• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF PENYELENGGARAAN PAUD DALAM MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI :Studi Di Kelompok Bermain Kota Tangerang Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF PENYELENGGARAAN PAUD DALAM MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI :Studi Di Kelompok Bermain Kota Tangerang Selatan."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF

PENYELENGGARAAN PAUD DALAM

MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

(STUDI DI KELOMPOK BERMAIN KOTA TANGERANG SELATAN)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah

Oleh SRI NURLAILY

0707584

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhaq, M.Pd

Ko – Promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. Hj.Ihat Hatimah, M.Pd

Anggota

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Model Pembelajaran

Kolaboratif Penyelenggaraan PAUD Dalam Mengoptimalkan Perkembangan Anak Usia Dini (studi di Kelompok Bermain Kota Tangerang Selatan)” ini beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika dan keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2012 Yang membuat Pernyataan

(4)

Penelitian Model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini ini bertujuan untuk mencari solusi dari empat fokus masalah pokok, 1)bagaimana kondisi objektif di lapangan penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini di PAUD, 2) bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan di lingkungan tetangga dalam mendidik anak usia dini, 3) bagaimana model konseptual pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD, 4) bagaimana efektifitas perkembangan anak. Landasan teoritik penelitian ini mencakup konsep pendidikan anak usia dini, konsep perkembangan anak usia dini, konsep pembelajaran kolaboratif.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) dari Borg dan Gall. Sebagai subyek penelitian adalah anak dan orang tua kelompok bermain yang ada di PAUD Kota Tangerang Selatan. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara, dialog terfokus dan kuesioner, kemudian dianalisa secara kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pemberian rangsangan di PAUD tidak optimal karena keterbatasan waktu, dana, sarana dan prasarana, serta minimnya pengetahuan pengelola/pendidik tentang metode pembelajaran bagi anak usia dini. 2) Pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan tetangga lebih banyak menghambat perkembangan anak. Anak dibiarkan berkembang apa adanya bahkan anak jarang diajak berinteraksi dan diberikan stimulasi. 3) Dari kajian analisis studi pendahuluan dan teori, model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak menjadi alternatif dalam pemecahan masalah penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini. Model konseptual yang dirumuskan adalah sebagai berikut: (a) Merumuskan rasional, tujuan dan asumsi model pembelajaran kolaboratif. (b) Langkah – langkah model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan dan evaluasi. (c) Uji validasi dengan para ahli dan masukan – masukan dari para ahli didapatkan bahwa model konseptual pembelajaran kolaboratif layak untuk diujicoba. (d) Hasil uji coba terbatas dan uji luas menunjukan perkembangan anak menjadi lebih optimal. Hal ini dikarenakan adanya keterlibatan orang tua secara partispasi kolaboratif dengan PAUD, dan masyarakat sekitar dalam memberikan dukungan terhadap perkembangan anak. Pelaksanaan model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dengan pendekatan tematik menggunakan kurikulum terpadu dalam mengerjakan projek bersama orang tua, lebih ditekankan pada pengembangan potensi anak. Anak diberikan kesempatan untuk mengeksplor, bereksperimen, memanipulasi dan berinteraksi seluas-luasnya dengan lingkungan sehingga anak dapat berkembang menjadi lebih optimal. 4) Hasil uji efektivitas model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini dengan menggunakan uji t diperoleh adanya peningkatan yang signifikan pada area perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik dan sosial emosional. Pembelajaran kolaboratif menghasilkan perkembangan potensi anak lebih optimal dengan adanya percepatan perkembangan (accelerated develompmental task) pada anak usia dini.

(5)

This Collaborative learning model research of early childhood education exertion in developing parents capability to optimize early childhood development aims to find solution from focused four main problems. 1). How the objective condition in the field of early childhood learning exertion in early childhood education school. 2). How is the learning mnagement conducted by the parents at home and neighborhood. 3). How is the conceptual model of collaborative learning in early childhood education exertion. 4). How is the effectiveness of children development. Theoretical base of this research included early childhood education concept, early childhood development concept and collaborative learning concept.

This research used Research and Development method from Borg and Gall. Subjects of this research are children and parents of play group at the early childhood education school in Kota Tangerang Selatan. Data was collected from participative observation, interview, focused dialog and questionnaire. Then it analyzed using qualitative and quantitative description.

The conclusion of this research are : 1) The stimulation in early childhood education school

isn’t optimal because of the limited time, fund, infrastructure and the knowledge deficiency of

management/educators about learning method for early childhood students. 2) Learning conducted by the parents and the neighborhood mostly obstructed children development. They let their children develop as the way it is, even they were not invited to interact with the neighbors outside their home

and didn’t get any stimulation. 3) From the analytic investigation of initiation research and theory, the collaborative learning model of early childhood education exertion to optimize early childhood development is the alternative way to solve early childhood learning exertion problem, The conceptual model formulated as follow : (a) To formulate rational, purpose and collaborative learning model assumption. (b) The steps of collaborative learning model of early childhood education exertion is conducted in four stages , planning, organizing, implementation and evaluation. (c) Validation test by the experts and the input from them found that conceptual model of collaborative learning is reasonable to be experimented. (d) The result of limited experiment and wide experiment showed that children development is more optimal. This is because of parent involvement and participation collaboratively with early childhood education and the neighborhood in giving support to children development . The implementation of collaborative learning model in early childhood education exertion, with thematic approach using integrated curriculum by doing project together with the parents, is focused in order to develop children potencies . Children were having a chance to explore, do experiment, manipulate, and interact with the neighborhood freely, so they can develop optimally. 4) The result of effectiveness experiment of collaborative learning model of early childhood education exertion to optimize early childhood development using t experiment found there is a significant progress in cognitive, language, physical motor and social emotional development. Collaborative learning produced children potency development more optimal with the

accelerated developmental task in early childhood students.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Perumusan Masalah ... 18

D. Pertanyaan Penelitian ... 22

E. Tujuan Penelitian ... 22

F. Manfaat Penelitian ... 23

G. Definisi Operasional ... 24

H. Kerangka Berfikir ... 26

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini ... 30

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 30

(7)

4. Pengertian Kelompok Bermain ... 40

5. Fungsi Kelompok Bermain ... 41

6. Tujuan Kelompok Bermain ... 43

7. Komponen-Komponen Penyelenggaraan Kelompok Bermain ... 43

B. Konsep Perkembangan Anak Usia Dini ... 44

C. Konsep Pembelajaran Kolaboratif ... 56

1. Landasan Filosofis –Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kolaborasi ... 56

2. Konsep Pembelajaran Kolaborasi ... 55

a. Definisi Pembelajaran Kolaborasi ... 60

b. Komponen-Komponen Pembelajaran Kolaboratif ... 67

c. Macam-Macam Pembelajaran Kolaboratif ... 71

d. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Kolaboratif ... 75

e. Karakteristik Kolaborasi ... 76

3. Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini ... 78

4. Model Konseptual Pembelajaran Kolaboratif Penyelenggaraan PAUD ... 99

5. Landasan Teori Implementasi Model Pembelajaran Kolaboratif Penyelenggaraan PAUD ... 119

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 133

(8)

C. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian ... 144

D. Teknik Pengumpulan Data ... 146

E. Teknik Analisis Data ... 149

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Studi Pendahuluan ... 154

B.Pengembangan Model ... 172

1. Model Konseptual ... 172

2. Hasil Validasi Ahli ... 208

3. Uji Coba Lapangan ... 211

C.Hasil Uji Efektifitas Model Pembelajaran dan Dampak Pembelajaran Kolaboratif Penyelenggaraan PAUD ... 249

D.Faktor – Faktor Pendukung dan Penghambat Uji Coba Model ... 272

E. Pembahasan ... 276

1. Penyelenggaraan Pembelajaran PAUD (Kelompok Bermain) dan keterlibatan Orang Tua Anak Usia Dini Di Lapangan ... 276

2. Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Penyelenggaraan PAUD ... 281

3. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran Kolaboratif ... 290

(9)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan ... 301

B.Implikasi ... 303

C.Rekomendasi ... 305

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir ... 28

Gambar 2.1 Komponen-komponen Pembelajaran Kolaboratif ... 67

Gambar 2.2 Enam Keterlibatan Orang Tua... 92

Gambar 2.3 A model of children’s learning and development through participation in institutional practice, where different perspectives are depicted: A societal, and institutional, and individual perspective... 102

Gambar 2.4 Pengaruh Ekologi terhadap Perkembangan... 115

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian... 135

Gambar 4.1 Model Konseptual Pembelajaran Kolaboratif ... 206

Gambar 4.2 Alur Penyelenggaraan Pembelajaran Kolaboratif ... 207

Gambar 4.3 Contoh format kegiatan pembelajaran yang dilakukan orang tua di lingkungan rumah dan tetangga ... 218

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nama gugus PAUD setiap Kecamatan di Kota Tangerang

Selatan ... 156 Tabel 4.2 Hasil temuan studi pendahuluan kondisi perkembangan anak usia dini ... 171 Tabel 4.3 Nama Kelompok Bermain dan Kelompok Orang tua yang ikut

dalam program Pembelajaran kolaboratif ... 236 Tabel 4.4 Perhitungan Jawaban Responden ... 250 Tabel 4.5 Perbandingan Langkah Pembelajaran ... 282 Tabel 4.6 Peran Orang tua dan tutor/pengelola dalam dalam

pembelajaran kolaboratif PAUD dalam memfaslitasi perkembangan anak .. 293 Tabel 4.7 Hasil perkembangan anak sebelum dan sesudah pembelajaran

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 317

2. Surat Keputusan Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia ... 321

3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian ... 322

4. Lembar Kuisioner observasi perkembangan anak ... 323

5. Angket Untuk Warga Belajar ... 328

6. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kolaboratif Penyelenggaraan PAUD ... 334

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak dalam penyelenggaraannya yaitu pemerintah, masyarakat, dan orang tua, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 untuk menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pembentukan karakter bangsa (national character building) hendaknya dimulai sedini mungkin untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

(14)

mencapai usia 8 tahun. Selanjutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut mencapai 100% setelah berusia 18 tahun. Oleh karena itu dapat dipahami bila usia empat tahun pertama dalam perkembangan anak disebut usia emas (golden age). Artinya pada usia tersebut selain gizi yang cukup dan layanan kesehatan yang baik, rangsangan intelektual-spiritual amat diperlukan bagi perkembangan anak selanjutnya.

Hasil penelitian di Baylor College of Medicine (Diktentis dalam Nurlaily 2007) menyatakan bahwa lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan yang baik untuk merangsang pertumbuhan otaknya, misalnya jarang disentuh, jarang diajak bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih kecil 20 – 30% dari ukuran normal seusianya.

PAUD adalah lembaga pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia 0 – 6 tahun untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensi – potensinya sejak dini sehingga dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui kegiatan di PAUD diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik – motorik, kognitif, sosial, emosi dan bahasa sesuai dengan tingkat usianya.

(15)

dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai kesatuan layanan. Hal ini sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 bab VI pasal 13 ayat 13 berbunyi bahwa: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Serta pasal 28 ayat 2 berbunyi bahwa: “Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau

informal.” Salah satu layanan pendidikan bagi anak usia dini yang diselenggarakan di jalur pendidikan nonformal adalah kelompok bermain, sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 28 ayat 4 bahwa “Pendidikan anak usia

dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat”.

Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini yang diselenggrakan Pendidikan Luar Sekolah adalah kelompok bermain yang dikenal dengan Play Group, dimana menurut Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1990 tentang pendidikan Pra Sekolah sebagai berikut:

Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain yang juga menyelenggarakan kegiatan pra-sekolah bagi anak usia tiga tahun sampai memasuki pendidikan dasar dan merupakan salah satu bentuk Pendidikan Luar Sekolah yang dilaksanakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah

Selanjutnya mengenai pendidikan anak usia dini diatur dalam BAB I pasal 11 ayat 1 yang menyatakan :

(16)

Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa layanan pendidikan bagi anak usia 3-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, termasuk pendidikan dasar.

Proses pendidikan yang berorientasi kepada perkembangan memungkinkan para fasilitator untuk merencanakan pelbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan mereka, melibatkan mereka secara emosional maupun intelektual, dan membuka daya imajinasi mereka. Cara ini juga akan memperkaya konsep-konsep anak melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Caranya adalah dengan melibatkan anak dalam kegiatan melihat, mendengar, meraba, dan memanipulasi. Dengan demikian anak usia dini akan memperoleh sejumlah gagasan dan berbagai penemuan oleh dirinya sendiri.

Sejak tahun ajaran 2003/2004, jumlah penyelenggara pendidikan anak usia dini meningkat secara signifikan. Sebagai contoh, Angka partisipasi Kasar (APK) PAUD (formal dan non formal) di tahun 2009 mencapai 52,9% (Renstra Kemendiknas 2010-2014). Bila dibandingkan dengan APK PAUD di tahun 2005 yang baru mencapai 25,3% (Renstra Depdiknas 2005-2009), maka terlihat adanya peningkatan partisipasi anak usia dini yang memperoleh pendidikan pra sekolah.

(17)

Pemerintah selama ini hanya fokus pada perluasan akses jangkauan PAUD dan belum menitikberatkan pada peningkatan kualitas pelayanan PAUD. Sebagai contoh, selama ini kualifikasi tutor PAUD non formal belum memenuhi standar kualifikasi akademik yang ditetapkan Pemerintah. Menurut data Kemendiknas, di tahun 2009 hanya sekitar 14% guru TK yang memiliki kualifikasi S-1 atau D-IV dan hanya 9% yang bersertifikat. Sedangkan untuk PAUD non formal, hanya l5% tutornya berkualifikasi S-1 atau D-IV. Kondisi ini cukup memprihatinkan karena kualitas guru PAUD sangat mempengaruhi kualitas pengajaran yang diberikan kepada anak-anak usia dini. Apabila guru/tutor PAUD tidak memiliki kualifikasi dan kompetensi yang mumpuni, maka anak-anak usia dini akan sulit berkembang. Ditambah lagi, sarana dan prasarana yang tersedia di lembaga-lembaga pelayanan PAUD masih belum memadai, hanya 53% TK/TKLB di Indonesia yang telah dilakukan penjaminan mutu pendidikan oleh Kemendiknas. (Litbang Diknas)

(18)

pendidikan anak usia dini yaitu tercapainya tumbuh kembang anak usia 0-6 tahun secara optimal. (Hasil observasi lapangan pada tanggal 3 November 2008)

Pada kenyataannya di lapangan pendidikan anak usia dini masih banyak yang belum menyentuh kepada area perkembangan anak. Secara umum proses pembelajaran yang dilakukan di PAUD-PAUD yang ada di Indonesia lebih menekankan pada sisi akademik bukan pada area perkembangan anak. Serangkaian luas program dan penekanan pada pendidikan anak seutuhnya fisik, kognitif dan sosio-emosional yang memberi karakteristik pendidikan anak usia dini tidak ada di banyak negara berkembang termasuk indonesia (roopnaire & metingdogan, dalam Santrock 2011). tekanan ekonomi dan keyakinan orang tua bahwa pendidikan harus ketat secara akademis telah menghasilkan pendidikan anak usia dini yang berpusat pada guru daripada berpusat pada anak di kebanyakan negara berkembang. anak-anak biasanya diberikan beberapa pilihan dan dididik dalam pengaturan yang sangat terstruktur. penekanan diberikan kepada ketrampilan akademis pembelajaran melalui memori hafalan (lin, johnson, & johnson, dalam Santrock 2011).

(19)

Ketiga lapisan tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan anak.

Sehingga diperlukan pengelolaan pembelajaran anak usia dini yang sinergis antara lembaga PAUD, lingkungan rumah dan tetangga dalam memfasilitasi perkembangan anak. Anak usia dini lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan rumah dan sekitarnya dibandingkan dengan di lembaga PAUD.

Pada masyarakat yang semakin maju, munculnya berbagai institusi, satuan sosial yang mengambil alih peranan tertentu yang tadinya oleh dan dalam keluarga. Misalnya, peranan pendidikan diambil alih oleh lembaga persekolahan dan lembaga-lembaga pelatihan. Lembaga keluarga yang telah terdistorsi dan terdegradasi tersebut pasti mengalami kendala dalam memerankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan seumur hidup. Di Indonesia pada umumnya peran orang tua berkurang dalam program pendidikan anaknya. Mereka banyak beranggapan bahwa pendidikan tanggung jawab sekolah, karena mereka sudah mengeluarkan dana untuk pendidikan anaknya.

(20)

Perlunya program pembelajaran bagi orang tua untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam memberikan rangsangan-rangsangan yang tepat bagi pengembangan potensi anak. Karena itu orang tua perlu dilibatkan dalam pembelajaran anak usia dini, PAUD hendaklah jangan diartikan belajar secara konvensional. Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran PAUD dapat lebih mengoptimalkan tumbuh kembang anak Karena masalah pengasuhan, kesehatan anak, penanaman nilai-nilai, pengulangan dan penguatan pembelajaran setelah anak usia dini belajar di PAUD perlu dilanjutkan dalam keluarga, sehingga orang tua perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang mendidik anak usia dini.

Hasil penelitian US Development of Education yang diacu World Elementary Dad’s Club (2002) menunjukkan bahwa siswa-siswa yang mendapat nilai A (setara 9-10) ternyata ayah dan ibu berperan 51%. Sedangkan dikalangan siswa yang tinggal kelas, baik ayah maupun ibu peranannya 6% saja yang tinggi atau 9% hanya ibu saja yang berperan tinggi. Berdasarkan hal ini dapat dipahami betapa pentingnya peranan orang tua dalam keberhasilan belajar anak.

(21)

Penelitian Henderson (1988:153) menyimpulkan bahwa keterlibatan orang tua pada pendidikan anak akan meningkatkan kemampuan belajar anak. Selain itu, anak yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan serta berpendidikan rendah, akan banyak memetik keuntungan apabila orang tuanya terlibat dengan sekolah si anak.

Dari riset Molnar (2002: 3) dinyatakan ada tiga faktor hambatan keterlibatan orang tua dalam aktivitas pendidikan anaknya, yakni faktor alamiah manusia (human nature factors), faktor komunikasi (communication factors), dan faktor eksternal (external factors) Sedangkan riset Dempsey dan Sandler (2002: 4) menyatakan bentuk keterlibatan orang tua tergantung pada keterampilan, minat dan kemampuan orang tua, serta waktu dan energi orang tua.

(22)

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini seperti yang diungkapkan dalam penelitian di atas tergantung pada keterampilan, minat dan kemampuan orang tua. Sehingga diperlukan program pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan keterampilan, minat dan kemampuan orang tua tersebut. Melalui pembelajaran yang dilakukan pada orang tua diharapkan meningkatkan kesadaran orang tua untuk terlibat dalam pendidikan anak usia dini.

Pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua diperlukan pendekatan strategi pembelajaran yang tepat untuk orang tua sebagai orang dewasa. Pembelajaran kolaboratif salah satu strategi pembelajaran secara berkelompok, dalam pembelajaran kelompok orang tua bisa saling berbagi pengetahun, ide, dan kemampuan serta pengalaman dalam mendidik anak usia dini. Dengan meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua melalui pembelajaran kolaboratif ini akan berimplikasi pada keterlibatan orang tua dalam mendidik anaknya di PAUD, lingkungan rumah dan tetangga.

(23)

Kolaborasi dalam beberapa hal mensyaratkan pengetahuan prasyarat dimana peer dapat menguatkan pengetahuan mereka. Lasarova dan Tzoneva dalam eksperimennya menemukan bahwa pembelajaran self-regulated warga belajar yang diikuti dengan sesi pembelajaran kolaboratif adalah lebih baik. Eksperimen tersebut menunjukkan kebutuhan kuat untuk menggunakan pembelajaran kolaboratif. Larasova dan Tzoneva menambahkan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat digunakan untuk pengajaran pengetahuan pertama kali, atau dengan kata lain, pembelajaran konvensional dapat menggunakan strategi kolaboratif sebagai langkah awal.

Pembelajaran kolaboratif diperlukankan oleh orang tua dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilannya dalam mendidik anak usia dini, karena pembelajaran kolaboratif merupakan langkah awal dalam strategi pengajaran bagi orang tua dalam mengembangkan pengetahuan perkembangan anak usia dini. Melalui pembelajaran kelompoklah pembelajaran akan lebih berhasil dalam mendapatkan pengajaran pengetahuan pertama kali. Dalam belajar secara bekelompok orang tua dapat saling berbagi kemampuan, pengetahuan, ide. Pengetahuan terbentuk karena adanya interaksi. Oleh karena itu pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang diperlukan dalam mengoptimalkan perkembangan anaknya.

(24)

sebelum mendapatkan informasi dari lingkungan luar. Adapun alasan pentingnya peranan orang tua dalam mempengaruhi perkembangan seorang anak: 1) Secara biologis anak berasal dari orang tuanya, sebagai orang tuanya mereka mempunyai tanggungjawab mendidik anak-anak sehingga dapat berdiri sendiri; 2) Sifat ketidakberdayaan anak dan sifat menggantungkan diri anak kepada orang lain khususnya orang tua. Sifat ketidakberdayaan anak inilah yang menyebabkan orang tua harus bertanggung jawab pada pendidikan anaknya. Dalam sejarahnya, keterlibatan orang tua dalam program pembelajaran usia dini selalu dianggap perlu. Sebenarnya, di masa silam, melibatkan orang tua sering bermaksud mengajar mereka kebiasaan bersih, melatih anak, dan bagaimana mereka menjaga anak dengan selamat ”menghadapi cobaan naluri rendah” (Vandewalker,1908.hal.104). Bagaimanapun, selalu ada penekanan pada keterlibatan orang tua sebagai mitra dalam pendidikan anak.

Keterlibatan dan kerjasama orang tua malah dianggap penting sekarang ini. Berdasarkan penelitian yang berhubungan dengan keterlibatan orang tua di rumah dan di PAUD serta keberhasilan akademis anak-anak (Hill & Craft, 2003).

(25)

pendidik memisahkan siswa menjadi anak sekolahan dan anak rumahan, dengan mengabaikan anak keseluruhan.

Kolaborasi menjadi mutlak diperlukan dalam pendidikan anak usia dini, dimana rumah dan PAUD bekerja secara sinergis dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak usia dini. Kelanjutan pemberian rangsangan-rangsangan pada anak usia dini bisa dilakukan terus menerus dengan pengulangan dan penguatan di rumah oleh orang tua, sehingga orang tua perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang bagaimana memberikan rangsangan-rangsangan fisikmotorik, kognitif, sosial emosional dan bahasa.

Melalui pembelajaran kolaboratif antara tutor dengan orang tua, orang tua dengan sesama orang tua, orang tua dengan anak-anak, dan anak-anak dengan anak-anak, memudahkan warga belajar bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama. Pembelajaran kolaboratif lebih efektif mencapai tujuan belajar, menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama, dapat menghasilkan kemampuan kognitif lebih tinggi, menciptakan kemampuan hubungan sosial lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan saling percaya diantara individu dan kelompok daripada tutor harus bekerja sendirian tanpa pelibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini.

(26)

meningkatkan pengetahuannya dan mampu memberikan rangsangan-rangsangan sesuai tahap perkembangan anaknya dengan melibatkan lingkungan yang ada di sekitarnya.

B.Identifikasi Masalah

Dari paparan masalah yang disebutkan, dapat diketahui pentingnya kolaborasi dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelompok bermain dengan melibatkan partispasi orang tua dalam membelajarkan anaknya di lingkungan rumah dan tetangga dalam mengoptimalkan perkembangan anaknya. Dengan pertimbangan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada kelompok bermain dengan identifikasi masalah yang diangkat sebagai berikut: 1. Menurut psikologi perkembangan, perkembangan anak dipengaruhi oleh

hereditas dan lingkungan. Keterlibatan orang tua, sekolah, dan masyarakat di lingkungan pendidikan anak usia dini akan berdampak pada pengoptimalan perkembangan anak. Orang tua, masyarakat dan lembaga PAUD memfasilitasi anak untuk berinteraksi lebih banyak dengan lingkungannya sehingga anak akan lebih banyak mengeksplorasi dan melakukan interaksi yang aktif dengan orang dewasa, teman sebaya, dan lingkungannya.

(27)

oleh tutor di PAUD tetapi harus dilanjutkan oleh orang tua di lingkungan rumah dan sekitarnya.

3. Rendahnya kesempatan yang dimiliki anak untuk mengalami, menemukan, membangun sendiri dan mencoba menyelesaikan suatu persoalan yang ditemukan anak dari lingkungannya membuat anak tidak berkembang sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Ditambah lagi dengan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi anak selama proses pembelajaran berlangsung akan semakin “memasung” kemampuan anak. Padahal masa anak usia dini

merupakan masa keemasan dan masa yang paling fundamental yang akan mempengaruhi perkembangan masa-masa berikutnya. Seharusnya anak mendapatkan berbagai stimulasi yang menarik dan bermakna dan mendapat kesempatan untuk mengembangakan berbagai aspek kemampuan yang ada pada dirinya.

4. Hasil observasi di lapangan pembelajaran yang selama ini dilakukan di PAUD pada umumnya belum berorientasi pada perkembangan anak, pembelajaran masih bersifat konvensional (teacher centered ), pembelajaran lebih banyak di dalam kelas dengan kegiatan menulis, membaca, dan berhitung. Metode-metode pembelajaran pun tidak bervariasi Metode-metode ceramah dan bernyanyi paling banyak digunakan dalam setiap pembelajaran berlangsung. Hal ini membuat anak-anak menjadi bosan dan malas untuk belajar. (Hasil observasi di lapangan 12 desember 2009 oleh Peneliti)

(28)

didapat oleh orang tua tentang perkembangan anak sudah berada dengan sendirinya (indegeneous learning) sehingga orang tua dituntut untuk terus membekali diri dengan pengetahuan yang terus berkembang dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangan jaman.

6. Masih rendahnya tingkat kemampuan orang tua dalam memberikan rangsangan kepada anak usia dini di Indonesia berdasarkan survei KBN 18,09%, sehingga diperlukan pembelajaran bagi orang tua untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam memberikan rangsangan yang tepat kepada anaknya, sehingga anak dapat berkembang lebih optimal

(29)

anaknya sehingga tahap perkembangan anak menjadi tidak optimal/ development task tidak tercapai.

8. Perilaku orang tua dari hasil penelitian lapangan di atas ketika menunggu anaknya di PAUD kadang menghambat terhadap jalannya pembelajaran, misalnya ketika anak belajar menggunting, maka orangtua langsung masuk ke kelas mengambil gunting tersebut karena takut anaknya terluka. Ada orangtua yang memarahi anaknya karena tidak hapal warna, atau mewarnainya ke luar garis, sehingga kadang orang tua mengerjakan sendiri pekerjaan anaknya di kelas.

9. Dari hasil studi lapangan di atas para pendidik dan pengelola PAUD merasakan kebutuhan untuk adanya pembelajaran kepada orang tua dalam menyadarkan orang tua tentang konsep pembelajaran di PAUD yang lebih menekankan kepada bermain. Pembelajaran calistung di PAUD hanya dalam bentuk pengenalan melalui bermain.

10.Pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu bentuk pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan orang tua yang berimplikasi pada pengoptimalan potensi perkembangan anak. Pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang cocok bagi pengembangan kemampuan orang tua dalam mengembangkan potensi perkembangan kognitif, sosial, motorik, kreatif, dan emosional anak.

(30)

belum dapat berkembang lebih optimal. Begitupun yang dilakukan oleh orang tua dengan pengetahuannya yang terbatas mengakibatkan lemahnya rangsangan-rangsangan perkembangan pada anaknya. Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu alternative dalam penyelesaian permasalahan yang ada pada PAUD nonformal. Karena pembelajaran kolaboratif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pembelajaran dalam kelompok dimana orang tua dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, informasi, ide, sikap, pendapat dan kemampuan dalam mendidik anak usia dini.

Melalui pembelajaran kolaboratif antara tutor dengan orang tua, orang tua dengan sesama orang tua, orang tua dengan anak-anak, dan anak-anak dengan anak-anak, memudahkan warga belajar bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama. Pembelajaran kolaboratif lebih efektif mencapai tujuan belajar, menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama, dapat menghasilkan kemampuan kognitif lebih tinggi, menciptakan kemampuan hubungan sosial lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan saling percaya diantara individu dan kelompok daripada tutor harus bekerja sendirian tanpa pelibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini. Interaksi sosial dan kolaborasi adalah bahan-bahan yang penting dalam proses belajar dan berkembang.

C.Perumusan Masalah

(31)

sehingga tahapan perkembangan anak terhambat, yang terjadi malah anak usia dini mengalami kesia-sian dalam belajar, maka perlu dalam hal ini kolaborasi dengan orang tua, dimana orang tua perlu memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan secara otodidak ataupun melalui pelatihan.

Kondisi pembelajaran di kelompok bermain atau lebih dikenal dengan play group untuk anak usia 3-4 tahun dengan waktu pembelajaran selama tiga hari, tetapi ada juga yang sudah melakukan pembelajaran selama lima hari, proses pembelajarannya hampir sama dengan anak usia 5-6 tahun, dimana kondisi ini tidak sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Alasan mengapa proses pembelajarannya disamakan karena keterbatasan sarana dan prasarana kemudian APE yang akhirnya banyak para pengelola PAUD menyamaratakan proses belajarnya dengan anak usia 5-6 tahun dengan diberikan buku untuk belajar menulis, dan berhitung. Untuk membaca mereka baru hanya diperkenalkan huruf. (Hasil studi lapangan 3 Desember 2009 oleh peneliti)

(32)

Kebersamaan anak bersama orang tua lebih lama dibandingkan dengan PAUD, dimana orang tua bisa lebih fokus memberikan rangsangan-rangsangan pada anaknya dengan memanfaatkan lingkungan rumah dan sekitarnya untuk memfasilitasi anak dalam mengeksplor lingkungannya. Dengan diberikan rangsangan-rangsangan yang bermakna untuk mampu mengeksplorsi, menemukan, memecahkan berbagai persoalan yang ditemukan dalam lingkungannya maka anak dapat melalui perkembangan selanjutnya. Rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu, selalu ingin mencoba apa yang anak temukan dan berbagai karakteristik perkembangan anak lainnya akan menjadi lebih kreatif.

Tutor dan pengelola PAUD belum mengetahui bahwa dengan keterbatasan waktu, sarana prasarana, dan APE yang mereka miliki, melalui kolaborasi dengan orang tua keterbatasan itu bisa diatasi. Melalui partisipasi kolaboratif Orang tua dapat berperan serta sebagai kolaborator dan sebagai pendidik PAUD di rumah. Untuk melanjutkan pembelajaran di rumah baik itu secara individu maupun berkelompok sesama orang tua PAUD/ tetangga yang menyekolahkan anaknya di PAUD yang sama.

(33)

dapat memecahkan masalah mengenai hambatan perkembangan anaknya masing-masing.

Perlu adanya pembelajaran bagi orang tua dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Sehingga orang tua dapat lebih terlibat dalam pembelajaran anak usia dini, untuk lebih mendukung anaknya belajar di rumah, memiliki kemampuan kolaborasi dengan masyarakat dalam memberikan dukungan interaksi sosial bagi perkembangan anaknya.

Pembelajaran kolaboratif adalah suatu upaya untuk membantu mengembangkan aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua. Melalui kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil orang tua saling berbagi pengetahuan, ide, memecahkan masalah tentang perkembangan kepribadian anak dan mengurangi hambatan perkembangan yang dialaminya. Dengan kolaborasi orang tua setidaknya tahu bagaimana cara memberikan rangsangan dan memfasilitasi anak. Untuk menumbuhkan minat, merangsang keingintahuan, melibatkan anak secara emosional dan kognitif, serta membuka daya imajinasi anak dalam menemukan berbagai informasi, konsep, atau memecahkan suatu persoalan dalam lingkungannya. Sehingga anak memiliki kesiapan secara mental dalam memasuki lingkungan yang lebih luas.

(34)

D.Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah yang diuraikan di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi obyektif di lapangan penyelenggaraan pembelajaran PAUD selama ini?

2. Bagaimana kondisi obyektif pengelolaan pembelajaran di lingkungan rumah dan tetangga oleh orang tua dalam mendidik anak usia dini?

3. Bagaimana model konseptual pengelolaan pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini?

4. Bagaimana efektifitas model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini?

E.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan atau mengembangkan model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui kondisi obyektif penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini yang berlangsung di PAUD

(35)

c. Menemukan model konseptual pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini

d. Mengetahui efektifitas model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pengembangan keilmuan dalam pendidikan luar sekolah, khususnya tentang

model pembelajaran kolaboratif dalam penyelenggaraan PAUD untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia dini. Pembelajaran kelompok orang tua dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini dapat membantu mengembangkan potensi anak.

2. Mengembangkan konsep pembelajaran yang ada dalam pendidikan luar sekolah khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran orang dewasa dan pendidikan anak usia dini yang dikelola kelompok bermain.

3. Model pembelajaran kolaboratif sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah yang dialami di kelompok bermain dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini

(36)

5. Diharapkan bagi orang tua sebagai masukan untuk pengembangan pembelajaran anak usia dini di rumah dan di lingkungan tetangga sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

G.Definisi Operasional

Agar memiliki pemahaman yang sama dalam penelitian ini maka peneliti akan mendefinisikan secara operasional istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

a. Model Pembelajaran Kolaboratif

Model pembelajaran kolaboratif adalah kerangka konseptual yang menggambarkan kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan bersama dengan melibatkan kelompok-kelompok belajar yang saling bekerjasama untuk memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas dan membuat sebuah produk dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Sudarman (2008) tersedia dalam http://www.JPI.wordpres.com/sudarman (online) diakses 9 Desember 2008 pembelajaran kolaborasi adalah belajar kelompok yang setiap anggotanya menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-sama meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

b. Penyelenggaraan PAUD

(37)

take care, act, proccess, organizing. Untuk memperkuat argumen penggunaan

kata „penyelenggaraan‟ dalam penelitian ini diartikan sebagai sistem dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran, yang didalamnya terkandung berbagai aspek yang saling menunjang demi terlaksananya kegiatan tersebut. Diantaranya ada aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal 28 ayat 2 berbunyi bahwa: “ Pendidikan anak usia dini dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau

informal.” Salah satu bentuk PAUD non formal yang dimaksud dalam peneliitian ini adalah Kelompok Bermain.

c. Mengoptimalkan Perkembangan anak usia dini

Menurut Fawzia Aswin (2003:28) dalam seminar dan lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini menyebutkan bahwa secara garis besar ada empat area perkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pengembangan , yaitu

1. Fisik yang bertujuan agar anak a) mampu mengontrol gerakan Perkembangan kasar secara sadar dan untuk keseimbangan, b) mampu mengontrol gerakan halus.

2. Perkembangan sosial – emosional yang bertujuan untuk a) mengetahui diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebaya dan orang dewasa, b) bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain , c) berperilaku sesuai dengan perilaku prososial.

3. Perkembangan kognitif yaitu bertujuan untuk a) belajar memecahklan masalah, b) berpikir logis.

4. Perkembangan bahasa yang bertujuan agar anak a) mampu mendengar secara aktif dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, b) memahami bahwa segala sesuatu dapat diwakilkan dengan tulisan dan dapat dibaca, mengetahui abjad, menulis angka dan huruf

(38)

secara optimal. Dalam memberikan pengaruh ini pendidik (orang tua sebagai pendidik pertama dan utama) perlu mengetahui masa perkembangan anak. Tugas pendidik adalah mempengaruhi karena perlu pembiasaan, keteladanan dan pembelajaran. Orang tua perlu menambah wawasan pengetahuan dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini, dimana orang tua perlu memahami perkembangan anak; mengaplikasikan dengan memberikan rangsangan-rangsangan perkembangan agama dan moral, kognitif, fisik-motori, bahasa dan sosial-emosi dalam kehidupan sehari-hari; menganalisis tingkat pencapaian perkembangan anaknya; mensintesis mampu memberikan solusi terhadap masalah perkembangan anaknya yang belum tercapai; mengevaluasi bahwa rangsangan-rangsangan yang diberikan pada anaknya memberikan manfaat bagi optimalisasi perkembangan anaknya.

H.Kerangka Berfikir

Rumusan masalah yang dikemukakan merupakan fokus penelitian ini, yang diupayakan untuk menemukan solusinya melalui pengembangan model konseptual pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD. Kerangka berfikir berdasar pada masalah-masalah faktual dan konsep-konsep teori yang ada serta dikembangkan menjadi satu konsep model program pembelajaran kolaboratif. Untuk lebih jelasnya gambaran kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 1.1 pada halaman 28.

(39)

serta dana untuk mendukung pengelolaan pembelajaran anak usia dini yang berkualitas dan berpihak pada pengembangan potensi kepribadian dan perkembangan anak.

Begitupun pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua di lingkungan rumah dan tetangga belum terencana secara sistematik dan konsisten. Hal karena tingkat minat, keterampilan, dan kemampuan yang masih kurang sehingga berimplikasi pada keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini.

Gokhle, sebagaimana yang dikutip oleh Bandono (2008) mengemukakan bahwa:‟ pembelajaran berkolaborasi merujuk pada sebuah metode pembelajaran di mana pembelajar dari berbagai tingkat kemampuan saling berkerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan‟. Menurut Gokhale, masing-masing pembelajar mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial. Keberhasilan pembelajar dianggap sebagai keberhasilan pembelajar lain. Pembelajar bisa membantu pembelajar yang lain untuk meraih kesuksesan. Pembelajaran kolaboratif memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk terlibat dalam diskusi, bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan menjadi pemikir yang kritis.

(40)

keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak usia dini di PAUD, lingkungan rumah dan tetangga. Seperti tergambar dalam kerangka berfikir di bawah ini :

Gambar 1.1. Kerangka Berfikir

Input dalam pembelajaran kolaboratif ini adalah kelompok orang tua,

(41)

Proses pembelajaran kolaboratif meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Orang tua belajar pada kelompok-kelompok kecil dengan bantuan dan bimbingan fasilitator, orang tua diharapkan dapat lebih mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya sehingga orang tua dapat bekerjasama dengan pengelola/tutor PAUD melakukan pembelajaran di lingkungan rumah dan tetangga. Orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak usia dini untuk menyelenggarakan pembelajaran di lingkungan rumah dan tetangga dengan bantuan dan bimbingan dari pengelola/tutor PAUD.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Gall, Gall dan Borg (2003) menggambarkan bahwa research and development berawal dari industry – based development model, yang digunakan sebagai prosedur untuk merancang dan

mengembangkan suatu produk baru yang berkualitas. Dalam pengembangan pendidikan kadang-kadang disebut research based development muncul sebagai strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khusus dinyatakan bahwa dalam bidang pendidikan, research and development adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta menemukan pengetahuan – pengetahuan baru melalui “based research”, dan bertujuan untuk memberikan perubahan-perubahan pendidikan guna meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuan penelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk meningkatkan kinerja praktik – praktik pendidikan.

(43)

strategi penelitian dan pengembangan adalah mengacu kepada pendapat Borg & Gall (1989: 781 – 782) bahwa “research & development is a powerful strategy for improving practice. It is a process used to develop and validate educational

products.”Pernyataan tersebut memperkuat alasan bahwa metode penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

B. Prosedur Penelitian

Borg & Gall (1989: 772) mengemukakan bahwa penelitian ini mencakup

empat kegiatan utama, yaitu: mengkaji hasil – hasil penelitian berkait dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk atas dasar hasil kajian, melakukan ujicoba lapangan dimana produk tersebut akan digunakan, dan merevisi produk untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan pada ujicoba lapangan. Borg & Gall (1989: 789 – 795) mengemukakan sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode penelitian dan pengembangan, yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan informasi (2) perencanaan (3) pengembangan bentuk produk pendahuluan (4) uji coba pendahuluan (5) revisi terhadap produk utama (6) uji coba utama yang didasarkan pada hasil uji coba pendahuluan (7) revisi produk operasional (8) uji coba operasional (9) revisi produk akhir dan (10) diseminasi dan implementasi.

(44)
(45)

1. Tahap Studi Pendahuluan

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Hal itu didasarkan atas beberapa hal (1) Studi ini mengkaji teori atau konsep-konsep yang mendasari model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD khusus untuk kelompok bermain/playgroup dalam mengoptimalkan perkembangan anak (2) Studi kepustakaan juga mengkaji konsep-konsep dan teknik pelaksanaan penelitian, khususnya yang berkenaan dengan penelitian dan pengembangan, (3) dalam studi kepustakaan akan dikaji juga hasil-hasil penelitian terdahulu berkenaan dengan pembelajaran kolaboratif yang ada dan pernah dikembangkan, pendekatan dalam pembelajaran anak usia dini dari buku, hasil penelitian maupun jurnal. Dengan kata lain, semua kepustakaan yang terkait dengan model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD yang dikembangkan.

(46)

dengan terlibatnya mereka dalam penyelenggaraan PAUD perkembangan anak dapat menjadi lebih optimal.

b. Studi Lapangan

Kegiatan penelitian di lapangan dilakukan dengan pengamatan dan wawancara. Observasi dilakukan tiap hari dengan menjadwalkan kunjungan ke PAUD – PAUD khususnya yang ada di Kota Tangerang Selatan, wawancara dilakukan pada orang tua yang sedang menunggu anaknya di luar kelas, para tutor PAUD dan Pengelola. Peneliti mengadakan kunjungan ke rumah orang tua untuk mengamati pembelajaran di rumah dan melakukan wawancara pada para orang tua didampingi pengelola PAUDnya, sedangkan pengamatan perkembangan dengan mengamati langsung terhadap anaknya.

Studi lapangan dilakukan untuk menghimpun data berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran di PAUD yang selama ini dilakukan, keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di PAUD, kesulitan dan hambatan – hambatan yang dialami pendidik PAUD dan orang tua dalam mengoptimalkan perkembangan anak.

(47)

pembelajaran anak usia dini di sekitar lingkungan rumahnya. (6) Kesulitan dan hambatan pengelola, tutor, dan orang tua dalam memfasilitasi pembelajaran anak usia dini mengoptimalkan perkembangannya.

Dalam tahapan ini juga dilakukan identifikasi kebutuhan pembelajaran orang tua, pengelola dan tutor khususnya pembelajaran anak usia dini di rumah dan di sekitar lingkungan rumah dengan sesama temannya yang sekolah di PAUD yang sama dalam rangka menyusun rancangan model konseptual/hipotetik. Kemudian menyusun langkah, strategi pendekatan, pemanfaatan sumber belajar yang tersedia dan/ atau disediakan.

2. Tahap Studi Pengembangan

Dalam tahap studi pengembangan, ditempuh tujuh langkah kegiatan, yaitu perumusan model konseptual, validasi model konseptual, revisi model konseptual,, uji coba terbatas, revisi model konseptual dan uji coba lebih luas kemudian dilakukan penghalusan model. Berikut tahapan-tahapan dalam studi pengembangan:

(48)

dalam tahap perencanaan, agar rancangan model yang akan diujicobakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. Partisipasi tutor, pengelola dan orang tua dalam langkah perencanaan dimaksudkan juga memberikan semacam latihan kepada pengelola, tutor, dan orang tua dalam merencanakan suatu kegiatan, khususnya program pembelajaran anak usia dini dalam mengoptimalkan perkembangannya.

Perencanaan atau penyusunan draf awal model pembelajaran kolaboratif meliputi kegiatan merumuskan tentang:

a. Kebutuhan orang tua dalam mendidik anak PAUD

b. Konsep pembelajaran di rumah dan di lingkungan sekitar rumah bersama orang tua lain yang berdekatan rumahnya

c. Penataan lingkungan fisik, sosial dan psikologis dalam pembelajaran di rumah dan lingkungan sekitar rumah bersama-sama dengan orang tua lainnya

d. Tujuan pemberian pembelajaran di rumah dan dan lingkungan sekitar rumahnya bersama dengan orang tua lainnya

e. Metode-metode pembelajaran yang dapat dilakukan secara sederhana di rumah dan di lingkungan sekitar rumah bersama orang tua lainnya

f. sumber belajar, alat dan media yang akan dimanfaatkan dalam pembelajaran oleh orang tua di rumah dan bersama orang tua lainnya di sekitar rumah

g. evaluasi yang akan digunakan untuk mengetahui keberhasilan program h. waktu pelaksanaan

(49)

pakar pendidikan anak usia dini, praktisi dan teman sejawat dan validasi kelayakan model melalui temu praktisi. Validasi demikian dilakukan agar pihak yang terlibat dapat memberikan expert judgement, dan sejalan dengan hasil konsultasi dengan para pembimbing. Langkah ini dilakukan agar model konseptual yang telah disusun sesuai dengan kaidah keilmuan dan secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.

Tahap Ketiga. Revisi model konseptual, revisi model yang telah melalui

proses validasi, berupa pandangan dan masukan-masukan oleh para ahli maupun praktisi, kemudian dibuat model konseptual yang siap diimplementasikan di lapangan penelitian yang sesungguhnya.

Tahap keempat. Uji coba model, Model konseptual pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD yang telah direvisi dalam tahap ini dikembangkan melalui serangkaian kegiatan uji coba. Uji coba pengembangan model menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan digunakan dalam penelitian ini walaupun produk akhirnya sebuah model tetapi model tersebut adalah model tindakan atau kegiatan.

Penelitian tindakan adalah studi dalam suatu situasi sosial dengan sasaran memperbaiki kualitas tindakan di dalam situasi sosial tersebut. Tujuan utama dari penelitian tindakan sebagaimana dikemukakan oleh Elliot (1991 :49) bahwa “the fundamental aim of action research is to improve practice rather than to produce

knowledge. The production and utilization of knowledge is subordinate to, and

(50)

perbaikan praktek atau pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok partisipan dengan memakai cara – cara tindakan mereka yang praktis yang disertai dengan refleksi tentang dampak tindakan praktis mereka.

Dalam penelitian tindakan peran peneliti bukanlah sebagai ahli yang melakukan riset tetapi sebagai seorang sumber. Dia menjadi seorang faslitator atau konsultan yang bertindak sebagai katalis. Jabatan sebagai fasilitator, teman dan konsultan lebih tepat dalam penelitian ini sehingga lebih dekat dan memudahkan berinteraksi dengan orang tua dan merasakan apa yang menjadi kebutuhan orang tua dalam mendidik anaknya, peneliti dapat menghayati dan menangkap realitas secara otentik.

Sesuai dengan pengertian penelitian tindakan tersebut, maka dalam tahap pengembangan model pembelajaran kolaboratif penyelenggaraan PAUD ini, langkah-langkah dalam setiap siklusnya mengikuti langkah sebagaimana model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Ebbutt (Sukmadinata, 2006:50) yang secara garis besar meliputi tahapan-tahapan: “general idea, reconnaissance, overall plan, action 1, monitoring & reconnaissance, plan overall revise, action 2,

etc”.

(51)

perkembangan anak. Pemahaman tentang kondisi tersebut dilakukan melalui studi lapangan. Berdasarkan kedua kegiatan tersebut disusun draf model pembelajaran kolaboratif yang merupakan overall plan. Langkah kegiatan penelitian selanjutnya adalah pelaksanaan atau uji coba model pembelajaran kolaboratif yang diikuti dengan pengamatan dan monitoring pelaksanaannya serta penyempurnaan draf model pembelajaran tersebut (action, monitoring, and reconnaissance).

Berhubung dengan terbatasnya jumlah kelompok bermain pada PAUD di Kota Tangerang Selatan yang melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketentuan dari Diknas yaitu 3 – 4 hari, maka pada uji coba terbatas dilakukan pada satu kelompok bermain, uji coba luas dilakukan masing-masing pada tiga kelompok bermain dengan kondisi berbeda kecamatan.

Tahap Kelima. Uji coba terbatas dilakukan pada PAUD Kober Assalamah

kecamatan Serpong letaknya di pusat kota. Untuk melihat ketercapaian tujuan peneliti melakukan refleksi proses dan hasil pembelajaran disetiap pembelajaran dan akhir kegiatan ujicoba, mendiskusikan proses dan hasil pembelajaran dengan warga belajar.

Tahap Keenam. Uji coba luas, pada tahap uji coba lebih luas dilakukan

(52)

sebagaimana yang diharapkan. Model pembelajaran yang dihasilkan pada tahap ini merupakan draf akhir dan kemudian dilakukan penghalusan model

Ujicoba dilakukan dengan metode eksperimen yang dikembangkan pada tahap ini dilaksanakan pada desainnya menggunakan One Group Pretest-Posttest Design, yaitu dengan cara memberi perlakuan pada satu kelompok sasaran, dan

membandingkan hasil perlakuan dengan kondisi sebelum dilakukan perlakuan. Adapun langkah ujicoba yang ditempuh adalah sebagai berikut: (a) Persiapan. Mempersiapkan sarana yang diperlukan, seperti alat dan media pembelajaran, alat evaluasi, menghubungi PAUD, mendiskusikan rencana pelaksanaan ujicoba, dan membangun kesiapan belajar warga belajar; (b) Pelaksanaan. Melakukan eksperimen, yang diawali dengan pertemuan dengan kelompok, pre test dan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran; (c) Evaluasi. Melakukan evaluasi proses dan hasil ujicoba. Kegiatan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus dengan warga belajar, pengelola dan tutor PAUD, dan post test. Hasil evaluasi ini dianalisis, dan disintesakan untuk dijadikan dasar bagi pengembangan produk akhir. Ujicoba dilakukan di PAUD Kober Madani Ilmi kecamatan Pondok Aren.

Tahap Ketujuh. Pengembangan produk akhir, kegiatan ini dimaksudkan

(53)

dengan pengelola PAUD dan tutor, dan diakhiri dengan melakukan penyempurnaan model akhir.

C. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

Pemilihan tempat penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan yaitu: a) Kelompok bermain yang telah terdaftar di Dinas Pendidikan Nasional, b) Telah berjalan proses pembelajarannya minimal 2 tahun, c) terwakili untuk wilayah perkotaan dan pedesaan, d) Proses pembelajaran dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Tempat penelitian ini dilaksanakan di empat PAUD di kota Tangerang Selatan yang memiliki Kelompok Bermain yaitu PAUD Assalamah, PAUD Gelora Hati, PAUD AL Amin Bimasda, dan PAUD Madani Ilmi. Dari keempat PAUD tersebut memiliki kriteria yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kondisi realistik yang ada tersebut serta anjuran Gall, Gall dan Borg (2003:572) bahwa untuk tesis atau disertasi diperbolehkan untuk dilakukan dalam skala kecil, dan menerapkan beberapa dari keseluruhan langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan. Walaupun demikian subjek penelitian yang diambil berbeda untuk setiap tahapan penelitian.

(54)

Tahap pertama penelitian dilakukan terhadap orang tua di tiga PAUD dengan melakukan wawancara dan pengisian kuesioner kepada orang tua yang sedang menunggu anaknya.

Pada tahap penelitian ini, observasi juga dilakukan terhadap anak Kober dan tutor serta pengelola dalam pembelajaran di kelas atau pun di luar kelas untuk mengetahui dan mengamati perkembangan anak usia dini. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang penyelenggaraan pembelajaran yang ada pada Kelompok bermain. Sasaran observasi ini adalah aktivitas anak dan tutor dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan juga pada orang tua untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh orang tua selama menunggu anaknya di PAUD. Dan mengadakan kunjungan pada sebagian orang tua ke rumahnya untuk mengamati pembelajaran di rumah yang dilakukan oleh orang tua.

(55)

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat berupa kualitatif. Metode kualitatif dipilih sebagai metode utama dengan pertimbangan bahwa proses pembelajaran dan belajar merupakan realitas sosial yang kebermaknaannya hanya diperoleh melalui pemahaman secara utuh dan kontekstual. Sebagaimana dikemukakan oleh MacMillan dan Schumacher (2001:396) “... reality is

multilayer, interactive, and a shared social experience interpreted by

individuals”. Sementara itu metode kuantitatif digunakan sebagai metode

pendukung dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara umum tentang perubahan kemampuan orang tua sebelum dan sesudah mengikuti program pembelajaran kolaboratif.

McMillan dan Schumacher (2001:437-455) mengemukakan bahwa ada empat strategi pengumpulan data, yaitu: observasi partisifatif, wawancara mendalam, dokumentasi dan artifek, dan teknik pelengkap. Peneliti menggunakan observasi partisipatif untuk memperoleh data tentang proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan pada ujicoba empirik, Sementara itu dialog terfokus digunakan untuk memperoleh data tentang kelayakan model hipotetik.

(56)

ini memilih mengkombinasikan partispasi pasif, sedang dan aktif. Disesuaikan dengan tahap penelitian.

Observasi partisipatif adalah“... a combination of particular data collection

strategies: limited participation, field observation, interviewing, and artefak

collection (McMillan dan Schumacher, 2001:437). Partisipasi terbatas dilakukan pada saat akan melakukan kegiatan ujicoba. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh keberterimaan kelompok sasaran atas kehadiran peneliti. Dalam kegiatan ini peneliti berpartisipasi secara terbatas dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh PAUD dan orang tua anak sebagai calon warga belajar yaitu menghadiri acara menu sehat, mengobrol secara informal dengan orang tua baik dalam kelompok maupun individual, mengikuti kegiatan botram (makan bersama di salah satu rumah orang tua) yang diselenggarakan orang tua, duduk mengamati proses belajar anak di kelas, dan interaksi orang tua-anak di luar kelas adalah cara yang ditempuh.

Observasi partisipatif merupakan cara kedua yang digunakan dalam penelitian ini. Guba (1985:274 – 276) mengemukakan bahwa observasi partispatif merupakan alat jitu (powerfull). Kagiatan ini dilakukan dengan cara peneliti memerankan sendiri sebagai fasilitator. Dengan cara ini peneliti dapat menyelami, mengamati dan menangkap keyakinan, perasaan, pikiran, tindakan dan proses belajar warga belajar secara langsung dan akurat.

(57)

itu, pencatatan proses pembelajaran secara utuh dilakukan segera setelah proses pembelajaran selesai. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menyajikan keadaan dan peristiwa atau kejadian pembelajaran secara utuh, dan kontekstual.

Metode yang kedua yang digunakan adalah wawancara. McMillan dan Schumcher (2001:444) mengelompokkan wawancara menjadi tiga, yaitu: wawancara informal, wawancara terbimbing dan wawancara baku terbuka. Penelitian ini menggunakan wawancara informal. Wawancara informal dilakukan untuk memperoleh data tentang proses, dan hasil pembelajaran. Wawancara dilakukan pada saat setelah kegiatan pembelajaran selesai dan disela-sela warga belajar menunggu anaknya. Wawancara ini dilakukan secara individual dan kelompok. Pencatatan hasil wawancara dilakukan segera setelah kegiatan selesai. Cara ini dimaksudkan untuk menghindari terjadi proses bisa dan hilangnya informasi karena keterbatasan memori.

(58)

pembelajaran, pengembangan materi pembelajaran, pengembangan aktivitas belajar warga belajar, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, efisiensi waktu, biaya, dan tenaga, dan kemanfaatan model. Hasil dari diskusi ini dicatat untuk diinterpretasikan kembali.

Metode kuantitatif yang digunakan adalah kuesioner observasi yang diberikan kepada orang tua untuk mengobservasi perkembangan anak sebelum dan sesudah pembelajaran kolaboratif. Kuesioner observasi disusun berdasarkan pada penjabaran variabel perkembangan anak usia dini meliputi are perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik dan sosial emosi.

E. Teknik Analisis Data

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mix methode). Analisis data dalam penelitian ini melalui tahapan, yakni:

1. Analisis data tahap studi pendahuluan

Teknik analisis data yang digunakan dalam tahap studi pendahuluan pada penelitian ini adalah deskriptif – kualitatif. Analisis ini dilakukan secara berulang-ulang untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan fokus yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

Pada prinsipnya teknik analisis data dilakukan sepanjang kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu model analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang mengacu pada Miles dan Huberman (1987:23).

(59)

samping dilakukan dengan triangulasi ke sumber data, pengecekan keabsahan data dilakukan pula dengan triangulasi metode dan teori, analisis kasus negatif dan pengecekan teman sejawat.

Untuk menilai proses penelitian yang telah ditempuh sampai dalam bentuk laporan penelitian berupa disertasi, dilakukan dependabilitas data. Tujuannya adalah agar kekeliruan di dalam mengkonseptualisasikan kegiatan penelitian dapat ditanggulangi. Teknik yang digunakan untuk menguji dependabilitas pada tahap ini adalah dependability audit. Auditor dependen untuk pengujian dependabilitas penelitian ini adalah promotor, ko – promotor serta anggota promotor disertasi ini.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, dependabilitas dan konfirmabilitas perlu diuji keakuratannya oleh berbagai pihak melalui penelusuran audit. Penelusuran audit ini tidak dapat dilakukan jika tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian ini semua catatan dan rekaman kejadian selama kegiatan penelitian disimpan baik oleh peneliti.

2. Analisis Data pada Tahap Pengembangan

(60)

permasalahan yang diteliti, terinci dan sistematis, serta membuang data yang tidak diperlukan, sehingga memudahkan bagi peneliti dalam melakukan langkah – langkah analisis selanjutnya, dan mempermudah peneliti untuk mencari kembali data tersebut apabila diperlukan. Kegiatan reduksi data dimulai dan editing, koding dan tabulasi termasuk di dalamnya kegiatan mengikhtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah – milah kedalam satuan konsep, kategori atau tema tertentu.

(61)

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis perbedaan tingkat pencapaian perkembangan anak sebelum penerapan model (pre test) dengan tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini setelah penerapan model (post test) melalui observasi perkembangan anak oleh orang tua. Data yang bersifat

(62)
(63)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini akan disajikan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan. Sebagaimana dikemukakan pada Bab Pendahuluan bahwa tujuan utama yang diinginkan adalah mengembangkan pembelajaran kolaboratif yang efektif dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini. Setelah melalui studi pendahuluan, serangkaian ujicoba, analisis, proses dan hasil dapat ditarik kesimpulan, implikasi, dan disampaikan rekomendasi sebagai berikut:

A.Kesimpulan

1. Pemberian rangsangan di PAUD tidak optimal karena keterbatasan waktu, dana, sarana dan prasarana, serta minimnya pengetahuan pengelola/pendidik tentang metode pembelajaran bagi anak usia dini.

2. Pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan di lingkungan tetangga lebih banyak menghambat pada perkembangan anak. Anak dibiarkan berkembang apa adanya bahkan anak jarang diajak berinteraksi dan diberikan stimulasi.

Gambar

Tabel 4.2 Hasil temuan studi pendahuluan kondisi perkembangan anak  usia
Gambar 1.1. Kerangka Berfikir
gambar 3.1 di bawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

bahasa pengantar yang menyertai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran; (c) keterlibatan orang tua dalam membantu belajar anak di rumah berarti

Sejalan dengan hasil kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Tria Masrofah, Fakhruddin dan Mutia tentang pentingnya peran orang tua dalam menanamkan pokok-pokok nilai

1) Meniru, Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi. 2) Persaingan, Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan

Hasil observasi dan interpretasi angket yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa upaya orang tua dalam membangun pola makan sehat pada aspek kemampuan orang tua dalam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II, maka penelitian tentang peran orang tua dalam perkembangan bahasa

Peran guru dalam peningkatan kualitas belajar anak usia dini selama proses pembelajaran Peran guru dalam peningkatan kualitas belajar anak sangat berpengaruh dikarenakan guru harus

KESIMPULAN Peran orang tua dalam pendampingan anak usia dini bermain gadget di Jorong Sungai Atang, Kenagarian Batu Rijal, Kecamatan Padang Lawas, Kabupaten Dharmasraya yaitu

Orang tua lainnya yang diwawancara juga mengatakan bahwa mereka tidak mengizinkan anaknya menggunakan aplikasi media sosial apapun dengan alasan bahwa dapat interaksi online tidak