DAFTAR ISI
2.1. Karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan ……….
2.2. Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru ……….…….
2.2.2.1. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Guru ………..
2.2.2. 2. Kualifikasi dan Kompetensi ……….
2.3.2.Konsep Motivasi Berprestasi ………...…………...
2.3.2.1. Pengertian Motivasi Berprestasi ...
2.3.2.1. Karakteristik Motivasi Berprestasi ...
2.4.4. Kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan ……….
2.4.5. Tori Dasar Kelistrikan ……….
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ………
2.6. Kerangka Pemikiran ...
3.3. Variabel dan Definisi Operasional ………..
3.5.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen …………...………...………….
4.2.1. Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi ...
4.2.2. Uji Homogenitas Varians ...
4.3. Pengujian Hipotesis ……….……….
4.4.Pembahasan Hasil Penelitian ………
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Digulirkannya AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan AFLA (ASEAN Free
Labor Area) mau tidak mau menyeret negara kita terlibat dalam persaingan dengan
berbagai negara dengan berbagai kepentingannya. Era globalisasi dalam lingkungan
perdagangan bebas antar negara, membawa dampak ganda, disatu sisi era ini
membuka kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar negara, namun disisi
lain era itu, membawa persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu,
tantangan utama dimasa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan
keunggulan kompetitif disemua sektor industri dan sektor jasa dengan
mengandalkan kemampuan sumber daya manusia, teknologi dan manajemen.
Bidang-bidang seperti sosial, budaya, politik, ekonomi dan lainnya akan
saling mempengaruhi dan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Agar tidak tertinggal
dengan masyarakat dan bangsa lain di dunia, maka peningkatan pendidikan menjadi
salah satu sarana untuk meningkatkan potensi dasar yang dimiliki masyarakat dan
bangsa Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan akan memiliki makna bagi
perbaikan kualitas bangsa Indonesia secara keseluruhan. Krisis ekonomi memberikan
pengalaman bahwa negara-negara yang mempunyai kualitas sumber daya manusia
yang baik, lebih cepat bangkit dari krisis. Sementara negara yang memiliki sumber
daya manusia yang tidak baik, akan mengalami kesulitan berkepanjangan dalam
2 Negara berkembang seperti Indonesia dalam memacu pertumbuhan ekonomi
memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Namun kualitas itu tidak dapat
diukur dengan angka-angka semata, melainkan diukur dengan apa yang dihasilkan.
Besarnya pengeluaran pemerintah dan masyarakat terhadap bidang pendidikan dan
kesehatan menjadi ukuran yang menunjukkan perhatian pada usaha pengembangan
kualitas sumber daya manusia.
Pada era global seperti saat ini, lingkungan bisnis akan menjadi semakin
kompleks, dinamis, dan bermunculan berbagai konflik kepentingan. Hard
competence seperti pemahaman tentang bidang pekerjaan fungsional atau area
tertentu, tidak lagi mencukupi bagi seorang tenaga kerja. Saat sekarang diperlukan
tenaga kerja yang dididik agar memiliki pemikiran yang terintegrasi, komunikator
yang andal, cerdas emosional, mampu bekerja dalam tim dan ber-etika, yang
semuanya itu bersifat soft competence.
Pemahaman lama yang menekankan bahwa tenaga kerja harus memiliki
pengetahuan yang tinggi tentang bidang pekerjaannya, sekarang tidak lagi
mencukupi. Dan pada kenyataannya masih sangat sedikit pandangan bahwa seorang
karyawan di perusahaan harus memiliki soft competence. Semakin jelas bahwa
karyawan yang berhasil adalah karyawan yang secara konsisten menunjukkan
sejumlah kompetensi yang spesifik. Kompetensi tersebut membuat karyawan berhasil
dan membedakan dirinya dengan karyawan yang lain.
Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan formal yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat
menengah. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK turut bertanggung jawab dalam
3 menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan terpercaya agar dapat memasuki
pasar tenaga kerja baik skala regional maupun global. Oleh karena itu SMK harus
siap mengemban misi pembangunan untuk mengembangkan sekolah yang berstandar
nasional maupun internasional.
Misi utama pendidikan di SMK yaitu melatih peserta didik untuk menguasai
keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja termasuk bisnis dan industri. Selain
itu SMK juga harus menyiapkan lulusannya mampu beradaptasi terhadap perubahan
teknologi yang cepat, yang setiap saat dapat berdampak pada perubahan struktur
pekerjaan yang ada. Oleh karena itu pendidikan di SMK mempunyai tugas utama
melatih peserta didik menguasai suatu keterampilan secara profesional dalam bidang
keahlian tertentu, menyiapkan mereka agar memiliki kemampuan berpikir yang tinggi
disamping harus mempunyai komitmen moral yang tinggi, mau hidup berdampingan
dengan baik dalam masyarakat yang multikultur , multireligi, dan multi etnis.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Menurut
Muhidin (www.sambasalim.com/2009/10/27) salah satu ciri pendidikan kejuruan dan
yang sekaligus membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada
penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.
Menurut Guntur (2010:5) kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda, yaitu In
school success dan Out of school success. Kriteria pertama meliputi aspek
4 diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria kedua diindikasikan oleh
keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
Fokus pembelajaran SMK ditekankan pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja. Penilaian yang
sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada ” hands on” atau
performa dalam dunia kerja, sehingga hubungan yang erat dengan dunia kerja
merupakan kunci sukses SMK. SMK yang baik harus memiliki sifat responsif dan
antisipatif terhadap kemajuan teknologi. Pembelajaran di SMK seharusnya lebih
menekankan pada “learning by doing” dan “hands on experience”, oleh karena itu
SMK memerlukan fasilitas mutakhir untuk kegiatan praktik, sehingga memerlukan
biaya investasi dan operasional yang lebih besar dibandingkan SMA atau pendidikan
umum lainnya.
SMK sebagai lembaga pendidikan kejuruan sampai saat ini masih banyak
alumninya yang belum terserap di dunia kerja, dan masih banyak juga yang bekerja
pada bidang lain yang tidak relevan dengan program keahliannya. Data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indramayu tahun 2010 dimana penelitian ini
dilakukan menunjukkan pencari kerja yang belum tersalurkan jumlah terbanyak
5 Tabel 1.1 Data pencari kerja yang belum disalurkan Dinas sosial dan tenaga kerja
Kabupaten Indramayu.
No Pendidikan Terakhir Banyaknya Pencari Kerja yank Belum ditempatkan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak/belum Tamat SD 25 89 114
2 SD dan yang setingkat 184 1314 1.498
3 SLTP Umum 629 2236 2.865
4 SLTA Umum 1919 1554 3.473
5 SLTA Kejuruan 2542 1767 4.309
6 Sarjana Muda/D III 1045 1296 2.341
7 Sarjana 624 583 1.207
Jumlah 6.968 8.839 15.807
Sumber :Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Indramayu (BPS 2010:249)
Keadaan ini secara umum selain lapangan kerja yang terbatas, ditafsirkan oleh
Guntur (2010:5) adalah akibat dari tidak maksimalnya proses pembelajaran di kelas
akibat dari kinerja guru yang kurang maksimal dan motivasi siswa yang rendah serta
sarana prasarana yang belum standar.
Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pendidikan, antara lain guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan pendidikan,
kurikulum, dan lain-lain. Menurut Ditjen PMPTK (2008) Guru merupakan elemen
kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai
dari kurikulum, sarana prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti
apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak
berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila
dilaksanakan oleh guru. Begitu pentingnya peran guru dalam mentransformasikan
6 perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan
kualitas guru.
Studi yang dilakukan Heyneman & Loxley (1983) di 29 negara (Widoyoko.
http://www.um-pwr.ac.id. (Online) diakses tanggal 16/10/2011) menemukan bahwa
diantara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan (yang
ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan
guru makin penting lagi di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana
dialami oleh negara-negara sedang berkembang. Lengkapnya hasil studi itu adalah : di
16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar
sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%.
Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu
belajar 22% dan sarana fisik 19%. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Nana
Sudjana (2002: 42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan
32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap
guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%.
Harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan.
Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh
keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan
pembelajaran yang maksimal. Guru sebagai pelaksana pendidikan nasional
merupakan faktor kunci keberhasilan pendidikan.
Peningkatan prestasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, proses
7 guna. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru
yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi, karena guru merupakan ujung
tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah. Guru yang
mempunyai kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi
belajar siswa yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Kualitas proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsep pembelajaran
yang efektif dimana guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai guru yang efektif,
menurut Arend seperti dikutip Narsoyo (2010:7) mengemukakan bahwa,
pembelajaran yang efektif memerlukan:
“… as its base line individuals who are academically able and who care about the well-being of children and youth. It also requires individuals who can produce results, mainly those of student academic achievement and social learning.”
Pendapat yang dikemukakan Arend itu menurutnya menempatkan guru sebagai
pusat tumpuan keberhasilan proses pembelajaran. Namun perlu pula disadari bahwa
hasil pembelajaran bukan semata-mata hasil kerja seorang guru, melainkan hasil
kooperatif antar guru, dimana peningkatan kerja sama antar guru akan meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Lowman seperti yang dikutip Narsoyo (2010: 7) mengemukakan hasil
penelitian dari pendapat siswa tentang guru yang baik menemukan ciri-ciri guru yang
beragam, namun pada umumnya menggambarkan ciri-ciri khusus dalam keadaan
yang khusus pula. Pendapat ini didasarkan pada dua hal yakni tentang penguasaan
ilmu (intellectual excitement) dan dampak personal dan intelektual (personal and
8 kemampuan guru dalam melakukan hubungan interpersonal dengan siswa, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas (interpersonal repport).
Pendapat siswa di atas tentunya terbentuk dari persepsi siswa selama
mengikuti pembelajaran, dimana hal ini sejalan dengan Klazky dalam Rizal (http:
www.scribd.com diakses tanggal 4/4/2011) yang menyatakan bahwa persepsi
sebagai proses untuk menentukan makna apa yang kita rasa dan yang kita pikirkan,
hal ini sejalan pula dengan Baron dalam Rizal (http: www.scribd.com diakses tanggal
4/4/2011) yang memandang persepsi sebagai suatu proses mental dalam memberi
makna (arti) terhadap obyek setelah individu memperoleh informasi melalui indera.
Pada akhirnya persepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta sikap pada
diri seseorang dan dalam proses belajar persepsi berpengaruh terhadap daya ingat,
pembentukan konsep dan pembinaan sikap serta persepsi menjadi landasan berpikir
bagi seseorang dalam belajar.
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam keberhasilan proses pembelajaran
adalah motivasi siswa. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, motivasi didefinisikan
sebagai berikut :
“Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan … intensitas terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.”
Sementara menurut Sanjaya (2008:249) :
9 penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan usaha atau semangat seseorang beraktifitas; dan tentu saja tinggi rendahnya semangat akan menentukan hasil yang diperoleh.”
Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi
mendorong semangat belajar dan sebaliknya, kurang adanya motivasi akan
melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar,
seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil
dengan maksimal.
Di SMK Negeri 1 Losarang Indramayu persentasi kehadiran siswa termasuk
baik yaitu mencapai 98,8 % (WMM SMK N 1 Losarang, 2010), akan tetapi dalam
keseharian masih banyak siswa yang datang terlambat pada jam pertama
pembelajaran, dan masih banyak juga siswa yang harus remedial pada saat penilaian
akhir semester. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena motivasi belajar siswa
yang kurang akibat dari ketidak puasan siswa terhadap proses pembelajaran di
sekolah seperti diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 1.2. Rekapitulasi Tingkat Kepuasan Pelanggan Eksternal (Siswa)
No Aspek Puas Tidak Puas
% %
1 Guru 65% 35%
2 Kegiatan Belajar Mengajar 72% 28%
3 Sarana dan Prasarana 50% 50%
4 Layanan terhadap siswa 54% 46%
Rata - Rata 60% 40%
10 Dari data di atas, jika hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh pada motivasi
belajar siswa, sehingga perlu dilakukan perbaikan dari sekolah menyangkut semua
aspek dari proses pembelajaran di sekolah.
Motivasi berprestasi bagi siswa SMK adalah faktor yang cukup penting bagi
keberhasilan saat belajar di sekolah maupun saat siswa sudah memasuki dunia kerja.
Siswa harus terbiasa menghadapi suasana persaingan, karena dengan begitu siswa
akan terbiasa menghadapi suasana kerja di industri yang penuh dengan persaingan,
tantangan dan perubahan yang selalu terjadi setiap saat. Ciri-ciri orang yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi menurut Yahdi (www.4shared.com /2/4/2011) adalah :
“Memiliki motivasi/dorongan yang kuat untuk berhasil menyelesaikan tugasnya, tekun, keras hati, bekerja keras dan memiliki kemantapan hati untuk melakukannya. Melihat keberhasilan/kegagalan bukan sebagai faktor yang disebabkan pihak luar dirinya, tetapi dirinyalah sebagai pengendalinya. Bagi mereka berkarya tidak hanya sesuai target bahkan kalau bisa lebih baik daripada target. Dia selalu memiliki naluri senang, bahagia dan puas melakukan yang terbaik, tidak mengenal setengah-setengah.”
Dari uraian di atas siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan
menguasai kompetensi yang unggul baik soft competence maupun hard competence
yang merupakan modal awal ketika dia memasuki dunia kerja.
Proses pembelajaran di sekolah dengan berbagai dinamikanya akan bermuara
pada hasil belajar siswa yang berupa angka-angka hasil penilaian guru di sekolah
yang tertulis dalam buku Laporan Hasil Belajar. Menurut Sanjaya (2008:257)
“Umumnya hasil belajar itu ditunjukkan melalui nilai atau angka yang diperoleh
siswa setelah dilakukan serangkaian proses evaluasi hasil belajar”.
Fokus penilaian adalah prestasi belajar yang dicapai oleh individu meliputi
pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar siswa. Sejalan dengan itu
11 peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain
kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika
- matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan
antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional),
dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap
sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan. Sudrajat menampilkan data hasil
penelitian multi kecerdasan yang menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki
kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi
yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %,
sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal
yang termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan
proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan
kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta
bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran di SMK yang difokuskan pada
persepsi siswa terhadap proses pembelajaran, motivasi berprestasi siswa dan
hubungannya dengan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan judul penelitian
Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi
12 1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang penelitian, jelaslah bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya kompetensi guru dalam mengelola
pembelajaran, motivasi siswa khususnya motivasi berprestasi, persepsi siswa tentang
proses pembelajaran, kemampuan afektif siswa, sarana prasaran dan lain-lain.
Dari faktor-faktor di atas, ada beberapa masalah yang mengakibatkan proses
pembelajaran di SMK tidak maksimal diantaranya :
1.Kinerja guru SMK belum maksimal dalam melaksanakan tuntutan profesinya,
hal ini terbukti dari tingkat kepuasan siswa terhadap kinerja guru dalam proses
pembelajaran masih rendah.
2.Motivasi berprestasi siswa SMK masih rendah dengan masih banyaknya siswa
yang harus remedial pada penilaian akhir semester.
3.Proses pembelajaran dalam persepsi siswa tidak menyenangkan, masih banyak
siswa SMK yang merasa tidak puas dengan proses pembelajaran.
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya persepsi yang berbeda, maka penelitian ini
di-batasi permasalahnya, yaitu:
1. Persepsi siswa SMK tentang keterampilan mengajar guru pada penelitian ini
adalah pandangan, pengamatan, atau tanggapan, interpretasi terhadap
keterampilan mengajar guru di sekolah. (Rizal, www.scribd.com 4/4/2011)
2. Motivasi siswa dalam penelitian ini hanya menyangkut motivasi berprestasi
13 3. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa pada
kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan setelah menyelesaikan program
pembelajaran.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah pokok
yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah: Bagaimanakah hubungan
persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan
hasil belajar siswa di SMK Kabupaten Indramayu ?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka secara umum
tujuan penelitian ini untuk mengungkap hubungan persepsi siswa tentang
keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa pada
kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan Program Keahlian Teknik Elektro di SMK ,
secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap :
1.Hubungan persepsi tentang keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar siswa
Progran Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar
Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.
2.Hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Progran Keahlian
Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK
Kabupaten Indramayu.
3.Hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi
berprestasi dengan hasil belajar siswa Progran Keahlian Teknik Elektronika
14 1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru, agar lebih memahami tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik yang
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam peningkatan hasil belajar siswa.
2. Pengambil kebijakan pendidikan, sebagai bahan yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam upaya
peningkatan proses pembelajaran di SMK sehingga menghasilkan lulusan yang
kompeten dan mempunyai daya saing dalam memasuki dunia kerja.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
teori mengenai keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi, sehingga
dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
84 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam metode survei dengan bentuk penelitian
korelasional, dimana dalam penelitian survey tidak dibuat perlakuan terhadap
variabel-variabelnya tetapi hanya mengungkap fakta. Sejalan dengan itu Kerlinger dalam
Riduwan (2010 : 49) mengatakan bahwa :
”penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.”
Selanjutnya dikatakan bahwa penelitian survei biasanya dilakukan untuk
mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi
generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang
representatif.
Sesuai dengan tujuan penelitian maka dalam penelitian ini digunakan teknik
penelitian korelasional, seperti dikatakan Joesoef at al.(2007:13) :
85 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
Sugiyono (2008:117) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi target dari penelitian ini adalah siswa SMK di kabupaten
indramayu yang berjumlah 65 SMK, sedangkan populasi terjangkaunya adalah 2
SMK yaitu SMK Negeri 1 Losarang dan SMK Muhamadiyah Kandanghaur.
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti maka populasi sasaran dari
penelitian ini adalah siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Elektronika Industri
SMK Negeri 1 Losarang sejumlah 62 siswa dan siswa kelas XI Program Keahlian
Teknik Elektronika Industri SMK Muhamadiyah Kandanghaur sebanyak 46 siswa,
sehingga jumlah populasi dari penelitian ini adalah 108 siswa.
3.2.2. Sampel
Sugiyono (2010 : 118) mengatakan “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Selanjutnya dikatakan bahwa apabila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi.
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1998: 135)
menyatakan bahwa, “mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel,
akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya
86 Sejalan dengan itu Hasan (2002: 119) berpendapat bahwa :
Sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan dua hal yaitu: (1) Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi. (2) Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan dalam objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Sejalan dengan pendapat di atas mengenai sampel penelitian Riduwan (2007:56)
berpendapat :
“Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitaannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25° % . “
Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100
orang, maka teknik pengambilan sampel sebanyak jumlah yang dibutuhkan, dalam
penelitian diambil sampel sebanyak 76 siswa.
Teknis pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan sampel acak
proporsional (proporsional random sampling), dengan tujuan agar sampel yang
dipilih dapat merupakan sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi yang diteliti.
Ukuran anggota sampel (sample number) pada masing-masing sekolah
diten-tukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : ni = Jumlah sampel masing-masing sekolah
Ni = Jumlah sub / unit populasi.
N = Jumlah populasi
n = ukuran sampel yang diinginkan.
n N N
n i
87 Dengan demikian maka jumlah anggota sampel yang diambil dari setiap SMK
Negeri 1 Losarang adalah 44 siswa dan dari SMK Muhamadiyah sebanyak 32 siswa
seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No Populasi (SMK di Kab. Indramayu) Sampel Jumlah Siswa
88
34 SMK MANDIRI HAURGEULIS
35 SMK MUHAMADIYAH SEGERAN
36 SMK MUHAMMADIYAH HAURGEULIS
37 SMK MUHAMMADIYAH INDRAMAYU
38 SMK MUHAMMADIYAH JATIBARANG
39 SMK MUHAMMADIYAH KANDANGHAUR SMK MUHAMMADIYAH KDH 32
40 SMK NAHDLATUL ULAMA HAURGEULIS
41 SMK NASIONAL INDRAMAYU
42 SMK NU KAPLONGAN
43 SMK NU Karangampel
44 SMK PELITA JATIBARANG
45 SMK PGRI INDRAMAYU
46 SMK PGRI JATIBARANG
47 SMK PGRI JUNTINYUAT
48 SMK PGRI KANDANGHAUR
49 SMK PONPES CADANG PINGGAN
50 SMK PUI HAURGEULIS
51 SMK TELADAN KERTASEMAYA
52 SMK WIDYA UTAMA
JUMLAH 76
3.3. Variabel dan Definisi Operasional
3.3.1. Variabel Penelitian
Sugiono (2010:61) mengatakan bahwa :”Variabel penelitian adalah atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel bebas
(independent variable) yaitu persepsi terhadap keterampilan mengajar guru dan
motivasi berprestasi siswa, sedangkan variabel terikatnya (dependent variable)
89 Hubungan dari ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada desain penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut :
Gambar 3.1. Hubungan Variabel Penelitian Dimana
X1 : Persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru
X2: Motivasi berprestasi siswa
Y : Hasil belajar siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan
3.3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.Persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru adalah skor yang diambil dari
tanggapan atau jawaban siswa terhadap keterampilan guru dalam bertanya,
memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup
pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar
kelompok kecil dan perorangan. Skor diambil dari jawaban 24 butir pernyataan
kuesioner yang diajukan kepada siswa, sehingga rentang skor teori akan diperoleh
antara 0 – 72. X1
X2
90 2.Motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk
berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun
yang dibuat atau diraih orang lain, yaitu berupa skor yang diambil dari jawaban
siswa pada pernyataan sikap berusaha untuk unggul dalam kelompoknya,
menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan, menyukai
tantangan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi
pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat
menengah. Skor diambil dari jawaban 30 butir kuesioner pernyataan sikap yang
diajukan kepada siswa, sehingga rentang skor teori akan diperoleh antara 0 - 90.
3.Hasil belajar siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan adalah skor
pengetahuan/pemahaman siswa pada materi ajar Dasar-Dasar Kelistrikan yang
diambil dari skor jawaban tes pada sub kompetensi menjelaskan arus, tegangan
dan hambatan listrik., menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif,
kapasitif dan induktif pada rangkaian DC, menjelaskan prinsip-prinsip kemagnetan
listrik, menjelaskan konsep rangkaian listrik, menggunakan hukum-hukum
rangkaian DC dan menggunakan hukum-hukum rangkaian AC. Skor diambil dari
jawaban 20 butir soal tes yang diajukan kepada siswa, sehingga rentang skor teori
akan diperoleh antara 0 – 20.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengungkap data mengenai hubungan persepsi siswa tentang
keterampilan mengajar guru dan motivasi siswa dengan hasil belajar siswa pada
kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan dibutuhkan metode dan alat pengumpul data
(instrumen penelitian). Dalam penelitian ini digunakan metode kuesioner/angket dan
91 3.4.1. Metode Kuesioner/Angket
Kuesioner (angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2005: 162). Angket pada umumnya digunakan
untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap dan perilaku
responden dalam suatu peristiwa.
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data persepsi
siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi siswa. Angket
yang digunakan adalah angket dengan pola jawaban tertutup dengan skala
pengukuran menggunakan skala Likert. Oleh karena itu angket ini dirancang
menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban, maka responden hanya
diminta memilih alternatif jawaban yang tersedia. Adapun pola penskorannya
(scoring) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Skor opsi skala sikap
No OPSI SKOR
1. Sangat setuju 3
2. Setuju 2
3. Tidak setuju 1
4. Sangat tidak setuju 0
Sumber : Narsojo (2009 : 200)
3.4.2. Metode Tes
Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di
bidang pendidikan. Untuk mengukur seberapa jauh tujuan - tujuan pengajaran
telah tercapai. Untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif biasanya
92 Proses tahapan mengkonstruksi tes tertulis secara garis besar yaitu:
mengkaji kurikulum, mengembangkan indikator dan kisi-kisi, menulis item soal,
uji validasi konsep, revisi/perbaikan, uji validasi empiris, seleksi soal, dan penyajian
tes. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis terbagi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif. .
Salah satu bentuk tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar adalah tes pilihan
ganda. Tes pilihan ganda adalah bentuk tes obyektif yang mempunyai ciri utama
kunci jawaban jelas dan pasti sehingga hasilnya dapat diskor secara obyektif. Hal
ini disebabkan setiap jawaban diberi skor yang sudah pasti dan tidak mengenal
jawaban di antara benar dan salah atau jawaban benar sebagian saja.
Tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing item
disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan
tersebut yang benar atau yang paling benar. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryantini
( http//srisuryantini.guru-indonesia.net,19/9/2011) yang menyatakan :
“Tes objektif adalah tes atau butir soal yang menuntut jawaban secara lebih pasti. Bentuk tes objektif dapat mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan mudah dikoreksi. Jawaban singkat atau isian singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah. ….Bentuk pilihan ganda bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.”
Tes dalam bentuk pilihan ganda pada penelitian ini digunakan untuk
93 3.5. Instrumen Penelitian
Berdasarkan landasan teoritis dan definisi operasional yang telah diuraikan di
atas maka dalam penelitian ini digunakan kuesioner/angket dan tes objektif.
3.5.1. Uji Coba Instrumen
Dalam penelitian menggunakan metode kuantitatif, kualitas pengumpulan
datanya sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpulan data yang
digunakan. Instrumen disebut berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
pemakaiannya apabila sudah terbukti valid dan reliabiel, dengan kata lain instrumen
penelitian yang baik adalah instrumen yang valid dan reliable. Valid mengandung arti
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu dapat mengungkapkan data dari
variabel yang akan diteliti secara tepat dan reliable berarti konsisten, dengan kata lain
apabila intrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
tetap menghasilkan data yang sama pula.
Agar peneliti meyakini instrumen yang digunakan valid dan reliable perlu
dilakukan uji coba intrumen sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data
yang sesungguhnya. Arikunto (2006 : 216) mengungkapkan pentingnya uji coba
instrumen, yaitu untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi sekurang
kurangnya validitas dan reliabilitas intrumen. Uji coba instrumen secara teknis
dimaksudkan untuk mengetahui item mana saja yang harus dieliminasi dan
ditambahkan.
Uji coba dilakukan pada subjek yang diambil dari populasi yang akan diteliti,
namun bukan anggota dari sampel penelitian tersebut. Jumlah sampel untuk uji coba
94 3.5.1.1. Uji Validitas Instrumen
3.5.1.1.1. Validitas Angket
Untuk menguji validitas instrumen penelitian yang berupa angket skala sikap,
peneliti melakukan validitas konstruksi (construct validity) instrumen, dengan
mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada pembimbing untuk diminta
pendapatnya tentang konstruksi instrumen tersebut.
Setelah didapat data dari sampel uji coba, selanjutnya pada angket skala sikap
yang menggunakan Skala Likert dengan 4 skala, peneliti menganggap perlu untuk
melakukan validitas skala (uji normalitas sebaran). Pengujian ini menurut Narsoyo
(2009:98) adalah untuk memeriksa ketepatan skala pada setiap pernyataan dengan
analisis sebaran frekuensi. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :
1.Menghitung frekuensi setiap katagori jawaban untuk setiap pernyataan (SS.S.TS
dan STS).
2.Menghitung proporsi frekuensi jawaban untuk setiap katagori dengan rumus :
= ∑
3.Menghitung proporsi kumulatif dan menentukan titik tengah proporsi
kumulatif Md dengan rumus :
=
= +
= +
95 Titik tengah dari setiap proporsi ditentukan dengan rumus :
= 2
= + 2
= + 2
= + 2
4.Harga-harga dari titik tengah Md itu digunakan untuk menentukan nilai bilangan
baku Z ( dengan pertolongan daftar sebaran normal) dan menetapkan nilai skala
sikap dengan rumus :
= | − ± |
Sedangkan untuk uji validitas butir pada angket dilakukan dengan
menggu-nakan persamaan korelasi product moment dari Karl Pearson (Riduwan,2007:217),
yang berfungsi untuk mengetahui korelasi antara skor pada setiap butir angket atau
soal dengan skor total, dengan persamaan sebagai berikut :
!"# = . ∑ % & − ∑ % . ∑ &
'( . ∑ % − ∑ % ). ( . ∑ & − ∑ & )
Dimana :
hitung
r = koefisien korelasi,
∑
Xi = jumlah skor item,∑
Yi = jumlah skor total (seluruh item),n = jumlah responden.
Kriteria yang dijadikan dasar untuk mengetahui valid tidaknya sebuah butir
96 total, dengan ketentuan, apabial rhitung bernilai positip dan lebih besar dari rtabel (rhitung >
rtabel) maka butir tersebut dinyatakan valid. Apabila rhitung bernilai negatif atau lebih
kecil dari rtabel (rhitung < rtabel) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid (gugur) dan
tidak bisa digunakan untuk instrumen.
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t untuk mengetahui signifikansinya dengan
rumus uji signifikansi korelasi :
2
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t Tabel. Untuk
kesalahan 5% uji dua pihak dan dk = n – 2. Kaidah keputusannya: Jika thitung > ttabel
berarti item valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti item tidak valid.
3.5.1.1.2. Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar
Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang cukup memadai, maka perlu
memperhatikan validitas dan reliabilitas tes. Di samping mencari validitas dan re-
liabilitas tes, juga diperlukan perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda tes,
sehingga tes yang digunakan dapat dipertimbangkan layak atau tidak sebagai alat
pengumpul data yang baik.
Sehubungan dengan instrumen yang akan digunakan oleh peneliti berupa soal
tes pilihan ganda, Zulaiha (2008:1) mengatakan :
97 3.5.1.1.3.Validitas isi
1. Validasi Teman Sejawat (Validasi Ahli)
Analisis kualitatif dapat dikategorikan sebagai validasi alat tes dari segi
materi, konstruksi, dan bahasa. Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang
berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat
kemampuan yang sesuai dengan soal. Analisis konstruks dimaksudkan sebagai
penelaahan yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa
dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
yang baik dan benar.
Untuk mendapatkan validitas isi dari tes hasil belajar kompetensi dasar-dasar
kelistrikan, ditempuh dengan cara membuat tabel kisi-kisi hasil belajar dan kemudian
validitas isi dan konstruk dilakukan bersama pembimbing dan bantuan guru-guru
Teknik Elektronika Industri di SMK Negeri 1 Losarang. (Validasi isi dari dari teman
sejawat dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 140).
2. Validitas Konstruk
2.1.Daya Pembeda
Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa yang
berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Indeks yang dapat mengukur
perbedaan itu adalah daya pembeda (item discrimination). Dengan demikian daya
pembeda soal sama dengan validitas soal. Daya pembeda soal diperoleh melalui
perhitungan :
* = +,-+.
" atau
* =+,
",−
+.
98 dimana :
DP = daya pembeda soal
KA = banyak siswa pada kelompok atas yang menjawab benar
KB = banyak siswa pada kelompok bawah yang menjawab benar
n = banyak siswa
nA = banyak siswa pada kelompok atas
nB = banyak siswa pada kelompok atas
Menurut kriteria yang berlaku di Pusat Penilaian Pendidikan (Zulaiha, 2008:5)
soal yang baik atau dapat diterima bila memiliki daya pembeda soal diatas 0,25,
karena soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan
berkemampuan rendah. Berikut kriteria daya pembeda soal menurut Pusat Penilaian
Pendidikan :
Tabel 3.3. Kriteria Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda Keterangan
DP > 0,25 Diterima
0 < DP ≥ 0,25 Diperbaiki
DP ≤ 0 Ditolak
(Zulaiha, 2008:5)
Selain menghitung indeks daya pembeda soal dilakukan juga penghitungan
indeks daya pembeda pengecoh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui semua
pengecoh sudah bekerja (diterima), perlu direvisi atau ditolak.
2.2.Tingkat Kesukaran.
Setelah daya pembeda soal diperoleh, langkah selanjutnya adalah menentukan
tingkat kesukaran soal. Tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab
benar. Tingkat kesukaran berkisar antara 0 sampai dengan 1. Makin besar tingkat
99 Tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan rumus :
/0 =12
Dimana :
TK = Tingkat Kesukaran
JB = banyak siswa yang menjawab benar n = banyak siswa
dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran Keterangan
TK < 0,3 Sukar
0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang
TK > 0,7 Mudah
( Zulaiha, 2008:6)
Untuk mengetahui berfungsi tidaknya pengecoh dilihat dari tingkat kesukaran,
maka harus dilakukan perhitungan penyebaran pilihan jawaban, yaitu proporsi siswa
yang menjawab pilihan jawaban tertentu. Suatu pengecoh dikatakan berfungsi bila
dipilih paling sedikit oleh 2,5% (≥ 0,025).
3.5.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen
Keterandalan (reliabilitas) menyangkut ketepatan alat ukur, jika alat itu tepat
dalam pengertian alat ukur itu stabil maka dapat diandalkan (dependability) dan dapat
diramalkan (predicability). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen itu
memberikan hasil yang sama meskipun telah dipakai untuk mengukur berulang kali.
Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien alpha yang
dikemukakan oleh Cronbach (Arikunto, 2006). Suatu kuesioner disebut
100 dengan jalan mengulang pertanyaan yang mirip pada nomor-nomor berikutnya, atau
dengan jalan melihat konsistensinya (diukur dengan korelasi) dengan pertanyaan lain.
Uji realibilitas instrumen dilakukan untuk menguji instrumen yang sudah
valid. Cara pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah internal consistency
yaitu mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data dianalisis dengan teknik
belah dua dari Spearman Brown (spilt half). Aapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1.Data item hasil uji coba instrumen yang sudah dinyatakan valid dibelah menjadi
dua kelompok yaitu kelompok item instrumen ganjil (X) dan kelompok item
instrumen genap (Y), sehingga menghasilkan total skor dari masing-masing
kelompok.
2.Kemudian skor total antara kedua kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya,
dengan rumus :
3.Setelah didapat nilai atau harga koefisien korelasi kemudian dimasukkan dalam
rumus Spearman Brown (Riduwan,2007:221)
Dimana :
r11 = koefisien reliabilitas internal
rb= koefisien korelasi Product Moment antara belahan ganjil dan genap
4.Menetapkan nilai rtabel dengan menggunakan koefisien Alpha (α) dari Cronbach.
101 5.Membandingkan nilai r11 dengan rtabel dengan kaidah keputusan, jika r11 ≥ rtabel
berarti reliabel dan jika r11 ≤ rtabel berarti tidak reliabel.
3.5.2. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Hasil uji coba instrumen penelitian adalah sebagai berikut :
a. Hasil uji coba instrumen variabel X1
Dari 30 item pernyataan dalam angket terdapat 6 item dinyatakan tidak valid atau
tidak reliabel, yaitu item no 3,6,8,18,26,dan 29 sedangkan 24 butir item lainnya
dinyatakan valid dan reliabel dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item
instrumen penelitian variable X1. (Perhitungan validitas dan reliabilitas angket
dapat dilihat pada lampiran 7,lampiran 8 dan lampiran 9 pada halaman 150 s.d
158)
Setelah disusun ulang item-item pernyataan di atas, maka kisi-kisi instrumen
penelitian menjadi :
Tabel 3.5 Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel X1
Variabel Indikator Item Pernyataan Jumlah
Positif Negatif + - ∑
102 b. Hasil uji coba instrumen variabel X2
Dari 40 item pernyataan dalam angket terdapat 10 butir item dinyatakan tidak
valid atau tidak reliabel, yaitu item no 1,7,16,17,20,21,29,36,39 dan 40
sedangkan 30 butir item lainnya dinyatakan valid dan reliable dan memenuhi
syarat untuk menjadi item-item instrumen penelitian untuk variabel X2.
Setelah disusun ulang dari item-item pernyataan diatas, maka kisi-kisi instrumen
penelitian menjadi :
Tabel 3.6. Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel X2
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Positif Negatif + - ∑
4. Menyukai tantangan 15 16,17,
18 1 3 4
(Instrumen penelitian variabel X2 dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 135)
c. Hasil uji coba instrumen variabel Y
Dari 22 item soal dalam soal tes hasil belajar kompetensi dasar-dasar
kelistrikan terdapat 2 butir item dinyatakan tidak valid atau tidak reliable,
yaitu item no 13 dan no 20 sedangkan 20 butir item lainnya dinyatakan valid
103 instrumen penelitian untuk variabel Y. (Perhitungan analisis butir soal dapat
dilihat pada lampiran 10 halaman 161).
Setelah disusun ulang dari item-item pernyataan di atas, maka kisi-kisi
instrumen penelitian menjadi :
Tabel 3.7. Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel Y
Variabel Sub Variabel Nomor Item
Soal
dan hambatan listrik. 1, 10, 11,12
4
hukum rangkaian AC 3,4, 19,20
4
Jumlah soal 20
(Instrumen penelitian variabel Y dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 137)
3.6. Teknik Analisis Data
Setelah diperolah instrumen yang valid dan reliabel maka langkah selanjutnya
dari peneliti adalah pengambilan data untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai
hasil dari penelitian.
3.6.1. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis merupakan pengujian syarat analisis data sesuai
dengan kondisi penyebaran data yang didapat. Karena penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan statistik inferensial, maka perlu dilakukan
104 3.6.1.1. Uji Normalitas Galat Taksiran
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui dan menentukan apakah
sebaran data yang akan dianalisis mempunyai tingkat sebaran data yang normal atau
tidak. Jika data berdistribusi normal maka peneliti dalam pengolahan data selanjutnya
dapat menggunakan teknik analisis statistik parametrik dan sebaliknya jika sebaran
data tidak berdistribusi normal maka peneliti bisa menggunakan teknik statistik non
parametrik.
Pada penelitian ini pengujian normalitas data akan menggunakan Metode Chi
Square atau (Uji Goodness of fit Distribusi normal), metode ini menggunakan
pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang
diharapkan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
∑
= Chi-kuadrat yang dicari
fo = Frekuensi dari hasil pengamatan (fo) fe = Frekuensi yang diharapkan (fe)
Dengan membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel untuk ≥ = 0.05 dan derajat
kebebasan (dk) = k – 2, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya Data Distribusi Tidak Normal dan
Jika χ2hitung < χ2tabel artinya Data Berdistribusi Normal
Data yang perlu diuji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini
adalah galat (∈=Y−Yˆ) dari data perolahan skor. Perhitungan uji normalitas
105 3.6.1.2. Uji Homogenitas Data
Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan metode Bartlet dan varians
terbesar dibanding varian terkecil menggunakan table F untuk uji homogenitas antar
variable bebas. (Riduwan, 2008:177).
Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji
Bartlett (Sudjana, 1992:262-263),disusun dalam sebuah daftar seperti berikut:
Sampel
Dari daftar ini kita hitung harga-harga yang diperlukan, yakni:
Langkah 1 : Varians gabungan dari semua sampel dalam hal ini yang menjadi sampel adalah kelompok-kelompok data yang nilainnya sama, dengan rumus:
(
)
Untuk uji Bartlett digunakan statistik khi-kuadrat dengan rumus:
106 Langkah 3 : membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel untuk ≥ = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 , Kriteria data homogeny jika χ2 hitung <χ2 tabel
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3
3.6.2. Pengujian Hipotesis Penelitian
Dengan asumsi data sudah memenuhi syarat analisis (distribusi data normal
dan homogen), maka untuk mengetahui tingkat korelasi antar variabel digunakan
analisis korelasi tunggal dan analisis korelasi ganda sebagai berikut:
a. Untuk menghitung tingkat korelasi X1 dengan Y, korelasi X2 dengan Y dan
korelasi X1 dengan X2 digunakan analisi korelasi sederhana dengan rumus :
(Usman, 1995:203)
Interpretasi korelasi dari nilai r adalah sebagai berikut :
Tabel 3.10 Interpretasi dari nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
107
b. Untuk menghitung korelasi X1dan X2 dengan Y digunakan analisis korelasi
ganda dengan rumus :
(Usman, 1995:232)
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan antar variabel
dalam hubungan ini, digunakan Uji-F dengan rumus:
(Usman, 1995:233)
Dimana: k = banyaknya variabel bebas dan n = banyaknya anggota sampel
Kaidah pengujiannya yaitu :
a. Jika Fhitung Ftabel, berarti signifikan
124 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai
berikut :
1.Terdapat hubungan yang positif (r = 4,33) antara persepsi siswa tentang
keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik
Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten
Indramayu.
Terdapat hubungan yang positif artinya terdapat hubungan yang berbanding
lurus antara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru dengan hasil
belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi
Dasar-Dasar Kelistrikan, dimana semakin baik keterampilan mengajar guru dalam
persepsi siswa, maka semakin meningkat pula hasil belajar siswa.
Hubungan antara persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru (X1)
dengan hasil belajar siswa (Y) Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada
kompetensi dasar-dasar kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu tergolong
sedang. Kontribusi (X1) terhadap (Y) sebesar 18,79%, artinya bahwa 18,79 persen
perubahan yang terjadi dalam meningkatnya hasil belajar siswa dapat dijelaskan
125 2.Terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar
siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi
Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.
Artinya terdapat hubungan yang berbanding lurus antara motivasi
berprestasi dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika
Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan. dimana semakin baik motivasi
berprestasi maka semakin meningkat pula hasil belajar siswa.
Hubungan antara motivasi berprestasi (X2) dengan hasil belajar siswa (Y)
Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar
Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu tergolong sedang. Kontribusi (X2)
terhadap (Y) sebesar 25,54%. artinya bahwa 25,54 persen perubahan yang terjadi
dalam meningkatnya hasil belajar siswa dapat dijelaskan oleh persepsi siswa.
3. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa tentang keterampilan
mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Program
Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di
SMK Kabupaten Indramayu.
Artinya terdapat hubungan yang berbanding lurus antara persepsi siswa
tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar
siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi
Dasar-Dasar Kelistrikan, dimana semakin baik keterampilan mengajar guru
dipersepsikan siswa bersama-sama dengan semakin baik motivasi berprestasi
siswa maka semakin meningkat pula hasil belajar siswa.
Hubungan antara persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru (X1)
126 Teknik Elektronika Industri pada kompetensi dasar-dasar kelistrikan di SMK
Kabupaten Indramayu tergolong sedang. Kontribusi (X1) dan (X2) secara
bersama-sama terhadap (Y) sebesar 25,82%. Temuan penelitian menunjukkan semakin
tinggi keterampilan mengajar guru dipersepsikan oleh siswa dan semakin tinggi
motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dikemukakan beberapa saran terkait dengan simpulan tersebut, yaitu :
1. Bagi pimpinan Sekolah Menengah Kejuruan :
a.Agar selalu memperhatikan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru
secara sistematis dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas dan berdaya
saing tinggi baik di masyarakat maupun di industri,
b. Agar memperhatikan keterampilan dasar guru dalam proses belajar mengajar,
karena guru merupakan ujung tombak dari proses pembelajaran di sekolah,
sehingga sangatlah penting untuk terus menerus mengupayakan peningkatan dan
pengembangan keterampilan mengajar guru di sekolah, baik melalui diklat-diklat
profesi atau mendorong guru agar mau meningkatkan kualifikasi akademik
dengan mengikuti studi pada jenjang yang lebih tinggi.
c. Dalam penilaian kinerja guru maupun pengambilan keputusan sebaiknya
memperhatikan juga masukan-masukan dari siswa sebagai komponen sekolah
127 2. Guru harus selalu meningkatkan kompetensi profesionalnya, mengembangkan
keterampilan dan inovasi dalam proses pembelajaran di kelas, karena hal ini
bisa meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di
kelas.
3. Siswa harus meningkatkan prestasi belajarnya dengan tekun belajar dan berlatih,
dan mengembangkan pengetahuan dengan mencari bahan ajar dan sumber
belajar lain dengan tidak hanya mengandalkan guru sebagai sumber informasi
tunggal.
4. Bagi kepentingan studi dan penelitian lebih lanjut, bahwa penelitian ini belum
mencapai tujuan yang optimal sebagaimana yang diharapkan, karena masih
memiliki kekurangan/kelemahan. Oleh karena itu disarankan agar penelitian ini
menjadi bahan pembanding bagi penelitian yang sama terhadap SMK di
128
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
BPS.(2010). Indramayu Dalam Angka. Indramayu
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Fungsi Keluarga dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Yogyakarta
Dirjen PMPTK (2008). Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Hasil
Belajar . Jakarta
Dirjen PMPTK (2008). Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Kinerja
Guru . Jakarta
Dit.Pembelajaran DIT PSMK PMPTK (2006). Departemen Pendidikan Nasional. Bahan Sosialisasi KTSP . Jakarta
Fajar. (2005). Portofolio dalam pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fakhri. (2007). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. (Online) http://www.acehforum.or.id, diakses 25 April 2010.
Fatchurrochman, R. (2011), Pengaruh motivasi berprestasi terhadap
kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan. Tesis pada FPS
UPI Bandung, tidak diterbitkan
Guntur, A (2010). Pengembangan Pendidikan kejuruan untuk Kebutuhan
Tenaga kerja dan wira Usaha, Makalah Seminar Pendidikan
Nasional. Lustrum XI UPI, Bandung
Harianto.(2009). Kinerja Guru Kejuruan Yang Telah Bersertifikat Pendidik.
http://karya-ilmiah.um.ac.id, diakses 17 Desember 2010.
Joesoef.R at.al (2007). Peran SMK dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
daerah. Dit PSMK Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Kiswoyowati, A. (2011), Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar
siswa terhadap kecakapan hidup siswa. Tesis pada FPS UPI Bandung,
129 Masbow (2003). Psikologi belajar
(http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html) diakses 9 pebruari 2011.
Maslow, A. (1993). Motivasi dan Kepribadian, Jakarta: Pustaka Binawan Presindo
Muhidin, A. (2009). Konsep Pendidikan Kejuruan, http/sambasalim.com. diakses 1 pebruari 201.
Mulyasa.E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.E. (2010). Menjadi Guru Profesional: menciptakan pembelajaran
kreatif dan menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslim. (2007). Sekilas Pendidikan Kejuruan., http://tutomu.files.word-press.com, diakses 14 April 2010
Narsojo.T. (2009). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung : Rafika Aditama.
... (2010). Planning/Organizing of Teaching and Training in TVE, Diktat Kuliah SPs UPI Bandung, tidak di terbitkan.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan
Prudjung,Cheng (2009), mc-clelland dan teori motivasi. (Online) http://www.pmiiumm.com diakses 10 juli 2010
Riduwan .(2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung: Alfabeta
Rzal.J (2008). tinjauan teoritis tentang persepsi siswa tentang media televisi
dan pengaruhnya terhadap perubahan prilaku sisiwa. (Online)
http://www.scribd.com diakses 4 April 2011.
Sanjaya, W. (2010). Kurikulum Pembelajaran . Bandung: Kencana
130 Siagian,S. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana. (1992). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: PT Tarsito. Bandung.
Sudjana, Nana. And Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat A, (2008). Penilaian Hasil Belajar Siswa.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 9 pebruari 2011.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Afabeta.
2005). Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta.
Sulistio, E (2009). Penerapan Norma-Norma Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Pada Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Ketenagalistrikan Di Kabupaten Sidoarjo. Tesis : Universitas Negeri
Malang.
Suryantini.(2011). Desain dan Analisi Hasil Belajar .http//srisuryantini.guru-indonesia.net. diakses 19 september 2011
Sutarno, H., Rohendi, D. dan Gantini G. (2011). Pengaruh kompetensi guru
mata pelajaran TIK terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Jurnal
Pendidikan edisi khusus no. 2.Agustus 2010, UPI Bandung
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Uno, H. (2007). Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
... (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
131 Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Widoyoko. (2009). Analisis Pengaruh Kinerja Guru terhadap Motivasi
Belajar Siswa (Online) http://www.um-pwr.ac.id, diakses 16
Desember 2011.
Winardi. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Yahdi. (2011) Motivasi Berprestasi
http://www.4shared.com/get/akaxf1vk/Motivasi_Berprestasi.html diakses 24/3/2011.