• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN ORANG TUA MURID DALAM KEIKUTSERTAAN MEMBIAYAI PENDIDIKAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : KASUS PADA SMK NEGERI 2 BALEENDAH KAB. BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN ORANG TUA MURID DALAM KEIKUTSERTAAN MEMBIAYAI PENDIDIKAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : KASUS PADA SMK NEGERI 2 BALEENDAH KAB. BANDUNG."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN ORANG TUA MURID

DALAM KEIKUTSERTAAN MEMBIAYAI PENDIDIKAN

PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

( KASUS PADA SMK NEGERI 2 BALEENDAH KAB. BANDUNG)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian

Magister pendidikan dalam Bidang Administrasi Pendidikan

DISUSUN OLEH :

NAMA : H. RACHMAT SADIKIN

NIM : 989556

4fe

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

Wn-otsf*

Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab. M.A.

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Moch. Idochi Anwar, M.Pd.

Program Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

(3)

Disetujui dandisahkan

Ketua Program StudyAdministrasi Pendidik

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan latarbelakang bahwa adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diseluruh muka bumi ini sangat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan umat manusia. Hal ini akan dirasakan pula dampaknya terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu perlu ada upaya pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan

sikap bangsa Indonesia agar bisa mengimbangi atau menghindari dampak negatif

dari kemajuan IPTEK tersebut. Hal ini semua merupakan tugas pemerintah dalam

pengertian tugas Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakannya yaitu

melalui lembaga pendidikan persekolahan maupun jalur luar sekolah.

Permasalahan yang nampak dan merupakan fokus dalam penelitian ini ialah tentang seberapa jauh kemampuan manajerial pembiayaan pendidikan oleh sekolah dengan dicabutnya biaya yang bersumber dari SPP/DPP. lsi dari

permasalahan adalah menyangkut :

1. Penentuan proporsi penerimaan biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber

biaya diluar SPP/DPP;

2. Pelaksanaan akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan biaya pendidikan; 3. Keadaan kinerja sistem pendidikan dengan memperhatikan biaya yang ada.

Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri se Jawa Barat dengan

mengambil sample SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung, serta dalam

pelaksanaannya penulis gunakan metoda kualitatif. Ternyata penelitian tersebut

memperoleh temuan-temuan :

a. Dengan pencabutan SPP/DPP menjadikan sumber biaya pendidikan kurang

dan jumlah penerimaan dana pendidikan menjadi kurang;

b. Adanya peningkatan kebutuhan biaya akibat kenaikan hargayang disebabkan

krisis ekonomi dan sebagainya.

Dari hasil penelitian penulis simpulkan berbagai hal sebagai berikut:

1. Adanya kekuatan yang memungkinkan dapat mencari dana pendidikan dari

sumber lain yaitu dengan mantapnya penyusunan RAPBS;

2. Kelemahannya, sekolah selalu mengandalkan biaya pendidikan yang bersumber dari pemerintah yaitu berupa anggaran rutin yang dituangkan

dalam DIK;

3. Peluang untuk memperoleh penerimaan dana dari sumber lain yaitu adanya

potensi masyarakat/orang tua murid yang tinggi karena mereka sangat antusias

menyekolahkan anaknya dan menyadari akan keberadaan SMK di daerahnya

tersebut;

(5)

Dengan memperhatikan beberapa butir temuan penelitian yang dilakukan

di SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung dapat peneliti simpulkan beberapa

saran untuk mengatasi masalah tersebut adalah :

1. Adanya kreatifitas sekolah untuk mencari sumber biaya pendidikan selain dari

pemerintah;

2. Adakan penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan yang perlu

ditunjang dana agar dapat meningkatkan mutu;

(6)

DAFTAR IS I

Halainan

PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

BAB I PENDAHULUAN

i

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 8

C. Urgensi Masalah Penelitian 14

D. Rumusan Masalah 15

E. Tujuan Penelitian 16

F. Kegunaan Penelitian 18

G. Paradigma Penelitian

19

BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN DALAM PEMBIAYAAN

PENDIDIKAN DI SEKOLAH 22

A. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan 22

B. Pemberdayaan Dalm Administrasi Pendidikan Serta Peran

Orang Tua Murid Dalam Penyelenggaraan Pendidikan

26

C. Konsep Dasar Biaya Pendidikan 44

D. Kinerja Sekolah 49

E. Telaahan Hasil Penelitian Terdahulu 53

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 56

A. Metode Penelitian 56

B. Data Subjek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

56

C. Validasi Data 58

(7)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 60

A. Deskripsi Umum SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung

60

1. Perkembangan Sekolah 60

2. Struktur Organisasi dan Jumlah Personil Pengelola

SMKN 2 Baleendah 61

3. Kegiatan Sekolah 62

4. Perkembangan Biaya Pendidikan 63

B. Analisis Data 66

Teknik Analisis Data 69

C. Hasil Analisis Data 72

1. Kategori Sumber dan Biaya (Proporsi Anggaran)

72

2. Strategi Penganggaran Biaya dan Akuntabilitasnya

74

3. Faktor-faktor Biaya Bersumber dari Orang Tua Siswa

79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 84

A. Kesimpulan 84

B. Implikasi 88

C. Rekomendasi 89

DAFTAR PUSTAKA 91

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Anggaran Rutin (DIK) SMK Jawa Barat 10

2. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

(RAPBS) Tahun 1997/1998 12

3. Penerimaan Biaya Pendidikan Setelah Pencabutan SPP/DPP 13 4. Persentase Biaya Sektor Pendidikan dari GNP 29 5. Persentase Biaya Sektor Pendidikan dari APBN 30 6. Nilai Balik Terhadap Pendidikan dan Modal Fisik Pekerja 42

7. Perkembangan Jumlah Siswa 60

8. Jumlah Personil SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung 62 9. Sumber Biaya Pendidikan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung

Sejak Tahun 1996/1997 sampai dengan 2000/2001 64 10.Sumber Biay Pendidikan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung 73 1l.Rencana Penggunaan Biaya Pendidikan SMKN 2 Baleendah 78

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses Penyelenggaraan Pendidikan 20

2. Prosedur Penganggaran dan Pertanggungjawaban 21

3. Sistem Administrasi Pendidikan 25

4. Posisi Biaya Pendidikan 46

5. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan 61

6. Biaya Pendidikan untuk KBM 65

7. Proses Penyusunan RAPBS menjadi APBS 80

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK)

dewasa

ini

berpengaruh kepada seluruh sendi kehidupan umat manusia di seluruh dunia,

termasuk Indonesia, baik yang tinggal dipinggiran maupun di perkotaan.

Untuk mengimbangi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tersebut

perlu adanya upaya konkrit dari pemerintah yaitu meningkatkan pengetahuan,

kemampuan, keterampilan dan sikap mandiri masyarakat Indonesia, atau dengan

kata lain diperlukan adanya upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Indonesia. Hal ini perlu dipahami karena tidak menutup kemungkinan jika

kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, globalisasi serta perdagangan bebas

berpengaruh serta mengakibatkan hal yang negatif kepada seluruh sendi

kehidupan masyarakat Indonesia,

maka akan memporak porandakan bangsa

Indonesia. Karena itu kemungkinan besar bangsa Indonesia hanya akan menjadi

objek, tempat pemasaran atau jadi buruh murah bagi bangsa lain yang sudah lebih

dulu menguasai IPTEK.

Oleh karena itulah maka pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan

Nasional

bertanggungjawab

untuk terus menerus

berupaya melaksanakan

peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui program pendidikan

(11)

Penyelenggaraan proses pendidikan ini mengacu pada ketentuan atau

aturan yang berlaku, sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang No. 2/89

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional merupakan

gambaran yang terdiri dari unsur kekuatan dan kelemahan dari budaya bangsa

Indonesia yang antara lain terdiri nilai-nilai (Value), adat kebiasaan, tingkah laku,

sosial politik yang kesemuanya itu akan mempengaruhi corak dan bentuk

kehidupan masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kemajuan,

perkembangan dan meningkatnya taraf hidup dan kehidupan masyarakat yang

lebih dinamis tidak lepas dari peran dan pengaruh pendidikan. Untuk itulah "

Pendidikan hams dilihat sebagai salah satu kekuatan sosial yang ikut memberi

bentuk, corak dan acak pada kehidupan masyarakat masa depan" (Tilaar, 1991 : 3).

Upaya pemerintah (Depdiknas) dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia untuk mengimbangi kemajuan IPTEK dan globalisasi

dewasa ini, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah telah dimmuskan

dalam empat kebijakan atau strategi yang terdiri dari :

a.

Perluasan kesempatan belajar;

b.

Relevansi pendidikan;

c.

Peningkatan mutu pendidikan;

d. Efektifitas dan efisiensi, serta melestarikan dan mengembangkan kebudayaan

nasional ( Butir-butir Rapat Kerja Nasional Depdikbud).

Langkah nyata yang telah ditempuh pemerintah untuk melaksanakan

kebijakan tersebut adalah :

a.

Pembangunan SD Inpres, Unit Gedung Bam (UGB) SLTP, SMU dan SMK,

penambahan mang kelas bam, mang laboratorium, mang perpustakaan

(12)

b.

Mencukupi buku pelajaran pada semua jenjang dan jenis sekolah melalui

proyek pengadaan buku dengan perbandingan 1 buku untuk 1 murid.

c. Meningkatkan mutu tenaga gum melalui penataran, seminar, MGMP, MGBS, studi lanjutan dan Iain-lain.

d. Melaksanakan pelatihan, praktek kerja bagi siswa (PSG) di dunia usaha/dunia

industri khususnya bagi siswa SMK.

e. Pemanfaatan sarana/prasarana yang ada di sekolah seoptimal, seefektif dan

seefisien mungkin.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia oleh pemerintah tersebut tidak

hanya melalui jalur pendidikan sekolah saja, tetapi juga melalui jalur pendidikan

luar sekolah. Hal ini sejalan dengan isi UU No. 2/89 yang menyatakan bahwa

"Pendidikan diselenggarakan melalui dua jalur yaitu : pendidikan sekolah dan

pendidikan

luar

sekolah".

Penyelenggaraannya diatur

menumt

ketentuan

tersendiri, artinya bahwa teknis pendidikan jalur sekolah tingkat dasar dan

menengah diatur oleh Ditjen Dikdasmen, sedangkan pendidikan jalur luar sekolah

diatur melalui ketentuan Direktorat Jenderal Dikluspora.

Pendidikan jalur sekolah merupakan atau subsistem dari sistem Pendidikan

Nasional yang dalam pelaksanaannya mengikuti tahapan, jenis dan lama waktu

(13)

dan sikap setara lulusan SLTP. Oleh karena itulah maka Undang-undang No 2/89

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan mempakan

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya yang mencakup keimanan, ketaqwaan, budi pekerti, pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian

yang mantap dan

mandiri, rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan".

Menyimak isi tujuan Pendidikan Nasional tersebut maka pada dasarnya

manusia adalah makhluk yang mempunyai kesempurnaan fisik maupun mental

dengan ditandai berbagai aspek. Sebagaimana dikemukakan di atas, manusia

sebagai makhluk individu maupun anggota masyarakat perlu berbuat sesuatu yaitu

berupa karya, karsa dan mengabdikan dirinya demi kepentingan serta

kemaslahatan bangsa dan negara, setidak-tidaknya bagi masyarakat yang berada

disekitarnya. Manusia sebagai anggota masyarakat hams mampu beradaptasi

dengan lingkungannya karena ia tidak terpisahkan dari bagiannya.

Manusia perlu berkembang dan mengembangkan diri untuk mengimbangi

keadaan sekitarnya, yang ditandai dengan pertumbuhan fisik secara wajar serta

perkembangan mental yang baik. Ini semua tergantung proses pendidikan,

sehingga

peran pendidik sangat menentukan

sekali

dalam

membentuk

karakteristik dan perkembangan anak didik.

Sekolah mempakan lembaga formal, mempunyai tugas dan fungsi

(14)

Dalam hal ini para gum hams memahami betul apa tugas dan fungsinya serta

menyadari tujuan pendidikan yang telah digariskan sebagaimana dituangkan

dalam UU No. 2/89. Apalagi dalam jenjang Pendidikan Dasar karena akan

menentukan sekali atau mempakan pondasi untuk perkembangan anak selanjutnya

baik pada waktu mengikuti pendidikan lanjutan ataupun menempuh kehidupan di

masyarakat.

Dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan pengamh globalisasi, pendidikan

melalui Sekolah Menengah Kejuman nampaknya hams lebih diutamakan karena

sangat strategis sekali, dimana lembaga ini diharapkan dapat menghasilkan

lulusan sebagai tenaga menengah. Tetapi tenaga yang dihasilkan SMK tersebut

hendaknya betul-betul mempunyai mutu yang baik sehingga akan mampu

menjawab tantangan kemajuan IPTEK.

Pendidikan yang dilaksanakan pada jenjang dan jenis Sekolah Menengah

Kejuruan adalah mempakan bagian dari pendidikan menengah yang dalam UU

No. 2/89 dikemukakan bahwa tujuannya adalah :

1.

Mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangkan sikap profesional;

2.

Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, maupun berkompetensi dan

mampu mengembangkan diri untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik;

3.

Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia

usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang;

4.

Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, siap

berkembang dan beradaptasi (adaptif) serta kreatif, (Kurikulum Sekolah

(15)

Tujuan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Kejuman tersebut

sangat sesuai dengan era masa kini, tetapi jangan lupa bahwa dalam pendidikan

tersebut fungsi sekolah bukan hanya mengalihkan ilmu pengetahuan kepada

murid, tetapi juga akan menentukan sifat dan sikap anak didik sebagai seorang

makhluk individu maupun makhluk sosial yang beriman dan bertaqwa. Karenanya

hal tersebut akan mewarnai produk atau hasil proses pendidikan di sekolah kepada

semua lulusannya.

Agar proses pendidikan melalui jalur sekolah itu bisa berjalan baik guna

tercapainya tujuan yang telah digariskan, maka perlu didukung oleh berbagai

faktor

yang berkaitan dengan proses pendidikan tersebut

antara

lain

:

sarana/prasarana, tenaga dan biaya yang cukup menentukan, karena semua faktor

lain pada dasarnya akan terkait dan tergantung pada kesediaan biaya/dana. Oleh

sebab itulah maka "Setiap kegiatan pendidikan memerlukan biaya" ( Moch.

Idochi Anwar, 1990 : 50).
(16)

modern dikemukakan bahwa ada 3 ciri yang tidak boleh dilupakan dalam

pengelolaan suatu lembaga, yaitu adanya perencanaan yang akurat, pelaksanaan

yang tepat dan pengawasan yang ketat. Perencanaan sangat erat kaitannya dengan

penyiapan biaya untuk memenuhi serta terlaksananya program kerja, sebagaimana

dikemukakan oleh Edgard L Morphet (1975) "Bahwa perencanaan dan dana akan

menjadi instmmen utama dalam pencapaian tujuan, ini tergantung pada

kemampuan menggunakan kedua komponen tersebut secara kreatif dan efektif'.

Tetapi perlu diingat bahwa setiap unsur penunjang yang ada dalam proses

pendidikan saling berkait sesamanya, supaya unsur itu berfungsi sebagaimana

mestinya.

Keterpaduan,

kebersamaan

dan

rasa

tanggungjawab

bersama

mempakan suatu sarana yang baik untuk mencapai sasaran kegiatan kerja sekolah.

Rencana anggaran yang biasa digunakan di sekolah adalah dengan sistem

penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) setiap

tahunnya. Hasil penyusunan RAPBS dapat menentukan jumlah biaya yang

diperlukan, sumber biaya, perkiraan besar biaya yang diperoleh, rincian

penggunaan

biaya sampai

pada cara pertanggungjawaban,

evaluasi

dan

pengadministrasiannya. Karena itulah maka pengelolaan keuangan pendidikan

hendaknya dilaksanakan oleh tenaga profesional yang memahami ketentuan serta

cara-cara pengelolaan keuangan negara, supaya biaya sebagai salah satu faktor

(17)

B. Identifikasi Masalah.

1) Dalam UU No. 2/89 dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional

yaitu " untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan, maka

untuk mewujudkannya hams melalui proses pendidikan yang baik".

Apabila dikaitkan dengan butir kebijakan Departemen Pendidikan yaitu

meningkatkan mutu pendidikan, nampaknya hal tersebut mempakan bagian

yang tidak terpisahkan daripada tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana

dikemukakan di atas. Apalagi dengan kemajuan IPTEK dan era globalisasi

dewasa ini, diharapkan Iulusan sekolah menengah khususnya SMK hams

benar-benar berkualitas. Hal ini dimaksudkan karena Iulusan SMK mempakan

produk penyiapan tenaga kerja kelas menengah yang diharapkan mampu

mengimbangi pengaruh perkembangan IPTEK dan globalisasi tersebut.

Para Iulusan yang berkualitas mempakan SDM yang diharapkan mampu

bersaing dengan tenaga kerja lain pada dunia usaha atau dunia industri.

Tetapi kenyataannya dewasa ini untuk mendapatkan atau menghasilkan

Iulusan belum efektif, kurangnya dukungan atas penyelenggaraan dan

pemeliharaan fasilitas dan sarana pendidikan SMK sebagai SDM yang

(18)

bahwa hasil evaluasi pelaksanaan pendidikan yang dilaporkan dalam (Buku II

Repelita ke V : 1989) antara lain bahwa " Mutu pendidikan masih rendah,

gum yang kurang profesional, manajemen sekolah yang belum efektif,

kurangnya

penyelenggaraan

dalam

pemeliharaan

fasilitas

dan

sarana

pendidikan".

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kekurangmampuan melaksanakan

manajemen sekolah mempakan salah satu faktor yang dominan, bisa

menggagalkan peningkatan kualitas Iulusan sebagai SDM.

2) Biaya penyelenggaraan pendidikan sampai saat ini masih mengandalkan

sumber utamanya dari Pemerintah yaitu melalui RAPBN ( Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara) berbentuk anggaran mtin yang dituangkan

dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan). Jumlah biaya pendidikan yang disediakan

pemerintah memang belum memenuhi kebutuhan ideal yang diharapkan

bahkan jumlahnya masih sangat kecil. Padahal untuk kelancaran proses

pendidikan yang baik memerlukan dukungan biaya yang cukup besar agar

dapat menghasilkan Iulusan yang bermutu sebagaimana diharapkan. Hal itu

sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa "Pendidikan yang

bermutu membutuhkan biaya besar" (Tilaar, 1991 : 52).

Sebagai gambaran nyata tentang kecilnya biaya pendidikan yang

(19)

Tabel I.

Anggaran Rutin (DIK) SMK Jawa Barat (dalam ribuan)

10

No. Tahun

Jumlah biaya Per Kegiatan

Jumlah Ket

Belanja Belanja Belanja

Anggaran Pegawai Barang Pemeliharaan

1. 1999/2000 32.127.330 6.238.197 325.446 38.780.967

2. 1998/1999 22.997.444 6.512.388 425.440 29.935.272

3. 1997/1998 22.787.883 6.267.188 637.339 29.692.410

4. 1996/1997 21.019.790 4.260.881 562.600 25.843.271

Biaya yang disediakan pemerintah untuk penyelenggaraan pendidikan di SMK

tersebut ternyata besarnya dari tiap tahun anggaran hampir sama walaupun ada

kenaikan jumlahnya relatif kecil. Bahkan kalau dilihat komposisi alokasi dana

perkegiatan menunjukkan bahwa alokasi paling besar ialah untuk belanja

pegawai (Gaji, tunjangan dan lembur), sedangkan untuk belanja barang sangat

kecil kurang lebih 16% sampai dengan 20 %dan belanja pemeliharaan lebih

kecil lagi berkisar kurang lebih 2 %).

Untuk menanggulangi kekurangan biaya pendidikan yang jumlahnya cukup

besar itu, pemerintah berupaya mencari sumber lain yang memungkinkan

antara lain dari masyarakat dan orang tua murid. Undang-undang No. 2/89

pasal 25 ayat 1 menyatakan bahwa "Pada dasarnya pendidikan mempakan

tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, pemerintah, yang

berlaku juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan".

Menyimak pernyataan tersebut maka jelaslah bahwa penyelenggaraan

(20)

pembinaan, pengawasan, suri tauladan, perbuatan, perkataan, perilaku

termasuk pembiayaannya. Tujuannya tidak lain supaya proses pendidikan di

sekolah yang bertanggungjawab adalah pihak sekolah termasuk gum, di

mmah adalah tanggungjawab orang tua dan di lingkungan adalah

tanggungjawab masyarakat, sehingga anak didik jangan sampai kena pengaruh

yang negatif

Sumber biaya yang berasal dari orang tua murid sebagai bentuk

partisipasi mereka dalam membiayai pendidikan adalah bempa iuran SPP/DPP

berdasarkan SK bersama Mendikbud RI No. 0681/K/1989 dan Menteri

Keuangan RI No. 1191/KMK.03/1989 tanggal 23 Oktober 1989, dan iuran BP

3 berdasarkan SK Mendikbud No. 0293/U/1993 tanggal 5September 1993.

Dengan adanya sumber biaya pendidikan dari masyarakat/orang tua murid

bempa iuran SPP/DPP dan iuran BP3 nampaknya cukup membantu sekolah

dalam menanggulangi kebutuhan biaya. Lebih jelasnya, penulis mencoba

memfokuskan penelitian pada salah satu sekolah yaitu SMK Negeri 2

Baleendah Kab. Bandung, yang menggambarkan tentang pembiayaan baik

jumlah, sumber maupun penggunaan sampai pertanggungjawabannya. Untuk

jelasnya gambaran pembiayaan pada SMK tersebut dapat dilihat pada tabel 2,

dimana dalam tabel itu mencerminkan kepada kita bahwa pembiayaan

pendidikan mempakan tanggungjawab bersama pula antara pemerintah, orang

tua dan masyarakat. Sebagai buktinya bahwa sumber biaya pendidikan yang

tertuang dalam tabel 2 ini, adalah berasal dari pemerintah bempa DIK dan

(21)

Tabel 2

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

Tahun 1997/1998

12

No Sumber Biaya Jumlah %

Keterangan

1.

Biaya Rutin (DIK)

364.170.000 79,44

*) Biaya Pem 2.

Biaya Pembangunan (OPF)*

16.650.000 3,63 bangunan (OPF) Iuran SPP/DPP 10.068.000 2,20 tidak tiap tahun

4. Iuran BP3 67.484.000 14,73

Jumlah 458.372.000 100

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sumber biaya dari masyarakat/orang

tua murid bempa iuran SPP/DPP dan BP3 cukup besar konstribusinya dalam

membiayai pendidikan di SMKN 2Baleendah Kab. Bandung itu yaitu kurang

lebih 16,93% dari jumlah keselumhan biaya yang diterima.

3) Tetapi pada tahun 1997 di Indonesia suatu musibah yang tidak terduga dan

tidak diharapkan yaitu adanya resesi ekonomi dan keuangan menimpa

masyarakat Indonesia. Akibatnya dirasakan oleh masyarakat banyak bempa

masalah sosial yaitu banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) temtama

bagi kelas ekonomi menengah ke bawah, dikarenakan banyaknya pabrik dan

pemsahaan tempat mereka kerja mengalamai kebangkmtan. Dampak yang

lebih parah lagi adalah mereka yang kena PHK berada dalam golongan

ekonomi lemah sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan perekonomian,

(22)

13

Pemerintah merasa khawatir akan terjadinya peningkatan angka putus

sekolah bagi anak usia sekolah termasuk murid SMK. Maka upaya yang

dilakukan pemerintah untuk membendung banyaknya anak putus sekolah

akibat beratnya biaya pendidikan, akhirnya diambil kebijakan bempa

pencabutan SKB Mendikbud dan Menkeu tentang peraturan SPP/DPP dengan

diterbitkannya SKB No. 183/K/1998 dan No. 352/KMK/03/1998 tanggal 2

Juh 1998. Ketentuan itu berlaku mulai tahun anggaran 1997/1998 sehin<™*a

selumh orang tua murid yang mempunyai anak masih sekolah di tingkat

SLTP/SLTA dibebaskan dari kewajiban membayar iuran SPP/DPP.

Dengan dicabutnya kewajiban membayar iuran SPP/DPP maka sumber

biaya pendidikan menjadi berkurang, sehingga jumlah penerimaan biaya

pendidikan pun berkurang pula. Kenyataan ini dapat dilihat pada SMKN 2

Baleendah Kab. Bandung sebagaimana dituangkan dalam tabel 3.

Tabel 3

Penerimaan Biaya Pendidikan Setelah Pencabutan SPP/DPP

No Sumber Biaya Jumlah Ket.

1.

2.

->

4.

Biaya Rutin

Biaya Pembangunan (OPF)

SPP/DPP

BP3

364.170.000 16.650.000

67.484.000

SPP/DPP

dihapus

Jumlah 448.304.000

(23)

14

Tabel di atas menunjukkan bahwa di SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung

jumlah penerimaan biaya pendidikan menjadi tumn karena iuran SPP/DPP

dicabut senilai Rp. 10.068.000 (2,20%), yang sebenarnya biaya tersebut sangat

membantu dalam operasional sekolah.

Dari hasil analisis terhadap berbagai faktor di atas, membuktikan bahwa

pengelolaan biaya pendidikan di SMK Jawa Barat masih mengalami masalah

yang mempakan kendala dalam pelaksanaan rencana kerja tahunannya. Salah

satu kendala yang sangat dirasakan yaitu belum bisa disusunnya program kerja

dan rancangan anggaran pendidikan yang akurat karena terbatasnya serta tidak

tetapnya sumber biaya.

C. Urgensi Masalah Penelitian

Proses pendidikan di sekolah melibatkan berbagai komponen, diantaranya:

(1) Komponen kegiatan pendidikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pendidikan; (2) Sumberdaya yang mencakup seperangkat prasarana dan

sarana yang dibutuhkan oleh proses pendidikan; dan (3) Faktor lingkungan sosial,

politik, ekonomi, dan sebagainya. Keseluruhan komponen tersebut saling

berinteraksi mengembangkan sistem dan tatanan bagi ketercapaian tujuan-tujuan

pendidikan di sekolah.

Berfungsinya komponen-komponen proses pendidikan dalam mencapai

tujuan-tujuan pendidikan sangat bergantung kepada kemampuan pembiayaan. Oleh

karena itu, aspek pembiayaan sering dipandang sebagai komponen dalam setiap

perencanaan pendidikan, bahkan menurut Gaffar (1987) mempakan petunjuk

*rt

(24)

15

bagi

kelayakan rancangan.

Sementara itu,

kebijakan pemerintah

dalam

penganggaran pendidikan masih mencerminkan pandangan bahwa pendidikan

btikan mempakan prioritas investasi, sebagaimana terbukti dari kecilnya proporsi

anggaran pendidikan dalam APBN dari tahun ke tahun.

Keterbatasan dana pendidikan, akan bisa menimbulkan masalah di

bidang pendidikan, misalnya mutu pendidikan menjadi rendah dan output

pendidikan

tidak

relevan

dengan

lapangan

pekerjaan

sehingga

timbul

penganggaran temtama Iulusan Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pada

tingkat pelaksanaan proses pendidikan, keterbatasan dana dapat menimbulkan

masalah-masalah : (1) Keterbatasan jumlah tenaga pengajar yang mengakibatkan

terbatasnya alternatif program dan pilihan program yang dapat ditawarkan; dan

(2) keterbatasan dalam penggantian sarana dan prasarana pendidikan yang penting

untuk dapat menunjang kurikulum.

D. Rumusan Masalah.

Memperhatikan latar belakang masalah dan hasil analisis permasalahan

yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada

penganggaran sekolah serta upaya memberdayakan orang tua murid dalam

berpartisipasi membiayai sekolah pada SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung.

Pokok masalah yang ingin dikaji melalui penelitian ini, penulis mmuskan

dalam pertanyaan : Seberapa jauh kemampuan manajerial pembiayaan pendidikan

oleh sekolah sehubungan dengan dicabutnya biaya bersumber dari SPP/DPP 9

Spesifikasi atas pokok masalah penelitian ini diuraikan dalam serangkaian

(25)

1. Bagaimana proporsi penerimaan biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber

di luar SPP/DPP ?

2. Bagaimanakah akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan pembiayaan pendidikan

oleh sekolah ?

3. Bagaimanakah kondisi kinerja sistem pendidikan di sekolah sehubungan

dengan pembiayaan pendidikan yang tersedia ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ditujukan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai

kemampuan sekolah dalam

meningkatkan peranserta masyarakat dalam

membiayai pendidikan setelah diberlakukannya kebijakan pencabutan SPP/DPP.

Selain itu, dimaksudkan pula untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi

akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan biaya pendidikan, serta pengamh langsung

pencabutan SPP/DPP terhadap kinerja sistem pendidikan di sekolah.

Dalam hubungan itu, kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di

sekolah menjadi penting untuk dibina. Zamroni (2000) memandang kepedulian

masyarakat itu sebagai salah satu aspek dari dimensi kontekstual dalam reformasi

pendidikan. Matriks reformasi pendidikan pada dimensi kontekstual yang

dikedepankan Zamroni, merinci : (1) Kondisi Sekolah (masa kini) terpisah dari

masyarakatnya, dukungan masyarakat rendah; (2) Esensi reformasi untuk ini

adalah mengembangkan iklim hubungan sekolah dan masyarakat yang kuat

sehingga sekolah memiliki basis dan menyatu dengan masyarakat sekitar; (3)

Faktor penghambatnya antara lain, masih besarnya rasa ketidak percayaan

masyarakat mengenai penggunaan fasilitas sekolah, dan masyarakat tidak melihat

(26)

17

adalah memberikan kesempatan partisipatif yang seluas-luasnya kepada orang tua

siswa dan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka.

Dari segi ketersediaan dana pendidikan, peningkatan mutu pendidikan

mengandung arti peningkatan dan pendayagunaan biaya pendidikan yang

diarahkan kepada keseluruhan komponen proses pendidikan, terutama komponen

yang mendukung langsung atas perbaikan mutu hasil pendidikan. Sekolah yang

pendanaannya sangat bergantung kepada sumber-sumber dan dalam jumlah yang

terbatas, akan mengalami kendala dalam ikhtiar meningkatkan mutu proses dan

mutu hasil pendidikannya. Selain itu, sekolah pun hams dapat menyiasati

pendayagunaan pembiayaan pendidikan sehubungan dengan diberlakukannya

kebijakan penghapusan SPP/DPP.

Dalam kondisi demikian, peningkatan partisipasi masyarakat (orang tua

siswa) dalam pemberdayaan pembiayaan pendidikan melalui BP3 dirasakan

penting eksistensi dan peranannya. Masalah yang cukup penting untuk ditelaah

melalui penelitian ini ialah kemampuan sekolah dalam meningkatkan peran serta

masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan.

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah :

1) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan proporsi penerimaan

biaya pendidikan berdasarkan sumber-sumber penerimaan diluar SPP/DPP;

2) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan akuntabilitas dan efisiensi

pengeiolaan pembiayaan pendidikan oleh sekolah;

3) Untuk mendapatkan gambaran dan mendeskripsikan kondisi kinerja sistem

pendidikan disekolah sehubungan dengan pembiayaan pendidikan yang

(27)

F. Kegunaan Penelitian

Secara garis besarnya bahwa penelitian ini mempunyai makna atau

kegunaan secara teoritis dan praktis.

a. Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menilai atau menguji kebenaran dari teori,

aturan atau ketentuan yang berkaitan dengan rencana dan program kerja

sekolah, khususnya menyangkut rancangan biaya pendidikan. Ketentuan yang

dimaksudkan adalah menyangkut sistem pengelolaan keuangan negara, sumber

biaya, pengalokasian, penggunaan sampai pertanggungjawaban.

b. Kegunaan Secara Praktis

Hasil penelitian diharapkan ada manfaat, guna serta konstribusinya bagi :

1) Pemerintah

sebagai

masukan

untuk

penyempurnaan

peraturan

yang

menyangkut pengelolaan keuangan;

2) Sekolah, mempakan masukan dan bantuan bagi para Kepala Sekolah, agar

mereka dapat melaksanakan manajemen sekolah dengan baik sesuai perannya

sebagai manajer, administrator maupun supervisor;

3) Bagi orang tua murid, diharapkan agar jadi masukan supaya mereka menyadari

akan tugas dan fungsinya

dalam

membantu

melaksanakan

kegiatan

penyelenggaraan pendidikan sesuai isi UU No. 2/89;
(28)

19

G. Paradigma Penelitian

Undang-undang Dasar

1945

maupun

Undang-undang

no.

2/89

menggariskan bahwa penyelenggaraan pendidikan mempakan tanggungjawab

bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ini artinya bahwa

pendidikan tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah saja, akan tetapi

hams dilaksanakan secara bersama-sama baik menyangkut pengadaan

sarana/prasarana unsur penunjang maupun perhatian terhadap anak didik selama

di sekolah maupun di luar sekolah. Karena itu maka pendidikan memerlukan

kerjasama yang baik, antara orang tua, masyarakat dan pemerintah, supaya bisa

menghasilkan atau mencapai tujuan yang telah digariskan.

Oleh sebab itu maka salah satu faktor yang sangat menentukan dari

kelancaran proses pendidikan adalah tersedianya biaya yang memadai baik

berasal dari pemerintah, orang tua, maupun masyarakat serta sumber lainnya.

Khusus pada SMK masalah biaya pendidikan dewasa ini sangat memprihatinkan

karena ada sumber biaya yang dicabut oleh pemerintah akibat adanya resesi

ekonomi sumber biaya yang dimaksudkan berasal dari orang tua murid bempa

iuran SPP/DPP.

Berkaitan dengan itu sekolah hams berupaya mencari jalan pemecahannya

bempa peningkatan pemberdayaan orang tua murid dalam ikut membiayai

pendidikan. Lebih jelasnya hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema

(29)

Gambar 1

Proses Penyelenggaraan Pendidikan

20

INPUT

fe I'ROSES OUTPUT

(Murid ) w

( PBM ) P

(Lulusan)

i k

Pcnunjang

1. Sarana/ 2. Tenaga 3. Biava 4.Kurikulum Prasarana (SDM) a. Orang tua

-SPPDPP -BP3 h. Masyarakat

- Pajak

-Hihah c. Pemerintah

- Rutin - Pemhangunan

Khusus mengenai faktor biaya pendidikan sebelum pencabutan SPP/DPP

jumlah biaya pendidikan SMK Negeri 2 Baleendah Kab. Bandung yang diterima

dari sumber tersebut ± Rp. 458. 372.000,00;

(lihat tabel 2).

Tetapi

setelah

pencabutan

SPP/DPP maka jumlah penerimaan biaya pendidikan hanya

± Rp. 448.304.000,00; (lihat tabel 3).

Perkiraan penerimaan dana yang berasal dari pemerintah bempa anggaran

mtin proyek maupun yang bersumber dari orang tua/masyarakat bempa SPP/DPP

dan BP3 dituangkan dalam suatu rencana tahunan penerimaan anggaran sekolah

melalui sistem RAPBS ( Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah).

Untuk lebih jelasnya prosedur penganggaran, pelaksanaan sampai kegiatan

pertanggungjawabannya (akuntabilitasnya) dapat dituangkan dalam gambar 2

(30)

Gambar 2

Penerimaan \ 1

SPP/DPP, ar j I—> RAPBS Sekolah + BP3

Sekolah /akun\ tabili

vtasy

r

^6 Pelaksanaan APBS ^ Rapat i BP \nggota j [Kinerja ISekolal *£-Kandep Kanin Diknas 21 Bupati/ Walikota 10

J

11 12 Kanwil Depdiknas

Dari gambar tersebut terlihat adanya ams biaya dari sumber-sumbernya dan

bagaimana dipertanggungjawabkan oleh sekolah (akuntabilitasnya) dan

bagaimana pula kinerja sekolah dengan anggaran yang telah mendapat

persetujuan. Posisi penelitian ada pada proporsi prioritas biaya dalam sumber

SPP/DPP dan bagaimana akuntabilitas dan kinerja sekolah dengan penggunaan

(31)
(32)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan karakteristik masalah dan tujuannya, penelitian ini

menggunakan

metode

deskriptif-analitik

dengan

pendekatan

kualitatif

Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : (a) sumber data langsung

dalam situasi yang wajar; (b) bersifat deskriptif; (c) mengutamakan proses

daripada produk atau hasil; (d) analisis data secara deskriptif; dan (e)

mengutamakan makna (Bogdan & Biklen, 1982). Situasi yang wajar atau natural

setting memjuk kepada proses dan aktivitas pengumpulan informasi melalui

observasi

langsung

oleh

peneliti

terhadap

situasi

dan

manusia

yang

diobservasinya.

B. Data, Subjek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan analisis dalam

penelitian ini meliputi aspek-aspek perencanaan penggalian dana dari masyarakat,

pola pengaturan pembiayaan pendidikan, mekanisme pendayagunaan pembiayaan

pendidikan dan pertanggungjawaban pendayagunaan keuangan oleh sekolah

kepada stakeholders.

Subjek penelitian adalah manusia yang dapat memberikan informasi

mengenai aspek-aspek tersebut. Subjek penelitian yang dimaksud dipilih dan

ditentukan secara purposif, yang menyebar di tingkat pemimpin sekolah,

pelaksana proses belajar mengajar dan unsur-unsur pelayanan non edukatif di

(33)

57

sekolah. Data dikumpulkan melalui teknik-teknik pengamatan, wawancara dan

studi dokumntasi. Pengamatan

Dalam hal ini penulis memilih tipe pengamatan terbuka, dengan mana

kehadiran penulis diketahui secara terbuka oleh subjek, dan mereka pun secara

sukarela memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengamati peristiwa

yang terjadi dan aktivitas yang mereka lakukan.

Wawancara

Penggunaan wawancara dalam pengumpulan data penelitian ini, penulis

tujukan untuk mengkonstmksi aspek-aspek

manusia,

kejadian,

kegiatan,

organisasi, perasaan, kepedulian dan Iain-lain. Untuk memelihara kewajaran

suasana dan proses wawancara, penulis menggunakan tipe wawancara informal

seperti yang disarankan oleh Patton (1980), atau wawancara tak terstmktur

menumt anjuran Lincoln dan Guba (1981).

Wawancara tak terstmktur menumt Lincoln dan Guba dapat digunakan

apabila pewawancara : (1) berhubungan dengan "orang penting"; (2) ingin

menanyakan sesuatu secara lebih mendalam kepada subjek tertentu; (3) tertank

untuk mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari responden; dan (4)

mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu peristiwa atau keadaan tertentu.

Kajian Dokumen dan Kepustakaan

Dalam penelitian ini, pengumpulan data melalui penggunaan teknik kajian

dokumen akan ditekankan pada deskripsi isi dokumen. Kalaupun untuk dokumen

(34)

58

lakukan sebatas penapsiran berdasarkan perspektif penulis sendin dan

dikonfirmasi dengan pendapat responden tertentu. Kajian kepustakaan penulis

lakukan untuk pengayaan konsep, teori dan landasan metodologik penelitian ini.

C. Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif terdapat empat kriteria kesahihan data yang perlu

pengujian, yaitu derajat keterpercayaan, keterahhan, kebergantungan dan

kepastian. Untuk kriteria derajat kepercayaan, disediakan tujuh jenis teknik

pengecekan. Sedangkan kriteria keteralihan, ketergantungan dan kepastian

masing-masing dapat dicek dengan sebuah teknik pengecekan.

Dalam penelitian ini penulis hanya akan mengecek kriteria derajat

kepercayaan, kebergantungan dan kepastian. Untuk mengecek derajat

kepercayaan, akan penulis gunakan teknik triangulasi terhadap sumber dan

member check, Sedangkan kebergantungan dan kepastian, akan diperiksa dengan

teknik audit trail.

Sebagaimana diarahkan oleh Patton (1987), teknik triangulasi terhadap

sumber dapat ditempuh dengan cara-cara : (a) membandingkan data hasil

pengamatan terhadap data hasil wawancara; (b) membandingkan pernyataan

subjek di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (c)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang mengenai situasi penelitian

dengan apa yang mereka katakan sepanjang waktu; (d) membandingkan keadaan

dan perspektif dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dari beragam

latar belakang; dan (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen

(35)

59

Member check penulis lakukan dengan cara meminta pendapat dan

penilaian dari responden yang terlibat dalam proses pengumpulan data, berkenaan

dengan data, kategori analitik, dan kesimpulan penelitian. Sedangkan dalam audit

trail, penulis memperlakukan rekan sejawat sebagai auditor yang memberi balikan

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Kesimpulan berikut ini adalah berdasar akan hasil penelitian, pembahasan,

dan hasil temuan di lapangan. Penelitian dilakukan pada SMKN 2 Baleendah

Kab. Bandung sebagai sample yang tentunya SMKN mengalami hal yang sama.

Pada SMKN kebijakan Pemerintah untuk mencabut dana SPP/DPP

mengakibatkan dana pembiayaan pendidikan berkurang yang berpengamh

terhadap kegiatan Proses Belajar Mengajar, utamanya adalah berkurangnya dana

untuk memenuhi kebutuhan tambahan kesejahteraan Gum dan pengadaan alat

pelajaran yang dengan sendirinya, berakibat mundurnya prestasi belajar siswa.

Tentunya hal ini juga akan sama dirasakan oleh SMKN yang lainnya. Karena itu

penelitian terhadap biaya pendidikan di SMKN setelah ada pencabutan SPP/DPP

oleh pemerintah ini sangat urgen untuk diteliti, yang tentunya akan mendorong

para pengelola SMKN sebagai sekolah kejuman yang memiliki potensi untuk

dapat mengumpulkan dana pendidikan dari hasil produk atau jasa yang mempakan karakteristik khas sekolah kejuman. Sehingga keinginan untuk

menambah mutu dan jumlah produk atau jasa sekolah dari siswa akan

meningkatkan kualitas memiliki nilai jual yang dapat diandalkan.

Berdasarkan hasil penelitian pada sample SMKN 2 Baleendah Kab.

Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dengan pencabutan dana SPP/DPP sebagai kebijakan Pemerintah, SMKN 2

Baleendah Kab. Bandung kehilangan dana sebesar Rp 10.068.000,- sehingga

(38)

85

ada pengurangan jumlah dana dalam memenuhi tambahan kebutuhan

kesejahteraan Gum dan alat pelajaran dan akan berakibat menurunnya prestasi

belajar siswa.

2. Sumber-sumber pembiayaan pendidikan pada SMKN 2 Baleendah Kab.

Bandung dalam dua tahun terakhir mengalami pasang sumt. Sumber-sumber

yang mengalami kenaikan antara lain untuk gaji yaitu dari tahun 1999/2000

sebesar Rp 396.514.000,- menjadi pada tahun 2000/2001 sebesar Rp.

469.845.000,- uang lembur tahun 1999/2000 sebesar Rp 1.839.000,-menjadi

pada tahun 2000/2001 sebesar Rp 5.701.000,-. Demikian halnya juga

pemeliharaan gedung dari Rp 4.631.000,- di tahun 1999/2000 menjadi Rp

15.424.000,- di tahun 2000/2001. Sedangkan semua sektor penerimaan dari

BP3 mengalami kenaikan yang signifikan yang berarti keluarga dan

masyarakat menyadari benar bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan

memerlukan biaya yang besar. Bagi pengelola sekolah kebijakan Pemerintah

untuk mencabut SPP/DPP mendorong kebijakan untuk menggunakan dana

BP3 untuk kepentingan yang sarat dengan peningkatan akademik seperti

dipemntukan untuk laboratorium bahasa dan laboratorium komputer.

3. Ada tiga strategi yang dilakukan SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung dalam

penganggaran yaitu (1) peninjauan ulang kebutuhan-kebutuhan tahun lalu

untuk diketahui kemungkinan penambahan kebutuhan di masa datang, (2)

(39)

86

dengan kondisi tenaga kependidikan. Strategi ini menempatkan posisi dana

BP3 jadi sangat menentukan .

4. Strategi penggalian sumber dana BP3 yang dilakukan oleh SMKN 2

Baleendah Kab. Bandung adalah strategi umum :

(a) Membina keharmonisan hubungan antara sekolah dan orang tua murid

melalui fomm-fomm rapat dan pertemuan antara sekolah dengan orang

tua murid.

(b) Mengembangkan tradisi keterbukaan dan akuntabilitas penggunaan dana

BP3 melalui pelaporan tahunan baik vang disampaikan secara tertulis

maupun lisan dalam forum rapat BP3.

(c) Mengoptimalkan peran BP3 dalam fungsi pengawasan.

Sedangkan strategi khusus :

(a) Penyediaan formulir kesanggupan memberi sumbangan BP3 bagi orang

tua murid dengan standard minimal.

(b) Memberi keleluasaan pada orang tua murid untuk mengangsur

pembayaran BP3 dalam batas waktu tertentu.

(c) Melakukan dialog dengan orang tua murid

5. Dengan dihapuskannya dana SPP/DPP SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung

mengantisipasi masalah ini dengan menarik dana lain yang senilai dana SPP

yaitu dengan :

(a) Menjelaskan secara terbuka kepada orang tua murid tentang berkurangnya dana untuk biaya pendidikan sebagai akibat dihapuskannya

(40)

87

(b) Menginformasikan berbagai kategori kebutuhan yang biasanya dibiayai

SPP/DPP.

(c) Mengambil kesepakatan bersama dengan orang tua murid untuk mencari

jalan terbaik dalam pembayaran uang pengganti SPP.

(d) Memberikan laporan pertanggungjawaban secara transparan melalui BP3

6. Kegiatan Proses Belajar Mengajar pada SMKN 2 Baleendah Kab. Bandung cukup besar memerlukan biaya dari jumlah biaya yang diperlukan, 64,36 %

bersumber dari BP3 sedangkan sumber dari DIK, UYHD dan DBO sebesar

35,64%-nya.

7. Yang menjadi kekuatan dalam pembiayaan sekolah pada SMKN 2 Baleendah

Kab. Bandung adalah penyusunan RAPBS yang disesuaikan dengan

kemampuan yang dimiliki sehingga kinerja sekolah akan tetap baik dalam

pelayanan pendidikan serta memiliki akuntabilitas publik yng tinggi.

Kelemahan yang muncul adalah masih adanya ketergantungan dari

sumber-sumber dana yang dipemntukan tambahan kesejahteraan dan peralatan

sekolah. Disamping itu terdapat peluang yang baik yaitu adanya potensi dana

yang bersumber dari orang tua murid yang sangat anspiratip untuk mendukung

program peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar. Peluang lain untuk mendapatkan dana adalah produk-produk keterampilan siswa yang

(41)

B. Implikasi

Berdasarkan hasil temuan dilapangan maka berikut ini dapat dikemukakan

beberapa implikasi sebagai berikut :

1. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa setelah adanya pencabutan SPP/DPP

yang berlaku bagi semua sekolah lanjut termasuk SMKN 2 Baleendah Kab.

Bandung maka Kepala Sekolah sebagai manajer sekolah bemsaha mencari

sumber dana lain atau mencari bentuk lain yang mempakan sumber dana bagi

sekolah untuk dapat membiayai kegiatan sekolah temtama untuk kegiatan

belajar mengajar dan kesejahteraan tenaga pengajar.

2. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa setelah adanya pencabutan dana

SPP/DPP, jumlah dana yang konkrit menjadi berkurang, maka dilakukan

efisiensi dan efektivitas yang lebih ketat dengan mengurangi beberapa

kegiatan yang dianggap kurang begitu menentukan hasil proses belajar

mengajar.

3. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa kuningnya dana untuk biaya proses

belajar mengajar, maka partisipasi serta keikutsertaan tanggungjawab orang

tua murid terhadap sekolah menjadi lebih meningkat.

4. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa penerimaan sumber dana sekolah

mengalami perang sumt, maka pimpinan sekolah melakukan strategi

penganggaran yang tepat dan terbuka dengan lebih mengikutsertakan peran

(42)

89

5. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa keteriibatan orang tua murid dengan sekolah dimohon dituntut pada tingkat frekwensi yang tinggi, maka sekolah

selalu menjaga kehormatan hubungan dengan orang tua murid.

C. Rekomendasi

Disamping implikasi sebagaimana dikemukakan dimuka, maka berdasarkan kesimpulan yang ada, dapatlah dikemukakan rekomendasi sebagai

berikut :

1. Suatu kenyataan bahwa perjalanan masa yang lampau dengan selalu menggantungkan sumber dana dari pemerintah sekolah tidak menjadimandiri

dan selalu nampak ketergantungannya. maka pimpinan sekolah bersama-sama gum-gum perlu bemsaha mencari peluang, mencari modal untuk pencarian

sumber dana sekolah, yang tentunya sekolah selaginya selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat, lebih-lebih dalam pelaksanaan dengan aturan

daerah.

2. Mendukung rekomendasi pertama pimpinan sekolah perlu meyakinkan kaum

pimpinan daerah setempat bahwa dengan meningkatnya pendidikan di daerah, akan meningkatkan pendapatan dan tingkat hidup masyarakat daerah

setempat.

3. Frekwensi pertemuan dengan orang tua murid perlu ditingkatkan tidak hanya pada akhir catur wulan saja. tetapi juga pada saat yang penting, temtama yang berkenaan dengan Iulusan sekolah. kualitas proses belajar mengajar, agar

(43)

90

4. Unit produksi sekolah ditingkatkan kedudukannya semodel badan usaha

sehingga

perlu

diorganisasi

secara baik,

temtama untuk

pemasaran

(melibatkan orang tua murid) dan mejaga standar kualitas hasil produksi.

5. Mendukung rekomendasi yang keempat yaitu untuk menjaga standard kualitas

perlu mencari gum praktek yang profesional kalau perlu melibatkan para ahli

yang terkenal pada bidangnya untuk menjadi guest lecture, sehingga hasil

produksi para siswa benar-benar dapat dihandalkan kualitasnya.

6. Agar selalu mendapatkan kepercayaan masyarakat akan hasil produksi murid,

tetapi juga sekolah tidak boleh terlalu jauh sebagai kegiatan dunia usaha

(menjadi bembah dari kegiatan pendidik bembah menjadi kegiatan dunia

usaha) perlu dibentuk badan pengawas atau pembimbing yang melibatkan

(44)
(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Idochi (1990). Transpormasi Biaya Pendidikan Dalam Pelayanan

Pendidikan Pada Perguman Tinggi Negeri. Desertasi, FPS IKIP

Bandung.

Biro Perencanaan (2000). Butir-butir Pengarahan Teknis Pada Rakerda Tahun

2000. Jakarta.

Bowman, Mary Jean (1968), Reading in The Economis OfEducations. University

Of Chicago.

Bray, Mark (1966). Decentralization Of Educations Comunnity Einancing the

Word Bank.

Boediono dan Walter W MC Mahon (1993). Isyarai Pasara dan Analisis Pasar

'Tenaga Kerja Suatu Pandangan Bam dalam Presina No. 2 tahun

XXII. Jakarta H P3ES.

Combs, Philips H and Jacques Hallak. (1972). Managing Educational Costs. New

York University Hess London.

Depdikbud. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

(1992) Dasar-dasarManajemen.

(1993). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Workshop Pengelolaan

Terpadu Sumber Daya.

(1997). Anggaran Negara dan Penalaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Sekolah. Jakarta.

Depdikbud, (1993). Ktirikulum Sekolah Menengah Kejuruan, Buku III.

Depdikbud. (1991). Undang-undang no. 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas. (2000). Sambutan Mendiknas Dalam Acara Pembukaan Rakerda

Tahun 2000 di lingkungan Depdiknas. Jakarta.

Djazuli, Achmad. (1993). Pedoman Pengelolaan Administrasi Sekolah.

Depdikbud

Elckonan Cohn (1979). The Economics of Education. Carolina Ballinger

Publishing Company Cambradge.

Engkoswara. (1991). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. P2LPTK. DIKTI

Depdikbud Jakarta.

Gaffar M. Fakry (1987). Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi. Jakarta

LPTK Depdikbud.

(46)

92

Grant, Carl A.(1979). Community Participation in Education. Boston : Allyn and

Bacon Inc.

Harris, Seymor E.(1960). More Resources for Education. Chicago Harper &

B rather.

Hidayat, Syarif dkk.(1995). Petunjuk Praktis Bagi Bendaharawan Dalam pengelolaan Dana APBN. Pusdiklat Keuangan.

Hough, G.R. (1965). A Study of School Costs. NFER Nelson Publishing Company.

John, Rac L, Edgar L. Morphet. (1975). The Economics &- Einancing of

Education. New Jersey : Prentice Hill.

John, Thomas H. (1985). Introduction To School Finance. Macmllan Publeshing Company. New York.

Keputusan Bersama Dirjen Dikdasmen Depdikbud dan Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Depag. Pedoman Penyelenggaraan

Ebtanas Tahun Pelajaran 1999 2000. Jakarta.

Kanwil Depdiknas Prop. Jabar. (2000). Pembinaan Pendidikan dan Kebudayaan

.lahar tentang Kebijakan Gubernur Mengenai DAKABALAREA.

Keputusan Mendikbud no. 0293/U/93 tentang Pembentukan Badan Pemhantu

Penyelenggara Pendidikan.

Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Keuangan Republik Indonesia no. 0732/K/1990 dan no. 1580/KMK.03/1990 Tanggal 11 Desember 1990 tentang Peraturan Pengelolaan SPP dan DPP Sekolah Lanjutan.

No. 183/K/98 dan no. 352/KMK.03/98 tanggal 27 Juli 1998 tentang Pencabutan Keputusan Bersama Mendikbud dan Menkeu RI no.

()732/K'90 tanggal If Desember 1990 tentang Peraturan SPP'DPP.

Ketetapan-ketetapan MPR RI. (1999). Jakarta. Sekretariat Jenderal MPR.

Lincoln, YS, & Quba Eg. (1985) Naturalistic Inguiry, Beverly Hills. Sage

Publication.

Knowler, Asa S (1970). Handbook of College and University Administration. Me

Grow Hill Book Company. San Francisco. London.

Mamun, H. Abin Syamsudin, (1996). Analisis Posisi Pendidikan (Makalah). Jakarta Biro Perencanaan Depdikbud.

Kumar, Ranjit (1993) Writing A Reseach Proposal. Perth : Curtin University of Technology.

Manama, John Mc.(1975). System Analysis For Effective School Administration.

New York : Parker Publishing Company.

(47)

93

Monm, Walter S (1952). Encyclopedia ofeducational Research.

Nasution S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tafsito

Osbon, David. (1995). Reinventing Government (Mewirausahakan Birokrasi)

Terjemahan Abdul Rassyid. Tamna Grafika.

Patton Carl N. (1980). Basic Methode of Policy Analysis and Planning new jersey.

Ptintice Hall.

Repelita V. (1989). Buku II. Jakarta.

Sanusi, Achmad (1988). Falsafah Ilmu, Teori Keilmuan dan Metoda Penelitian.

Memungut dan Meramu Mutiara-mutiarayang Tercecer, Bandung.

PPS IKIP.

Suryadi, Ace. (1995). Effisiensi Pendidikan, Jakarta. Pusat Informasi Pendidikan,

Balitbang Depdikbud.

Sugiono. (1997) Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alpabeta.

Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi Pendidikan. Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional, Bandung, Angkasa.

Suryadi. (1995) Mutu Pendidikan Persekolahan dan Perspektif". Bandung. Sumber

Pendidikan.

Undang-undang Dasar 1945, Angkasa Raya.

Tjokroamidjojo.Bintoro. (1983). Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

Jakarta : H. Masagung.

Tilaar, HAR.(1990). Pengelolaan Pendidikan Jakarta.

(1991).

Sistem

Pendidikan

Nasional

Yang

Kondusif Bagi

Pembangunan Masyarakat Industri Modern Berdasarkan Pancasila.

Jakarta.

Todarso. Michael P. (1983). Pembangunan Eekonomi Dunia Ketiga. Ghalia.

Tressch, Richard W.(1981) Public Finance A. Normative Theory Business.

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Belanja Jasa

dimenangkan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, konsumen lain yang tidak ikut menggugat dapat langsung menuntut ganti rugi berdasarkan putusan pengadilan tersebut... DAGANG

pemikiran tentang batas- batas pertumbuhan (limits to growth) yang arahnya menggambarkan bahwa eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam secara terus-menerus akan

Kegiatan,  diisi  dengan  kegiatan  yang  diikuti  selama  kuliah  di  UAJY.  File 

Kelembagaan berasal dari lembaga, yang berarti aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah mengembangkan perangkat lunak yang dapat menghitung

informasi yang sudah masuk di dalam long-term memory tidak akan pernah. hilang, meskipun bisa saja terjadi informasi tersebut tidak berhasil

Gereja merupakan sebuah organisasi non profit, yang mana gereja berada ditengah-tengah masyarakat sekaligus menjadi bagian dari masyarakat yang mengalami pertumbuhan dan perubahan