• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET: PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET: PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET

(PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

AYU NURAININGSIH

0903753

(2)

Ayu Nurainingsih, 2013

PENEREPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET

(PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang)

Oleh

Ayu Nurainingsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ayu Nurainingsih 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE

STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA

MAGNET” (PTK Di Kelas V SDN Pamanuk I Kecamatan Carenang

Kabupaten Serang) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya

sendiri dan saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi

yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim

dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Serang, Juni 2013

(4)

Ayu Nurainingsih, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

AYU NURAININGSIH NIM. 0903753

PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE

STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET

(PTK Di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kecamatan Carenang Kabupaten Serang)

Disahkan dan disetujui oleh:

Pembimbing I

Dra. Sri Wuryastuti, M.Pd NIP. 195806141986032002

Pembimbing II

Dra. Hj. Nunu Nuchiyah, M.Pd NIP. 195307121980032002

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 PGSD

(5)
(6)

I

Ayu Nurainingsih, 2013

ABSTRAK

Ayu Nurainingsih (0903753). “Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet” (PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang) 2013.

Pengambilan judul ini di latar belakangi oleh adanya suatu permasalahan dalam pembelajaran IPA khususnya pada konsep gaya magnet di kelas V SD Negeri Pamanuk I, dimana aktivitas dan hasil belajar siswa kurang optimal dan cenderung rendah.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rumusan masalah tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet di kelas V, dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dalam memahami konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA kelas V dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH), dan apakah dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA di kelas V.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus, yang diawali dengan pra siklus. Subjek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA pada konsep gaya magnet di kelas V SDN Pamanuk 1 Kec. Carenang Kab.Serang dengan jumlah siswa 24 orang.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil yang sangat memuaskan karena sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan serta adanya peningkatan disetiap siklusnya. Nilai rata-rata tes hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 3,70 sedangkan siklus I sebesar 5,58, siklus II nilai rata-rata tes sebesar 6,75 dan nilai rerata pada siklus III sebesar 7,91. Peningkatan aktivitas disetiap siklusnya juga terjadi, dimana pada siklus I nilai rerata aktivitas siswa sebesar 1,38, siklus II dengan rerata nilai 2,06 dan rerata nilai pada siklus III sebesar 2,8. Dengan demikian penerapan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH) pada konsep gaya magnet di kelas V dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….……….. v

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR DIAGRAM ……….…… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ………...… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 5

C. Tujuan Penelitian ……….….. 5

D. Manfaat Penelitian ………. 6

E. Definisi Operasional ……….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ………... 9

B. Kerangka Berfikir ……….. 20

C. Kajian Hasil Penelitian ……….……. 22

D. Hipotesis Tindakan ……… 23

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 24

B. Metode Penelitian ………. 24

C. Prosedur Penelitian ……… 28

D. Instrumen Penelitian ……….. 32

E. Analisis Data ……….. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian ……….. 40

(8)

vi

Ayu Nurainingsih, 2013

B. Rekomendasi ……….…….…… 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) ……….……... 33 4.1 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ………. 42

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Siklus I ……….. 47

4.3 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured

Numbered Heads Siklus I……… 50

4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Siklus II……… 54

4.5 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured

Numbered Heads Siklus II……….. 57

4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Siklus III……….. 63

4.7 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured

[image:9.595.113.528.224.704.2]
(10)

viii

Ayu Nurainingsih, 2013

4.9 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Tes Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured

Numbered Heads pada Konsep Gaya

Magnet……….. 70

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Aktivitas Siswa dengan MenggunakanPendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads pada Konsep Gaya Magnet Siklus I-III………. 69

4.2 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads pada

(11)
[image:11.595.115.522.224.621.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart

(Arikunto, dkk. 2012: 16) ……….. 26 3.2 Alur Proses Penelitian Tindakan Kelas dengan Menggunakan Pendekatan

(12)

x

Ayu Nurainingsih, 2013

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12 14 15 16

Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing

Surat Ijin Mengadakan Penelitian

Surat Keterangan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lembar Kerja Siswa Siklus I

Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I

Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada

Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative

Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Siklus I

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lembar Kerja Siswa Siklus II

Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II

Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada

Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative

Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Siklus II

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

Lembar Kerja Siswa Siklus III

Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus III

Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada

Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative

Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Siklus III

(13)
(14)

1

Ayu Nurainingsih, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perubahan merupakan suatu hal yang abadi karena perubahan terjadi

seiring berjalannya waktu, tidak ada yang dapat menolak ataupun menghindari

perubahan. Tidak dapat dipungkiri memang, perubahan peningkatan laju arus

informasi dan kemajuan tekhnologi menuntut setiap manusia agar tidak

tertinggal dengan perubahan tersebut, jika tidak maka manusia itu akan

tergerus oleh perubahan yang terus terjadi.

Begitupula dengan pendidikan, seiring waktu berjalan pendidikan

mengalami perubahan dan perkembangan demi meningkatkan mutu dan

kualitasnya. Tentunya semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan

memiliki peranan dan tanggungjawabnya sendiri agar tidak tertinggal dengan

perkembangan yang terjadi dewasa ini, terutama para pendidik yang memiliki

peran penting dalam hal mendidik sumberdaya manusia sebagai tunas penerus

dimasa mendatang.

Oleh karenanya dalam merencanakan pembelajarannya pendidik

menggunakan berbagai macam pendekatan, metode, strategi, media dan segala

hal yang dapat mendukung tersampaikannya materi yang akan diajarkan

sehingga tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sejalan dengan tujuan

umum diterapkannya KTSP yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan

(15)

2

pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2007:22).

Dengan kata lain kurikulum tingkat satuan pendidikan memberikan kebebasan

dalam pengembangan kurikulum. Ini berarti setiap satuan pendidikan didorong

untuk dapat mengembangkan kurikulum dalam merancang proses kegiatan

pembelajaran dengan pengambilan keputusan yang lebih cocok untuk

memenuhi kebutuhan sekolah.

Meski demikian masi terdapat kendala untuk menerapkan hal-hal tersebut,

seperti banyaknya berbagai materi pelajaran yang harus dikuasai dan harus

disampaikan dengan ketersediaan waktu yang kadang dianggap kurang serta

kendala pendidik dalam menghadapi berbagai tuntutan inovasi yang harus

diterapkan dalam pembelajarannya, sehingga cenderung menggunakan suatu

metode yang mudah diterapkan. Padahal kesemuanya itu diperlukan untuk

menunjang dan meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik.

Hal diatas juga ditemukan pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas

V SDN Pamanuk I. Menurut pengamatan penulis, penggunaan pendekatan,

metode maupun media pembelajaran yang bervariatif kurang diterapkan dalam

proses pembelajaran IPA di kelas V SDN Pamanuk 1 dan cenderung

(16)

3

Ayu Nurainingsih, 2013

komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai

komunikator atau penyampai pesan, sehingga terjadilah komunikasi dua arah

(two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way

traffic communication)”.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) disusun dan dilaksanakan

oleh masing-masing satuan pendidikan sehingga menuntut kreativitas setiap

satuan pendidikan khususnya para pendidik untuk menyusun dan merancang

kegiatan pendidikan yang sesuai dengan keadaan lokal dimana satuan

pendidikan itu berada. Oleh karena itu, pendidik sebagai tonggak yang

melaksanakan langsung suatu pembelajaran di kelas-kelas perlu meningkatkan

mutu pembelajaran dimulai dari memahami kembali makna belajar bagi anak

usia sekolah dasar serta meningkatkan perencanaan pembelajaran yang akan

dirancang sehingga apa yang disebut dengan belajar bermakna itu tercapai.

Sebagaimana dikemukakan oleh Davis et al. (1974: 162) bahwa If we are to

structure efficient learning system, it is obvious that we must know what

learning is and how to bring it about”.

Pada kenyataannnya masih banyak proses pembelajaran yang dirancang

terasa kurang maksimal dan bahkan tidak efisisen khususnya pada

pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar yang diperolehpun kurang optimal,

selain itu peranan siswa dalam proses pembelajaranpun kurang dan cenderung

rendah. Hal ini juga penulis temukan pada kegiatan belajar mengajar IPA di

kelas V SDN Pamanuk 1, dimana nilai rerata hasil belajar siswa sebesar 3,70

(17)

4

ditentukan oleh sekolah. Padahal dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut (Mulyasa, 2007: 111) :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari pemaparan tujuan pembelajaran IPA yang dikemukakan diatas, untuk

mencapai tujuan tersebut tentunya guru dituntut untuk merancang

pembelajaran yang membuat siswa aktif dan merangsang siswa agar memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi untuk mendapatkan pengetahuannya serta diarahkan

pada kegiatan-kegiatan yang memicu semua itu terjadi, dan menjadikan siswa

sebagai pusat dari pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan pendekatan atau

metode pembelajaran yang tepat sangat penting dilakukan agar mendapatkan

(18)

5

Ayu Nurainingsih, 2013

Structured Numbered Heads (SNH) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

pada Konsep Gaya Magnet” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN

Pamanuk 1 Kecamatan Carenang Kabupaten Serang).

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparakan diatas, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam memahami konsep gaya

magnet pada pembelajaran IPA di kelas V dengan menggunakan

pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH) ?

2. Apakah dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe

structured numbered heads (SNH) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA di kelas V ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan yang terdapat dalam perumusan masalah di atas,

maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dalam memahami

konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA kelas Vdengan menggunakan

pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH).

2. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pendekatan cooperative

(19)

6

hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA di

kelas V.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan efek yang

positif bagi siswa, guru dan peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini antara

lain sebagai berikut:

1. Untuk peneliti

a. Menambah pengetahuan peneliti tentang kegiatan belajar mengajar di

kelas, serta memberikan wawasan agar kelak peneliti berada

dilapangan dapat menerapkan model pembelajaran yang efektif.

b. Dapat dijadikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

S1 di UPI Kampus Serang.

2. Untuk guru

a. Dapat menjadi model pembelajaran alternative yang dapat diterapkan

di kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA khususnya materi gaya magnet di kelas V.

b. Sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk

mencapai hasil yang ditargetkan oleh guru.

(20)

7

Ayu Nurainingsih, 2013

b. Siswa dapat termotivasi dalam belajar sehingga aktivitas belajar

semakin meningkat.

E.Definisi Operasional

1. Pendekatan Cooperative Learning

Art dan Newman dalam Huda (2011: 32) mendefinisikan

pembelajaran kooperatif sebagai „Small group of learners working

together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a

common goal‟ (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam

satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau

mencapai satu tujuan bersama).

2. Tipe Structured Numbered Heads (SNH)

Structured numbered Heads (kepala bernomor terstruktur) merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif, tipe ini merupakan pengembangan dari teknik kepala bernomor, dapat memudahkan pembagian tugas, memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok, dan teknik ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas” (Huda, 2011: 139).

3. Hasil Belajar Siswa

(21)

8

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimulan bahwa hasil

belajar pada hakekatnya merupakan perubahan tingkahlaku baik itu

pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang diperoleh dari belajar.

4. Gaya Magnet

Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh sebuah

magnet. Oleh karenanya magnet dapat menarik berbagai macam benda,

akan tetapi hanya benda-benda tertentu yang dapat ditarik oleh magnet.

Biasanya magnet dapat menarik benda yang terbuat dari besi seperti peniti,

(22)

24

Ayu Nurainingsih, 2013

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian yaitu di SD Negeri

Pamanuk 1 Kecamatan Carenang Kabupaten Serang, dengan alamat Jl.

Wr. Selikur Km.06. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena

peneliti menemukan adanya suatu permasalahan dalam pembelajaran

khususnya pada mata pelajaran IPA, selain itu letak lokasi penelitian

ini cukup strategis yaitu dekat dengan rumah peneliti sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian dengan mudah.

2. Subjek

Subjek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA pada

konsep gaya magnet di kelas V SDN Pamanuk 1 Kec. Carenang

Kab.Serang dengan jumlah siswa 24 orang.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK

disebut dengan classroom action research. Menurut Arikunto (2012: 3)

(23)

25

(1) Penelitian- merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. (2) Tindakan-menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. (3) Kelas- dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Batasan yang ditulis mengenai pengertian kelas adalah sebuah ruangan tempat guru mengajar dan untuk siswa yang sedang belajar adalah pandangan lama yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruang tempat guru mengajar”. Kelas bukanlah wujud ruangan akan tetapi dimana saja yang terdapat sekelompok peserta didik yang sedang belajar.

Dengan demikian dimanapun tempatnya yang terpenting adalah

adanya sekelompok peserta didik yang sedang belajar, maka penelitian

tindakan kelas dapat dilakukan. Dari ketiga pengertian yang diuraikan

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas dengan tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Ruswandi (2007: 79) secara singkat PTK

dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan

(24)

26

Ayu Nurainingsih, 2013

Ada beberapa macam model desain penelitian tindakan kelas,

diantaranya yaitu model Kurt Lewin, model Kemmis dan McTaggart,

model Jhon Elliot, dan model Hopkins. Setiap model memiliki bagan yang

berbeda, namun menurut Arikunto ( 2012: 16) secara garis besar terdapat

empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Pada kesempatan ini peneliti menggunakan PTK

model Kemmis dan McTaggart. Adapun model dan penjelasan dari

[image:24.595.115.532.244.666.2]

masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart (Arikunto,

dkk, 2012: 16) Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Pengamatan SIKLUS II Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi Pelaksanaan

Refleksi

(25)

27

Terdapat empat tahap yang dilakukan pada penelitian tindakan

kelas yaitu, perencanaan (planning), pelaksanaan atau tindakan (acting),

pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

1. Perencanaan (planning)

Menurut Arikunto (2010: 17), dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Perencanaan merupakan tahap awal untuk merancang tindakan

yang akan dilakukan selanjutnya pada tahap pelaksanaan atau

tindakan.

2. Pelaksanaan (acting)

Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap menerapkan segala apa

yang telah dirancang atau direncanakan pada tahap perencanaan.

3. Pengamatan (observing)

Tahap ini merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat atau observer terhadap tindakan yang dilakukan.

4. Refleksi (reflecting)

(26)

28

Ayu Nurainingsih, 2013

Keempat tahap tersebut berlangsung secara berulang dalam bentuk

siklus hingga tujuan yang diharapkan tercapai, dimana penelitian ini

diawali dengan pra siklus yang mencakup tahap pengamatan dan refleksi.

Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

kolaboratif. Menurut Nur’aeni (2012: 14) “Dalam pengertian PTK,

kolaborasi diberi makna kerjasama antara guru dan peneliti dari luar

sekolah untuk melaksanakan PTK secara bersama dikelas atau disekolah”.

Dalam penelitian tindakan kelas kolaboratif ini melibatkan guru

dan peneliti. Peneliti dan guru bekerjasama dalam melaksanakan penelitian

dimana guru berperan sebagai partner yang menjadi observer dan peneliti

sebagai model, yang mana hubungan antara keduanya bersifat kemitraan,

sehingga dapat duduk bersama untuk membicarakan dan memikirkan

persoalan yang diteliti.

C. Prosedur Penelitian

1. Pra siklus

Pra siklus ini merupakan tahap awal dari rangkaian siklus yang

dilakukan untuk merumuskan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan

pada pra siklus adalah:

a. Observasi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

melalui observasi terbuka yaitu mengamati kegiatan belajar

(27)

29

b. Refleksi

Dalam kegiatan ini, peneliti dan guru mengevaluasi dan

mengadakan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi guru

yang dihasilkan melalui pengamatan, yang berkaitan dengan

pembelajaran IPA pada konsep gaya magnet. Diskusi dan evaluasi

ini sebagai suatu kegiatan mengemukakan kembali apa yang telah

dilakukan kemudian menganalisis temuan atau permasalahan dalam

kegiatan belajar mengajar.

2. Siklus I

Adapun langkah-langkah pada siklus I ini adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan perencanaan

tentang bagaimana tahap tindakan akan dilakukan, salah satunya

dengan membuat rencana pembelajaran pada konsep gaya magnet

dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe

structured numbered heads. Perencanaan ini dilakukan dengan

berpedoman dari hasil observasi dan refleksi dari kegiatan pra siklus.

(28)

30

Ayu Nurainingsih, 2013

learning tipe structured numbered heads sebagai upaya untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep gaya

magnet.

c. Observasi

Pada kegiatan ini peneliti yang menjadi model, dan guru sebagai

mitra melakukan pengamatan atau observasi terhadap proses

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan menggunakan

pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads

pada tahap tindakan .

d. Refleksi

Kegiatan ini dimaksudkan peneliti mengevaluasi dan

mengemukakan kembali serta melakukan diskusi dengan guru

mengenai tindakan ysng telah dilakukan, dan apabila ditemukan

bahwa hasil tindakan kurang maksimal maka merumuskan dan

merancang kembali tindakan untuk siklus selanjutnya.

Secara garis besar, alur proses tindakan penelitian yang

(29)

31

PRA SIKLUS

Observasi

Mengamati KBM yang di lakukan guru pada mata

pelajaran IPA.

Refleksi

Menganalisis temuan atau permasalahan dalam

KBM.

SIKLUS 1 Perencanaan

1. Membuat RPP dengan

menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads.

2. Membagi siswa kedalam

kelompok secara heterogen.

3. Membuat alat evaluasi

berupa tes tertulis, LKS dan lembar pedoman observasi.

Tindakan

Pelaksanaan KBM pada konsep gaya

magnet dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads. Refleksi

Peneliti dan guru kelas menganalisis dan mengkaji temuan atau perkembangan dalam KBM jika hasil pada siklus I ini belum maksimal maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Observasi

Mengamati KBM kelas V pada konsep gaya magnet

dengan mengunakan pendekatan cooperative learning tipe structured

[image:29.595.114.520.157.656.2]
(30)

32

Ayu Nurainingsih, 2013

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan instrument penelitian sebagai berikut :

1. Observasi

Secara umum, observasi merupakan proses pengamatan yang

dilakukan terhadap sesuatu dengan tujuan tertentu. Menurut Ruswandi,

dkk (2007: 151) “Observasi merupakan upaya merekam segala

peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu

berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu”.

Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi

terbuka dan sistematik. Dalam observasi terbuka, pengamat atau

observer tidak menggunakan lembar pedoman observasi, sehingga

dapat dikatakan dalam observasi terbuka ini tidak ada alat bantu yang

dipersiapkan secara khusus untuk merekam tindakan yang diamati.

Sedangkan observasi sistematik adalah Observasi yang dilakukan oleh

pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument

pengamatan (Arikunto, 2006:157).

Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data

tentang aktivitas siswa sehingga didapatkan hasil perubahan atau

peningkatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran IPA di kelas V

SDN Pamanuk I, dan mencatat hal-hal yang dianggap penting yang

(31)

33

peneliti untuk mengamati aktivitas siswa selama tindakan berlangsung

[image:31.595.108.518.227.744.2]

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Lembar Pedoman Observasi

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada Konsep Gaya Magnet

dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured

Numbered Heads (SNH)

No Aspek Penilaian

Kelompok Jumlah Rerata nilai aspek kelompok Kriteria penilaian 1 2 3 4 5 6

1 Interaksi antar

siswa

2 Reaksi siswa

terhadap ide,

pendapat dan

kritikan dari siswa

lain.

3 Orientasi dan

partisipasi siswa

dalam diskusi

4 Metode yang

digunakan siswa

untuk

(32)

34

Ayu Nurainingsih, 2013

Keterangan:

1. Interaksi antara siswa

Nilai 3 : Jika siswa berinteraksi dengan teman satu kelompok dan

dengan teman yang berbeda kelompok

Nilai 2 : Jika siswa hanya berinteraksi dengan teman satu kelompok

Nilai 1 : Jika siswa tidak berinteraksi dengan siswa satu kelompok

maupun dengan siswa dari kelompok lainnya

2. Reaksi siswa terhadap ide, pendapat dan kritikan siswa lainya

Nilai 3 : Jika siswa menanggapi dengan penuh persahabatan dan

menggunakan hal tersebut sebagai bahan untuk pertimbangan

Nilai 2 : Jika Siswa menghargai dan mendengarkan ide siswa lain

dengan baik meski tidak menjadikannya sebagai bahan

pertimbangan

Nilai 1 : Jika Siswa mengabaikan ide dari siswa lain

3. Orientasi dan Partisipasi siswa dalam diskusi

Nilai 3 : Jika siswa memperlihatkan semangat kebersamaan dalam

mengerjakan tugas dengan saling membantu satu sama

(33)

35

Nilai 2 : Jika Siswa tekun mengerjakan tugasnya sendiri, dan

mengecek pekerjaan siswa lainnya untuk menjadikan tugas

satu kelompok.

Nilai 1 : Jika Siswa tekun mengerjakan tugasnya sendiri, dan

mengabaikan siswa lainnya

4. Metode yang digunakan oleh siswa untuk menyalesaikan tugas

Nilai 3 : Jika Siswa bekerja sama dalam kelompok dan saling

melengkapi, kemudian merumuskan hasil kerjanya atas

nama kelompok.

Nilai 2 : Jika Siswa bekerja secara sendiri-sendiri kemudian

menyamakan jawaban dan merumuskan hasilnya atas

nama kelompok.

Nilai 1 : Jika Siswa bekerja sendiri-sendiri dan melupakan anggota

lainnya dalam mengerjakan tugas.

5. Presentasi hasil kerja kelompok

Nilai 3 : Jika siswa tidak mempermasalahkan siapapun yang maju

(34)

36

Ayu Nurainingsih, 2013

Nilai 1 : Jika siswa mempermasalahkan siapa yang akan presentasi

dan masih malu-malu dalam mempresentasikan hasil kerja

kelompok di depan kelas.

Untuk memperoleh data prosentase maka peneliti mengolah data

pada lembar observasi dengan cara sebagai berikut:

� � � �= �ℎ �

�ℎ

Kriteria penilaian : 2,5 − 3 = Baik

1,5 − 2,4 = Cukup

0 − 1,4 = Kurang

2. Tes

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang

benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyan yang

membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus

diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan

seseorang atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang dikenai

tes (Rasyid dan Mansur, 2007:11).

Tes bersifat mengukur, dilakukan untuk mengetahui dan

mendapatkan informasi mengenai perkembangan atau peningkatan

(35)

37

kesempatan ini peneliti menggunakan tes tertulis yang dimaksudkan

untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa mengenai gaya

magnet.

Jenis tes yang peneliti gunakan adalah tes objektif (objective test).

Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-persoalan dalam

tes objektif sudah distruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal

tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Dalam tes objektif, siswa

tidak mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya

sendiri, karena alternatif jawaban sudah disediakan kecuali dalam tes

isian dan jawaban singkat, dan siswa tinggal memilih jawaban yang

mana yang paling tepat (Rakhmat dan Solehuddin, 2006: 29).

Peneliti memilih menggunakan tes objektif karena proses penilaian

dapat dilakukan secara lebih objektif, karena jawaban sudah dapat

ditentukan secara pasti, sehingga penskoran dan pemeriksaan tes

pilihan ganda lebih akurat, serta dapat menghindari subjektifitas.

Penyekoran jawaban soal objektif biasanya dilakukan secara,

dikhotomus, yakni jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah

diberi skor 0. Skor akhir sama dengan jumlah jawaban benar (Rakhmat

(36)

38

Ayu Nurainingsih, 2013

� � � ℎ = � �ℎ � � ℎ

�ℎ � � 10

� � � � = �ℎ � ℎ �

�ℎ �

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

9,0 – 10 : Sangat Baik

8,0 – 8.9 : Baik

6,5 – 7,9 : Cukup

5,5 – 6,4 : Kurang

≤5,5 : Sangat Kurang

(Sumber Rakhmat, C dan Solehuddin, 2006: 67)

E. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukanlah pengolahan data

untuk memperoleh data hasil penelitian. Langkah - langkah analisis data

yang peneliti gunakan adalah langkah-langkah analisis data menurut

Arikunto (2006: 235), adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengecek

kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data

untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, seperti lembaran

instrument yang hilang atau tersobek, dan mengecek kelengkapan

identitas pengisi instrument dalam hal ini siswa yang mengisi

(37)

39

menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja

yang tinggal, hal ini akan mempermudah dalam kegiatan analisis data.

2. Tabulasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor, dalam

hal ini adalah instrumen tes .

b. Membuat persentase dan rerata pada lembar observasi dan tes hasil

belajar.

3. Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian

Maksud yang dikemukakan dalam bagian ini adalah pengolahan

data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau

aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang

diambil.

Penerapan data pada tahap ini yaitu menafsirkan data sesuai

dengan penelitian yang diambil, kemudian mendeskripsikan hasil

(38)

76

Ayu Nurainingsih, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah

dilakukan pada pembelajaran IPA khususnya konsep gaya magnet di kelas

V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang dengan menerapkan

pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH),

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Aktivitas belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya setelah

menerapkan pendekatan cooperative learning tipe structured

numbered heads (SNH). Pada siklus I nilai rerata aktivitas siswa

sebesar 1,38 dengan kategori kurang, pada siklus II nilai rerata

aktivitas siswa sebesar 2,06 dengan kategori cukup, dan pada siklus III

nilai rerata aktivitas siswa sebesar 2,8 dengan kategori baik.

2. Hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya setelah

menerapkan pendekatan cooperative learning tipe structured

numbered heads (SNH). Pada pra siklus nilai rerata siswa sebesar

3,70, siklus I nilai rerata hasil belajar siswa sebesar 5,58, siklus II nilai

rerata siswa sebesar 6,75 dan nilai rerata hasil belajar siswa pada

(39)

77

Dari kesimpulan diatas dapat kita ketahui bahwa setelah

menerapkan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered

heads (SNH) pada konsep gaya magnet, aktivitas dan hasil belajar siswa

meningkat. Dengan menerapkan pendekatan cooperative learning tipe

structured numbered heads (SNH) siswa lebih berperan aktif dalam

pembelajaran, dapat bekerja sama dengan tugas dan tanggungjawabnya

masing-masing tanpa harus ada yang terabaikan dalam kelompok.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat penelitia ajukan adalah sebagai

berikut:

1. Bagi guru

Pengajar atau guru untuk dapat menerapkan pendekatan

cooperative learning tipe structured numberd heads (SNH) dalam

pembelajarannya, khusususnya pada pembelajaran IPA sebagai

alternatif pendekatan pembelajaran.

2. Bagi kepala sekolah

Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan

(40)

77

Ayu Nurainingsih, 2013

(SNH), dan selalu memantau serta memberikan masukan-masukan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Asdi Mahasatya.

Arikunto, S., Suhardjono dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Azmiyawati, C. Omegawati, W.H dan Kusumawati, R. (2008). IPA 5

salingtemas untuk kelas v SD/MI. Jakarta: Bengawan Ilmu.

Barlia, Lily. (2009). Teori Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Subang:

Royyan Press.

Davis, R.H., Alexander, L.T. and Yelon, S.L. (1974). Learning System Design.

United States of America: McGraw-Hill.

Huda, M. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isrok’atun. (2009). “Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif

Tipe Student Teams Achievement Division untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa”. Jurnal Pendidikan Dasar.

(42)

Ayu Nurainingsih, 2013

Nur’aeni. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Di SD. Serang: Ikhwan

Mandiri Press.

Rahayu, P. dan Halimah, S. (2012). “Penerapan Pendekatan Cooperative

Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Pokok Bahasan Bangun Datar”. Jurnal Pendidikan Dasar. (17), 55-60.

Rakhmat, C dan Solehuddin, M. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil

Belajar. Bandung: Andira.

Rasyid, H dan Mansur. (2008). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana

Prima.

Ruswandi, H. dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar.

Bandung: UPI Press

Suprijono,A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susilana,R. dan Riyana,C. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Prima.

Wrigh, T. (1987). Rolers Of Teachers and Learners. New York: Oxford

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart (Arikunto,
Gambar 3.2 Alur Proses Penelitian Tindakan Kelas dengan Menggunakan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning (PCL) Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Bahwa pemberian ganti rugi oleh Pemerintah kepada bekas pemilik tanah kelebihan maksimum dan absentee/guntai yang dikuasai Negara, berdasarkan perhitungan pasal 6

Dalam penentuan tinggi muka air laut pada penelitian penelitian ini dilakukan relatif terhadap titik base , sehingga model separasi sederhana tidak dipakai dalam

KEHIDUPAN MANUSIA DI MASA SEKARANG DAN MASA DATANG TIDAK BISA LEPAS DARI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI // MENYADARI HAL ITU / SEBAGAI ORANGTUA,/ TENTU KITA INGIN AGAR ANAK-ANAK KITA

Dalam penelitian ini digunakan arus dan diameter elektroda yang berbeda, arus yang digunakan adalah 85 A,95 A,105 A,115 A dan diameter elektroda yang digunakan adalah 2,6 mm dan

PENGARUH KEPRIBADIAN KARYAWAN DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT PADAPT.. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI

C Usaha cuci motor yang tidak