KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP KEDISIPLINAN
SISWA DI SEKOLAH DAN IMPLIKASINYA BAGI
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
ANGGIA MEYTASARI 0703846
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kontribusi Kontrol Diri
terhadap Kedisiplinan Siswa di Sekolah dan Implikasinya bagi Program
Bimbingan dan Konseling” ini adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada
bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, tau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, Desember 2012
Yang membuat pernyataan,
Anggia Meytasari
KONTRIBUSI KOTROL DIRI TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA
DI SEKOLAH DAN IMPLIKASINYA
BAGI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh Anggia Meytasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Anggia Meytasari 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Anggia Meytasari. 0703846. (2012). Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa Di sekolah dan Implikasinya bagi Program Bimbingan dan Konseling (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011-2012).
Penelitian dilatarbelakangi oleh munculnya permasalahan kedisiplinan siswa di sekolah yang dilihat berdasarkan kontrol diri yang dimiliki siswa. Tujuan penelitian yakni mengungkap kontrol diri, kedisiplinan siswa di sekolah, kontribusi kontrol diri serta menghasilkan program bimbingan dan konseling yang secara hipotetik dipandang tepat untuk mengembangkan kontrol diri siswa. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMKN 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 215 siswa. Hasil penelitian menunjukkan: a) kontrol diri siswa berada pada kategori baik pada setiap aspeknya; b) kedisplinan siswa berada pada kategori sesuai atau siswa disiplin; c) kontribusi kontrol diri dan kedisiplinan kategori memiliki hubungan yang positif, artinya bahwa semakin siswa mampu untuk mengontrol dirinya, maka akan semakin disiplin siswa tersebut; d)program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa. Rekomendasi ditujukan bagi: 1) guru BK, untuk menjadikan hasil penelitian sebagai rujukan evaluasi dalam pengembangan program berikutnya; dan 2) peneliti selanjutnya, untuk membandingkan gambaran umum kontrol diri pada setiap jenjang sekolah ataupun jenjang kelas yang berbeda.
ABSTRACT
Anggia Meytasari. 0703846. (2012). Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa Di sekolah dan Implikasinya bagi Program Bimbingan dan Konseling (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011-2012).
Research by the emergence of a discipline problem students in the school views based on self-control owned students. Research purposes, namely revealing the self-control discipline of students in a school, the contribution of self control as well as producing guidance and counseling programs that is hypothetic is considered accurate to develop self-control students. An approach that is used is quantitative with a method of descriptive. A sample of research is a student xi smkn 2 bogor the academic year 2011 / 2012 which consisted of 215 students. The result showed: a ) self-control students are on good category on every aspect; b) students reside on the appropriate category or student discipline; c) the contribution of self control and discipline categories have a positive relationship, meaning that more students are able to control himself, it will be the more disciplined the students; d) guidance and counselling program to develop self control students. The recommendation is intended for: 1 ) counseling teacher, to make the evaluation of research results as a reference to the development program next; and 2) next, researchers to compare the general description self-control at every level of the school or a different grade level.
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iv
DAFTAR ISI ……… viii
DAFTAR TABEL………. x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penellitian ………... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 5
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Asumsi Penellitian... 8
F. Struktur Organisasi Penelitian ... 9
BAB II KONSEP KONTROL DIRI, KEDISIPLINAN SISWA DAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Dasar Kontrol Diri... B. Konsep Dasar Kedisiplinan ... C. Konsep Bimbingan dan Konseling ... 10 17 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian... 34
B. Teknik Pengumpulan Data... 35
C. Definisi Operasional Variabel... 36
D. Instrumen Penelitian ... 38
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data... 48
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 99
B. Rekomendasi ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri
untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu misi pendidikan
saat ini adalah mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang
demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif,
berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab,
berketerampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang
sama dengan tujuan pendidikan nasional. Mencapai tujuan tersebut tidak selalu
berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan suatu yang
sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang memengaruhi tercapainya
tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah. Salah
satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu disiplin yang rendah. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya dengan meningkatkan
kedisiplinan pada siswa.
Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan
terhadap suatu aturan atau ketentuan. Sesuai pendapat Prijodarminto (1994:23)
bahwa kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Sikap dan perilaku tersebut
tercipta melalui proses binaan sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga,
pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan lingkungannya.
Kedisiplinan siswa di sekolah pada dasarnya berfungsi untuk melatih
mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab terhadap
peraturan-peraturan. Disiplin apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten
dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa.
Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di
sekolah tentang cara melakukan hal yang lurus dan benar serta menjauhi
hal-hal negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan
lingkungan yang baik, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain (Tu’u, 2004 : 35).
Disiplin banyak dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati.
Disiplin yang seperti itu bersifat eksternal karena adanya tekanan dari luar.
Disiplin yang baik adalah yang bersifat internal yaitu disiplin disertai tanggung
jawab dan kesadaran. Disiplin eksternal disebut sebagai disiplin yang negatif,
sedangkan disiplin internal disebut disiplin yang positif.
Disiplin positif dan disiplin negatif yang dikemukakan di atas sejalan dengan
pendapat Hurlock (Yusuf, 1989: 22) mengemukakan bahwa ada dua konsep
mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif. Disiplin positif sama
artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di
dalam diri (inner growth) yang mencakup disiplin diri (self discipline) dan
pengendalian diri (self control). Disiplin positif ini mengarahkan kepada motivasi
dari dalam diri sendiri. Adapun disiplin yang negatif artinya pengendalian dengan
kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan dengan cara yang
kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman (punishment).
Cara untuk dapat mengatasi keadaan kedisiplinan di sekolah, siswa
membutuhkan suatu mekanisme yang dapat membantu dalam mengatur dan
mengarahkan perilakunya yaitu dengan memiliki kontrol diri. Menurut Goldfried
& Marbaum (Muharsih, 2008:16) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk
membawa ke arah konsekuensi positif. Kemampuan mengontrol diri berkaitan
dengan cara seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam
dirinya. Mengendalikan emosi berarti mendekati situasi dengan menggunakan
sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah reaksi yang
berlebihan.
Kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama.
Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah. Sebagai seorang pelajar yang bertugas untuk
belajar, jika siswa mempunyai kontrol diri yang tinggi, maka akan mampu
memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Individu yang kontrol dirinya
rendah cenderung tidak mampu mengatur perilakunya, sehingga akan mengarah
kepada tindakan yang menyenangkan dirinya, salah satunya adalah melanggar
kedisiplinan yang diterapkan di sekolah.
Kenyataannya saat ini kedisiplinan cenderung sudah tidak dipedulikan lagi
dikalangan siswa karena disiplin sudah ringan, maksudnya mudah diingat,
diucapkan dan dipahami bahkan mudah diabaikan dalam pelaksanaannya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari di salah satu SMA swasta di kota
Bandung menunjukkan aspek-aspek kedisiplinan yang tergolong tinggi tingkat
pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran (87%), kegiatan
belajar (83%), dan penampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong ke dalam
kategori sedang yaitu menjaga sarana dan prasarana (60%) dan dari data aspek
upacara (68%).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMK Negeri 2 Bogor, sikap
disiplin siswa ternyata masih rendah. Hal itu terbukti dengan masih adanya siswa
yang melanggar tata tertib sekolah. Hasil wawancara dengan guru SMKN 2
Bogor, menunjukkan dari seluruh jumlah siswa kelas XI yang ada di sekolah
tersebut, terdapat beberapa siswa yang tidak melakukan disiplin di sekolah. Para
siswa yang tidak disiplin biasanya melakukan pelanggaran seperti bolos, terlambat
masuk sekolah, tawuran, keluar tanpa izin, tidak mengerjakan pekerjaan rumah
(PR), merokok. dan tidak menghiraukan ketika guru menerangkan pelajaran
konseling di sekolah tersebut, yang melatarbelakangi siswa melakukan sikap tidak
disiplin diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan
orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, pengaruh pergaulan di lingkungan
sekitar, adanya perkembangan media elektronik (game online), bosan dengan
pelajaran, mencari perhatian guru, dan latar belakang lingkungan sekolah yang
berbeda-beda.
Persoalan kedisiplinan ini harus segera diselesaikan karena akan berdampak
buruk bagi perilaku siswa. Sesuai dengan pendapat Yusuf (1989:4) bahwa
kedisiplinan siswa merupakan permasalahan yang harus segera dipecahkan,
karena kedisiplinan siswa saat ini merupakan masalah yang frekuensinya cukup
besar setelah masalah pribadi.
Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan
pribadi individu adalah melalui layanan bimbingan dan konseling. Natawidjaja
(Yusuf dan Nurikhsan, 2006:6) berpendapat bahwa bimbingan dan konseling
merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan
agar individu yang dibimbing dapat memahami dirinya sendiri sehingga ia
sanggup mengarahkan dirinya serta dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada
umumnya.
Usaha pihak sekolah untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran disiplin
pada siswa adalah dengan membuat sebuah program bimbingan dan konseling
sebagai upaya mengembangkan kontrol diri yang diperuntukkan untuk membantu
siswa memiliki disiplin yang baik agar dapat menaati peraturan atau norma
lingkungan tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman
tetapi atas dasar kemauan dan pertimbangan sendiri.
Berdasarkan latar belakang mengenai kontrol diri dan kedisiplinan siswa, maka
perlu suatu pengkajian mendalam melalui penelitian dengan judul: “Kontribusi
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Pada umumnya, sekolah lebih fokus pada masalah prestasi akademik siswa
dibandingkan dengan masalah akhlak dan pengendalian diri siswa. Hal ini
menimbulkan ketidakseimbangan antara prestasi akademik dan pengendalian diri.
Melatih siswa untuk mengikuti dan menuruti aturan di sekolah adalah salah satu
cara untuk memecahkan masalah ketidakseimbangan ini. Maka dari itu, perlu
ditanamkan kedisiplinan dalam diri siswa.
Di suatu sekolah kedisiplinan merupakan hal yang paling penting bagi siswa
siswi maupun guru. Menaati tata tertib yang ada di sekolah adalah salah satu cara
untuk berdisiplin. Pola hidup dan kegiatan yang berdisiplin akan menguntungkan
individu maupun lingkungan. Tata tertib yang dibuat oleh suatu sekolah harus
dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Adapun kedisiplinan di sekolah pada dasarnya
berfungsi untuk melatih mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab
terhadap peraturan-peraturan di sekolah. Kedisiplinan di sekolah itu sendiri
memegang peranan penting guna mengendalikan tingkah laku siswa selama di
sekolah.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam bidang tertentu.
Siswa SMK berada pada masa remaja yang memiliki tugas perkembangan untuk
mengembangkan kontrol diri. Salah satu tugas perkembangan yang dikemukakan
oleh William Keys (Yusuf, 2001:72) yaitu memperkuat self control (kemampuan
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
Peran kontrol diri dalam diri siswa sangat berguna untuk mencegah terjadinya
pelanggaran disiplin, hal ini dikarenakan dengan adanya kontrol diri maka siswa
memiliki kemampuan untuk menyusun, mengatur dan mengarahkan perilaku
mereka.
Sejalan dengan pendapat Lindgren (1972:266) bahwa disiplin sebagai pelatihan
untuk memperbaiki dan menguatkan disiplin diri, dalam arti bahwa tujuan latihan
yaitu memberi kesempatan kepada individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan
Disiplin dalam penelitian dibatasi pada kepatuhan siswa dalam melaksanakan
peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran dan kemampuan
mengontrol diri yang terdapat dalam dirinya. Disiplin menjadi prasyarat bagi
pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan
mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Siswa akan mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan
bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam
dirinya.
Oleh karena itu intervensi terhadap kedisiplinan siswa dengan meningkatkan
kontrol diri siswa ke arah yang positif perlu untuk dilakukan. Maka perlu adanya
suatu bentuk usaha yang terarah dan terstruktur dari lembaga pendidikan yang
khusus menangani dan membantu masalah-masalah siswa. Salah satu upaya yang
perlu dilakukan adalah dengan bimbingan dan konseling. Perlunya layanan
bimbingan konseling di sekolah dilihat berdasarkan tujuan disiplin, yaitu
membantu individu memahami hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sasaran
dan memotivasinya untuk tetap berlatih atau tetap mengikuti aturan yang telah
ditentukan.
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu “Seberapa besar kontribusi kontrol diri terhadap kedisiplinan
siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dan Implikasinya bagi program bimbingan dan konseling?”. Rumusan masalah tersebut dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Seperti apa gambaran umum kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Ajaran 2011/2012?
2. Seperti apa gambaran umum kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Ajaran 2011/2012 ?
3. Seberapa besar kontribusi kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa Kelas XI
SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012?
4. Bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa kelas XI SMK Negeri 2
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum menjawab rumusan masalah yaitu mengetahui
seberapa besar pengaruh kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa di sekolah dan
bagaimana implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling. Diharapkan
dengan diadakannya penelitian ini dapat memperoleh gambaran tentang prinsip,
bentuk dan strategi layanan bimbingan dan konseling guna membantu siswa
mengontrol diri, sehingga mampu meningkatkan kedisiplinan dalam dirinya.
Untuk mencapai tujuan umum tersebut, maka dirumuskan tujuan khusus
penelitian sebagai berikut.
1. Memperoleh gambaran umum tentang kontrol diri siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor Tahun ajaran 2011/2012
2. Memperoleh gambaran umum tentang kedisiplinan siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor Tahun ajaran 2011/2012
3. Mengetahui seberapa besar kontribusi kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa
Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran Tahun 2011/2012
4. Merumuskan program hipotetik bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan kontrol diri dan disiplin siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Ajaran Tahun 2011/2012
D.Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah
sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai konsep
kontrol diri dan kedisiplinan siswa, serta mengembangkan program Bimbingan
dan Konseling yang dapat digunakan untuk mengembangkan kontrol diri siswa di
sekolah.
2. Manfaat praktis
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pihak
sekolah termasuk didalamnya walikelas, guru bidang studi, dan khususnya
Kontrol diri dalam hal ini adalah cara siswa dalam mengendalikan dirinya
untuk dapat melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. Melalui hasil
penelitian dan pemahaman guru tersebut diharapkan dapat merumuskan upaya
BK dalam mencegah maupun mengatasi kedisiplinan pada siswa.
b. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya
dan melengkapi hasil penelitian terdahulu berkenaan dengan kontrol diri dan
kedisiplinan siswa di sekolah.
E. Asumsi
1. Kendali diri sebagai upaya siswa untuk mengatur diri dalam berfikir dan
bertindak, berdasaran keyakinannya bahwa segala yang terjadi atas dirinya
merupakan akibat tindakannya sendiri (Sukartini, 2003:77).
2. Disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau
masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam dirinya (Tu’u, 2004: 32).
3. Tugas perkembangan remaja adalah memperkuat kemampuan mengendalikan
diri (self-control) atas dasar nilai, prinsip-prinsip dan falsafah hidup (William
Kay dalam Yusuf, 2001:72).
4. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada indiidu yang di lakukan
secra bekesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat ( Natawidjaya dalam
Yusuf, 2006:9).
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, dengan
tujuan mendapatkan gambaran mengenai kontrol diri serta fenomena kedisiplinan
pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor. Penggambaran kontrol diri serta
fenomena kedisiplinan menjadi dasar pengembangan model intervensi program
G.Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam
penyusunan skripsi ini, maka perlu disusun sistematika skripsi. Adapun bagian
sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut.
Bab I: Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah terkait
dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian dan permasalahan yang ada,
rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini, metode penelitian, dan garis besar sistematika skripsi. Bab II:
Landasan Teori, di dalam bagian ini diuraikan tentang sub bab kontrol diri,
kedisiplinan, program bimbingan dan konseling, dan studi terdahulu yang sejenis.
Bab III: Metode Penelitian. Dalam bab ini membahas tentang lokasi dan subyek
populasi dan sampel penelitian untuk menentukan jumlah responden, metode
penelitian, definisi operasional dari setiap variabel, instrumen penelitian,
pengujian validitas dan reliabilitas instrument, teknik pengumpulan data serta
metode analisis data yang digunakan. Bab IV: Hasil Penelitian meliputi paparan
gambaran umum sekolahan dan penganalisaan data yang diperoleh untuk
membuktikan kebenaran hipotesis sebagai hasil pembahasan. Bab V: Penutup.
Dalam bab ini memuat simpulan dan saran-saran atas dasar temuan dari hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Bogor yang berlokasi di Jalan
Pangeran Asogiri No. 404 Kota Bogor. Populasi dalam penelitian adalah seluruh
siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, yaitu
pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan sesuai dengan penjelasan Surakhmad
(1998:100) yaitu apabila populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel
sebesar 50%, dan jika berada di antara 100 sampai 1000, maka dipergunakan
sampel sebesar 27% - 50% dari jumlah populasi. Penentuan jumlah sampel
tersebut akan di rumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
S = Jumlah sampel yang di ambil.
n = Jumlah anggota populasi.
S = 27% + 1000−447
1000−100 (50%-15%)
S = 27%+553
900 (35%)
S = 27% + (0, 61) (35%)
S = 27% + 21, 3%
S = 48, 3 %
Jumlah sampel yang diambil adalah dari jumlah anggota populasi. Sampel
diperoleh sebesar 48,3% × 447 = 215. Populasi kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
berjumlah 447 siswa. Sehingga sampel yang diambil berjumlah 215 siswa.
Sampel penelitian diambil dari seluruh populasi kelas XI dengan asumsi, yaitu. S = 27% + 1000-n . (50%-15%)
1. Siswa kelas XI telah memiliki pengalaman di sekolah selama 1 tahun yang
sudah mengalami proses interaksi dengan sekolah, sehingga mereka
mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang akan diterimanya, apabila mereka
melaksanakan atau melanggar peraturan yang telah ditetapkan di sekolah.
2. Siswa kelas X1 termasuk usia remaja yang potensial untuk meningkatkan
kontrol diri, sebab usia remaja merupakan masa yang penuh dengan tekanan
yang memungkinkan individu menemukan identitas dirinya.
Dalam penarikan sampel siswa, dilakukan secara proporsional seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, dengan hasil yang dapat dilihat dalam Tabel 3.1
berikut.
Tabel 3. 1
Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
B.Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan
dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk data
numerikal atau angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya
No. Kelas Jumlah
1 XI- Teknik Bangunan (BA) 23 2 XI- Teknik Bangunan (BB) 32 3 XI- Teknik Elektronika (EA) 30 4 XI- Teknik Elektronika (EB) 30 5 XI- Teknik Ketenagalistrikan (LA) 31 6 XI- Teknik Ketenagalistrikan (LB) 30 7 XI- Teknik Mesin (MA) 35 8 XI- Teknik Mesin (MB) 27 9 XI- Teknik Mesin (MC) 30 10 XI- Teknik Otomotif (OA) 30 11 XI- Teknik Otomotif (OB) 30 12 XI- Teknik Otomotif (OC) 24 13 XI- Teknik Komputer dan Informatika (TIA) 36 14 XI- Teknik Komputer dan Informatika (TIB) 36 27 XI- Teknik Komputer dan Informatika (TIC) 36
dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik).
Pendekatan kuantitatif dipilih untuk mendapatkan gambaran umum dari aspek
kontrol diri dan kedisiplinan siswa di sekolah.
Metode penelitian adalah metode deskriptif, dengan tujuan mendapatkan
gambaran mengenai kontrol diri serta kedisiplinan pada siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor. Penggambaran kontrol diri serta kedisiplinan menjadi dasar
pengembangan program hipotetik bimbingan dan konseling.
C.Definisi Operasional Variabel
Sebagai upaya menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan,
maka dijelaskan definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian
sebagai berikut.
1. Kontrol Diri
Kontrol diri dalam penelitian didefinisikan sebagai kemampuan siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Bogor untuk dapat mengatur tingkah laku dengan melakukan
pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
bertindak, yang diwujudkan dengan kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol
keputusan.
Kontrol perilaku (behavioral control) menunjukkan kemampuan siswa untuk
memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Indikator seorang siswa
dapat mengontrol perilakunya ditandai dengan; a) siswa memiliki kemampuan
untuk mengontrol perilaku yang berdasarkan dari dalam diri dan ;b) kemampuan
mengontrol stimulus, merupakan kemampuan siswa untuk dapat mengetahui
kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki akan muncul. Ditandai dengan siswa
mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan mengendalikan diri terhadap
hal-hal negatif dari lingkungan. Kontrol kognitif (cognitive control) menunjukkan
yaitu kemampuan siswa untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan
cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian. Kemampuan ini
meliputi kemampuan mengantisipasi peristiwa atau keadaan melalui berbagai
pertimbangan dan kemampuan menafsirkan suatu peristiwa atau keadaan, dengan
(decisional control) yaitu kemampuan siswa untuk memilih tindakan sesuai
dengan yang diyakini atau disetujui, ditandai dengan siswa memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab terhadap keputusannya
berdasarkan keyakinan sendiri.
2. Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan yang dimaksud dalam penelitian adalah kontrol diri siswa kelas
XI SMK Negeri 2 Bogor dalam menaati tata tertib sekolah dan atau peraturan lain
yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab, sehingga siswa mampu
berperilaku disiplin.
Aspek-aspek kedisiplinan dituangkan ke dalam indikator sebagai berikut.
a. Peraturan yang berfungsi sebagai patokan atau standar untuk bertingkah laku
yang harus dipenuhi oleh siswa di sekolah dengan bersungguh-sunguh
menjalankan peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab. Siswa yang
bertanggung jawab terhadap peraturan ditandai dengan siswa dapat mengatur
waktu saat masuk sekolah, belajar di kelas, istirahat dan pulang sekolah,
bertanggung jawab terhadap tugas-tugas sekolah, dan tidak melakukan
tindakan kekerasan, merokok atau membuat keributan di sekolah. Ditunjukkan
dengan siswa mampu berperilaku dan berpenampilan sesuai dengan tata terbib
yang dibuat oleh sekolah, dengan cara berbicara dan bersikap sopan terhadap
kepala sekolah, guru, staf TU, teman dan berpenampilan rapi sesuai dengan
peraturan sekolah.
b. Hukuman merupakan sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap siswa
yang melakukan pelanggaran dalam upaya menegakkan peraturan atau tata
tertib sekolah, sehingga siswa dapat bertanggung jawab untuk menerima sanksi
atas pelanggaran yang dilakukan.
c. Penghargaan merupakan pemberian hadiah (reward) atas hasil yang baik.
Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian,
d. Konsistensi adalah komitmen terhadap peraturan yang timbul atas dasar
tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya paksaan dan tekanan dari luar,
sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa ada paksaan dari orang lain.
D.Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Dalam penelitian data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa
angket untuk memperoleh gambaran mengenai kontrol diri dan kedisiplinan siswa
di sekolah. Angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket yang berjenis
tertutup. Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristik dirinya dengan cara memberikan cek (√). Angket yang digunakan menggunakan bentuk skala Likert dengan alternatif respon pernyataan terentang
antara satu sampai empat. Keempat alternatif respon tersebut diurutkan dari
kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan kesesuaian
terendah, yaitu: Sangat Sesuai (SS); 2) Sesuai (S); 3) Tidak Sesuai; (TS); dan 4)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kontrol diri dan kedisiplinan siswa
yang dikembangkan dari definisi oprasional variabel penelitian. Terdapat dua poin
kisi-kisi instrumen yaitu; 1) kisi-kisi instrumen kontrol diri yang terdiri dari
aspek-aspek kontrol diri; 2) kisi-kisi kedisiplinan siswa terdiri dari aspek-aspek
kedisiplinan siswa.
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kontrol diri dan kedisiplinan siswa
dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kontrol Diri (Sebelum Uji Coba)
Kisi-kisi instrumen kedisiplinan disajikan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kedisiplinan Siswa (Sebelum Uji Coba)
Aspek Indikator Sub Indikator
No. Butir
Aspek Indikator Sub Indikator
rasa tanggung
Instrumen dalam penelitian kuantitatif adalah menggunakan kuesioner atau
angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup,
yaitu siswa diberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang menggambarkan
tertutup jawaban sudah disediakan sehingga siswa tinggal memilih jawaban
dengan memberikan tanda checklist (√) pada Tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)
Pernyataan
Skor Empat Opsi Alternatif Respon
SS S TS STS
Favorable (+) 4 3 2 1
Un-Favorable (-) 1 2 3 4
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-4 dengan bobot
tertentu. Bobotnya ialah:
a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan
positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau
skor 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.
d. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif atau skor 4 pada pernyataan negatif.
E.Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen
dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penilaian dilakukan oleh dosen ahli
dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M)
dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item
tersebut dapat digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua
kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau diperlukannya revisi
pada item tersebut. Instrumen angket hasil judgement dari dosen ahli dapat dilihat
Tabel 3.5
Hasil Judgement Angket Kontrol Diri
Kesimpulan No Item Jumlah
Memadai 3,4 ,6,7.9,10,11,12, 13,14,15,16,17,18,19, 21,22,23,25,26,27,28,29,30,31,34,35,36,37,38,39
Hasil penimbang menunjukan terdapat item yang dapat digunakan, item yang
perlu direvisi dan item yang harus dibuang karena tidak relevan dengan indikator
dan aspek. Berdasarkan saran dari salah seorang dosen ahli, terdapat satu
indikator yang perlu dipisahkan karena bermakna berbeda dengan indikator lain
dalam satu aspek tersebut dihilangkan karena bermakna sama dengan indikator
lain dalam satu aspek tersebut. Dengan demikian, jumlah pernyataan yang
digunakan untuk uji coba instrumen ialah sebanyak 53 item. Adapun kisi-kisi
instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada Tabel 3. 6 berikut.
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kontrol Diri (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
Instrumen kedisiplinan hasil judgement dari dosen ahli dapat dilihat pada Tabel
3.7 sebagai berikut.
Tabel 3.7
Judgement Angket Kedisiplinan Siswa
Kesimpulan No Item Jumlah
Memadai 2,3,4 ,6,7,10,11,12, 13,14,17,19, 21,22,23, 28,30,31, 38,39,40, 45,46,47, 49,50,52,53,54,55
30
Revisi 9,15,16,18,20,25,26,27,29,35,36,42,43,48,51, 15 Buang 1, 8, 34,37,41,44 6 Tambahan
Total 45
Hasil penimbang menunjukan terdapat item yang dapat digunakan, item yang
perlu direvisi dan item yang harus dibuang karena tidak relevan dengan indikator.
Dengan demikian, jumlah pernyataan yang digunakan untuk uji coba instrumen
ialah sebanyak 45 item. Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan
instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kedisiplinan siswa (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)
Aspek Indikator Sub Indikator
No. Butir peristiwa peristiwa 39,41
jawab
Sebelum instrumen diuji validitas, instrumen kontrol diri dan kedisiplinan di
uji keterbacaan kepada sampel untuk mengukur keterbacaan instrumen dengan
tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam
pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan
Uji keterbacaan dilakukan kepada sampel setara yaitu kepada lima orang siswa
kelas XI SMKN 2 Bogor, untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen.
Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami
kemudian diperbaiki sesuai dengan kebutuhan sehigga dapat dimengerti oleh
siswa dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji coba
instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor Tahun Ajaran 2011/2012. Siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan
mengenai cara-cara pengisian angket sebelum mengisi angket.
a. Uji Validitas Item
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara
bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan
setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh
item yang terdapat dalam angket yang mengungkap kontrol diri dan kedisiplinan
siswa. Pengujian alat pengumpul data menggunakan rumus product-moment
Pengujian vadilitas dilakukan terhadap 53 item angket kontrol diri dan 50 item
kedisiplinan siswa dengan jumlah subjek 215 siswa tampak bahwa hasil pengujian
validitas terhadap 53 item untuk mengukur kontrol diri menunjukkan bahwa tiga
item dinyatakan tidak valid yakni nomor 2, 19 dan 21. Dengan demikian maka
ketiga item tersebut tidak akan diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya.
Dengan kata lain, instrumen yang digunakan untuk analisis data variabel kontrol
diri terdiri dari 50 item. Adapun item pernyataan yang dianggap valid dan tidak
valid dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kontrol Diri
Kesimpulan No Item Jumlah
Valid 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42,43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,53
50
Tidak Valid 2,19,21 3
Hasil pengujian terhadap 45 item untuk mengukur kedisiplinan siswa
menunjukkan bahwa kesemua item dinyatakan valid. Oleh karena itu, maka
kesemua item pada variabel kedisipinan siswa yang berkumlah 45 item dapat
diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya, dapat dilihat pada Tabel 3.10
berikut.
Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kedisiplinan Siswa
b. Uji reliabilitas Item
Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan skor yang diperoleh oleh
subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur tentang kontrol diri
dan kedisiplinan adalah dengan rumus metode Alpha sebagai berikut:
Kesimpulan No Item Jumlah
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42,43, 44, 45
47
(Arikunto, 2002:171)
= jumlah varians butir
2
t
= varians total
Adapun interpretasi nilai reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.11 yakni
sebagai berikut.
Tabel 3.11
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Nilai Keterangan
0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah 0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi
0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi
(Arikunto, 2006:276)
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach
diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada lembar lampiran. Rekapitulasi hasil
uji reabilitas tampak pada Tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel rhitung rtabel Keterangan
1. Kontrol Diri 0,844 0,138 Reliabel 2. Kedisiplinan siswa 0,908 0,138 Reliabel
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian yang
mengukur kontrol diri menghasilkan nilai rhitung = 0,844 dan dari tabel r product
moment diperoleh nilai rtabel dengan n = 215 dan taraf nyata (α) = 0,05 sebesar
rtabel = 0,138. Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,844 > 0,138) dengan
demikian instrumen penelitian untuk mengukur kontrol diri dapat dinyatakan
mempunyai daya ketepatan atau dengan kata lain reliable.
Begitu pula halnya dengan instrumen penelitian yang mengukur kedisiplinan
siswa menghasilkan nilai rhitung = 0,908 dan dari tabel r product moment diperoleh
nilai rtabel dengan n = 215 dan taraf nyata (α) = 0,05 sebesar rtabel = 0,138. Hal ini
berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,908 > 0,138) dengan demikian instrumen
penelitian untuk mengukur kedisiplinan siswa dapat dinyatakan mempunyai daya
ketepatan atau dengan kata lain reliable.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara dan alat yang digunakan
dalam mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subjek penelitian.
Tahap pengumpulan data meliputi: (a) penyampaian tujuan pengisian angket
kepada responden; (b) penyebaran angket, menjelaskan petunjuk pengisian
angkte; (c) pengumpulan angket; dan (d) studi dokumentasi dilaksanakan dengan
melakukan pengamatan terhadap hasil gambar-gambar yang diambil saat
pelaksanaan kegiatan penelitian berlangsung.
G.Analisis data
1. Prosedur Pengolahan Data Teknik
Prosedur pengolahan dan analisis data diolah menggunakan perhitungan
statistik. Penelitian ditunjukkan untuk mengetahui hubungan satu variabel dengan
variabel lain, yaitu variabel kontrol diri dengan kedisiplinan siswa. Langkah
selanjutnya setelah data terkumpul, maka data hasil penelitian diolah dan
dianalisis sebagai bahan acuan dalam menyusun program.
2. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui
gambaran yang jelas mengenai kontrol diri siswa dan kedisiplinan yang diperoleh
berdasarkan angket yang telah disebar pada siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
tahun ajaran 2011/2012. Data yang diperoleh akan diolah dan menjadi landasan
dalam pembuatan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
kontrol diri siswa. Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu
pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data
menjadi empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak
sesuai. Penentuan kelompok siswa dalam penelitian dilakukan konversi skor
mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas aktual dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menghitung rata-rata atau kriteria masing-masing responden
= Jumlah Skor Responden
Jumlah Item
b. Mengklasifikasikan perolehan rata-rata menjadi kriteria Sangat Sesuai, Sesuai,
Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai
c. Menghitung persentase keselurah perolehan skor setiap siswa
Berdasarkan hasil perhitungan, maka gambaran umum kontrol diri dan
kedisiplinan kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.
Tabel 3. 13
Kategori kontrol diri Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Kategori Persentase Sangat Sesuai 1% Sesuai 92% Tidak Sesuai 7% Sangat Tidak Sesuai 0%
Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat
dilihat pada Tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14
Interpretasi Skor Kategori Kontrol Diri
Kategori Kualifikasi
Sangat Sesuai
Siswa sangat mampu untuk mengontrol dirinya. Artinya, siswa sangat mampu mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang sangat baik.
Sesuai
Kategori Kualifikasi
siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang baik.
Tidak Sesuai
Siswa tidak mampu untuk mengontrol dirinya. Artinys, siswa tidak mampu mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang tidak baik.
Sangat Tidak Sesuai
Siswa sangat kesulitan dalam mengontrol dirinya, sehingga siswa sangat tidak mampu untuk mengatur tingkah lakunya, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang sangat tidak baik.
Selanjutnya gambaran umum kedisiplinan siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut.
Tabel 3. 15
Kategori kontrol diri Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Kategori Persentase Sangat sesuai 5% Sesuai 90%
Tidak Sesuai 5% Sangat Tidak Sesuai 0%
Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat
dilihat pada Tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.16
Interpretasi Skor Kategori Kedisiplinan Siswa
Kategori Kualifikasi
Sangat Sesuai
Siswa sangat disiplin, dengan demikian siswa sangat mampu untuk dapat mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab. Artinya pada kategori ini siswa dapat berperilaku disiplin dengan sangat baik.
Sesuai
Siswa disiplin, dengan demikian siswa mampu untuk dapat mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab. Artinya, pada kategori ini siswa dapat berperilaku disiplin dengan baik.
Tidak Sesuai
Kategori Kualifikasi
tanggung jawab. Artinya, pada kategori ini siswa tidak dapat berdisiplin dengan baik.
Sangat Tidak Sesuai
Siswa sangat kesulitan dalam mengontrol dirinya, artinya siswa sangat tidak mampu mengontrol diri dengan baik dalam mentaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan sebagai prasyarat penelitian. Jika data variabel
lolos uji prasyarat ini, yakni data berdistribusi normal, maka analisis dapat
dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametrik yang dalam hal ini adalah
analisis regresi sederhana. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji
chi kuadrat dengan hipotesis,
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
Kesimpulan diambil berdasarkan kriteria sebagaimana berikut;
H0diterima jika χ2hitung < χ2 tabel → data berdistibusi normal
H0ditolak jika χ2hitung > χ2 tabel → data tidak berdistibusi normal
Tabel 3.17 berikut menyajikan hasil uji normalitas dengan menggunakan chi
kuadrat atas masing-masing variable penelitian yakni variable kontrol diri dan
kedisiplinan siswa berikut kesimpulan yang dapat diambil.
Tabel 3.17
Hasil Penghitungan Uji Normalitas Data Variabel
Kelompok Data Χ2 hitung Dk Χ2 tabel Kesimpulan Kontrol diri 8,502 8 15,507 Normal Kedisiplinan siswa 12,725 8 15,507 Normal
Berdasarkan tabel di atas, dapat melihat bahwa pada variable kontrol diri, diketahui nilai χ2
hitung sebesar 8,502 lebih kecil dari χ2 tabel sebesar 15,507. Dengan demikian, maka data variable kontrol diri dapat dikatakan berdistribusi
normal. Demikian pula halnya dengan nilai χ2 hitung pada variable kedisiplinan siswa sebesar 12,752 lebih kecil dari χ2
dapat disimpulkan bahwa data variable kedisiplinan siswa juga berdistribusi
normal.
e. Analisis Koefisien Korelasi
Analisis korelasi yang digunakan dalam mengolah data penelitian yaitu
Product Moment. Untuk mencari derajat hubungan antara variabel X dengan
variabel Y, digunakan analisis korelasi dengan rumus-rumus sebagai berikut:
Mencari koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y dengan
menggunakan koefisien korelasi product moment sebagai berikut.
= 215. 4121672 -(30666)( 28679)
Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus.
Dalam menafsirkan makna hubungan variabel X terhadap variabel Y, harga
thitung dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk (n-2) dan taraf tingkat
kepercayaan 95%. Kriteria pengujiannya yaitu hipotesis alternatif diterima apabila
thitung lebih besar daripada ttabel maka terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel X dengan variabel Y dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui koefisien korelasi antara variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y), dapat dilihat di pada Tabel 3.18
berikut.
Tabel 3.18
Koefisien Korelasi antara Variabel X dengan Variabel Y
Hub Variabel
Korelasi Uji Signifikansi r hitung Ket t hitung r yx 0,801 Kuat 19,528
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kontrol diri (X) memiliki hubungan
positif dengan variabel kedisiplinan siswa (Y) dengan koefisien korelasi sebesar
0,801 sehingga termasuk pada kategori kuat. Hal tersebut berarti bahwa jika
kualitas kontrol diri yang dimiliki siswa di SMK Negeri 2 Bogor meningkat, maka
kedisiplinan para siswa tersebut pun secara otomatis juga akan meningkat, begitu
pula sebaliknya.
Tingkat signifikansi korelasi dapat diketahui dengan melihat nilai t hitung.
Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel pada alpha 0,05 dan dk = 215 – 2 = 213
sebesar 1,971, maka H0 ditolak dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.17 terlihat besarnya nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel
(19,528 >1,971). Dengan demikian maka koefisien korelasi dinyatakan signifikan.
Dengan kata lain, terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan
kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor.
g. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dipergunakan dengan maksud untuk mengetahui
besarnya kontribusi variabel X (kontrol diri) terhadap variabel Y (kedisiplinan
siswa) dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:
Keterangan:
KD = Nilai Koefisien Determinan
Koefisien determinasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat
keberpengaruhan variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji koefisien
determinasi dalam model yang dianalisis ini sebesar 0,641 (R2 = 0,8012).
Maka koefisien determinasi (derajat keberpengaruhan) variabel X terhadap
variabel Y adalah sebesar 64,1%. Dengan kata lain, hal ini berarti besarnya
sumbangan variabel kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa di SMK Negeri 2
Bogor adalah sebesar 64,1% sedangkan sisanya sebesar 35,9% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
h. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi pengaruh/kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengujian hipotesis dilakukan
melalui nilai fhitung dengan hipotesis.
Ho : Variabel kontrol diri tidak memiliki kontribusi yang positif terhadap
variabel kedisiplinan siswa
Ha : Variabel kontrol diri memiliki kontribusi yang positif dan terhadap
variabel kedisiplinan siswa.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
Jika thitung > ttabel, maka ho ditolak dan ha diterima.
Jika thitung < ttabel, maka ho diterima dan ha ditolak.
Hasil uji hipotesis dengan uji t adalah seperti yang telah dikemukakan,
diketahui nilai thitung sebesar 19,528 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,971.
Dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya memang terdapat
kontribusi yang positif dan signifikan dari variabel kontrol diri terhadap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data mengenai
kontrol diri dan kedisiplinan siswa di sekolah, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Secara umum hampir seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun
Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa siswa memiliki kontrol diri yang baik
atau berada kategori sesuai. Artinya bahwa siswa mampu mengontrol dirinya
dengan cara mengatur tingkah laku dan melakukan pertimbangan terlebih
dahulu sebelum memutuskan untuk bertindak.
2. Secara umum hampir seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran
2011/2012 berada pada kategori sesuai menunjukkan siswa disiplin. Artinya
siswa mampu untuk dapat mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau
peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab. Pada kategori
ini siswa dapat berperilaku disiplin dengan baik.
3. Terdapat korelasi yang positif antara kontrol diri dengan kedisiplinan siswa
kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012. Artinya, artinya bahwa
semakin siswa mampu untuk mengontrol dirinya, maka akan semakin disiplin
siswa tersebut atau begitu pula sebaliknya.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Sekolah
Secara langsung dalam penelitian pentingnya keterlibatan dari pihak sekolah.
Bagi pihak sekolah hendaknya melakukan beberapa hal berikut ini.
a. Kepala Sekolah, guru serta personel sekolah lainnya hendaknya selalu
memberikan contoh teladan kepada siswa, yaitu bersikap dan berperilaku
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengembangkan kontrol internal
terhadap perilaku sebagai dasar perilaku disiplin;
c. Kerjasama guru dalam hal membina perilaku siswa harus lebih ditingkatkan,
karena dalam hal mendisiplinkan siswa bukan hanya tugas sebagian guru saja
melainkan tugas semua guru dan staf yang ada di sekolah.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa saran bagi konselor
dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan
kontrol diri dan kedisiplinan siswa. Bagi konselor hendaknya melakukan beberapa
hal berikut ini.
a. Konselor hendaknya memberikan layanan bimbingan yang lebih lanjut
terhadap siswa yang memiliki kontrol diri yang tidak sesuai dengan
memperhatikan aspek kontrol perilaku (behavioral control), kontrol kognitif
(cognitive control) dan kontrol keputusan (decisional control) yang merupakan
kesatuan utuh dalam pembentukan kontrol diri siswa. Guru bimbingan
konseling dapat mengembangkan kontrol diri siswa dengan cara sebagai
berikut.
1) Konselor sekolah memberikan layanan informasi terlebih dahulu dengan
cara memberikan informasi mengenai manfaat dapat mengontrol diri, dan
manfaat patuh terhadap peraturan sekolah. Pemberian layanan yang telah
ada disajikan dengan cara yang lebih menarik, kreatif, dan inovatif sesuai
kebutuhan siswa agar dapat mengembangkan kemampuan mengontrol diri.
2) Konselor memberikan layanan konseling individu atau kelompok, yang
berhubungan dengan kegiatan untuk menyelesaikan masalah kontrol diri
dan kedisiplinan, seperti cara memberikan catatan berisi pencapaian target
dalam berperilaku mamatuhi peraturan sekolah, menentukan skala prioritas,
memajemen waktu, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Apabila siswa
dapat mencapai target yang telah dibuat, hendaknya konselor memberikan
motivaasi dan sebagainya, sehingga dengan reward tersebut dapat memacu
siswa mempertahankan konsistensinya dalam berdisiplin.
3) Konselor dapat memberikan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk
mengembangkan perilaku yang positif terutama yang berhubungan dengan
peningkatan kontrol diri siswa dalam menghindari pelanggaran disiplin di
sekolah ataupun di luar sekolah.
b. Konselor dalam melaksanakan program bimbingan untuk mengembangkan
kontrol diri, konselor mensosialisasikannya kepada guru ataupun personil
sekolah lain, sehingga dimungkinkan adanya bentuk kerjasama dan pemberian
layanannya lebih ringan dan efektif.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai
profil kontrol diri dan kedisiplinan. Direkomendasikan hal-hal sebagai berikut.
a. Melakukan penyempurnaan instrumen penelitian kontrol diri dan kedisiplinan
siswa disekolah berdasarkan aspek indikator khususnya dalam item-item
pernyataan sehingga menghasilkan instrumen yang lebih valid dan reliabel.
b. Menggunakan metode yang lebih beragam dan menarik dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa
sehingga kedisiplinan yang dicapai siswa lebih optimal.
c. Membandingkan gambaran umum kontrol diri pada setiap jenjang sekolah
ataupun jenjang kelas yang berbeda, sehingga gambaran yang dihasilkan lebih
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
_______. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Berndt, T.J. (1992). Child Development. New York: Holf Renehart&Winston Inc.
Calhoun, J.F. Acocella, J.R. (1990). Psychology of Adjustment and Human Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.
Calhoun, J. F dan Acocella, J. R. Alih bahasa oleh RS. Satmoko. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hurlock, E. B. (1992). Child Development. McGraw-Hill Book Publishing Company, Inc., New York.
______, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
______, E.B. (1984). Child Development. 2nd ed. Singapore: McGraw-Hill, Inc
Hurlock, E. (1978). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Lazarus, R.S. (1976). Paterns of Adjusment. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd.
Lestari, M. (2006). Kontribusi Kendali Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Lindgren, H. C. (1976). Educational Psychology in the Classroom. John Wiley & Sons, Inc., New York.
Logue, A. W. (1995). Self Control. New Jersey: Prentice Hall.
Muharsih, L. (2008). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecerdasan Perilaku Konsumtif Pada Remaja di Jakarta Pusat. Skripsi pada Psikologi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan
Muro, James J & Kottman (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Middle Schools. United State of America: Web Brown Communication inc.
Novian, R. (2011). Hubungan Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik Siswa. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Penataan Pendidikan Profesional Lonselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. (2008). Departemen Pendidikan Nasional.
Prijodarminto,S. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : Abadi.
Rachman, M. (1999). Manajemen Kelas. Jakarta : Depdiknas, Proyek Pendidikan Guru SD.
Rusmana, N. (2009). Bimbingan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Suherman, U. (2007) Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi : Madani.
Sukartini, Sri Patmah. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito
Tajiri, Hajir. (2012). Model Konseling Kognitif-Perilaku Untuk Meningkatkan Kemampuan Kontrol Diri Perilaku Seksual Remaja. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Vasta, R. Haith, M & Miller, S.A. (1992). Child Psychology: The Modern Science. New York: John Wiley & Sons
Yusuf, S. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Yusuf, dan Juntika Nurikhsan. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya.
Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan Siswa dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.