YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II
KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN
TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini
1. Keterampilan Sosial
Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi, dan
masa yang paling potensial untuk belajar, terutama dalam proses perkembangan
sosialnya. Sesuai dengan pendapat Kurnia (2009:83), bahwa:
“Perkembangan sosial adalah kemampuan untuk bersosialisasi, kemandirian, dan mengendalikan diri. Perkembangan sosial anak-anak dapat dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam berhubungan dengan orang lain dan menjadi anggota masyarakat sosial yang produktif. Hal ini mencakup bagaimana seorang anak belajar untuk memiliki suatu kepercayaan terhadap perilakunya dan hubungan sosialnya’’.
Sedangkan menurut Yusuf (2012:122)
“Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pengertian tersebut dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama’’.
Menurut Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa “Perkembangan
keterampilan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
tuntunan sosial.” Jadi dari pendapat tersebut perkembangan sosial yang dimiliki
masing-masing individu akan membawa individu tersebut menjadi orang yang
mampu bermasyarakat (sosialized). Wahyudin & Agustin (2012:45) menyatakan
bahwa “Keterampilan sosial adalah satu kemampuan lain yang harus dikuasai
anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain’’.
Mussen, at al (Masitoh, 2011) menyatakan bahwa keterampilan sosial
adalah istilah yang digunakan oleh para ahli pisikologi untuk mengacu pada
seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan
mengungkapkan simpati.
Sementara menurut Nasution (2010) menyebutkan bahwa Keterampilan
anak merupakan cara anak dalam melakukan interaksi baik dalam bertingkah laku
maupun dalam hal berkomunikasi dengan orang lain.
Yuspendi (Fatmawati, 2010) menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah
keterampilan anak untuk untuk membina hubungan antar pribadi dalam berbagai
lingkungan dan kelompok sosial.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli yang telah dipaparkan diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan sosial didefinisikan sebagai
kemampuan yang dimiliki anak dalam berinteraksi dan berperilaku menyesuaikan
diri dengan lingkungannya serta menyeimbangkan kemampuan proses
berpikiryang diekspresikan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang
yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan
simpati.Kemampuan tersebut harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
2. Proses Perkembangan Sosial
Untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat memerlukan 3 proses.
Masing-masing proses terpisah dan berbeda satu sama lain, tapi saling berkaitan,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1978:250), yaitu sebagai berikut
a. Belajar berperilaku yang dapat di terima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi setiap anggotanya tentang
prilaku yang dapat di terima. Untuk dapat bermasyarkat anak tidak hanya
harus mengetahui prilaku yang diterima, tetapi mereka juga harus
menyesuaikan dengan patokan prilaku yang diterima
b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang dapat di tentukan
dengan seksama oleh para anggotanya dan di tuntut untuk di patuhi
9
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai
aktivitas sosial dan orang.
Sebagaimana uraian diatas bahwa anak harus memiliki proses
perkembangan sosial seperti dapat berinteraksi dengan orang lain, menerima
kehadiran orang lain, membutuhkan orang lain karena anak adalah makhluk
sosial, agar mereka dapat diterima di masyarakat.
3. Pola Perkembangan Sosial
Menurut Hurlock (1978:262) mengemukakan ada beberapa pola perilaku
dalam situasi sosial pada awal masa kanak – kanak yaitu sebagai berikut:
a. Pola Perilaku Sosial
1) Kerjasama
Anak bermain atau bekerjasama hingga usia mereka empat tahun. Semakin
banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melatih keterampilan ini,
semakin cepat mereka belajar dan menerapkannya secara nyata dalam
kehidupannya.
2) Persaingan
Persaingan ini dapat mengakibatkan perilaku baik atau buruk pada anak.
Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice.
Jika anak melakukannya karena terdorong untuk berusaha sebaik-baiknya
hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu diekspresikan
dalam pertengkaran dan kesombongan akan mengakibatkan timbulnya
sosialisasi yang buruk.
3) Kemurahan Hati
Kemurahan hati merupakan perilaku kesediaan untuk berbagi dengan yang
lain. Jika hal ini meningkat maka perilaku mementingkan diri sendiri akan
berkurang. Perilaku kemurahan hati dapat menghasilkan penerimaan
sosial.
Jika anak memiliki hasrat yang kuat akan penerimaan sosial, hal ini akan
mendorong anak untuk melakukan penyesuaian secara baik.
5) Simpati
Seorang anak belum mampu melakukan simpati sehingga mereka pernah
mengalami situasi yang yang mirip dengan duka cita. Meraka
mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur
seseorang yang sedang sedih.
6) Empati
Empati merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang
lain serta menghayati pengalaman orang tersebut. Sikap ini akan
berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah orang lain atau
maksud pembicaraan orang lain
7) Ketergantungan
Ketergantungan anak terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian,
dan kasih sayang, akan mendorong anak untuk berperilaku dalam cara
yang diterima secara sosial.
8) Sikap Ramah
Anak dapat memperlihatkan sikap ramah dengan cara melakukan sesuatu
bersama orang lain, membantu teman, dan menunjukkan kasih sayang.
9) Sikap Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Anak yang mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan untuk
membagi apa yang mereka miliki dan anak yang tidak terus-menerus
menjadi pusat keluarga, akan cenderung belajar memikirkan dan berbuat
untuk orang lain.
10)Meniru
Anak-anak melakukan peniruan terhadap orang-orang yang diterima baik
oleh lingkungannya. Dengan meniru anak mendapatkan respons
11
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11)Perilaku kelekatan
Berdasarkan pengalamannya pada masa bayi, tatkala anak merasakan
kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih bersama ibunya, anak
mengembangkan sikap ini untuk membina persahabatan dengan anak lain.
Dengan demikian dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap anak
memiliki pola perilaku yang berkembang dan apabila anak diberikan stimulasi
yang tepat maka pola perilaku sosial dapat berkembang secara optimal.
b. Pola Perilaku Tidak Sosial
1) Negativisme
Negativisme adalah perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk
berperilaku tertentu. Perilaku ini biasanya dimulai pada anak usia dua
tahun dan mencapai puncaknya antara usia tiga sampai enam tahun.
Ekspresi fisiknya hampir mirip dengan ledakan kemarahan, tetapi secara
bertahap berubah menjadi penolakan secara lisan.
2) Agresi
Agresi merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun
verbal atau berupa ancaman yang disebabkan adanya rasa permusuhan.
Tingkah laku ini sering kali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi,
misalnya karena dilarang melakukan sesuatu.
3) Pertengkaran
Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang mengandung
kemarahan. Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu
oleh sikap atau perilaku anak lain.
4) Mengejek dan Menggertak
Mengejek merupakan serangan secara lisan terhadap orang lain, sedangkan
menggertak merupakan serangan yang bersifat fisik.
5) Perilaku yang Sok Kuasa
Perilaku sok kuasa adalah perilaku yang berkecenderungan untuk
mendominasi orang lain atau menjadi “bos”. Perilaku ini pada umumnya
6) Egosentrisme
Seseorang dikatakan egosentris apabila lebih peduli terhadap dirinya
sendiri daripada orang lain. Mereka lebih banyak berpikir dan bicara
mengenai dirinya sendiri dan aksi mereka semata-mata untuk keuntungan
pribadi.
7) Prasangka
Prasangka ini terbentuk pada masa kanak-kanak awal yaitu ketika anak
menyadari bahwa sebagian orang berbeda dari mereka dalam hal
penampilan dan perilaku. Perbedaan tersebut oleh kelompok sosial
dianggap sebagai tanda kerendahan. Bagi anak kecil tidaklah umum
mengekspresikan prasangka dengan bersikap membedakan orang-orang
yang mereka kenal.
8) Antagonisme Jenis Kelamin
Ketika akhir masa kanak-kanak, banyak anak laki-laki ditekan oleh
keluarga laki-laki dan teman sebayanya untuk untuk menghindari
pergaulan dengan anak perempuan. Mereka juga mengetahui bahwa
kelompok sosial memandang derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Namun pada usia ini, anak laki-laki tidak melakukan
pembedaan terhadap anak perempuan tetapi menghindari mereka dan
kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anak perempuan.
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa pola perilaku tidak sosial yang
muncul pada diri anak akibat keadaan dan pengaruh lingkungan sekitarnya
misalnya adanya tekanan dari keluarga. Jadi alangkah lebih baik jika peran
keluarga sangat dibutuhkan anak agar pola perilaku tidak sosial tidak terjadi.
4. Tahapan Perkembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun
Tahapan perkembangan keterampilan sosial anak usia 5-6 tahun, menurut
PERMEN No 58 tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
13
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tingkat pencapaian
perkembangan
Indikator
1. Bersikap kooperatif
dengan teman
a. Dapat melaksanakan tugas kelompok
b. Dapat bekerjasama dengan teman
c. Mau bermain dengan teman
2. Menunjukkan sikap
toleran
a. Mau meminjamkan miliknya
b. Mau berbagi dengan teman
c. Saling membantu sesama teman
3. Mengekspresikan
emosi yang sesuai
denan kondisi yang ada
(senang-sedih-antusias
dsb
a. Sabar menunggu giliran
b. Mengendalikan emosi dengan cara
yang wajar
c. Senang ketika mendapatkan sesuatu
d. Antusias ketika melakukan kegiatan
yang diinginkan
4. Mengenal tatakrama
dan sopan santun
sesuai dengan nilai
sosial budaya setempat
a. Memberi dan membalas salam
b. Berbicara dengan tidak berteriak
5. Memahami peraturan a. Datang ke sekolah tepat waktu
b. Mentaati aturan/tata tertib di kelas
c. Mentaati aturan permainan
6. Menunjukkan rasa
empati
a. Menghibur teman yang sedih
b. Mendoakan teman yang sakit
c. Suka menolong
d. Mau memberi dan menerima maaf
7. Memiliki sikap gigih
(tidak mudah
menyerah).
a. Melaksanakan tugas sendiri sampai
selasai
b. Dapat menerima kritik
pertanyaan
d. Bertanggung jawab akan tugasnya
8. Bangga terhadap hasil
karya sendiri
a. Menunjukkan kebanggaan terhadap
hasil karyanya
b. Memelihara hasil karya sendiri
9. Menghargai
keunggulan orang lain
a. Dapat memuji teman/orang lain
b. Menghargai hasil karya teman/orang
lain
c. Menghargai keunggulan teman/orang
lain
B. Teknik Collective Painting
1. Pengertian Teknik Collective Painting
Secara etimologi “Teknik’’ berarti suatu cara kerja yang sistematik dan
umum, sedangkan “Collective ” yang artinya bersama dan “Painting’’ yang berarti
mengecat atau melukis yang disimpulkan menjadi melukis bersama. Teknik
Collective Painting merupakan sebuah teknik atau cara dalam melukis, mewarnai
yang dilakukan secara bersama-sama.
Teknik Collective Painting salah satu teknik seni rupa yang termasuk ke
dalam Teknik kerja kelompok. Teknik kerja kelompok itu di bagi menjadi 2, yaitu
kerja paduan (group work), dan kerja kolektif (collective painting). Teknik
Collective Painting adalah “ proses melukis (menggambar) yang dilakukan secara
bersama-sama oleh sekelompok anak “( Prawira, 2005:116)
Dalam pelaksanaan teknik kerja kelompok ini, bisa juga dengan teknik
campuran (antara jenis paduan dan kumpulan). Misalnya gambar yang dibuat
meliputi 3 adegan, dan setiap adegan dibuat oleh lima orang anak, maka untuk ini
diperlukan 15 orang anak. Setiap adegan dikerjakan dengan jenis kerja paduan,
dan jika ketiga gambar itu dipersatukan, gambar itu merupakan kumpulan dari
tiga buah gambar (hasil paduan). Kerja kelompok ini dimaksudkan untuk
15
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berukuran besar (misalnya karton manila atau yang lebih besar dari itu), dan
menciptakan hubungan emosi (sosioemosional) antar siswa menjadi lebih hangat
dan harmonis.
2. Langkah-langkah Penerapan Teknik Collective Painting Pada
Keterampilan Sosial Anak Ra Raudlatul Jannah
Adapun langkah-langkah penerapan teknik Collective Painting menurut
prawira (2005:116) adalah sebagai berikut:
a) Anak-anak, dalam satu kelompok, menyusun kertas gambar ukuran kecil
menjadi satu bidang besar. Jika satu kelompok berjumlah 6 orang anak,
maka ukuran bidang gambar menjadi 6 kali ukuran kuarto/A4. Satukanlah
keenam kertas tersebut dengan menggunakan selotip (di bagian
belakangnya).
b) Tentukan seorang anak (berdasarkan musyawarah kelompok) untuk
membuat sketsa (rencana gambar) dengan pensil. Tema gambarnya juga
ditentukan bersama-sama.
c) Kertas gambar yang berjumlah 6 lembar itu setelah digambar, kemudian
dilepas dan dibagikan lagi kepada masing-masing anggota kelompok.
Sebelumnya kertas harus diberi tanda atau nomor untuk memudahkan
proses penyatuan kembali.
d) Langkah berikutnya, setiap anggota kelompok menyempurnakan bagian
sketsa gambar dengan cara mewarnainya atau melengkapinya sesuai
ekspresinya masing-masing.
e) Terakhir, jika setiap anggota telah menyelesaikan sketsanya, kumpulkan
dan satukan kembali hasil karyanya itu. Pada langkah ini merupakan
langkah yang menarik dan menyenangkan, karena secara bersama-sama
setiap kelompok akan menyaksikan bagaimana gambar yang
terpisah-pisah itu harus bersatu. Ada bagian yang satu dengan lainnya tidak
sewarna, ada pula yang berubah unsur yang digambarkannya. Semua anak
berikan selotip di bagian belakang gambar. Tempelkan gambar besar itu
pada dinding kelas.
Keterampilan sosial anak merupakan kemampuan yang sangat penting
untuk dimiliki anak ketika mereka bersosialisasi, bekerjasama, dan berinteraksi
dengan teman sebayanya. Melalui teknik collective painting diantaranya anak
belajar bekerjasama dan membantu teman-temannya. Dengan teknik ini hubungan
antar anak akan terjalin baik, karena mereka dituntut bekerja bersama, saling
menghargai karya teman, dan membuat gambar berkarya dengan tujuan yang
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan RA Raudlatul Jannah
yang merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang beralamatkan
di Kp. Cikajang Rt 05/ Rw 10 Desa Lamajang Kecamatan Pangalengan
Kabupaten Bandung. Didirikan oleh Yayasan Raudlatul Jannah pada tahun 2007.
RA Raudlatul Jannah dibangun diatas tanah wakaf dan sebagian tanah PLN,
dengan status hak guna pakai. Bangunan sekolah berbentuk permanen dan
memiliki dua ruangan kelas, yang berukuran 6m x 6m. Satu ruangan kelompok A
dan satu lagi ruangan kelompok B, selain itu terdapat satu ruangan kantor, dua
WC dan tempat untuk berwudhu. Sedangkan sarana untuk bermain anak
disediakan di halaman sekolah, secara umum sarana dan pra sarana di RA
Raudlatul jannah cukup baik.
Tenaga pendidik yang ada di RA Raudlatul Jannah berjumlah lima orang
guru dan satu kepala sekolah. Berikut ini adalah data pendidik RA Raudlatul
Jannah:
Tabel 3.1
Data Tenaga Pendidik
NO Nama Tempat, Tanggal Lahir
Pendidikan Jabatan Mulai Bekerja (Thn) 1 Dadi sutisna
SPd.I
Bandung, 06 Mei 1969
S 1 Kepala sekolah
2007
2 Yuliah Bandung, 02 Februari 1982
SMA Guru 2007
3 Yani suryani Bandung, 06 Agustus 1984
SMA Guru 2007
4 Tuni Tri Kartini
Bandung, 12 Februari 1985
5 Cucun Rohaeni
Bandung, 06 Februari 1978
SMA Guru 2007
6 Budi Ardiansyah
Bandung, 01 Februari 1995
MA Guru 2013
Jumlah seluruh siswa dan siswi di RA Raudlatul Jannah pada tahun ajaran
2013-2014 berjumlah 35 orang, terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok B I
berjumlah 17 orang dan kelompok B II berjumlah 18 orang. Adapun yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berada pada kelompok B
dengan data siswa pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.2
Data Subjek Penelitian
No Nama anak Jenis kelamin Tempat tanggal lahir
18
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Desain Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti akan
menggunakan model siklus. Adapun model siklus yang digunakan adalah model
kemmis dan taggart (arikunto, 2012:16) yang terdiri dari empat tahapan yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Hasil dari refleksi
pada siklus berikutnya merupakan bahan pertimbangan untuk perencanaan
tindakan pada siklus berikutnya. Penjelasan dari tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan guru sebagai peneliti berkolaborasi dengan
teman sejawat membuat skenario yang mengacu pada perencanaan tertulis
dalam bentuk RKH ( Rencana Kegiatan Harian ), menyiapkan alat dan
bahan, membuat lembar observasi untuk melihat kinerja guru dan aktifitas
anak selama proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan, kegiatan penelitian dilaksanakan didalam kelas
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, guru sebagai peneliti
dibantu oleh rekan sejawat sebagai fasilitator berkolaborasi mengarahkan
dan memberi semangat dalam melakukan kegiatan penelitian tentang
keterampilan sosial anak melalui kegiatan collective painting sehingga
dapat menghasilkan hasil pembelajaran yang diinginkan.
3. Pengamatan (observasi)
Kegiatan pengamatan (observasi) dilakukan oleh peneliti selama
kegiatan tindakan berlangsung dan setelah proses tindakan berlangsung
dengan melihat hasil dari pembelajaran yang diberikan. Apabila dalam
pemberian tindakan ditemukan kekurangan-kekurangan maka hal tersebut
jika tindakan yang diberikan belum menunjukkan perubahan, khususnya
pada keterampilan sosial anak.
4. Refleksi
Tahapan refleksi merupakan tahapan yang sangat penting
dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi merupakan
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah di lakukan.
Refleksi dilakukan setelah tindakan diberikan dan melalui ini diharapkan
dapat memperbaiki kekurangan keterampilan dan pembelajaran anak pada
penelitian selanjutnya.
Untuk lebih jelas siklus tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart
(Arikunto, 2012:16)
C. Metode Penelitian
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan Refleksi Pelaksanaan
20
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode yang digunakan peneliti dalam dalam melakukan penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Melalui penelitian tindakan kelas ini,
diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran serta
mengatasi permasalahan yang terjadi, khususnya dalam meningkatkan
keterampilan sosial anak usia dini melalui teknik Collective Painting yang terjadi
di RA Raudlatul Jannah.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi 2 hal yaitu tentang konsep
keterampilan sosial dan teknik collective painting.
1. Keterampilan sosial adalah istilah yang digunakan oleh para ahli
pisikologi untuk mengacu pada tindakan moral yang diekspresikan secara
kultural, seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan,
bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati (Mussen, at
al dalam Masitoh, 2011).
2. Teknik collective painting adalah salah satu teknik seni rupa, yang
merupakan proses melukis (menggambar) dan mewarnai yang dilakukan
secara bersama-sama oleh sekelompok anak (Prawira, 2005:116).
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa alat
pengumpul data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) ini digunakan untuk melihat sejauh mana
proses pembelajaran berlangsung dan melihat dampak pembelajaran
menggunakan teknik collective painting dapat meningkatkan keterampilan
sosial. Observasi ini dilakukan pada setiap proses tindakan berlangsung
sebagai perbaikan pada tindakan selanjutnya untuk mengantisipasi
yang digunakan adalah berupa pedoman observasi yang terdiri dari
beberapa aspek keterampilan sosial anak yang harus diamati.
2. Catatan Anekdot
Catatan Anekdot adalah suatu teknik pengumpulan data yang
bersifat pengamatan (observasi), karena guru sebagai pengamat hanya
mencatat berbagai peristiwa yang terjadi selama kegiatan belajar
berlangsung atau ketika anak sedang bermain diluar tempat belajar.
Catatan anekdot dibuat oleh guru setelah peristiwa terjadi. Adapun
instrument penelitian yang digunakan adalah berupa format catatan
anekdot.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data
tentang keterampilan sosial anak melalui teknik collective painting.
Adapun dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto kegiatan
pembelajaran pada siklus pembelajaran, Rencana Kegiatan Harian, dan
profil sekolah, guru, dan anak.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman observasi,
format catatan anekdot, dan pedoman dokumentasi. Beberapa pedoman penelitian
tersebut kemudian dikembangkan melalui kisi-kisi instrumen penelitian, kisi kisi
instrumen yang disusun pada penelitian ini mengacu pada definisi operasional
yang kemudian diadaptasikan dengan penggunaan teknik collective painting.
22
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL KELOMPOK B
Variabel Indikator Pernyataan Teknik pengumpula n data Instrume nt Sumber data Butir item Keterampilan sosial 1. Bersikap kooperatif bersama teman 1. Mau bekerjasama dengan teman 2. Dapat melaksanakan tugas kelompok
Observasi Daftar checklist
anak 1-2
2. Menunjuk kan sikap toleran 1. Mau meminjamkan miliknya
2. Mau berbagi dengan teman
3. Saling membantu sesama teman
observasi 3-5
3. Menunjuk kan rasa empati
1.Mau
menolong teman observasi
4. Menghargai hasil karya teman
1. Menghargai hasil karya teman/orang lain
2. Menghargai keunggulan teman/orang lain
observasi 7-8
Tabel 3.4
Lembar Checklist Keterampilan Sosial Anak
Nama :
Kegiatan:
No Aspek Yang Di Nilai Penilaian B C K 1 Dapat mengerjakan tugas secara kelompok
2 Dapat bekerjasama dengan teman
3 Mau meminjamkan barang miliknya
4 Mau berbagi dengan teman
5 Saling membantu sesama teman
6 Mau menolong teman
7 Menghargai hasil karya teman/orang lain
8 Menghargai keunggulan
Keterangan
B : Berkembang Baik
24
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu K : Masih Banyak Memerlukan Stimulus / Bantuan
Tabel 3.5
Data Rekapitulasi Observasi Keterampilan Sosial Anak
No Nama Penilaian Indikator Skor Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Keterangan :
Tabel 3.6
PEDOMAN OBSERVASI KETERAMPILAN SOSIAL GURU PADA
WAKTU KEGIATAN
No Alat Kegiatan Belajar Mengajar Ada Tidak Ket
1 Program Tahunan
2 Program Semester
3 Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
4 Rencana Kegiatan Harian (RKH)
5 Media Pembelajaran
6 Alat Penilaian
CATATAN ANEKDOT
1. Nama anak :………
2. Kelompok :……… 2 : Dapat bekerjasama dengan teman
3 : Mau meminjamkan barang miliknya
4 : Mau berbagi dengan teman
5 : Saling membantu sesama teman
6 : Mau menolong teman
7 : Menghargai hasil karya teman/orang lain
26
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Tanggal observasi :……….
4. Peristiwa :………
5. Interprestasi :……….
G. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses memilih, memilah, membuang dan
menggolongkan data. Menurut sugiyono (2014:92), tahapan analisis data pada
penelitian ini terdiri dari tiga tahap,yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan dicatat dan diteliti secara rinci.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Peneliti menetapkan tujuan yang akan dicapai
setiap akan mereduksi data.
2. Display data
Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar ketegori yang terbentuk teks bersifat naratif. Dengan display data maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Verifikasi
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kuantitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
YaniSuryani, 2014
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, Suhardjono, Supardi. (2012).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fatimah, F. (2010). Meningkatkan Keterampilan Anak Taman Kanak-Kanak melalui permainan tradisional. UPI Bandung
Hurlock, E. (1988). Perkembangan Anak, Bandung: Erlangga
KEMENDIKNAS.(2010). Kurikulum Taman Kanak-Kanak. Pedoman Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar
Kurnia, A. (2009). Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung Yayasan Kreatif Cemerlang.
Mulyasa, E. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Masitoh (2010). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Masitoh, I. (2011). Meningkatkan keterampilan sosial anak Taman Kanak-Kanak Melalui metode BCCT(Beyond Centres and Circle Time). UPI Bandung
Nasution, s. (2010). Memahami perkembangan keterampilan sosial anak. Tersedia pada http://www.solehuddinnasution.psikologi.anak. Diakses pada tanggal 29 juni 2014 pukul 16.30 WIB
Sugiyono (2014). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Alfabeta
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Prawira,N.G. ( 2005). Seni Rupa dan Kerajinan, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Wahyudin, U, dan Agustin, M. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: PT. Refika Aditama