• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Susilawati, 2013

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai dari syarat dalam pembuatan Skripsi Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

SUSILAWATI NIM : 0908173

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Susilawati, 2013

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

================================================================== UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat)

Oleh

SUSILAWATI NIM : 0908173

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© SUSILAWATI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Susilawati, 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)
(5)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Oleh SUSILAWATI

0908173

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V MI Cibanteng. Pembelajaran yang selalu dilakukan metode ceramah.

Tujuan penelitian ini yaitu ingin memperoleh gambaran umum terhadap perencanaan, pembelajaran upaya meningkatkan hasi belajar siswa tentang sifat-sifat cahya dalam pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA di kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebab meliputi tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 38 orang siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

(6)
(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI DAN BEBAS

PLAGIARISME ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Penelitian ... 8

F. Hipotesis Tindakan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Pembelajaran IPA ... 10

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ... 10

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ... 12

3. Prinsip Kontekstual ... 13

4. Kelebihan dan Kekuraangan Kontestual ... 17

5. Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sifat-sifat Cahaya ... 18

(8)

1. Pengertian Belajar ... 19

2. Pengertian Hasil Belajar ... 20

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 21

C. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar ... 22

D. Manfaat dan Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar .. 23

E. Sifat-sifat Cahaya ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30

B. Model Penelitian ... 31

C. Subyek Penelitian ... 33

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

E. Prosedur Penelitian ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian ... 46

B. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 48

C. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 56

D. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus III ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dirangcang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”.

Pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka semua siswa dituntut untuk mampu menghadapi tantangan hidup dalam dunia konpotitif. Hal ini dapat diwujudkan melalui proses pembelajaran disekolah. Sehingga sekolah merupakan lembaga formal yang mengemban tugas untuk menggali potensi siswa dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar melalui berbagai mata pelajaran dalam proses belajar mengajar.

(10)

bila terjadi strukturisasi situasi perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses pembelajaran digunakan sebagai salah satu indikasi terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik.

Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional. Suatu tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran itu dan bukan sekedar suatu proses dari pembelajaran itu sendiri.

Pada pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat membuka berbagai pikiran dari siswa yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep-konsep dalam penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat hubungan antara materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupana manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat siswa serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(11)

pemahaman tentang alam semesta saja. Melainkan melalui pendidikan IPA siswa juga diharapkan memiliki kemampuan, (1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.(2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.(3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.(4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.(5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain. (6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (7) Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40).

Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk dipelajari. Akibatnya rata-rata hasil belajar siswa cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya.

Adapun kesulitan dan hambatan yang dihadapi oleh guru MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Baratdalam pembelajaran IPA adalah siswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang bermakna dalam kehidupannya.

(12)

Hal tersebut akan mengakibatkan ketika anak didik lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi miskin akan aplikasi. Apabila hal tersebut dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan rendahnya kualitas pembelajaran IPA dan berdampak terhadap hasil belajar siswa. Ini bisa dilihat dari perolehan rata-rata ulangan harian yang di bawah KKM, juga pencapaian hasil nilai KKM yang masih di bawah standar KKM yang telah ditentukan. Sedangkan nilai KKM yang ditentukan adalah 60, tetapi ada saja siswa yang belum mencapai target dari KKM tersebut 7 orang dengan nilai 55 jumlah 385 (18%), 10 orang dengan nilai 70 jumlah 700 (26%) dan 16 orang dengan nilai 75 jumlah 1200 (42%) target kelulusan 80% dengan nilai rata-rata kelas sekarang 60,13.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak-anak belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terrbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

(13)

Belajar akan bermakna apabila dikaitkan dengan pengalaman dan aktivitas yang pernah dialami atau diketahui oleh siswa sebelumnya. Keterkaitan kehidupan nyata dalam pembelajaran dimulai dari sesuatu yang dekat dengan siswa, sederhana dan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran bisa dikaitkan dengan permasalahan keluarga, permainan, lingkungan teman atau keluarga lain yang terdekat. Dikaitkannya pengalaman kehidupan nyata dalam pembelajaran diharapkan dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami oleh siswa, baik konsep IPA maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Mengingat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan, maka model pendidikan kontekstual tersebut sangat relevan untuk diterapkan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti mengenai pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran IPA dan hubungannya dengan peningkatan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya. Dengan demikian, peneliti mengambil judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Sifat-sifat Cahaya Melalui Pendekatan Kontekstual Dalam

Pembelajaran IPA” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V MI

(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar Belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya permasalah yang akan diteliti adalah: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya Melalui Pendekatan Kontekstual” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas V Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat).

Adapun rumusan masalah umum diatas di rinci kedalam rumusan masalah khusus sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan Pembelajaran IPA tentang Sifat-sifat Cahaya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual di kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran IPA tentang Sifat-sifat Cahaya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual di kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat?

3. Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar siswa melalui pendekatan kontekstual pada materi sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA di kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

(15)

Tindakan Kelas di Kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat).

Secara lebih khusus penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPA dengan pendekatan

kontekstual pada materi Sifat-sifat cahaya di kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual di kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang sifat-sifat cahaya melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA di kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi Siswa:

a. Adanya peningkatan kegiatan belajar siswa. b. Siswa mampu meningkatkan aktifitas belajarnya.

c. Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran dapat memaknai hasil belajar siswa.

(16)

2. Bagi Guru:

a. Sebagai bahan rujukan dalam menerapkan model pembelajaran yang lebih variatif.

b. Sebagai reverensi literatur bagi guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas.

c. Sebagai motivasi guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas. 3. Bagi Peneliti:

a. Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.

b. Sebagai bahan perbandingan dalam menggunakan media pembelajaran. c. Sebagai salah satu syarat dalam perkuliahan.

4. Bagi Sekolah:

a. Meningkatkan profesionalisme guru. b. Meningkatkan mutu pendidikan. E. Definisi Operasional

1. Pendekatan kontekstual

(17)

mereka. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual meliputi : Tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap penjelasan dan tahap pengambilan tindakan.

2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan meningkatnya keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Jadi hasil belajar dapat diukur melalui tes setelah siswa memperoleh materi pembelajaran dengan terjadinya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan masalah diatas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Jika pendekatan kontekstual diterapkan dalam pembelajaran IPA maka hasil belajar siswa kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten

(18)
(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian tidakan kelas (Classroom Action Research) model Kemmis dan Mc. Taggart. Sebagai prosedur pelaksanaan penelitian digunakan metode kualitatif yang menghasilkan data secara dekritif dalam bentuk uraian dan laporan. (Classroom Action Research) atau disingkat CAR dalam bahasa inggris yaitu peneliti yang dilakukan oleh guru dikelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada peyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.

Penelitian adalah kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu agar memperoleh data dan informasi yang bermanfaat bagi peneliti dan orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas di berbagai bidang. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama.

(20)

dikelas. Menurut Suyanto (1997) tujuan PTK adalah meningkatkan atau memperbaiki praktik pembelajaran disekolah, meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pedidikan (Basrowi dan suwandi:54)

B. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Model ini pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

[image:20.595.119.511.198.710.2]

Adapun alur tahapan penelitian tindakan kelas ini, dapat dilihat pada gambar. Siklus I Siklus II Siklus III Observasi Awal

Penyusunan Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi I

Penyusunan Rencana perbaikan

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi II

Penyusunan Rencana Perbaikan

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Refleksi III

(21)
[image:21.595.116.513.225.591.2]

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc. Tagart (1998:13)

Alur siklus penelitian tindakan kelas tersebut, dijelskan sebagai berikut: 1. Refleksi Awal

Meminta izin terlebih dahulu kepada kepala Sekolah MI Cibanteng untuk mengadakan penelitian. Kemudian peneliti meminta bantuan dengan observer tentang konsep dan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, tpik yang diangkat dalam proses pembelajaran, strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran, serta penentuan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

2. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan

Penelitian dipusatkan pada pelaksanaan serangkaian pembelajaran yang dipilih ke dalam tiga siklus tindakan. Pada setiap tindakan dalam setiap siklus, tindakan diobservasi, dievaluasi, dan direfleksikan mengenai data-data atau temuan yang berhubungan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam menggunakan strategi kontekstual, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Data yang diobservasi tersebut meliputi:

(22)

1) Aspek Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator.

2) Perumusan dan penetapan tujuan pembelajaran 3) Pengembangan materi pembelajaran

4) Penetapan metode pembelajaran

5) Pengembangan langkah-langkah pembelajaran 6) Penggunaan alat,media dan sumber pembelajaran 7) Pelaksanaan penelitian pembelajaran

b. Kinerja guru dalam menggunakan strategi pendekatan kontekstual 1) Kemampuan membuka pelajaran

2) Sikap guru dalam proses pembelajaran 3) Penguasaan bahan pembelajaran 4) Proses pembelajaran

5) Kemampuan menggunakan media pembelajaran 6) Kemampuan menutup pembelajaran

c. Kegiatan belajar siswa

1) Aspek Kognitif (pengetahuan) 2) Aspek apektif (Sikap)

(23)

Refleksi dilakukan dari setiap siklus penelitian dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran tersebut sehingga dapat diketahui keberhasilandan kelemahan dari implementasi strategi pendekatan kontekstual.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah siswa 38 orang terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan. Mi Cibanteng.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, yaitu pada bulan Maret 2013 sampai dengan Agustus yang dilaksanakan di kelas V MI Cibanteng.

Tempat penelitian ini adalah MI Cibanteng Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat. Alasan lokasi penelitian ini antara laian: Kepala sekolah dan guru-guru yang lain memberikan izin dilaksanakannya penelitian di MI Cibanteng, peneliti dekat dengan lokasi penelitian, karena sekaligus sebagai tenaga pengajar di sekolah tersebut.

E. Prosedur Penelitian

(24)

Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perrencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3) Membuat pree Test dan Post Tes

4) Membuat Lembar Kerja Siswa 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran

b. Pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam terlebih dahulu, mengabsen dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan berdoa terlebih dahulu, kemudian melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

(25)

2) Guru menggali kompetensi awal siswa, dengan cara menugaskan siswa untuk mengamati beberapa gambar, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Tahap II Eksplorasi

4) Guru menegaskan bahwa siswa akan diberi kesempatan untuk menyelidiki sendiri dalam kegiatan

5) Guru mengelompokkan siswanya untuk kegiatan eksplorasi dan membagikan soal pree test dan LKS (siklus I) serta alat/bahan yang diperlukan

6) Setiap kelompok, siswa diminta untuk melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam LKS

7) Selama siswa melakukan pengamatan, guru membimbing siswa sambil melakukan observasi.

Tahap III Penjelasan dan Solusi

(26)

9) Berdasarkan data-data hasil pengamatan, guru memandu siswa untuk berdiskusi kelas, tentang kaitan konsepsi awal siswa dengan hasil observasi kelompok.

10) Guru memberikan koreksi dan penguatan Tahap IV Pengembilan Tindakan

11) Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pertanyaan atau gagasan yang relevan dengan konsep yang telah dibahas. 12)Guru mengarahkan siswa untuk dapat menerapkan konsep yang

baru dipelajari pada situasi baru (meminta siswa pada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil percobaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

c. Penutup

13) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap seluruh proses pembelajaran dan hasil belajar yang telah diproses

14) Siswa diminta untuk mengerjakanPost Test (Siklus I)

15) Guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuaan berikutnya kemudian menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Pengamatan

(27)

2). Aktivitas guru dalam KBM 3). Keaktifan siswa dalam KBM d. Refleksi

Pada tahap refleksi peneliti mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran di kelas. Melalui refleksi tersebut maka akan diketahui kelebihan dan kelemahan serta berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat digunakan untuk menentukan siklus berikutnya.

Hasil yang didapat dari pelaksanaan tindakan dan observasi dikumpulkan untuk dianalisis, interprestasi dan penjelasan terhadap semua data yang diperoleh. Dalam kegitan ini peneliti mengadakan diskusi dan konsultasi dengan rekan-rekan guru di MI untuk memberikan masukan dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Refleksi yang dilakukan dalam pembahasan kajian ini memikirkan secara intensif apa yang telah terjadi, mengapa hal tersebut terjadi atau tidak terjadi, dan menentukan alternatif pemecahannya untuk tindakan berikutnya.

2. Siklus 2

(28)

a. Perencanaan

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Membuat pree Test dan Post Tes

3) Membuat Lembar Kerja Siswa 4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran b. Pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam terlebih dahulu, mengabsen dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan berdoa terlebih dahulu, kemudian melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

Tahap I Invitasi

2) Guru menggali kompetensi awal siswa, dengan cara menugaskan siswa untuk mengamati beberapa gambar, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

(29)

4) Guru menegaskan bahwa siswa akan diberi kesempatan untuk menyelidiki sendiri dalam kegiatan

5) Guru mengelompokkan siswanya untuk kegiatan eksplorasi dan membagikan soal pree test dan LKS (siklus II) serta alat/bahan yang diperlukan

6) Setiap kelompok, siswa diminta untuk melakukan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam LKS 7) Selama siswa melakukan pengamatan, guru membimbing siswa

sambil melakukan observasi. Tahap III Penjelasan dan Solusi

8) Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas

9) Berdasarkan data-data hasil pengamatan, guru memandu siswa untuk berdiskusi kelas, tentang kaitan konsepsi awal siswa dengan hasil observasi kelompok.

10) Guru memberikan koreksi dan penguatan Tahap IV Pengambilan Tindakan

(30)

12) Guru mengarahkan siswa untuk dapat menerapkan konsep yang baru dipelajari pada situasi baru (meminta siswa pada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil percobaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

c. Penutup

13)Siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap seluruh proses pembelajaran dan hasil belajar yang telah diproses

14) Siswa diminta untuk mengerjakanPost Test (Siklus II)

15) Guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuaan berikutnya kemudian menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

d. Pengamatan

1). Rencana pelaksanaan pembelajaran 2). Aktivitas guru dalam KBM

3). Keaktifan siswa dalam KBM e. Refleksi

(31)

pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat digunakan untuk menentukan siklus berikutnya.

Hasil yang didapat dari pelaksanaan tindakan dan observasi dikumpulkan untuk dianalisis, interprestasi dan penjelasan terhadap semua data yang diperoleh. Dalam kegitan ini peneliti mengadakan diskusi dan konsultasi dengan rekan-rekan guru di MI untuk memberikan masukan dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Refleksi yang dilakukan dalam pembahasan kajian ini memikirkan secara intensif apa yang telah terjadi, mengapa hal tersebut terjadi atau tidak terjadi, dan menentukan alternatif pemecahannya untuk tindakan berikutnya.

3. Siklus 3

Seperti halnya siklus pertama, kedua siklus ketigapun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

b. Pelaksanaan

(32)

c. Pengamatan

Tim peneliti (guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pemmmbelajaran dengan menggunakan strategi pendekatan kontestual.

d. Refleksi

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis untuk serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pendekatan kontestual dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah Dasar. Apabila siklus ketiga hasil belajar siswa belum optimal maka tim peneliti melakukan perbaikan kembali pada sesuatu yang dianggap kurang optimal dan dilaksanakan kembali pada tindakan berikutnya, namun apabila siklus 3 sudah optimal maka peneliti diakhiri pada siklus 3 atau tiga tindakan.

F. Instrumen penelitian

1. Teknik Pengumpulan data

(33)

a. Tes, dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. b. Lembar observasi, dengan menggunakan lembar penilaian untuk

mendapatkan data tentang aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran serta penilaian terhadap RPP.

2. Alat pengumpul Data

a. Tes

Tes yang digunakan adalah postes dan prites yakni tes yang dilaksanakan sebelum dan sesudah akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam memahami sifat-sifat cahaya dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan uraian.

b. Teknik observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengamati kegiatan siswa dan guru. Adapun obserpasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yakni observer mengamati dan mencatat objek yang diteliti (aktivitas siswa dan guru) selama proses pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menerapkan pendekatan kontekstua

(34)

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengolah data dan menganalisis data keterampilan observasi siswa yang terdiri dari : 1) aktivitas guru, 2) penskoran, 3). Menghitung rata-rata, 4). Menghitung gain normalisasi, 5). Menghitung IPK keterampilan observasi siswa.

1. aktivitas guru

hasil pengamatan tentang aktivitas guru pada siklus I diperoleh bobot skor sebesar 27 dari 30 skor ideal yang seharusnya dapat dicapai, penghitungan skor tersebut adalah sebagai berikut:

penampilan (%) =

= 90 % 2. Pensekoran

Sebelum lembar jawaban siberi skor , terlebih dahulu ditentukan standar penilaian setiap soal tujuannya agar unsur subjektivitas penilaian dapat dihindari. Pedoman penyekoran soal keterampilan observasi pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya

3. Menghitung rata-rata

Rata-rata hitung prites dan postes dapat dihitung dengan menggunakan

rumus : ∑

(35)

4. Menghitung rerata skor gain yang dinormalisasi

Setelah data prites dan postes diperoleh, data tersebut kemudian diolah untuk menentukan data rerata nilai gain yang dinormalisasi. Besarnya rerata nilaigain yang dinormalisasi ditentukan dengan rumus (Hake, 1998: 65) sebagai berikut:

<g> =

Keterangan :

<g> = nilai gain ternormalisasi St = rerata nilai postest

Sf = rerata niali pretest

5. Menghitung IPK keterampilan observasi siswa

Aspek keterampilan observasi siswa diukur dengan menggunakan format observasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Data hasil observasi tersebut kemudian diolah dengan menjumlahkan skor masing-masing siswa untuk setiap aspek, skor yang diperoleh kemudian dihitung dengan menggunakan rumus: =

Keterangan :

IPK = indeks prestasi kelompok M = rata-rata

SMI = skor maksimal ideal

(36)

No IPK% Kriteria

1. 0-30 Sangat kurang terampil

2. 31-54 Kurang terampil

3. 55-74 Cukup terampil

4. 75-89 terampil

5. 90-100 Sangat terampil

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran IPA tentang cahaya melalui pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tergambar pada RPP yang mengikuti langkah-langkah pendekatan kontekstual yaitu melalui:

a. Tahap Invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan pertanyaan problematik tentang kehidupan sehari-hari, melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi, dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan tentang konsep tadi

(38)

tentang masalah yang dibahas. Tahap ini akan memenuhi rasa ingin tahu siswa tentang fenomena kehidupan nyata dari lingkungan sekitarnya.

c. Tahap penjelasan dan solusi, pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, dan membuat kesimpulan dari hasil pekerjaannya

d. Tahap pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individual maupun secara kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

Kinerja guru dalam menyusun RPP menggunakan pendekatan kontekstual di kelas V meningkat, peningkatan ini terjadi pada siklus pertama sebesar 67 %, pada siklus ke II menjadi 76 % dan pada siklus ke III menjadi 86 %.

(39)

tiap siklus, yaitu: siklus I sebesar 76 %, pada siklus II sebesar 80 % dan pada siklus III sebesar 90 %

3. Hasil belajar pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA tentang cahaya di kelas V MI Cibanteng Desa Saguling Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat dapat meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa dinyatakan dari perolehan rata-rata gain pada siklus I sebesar 16,89, pada siklus II sebesar 17,63 dan pada siklus III sebesar 18,81.

4. Faktor pendukung yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu:

a. Guru telah mampu mengikuti prosedur yang telah direncanakan

b. Guru juga mampu mempersiapkan dan melakukan proses pelaksanaan pembelajaran secara sistematis serta dapat memotivasi hasil belajar yang diharapkan

Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi penulis adalah:

a. Terbatasnya alat yang digunakan untuk percobaan sehingga pembahasan kurang mendalam

(40)

keseluruhan siswa mampu dikondisikan sehingga pengamatan dapat berjalan dengan lancar

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual, maka penulis mengemukakan saran-saran untuk:

1. Siswa

Dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran IPA akan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran

2. Guru

a. Dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual sebaiknya lebih menekankan pada upaya pengembangan kemampuan merencanakan penyelidikan kelompok, serta mencari sumber informasi sendiri

(41)
(42)

80

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineke Cipta.

BNPS. (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI Jakarta: BNPS

Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning (CTL) ). Jakarta: Depdiknas

Depdiknas.(2004). Kurikulum 2004.Jakarta: Depdiknas

Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Panut ,H, dkk, (2007), Dunia IPA untuk Kelas V SD/MI, Yudhistira

Hatimah, I. Susilana, R, Nuraedi.(2006). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS

Hermawan, Asep Herry, dkk. 2008. Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Hermawan, R, Mujono., Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidiksn Dasar. Bandung: UPI PRESS

Rositawaty, S, dkk, (2008), Senang Belajar IPA untuk Kelas V SD/MI, BSE

Sagala. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sulistiyorini, Sri. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana

Gambar

gambar.  Observasi Awal
Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc. Tagart (1998:13)

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan kegiatan pendahuluan lapangan pada SPM negeri yang dijadikan tempat penelitian di kabupaten kepulauan Yapen Serui Papua terdapat: (1) desain dan pelaksanaan

Dalam pengamanan proses komunikasi data tidak lepas dari peranan kriptografi.Kriptografi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari keamanan dalam proses komunikasi

Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari

Untuk itu kepala sekolah perlu memberikan motivasi untuk meningkatkan pelajarannya, guru dirangsang agar senantiasa dapat mengembangkan kemampuan dala proses

Melalui program belajar bahasa Inggris interaktif ini diharapkan dapat menarik minat semua orang untuk belajar bahasa Inggris, memberi pengetahuan tentang tenses bahasa

Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Model pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara

Dengan asumsi setiap TKI yang ditempatkan membuka usaha, tingkat pengangguran di Sumatera Utara tahun 2008 berkurang sebesar 20,53%; usaha TKI Puma berperan