• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Metematika

oleh

Ady Sulton Maulana

0800421

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Penerapan Strategi

REACT

untuk

meningkatkan Kemampuan Koneksi

Matematis Siswa SMP

Oleh

Ady Sulton Maulana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

© Ady Sulton Malana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ADY SULTON MAULANA

PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Tapilouw Marthen, M.Si. NIP. 194805201979031001

Pembimbing II

Dra. Encum Sumiaty, M. Si NIP. 196304201989032002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

ABSTRAK

Ady Sulton Maulana. 2013. Penerapan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP.

Penelitian dengan fokus penerapan strategi REACT dalam pembelajaran matematika di kelas VIII salah satu SMP Negeri di Bandung, bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol pretest-posttest, pada sampel kelompok (kelas) eksperimen dengan 38 orang siswa dan kontrol dengan 40 orang siswa yang dipilih secara paralel. Hasil analisis data pretes dan postes, lembar observasi dan jurnal harian serta angket menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya melalui REACT lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya secara konvensional. Hampir seluruh siswa telah mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal dan minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT tergolong baik.

(5)

ABSTRACT

Ady Sulton Maulana. 2013. The Application of REACT Strategy to Improve Mathematical Connection Competence of Students In Junior High School.

Research with focus on the application of REACT strategies in mathematics learning in one class VIII Junior High School in Bandung, aims to describe students' mathematical connection upgrades. This research used a quasi-experimental method with design shaped pretest-posttest control group design, the sample group (class) experiment with 38 students and control with 40 students selected in parallel. The results of the pretest and posttest data analysis, observations and daily journal sheets and questionnaires concluded that the increase ability of the mathematical connections of students learning through

REACT higher than students in conventional learning. Almost all students have

achieved minimal mastery learning criteria and student’s interest in mathematics learning through REACT is good.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Koneksi matematis ... 9

B. Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT ... 11

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 16

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 19

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

C. Variabel Penelitian ... 20

D. Instrumen Penelitian ... 20

1. Instrumen Pembelajaran ... 21

a. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) ... 21

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 21

2. Instrumen Pengumpul Data ... 21

a. Tes Tertulis ... 21

1. Uji Validitas ... 22

2. Uji Reliabilitas ... 23

3. Uji Daya Pembeda ... 25

4. Uji Indeks Kesukaran ... 26

b. Lembar Observasi ... 27

c. Jurnal harian Siswa ... 28

d. Angket Minat ... 28

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 30

1. Analisis Data Kuantitatif ... 31

(8)

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis

Siswa ... 34

c. Ketuntasan Belajar Siswa ... 37

2. Analisis Data Kualitatif ... 37

a. Lembar Observasi ... 37

b. Jurnal Harian Siswa ... 38

c. Angket Minat ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 41

1. Analisis Data Kuantitatif ... 41

a. Analisis Data Pretes ... 41

1. Uji Normalitas Data Pretes ... 42

2. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Siswa ... 43

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 43

1. Uji Normalitas Data Gain ... 45

2. Uji Perbedaan Gain ... 45

c. Ketuntasan Belajar Siswa ... 46

2. Analisis Data Kualitatif ... 46

a. Analisis Data Lembar Observasi ... 46

b. Analisis Jurnal harian Siswa ... 48

(9)

B.Pembahasan ... 55 1. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 55 2. Ketuntasan Belajar Siswa ... 56 3. Minat Siswa terhadap pembelajaran dengan strategi REACT .... 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 58 B.Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal Instrumen ... 22

Tabel 3.2 Validitas Butir Soal Instrumen ... 23

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 24

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Instrumen... 25

Tabel 3.5 Daya Pembeda Butir Soal Instrumen ... 25

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal Instrumen ... 26

Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Butir Soal Instrumen ... 27

Tabel 3.8 Rekapitulasi Analisis Data Hasil Uji Instrumen ... 27

Tabel 3.9 Kriteria Ketercapaian Komponen REACT ... 31

Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gain ... 37

Tabel 3.11 Interpretasi Persentase Angket ... 38

Tabel 3.12 Sistem Penilaian Angket ... 39

Tabel 3.13 Interpretasi Minat Belajar Siswa Model ARCS ... 39

Tabel 4.1 Ketercapaian Komponen REACT... 40

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Pretes ... 41

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 42

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Kemampuan Awal Siswa ... 43

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi ... 44

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Gain Ternormalisasi ... 45

(11)

Tabel 4.8 Perhatian Siswa terhadap Pembelajaran dengan Strategi REACT ... 49 Tabel 4.9 Relevansi Siswa terhadap Pembelajaran dengan Strategi REACT... 50 Tabel 4.10 Rasa Percaya Diri Siswa terhadap Pembelajaran dengan Strategi

REACT ... 52

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. INSTRUMEN PEMBELAJARAN

1. RPP Kelas Eksperimen ... 62

2. RPP Kelas Kontrol ... 77

3. Lembar Kerja Siswa I ... 89

4. Lembar Kerja Siswa II ... 94

5. Lembar Kerja Siswa III ... 98

LAMPIRAN B. HASIL UJI COBA INSTRUMEN 1. Reliabilitas Tes ... 103

2. Kelompok Unggul dan Asor ... 104

3. Daya Pembeda ... 105

4. Tingkat Kesukaran ... 105

5. Korelasi Skor Butir dengan Skor Total ... 105

6. Rekap Analisis Butir Soal ... 116

LAMPIRAN C. INSTRUMEN PENGUMPUL DATA 1. Kisi-kisi Instrumen Pretes-Postes Kompetensi Koneksi Matematis 107 2. Soal Pretes dan Postes ... 109

3. Kunci Jawaban Pretes/Postes ... 111

4. Format Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 113

5. Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 114

(13)

7. Kisi-kisi Angket Minat ... 117

8. Format Angket Minat ... 118

LAMPIRAN D. HASIL DATA 1. Contoh Jawaban Pretes ... 120

2. Contoh Jawaban Postes ... 123

3. Daftar Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 128

4. Contoh Jawaban Lembar Observasi ... 129

5. Data Observasi Aktivitas Guru Secara Umum ... 138

6. Data Observasi Aktivitas Siswa Secara Umum ... 139

7. Contoh Jawaban Jurnal Harian ... 140

8. Contoh Jawaban Angket ... 141

9. Interpretasi Minat Belajar Siswa ... 147

10.Outpur Uji Data Pretes ... 149

11.Output Uji Data Gain Ternormalisasi ... 151

LAMPIRAN E. DOKUMEN SURAT

Surat Izin Uji Instrumen dan Penelitian

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan penting bagi kemajuan peradaban manusia. Matematika telah dikembangkan oleh para matematikawan mulai dari zaman Mesir kuno, Babylonia, hingga Yunani kuno. Pada zaman tersebut matematika dipelajari, dikembangkan, dan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, seperti masalah perdagangan, pengukuran tanah, pelukisan, konstruksi, dan astronomi. Sampai sekarang pun matematika masih digunakan, baik untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan atau membantu dalam mengembangkan disiplin ilmu lain.

(15)

2

Matematika terdiri dari berbagai topik yang saling berkaitan satu sama lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya antar topik dalam matematika, tetapi terdapat juga keterkaitan antara matematika dengan disiplin ilmu lain dan dengan kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan dalil pengaitan Bruner (Suherman et all., 2001) yang menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang disampaikan. Selanjutnya, kaitan antar topik dalam matematika, matematika dengan ilmu lain, dan matematika dengan kehidupan sehari-hari disebut koneksi matematis. Dengan demikian, apabila seseorang mempelajari matematika, ia akan belajar mengoneksikan matematika.

Koneksi matematis penting untuk dikuasai, sebagaimana diungkapkan oleh NCTM (Rohansyah, 2008) bahwa koneksi matematis membantu siswa untuk memperluas perspektifnya, memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi daripada sebagai sekumpulan topik, serta mengenal adanya relevansi dan aplikasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Menurut Ruspiani (2000) kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika itu sendiri, konsep matematika dengan bidang ilmu lain atau pun konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematis, siswa tidak diberatkan dengan konsep matematika yang begitu banyak. Siswa mempelajari matematika dengan mengaitkan antara konsep baru dan konsep lama yang sudah dipelajarinya.

Survey yang dilakukan oleh Programme for International Student

(16)

3

69% siswa Indonesia hanya mampu mengenali tema masalah, tetapi tidak mampu menemukan keterkaitan antara tema masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterkaitan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah koneksi antara tema masalah dengan segala pengetahuan yang ada. Hasil serupa didapat dari penelitian Pujiati (2007) yang menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih tergolong rendah.

Berdasarkan hasil observasi prapenelitian di SMPN 26 Bandung, sebagian besar siswa memiliki kemampuan koneksi matematis yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kekurangmampuan siswa dalam menyelesaikan soal terkait dengan koneksi matematika, seperti berikut.

Beberapa jawaban siswa:

(17)

4

dengan aljabar, sehingga tidak dapat menentukan panjang sisi yang belum diketahui.

Beberapa jawaban siswa:

Rendahnya kemampuan matematis (koneksi matematis) siswa pada umumnya dapat disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, faktor internal siswa, dalam hal ini adalah minat belajar matematika siswa yang masih rendah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Cockroft (Alkrismanto, 2003) bahwa banyak siswa tumbuh tanpa menyukai matematika sama sekali, mereka merasa tidak senang dalam mengerjakan tugas-tugas dan merasa bahwa matematika itu sulit, menakutkan, dan tidak semua orang dapat mengerjakannya. Kedua, faktor eksternal siswa, salah satunya adalah cara guru dalam kegiatan pembelajaran.

(18)

5

berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal yang bersifat prosedural dan mekanistis. Selain itu, Mulyana (2008) juga mengungkapkan bahwa salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan matematika di Indonesia adalah pembelajaran yang digunakan dan disenangi guru-guru sampai saat ini adalah pembelajaran konvensional.

Meninjau konsep yang terdapat dalam matematika, seperti yang diungkapkan Suherman (2001) bahwa pada tahap awal, konsep terbentuk dari pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari, kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah dan disintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep. Berdasarkan hal ini, salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata atau yang sering dialami siswa. Pemikiran siswa tidak langsung tertuju pada konsep matematika yang abstrak, tetapi diantarkan terlebih dahulu melalui permasalahan nyata yang selanjutnya diubah ke dalam konsep abstrak.

Salah satu strategi pembelajaran kontekstual adalah REACT. REACT merupakan strategi pembelajaran yang memunculkan lima strategi yaitu Relating,

Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Relating berarti

menghubungkan dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

Experiencing berarti memberikan pengalaman belajar siswa melalui kegiatan

(19)

6

menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Cooperating berarti saling berbagi, saling merespon, dan berkomunikasi dengan sesama teman, Transferring berarti menggunakan pengetahuannya pada konteks permasalahan baru (Crawford, 2001).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa melalui strategi REACT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi REACT dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?”

Secara khusus, masalah ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimal?

(20)

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui strategi REACT dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui bagaimana ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT.

3. Mengetahui bagaimana minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan strategi REACT.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis:

Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran mengenai perkembangan ilmu matematika khususnya dalam bidang pendidikan, sarana pembelajaran, pengembangan wawasan dan pengaktualisasian dari ilmu yang telah dipelajari dalam bidang pendidikan matematika.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi siswa, memperkaya pengalaman belajarnya dan menumbuhkan minat belajar matematika.

(21)

8

c. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembang kurikulum untuk mempertimbangkan strategi ini sebagai alternatif pembelajaran.

E. Definisi Operasional

1. Strategi REACT adalah strategi pembelajaran kontekstual yang menekankan pada aspek pembelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya (Relating), belajar melalui eksplorasi, penyelidikan, penemuan (Experiencing), menerapkan konsep (Applying), saling berbagi, saling merespon, dan berkomunikasi (Cooperating), penggunaan konsep ke dalam situasi baru (transferring).

2. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan koneksi matematika. Kemampuan tersebut dilihat dari perolehan nilai dalam mengerjakan soal. 3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran langsung dengan metode

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel tidak secara acak. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design). Pada desain ini digunakan dua kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

O X O

O O Keterangan:

O : pretes atau postes

X : Pembelajaran dengan strategi REACT

B. Populasi dan Sampel Penelitian

(23)

20

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 26 Bandung. Pemilihan sekolah ini dilakukan karena setelah peneliti melakukan observasi prapenelitian, diperoleh bahwa kemampuan koneksi matematis siswa di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kekurangmampuan siswa dalam menyelesaikan soal terkait dengan koneksi matematika.

Dari populasi tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yang selanjutnya satu kelas dipilih sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Selanjutnya terpilihlah kelas VIII J sebanyak 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII G sebanyak 40 siswa sebagai kelas kontrol.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent

variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah penerapan pembelajaran matematika dengan strategi REACT, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi matematis siswa.

D. Instrumen Penelitian

(24)

21

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini. Instrumen pembelajaran terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan sebagai bahan ajar untuk menunjang pembelajaran dengan strategi REACT. LKS ini digunakan sebagai panduan pembelajaran bagi siswa.

2. Instrumen Pengumpul Data

Instrumen pengumpul data adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Instrumen pengumpulan data tersebut terdiri atas tes tetulis, lembar observasi, jurnal harian, dan angket minat.

a. Tes tertulis

(25)

22

Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Tes tipe ini dipilih karena dengan tipe uraian dapat terlihat alur berfikir siswa dalam mengerjakan tes.

Alat evaluasi berupa tes ini sebelum diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing, kemudian diujicobakan kepada siswa di luar sampel penelitian. Setelah data hasil uji coba terkumpul, kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukarannya.

1. Uji Validitas

Suherman (2003) mengungkapkan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid jika alat tersebut dapat mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Untuk menghitung validitas suatu soal, dihitung dengan koefisien validitas ( ) dengan mengunakan rumus:

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman, 2003), yaitu:

Tabel 3.1

Kriteria Validitas Butir Soal Instrumen Koefisien validitas ( ) Kriteria

(26)

23

Untuk menghitung validitas tiap butir soal, peneliti menggunakan bantuan program Anates V4. Selain itu, dari daftar nilai kritis Pearson dengan derajat kebebasan , diperoleh . Validitas tiap butir soal disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama atau ajeg atau konsisten (Suherman, 2003). Suatu alat ukur disebut reliabel jika hasil pengukuran suatu alat evaluasi itu sama atau relatif sama, tidak terpengaruh oleh subjeknya maupun situasi dan kondisinya. Untuk menghitung koefisien reliabilitas pada soal bentuk uraian digunakan rumus Alpha (Suherman, 2003), sebagai berikut.

(27)

24

Keterangan

n : banyak butir soal (item)

∑ : jumlah varians skor tiap soal : varians skor total

Sedangkan untuk menghitung varians adalah

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003), yaitu:

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Peneliti juga menggunakan bantuan program Anates V4 untuk menghitung reliabilitas. Berdasarkan hasil Anates, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,71. Nilai ini menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan tergolong ke dalam kategori tinggi.

(28)

25

3. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Suherman, 2003). Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus berikut (Komarudin, 2010).

̅ ̅

Keterangan

DP : Daya pembeda

A

X : Rata-rata skor siswa kelompok atas

B

X : Rata-rata skor siswa kelompok bawah

SMI : Skor maksimal ideal

Selanjutnya koefisien daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman, 2003).

Tabel 3.4

Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Daya pembeda (DP) Kriteria

(29)

26

Tabel 3.5

Daya Pembeda Butir Soal Instrumen No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,23 Cukup

Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut (Komarudin, 2010).

̅

Keterangan

IK : Indeks kesukaran

X : Rata-rata skor tiap soal SMI : Skor maksimal ideal

Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman, 2003).

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal Instrumen Indeks kesukaran (IK) Kriteria soal

IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 Soal sukar

0,30 Soal sedang 0,70 Soal mudah

IK = Soal terlalu mudah

(30)

27

Tabel 3.7

Indeks Kesukaran Butir Soal Instrumen No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,42 Sedang

2 0,49 Sedang

3 0,51 Sedang

4 0,25 Sukar

5 0,23 Sukar

Secara umum, analisis data hasil pengujian instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.8. Berdasarkan hasil uji instrumen tersebut, maka seluruh soal pada uji instrumen digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.8

Rekapitulasi analisis data hasil uji instrumen No.

Soal Validitas Reliabilitas

Daya

Cukup Sedang Soal digunakan

2 Tinggi Baik Sedang Soal digunakan

3 Tinggi Baik Sedang Soal digunakan

4 Sedang Cukup Sukar Soal digunakan

5 Sedang Cukup Sukar Soal digunakan

b. Lembar observasi

(31)

28

c. Jurnal harian siswa

Jurnal harian ini diberikan kepada kelas eksperimen dengan maksud untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Jurnal harian diisi oleh siswa di akhir kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan. Dalam jurnal harian ini, siswa diminta untuk memberikan komentar terhadap pembelajaran yang telah dilakukan sebagai umpan balik dan perbaikan untuk proses pembelajaran yang akan datang.

d. Angket Minat

Crow and Crow (dalam Kusumah, 2009) berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan itu. Skinner (dalam Kusumah, 2009) berpendapat bahwa minat sebagai motif yang menunjukkan arah perhatian individu terhadap obyek yang menarik atau menyenangkannya, maka ia cenderung akan berusaha aktif dengan obyek tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, untuk melihat minat belajar siswa terhadap pembelajaran REACT, digunakanlah angket sebagai instrumen dalam mengumpulkan data yang diberikan kepada seluruh siswa kelas eksperimen. Angket yang digunakan adalah model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,

(32)

29

dengan pembelajaran yang dilakukan. Angket siswa yang dibuat ini menghendaki siswa untuk menyatakan responnya dalam bentuk: SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), atau STS (sangat tidak setuju). Pilihan R (ragu-ragu) atau N (netral) tidak digunakan untuk mendorong kecenderungan pilihan siswa dan menghindari jawaban aman.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan arahan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dari awal sampai akhir. Dalam penelitian ini, peneliti membagi prosedur penelitian menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

a. Observasi lapangan.

b. Menentukan topik permasalahan. c. Menyusun proposal.

d. Melaksanakan seminar proposal. e. Membuat instrumen penelitian.

f. Mengurus perizinan uji instrumen dan penelitian. g. Menguji instrumen penelitian.

h. Merevisi instrumen penelitian.

i. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Tahap Pelaksanaan

(33)

30

b. Menerapkan pembelajaran matematika dengan strategi REACT di kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

c. Pengisian lembar observasi pada setiap pertemuan oleh observer untuk kelas eksperimen.

d. Memberikan jurnal harian kepada siswa kelas eksperimen pada setiap akhir pertemuan.

e. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

f. Pengisian angket pada kelas ekperimen setelah seluruh kegiatan pembelajaran berakhir.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif. b. Mengolah dan menganalisis data kuantitatif. c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif.

F. Teknik Analisis Data

(34)

31

menjawab tes dengan lengkap untuk kemudian diinterpretasikan berdasarkan kriteria berikut:

Sedangkan untuk komponen experiencing dan cooperating dijelaskan secara deskriptif. Data yang diperoleh diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data pretes dan postes. Pengolahan data menggunakan bantuan software MINITAB versi16 dengan taraf signifikansi 5% untuk semua uji. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data kuantitatif.

a. Analisis Data Pretes

Data pretes yang dianalisis adalah data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematis siswa pada kedua kelas. Analisis data ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis data secara deskriptif

(35)

32

2. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikatakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Shapiro-Wilk dengan perumusan hipotesisnya:

: populasi berdistribusi normal, : populasi tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka diterima;

2. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka ditolak. 3. Uji homogenitas

Apabila data pretes kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas varian kelas. Sedangkan, jika data pretes salah satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung dilakukan uji kesamaan kemampuan awal siswa kedua kelas dengan pengujian non-parametrik Mann-Whitney. Uji homogenitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji F dengan perumusan hipotesisnya:

: : Keterangan:

(36)

33

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka diterima;

2. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka ditolak. 4. Uji kesamaan Kemampuan Awal Siswa

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua kelas dapat dikatakan sama atau tidak. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, pengujiannya menggunakan uji t (Two Smple

T-Test), sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi

normal namun tidak homogen, pengujiannya menggunakan uji t’. Untuk data yang

tidak berdistribusi normal, pengujian kesamaan kemampuan awal siswa kedua kelas dilakukan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney. Perumusan hipotesis untuk uji t atau uji t’ sebagai berikut:

: : Keterangan:

: rata-rata skor pretes kelas eksperimen, : rata-rata skor pretes kelas kontrol.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka diterima;

2. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka ditolak.

(37)

34

: ̃ ̃ : ̃ ̃ Keterangan:

̃: median skor pretes kelas eksperimen, ̃: median skor pretes kelas kontrol.

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

Apabila hasil uji kesamaan kemampuan awal kedua kelas tidak berbeda secara signifikan, maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa adalah data postes, tetapi jika hasil uji kesamaan kemampuan awal kedua kelas tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis adalah gain ternormalisasi.

Data gain ternormalisasi diperoleh dengan menggunakan rumus Normalize

Gain (Meltzer dalam Sopandi, 2010):

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.

1. Menganalisis data secara deskriptif

Hal ini dilakukan untuk mengetahui mean, standar deviasi, dan variansi dari data yang telah diperoleh.

2. Uji normalitas

(38)

35

normalitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk dengan perumusan hipotesisnya:

: populasi berdistribusi normal, : populasi tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka diterima;

2. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka ditolak. 3. Uji homogenitas

Apabila data postes atau gain kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas varian kelas. Sedangkan, jika data postes atau gain salah satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung dilakukan uji perbedaan postes atau gain kedua kelas dengan pengujian non-parametrik Mann-Whitney. Uji homogenitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji F dengan perumusan hipotesisnya:

: : Keterangan:

: Variansi data postes atau gain kelas eksperimen, : Variansi data postes atau gain kelas kontrol. Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

(39)

36

2. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka ditolak. 4. Uji perbedaan Postes atau Gain

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan akhir kedua kelas berbeda secara signifikan. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, pengujiannya menggunakan uji t (Two Smple

T-Test), sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi

normal namun tidak homogen, pengujiannya menggunakan uji t’. Untuk data yang tidak berdistribusi normal, pengujian dilakukan menggunakan uji non-parametrik

Mann-Whitney. Perumusan hipotesis untuk uji t atau t’ sebagai berikut: :

: Keterangan:

: rata-rata skor postes atau gain kelas eksperimen, : rata-rata skor postes atau gain kelas kontrol. Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka diterima;

2. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka ditolak.

Perumusan hipotesis apabila yang digunakan adalah uji Mann-Whitney adalah sebagai berikut:

(40)

37

̃: median skor postes atau gain kelas eksperimen, ̃: median skor postes atau gain kelas kontrol.

Selain itu, indeks gain juga akan digunakan untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa berdasarkan kriteria indeks

gain menurut Hake (Sopandi, 2010) yang disajikan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gain

G Keterangan

Tinggi

Sedang

Rendah

c. Ketuntasan Belajar Siswa

Menurut Depdikbud (Sarwono, 2007) seorang siswa dinyatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65, dan suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila 85% dari seluruh siswa di kelas tersebut telah memperoleh nilai lebih dari atau sama degan 65 pada sebuah tes yang dilakukan. Dengan demikian, ketuntasan belajar setiap siswa dilihat dengan membandingkan nilai postes yang diperoleh dengan 65, jika lebih dari atau sama dengan 65, maka dikatakan siswa tersebut telah tuntas. Selain itu dilihat pula ketuntasan kelasnya.

2. Analisis Data Kualitatif

a. Lembar Observasi

(41)

38

analisis terhadap lembar observasi dilakukan dengan membuat uraian yang mendeskripsikan hasil pengamatan observer.

b. Jurnal Harian Siswa

Data yang terkumpul dalam jurnal harian dianalisis secara deskriptif. c. Angket Minat

Data yang diperoleh disajikan ke dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui persentase dan frekuensi masing-masing alternatif jawaban serta memudahkan dalam membaca data. Hasil angket dipersentasekan sebelum dilakukan penafsiran menggunakan rumus berikut:

Setelah diperoleh persentase dari jawaban setiap pernyataan, kemudian data tersebut diinterpretasikan untuk melihat seberapa banyak siswa yang memilih jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Interpretasi jawaban angket siswa disajikan dalam Tabel 3.11.

(42)

39

Kemudian, data angket yang diperoleh dinilai berdasarkan kategori yang disajikan dalam Tabel 3.12 untuk menghitung rata-rata skor angket setiap siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

Tabel 3.12

Sistem Penilaian Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Sebelum melakukan penafsiran, terlebih dahulu data yang diperoleh dihitung nilai rata-ratanya untuk kemudian hasil rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap kondisi diinterpretasikan sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13

Interpretasi Minat Belajar Siswa Model ARCS

Skor rata-rata Keterangan 1,00 – 1,49 Tidak baik 1,50 – 2,49 Kurang baik 2,50 – 3,49 Cukup Baik

3,50 – 4,49 Baik

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh beberapa kesimpulan berkaitan dengan penerapan strategi REACT untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selain itu, peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen tergolong sedang, sedangkan untuk kelas kontrol tergolong rendah.

2. Hampir seluruh siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi

REACT telah mencapai nilai kiteria ketuntasan minimal.

3. Minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT tergolong baik.

B. Saran

(44)

59

1. Saran Praktis:

a. Pembelajaran matematika dengan strategi REACT menunjukkan hasil yang baik. Oleh karena itu pembelajaran matematika dengan strategi

REACT dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran matematika

di sekolah.

b. Apabila strategi REACT akan digunakan, mengoptimalkan aspek

cooperating dan transferring, tanpa mengesampingkan aspek lain.

2. Saran Teoritis:

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Alkrismanto. (2003). Beberapa teknik, model, dan strategi dalam pembelajaran

matematika. Yogyakarta: P3G Matematika.

Cord. (1999). Teaching mathematics Contextually. The Cornerstone of Tech Prep. CORD Communications, Ins

Crawford, M. L. (2001). Teaching Contextually. Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics Sciense. Texas: CCI Publishing, Ins.

Fathani, A. H. (2009). Matematika, Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hardianty, Hanny. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi

Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA: tidak

diterbitkan.

Keller, J. 1987. ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Tersedia [Online]: http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/04/bagaimana-cara-mengukur-minat-dan.html [20 September 2012, 11.00]

Komarudin, (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model

Collaborative Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Kusuma, D. A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dengan

Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Tersedia [Online]: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/meningkatkan-kemampuan-koneksi-matematika.pdf. [21 Desember 2011].

Kusumah, W. (2009). Apakah Minat Itu?. Tersedia [Online]: http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/apakah-minat-itu/ [20 September 2012].

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Alanitik SIntetik untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi UPI: tidak diterbitkan.

Pujiati, L. (2007). Kemampuan Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 29 Bandung

dalam Koneksi Matematik dengan Menggunakan Metode IMPROVE. Tesis

(46)

61

Rahayu, Risniawati N. (2012). Penerapan Model Problem-Based Insruction untuk

meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa SMP. Skripsi pada

FPMIPA UPI: tidak diterbitkan

Rohansyah, W. (2008). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Diskursus dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Rokhaeni, A. (2011). Penerapan Model Core dalam Pembelajaran Matematika

untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi. UPI:

tidak diterbitkan.

Ruspiani, (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Sarbani. (2008). Standar Proses Pembelajaran Matematika. Tersedia [Online]: http://bambangsarbani.blogspot.com/2008/10/standar-proses-pembelajaran-matematika.html [9 Januari 2012].

Sarwono. (2007). Mengingkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

melalui Pembelajaran dalam kelompok dengan Strategi Mastery Learning.

Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Sopandi, A. (2010). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMP

Melalui Pemodelan Berbasis Pembelajaran Matematika Realistik. Skripsi

pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Suhena, Ena. (2009). Pengaruh Strategi REACT dalam Pembelajaran

Matematikaterhadap Kemampuan Pemahaman, Penalaran, dan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Disertasi Jurdikmat FPMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Suherman, E., dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI.

Tapilouw, Marthen. (2009). Pengembangan Kemampuan Matematis Siswa SMP

melalui Pembelajaran Kontekstual Dengan Pendekatan REACT. Disertasi

Gambar

Tabel 4.11 Kepuasan Siswa terhadap Pembelajaran dengan Strategi REACT...... 53
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal Instrumen
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal Instrumen
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan penelitian sebagai berikut: bagaimana hubungan olahraga dan aktivitas harian dengan indeks massa tubuh pada

membaca permulaan ini adalah agar siswa dapat mengenal huruf- huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi dan melatih keterampilan untuk mengubah huruf-huruf dalam

Seperti yang telah dijelaskan oleh Sugiyono (2014, hlm. 147) bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakn untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

Larutan gelatin yang diperoleh dikumpulkan menjadi satu, kemudian sekali lagi dilakukan penyaringan dengan menggunakan tekanan, pressure filter, maka akan diperoleh larutan

(4) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan dengan cara mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagai dasar

telah mengisolasi senyawa flavonoida dari ekstrak metanol bunga tumbuhan Mawar Putih ( Rosa hybrida L. ) dan menyimpulkan bahwa terkandung flavonoid golongan flavonol dalam

[r]

Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul), yaitu ditentukan dengan meremas segumpal tanah