• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH DAN IMPLIKASINYA BAGI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH DAN IMPLIKASINYA BAGI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP KEDISIPLINAN

SISWA DI SEKOLAH DAN IMPLIKASINYA BAGI

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

ANGGIA MEYTASARI 0703846

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kontribusi Kontrol Diri

terhadap Kedisiplinan Siswa di Sekolah dan Implikasinya bagi Program

Bimbingan dan Konseling” ini adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada

bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, tau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, Desember 2012

Yang membuat pernyataan,

Anggia Meytasari

(3)

KONTRIBUSI KOTROL DIRI TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA

DI SEKOLAH DAN IMPLIKASINYA

BAGI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh Anggia Meytasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anggia Meytasari 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

Anggia Meytasari. 0703846. (2012). Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa Di sekolah dan Implikasinya bagi Program Bimbingan dan Konseling (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011-2012).

Penelitian dilatarbelakangi oleh munculnya permasalahan kedisiplinan siswa di sekolah yang dilihat berdasarkan kontrol diri yang dimiliki siswa. Tujuan penelitian yakni mengungkap kontrol diri, kedisiplinan siswa di sekolah, kontribusi kontrol diri serta menghasilkan program bimbingan dan konseling yang secara hipotetik dipandang tepat untuk mengembangkan kontrol diri siswa. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMKN 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 215 siswa. Hasil penelitian menunjukkan: a) kontrol diri siswa berada pada kategori baik pada setiap aspeknya; b) kedisplinan siswa berada pada kategori sesuai atau siswa disiplin; c) kontribusi kontrol diri dan kedisiplinan kategori memiliki hubungan yang positif, artinya bahwa semakin siswa mampu untuk mengontrol dirinya, maka akan semakin disiplin siswa tersebut; d)program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa. Rekomendasi ditujukan bagi: 1) guru BK, untuk menjadikan hasil penelitian sebagai rujukan evaluasi dalam pengembangan program berikutnya; dan 2) peneliti selanjutnya, untuk membandingkan gambaran umum kontrol diri pada setiap jenjang sekolah ataupun jenjang kelas yang berbeda.

(5)

ABSTRACT

Anggia Meytasari. 0703846. (2012). Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa Di sekolah dan Implikasinya bagi Program Bimbingan dan Konseling (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011-2012).

Research by the emergence of a discipline problem students in the school views based on self-control owned students. Research purposes, namely revealing the self-control discipline of students in a school, the contribution of self control as well as producing guidance and counseling programs that is hypothetic is considered accurate to develop self-control students. An approach that is used is quantitative with a method of descriptive. A sample of research is a student xi smkn 2 bogor the academic year 2011 / 2012 which consisted of 215 students. The result showed: a ) self-control students are on good category on every aspect; b) students reside on the appropriate category or student discipline; c) the contribution of self control and discipline categories have a positive relationship, meaning that more students are able to control himself, it will be the more disciplined the students; d) guidance and counselling program to develop self control students. The recommendation is intended for: 1 ) counseling teacher, to make the evaluation of research results as a reference to the development program next; and 2) next, researchers to compare the general description self-control at every level of the school or a different grade level.

(6)
(7)
(8)
(9)

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iv

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL………. x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penellitian ………... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Asumsi Penellitian... 8

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 9

BAB II KONSEP KONTROL DIRI, KEDISIPLINAN SISWA DAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Dasar Kontrol Diri... B. Konsep Dasar Kedisiplinan ... C. Konsep Bimbingan dan Konseling ... 10 17 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian... 34

B. Teknik Pengumpulan Data... 35

C. Definisi Operasional Variabel... 36

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data... 48

(10)

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 99

B. Rekomendasi ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat

menghasilkan generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri

untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu misi pendidikan

saat ini adalah mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang

demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif,

berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab,

berketerampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka

mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang

sama dengan tujuan pendidikan nasional. Mencapai tujuan tersebut tidak selalu

berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan suatu yang

sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang memengaruhi tercapainya

tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah. Salah

satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu disiplin yang rendah. Oleh

karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya dengan meningkatkan

kedisiplinan pada siswa.

Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan

terhadap suatu aturan atau ketentuan. Sesuai pendapat Prijodarminto (1994:23)

bahwa kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

(12)

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Sikap dan perilaku tersebut

tercipta melalui proses binaan sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga,

pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan lingkungannya.

Kedisiplinan siswa di sekolah pada dasarnya berfungsi untuk melatih

mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab terhadap

peraturan-peraturan. Disiplin apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten

dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa.

Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di

sekolah tentang cara melakukan hal yang lurus dan benar serta menjauhi

hal-hal negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan

lingkungan yang baik, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain (Tu’u, 2004 : 35).

Disiplin banyak dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati.

Disiplin yang seperti itu bersifat eksternal karena adanya tekanan dari luar.

Disiplin yang baik adalah yang bersifat internal yaitu disiplin disertai tanggung

jawab dan kesadaran. Disiplin eksternal disebut sebagai disiplin yang negatif,

sedangkan disiplin internal disebut disiplin yang positif.

Disiplin positif dan disiplin negatif yang dikemukakan di atas sejalan dengan

pendapat Hurlock (Yusuf, 1989: 22) mengemukakan bahwa ada dua konsep

mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif. Disiplin positif sama

artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di

dalam diri (inner growth) yang mencakup disiplin diri (self discipline) dan

pengendalian diri (self control). Disiplin positif ini mengarahkan kepada motivasi

dari dalam diri sendiri. Adapun disiplin yang negatif artinya pengendalian dengan

kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan dengan cara yang

kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman (punishment).

Cara untuk dapat mengatasi keadaan kedisiplinan di sekolah, siswa

membutuhkan suatu mekanisme yang dapat membantu dalam mengatur dan

mengarahkan perilakunya yaitu dengan memiliki kontrol diri. Menurut Goldfried

& Marbaum (Muharsih, 2008:16) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk

(13)

membawa ke arah konsekuensi positif. Kemampuan mengontrol diri berkaitan

dengan cara seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam

dirinya. Mengendalikan emosi berarti mendekati situasi dengan menggunakan

sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah reaksi yang

berlebihan.

Kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama.

Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang

memiliki kontrol diri yang rendah. Sebagai seorang pelajar yang bertugas untuk

belajar, jika siswa mempunyai kontrol diri yang tinggi, maka akan mampu

memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Individu yang kontrol dirinya

rendah cenderung tidak mampu mengatur perilakunya, sehingga akan mengarah

kepada tindakan yang menyenangkan dirinya, salah satunya adalah melanggar

kedisiplinan yang diterapkan di sekolah.

Kenyataannya saat ini kedisiplinan cenderung sudah tidak dipedulikan lagi

dikalangan siswa karena disiplin sudah ringan, maksudnya mudah diingat,

diucapkan dan dipahami bahkan mudah diabaikan dalam pelaksanaannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari di salah satu SMA swasta di kota

Bandung menunjukkan aspek-aspek kedisiplinan yang tergolong tinggi tingkat

pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran (87%), kegiatan

belajar (83%), dan penampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong ke dalam

kategori sedang yaitu menjaga sarana dan prasarana (60%) dan dari data aspek

upacara (68%).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMK Negeri 2 Bogor, sikap

disiplin siswa ternyata masih rendah. Hal itu terbukti dengan masih adanya siswa

yang melanggar tata tertib sekolah. Hasil wawancara dengan guru SMKN 2

Bogor, menunjukkan dari seluruh jumlah siswa kelas XI yang ada di sekolah

tersebut, terdapat beberapa siswa yang tidak melakukan disiplin di sekolah. Para

siswa yang tidak disiplin biasanya melakukan pelanggaran seperti bolos, terlambat

masuk sekolah, tawuran, keluar tanpa izin, tidak mengerjakan pekerjaan rumah

(PR), merokok. dan tidak menghiraukan ketika guru menerangkan pelajaran

(14)

konseling di sekolah tersebut, yang melatarbelakangi siswa melakukan sikap tidak

disiplin diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan

orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, pengaruh pergaulan di lingkungan

sekitar, adanya perkembangan media elektronik (game online), bosan dengan

pelajaran, mencari perhatian guru, dan latar belakang lingkungan sekolah yang

berbeda-beda.

Persoalan kedisiplinan ini harus segera diselesaikan karena akan berdampak

buruk bagi perilaku siswa. Sesuai dengan pendapat Yusuf (1989:4) bahwa

kedisiplinan siswa merupakan permasalahan yang harus segera dipecahkan,

karena kedisiplinan siswa saat ini merupakan masalah yang frekuensinya cukup

besar setelah masalah pribadi.

Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan

pribadi individu adalah melalui layanan bimbingan dan konseling. Natawidjaja

(Yusuf dan Nurikhsan, 2006:6) berpendapat bahwa bimbingan dan konseling

merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan

agar individu yang dibimbing dapat memahami dirinya sendiri sehingga ia

sanggup mengarahkan dirinya serta dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan

dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada

umumnya.

Usaha pihak sekolah untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran disiplin

pada siswa adalah dengan membuat sebuah program bimbingan dan konseling

sebagai upaya mengembangkan kontrol diri yang diperuntukkan untuk membantu

siswa memiliki disiplin yang baik agar dapat menaati peraturan atau norma

lingkungan tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman

tetapi atas dasar kemauan dan pertimbangan sendiri.

Berdasarkan latar belakang mengenai kontrol diri dan kedisiplinan siswa, maka

perlu suatu pengkajian mendalam melalui penelitian dengan judul: “Kontribusi

(15)

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Pada umumnya, sekolah lebih fokus pada masalah prestasi akademik siswa

dibandingkan dengan masalah akhlak dan pengendalian diri siswa. Hal ini

menimbulkan ketidakseimbangan antara prestasi akademik dan pengendalian diri.

Melatih siswa untuk mengikuti dan menuruti aturan di sekolah adalah salah satu

cara untuk memecahkan masalah ketidakseimbangan ini. Maka dari itu, perlu

ditanamkan kedisiplinan dalam diri siswa.

Di suatu sekolah kedisiplinan merupakan hal yang paling penting bagi siswa

siswi maupun guru. Menaati tata tertib yang ada di sekolah adalah salah satu cara

untuk berdisiplin. Pola hidup dan kegiatan yang berdisiplin akan menguntungkan

individu maupun lingkungan. Tata tertib yang dibuat oleh suatu sekolah harus

dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Adapun kedisiplinan di sekolah pada dasarnya

berfungsi untuk melatih mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab

terhadap peraturan-peraturan di sekolah. Kedisiplinan di sekolah itu sendiri

memegang peranan penting guna mengendalikan tingkah laku siswa selama di

sekolah.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia

yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam bidang tertentu.

Siswa SMK berada pada masa remaja yang memiliki tugas perkembangan untuk

mengembangkan kontrol diri. Salah satu tugas perkembangan yang dikemukakan

oleh William Keys (Yusuf, 2001:72) yaitu memperkuat self control (kemampuan

mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

Peran kontrol diri dalam diri siswa sangat berguna untuk mencegah terjadinya

pelanggaran disiplin, hal ini dikarenakan dengan adanya kontrol diri maka siswa

memiliki kemampuan untuk menyusun, mengatur dan mengarahkan perilaku

mereka.

Sejalan dengan pendapat Lindgren (1972:266) bahwa disiplin sebagai pelatihan

untuk memperbaiki dan menguatkan disiplin diri, dalam arti bahwa tujuan latihan

yaitu memberi kesempatan kepada individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan

(16)

Disiplin dalam penelitian dibatasi pada kepatuhan siswa dalam melaksanakan

peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran dan kemampuan

mengontrol diri yang terdapat dalam dirinya. Disiplin menjadi prasyarat bagi

pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan

mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Siswa akan mudah menyesuaikan

diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan

bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam

dirinya.

Oleh karena itu intervensi terhadap kedisiplinan siswa dengan meningkatkan

kontrol diri siswa ke arah yang positif perlu untuk dilakukan. Maka perlu adanya

suatu bentuk usaha yang terarah dan terstruktur dari lembaga pendidikan yang

khusus menangani dan membantu masalah-masalah siswa. Salah satu upaya yang

perlu dilakukan adalah dengan bimbingan dan konseling. Perlunya layanan

bimbingan konseling di sekolah dilihat berdasarkan tujuan disiplin, yaitu

membantu individu memahami hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sasaran

dan memotivasinya untuk tetap berlatih atau tetap mengikuti aturan yang telah

ditentukan.

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam

penelitian ini yaitu “Seberapa besar kontribusi kontrol diri terhadap kedisiplinan

siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dan Implikasinya bagi program bimbingan dan konseling?”. Rumusan masalah tersebut dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa gambaran umum kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Seperti apa gambaran umum kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Ajaran 2011/2012 ?

3. Seberapa besar kontribusi kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa Kelas XI

SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012?

4. Bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan dan konseling untuk

meningkatkan kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa kelas XI SMK Negeri 2

(17)

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum menjawab rumusan masalah yaitu mengetahui

seberapa besar pengaruh kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa di sekolah dan

bagaimana implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling. Diharapkan

dengan diadakannya penelitian ini dapat memperoleh gambaran tentang prinsip,

bentuk dan strategi layanan bimbingan dan konseling guna membantu siswa

mengontrol diri, sehingga mampu meningkatkan kedisiplinan dalam dirinya.

Untuk mencapai tujuan umum tersebut, maka dirumuskan tujuan khusus

penelitian sebagai berikut.

1. Memperoleh gambaran umum tentang kontrol diri siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor Tahun ajaran 2011/2012

2. Memperoleh gambaran umum tentang kedisiplinan siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor Tahun ajaran 2011/2012

3. Mengetahui seberapa besar kontribusi kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa

Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran Tahun 2011/2012

4. Merumuskan program hipotetik bimbingan dan konseling untuk

meningkatkan kontrol diri dan disiplin siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

Tahun Ajaran Tahun 2011/2012

D.Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah

sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai konsep

kontrol diri dan kedisiplinan siswa, serta mengembangkan program Bimbingan

dan Konseling yang dapat digunakan untuk mengembangkan kontrol diri siswa di

sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pihak

sekolah termasuk didalamnya walikelas, guru bidang studi, dan khususnya

(18)

Kontrol diri dalam hal ini adalah cara siswa dalam mengendalikan dirinya

untuk dapat melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. Melalui hasil

penelitian dan pemahaman guru tersebut diharapkan dapat merumuskan upaya

BK dalam mencegah maupun mengatasi kedisiplinan pada siswa.

b. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya

dan melengkapi hasil penelitian terdahulu berkenaan dengan kontrol diri dan

kedisiplinan siswa di sekolah.

E. Asumsi

1. Kendali diri sebagai upaya siswa untuk mengatur diri dalam berfikir dan

bertindak, berdasaran keyakinannya bahwa segala yang terjadi atas dirinya

merupakan akibat tindakannya sendiri (Sukartini, 2003:77).

2. Disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau

masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap

peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam dirinya (Tu’u, 2004: 32).

3. Tugas perkembangan remaja adalah memperkuat kemampuan mengendalikan

diri (self-control) atas dasar nilai, prinsip-prinsip dan falsafah hidup (William

Kay dalam Yusuf, 2001:72).

4. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada indiidu yang di lakukan

secra bekesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,

sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai

dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat ( Natawidjaya dalam

Yusuf, 2006:9).

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, dengan

tujuan mendapatkan gambaran mengenai kontrol diri serta fenomena kedisiplinan

pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor. Penggambaran kontrol diri serta

fenomena kedisiplinan menjadi dasar pengembangan model intervensi program

(19)

G.Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam

penyusunan skripsi ini, maka perlu disusun sistematika skripsi. Adapun bagian

sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut.

Bab I: Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah terkait

dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian dan permasalahan yang ada,

rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini, metode penelitian, dan garis besar sistematika skripsi. Bab II:

Landasan Teori, di dalam bagian ini diuraikan tentang sub bab kontrol diri,

kedisiplinan, program bimbingan dan konseling, dan studi terdahulu yang sejenis.

Bab III: Metode Penelitian. Dalam bab ini membahas tentang lokasi dan subyek

populasi dan sampel penelitian untuk menentukan jumlah responden, metode

penelitian, definisi operasional dari setiap variabel, instrumen penelitian,

pengujian validitas dan reliabilitas instrument, teknik pengumpulan data serta

metode analisis data yang digunakan. Bab IV: Hasil Penelitian meliputi paparan

gambaran umum sekolahan dan penganalisaan data yang diperoleh untuk

membuktikan kebenaran hipotesis sebagai hasil pembahasan. Bab V: Penutup.

Dalam bab ini memuat simpulan dan saran-saran atas dasar temuan dari hasil

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Bogor yang berlokasi di Jalan

Pangeran Asogiri No. 404 Kota Bogor. Populasi dalam penelitian adalah seluruh

siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, yaitu

pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan sesuai dengan penjelasan Surakhmad

(1998:100) yaitu apabila populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel

sebesar 50%, dan jika berada di antara 100 sampai 1000, maka dipergunakan

sampel sebesar 27% - 50% dari jumlah populasi. Penentuan jumlah sampel

tersebut akan di rumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

S = Jumlah sampel yang di ambil.

n = Jumlah anggota populasi.

S = 27% + 1000−447

1000−100 (50%-15%)

S = 27%+553

900 (35%)

S = 27% + (0, 61) (35%)

S = 27% + 21, 3%

S = 48, 3 %

Jumlah sampel yang diambil adalah dari jumlah anggota populasi. Sampel

diperoleh sebesar 48,3% × 447 = 215. Populasi kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

berjumlah 447 siswa. Sehingga sampel yang diambil berjumlah 215 siswa.

Sampel penelitian diambil dari seluruh populasi kelas XI dengan asumsi, yaitu. S = 27% + 1000-n . (50%-15%)

(21)

1. Siswa kelas XI telah memiliki pengalaman di sekolah selama 1 tahun yang

sudah mengalami proses interaksi dengan sekolah, sehingga mereka

mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang akan diterimanya, apabila mereka

melaksanakan atau melanggar peraturan yang telah ditetapkan di sekolah.

2. Siswa kelas X1 termasuk usia remaja yang potensial untuk meningkatkan

kontrol diri, sebab usia remaja merupakan masa yang penuh dengan tekanan

yang memungkinkan individu menemukan identitas dirinya.

Dalam penarikan sampel siswa, dilakukan secara proporsional seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya, dengan hasil yang dapat dilihat dalam Tabel 3.1

berikut.

Tabel 3. 1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan

dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk data

numerikal atau angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya

No. Kelas Jumlah

1 XI- Teknik Bangunan (BA) 23 2 XI- Teknik Bangunan (BB) 32 3 XI- Teknik Elektronika (EA) 30 4 XI- Teknik Elektronika (EB) 30 5 XI- Teknik Ketenagalistrikan (LA) 31 6 XI- Teknik Ketenagalistrikan (LB) 30 7 XI- Teknik Mesin (MA) 35 8 XI- Teknik Mesin (MB) 27 9 XI- Teknik Mesin (MC) 30 10 XI- Teknik Otomotif (OA) 30 11 XI- Teknik Otomotif (OB) 30 12 XI- Teknik Otomotif (OC) 24 13 XI- Teknik Komputer dan Informatika (TIA) 36 14 XI- Teknik Komputer dan Informatika (TIB) 36 27 XI- Teknik Komputer dan Informatika (TIC) 36

(22)

dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik).

Pendekatan kuantitatif dipilih untuk mendapatkan gambaran umum dari aspek

kontrol diri dan kedisiplinan siswa di sekolah.

Metode penelitian adalah metode deskriptif, dengan tujuan mendapatkan

gambaran mengenai kontrol diri serta kedisiplinan pada siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Bogor. Penggambaran kontrol diri serta kedisiplinan menjadi dasar

pengembangan program hipotetik bimbingan dan konseling.

C.Definisi Operasional Variabel

Sebagai upaya menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan,

maka dijelaskan definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian

sebagai berikut.

1. Kontrol Diri

Kontrol diri dalam penelitian didefinisikan sebagai kemampuan siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Bogor untuk dapat mengatur tingkah laku dengan melakukan

pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk

bertindak, yang diwujudkan dengan kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol

keputusan.

Kontrol perilaku (behavioral control) menunjukkan kemampuan siswa untuk

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Indikator seorang siswa

dapat mengontrol perilakunya ditandai dengan; a) siswa memiliki kemampuan

untuk mengontrol perilaku yang berdasarkan dari dalam diri dan ;b) kemampuan

mengontrol stimulus, merupakan kemampuan siswa untuk dapat mengetahui

kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki akan muncul. Ditandai dengan siswa

mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan mengendalikan diri terhadap

hal-hal negatif dari lingkungan. Kontrol kognitif (cognitive control) menunjukkan

yaitu kemampuan siswa untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan

cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian. Kemampuan ini

meliputi kemampuan mengantisipasi peristiwa atau keadaan melalui berbagai

pertimbangan dan kemampuan menafsirkan suatu peristiwa atau keadaan, dengan

(23)

(decisional control) yaitu kemampuan siswa untuk memilih tindakan sesuai

dengan yang diyakini atau disetujui, ditandai dengan siswa memiliki kemampuan

untuk mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab terhadap keputusannya

berdasarkan keyakinan sendiri.

2. Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan yang dimaksud dalam penelitian adalah kontrol diri siswa kelas

XI SMK Negeri 2 Bogor dalam menaati tata tertib sekolah dan atau peraturan lain

yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab, sehingga siswa mampu

berperilaku disiplin.

Aspek-aspek kedisiplinan dituangkan ke dalam indikator sebagai berikut.

a. Peraturan yang berfungsi sebagai patokan atau standar untuk bertingkah laku

yang harus dipenuhi oleh siswa di sekolah dengan bersungguh-sunguh

menjalankan peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab. Siswa yang

bertanggung jawab terhadap peraturan ditandai dengan siswa dapat mengatur

waktu saat masuk sekolah, belajar di kelas, istirahat dan pulang sekolah,

bertanggung jawab terhadap tugas-tugas sekolah, dan tidak melakukan

tindakan kekerasan, merokok atau membuat keributan di sekolah. Ditunjukkan

dengan siswa mampu berperilaku dan berpenampilan sesuai dengan tata terbib

yang dibuat oleh sekolah, dengan cara berbicara dan bersikap sopan terhadap

kepala sekolah, guru, staf TU, teman dan berpenampilan rapi sesuai dengan

peraturan sekolah.

b. Hukuman merupakan sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap siswa

yang melakukan pelanggaran dalam upaya menegakkan peraturan atau tata

tertib sekolah, sehingga siswa dapat bertanggung jawab untuk menerima sanksi

atas pelanggaran yang dilakukan.

c. Penghargaan merupakan pemberian hadiah (reward) atas hasil yang baik.

Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian,

(24)

d. Konsistensi adalah komitmen terhadap peraturan yang timbul atas dasar

tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya paksaan dan tekanan dari luar,

sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa ada paksaan dari orang lain.

D.Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Dalam penelitian data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa

angket untuk memperoleh gambaran mengenai kontrol diri dan kedisiplinan siswa

di sekolah. Angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket yang berjenis

tertutup. Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian

rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan

karakteristik dirinya dengan cara memberikan cek (√). Angket yang digunakan menggunakan bentuk skala Likert dengan alternatif respon pernyataan terentang

antara satu sampai empat. Keempat alternatif respon tersebut diurutkan dari

kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan kesesuaian

terendah, yaitu: Sangat Sesuai (SS); 2) Sesuai (S); 3) Tidak Sesuai; (TS); dan 4)

Sangat Tidak Sesuai (STS)

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kontrol diri dan kedisiplinan siswa

yang dikembangkan dari definisi oprasional variabel penelitian. Terdapat dua poin

kisi-kisi instrumen yaitu; 1) kisi-kisi instrumen kontrol diri yang terdiri dari

aspek-aspek kontrol diri; 2) kisi-kisi kedisiplinan siswa terdiri dari aspek-aspek

kedisiplinan siswa.

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kontrol diri dan kedisiplinan siswa

dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen

(25)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kontrol Diri (Sebelum Uji Coba)

Kisi-kisi instrumen kedisiplinan disajikan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kedisiplinan Siswa (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator Sub Indikator

No. Butir

Aspek Indikator Sub Indikator

(26)

rasa tanggung

Instrumen dalam penelitian kuantitatif adalah menggunakan kuesioner atau

angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup,

yaitu siswa diberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang menggambarkan

(27)

tertutup jawaban sudah disediakan sehingga siswa tinggal memilih jawaban

dengan memberikan tanda checklist () pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)

Pernyataan

Skor Empat Opsi Alternatif Respon

SS S TS STS

Favorable (+) 4 3 2 1

Un-Favorable (-) 1 2 3 4

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-4 dengan bobot

tertentu. Bobotnya ialah:

a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan

positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau

skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan

positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada

pernyataan positif atau skor 4 pada pernyataan negatif.

E.Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen

dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penilaian dilakukan oleh dosen ahli

dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M)

dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item

tersebut dapat digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua

kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau diperlukannya revisi

pada item tersebut. Instrumen angket hasil judgement dari dosen ahli dapat dilihat

(28)

Tabel 3.5

Hasil Judgement Angket Kontrol Diri

Kesimpulan No Item Jumlah

Memadai 3,4 ,6,7.9,10,11,12, 13,14,15,16,17,18,19, 21,22,23,25,26,27,28,29,30,31,34,35,36,37,38,39

Hasil penimbang menunjukan terdapat item yang dapat digunakan, item yang

perlu direvisi dan item yang harus dibuang karena tidak relevan dengan indikator

dan aspek. Berdasarkan saran dari salah seorang dosen ahli, terdapat satu

indikator yang perlu dipisahkan karena bermakna berbeda dengan indikator lain

dalam satu aspek tersebut dihilangkan karena bermakna sama dengan indikator

lain dalam satu aspek tersebut. Dengan demikian, jumlah pernyataan yang

digunakan untuk uji coba instrumen ialah sebanyak 53 item. Adapun kisi-kisi

instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada Tabel 3. 6 berikut.

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kontrol Diri (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)

(29)

Instrumen kedisiplinan hasil judgement dari dosen ahli dapat dilihat pada Tabel

3.7 sebagai berikut.

Tabel 3.7

Judgement Angket Kedisiplinan Siswa

Kesimpulan No Item Jumlah

Memadai 2,3,4 ,6,7,10,11,12, 13,14,17,19, 21,22,23, 28,30,31, 38,39,40, 45,46,47, 49,50,52,53,54,55

30

Revisi 9,15,16,18,20,25,26,27,29,35,36,42,43,48,51, 15 Buang 1, 8, 34,37,41,44 6 Tambahan

Total 45

Hasil penimbang menunjukan terdapat item yang dapat digunakan, item yang

perlu direvisi dan item yang harus dibuang karena tidak relevan dengan indikator.

Dengan demikian, jumlah pernyataan yang digunakan untuk uji coba instrumen

ialah sebanyak 45 item. Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan

instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kedisiplinan siswa (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)

Aspek Indikator Sub Indikator

No. Butir peristiwa peristiwa 39,41

(30)

jawab

Sebelum instrumen diuji validitas, instrumen kontrol diri dan kedisiplinan di

uji keterbacaan kepada sampel untuk mengukur keterbacaan instrumen dengan

tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam

pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan

(31)

Uji keterbacaan dilakukan kepada sampel setara yaitu kepada lima orang siswa

kelas XI SMKN 2 Bogor, untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen.

Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami

kemudian diperbaiki sesuai dengan kebutuhan sehigga dapat dimengerti oleh

siswa dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji coba

instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap siswa Kelas XI SMK Negeri 2

Bogor Tahun Ajaran 2011/2012. Siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan

mengenai cara-cara pengisian angket sebelum mengisi angket.

a. Uji Validitas Item

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara

bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan

setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.

Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh

item yang terdapat dalam angket yang mengungkap kontrol diri dan kedisiplinan

siswa. Pengujian alat pengumpul data menggunakan rumus product-moment

(32)

Pengujian vadilitas dilakukan terhadap 53 item angket kontrol diri dan 50 item

kedisiplinan siswa dengan jumlah subjek 215 siswa tampak bahwa hasil pengujian

validitas terhadap 53 item untuk mengukur kontrol diri menunjukkan bahwa tiga

item dinyatakan tidak valid yakni nomor 2, 19 dan 21. Dengan demikian maka

ketiga item tersebut tidak akan diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya.

Dengan kata lain, instrumen yang digunakan untuk analisis data variabel kontrol

diri terdiri dari 50 item. Adapun item pernyataan yang dianggap valid dan tidak

valid dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kontrol Diri

Kesimpulan No Item Jumlah

Valid 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42,43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,53

50

Tidak Valid 2,19,21 3

Hasil pengujian terhadap 45 item untuk mengukur kedisiplinan siswa

menunjukkan bahwa kesemua item dinyatakan valid. Oleh karena itu, maka

kesemua item pada variabel kedisipinan siswa yang berkumlah 45 item dapat

diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya, dapat dilihat pada Tabel 3.10

berikut.

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kedisiplinan Siswa

b. Uji reliabilitas Item

Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan skor yang diperoleh oleh

subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur tentang kontrol diri

dan kedisiplinan adalah dengan rumus metode Alpha sebagai berikut:

Kesimpulan No Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42,43, 44, 45

47

(33)

(Arikunto, 2002:171)

= jumlah varians butir

2

t

 = varians total

Adapun interpretasi nilai reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.11 yakni

sebagai berikut.

Tabel 3.11

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Nilai Keterangan

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah 0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Arikunto, 2006:276)

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach

diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada lembar lampiran. Rekapitulasi hasil

uji reabilitas tampak pada Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel rhitung rtabel Keterangan

1. Kontrol Diri 0,844 0,138 Reliabel 2. Kedisiplinan siswa 0,908 0,138 Reliabel

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian yang

mengukur kontrol diri menghasilkan nilai rhitung = 0,844 dan dari tabel r product

moment diperoleh nilai rtabel dengan n = 215 dan taraf nyata (α) = 0,05 sebesar

rtabel = 0,138. Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,844 > 0,138) dengan

demikian instrumen penelitian untuk mengukur kontrol diri dapat dinyatakan

mempunyai daya ketepatan atau dengan kata lain reliable.

(34)

Begitu pula halnya dengan instrumen penelitian yang mengukur kedisiplinan

siswa menghasilkan nilai rhitung = 0,908 dan dari tabel r product moment diperoleh

nilai rtabel dengan n = 215 dan taraf nyata (α) = 0,05 sebesar rtabel = 0,138. Hal ini

berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,908 > 0,138) dengan demikian instrumen

penelitian untuk mengukur kedisiplinan siswa dapat dinyatakan mempunyai daya

ketepatan atau dengan kata lain reliable.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara dan alat yang digunakan

dalam mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subjek penelitian.

Tahap pengumpulan data meliputi: (a) penyampaian tujuan pengisian angket

kepada responden; (b) penyebaran angket, menjelaskan petunjuk pengisian

angkte; (c) pengumpulan angket; dan (d) studi dokumentasi dilaksanakan dengan

melakukan pengamatan terhadap hasil gambar-gambar yang diambil saat

pelaksanaan kegiatan penelitian berlangsung.

G.Analisis data

1. Prosedur Pengolahan Data Teknik

Prosedur pengolahan dan analisis data diolah menggunakan perhitungan

statistik. Penelitian ditunjukkan untuk mengetahui hubungan satu variabel dengan

variabel lain, yaitu variabel kontrol diri dengan kedisiplinan siswa. Langkah

selanjutnya setelah data terkumpul, maka data hasil penelitian diolah dan

dianalisis sebagai bahan acuan dalam menyusun program.

2. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui

gambaran yang jelas mengenai kontrol diri siswa dan kedisiplinan yang diperoleh

berdasarkan angket yang telah disebar pada siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

tahun ajaran 2011/2012. Data yang diperoleh akan diolah dan menjadi landasan

dalam pembuatan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan

kontrol diri siswa. Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu

(35)

pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data

menjadi empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak

sesuai. Penentuan kelompok siswa dalam penelitian dilakukan konversi skor

mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas aktual dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menghitung rata-rata atau kriteria masing-masing responden

= Jumlah Skor Responden

Jumlah Item

b. Mengklasifikasikan perolehan rata-rata menjadi kriteria Sangat Sesuai, Sesuai,

Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai

c. Menghitung persentase keselurah perolehan skor setiap siswa

Berdasarkan hasil perhitungan, maka gambaran umum kontrol diri dan

kedisiplinan kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.

Tabel 3. 13

Kategori kontrol diri Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Kategori Persentase Sangat Sesuai 1% Sesuai 92% Tidak Sesuai 7% Sangat Tidak Sesuai 0%

Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat

dilihat pada Tabel 3.14 berikut.

Tabel 3.14

Interpretasi Skor Kategori Kontrol Diri

Kategori Kualifikasi

Sangat Sesuai

Siswa sangat mampu untuk mengontrol dirinya. Artinya, siswa sangat mampu mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang sangat baik.

Sesuai

(36)

Kategori Kualifikasi

siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang baik.

Tidak Sesuai

Siswa tidak mampu untuk mengontrol dirinya. Artinys, siswa tidak mampu mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang tidak baik.

Sangat Tidak Sesuai

Siswa sangat kesulitan dalam mengontrol dirinya, sehingga siswa sangat tidak mampu untuk mengatur tingkah lakunya, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang sangat tidak baik.

Selanjutnya gambaran umum kedisiplinan siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor

dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut.

Tabel 3. 15

Kategori kontrol diri Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012

Kategori Persentase Sangat sesuai 5% Sesuai 90%

Tidak Sesuai 5% Sangat Tidak Sesuai 0%

Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat

dilihat pada Tabel 3.16 berikut.

Tabel 3.16

Interpretasi Skor Kategori Kedisiplinan Siswa

Kategori Kualifikasi

Sangat Sesuai

Siswa sangat disiplin, dengan demikian siswa sangat mampu untuk dapat mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab. Artinya pada kategori ini siswa dapat berperilaku disiplin dengan sangat baik.

Sesuai

Siswa disiplin, dengan demikian siswa mampu untuk dapat mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab. Artinya, pada kategori ini siswa dapat berperilaku disiplin dengan baik.

Tidak Sesuai

(37)

Kategori Kualifikasi

tanggung jawab. Artinya, pada kategori ini siswa tidak dapat berdisiplin dengan baik.

Sangat Tidak Sesuai

Siswa sangat kesulitan dalam mengontrol dirinya, artinya siswa sangat tidak mampu mengontrol diri dengan baik dalam mentaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan sebagai prasyarat penelitian. Jika data variabel

lolos uji prasyarat ini, yakni data berdistribusi normal, maka analisis dapat

dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametrik yang dalam hal ini adalah

analisis regresi sederhana. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

chi kuadrat dengan hipotesis,

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Kesimpulan diambil berdasarkan kriteria sebagaimana berikut;

H0diterima jika χ2hitung < χ2 tabel → data berdistibusi normal

H0ditolak jika χ2hitung > χ2 tabel → data tidak berdistibusi normal

Tabel 3.17 berikut menyajikan hasil uji normalitas dengan menggunakan chi

kuadrat atas masing-masing variable penelitian yakni variable kontrol diri dan

kedisiplinan siswa berikut kesimpulan yang dapat diambil.

Tabel 3.17

Hasil Penghitungan Uji Normalitas Data Variabel

Kelompok Data Χ2 hitung Dk Χ2 tabel Kesimpulan Kontrol diri 8,502 8 15,507 Normal Kedisiplinan siswa 12,725 8 15,507 Normal

Berdasarkan tabel di atas, dapat melihat bahwa pada variable kontrol diri, diketahui nilai χ2

hitung sebesar 8,502 lebih kecil dari χ2 tabel sebesar 15,507. Dengan demikian, maka data variable kontrol diri dapat dikatakan berdistribusi

normal. Demikian pula halnya dengan nilai χ2 hitung pada variable kedisiplinan siswa sebesar 12,752 lebih kecil dari χ2

(38)

dapat disimpulkan bahwa data variable kedisiplinan siswa juga berdistribusi

normal.

e. Analisis Koefisien Korelasi

Analisis korelasi yang digunakan dalam mengolah data penelitian yaitu

Product Moment. Untuk mencari derajat hubungan antara variabel X dengan

variabel Y, digunakan analisis korelasi dengan rumus-rumus sebagai berikut:

Mencari koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y dengan

menggunakan koefisien korelasi product moment sebagai berikut.

= 215. 4121672 -(30666)( 28679)

Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus.

Dalam menafsirkan makna hubungan variabel X terhadap variabel Y, harga

thitung dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk (n-2) dan taraf tingkat

kepercayaan 95%. Kriteria pengujiannya yaitu hipotesis alternatif diterima apabila

(39)

thitung lebih besar daripada ttabel maka terdapat hubungan yang signifikan antara

variabel X dengan variabel Y dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui koefisien korelasi antara variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y), dapat dilihat di pada Tabel 3.18

berikut.

Tabel 3.18

Koefisien Korelasi antara Variabel X dengan Variabel Y

Hub Variabel

Korelasi Uji Signifikansi r hitung Ket t hitung r yx 0,801 Kuat 19,528

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kontrol diri (X) memiliki hubungan

positif dengan variabel kedisiplinan siswa (Y) dengan koefisien korelasi sebesar

0,801 sehingga termasuk pada kategori kuat. Hal tersebut berarti bahwa jika

kualitas kontrol diri yang dimiliki siswa di SMK Negeri 2 Bogor meningkat, maka

kedisiplinan para siswa tersebut pun secara otomatis juga akan meningkat, begitu

pula sebaliknya.

Tingkat signifikansi korelasi dapat diketahui dengan melihat nilai t hitung.

Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel pada alpha 0,05 dan dk = 215 – 2 = 213

sebesar 1,971, maka H0 ditolak dan begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.17 terlihat besarnya nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel

(19,528 >1,971). Dengan demikian maka koefisien korelasi dinyatakan signifikan.

Dengan kata lain, terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan

kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor.

g. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dipergunakan dengan maksud untuk mengetahui

besarnya kontribusi variabel X (kontrol diri) terhadap variabel Y (kedisiplinan

siswa) dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:

Keterangan:

KD = Nilai Koefisien Determinan

(40)

Koefisien determinasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat

keberpengaruhan variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji koefisien

determinasi dalam model yang dianalisis ini sebesar 0,641 (R2 = 0,8012).

Maka koefisien determinasi (derajat keberpengaruhan) variabel X terhadap

variabel Y adalah sebesar 64,1%. Dengan kata lain, hal ini berarti besarnya

sumbangan variabel kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa di SMK Negeri 2

Bogor adalah sebesar 64,1% sedangkan sisanya sebesar 35,9% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

h. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi pengaruh/kontribusi

variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengujian hipotesis dilakukan

melalui nilai fhitung dengan hipotesis.

Ho : Variabel kontrol diri tidak memiliki kontribusi yang positif terhadap

variabel kedisiplinan siswa

Ha : Variabel kontrol diri memiliki kontribusi yang positif dan terhadap

variabel kedisiplinan siswa.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah:

Jika thitung > ttabel, maka ho ditolak dan ha diterima.

Jika thitung < ttabel, maka ho diterima dan ha ditolak.

Hasil uji hipotesis dengan uji t adalah seperti yang telah dikemukakan,

diketahui nilai thitung sebesar 19,528 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,971.

Dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya memang terdapat

kontribusi yang positif dan signifikan dari variabel kontrol diri terhadap

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data mengenai

kontrol diri dan kedisiplinan siswa di sekolah, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut.

1. Secara umum hampir seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun

Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa siswa memiliki kontrol diri yang baik

atau berada kategori sesuai. Artinya bahwa siswa mampu mengontrol dirinya

dengan cara mengatur tingkah laku dan melakukan pertimbangan terlebih

dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak.

2. Secara umum hampir seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran

2011/2012 berada pada kategori sesuai menunjukkan siswa disiplin. Artinya

siswa mampu untuk dapat mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau

peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab. Pada kategori

ini siswa dapat berperilaku disiplin dengan baik.

3. Terdapat korelasi yang positif antara kontrol diri dengan kedisiplinan siswa

kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012. Artinya, artinya bahwa

semakin siswa mampu untuk mengontrol dirinya, maka akan semakin disiplin

siswa tersebut atau begitu pula sebaliknya.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Secara langsung dalam penelitian pentingnya keterlibatan dari pihak sekolah.

Bagi pihak sekolah hendaknya melakukan beberapa hal berikut ini.

a. Kepala Sekolah, guru serta personel sekolah lainnya hendaknya selalu

memberikan contoh teladan kepada siswa, yaitu bersikap dan berperilaku

(42)

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengembangkan kontrol internal

terhadap perilaku sebagai dasar perilaku disiplin;

c. Kerjasama guru dalam hal membina perilaku siswa harus lebih ditingkatkan,

karena dalam hal mendisiplinkan siswa bukan hanya tugas sebagian guru saja

melainkan tugas semua guru dan staf yang ada di sekolah.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)

Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa saran bagi konselor

dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan

kontrol diri dan kedisiplinan siswa. Bagi konselor hendaknya melakukan beberapa

hal berikut ini.

a. Konselor hendaknya memberikan layanan bimbingan yang lebih lanjut

terhadap siswa yang memiliki kontrol diri yang tidak sesuai dengan

memperhatikan aspek kontrol perilaku (behavioral control), kontrol kognitif

(cognitive control) dan kontrol keputusan (decisional control) yang merupakan

kesatuan utuh dalam pembentukan kontrol diri siswa. Guru bimbingan

konseling dapat mengembangkan kontrol diri siswa dengan cara sebagai

berikut.

1) Konselor sekolah memberikan layanan informasi terlebih dahulu dengan

cara memberikan informasi mengenai manfaat dapat mengontrol diri, dan

manfaat patuh terhadap peraturan sekolah. Pemberian layanan yang telah

ada disajikan dengan cara yang lebih menarik, kreatif, dan inovatif sesuai

kebutuhan siswa agar dapat mengembangkan kemampuan mengontrol diri.

2) Konselor memberikan layanan konseling individu atau kelompok, yang

berhubungan dengan kegiatan untuk menyelesaikan masalah kontrol diri

dan kedisiplinan, seperti cara memberikan catatan berisi pencapaian target

dalam berperilaku mamatuhi peraturan sekolah, menentukan skala prioritas,

memajemen waktu, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Apabila siswa

dapat mencapai target yang telah dibuat, hendaknya konselor memberikan

(43)

motivaasi dan sebagainya, sehingga dengan reward tersebut dapat memacu

siswa mempertahankan konsistensinya dalam berdisiplin.

3) Konselor dapat memberikan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk

mengembangkan perilaku yang positif terutama yang berhubungan dengan

peningkatan kontrol diri siswa dalam menghindari pelanggaran disiplin di

sekolah ataupun di luar sekolah.

b. Konselor dalam melaksanakan program bimbingan untuk mengembangkan

kontrol diri, konselor mensosialisasikannya kepada guru ataupun personil

sekolah lain, sehingga dimungkinkan adanya bentuk kerjasama dan pemberian

layanannya lebih ringan dan efektif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai

profil kontrol diri dan kedisiplinan. Direkomendasikan hal-hal sebagai berikut.

a. Melakukan penyempurnaan instrumen penelitian kontrol diri dan kedisiplinan

siswa disekolah berdasarkan aspek indikator khususnya dalam item-item

pernyataan sehingga menghasilkan instrumen yang lebih valid dan reliabel.

b. Menggunakan metode yang lebih beragam dan menarik dalam memberikan

layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa

sehingga kedisiplinan yang dicapai siswa lebih optimal.

c. Membandingkan gambaran umum kontrol diri pada setiap jenjang sekolah

ataupun jenjang kelas yang berbeda, sehingga gambaran yang dihasilkan lebih

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

_______. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berndt, T.J. (1992). Child Development. New York: Holf Renehart&Winston Inc.

Calhoun, J.F. Acocella, J.R. (1990). Psychology of Adjustment and Human Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.

Calhoun, J. F dan Acocella, J. R. Alih bahasa oleh RS. Satmoko. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hurlock, E. B. (1992). Child Development. McGraw-Hill Book Publishing Company, Inc., New York.

______, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

______, E.B. (1984). Child Development. 2nd ed. Singapore: McGraw-Hill, Inc

Hurlock, E. (1978). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Lazarus, R.S. (1976). Paterns of Adjusment. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd.

Lestari, M. (2006). Kontribusi Kendali Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Lindgren, H. C. (1976). Educational Psychology in the Classroom. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Logue, A. W. (1995). Self Control. New Jersey: Prentice Hall.

(45)

Muharsih, L. (2008). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecerdasan Perilaku Konsumtif Pada Remaja di Jakarta Pusat. Skripsi pada Psikologi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Muro, James J & Kottman (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Middle Schools. United State of America: Web Brown Communication inc.

Novian, R. (2011). Hubungan Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik Siswa. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Penataan Pendidikan Profesional Lonselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. (2008). Departemen Pendidikan Nasional.

Prijodarminto,S. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : Abadi.

Rachman, M. (1999). Manajemen Kelas. Jakarta : Depdiknas, Proyek Pendidikan Guru SD.

Rusmana, N. (2009). Bimbingan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Suherman, U. (2007) Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi : Madani.

Sukartini, Sri Patmah. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito

Tajiri, Hajir. (2012). Model Konseling Kognitif-Perilaku Untuk Meningkatkan Kemampuan Kontrol Diri Perilaku Seksual Remaja. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Vasta, R. Haith, M & Miller, S.A. (1992). Child Psychology: The Modern Science. New York: John Wiley & Sons

(46)

Yusuf, S. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, dan Juntika Nurikhsan. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan Siswa dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 3. 1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kedisiplinan Siswa
Tabel 3.4 Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Tabel 3.5           Hasil Judgement Angket Kontrol Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien

Hubungan Antara Drug Related Problems Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Geriatri RSUP Dr.. Jurusan Farmasi Fakultas

[r]

salah satu mineral yang kandungannya cukup tinggi adalah fosfor, yaitu mineral esensial yang digunakan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel tubuh dan jaringan, Tujuan

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf b mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, akademik, kemahasiswaan, kepegawaian,

Untuk mempermudah kita dalam memahami cara kerja dari pemantau ruangan dan sistem keamanan ruangan penyimpanan barang-barang berharga dengan menggunakan mikrokontroler

(3) Anggota Senat yang berasal dari wakil dosen dari setiap fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas 3 (tiga) orang wakil dosen yang profesor