PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET
(PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
AYU NURAININGSIH
0903753
Ayu Nurainingsih, 2013
PENEREPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET
(PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang)
Oleh
Ayu Nurainingsih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ayu Nurainingsih 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA
MAGNET” (PTK Di Kelas V SDN Pamanuk I Kecamatan Carenang
Kabupaten Serang) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya
sendiri dan saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Serang, Juni 2013
Ayu Nurainingsih, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
AYU NURAININGSIH NIM. 0903753
PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA MAGNET
(PTK Di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kecamatan Carenang Kabupaten Serang)
Disahkan dan disetujui oleh:
Pembimbing I
Dra. Sri Wuryastuti, M.Pd NIP. 195806141986032002
Pembimbing II
Dra. Hj. Nunu Nuchiyah, M.Pd NIP. 195307121980032002
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 PGSD
I
Ayu Nurainingsih, 2013
ABSTRAK
Ayu Nurainingsih (0903753). “Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet” (PTK di Kelas V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang) 2013.
Pengambilan judul ini di latar belakangi oleh adanya suatu permasalahan dalam pembelajaran IPA khususnya pada konsep gaya magnet di kelas V SD Negeri Pamanuk I, dimana aktivitas dan hasil belajar siswa kurang optimal dan cenderung rendah.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rumusan masalah tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet di kelas V, dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dalam memahami konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA kelas V dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH), dan apakah dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA di kelas V.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus, yang diawali dengan pra siklus. Subjek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA pada konsep gaya magnet di kelas V SDN Pamanuk 1 Kec. Carenang Kab.Serang dengan jumlah siswa 24 orang.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil yang sangat memuaskan karena sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan serta adanya peningkatan disetiap siklusnya. Nilai rata-rata tes hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 3,70 sedangkan siklus I sebesar 5,58, siklus II nilai rata-rata tes sebesar 6,75 dan nilai rerata pada siklus III sebesar 7,91. Peningkatan aktivitas disetiap siklusnya juga terjadi, dimana pada siklus I nilai rerata aktivitas siswa sebesar 1,38, siklus II dengan rerata nilai 2,06 dan rerata nilai pada siklus III sebesar 2,8. Dengan demikian penerapan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH) pada konsep gaya magnet di kelas V dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….….. i
KATA PENGANTAR ……… ii
DAFTAR ISI ……….……….. v
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR DIAGRAM ……….…… viii
DAFTAR GAMBAR……… ix
DAFTAR LAMPIRAN ………...… x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ………. 5
C. Tujuan Penelitian ……….….. 5
D. Manfaat Penelitian ………. 6
E. Definisi Operasional ……….. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ………... 9
B. Kerangka Berfikir ……….. 20
C. Kajian Hasil Penelitian ……….……. 22
D. Hipotesis Tindakan ……… 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 24
B. Metode Penelitian ………. 24
C. Prosedur Penelitian ……… 28
D. Instrumen Penelitian ……….. 32
E. Analisis Data ……….. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian ……….. 40
vi
Ayu Nurainingsih, 2013
B. Rekomendasi ……….…….…… 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) ……….……... 33 4.1 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ………. 42
4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Siklus I ……….. 47
4.3 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured
Numbered Heads Siklus I……… 50
4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Siklus II……… 54
4.5 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured
Numbered Heads Siklus II……….. 57
4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads Siklus III……….. 63
4.7 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured
[image:9.595.113.528.224.704.2]viii
Ayu Nurainingsih, 2013
4.9 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Tes Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured
Numbered Heads pada Konsep Gaya
Magnet……….. 70
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
4.1 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Aktivitas Siswa dengan MenggunakanPendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads pada Konsep Gaya Magnet Siklus I-III………. 69
4.2 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured Numbered Heads pada
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart
(Arikunto, dkk. 2012: 16) ……….. 26 3.2 Alur Proses Penelitian Tindakan Kelas dengan Menggunakan Pendekatan
x
Ayu Nurainingsih, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12 14 15 16
Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing
Surat Ijin Mengadakan Penelitian
Surat Keterangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lembar Kerja Siswa Siklus I
Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I
Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada
Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative
Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Siklus I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lembar Kerja Siswa Siklus II
Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II
Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada
Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative
Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Siklus II
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lembar Kerja Siswa Siklus III
Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus III
Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada
Konsep Gaya Magnet dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative
Learning Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Siklus III
1
Ayu Nurainingsih, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perubahan merupakan suatu hal yang abadi karena perubahan terjadi
seiring berjalannya waktu, tidak ada yang dapat menolak ataupun menghindari
perubahan. Tidak dapat dipungkiri memang, perubahan peningkatan laju arus
informasi dan kemajuan tekhnologi menuntut setiap manusia agar tidak
tertinggal dengan perubahan tersebut, jika tidak maka manusia itu akan
tergerus oleh perubahan yang terus terjadi.
Begitupula dengan pendidikan, seiring waktu berjalan pendidikan
mengalami perubahan dan perkembangan demi meningkatkan mutu dan
kualitasnya. Tentunya semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan
memiliki peranan dan tanggungjawabnya sendiri agar tidak tertinggal dengan
perkembangan yang terjadi dewasa ini, terutama para pendidik yang memiliki
peran penting dalam hal mendidik sumberdaya manusia sebagai tunas penerus
dimasa mendatang.
Oleh karenanya dalam merencanakan pembelajarannya pendidik
menggunakan berbagai macam pendekatan, metode, strategi, media dan segala
hal yang dapat mendukung tersampaikannya materi yang akan diajarkan
sehingga tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sejalan dengan tujuan
umum diterapkannya KTSP yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan
2
pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2007:22).
Dengan kata lain kurikulum tingkat satuan pendidikan memberikan kebebasan
dalam pengembangan kurikulum. Ini berarti setiap satuan pendidikan didorong
untuk dapat mengembangkan kurikulum dalam merancang proses kegiatan
pembelajaran dengan pengambilan keputusan yang lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah.
Meski demikian masi terdapat kendala untuk menerapkan hal-hal tersebut,
seperti banyaknya berbagai materi pelajaran yang harus dikuasai dan harus
disampaikan dengan ketersediaan waktu yang kadang dianggap kurang serta
kendala pendidik dalam menghadapi berbagai tuntutan inovasi yang harus
diterapkan dalam pembelajarannya, sehingga cenderung menggunakan suatu
metode yang mudah diterapkan. Padahal kesemuanya itu diperlukan untuk
menunjang dan meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik.
Hal diatas juga ditemukan pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas
V SDN Pamanuk I. Menurut pengamatan penulis, penggunaan pendekatan,
metode maupun media pembelajaran yang bervariatif kurang diterapkan dalam
proses pembelajaran IPA di kelas V SDN Pamanuk 1 dan cenderung
3
Ayu Nurainingsih, 2013
komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai
komunikator atau penyampai pesan, sehingga terjadilah komunikasi dua arah
(two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way
traffic communication)”.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan sehingga menuntut kreativitas setiap
satuan pendidikan khususnya para pendidik untuk menyusun dan merancang
kegiatan pendidikan yang sesuai dengan keadaan lokal dimana satuan
pendidikan itu berada. Oleh karena itu, pendidik sebagai tonggak yang
melaksanakan langsung suatu pembelajaran di kelas-kelas perlu meningkatkan
mutu pembelajaran dimulai dari memahami kembali makna belajar bagi anak
usia sekolah dasar serta meningkatkan perencanaan pembelajaran yang akan
dirancang sehingga apa yang disebut dengan belajar bermakna itu tercapai.
Sebagaimana dikemukakan oleh Davis et al. (1974: 162) bahwa “If we are to
structure efficient learning system, it is obvious that we must know what
learning is and how to bring it about”.
Pada kenyataannnya masih banyak proses pembelajaran yang dirancang
terasa kurang maksimal dan bahkan tidak efisisen khususnya pada
pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar yang diperolehpun kurang optimal,
selain itu peranan siswa dalam proses pembelajaranpun kurang dan cenderung
rendah. Hal ini juga penulis temukan pada kegiatan belajar mengajar IPA di
kelas V SDN Pamanuk 1, dimana nilai rerata hasil belajar siswa sebesar 3,70
4
ditentukan oleh sekolah. Padahal dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut (Mulyasa, 2007: 111) :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Dari pemaparan tujuan pembelajaran IPA yang dikemukakan diatas, untuk
mencapai tujuan tersebut tentunya guru dituntut untuk merancang
pembelajaran yang membuat siswa aktif dan merangsang siswa agar memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi untuk mendapatkan pengetahuannya serta diarahkan
pada kegiatan-kegiatan yang memicu semua itu terjadi, dan menjadikan siswa
sebagai pusat dari pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan pendekatan atau
metode pembelajaran yang tepat sangat penting dilakukan agar mendapatkan
5
Ayu Nurainingsih, 2013
Structured Numbered Heads (SNH) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Konsep Gaya Magnet” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN
Pamanuk 1 Kecamatan Carenang Kabupaten Serang).
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dipaparakan diatas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam memahami konsep gaya
magnet pada pembelajaran IPA di kelas V dengan menggunakan
pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH) ?
2. Apakah dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe
structured numbered heads (SNH) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA di kelas V ?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan yang terdapat dalam perumusan masalah di atas,
maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dalam memahami
konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA kelas Vdengan menggunakan
pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH).
2. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pendekatan cooperative
6
hasil belajar siswa pada konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA di
kelas V.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan efek yang
positif bagi siswa, guru dan peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
1. Untuk peneliti
a. Menambah pengetahuan peneliti tentang kegiatan belajar mengajar di
kelas, serta memberikan wawasan agar kelak peneliti berada
dilapangan dapat menerapkan model pembelajaran yang efektif.
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
S1 di UPI Kampus Serang.
2. Untuk guru
a. Dapat menjadi model pembelajaran alternative yang dapat diterapkan
di kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA khususnya materi gaya magnet di kelas V.
b. Sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
mencapai hasil yang ditargetkan oleh guru.
7
Ayu Nurainingsih, 2013
b. Siswa dapat termotivasi dalam belajar sehingga aktivitas belajar
semakin meningkat.
E.Definisi Operasional
1. Pendekatan Cooperative Learning
Art dan Newman dalam Huda (2011: 32) mendefinisikan
pembelajaran kooperatif sebagai „Small group of learners working
together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a
common goal‟ (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam
satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau
mencapai satu tujuan bersama).
2. Tipe Structured Numbered Heads (SNH)
“Structured numbered Heads (kepala bernomor terstruktur) merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif, tipe ini merupakan pengembangan dari teknik kepala bernomor, dapat memudahkan pembagian tugas, memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok, dan teknik ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas” (Huda, 2011: 139).
3. Hasil Belajar Siswa
8
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimulan bahwa hasil
belajar pada hakekatnya merupakan perubahan tingkahlaku baik itu
pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang diperoleh dari belajar.
4. Gaya Magnet
Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh sebuah
magnet. Oleh karenanya magnet dapat menarik berbagai macam benda,
akan tetapi hanya benda-benda tertentu yang dapat ditarik oleh magnet.
Biasanya magnet dapat menarik benda yang terbuat dari besi seperti peniti,
24
Ayu Nurainingsih, 2013
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi
Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian yaitu di SD Negeri
Pamanuk 1 Kecamatan Carenang Kabupaten Serang, dengan alamat Jl.
Wr. Selikur Km.06. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena
peneliti menemukan adanya suatu permasalahan dalam pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran IPA, selain itu letak lokasi penelitian
ini cukup strategis yaitu dekat dengan rumah peneliti sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian dengan mudah.
2. Subjek
Subjek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA pada
konsep gaya magnet di kelas V SDN Pamanuk 1 Kec. Carenang
Kab.Serang dengan jumlah siswa 24 orang.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK
disebut dengan classroom action research. Menurut Arikunto (2012: 3)
25
(1) Penelitian- merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. (2) Tindakan-menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. (3) Kelas- dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Batasan yang ditulis mengenai pengertian kelas adalah sebuah ruangan tempat guru mengajar dan untuk siswa yang sedang belajar adalah pandangan lama yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruang tempat guru mengajar”. Kelas bukanlah wujud ruangan akan tetapi dimana saja yang terdapat sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Dengan demikian dimanapun tempatnya yang terpenting adalah
adanya sekelompok peserta didik yang sedang belajar, maka penelitian
tindakan kelas dapat dilakukan. Dari ketiga pengertian yang diuraikan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas dengan tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Ruswandi (2007: 79) secara singkat PTK
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
26
Ayu Nurainingsih, 2013
Ada beberapa macam model desain penelitian tindakan kelas,
diantaranya yaitu model Kurt Lewin, model Kemmis dan McTaggart,
model Jhon Elliot, dan model Hopkins. Setiap model memiliki bagan yang
berbeda, namun menurut Arikunto ( 2012: 16) secara garis besar terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Pada kesempatan ini peneliti menggunakan PTK
model Kemmis dan McTaggart. Adapun model dan penjelasan dari
[image:24.595.115.532.244.666.2]masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart (Arikunto,
dkk, 2012: 16) Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Pengamatan SIKLUS II Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi Pelaksanaan
Refleksi
27
Terdapat empat tahap yang dilakukan pada penelitian tindakan
kelas yaitu, perencanaan (planning), pelaksanaan atau tindakan (acting),
pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).
1. Perencanaan (planning)
Menurut Arikunto (2010: 17), dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Perencanaan merupakan tahap awal untuk merancang tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya pada tahap pelaksanaan atau
tindakan.
2. Pelaksanaan (acting)
Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap menerapkan segala apa
yang telah dirancang atau direncanakan pada tahap perencanaan.
3. Pengamatan (observing)
Tahap ini merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat atau observer terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Refleksi (reflecting)
28
Ayu Nurainingsih, 2013
Keempat tahap tersebut berlangsung secara berulang dalam bentuk
siklus hingga tujuan yang diharapkan tercapai, dimana penelitian ini
diawali dengan pra siklus yang mencakup tahap pengamatan dan refleksi.
Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
kolaboratif. Menurut Nur’aeni (2012: 14) “Dalam pengertian PTK,
kolaborasi diberi makna kerjasama antara guru dan peneliti dari luar
sekolah untuk melaksanakan PTK secara bersama dikelas atau disekolah”.
Dalam penelitian tindakan kelas kolaboratif ini melibatkan guru
dan peneliti. Peneliti dan guru bekerjasama dalam melaksanakan penelitian
dimana guru berperan sebagai partner yang menjadi observer dan peneliti
sebagai model, yang mana hubungan antara keduanya bersifat kemitraan,
sehingga dapat duduk bersama untuk membicarakan dan memikirkan
persoalan yang diteliti.
C. Prosedur Penelitian
1. Pra siklus
Pra siklus ini merupakan tahap awal dari rangkaian siklus yang
dilakukan untuk merumuskan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan
pada pra siklus adalah:
a. Observasi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
melalui observasi terbuka yaitu mengamati kegiatan belajar
29
b. Refleksi
Dalam kegiatan ini, peneliti dan guru mengevaluasi dan
mengadakan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi guru
yang dihasilkan melalui pengamatan, yang berkaitan dengan
pembelajaran IPA pada konsep gaya magnet. Diskusi dan evaluasi
ini sebagai suatu kegiatan mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan kemudian menganalisis temuan atau permasalahan dalam
kegiatan belajar mengajar.
2. Siklus I
Adapun langkah-langkah pada siklus I ini adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan perencanaan
tentang bagaimana tahap tindakan akan dilakukan, salah satunya
dengan membuat rencana pembelajaran pada konsep gaya magnet
dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe
structured numbered heads. Perencanaan ini dilakukan dengan
berpedoman dari hasil observasi dan refleksi dari kegiatan pra siklus.
30
Ayu Nurainingsih, 2013
learning tipe structured numbered heads sebagai upaya untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep gaya
magnet.
c. Observasi
Pada kegiatan ini peneliti yang menjadi model, dan guru sebagai
mitra melakukan pengamatan atau observasi terhadap proses
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads
pada tahap tindakan .
d. Refleksi
Kegiatan ini dimaksudkan peneliti mengevaluasi dan
mengemukakan kembali serta melakukan diskusi dengan guru
mengenai tindakan ysng telah dilakukan, dan apabila ditemukan
bahwa hasil tindakan kurang maksimal maka merumuskan dan
merancang kembali tindakan untuk siklus selanjutnya.
Secara garis besar, alur proses tindakan penelitian yang
31
PRA SIKLUS
Observasi
Mengamati KBM yang di lakukan guru pada mata
pelajaran IPA.
Refleksi
Menganalisis temuan atau permasalahan dalam
KBM.
SIKLUS 1 Perencanaan
1. Membuat RPP dengan
menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads.
2. Membagi siswa kedalam
kelompok secara heterogen.
3. Membuat alat evaluasi
berupa tes tertulis, LKS dan lembar pedoman observasi.
Tindakan
Pelaksanaan KBM pada konsep gaya
magnet dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads. Refleksi
Peneliti dan guru kelas menganalisis dan mengkaji temuan atau perkembangan dalam KBM jika hasil pada siklus I ini belum maksimal maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Observasi
Mengamati KBM kelas V pada konsep gaya magnet
dengan mengunakan pendekatan cooperative learning tipe structured
[image:29.595.114.520.157.656.2]32
Ayu Nurainingsih, 2013
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrument penelitian sebagai berikut :
1. Observasi
Secara umum, observasi merupakan proses pengamatan yang
dilakukan terhadap sesuatu dengan tujuan tertentu. Menurut Ruswandi,
dkk (2007: 151) “Observasi merupakan upaya merekam segala
peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu
berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu”.
Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi
terbuka dan sistematik. Dalam observasi terbuka, pengamat atau
observer tidak menggunakan lembar pedoman observasi, sehingga
dapat dikatakan dalam observasi terbuka ini tidak ada alat bantu yang
dipersiapkan secara khusus untuk merekam tindakan yang diamati.
Sedangkan observasi sistematik adalah Observasi yang dilakukan oleh
pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument
pengamatan (Arikunto, 2006:157).
Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data
tentang aktivitas siswa sehingga didapatkan hasil perubahan atau
peningkatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran IPA di kelas V
SDN Pamanuk I, dan mencatat hal-hal yang dianggap penting yang
33
peneliti untuk mengamati aktivitas siswa selama tindakan berlangsung
[image:31.595.108.518.227.744.2]adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Lembar Pedoman Observasi
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Pada Konsep Gaya Magnet
dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Structured
Numbered Heads (SNH)
No Aspek Penilaian
Kelompok Jumlah Rerata nilai aspek kelompok Kriteria penilaian 1 2 3 4 5 6
1 Interaksi antar
siswa
2 Reaksi siswa
terhadap ide,
pendapat dan
kritikan dari siswa
lain.
3 Orientasi dan
partisipasi siswa
dalam diskusi
4 Metode yang
digunakan siswa
untuk
34
Ayu Nurainingsih, 2013
Keterangan:
1. Interaksi antara siswa
Nilai 3 : Jika siswa berinteraksi dengan teman satu kelompok dan
dengan teman yang berbeda kelompok
Nilai 2 : Jika siswa hanya berinteraksi dengan teman satu kelompok
Nilai 1 : Jika siswa tidak berinteraksi dengan siswa satu kelompok
maupun dengan siswa dari kelompok lainnya
2. Reaksi siswa terhadap ide, pendapat dan kritikan siswa lainya
Nilai 3 : Jika siswa menanggapi dengan penuh persahabatan dan
menggunakan hal tersebut sebagai bahan untuk pertimbangan
Nilai 2 : Jika Siswa menghargai dan mendengarkan ide siswa lain
dengan baik meski tidak menjadikannya sebagai bahan
pertimbangan
Nilai 1 : Jika Siswa mengabaikan ide dari siswa lain
3. Orientasi dan Partisipasi siswa dalam diskusi
Nilai 3 : Jika siswa memperlihatkan semangat kebersamaan dalam
mengerjakan tugas dengan saling membantu satu sama
35
Nilai 2 : Jika Siswa tekun mengerjakan tugasnya sendiri, dan
mengecek pekerjaan siswa lainnya untuk menjadikan tugas
satu kelompok.
Nilai 1 : Jika Siswa tekun mengerjakan tugasnya sendiri, dan
mengabaikan siswa lainnya
4. Metode yang digunakan oleh siswa untuk menyalesaikan tugas
Nilai 3 : Jika Siswa bekerja sama dalam kelompok dan saling
melengkapi, kemudian merumuskan hasil kerjanya atas
nama kelompok.
Nilai 2 : Jika Siswa bekerja secara sendiri-sendiri kemudian
menyamakan jawaban dan merumuskan hasilnya atas
nama kelompok.
Nilai 1 : Jika Siswa bekerja sendiri-sendiri dan melupakan anggota
lainnya dalam mengerjakan tugas.
5. Presentasi hasil kerja kelompok
Nilai 3 : Jika siswa tidak mempermasalahkan siapapun yang maju
36
Ayu Nurainingsih, 2013
Nilai 1 : Jika siswa mempermasalahkan siapa yang akan presentasi
dan masih malu-malu dalam mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas.
Untuk memperoleh data prosentase maka peneliti mengolah data
pada lembar observasi dengan cara sebagai berikut:
� � � �= �ℎ �
�ℎ
Kriteria penilaian : 2,5 − 3 = Baik
1,5 − 2,4 = Cukup
0 − 1,4 = Kurang
2. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang
benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyan yang
membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus
diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan
seseorang atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang dikenai
tes (Rasyid dan Mansur, 2007:11).
Tes bersifat mengukur, dilakukan untuk mengetahui dan
mendapatkan informasi mengenai perkembangan atau peningkatan
37
kesempatan ini peneliti menggunakan tes tertulis yang dimaksudkan
untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa mengenai gaya
magnet.
Jenis tes yang peneliti gunakan adalah tes objektif (objective test).
Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-persoalan dalam
tes objektif sudah distruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal
tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Dalam tes objektif, siswa
tidak mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya
sendiri, karena alternatif jawaban sudah disediakan kecuali dalam tes
isian dan jawaban singkat, dan siswa tinggal memilih jawaban yang
mana yang paling tepat (Rakhmat dan Solehuddin, 2006: 29).
Peneliti memilih menggunakan tes objektif karena proses penilaian
dapat dilakukan secara lebih objektif, karena jawaban sudah dapat
ditentukan secara pasti, sehingga penskoran dan pemeriksaan tes
pilihan ganda lebih akurat, serta dapat menghindari subjektifitas.
Penyekoran jawaban soal objektif biasanya dilakukan secara,
dikhotomus, yakni jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah
diberi skor 0. Skor akhir sama dengan jumlah jawaban benar (Rakhmat
38
Ayu Nurainingsih, 2013
� � � ℎ = � �ℎ � � ℎ
�ℎ � � 10
� � � � = �ℎ � ℎ �
�ℎ �
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
9,0 – 10 : Sangat Baik
8,0 – 8.9 : Baik
6,5 – 7,9 : Cukup
5,5 – 6,4 : Kurang
≤5,5 : Sangat Kurang
(Sumber Rakhmat, C dan Solehuddin, 2006: 67)
E. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukanlah pengolahan data
untuk memperoleh data hasil penelitian. Langkah - langkah analisis data
yang peneliti gunakan adalah langkah-langkah analisis data menurut
Arikunto (2006: 235), adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengecek
kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, seperti lembaran
instrument yang hilang atau tersobek, dan mengecek kelengkapan
identitas pengisi instrument dalam hal ini siswa yang mengisi
39
menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja
yang tinggal, hal ini akan mempermudah dalam kegiatan analisis data.
2. Tabulasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor, dalam
hal ini adalah instrumen tes .
b. Membuat persentase dan rerata pada lembar observasi dan tes hasil
belajar.
3. Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian
Maksud yang dikemukakan dalam bagian ini adalah pengolahan
data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau
aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang
diambil.
Penerapan data pada tahap ini yaitu menafsirkan data sesuai
dengan penelitian yang diambil, kemudian mendeskripsikan hasil
76
Ayu Nurainingsih, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan pada pembelajaran IPA khususnya konsep gaya magnet di kelas
V SD Negeri Pamanuk I Kec. Carenang Kab. Serang dengan menerapkan
pendekatan cooperative learning tipe structured numbered heads (SNH),
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aktivitas belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya setelah
menerapkan pendekatan cooperative learning tipe structured
numbered heads (SNH). Pada siklus I nilai rerata aktivitas siswa
sebesar 1,38 dengan kategori kurang, pada siklus II nilai rerata
aktivitas siswa sebesar 2,06 dengan kategori cukup, dan pada siklus III
nilai rerata aktivitas siswa sebesar 2,8 dengan kategori baik.
2. Hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya setelah
menerapkan pendekatan cooperative learning tipe structured
numbered heads (SNH). Pada pra siklus nilai rerata siswa sebesar
3,70, siklus I nilai rerata hasil belajar siswa sebesar 5,58, siklus II nilai
rerata siswa sebesar 6,75 dan nilai rerata hasil belajar siswa pada
77
Dari kesimpulan diatas dapat kita ketahui bahwa setelah
menerapkan pendekatan cooperative learning tipe structured numbered
heads (SNH) pada konsep gaya magnet, aktivitas dan hasil belajar siswa
meningkat. Dengan menerapkan pendekatan cooperative learning tipe
structured numbered heads (SNH) siswa lebih berperan aktif dalam
pembelajaran, dapat bekerja sama dengan tugas dan tanggungjawabnya
masing-masing tanpa harus ada yang terabaikan dalam kelompok.
B. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat penelitia ajukan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi guru
Pengajar atau guru untuk dapat menerapkan pendekatan
cooperative learning tipe structured numberd heads (SNH) dalam
pembelajarannya, khusususnya pada pembelajaran IPA sebagai
alternatif pendekatan pembelajaran.
2. Bagi kepala sekolah
Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan
77
Ayu Nurainingsih, 2013
(SNH), dan selalu memantau serta memberikan masukan-masukan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Asdi Mahasatya.
Arikunto, S., Suhardjono dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Azmiyawati, C. Omegawati, W.H dan Kusumawati, R. (2008). IPA 5
salingtemas untuk kelas v SD/MI. Jakarta: Bengawan Ilmu.
Barlia, Lily. (2009). Teori Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Subang:
Royyan Press.
Davis, R.H., Alexander, L.T. and Yelon, S.L. (1974). Learning System Design.
United States of America: McGraw-Hill.
Huda, M. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isrok’atun. (2009). “Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Division untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa”. Jurnal Pendidikan Dasar.
Ayu Nurainingsih, 2013
Nur’aeni. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Di SD. Serang: Ikhwan
Mandiri Press.
Rahayu, P. dan Halimah, S. (2012). “Penerapan Pendekatan Cooperative
Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Bangun Datar”. Jurnal Pendidikan Dasar. (17), 55-60.
Rakhmat, C dan Solehuddin, M. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil
Belajar. Bandung: Andira.
Rasyid, H dan Mansur. (2008). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana
Prima.
Ruswandi, H. dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar.
Bandung: UPI Press
Suprijono,A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilana,R. dan Riyana,C. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Wrigh, T. (1987). Rolers Of Teachers and Learners. New York: Oxford