaian materi yang lebih mendalam pada setiap
materi matematika lainnya, sehingga pengetahuan siswa tidak terbatas pada
konteks tertentu.
4. Perlunya mengkoneksikan setiap pengertian bangun datar segitiga dan
segiempat sehingga terciptanya keterkaitan antara pengertian bangun datar
segitiga dan segiempat tersebut. Proses pembelajaran seperti ini dapat
menanamkan pemahaman pengertian dari suatu bangun datar dengan lebih
mendalam pada diri setiap siswa.
5. Penelitian ini diharapkan dapat terus dikembangkan dengan perbaikan
instrumen, bahan ajar, dan cara penyampaian yang lebih baik lagi sehingga
hasil penelitian yang akan diperoleh lebih maksimal dan siswa lebih tertarik
77 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir. (2009). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. [Online]. Tersedia: http://blog.uin-malang.ac.id/abdussakir/2011/03/06/pembelajaran-geometri-dan-teori-van-hiele/ [9 Oktober 2012]
Aprilio, M. F. (2006). Model Pembelajaran BSE-Download. [Online]. Tersedia: http://muhfida.com/pemahaman-konsep/ [24 Maret 2013]
Asmani, J. M. (2011). Tuntunan Terlengkap Metodologi Praktis Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press
Bariyah, N. (2010). Geometri. [Online]. Tersedia: http://nusrotulbariyah. Wordpress .com/2010/01/16/geometri/. [9 Oktober 2012]
Casey, J. (2007). The Elements of Euclid. London: Cornell University Library
Firdaus, W. (2008). Lima Mitos Sesat Seputar Matematika. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2008/11/lima-mitos-sesat-seputar-matematika/ [6 Januari 2013]
Gunawan, B. (2012). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi Belajar
Mengajar. [Online]. Tersedia : http://m.kompasiana.com/post/edukasi
/2012/01 /31/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar/ [8 Mei 2012]
Hastika, F. (2012). Desain Didaktis konsep Hubungan Sudut-Sudut pada
Garis-Garis Sejajar dalam Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi Jurusan
Pendidikan Matematika : Tidak diterbitkan.
Hendra, A. (2011). Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving pada Konsep
Luas Daerah Lingkaran. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika : Tidak
diterbitkan.
78 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Kurnia, S. D. (2012). Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas V se-Kecamatan Kebasen. [Online]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/7688/2/BAB%201%20-%2008108249124.pdf [23 Maret 2013]
Masduki dan Utomo, I.B. (2007). Matematika untuk SMP & MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan, departemen Pendidikan Nasional.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mullis, I, dkk, (2009). TIMSS 2007 International Mathematics Report: Findings
from IEA’s Trends in International Mathematics and Science Study at the
Fourth and Eighth Grades. United States: TIMSS & PIRLS International
Study Center, Linch School of Education, Boston College.
Mulyana, E. (2010). Kapita Selekta Matematika 1. UPI: Tidak diterbitkan
Mustain. (2010). Teori Pembelajaran Matematika – Aliran Psikologi Kognitif: Teori Van Hiele. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/38739188/
Artikel-Teori-Van-Hiele [30 Mei 2012]
Nuharini, D. (2008). Matematika 1: Konsep dan Aplikasinya: Untuk Kelas VII
SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan, departemen Pendidikan Nasional.
Puspendik Balitbang Kemendikbud. (2011). Survei International TIMSS: TIMSS
(Trends in International Mathematics and Science Study). [Online].
Tersedia: http//litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214 [24 Maret 2013]
Rukayah, S. (2012). Implementasi Pembelajaran Berbasis Kontruktivistik Pada
Mata Pelajaran Matematika di SDN Karang Rejo. [Online]. Tersedia:
http://bermutusitirukayah.guru-indonesia.net/artikel_detail-25640.html. [3 januari 2013]
Simangunsong, W. (2004). PKS Matematika Kelas 1 SMA Semester Kedua. Jakarta: Gematama
79 Alin Meilina, 2013
Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat Pada Pembelajaran Matematika SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Suherman. (2008). Hands Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
Matematika. FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Suratno, T. (2009). Memahami Kompleksitas Pengajaran-Pembelajaran dan
Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. [Online]. Tersedia: the2the.com/
eunice/document/TSuratno_complex_syndrome.pdf [02 Februari 2012]
Suryadi, D. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian Dari Sudut
Pandang Teori Belajar Dan Teori Didaktik. [Online]. Tersedia:
http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf [5 Februari 2012]
Suryadi, D. (2010). Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR):
Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Makalah pada Peringatan 10 Tahun Gedung JICA, FPMIPA UPI.
Tanton, J. (1966). Encyclopedia Of Mathematics. New York: Facts On File, Inc.
Wadifah. (2011). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Segitiga pada
Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika :