• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERHASILAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PEMBINAAN SIKAP KEWIRASWASTAAN MELALUI PEMBELAJARAN DAN PEMBINAAN MOTIVASI WARGA BELAJAR: Studi Deskriptif Analitik Terhadap Warga Kelompok Beiajar Tata Rias Kacantikan Rambut Sanggar Kegiatan Beiajar Babakan Cip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBERHASILAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PEMBINAAN SIKAP KEWIRASWASTAAN MELALUI PEMBELAJARAN DAN PEMBINAAN MOTIVASI WARGA BELAJAR: Studi Deskriptif Analitik Terhadap Warga Kelompok Beiajar Tata Rias Kacantikan Rambut Sanggar Kegiatan Beiajar Babakan Cip"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

xiu/

KEBERHASIL.^H

FEH3i0iK&»

LUAR SEKOLAH

dalam

khiimm

SIKAP kewiraswastaah

MELALUIPEM3ELAIARAH DAN PEMBIHAAH

KSQTIVASI WABSA BELAJAR

(Studi Deskriptif Analitik Terhadap Warga Kelompok Beiajar

Tata Bias Kacantikan P«ambut Sanggar Kegiatan Beiajar

Babakan Ciparay Bandung)

T E S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan Dan llmu Pendidikan Bandung

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah

O leh

AAS SARASWATI

9132343

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDSDIKAN

BANDUNG

(2)

ABSTRAK

Thesis ini berjudul Keberhasilan Pendidikan Luar

Sekolah Dalam Pembinaan Sikap Kewiraswastaan Melalui Pembela

jaran dan Pembinaan Motivasi Warga Beiajar (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Warga Kelompok Beiajar Tata Rias Kecantikan Rambut Sanggar Kegiatan Beiajar Babakan Ciparay Bandung.

Penelitian ini pada dasarnya ingin mengungkapkan

tentang sikap Kewiraswastaan warga Kelompok Beiajar Tata Rias Kecantikan Rambut yang dibina oleh Sanggar Kegiatan Beiajar Babakan Ciparay Bandung melalui pembelajaran dan pembinaan motivasi warga belajarnya.

Teknik pengumpul data pada penelitian ini menggunakan raetode observasi, angket, wawancara, serta dokumentasi. Metode tersebut dipergunakan sesuai dengan data yang diperlu-kan yaitu data tingkat sikap kewiraswastaan, data tingkat kualitas proses pembelajaran dan data tingkat motivasi warga beiajar.

Hasil temuan dari penelitian ini adalah:

1. Tingkat sikap kewiraswastaan warga beiajar termasuk kate-gori baik, hal ini dapat terlihat dari hasil skor rata-rata hitungnya adalah 83,46, sedangkan skor maksimunnya

adalah 105. Jika diprosentasekan tingkat tingkat sikap

kewiraswastaan tersebut adalah 79%.

(3)

3. Tingkat motivasi warga belaiar termasuk kategori baik. Hal

ini terlihat dari hasil skor rata-rata hitungnya 55 se dangkan skor maksimumnya adalah 70. Jika diprosentasekan tingkat motivasi warga beiajar tersebut adalah 78,6%.

4. Secara signifikan bahwa proses pembelajaran memiliki hubungan bermakna sebesar 14,59 % terhadap sikap kewiras wastaan warga beiajar, jadi tingkat proses pembelajaran menentukan juga terhadap tingkat sikap kewiraswastaan warga beiajar.

5. Secara signifikan bahwa tingkat motivasi warga beiajar memiliki ketergantungan sebesar 17,93 % terhadap sikap kewiraswastaan warga beiajar, jadi tingkat motivasi warga beiajar menentukan juga terhadap tingkat sikap kewiraswas taan warga beiajar.

6. Gabungan antara tingkat kualitas proses pembelajaran dan tingkat motivasi warga beiajar memiliki ketergantungan terhadap tingkat sikap kewiraswastaan warga beiajar. Oleh karena itu terdapat -faktor lain yang mempengaruhi terhadap sikap kewiraswastaan warga beiajar (68%) yang dalam pene

litian ini tidak terungkap.

7. Warga beiajar dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi memiliki tingkat keterlibatan dan tingkat motivasi yang

paling tinggi. Jika diurut, maka tingkat keterlibatan

pembelajaran dan tingkat motivasi yang dimiliki oleh warga beiajar berdasarkan tingkat pendidikan adalah yang

(4)

ABSTRAKSI

KATA PENSANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .

DAFTAR LAMPIRAN.. ....

DAFTAR ISI

n »

n « m

u t>

ha laman

I V

V I

V 1 1 1

x 3.

x 111

x v

BAB I

PENDAHULUAN.

3.

A. Latar

Belakang

Masalah...

i

B.

Masalah

••••••••«»•«»••...»..,.«.,...

14

C. Tujuan Penelitian

.

...

.

...

15

D. Kegunaan Penelitian. .

17

BAB II

BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBERHASILAN

KE

LOMPOK BELAJAR DALAM UPAYA PEMBINAAN SIKAP KEWI

RASWASTAAN

is

A. Kegiatan Kelompok Beiajar Dalam Sanggar Kegiat

an Beiajar

...

je

B. Peranan Kelompok Beiajar

Dalam

Mengembangkan

Sikap Warga Beiajar

...

32

C. Sikap Kewiraswastaan

43

D.

Upaya Kelompok Beiajar

Tata

Rias

Kecantikan

Rambut Dalam Mewujudkan

Sikap

Kewiraswastaan

(5)

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Warga

Beiajar 65

F. Anggapan Dasar 73

G. Hipotesis 73

H. Penjelasan Ist.ilah . 74

I. Penel i t ian-Penel it ian Terdahulu 82

BAB 111 PROSEDUR PENELITIAN 86

A. Metode Penelitian 86

B. Variabel Penelitian 86

C. Populasi dan Sampel 87

D. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Alat

Pengumpul Data 88

E. Rencana Pengolahan Data. 102

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA . H O

A. Deskr ipsi Data. 110

B. Pengujian Asumsi Statistik ... Ill

C. Pengujian Hipotesis 1:1.4

D. Temuan Penelitian 119

BAB V PEMBAHASAN, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI ... 122

A. Pembahasan .122

B. Kesimpulan ... i^j/

C. Rekomendasi 160

(6)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

A. DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen Pendidikan Luar Sekolah ... Gambar 2 Proses Pembentukan Implementasi

Si kap

Gambar 3 Sikap Kewiraswastaan

Gambart 4 Hubungan Variabel Penelitian

Halaman

34

45 87

B. DAFTAR TABEL

Tabel 1 Dimensi Sikap Dan Perilaku Mendewasa ... 39 Tabel 2 Kisi-kisi Angket Uji Coba Sikap

Kewiraswas-X. C* cA II t t M t t * u a u i t n U t t t i i i u t t t t t r u M x t u i > * n w t t m * t i t t u * t t n t i u t > M T^I*.

Tabel 3 Kisi-kisi Angket Uji Coba Proses

Pembelajar-rail w n u t i t t u u * M u u u t i i t > i i t u n i t u u i * u n a * * t t m w u u t i o i t t t u H H U /•.)

Tabel 4 Kisi-kisi Angket Uji Coba Motivasi Warga

Beiajar ... 94 Tabel 5 Penyebaran Butir Soal Alat Ukur Sikap

Kewiraswastaan 98

Tabel 6 Penyebaran Butir Soal Alat Ukur Proses

Pem-DB J. Cl j a I 3 R ttmmuuamuuiittitrtiiittittuttntimtiuunuuutttiau / 7

Tabel 7 Penyebaran Butir Soal Alat Ukur Motivasi

Warga Beiajar 100

Tabel 8 Rangkuman Pengujian Normalitas Distribusi.. 112 Tabel 9 Hasil Pengujian Model Regresi Linier ... 114 Tabel 10 Skor Rata-rata Hitung dan Standar Deviasi.. 119 Tabel 11 Rangkuman indeks Korelasi dan Indeks ... 119

Diterminasi

Tabel 12 Distribusi Frekuensi Variabel Sikap

Kewira-Tabel 13 Distribusi Frekuensi Variabel Sikap

(7)

Tabel

14

Distribusi Frekuensi Variabel Proses Pembel

ajaran n 203

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Variabel Proses Pembel

ajaran

204

Tabel 16

Distribusi Frekuensi variabel Motivasi Warga

Be 1a jar. ..

205

Tabel 17

Distribusi Frekuensi variabel Motivasi Warga

Beiajar.

206

Tabel 18

Skor faktor Proses Pembelajaran (Xj) dan Y

Setelah Xj Dikelompokan

208

Tabel 19

Anava Linieritas Regresi

...

210

Tabel 20

Skor Motivasi Warga Beiajar (X7>

dan Y Sete

lah X2 Dikelompokan

...

212

Tabel 21

Anava Linieritas Regresi ...

215

Tabel 22

Persiapan Perhitungan Regresi

...

217

Tabel 23

Persiapan Perhitungan Korelasi Rank Spearman

Untuk Xj

221

Tabel 24

Persiapan Perhitungan Korelasi Rank Spearman

Untuk X?

224

Tabel 25

Skor Motivasi Warga Beiajar Berdasar Tingkat

Pendi dikan 226

Tabel 26

Skor Proses Pembelajaran Warga Beiajar Ber

dasar Tingkat Pendidikan . 227

Tabel 27

Skor Sikap Kewiraswastaan Warga Beiajar Ber

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1

Kisi-kisi Angket Uji Coba Sikap Kewiraswas

taan,

Proses Pembelajaran Warga Beiajar Dan

Motivasi Warga Beiajar

167

Lampiran 2

Angket Uji Coba Sikap Kewiraswastaan,Proses

Pembelajaran,

dan Motivasi Warga Beiajar ..

168

Lampiran 3

Tabulasi Data Uj i Coba ...

us

Lampiran 4

Tabel Persiapan Uji Validitas Angket ...

j.79

Lampiran 5

Perhitungan Uji Validitas Instrumen Peneli

tian Berdasarkan Data Hasil Uji Coba

180

Lampiran 6

Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket ....

182

Lampiran 7

Tabel Persiapan Uji Reliabilitas ...

....

Lampiran 8

Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Pene

litian Berdasarkan Data Hasil Uji Coba

Ang-Lampiran 9

Kisi-kisi Angket Setelah Uji Coba Sikap

Ke

wiraswastaan, Proses Pembelajaran, dan

Moti

vasi Warga Etelajar 188

Lampiran 10.Angket Sikap Kewiraswastaan,Proses Pembela

jaran Dan Motivasi Warga Beiajar 139

Lampiran 11.Tabulasi Data Motivasi Warga Beiajar

198

Lampiran 12.Tabulasi Data Proses Pembelajaran Warga

Bel-ajar . . j99

Lampiran 13.Tabulasi Data Sikap Kewiraswastaan Warga

Bel-ajar... 200

Lampiran 14.Uji Normalitas Variabel Sikap kewiraswastaan

Warga Beiajar <Y> 201

Lampiran 15.Uji Normalitas Variabel Proses Pembelajaran

Warga Beiajar <X1>... 203

Lampiran 16.Uji Normalitas Variabel Motivasi Warga

Bel-ajar <X2) „ 205

Lampiran 17. Pengujian Linieritas Regresi

207

Lampiran 18.Pengujian Linieritas Regresi

211

Lampiran 19.Regresi Y Terhadap

XI

dan X2

216

Lampiran 19.Perhitungan Uji Korelasi

221

184

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekoiah

merupa-kan satu kesatuan sistem pendidimerupa-kan nasionai yang berdasarmerupa-kan

Pancasila,

dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan

terha-dap

Tuhan Yang Plana Esa, kecerdasan,

keterampiian,

memper-tinggi

budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

mempertebal

semangat

kebangsaan

agar

dapat

membangun dirmya

sendin

serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.

Pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989

tentang

Sistem

Pendidikan

Nasionai,

Bab IV,

pasal

10,

ayat

1 dan 3

dije-laskan bahwa:

- Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2(dua)

jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur

pendi-diikan luar sekolah.

- Jalur

pendidikan

luar sekolah

merupakan

pendidikan

yang diselenggarakan di luar sekolah melalui

kegiatan

belajar-mengajar

yang

tidak harus

berjenjanq

dan

be r k es i nam bu ng a n.

Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dari sis

tem Pendidikan Nasionai,

mampu memberikan peluang

lebih

be-sar kepada anggauta masyarakat untuk terus

meningkatkan

pe-ngetahuan, sikap dan keterampiian yang dimilikinya.

Kegiatan-kegiatan

yang

bersifat

pendidikan

harus

mampu membebaskan manusia Indonesia dari alam fikiran

dogma-tis,

negatif dan tradisional statis. Bengan demikian

manusia

Indonesia harus mampu mengembangkan dan menemukan

alternatif-alternatif dan mampu mengambil keputusan untuk merintis jalan

(10)

dan bangsa dan tanpa mengorbankan identitasnya serta mencer-daskan kehidupan bangsa.

Qleh karena itu pendidikan yang diperlukan adaiah

pendidikan yang dapat dan mampu mengaktualisasikan potensi

manusia Indonesia berupa sikap, tindakan dan karya yang dijiwai dan ditenagai oleh kesadaran dan tanggung jawabnya sebaqai individu maupun sebagax kelompok. Di masa lalu, seko lah dipandang sebagai sumber terbesar dari nilai-nilai pen didikan yang diharapkan untuk diperoleh. Pendidikan perseko

iahan dianggap paling efisien dan produktif. Kim sistem persekoiahan menunjukkan beberapa bukti kekurang berhasilan

menjalankan rungsi dan peranannya.

Kekurangan yang dirasakan diantaranya adaiah keluaran

sekolah lebih berorientasi sebaqai pencari kerja,dan buKan

sebagai pencipta kesempatan kerja. iiengingat belum

mampu-nya sistem persekoiahan memenuhi semua fungsi dan peranan

nya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat mai-:a perlu

dicarikan alternatif lain yang memungkinkan tertutupinya oe

berapa kekurangan dari penyelenggaraan sistem persekoiahan.

Alternatif yang dipilih harus memberikan peluang yang meya-kinkan untuk terpenuhinya bet-bagai fungsi produksi pendidik

an. Secara umum melalui salah satu bentuk kegiatan pendidik

an luar sekolah yang berazaskan pada pendidikan sepanjang

hayat harapan itu dapat dipenuhi sepanjang airancanq denqan

cermat dan didukunq oleh supra sistem di sekitarnya. Pendi

dikan sekoian saja tidak cukup untuk menjawab kebutuhan

(11)

denqan

berbagai macam

kegiatannya

dapat

berperan

sebaqai

suplemen, komplemen dan

sufostitusi,sebagaimana yang

diung-kapkan

oleh

Sutaryat Trisnamansyah (1986:44-46):

PLS

sebagai

suplemen

foerarti

PLS

sebagai

tambahan

terhadap pendidikan persekoiahan. PLS sebagai komplemen

adaiah

yang

melengkapi

apa-apa

yang

diajarkan

da lam

pendidikan persekoiahan.

PLS sebaqai substitusi

berarti

sebagai pengganti pendidikan persekoiahan

Dalam

upaya melaksanakan pendidikan,

pendidikan

luar

sekolah

menganut

azas

pendidikan

sepanjang

hayat.

Daiam

gagasan

tersebut

terkandung makna

bahwa

seorang

individu

dapat

dan

harus belajar terus menerus sampai

akhir

hayat.

Dengan

demikian

pendidikan

luar

sekolah

yang

berazas

pendidikan

sepanjang

hayat

berorientasi

pada

terjadinya

proses

perubahan pada din peserta didik ke arah

mendewasa.

Manusia mendewasa diartikan oleh D.Sudjana yakni: aurang yang

selalu

mengembangkan

potensi

dirinya

dan

berusaha

untuk

mencapai kepuasan diri".

Penqertian ini memberi makna bahwa seseorang yang mende

wasa selalu secara terus menerus mengembangkan kemampuan

dirinya

yang terwujud dalam

penampilan dirinya. Keseluruhan

upaya pengembangan diri tertuju pada upaya untuk meningkatkan

tarat

hidup.

Dengan dianutnya azas pendidikan

seumur

nidup

dalam

konsep

pendidikan luar sekolah,

maka

fungsi

utama

pendidikan

luar

sekolah

adaiah

membelajarkan

masyarakat,

kapan saja,

dimana saja,

agar warga masyarakat. mampu

memeii-hara

dan

mamanfaatkan

mlai-nilai

yang

baik

dan

ledih

bermanfaat.

bagi

kenidupan

pribadi,

keiuarga,

masyarakat,

(12)

Usaha meningkatkan kualitas kehidupan adaiah cita-cita

setiap

manusia.

Oleh

sebab itu

kehidupan

manusia

selalu

dinamis, apa yang telah berhasil dilakukannya senantiasa

diusahakan untuk lebih ditmgkatkan lagi. Jadi setiap manusia

dalam benaknya memiliki motif untuk berupaya

merealisasikan

pengembangan

din yang terus menerus tanpa

batas

sepanjang

individu mampu meningkatkan dirinya.

Ini berarti bahwa

peri-laku yang tampak adaiah merupakan nasi I interaksi antara

motif dengan aspek-aspek situasi yang diamati.

Sebagai

hasil

interaksi,

maka dapat saja terjadi bahwa perilaku yang

sama

dapat

mendasari

tujuan yang berbeda. Demikian

pula

halnya

dengan

perilaku

yang berbeda,

dapat mendasari

tujuan

yang

s a m a .

David Pic Clelland (1987 s 31) melihat bahwa motif ber

prestasi

menjadi

pendorong

bagi

seseorang

untuk

mencapai

tujuan hidupnya.

Pengertian

tersebut

di atas

mengandung

makna

bahwa

motif

berprestasi

akan menjadi tenaga penggerak

pada

din

seseorang untuk mengaktualisasikan diri, walaupun kebutuhan

dasarnya

belum terpenuhi dengan baik.

Karena

individu

yang

memiliki

motif

berprestasi tinqgi,

akan

selalu

mengerja-kan

tugas mereka dengan baik.

Piereka akan selalu

meningkat

kan

pengetahuan

dan keterampiIan agar dapat

tampil

dengan

hasil

yang memuaskan.

Adanya motif untuk

mengaktualisasikan

diri pada individu bila dibina dan

diarahkan

maka

pengem

bangan sumber daya manusia dapat tercapai. Kehernasi Ian

pembangunan

akan

sangat bergantung

dan

kualitas

(13)

pelakunya dalam pembangunan tersebut. Oleh sebab itu

pembi-naan sumber daya manusia agar dapat berperan sebagai faktor

pembangunan yang berhasil, selayaknya mendapat kepeduiian

yang utama.

Plempersoalkan pembi naan sumber daya manusia berarti

mempersoalkan masalah pendidikan, baik pendidikan yang

di-selenggarakan oleh pemerintah maupun pendidikan yang

dise-lenggarakan oleh masyarakat.

Dalam melakukan berbagai

kegiat-an di masyarakat, pengemoangan sumber daya manusia tidak

hanya ditujukan pada usaha memasuki lapangan kerja yang

tersedia, tetapi yang diutamakan adaiah mampu menciptakan

lapangan kerja. Upaya ini dilakukan guna mengatas di masalah

yang dihadapi saat ini oleh pemerintah maupun rakyat Indone sia, yakni terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia,

se-hingga bertambahnya pengangguran setiap tahunnya. Berdasarkan proyeksi yang dihitung dari proyeksi tingkat kelahiran dan

tingkat kematian, seperti yang dikemukakan oleh Singarimbun

diperkirakan bahwa, " tingkat persiapan kerja (TPK) selama

tahun 1981-2000 cukup besar, dan akan bertambah sekitar rata-rata 2 juta setiap tahun".

Purwanto Teguh Widodo, menyatakan bahwa, "raeskipun KB telah berhasil dalam menekan jumlah kelahiran, calon pencari

kerja dalam masa-masa mendatang pun masih menunjukkan jumlah

yang besar". Jika pertumbuhan kesempatan kerja yang ada tidak

sesuai dengan pertumbuhan angkatan kerja, maka akibat yang

terjadi adaiah peningkatan jumlah penganggur. Pengangguran

(14)

kete-gangan-ketegangan sosial dalam kehidupan masyarakat, sehingga

stabilitas nasionai akan terganggu, dan pembangunan nasionai

akan terhambat, jika tidak ditangani secara serius. Situasi

demikian sudah disadari oleh pihak pemerintah maka pemerintah

mengambil kebijakan bahwa :

Sebagai kelanjutan dari bagian pembangunan dan

berdasarkan pada hasil pembangunan sebelumnya,

kebijaksanaan Pembagunan Lima Tahun Keenam diarahkan

untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas

kehidupan masyarakat agar makin maju dan mandiri yang

dijiwai nilai-nilai Pancasila. Upaya pemerataan

pembangunan dan hasiI-hasilnya yang makin meluas,

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, penciptaan dan

perluasan lapangan kerja serta lapangan usaha dan pengqalakkan pembangunan daerah terbelakang, khususnya kawasan timur Indonesia, ditingkatkan dan diarahkan agar

mampu mewujudkan kesejahteraan yang makin adil dan

makin merata bagi seluruh rakyat, serta menumbuhkan sikap kemandirian bangsa. (Tap PIPR RI, 6BHN 1993:50)

Penciptaan lapangan kerja merupakan tanqgung jawab

bersama, sebab terciptanya lapangan kerja di masyarakat,

tidak terlepas dari mutu manusia baik watak, sikap maupun

latar belakang pendidikannya.

Pengertian sumber daya manusia menurut Plangum ( dalam Soeroto, 1986 4) adaiah sumber kegiatan manusia yang produktif

dan semua potensinya untuk memberikan sumbangan yang

produktif bagi masyarakat. Simandjuntak (1982: 9) meng-ungkapkan tentang sumber daya manusia sebaqai berikut :

Di satu pihak untuk meningkatkan keterampiIan atau ke mampuan kerja manusia dalam melakukan berbagai macam kegiatan masyarakat. Di Iain fihak pengembangan sumber

daya manusia berhubungan erat dengan usaha penihgkatkan

taraf hidup.

(15)

seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu. Bila dalam pembinaan sumber daya manusia tanpa ditanamkan sikap untuk

mengembangkan keakhlian tertentu berarti pembinaan sumber daya tersebut lebih cocok ditujukan untuk memasuki lapangan kerja yang telah tersedia. Inilah yang merupakan saiah satu kendala yang sedang digalakkan pemerintah Indonesia saat ini, terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. Oleh karena itu poia pembinaan sumber daya manusia di Indonesia hendaknya tidak hanya ditujukan pada usaha untuk memasuki lapanqan kerja semata, tetapi yang lebih penting adaiah pembinaan sikap untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Penciptaan lapangan pekerjaan di Indonesia merupakan tanggung jawab semua pihak baik individu, keluarga, masyarakat. dan pemerintah. Dasar untuk memperluas penciptaan lapanqan pekerjaan adaiah dimilikinya sikap-perilaku kewiraswastaan, karena dengan dimilikinya sikap-perilaku kewiraswastaan oieh individu akan tumbuh manusia kewiraswastaan yang dapat men ciptakan lapangan pekerjaan. Seperti yang diungkapkan oleh

Ropke (dalam Bintoro, 1966: 45) bahwa :

Suatu bangsa akan berkembang s&c&ra. ekonomis ,apabila bangsa tersebut mempunyai kewiraswastaan-kewiraswastaan yang mempunyai kebebasan dan motif yang mendorongnya untuk mengambil keputusan yang bersifat kewiraswastaan, yang sebetulnya mengadakan inspirasi yaitu mewujudkan gagasan baru dalam praktek.

Oleh sebab itu baik dalam sektor pemerintah maupun

(16)

memer-lukan

manusia-manusia

kewiraswastaan

dalam

arti

pendekar

kemajuan yang mampu berdikari , cerdik dan cerdas, berani

mengatasi berbagai resiko dan persaingan tanpa meninggalkan

manfaat kerjasama dengan siapapun dengan tujuan lebih

memaju-kan masyarakat dan 1ingkungannya.

Masyarakat dapat merupakan suatu wadah yang dinamis

untuk menaburkan benih-benih kewiraswastaan. Penaburan

benih-benih kewiraswastaan dapat berlangsung dalam bentuk pendidik

an luar sekolah. Untuk itu masing-masing anggauta masyarakat

memupuk perilaku kewiraswastaan melalui kegiatan yang

dilakukan oleh sanggar-sanggar kegiatan belajar yang

menyelenggarakan berbagai macam kursus untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.Seperti yang dituangkan oleh Wasty dalam

bukunya yang berjudul Pendidikan Kewiraswastaan " (1984:192)

bahwa:

Pendidikan kewiraswastaan di kalangan masyarakat akan

lebih berhasil apabila masyarakat memiliki minat dan

dorongan untuk hidup maju. untuk itu perlu adanya

motivasi kehidupan berwiraswata bagi segenap anggauta

masyarakat.

Ungkapan di atas mengandung makna betapa pentingnya

pembinaan perilaku kewiraswastaan bagi upaya memajukan

anggauta masyarakat yang maju dan berkembang secara dinamis.

Tumbuhnya kewiraswastaan merupakan salah satu tujuan teori

pengembangan sumber daya manusia dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Kewiraswastaan menunjuk pada perilaku individu-individu yang berorientasikan kepada tindakan, bermotivasi

(17)

tinggi,

percaya

diri,

percaya diri serta

berani

mengambil

resiko dalam mengejar tujuannya. Oleh karena itu kewiraswas

taan menunjuk pada perilaku berusaha dari individu. Perilaku

berusaha yang dimiliki kewiraswastaan akan menumbuhkan peran serta yang nyata dalam kegiatan pembangunan. Suparman Sumaha-midjaya,mengemukakan gambaran ideal manusia yang memiliki

perilaku kewiraswastaan, yakni:

Orang yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, akan

tetapi mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk

menolong dirinya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk mengatasi kemiskinan tanpa bantuan instansi

pemerintah atau instansi sosial.

Dalam upaya pembinaan perilaku kewiraswastaan melalui

bidang pendidikan luar sekolah , Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB) merupakan pusat kegiatan masyarakat yang berfungsi

sebagai unit pelaksana teknis dari Direktorat Jendral

Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olah Raga yang ada di

daerah dapat berperan serta, melalui kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar. Hal tersebut di

atas sesuai dengan tujuan umum sanggar kegiatan belajar yaitu: Meningkatkan sikap, mental, pengetahuan, keterampiIan

warga masyarakat dan merangsang untuk dapat berusaha /belajar

(18)

pribadi dan masyarakat tidak cukup hanya dengan usaha memaju

kan pendidikan sekolah saja. Banyak anggauta masyarakat yang

belum mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari

serta kebutuhan-kebutuhan untuk maju dan berprestasi. Untuk

dapat menyelesaikan permasalahan di atas tidak bisa lagi

hanya mengandalkan kemampuan pendidikan sekolah, namun pen

didikan luar sekolah yang banyak berperan.

Atas dasar ini maka pemerintah, masyarakat maupun keluarga yang ketiganya bertanggung jawab terhadap pendidikan berpacu terhadap pendidikan untuk meningkatkan kemampuan baik melalui satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan

luar sekolah.

Upaya yang dikelola pemerintah melalui satuan

pendidikan luar sekolah diantaranya : Kelompok-kelompok bela jar yang dikelola oleh Sanggar Kegiatan Belajar.

Kendati ada warga masyarakat yang perlu disadarkan

potensinya, namun ada pula warga masyarakat yang telah

memiliki kesadaran untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampiIan, baik melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, bahkan mereka tidak segan-segan

harus mengeluarkan biaya untuk keperluan tersebut. Dikenal

berbagai satuan pendidikan luar sekolah yang tumbuh dalam masyarakat, salah satu diantaranya adaiah kursus dan kelompok belajar yang dilaksanakan oleh sanggar-sanggar kegiatan

belajar.

(19)

Untuk tujuan belajar yang sangat khusus, Dikmas menyelenggarakan kursus-kursus. Kursus tersebut biasanya

menyangkut pengetahuan, keterampiIan atau kecakapan yang

diinginkan oleh pemerintah atau yang sangat laku dipasaran

kerja. Dikmas secara berangsur-angsur menyelenggarakan car

a-cara belajar yang bervariasi, antara lain dengan metoda

belajar sendiri dan permagangan? namun bila dibandingkan

dengan cara kursus, pelaksanaan metode tersebut masih jarang

digunakan.

Kelompok belajar menyajikan bentuk pendidikan yang

lebih terbuka. Suatu kelompok belajar terdiri sepuluh sampai

duapuluh orang yang berkumpul dan belajar serta bersama-sama

merumuskan kebutuhan belajar, menyusun rencana kegiatan belajar, mencari dan mengatur sumber belajar yang diperlukan

serta secara teratur belajar bersama-sama untuk memenuhi

kebutuhan belajar. Kelompok belajar dibantu oleh penilik dan

pamong belajar dalam menggerakan proses belajar. Konsep kelompok belajar sederhana saja namun merubah cara-cara menirukan pelajaran disekolah tidaklah mudah.

Karena kursus dan kelompok belajar yang tumbuh dalam

masyarakat pada dasarnya diikuti oleh peserta belajar yang

datang dengan kesadaran sendiri, maka waktu belajar yang

(20)

eksternal. Dukungan internal yang dimaksudkan dalam penelitian ini ditekankan pada motivasi warga belajar. Motiv-asi warga belajar akan menjadi tenaga penggerak dalam men

gaktual isasikan diri.

Dari hasil penelitian kebutuhan di masyarakat Barat,

ditemukan adanya enam kebutuhan, dan ini berlaku pula pada masyarakat di bagian dunia lainnya, dikemukakan oleh Krech,

(1962:89) sebagai berikut :

1. Motif untuk mengejar materi/keuntungan (the

acquistive want).

2. Motif berprestasi (the prestige want)

3. Motif berafiliasi (the afiliation want)

4. Motif menolong orang lain (the altruistic want) 5. Motif berkuasa ( the power want)

6. Motif untuk mengetahui (the curiosity want).

Malcolm Knowles (1980:80), Menjelaskan kebutuhan pen didikan sebagai, "sesuatu yang harus dipelajari oleh seseo

rang guna kelangsungan kehidupan dirinya, organisasi yang ia

masuki atau untuk kelangsungan kehidupan masyarakat".

Dari batasan tersebut di atas D. Sudjana (1989: 47)

1. Seseorang yang menyatakan dan merasakan keinginan untuk memiliki dan meningkatkan pengetahuan,

keteram-pilan, sikap serta aspirasi dapat dicapai melalui kegiatan belajar.

2. Kebutuhan pendidikan yang dirasakan dan dinyatakan

oleh seseorang itu merupakan eksperesi dari kebutuhan

diri seseorang (individual need), kebutuhan lembaga

(intitusional need), atau kebutuhan masyarakat

(community need) bahkan mungkin merupakan manifestasi ketiga macam kebutuhan tersebut.

Walau ada penggolongan terhadap kebutuhan namun pada

diri manusia biasanya tidak hanya dikuasai oleh satu kebutuh

(21)

oleh seorang individu. Ini pula yang dapat menyebabkan manu

sia berprilaku berbeda antara satu sama lain, sebab kebutuhan

yang sama dapat saja menimbulkan tindakan yang berbeda. Dari

implikasi tersebut diketahui bahwa kesadaran akan kebutuhan

pendidikan merupakan suatu upaya belajar. Hal ini berarti bahwa adanya suatu keinginan dari individu untuk belajar

menekuni suatu pengetahuan dan keterampiIan, yang

diistilah-kan oleh D. Sudjana sebagai "kebutuhan belajar".

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, yakni yang

ber-kenaan dengan perilaku kewiraswastaan warga belajar

ditelusuri dari motivasi warga belajar dan proses

pembelajaran, tentunya sikap kewiraswastaan warga belajar

dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, yaitu motivasi warga

belajar dan pross pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut mewujudkan perilaku untuk menguasai dan menerapkan pengetahuan dan keterampiIan sebagai

perwujudan dirinya. Dalam perwujudan diri sebagai yang tampak

pada perilaku kewiraswastaan lulusan Sanggar Kegiatan Belajar sangat didukung sekali oleh motivasi dari warga belajar.

Dengan demikian motivasi akan selalu mempengaruhi motivasi kerja, termasuk motivasi kerja para lulusan Sanggar

Kegiatan Belajar Babakan Ciparay.

Kegiatan pembinaan sikap kewiraswastaan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah selama ini terus berjalan namun

seberapa jauh kegiatan tersebut telah berhasil, masih perlu

(22)

Kegiatan pembinaan sikap kewiraswastaan melalui jalur

Pendidikan Luar Sekolah selama ini terus berjalan namun

seberapa jauh kegiatan tersebut telah berhasil, masih perlu

diteliti.

Berdasarkan uraian di atas maka judul penelitian ini

adaiah "KeberhaeiIan Pendidikan Luar Sekolah Dalam Pembinaan

Sikap Kewiraswastaan Melalui Pembelajaran dan Pembinaan

Motivaei Warga Belajar" (Studi Deekriptif Anal itik Terhadap

Warga Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut Sanggar

Kegiatan Belajar Babakan Ciparay Bandung).

i. Mama1ah

Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay Bandung

ber-ada di bawah pengawasan langsung Direktorat Jendral

Dikluse-pora yang bertugas memberikan bantuan teknis kepada Dikmas.

Program kegiatan dalam pembinaan generasi muda dan

keolahragaan yang dilakukan Sanggar Kegiatan Belajar, pada dasarnya mengacu pada tujuan Pendidikan Nasionai, yaitu

berusaha mengembangkan manusia seutuhnya. Pembentukan manusia

seutuhnya menghendaki adanya keseimbangan penataan aspek-aspek kognitif, psikomotorik dan afektif, sehingga diharapkan muncul manusia yang berolah pikir dan beroleh rasa yang kemudian terwujud dalam bentuk tindakan nyata ke arah yang positif dan normatif. Salah satu tindakan nyata yang diharap kan adanya sikap kewiraswastaan dari warga belajar yang telah mengikuti program pembelajaran di Sanggar Kegiatan Belajar.

Untuk mengetahui realisasi program pelayanan yang

(23)

telah dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar melalui Kelom

pok

Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut terhadap

masyarakat

terutama

dalam

pembinaan sikap

kewiraswastaan,

maka

yang

menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adaiah seba

gai berikut :

1. Bagaimanakah

tingkat sikap

kewiraswastaan

warga belajar

setelah

mengikuti program kegiatan belajar pada

kelompok

belajar tata rias kecantikan Rambut?

2.

Bagaimanakah

tingkat kualitas proses

pembelajaran

pada

Kelompok Belajar Tata Tias Kecantikan Rambut ?

3.

Bagaimanakah tingkat

Motivasi Warga Belajar pada Kelompok

Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut?

4.

Apakah

terdapat hubungan bermakna antara proses

pembela

jaran dengan sikap kewiraswastaan warga belajar?

5.

Apakah

terdapat hubungan bermakna anatara motivasi

warga

belajar terhadap sikap kewiraswastaan warga belajar?

6. Apakah terdapat hubungan bermakna antara proses pembelaja

ran dan motivasi warga belajar dengan sikap kewiraswastaan

warga belajar ?

C. Tujuan Penelitian

Sikap kewiraswastaan merupakan salah satu sasaran

akhir dari program kegiatan belajar kecantikan dan keriting

rambut. Terungkapnya tingkat sikap kewiraswastaan warga

(24)

dapat saja faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pembinaan

sikap kewiraswastaan, seperti proses pembelajaran dan motiva

si warga belajar warga belajar kurang memperoleh pertimbangan dalam pelaksanaan program pembelajaran. Dengan terungkapnya

faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kewiraswastaan terse but, maka faktor-faktor tersebut selanjutnya dapat dijadikan

pertimbangan dalam proses pembelajaran di Sanggar Kegiatan

Belajar Babakan Ciparay,

Untuk mengungkapkan data mengenai sikap kewiraswastaan lulusan Kelompok Belajar Tata Rias kecantikan rambut setelah

mengikuti program pembelajaran serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya, secara umum ingin diketahui, "sikap kewiras wastaan lulusan Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut

serta faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi-nya setelah mengikuti proses pembelajaran ."

Penelitian yang bersikap deskriptif anal itik ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Memahami tingkat sikap kewiraswastaan warga belajar yang

telah mengikuti program Kegiatan Belajar Tata Rias Kecan

tikan Rambut di Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay

Kotamadya Bandung.

2. Memahami tentang tingkat proses pembelajaran dan tingkat

motivasi warga belajar pada Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut di Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay kodya Bandung.

3. Diperoleh informasi tentang hubungan bermakna antara

proses pembelajaran dengan sikap kewiraswastaan warga

(25)

belajar.

4. Diperoleh

informasi

tentang

hubungan

bermakna

antara

motivasi

warga belajar dengan sikap kewiraswastaan

warga

belajar.

5. Diperoleh

informasi

tentang

hubungan

bermakna

antara

proses

pembelajaran

dan motivasi

warga

belajar

dengan

sikap kewiraswastaan warga belajar.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian

berupa studi deskriptif anal itik

terhadap

warga Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut Babakan

Ciparay Bandung.

Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangan

masukan ilmiah terhadap proses

pembelajaran

yang

dilakukan

oleh

Sanggar

Kegiatan

Belajar

Babakan

Ciparay

Bandung.

Selanjutnya hasil penelitian ini

diharapkan

dapat

bermanfaat

bagi para sumber belajar sebagai

evaluasi

untuk

dijadikan

pedoman dalam pelaksanaan program kegiatan

selan

jutnya khususnya untuk Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan

Rambut.

Dari

gambaran

tersebut, diharapkan

dapat

diperoleh

upaya-upaya pembinaan sikap kewiraswastaan yang lebih cocok

yang dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar demi peningkatan

mutu yang dihasilkan melalui program kegiatan

belajar

Kelom

(26)

$&#y*®&&*....

.-m** .<•?

J&

>*•**••.

\ . y v . v

•:":: ,:::. .• '••••:•. "•;S::j-.

J ,*4

1 %

•>X<*.. ••••...-, .V.V«» - .WAV

Nftfofe.;v;w:^>v.v&¥*,/

& <& ft?:

Sft 89

•>;;.,*•>:;:;..

*%***•*!

^ .'.

(27)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Matode Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian ini penulis akan

mempergunakan metode Deskriptif Analitik. Alasan penulis

mempergunakan metode Deskriptif Analitik karena metoda terse but dianggapmemadai untuk mengungkap keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan, yang kemudian di~ analisis dan diinterpretasikan baik secara deskriptif maupun secara korelatif. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad tentang ciri-ciri deskriptif yaitu :

1. Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah ", yang aktual.

2. Data yang dikurapulkan mula-mula disusun, dijelaskan

dan kemudian dianalisa (karena itu metoda ini sering

disebut metoda anal itis).

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini ada iah sebagai berikut:

1. Sikap kewiraswastaan warga belajar

2. Data proses pembelajaran 3-. Data motivasi warga belajar B. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini dasarnya ingin mengungkapkan

tentang sikap kewiraswastaan warga Kelompok Belajar Tata Rias

Kecantikan Rambut hasil didikan Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay Bandung. Upaya menumbuhkan sikap kewiraswas

(28)

faktor diantaranya adaiah tingkat kualitas proses

pembelaja

ran dan motivasi warga belajar.

Berdasarkan

hal

di atas »

maka

ditentukan

sebagai

variabel

dependen

atau variabel terikatnya

yaitu

variabel

yang

dipengaruhi adaiah sikap kewiraswastaan

warga

belajar

dan

selanjutnya disingkat Y.

Sedangkan

faktor

stimulusnya

yang merupakan variabel independen atau variabel bebas

adaiah s

a. Proses pembelajaran, dan selanjutnya disingkat Xj_.

b. Motivasi warga belajar dan selanjutnya disingkat X0.

Kaitan beberapa variabel diatas bila digambarkan dalam

bentuk bagan sebagai berikut s

, , ]

Proses Pembelajaran

(Xj)

Motivasi Warga Belajar

CX2>

!--__,

—I"

Sikap kewiraswastaan

warga belajar

m

Gambar 1. Hubungan variabel penelitian

C. Populasi dan 8ampel

Populasi menurut Suharsimi (1989 s 102) adaiah kese

luruhan

subyek penelitian. Pada penelitian ini yang

menjadi

populasi

adaiah alumni warga belajar kelompok

belajar

tata

(29)

rias

kecantikan rambut terdiri dari empat

kelompok

belajar

yang berjumlah 100 warga belajar. Karena berbagai pertimbang

an, maka ditentukanlah sampel penelitian.

Pengambilan sampel dan penentuan sampel penelitian ini

berdasarkan

metode

cluster

sampling.

Di

mana

penentuan

sampelnya

pertama dilakukan dengan cara

mengelompokan

para

warga belajar berdasarkan angkatan kegiatan. Setelah

dike-lompokan

berdasarkan

angkatan,

maka

ditentukanlah

sampel

tersebut

yaitu

angkatan ke 1 sampai dengan angkatan

ke

4.

Adapun pengambilan subyek sampelnya dilakukan secara acak dan

tiap

angkatan tahun masuk tersebut ditentukan dari

angkatan

ke

1 sebanyak 10 warga belajar , angkatan ke 2

sebanyak

15

warga

belajar , angkatan ke 3 sebanyak 10 warga belajar

dan

angkatan

ke

4 sebanyak 15 warga

belajar.

Dengan

demikian

jumlah subyek sampel penelitian ini adaiah 50 warga belajar.

Teknik

Pengumpulan Data Dan Pengembangan A1at Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan metoda observasi, angket dan wawancara serta

dokumentasi.

Keempat metoda pengumpulan data

tersebut

dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1.1. Observasi

Observasi adaiah suatu teknik pengumpulan data dimana

peneliti

mengadakan

pengamatan

secara

langsung

terhadap

gejala-gejala subyek yang diteliti. Teknik ini dimaksudkan

untuk mengetahui situasi dan keadaan obyek penelitian secaira

(30)

1.2. Angket

Metoda

pengumpul

data dengan angket

atau

kuisioner

umumnya banyak digunakan karena mempunyai beberapa

kelebihan

sebagai instrumen pengumpul data. Menurut Sudjana (1989:87)

Bahwa

angket adaiah cara pengumpul data

dengan

menggunakan

daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan

dan

disusun

sedemikian

rupa

sehingga

calon

responden

hanya

tinggal

mengisi

atau menandainya dengan

mudah

dan

cepat.

Metoda

ini

digunakan untuk mengumpulkan

data

dari

ketiga

variabel dalam penelitian ini.

1.3. Wawancara

Metoda

pengumpulan

data dengan

wawancara

digunakan

untuk mencari informasi tambahan sebagai data pendukung hasil

angket. Menurut Nasution (1982 s 132) bahwa s

Wawancara merupakan alat yang paling ampuh untuk mengung

kapkan kenyataan hidup, apa yang dipifcirkan atau dirasa

kan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Melalui tanya

jawab

kita dapat memasuki alam pikiran orang

lain,

se

hingga

kita dapat memperoleh gambaran

gambaran

tentang

dunia mereka.

Jadi

dengan

wawancara

dapat

berfungsi

deskriptif,

yakni menggambarkan dunia kenyataan seperti yang dialami oleh

responden

yang diwawancarai.

Disamping berfungsi

deskriptif

wawancara dapat berfungsi eksploratif.

Mengenai

wawancara

yang

dilakukan

yaitu

terhadap

sumber

belajar dan pimpinan SKB

misalnya

tentang

strategi

yang dilakukan oleh sanggar kegiatan belajar untuk menarik

anggota

masyarakat untuk mengikuti

kegiatan

yang

dilakukan

SKB,

kondisi fisik dan psikhis calon warga

belajar,

proses

(31)

belajar

mengajar yang dilakukan dan sebagainya.

Selanjutnya

wawancara terhadap warga belajar misalnya tentang

pengalaman

mereka

selama mengikuti kegiatan belajar pada kegiatan

yang

dilakukan oleh SKB, harapan-harapan setelah mengikuti kegitan

tersebut dan sebagai nya.

1.4. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara studi

dokumentasi

dengan maksud untuk memperoleh data-data yang berupa dokumnen

yang

dianggap berkaitan dengan tujuan

penelitian.

Misalnya

kurikulum pembelajaran tata rias kecantikan rambut,

petunjuk

teknis

penyelenggaraan kegaitan tersebut, deskripsi

tentang

penyelenggaraan sanggar belajar dan sebagainya.

2. Instrumen Pengumpul Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data sikap kewiraswastaan warga belajar

2. Data proses pembelajaran

3. Data motivasi warga belajar

Untuk mengumpulkan data di atas disusun a1at pengumpul

data. Alat pengumpul data sikap kewiraswastaan disusun

dalam

bentuk tes sikap. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Bimo Walgito (1981:26) yaitu : Untuk mengadakan

penyelidikan

mengenai

sikap yang

pada umumnya dipergunakan dengan

skala

sikap

(Attitude

Scales), yang dalam pembuatannya

melalui

langkah-langkah

yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk

data

Proses pembelajaran dan motivasi warga belajar, maka

disusun

alat

pengumpul data dalam bentuk angket

(kuisioner)

secara

(32)

likert.

Keuntungan skala likert menurut

Nasution

(1987:89)

yaitu :

Skala

tipe

likert mempunyai

reliability

tinggi

dalam

mengurutkan manusia berdasarkan intensitas sikap

terten

tu.

Skor untuk tiap pernyataan juga roengukur

sikap

re

sponden terhadap pernyataan itu. Selain itu skala Likert

ini sangat luwes dan fleksibel dari pada teknik pengukur

an lainnya. Jumlah item atau pernyataan, jumlah

alterna

tif jawaban terserah pada pertimbangan peneliti.

Mengenai

katagori

atau

alternatif

jawaban

yang

digunakan

sebagai berikut: Sangat setuju <SS), Setuju

(S),

Kurang

setuju (KS), Tidak setuju (TS), Sangat

tidak

setuju

(STS).

Selanjutnya data angket tersebut untuk

dapat

diubah

kedalam bentuk skor, maka pembobotannya sebagai berikut :

Item

positif

:

Item

Negatif

Sangat setuju

« 5

Sangat setuju

• 1

Setuju

» 4

Setuju

» 2

Kurang Setuju

» 3

Kurang Setuju

* 3

Tidak setuju •* 2 Tidak setuju = 4

Sangat tidak setuju

» 1

Sangat tidak setuju

» 5

Secara rinei, pengembangan ketiga alat pengumpul

data

dikemukakan sebagai berikut.

2.1. Alat Ukur Sikap Kewiraswastaan

Untuk

menyusun

alat

ukur

(instrumen)

sikap

kewiraswastaan,

dirumuskan

butir-butir

pernyataan

dengan

berpedoman

pada

karakteristik-karakteristik

sikap

kewiraswastaan seperti dijelaskan pada bab II, maka diperoleh

21 butir pernyataan,

terdiri dari

12 butir item positif dan 9

butir item negatif. Secara rinci penyebaran karakteristik dan

butir-butir

item untuk sikap kewiraswastaan

tersebut

dapat

dilihat pada Tabel 2 di bawah.

(33)

TABEL 2

KISI-KISI AN6KET UJI COBfi SIKAP KENIRASNASTAAN

NO. VARIABEL RUANE- LIN6KUP RESPONDEN ITItf POSITIF ITEM NEGATIF JUMLAH

1. Sikap Ke*iras*astaan warga belajar

1. berfceeauan keras uarga bela

jar

12 , 9 2 3

2.berkeyakinan kuat

atas kekuatan

pribadi

5, 13, 17 21 4

3.Kejujuran dan

tanggung jamb

6 7, 15, 16 4

4.ketahanan fisik

dan rental

IB 11 2

S.ketekunan dan

ke-uletan untuir be kerja keras

20 3 2

6.peaikiran yang

konstruktif dan kreatif

1,9,10,14 4,8 6

J U H L A H 12 9 21

2.2. Alat Ukur Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dirumuskan pada

aspek-aspek:

suasana dalam kegiatan pembelajaran, sikap sumber belajar

terhadap warga belajar, komunikasi sumber belajar dengan

warga belajar dan penampilan sumber belajar dalam proses

pembelajaran. Ke empat aspek ut-ama tersebut dikembangkan

kedalam rumusan operasional dalam bentuk butir-butir

pernya

taan,

maka

tersusun 34 item butir pernyataan

yang

terdiri

dari

26 butir item positif dan 8 butir item negatif.

Uraian

penyebaran butir pernyataan tersebut dapat dilihat pada Tabel

(34)

NO. VARIABEL

2. Proses Peibelajaran

TABEL 3

KISI-KISI ANGKET UJI COBA PROSES PEMBELAJARAN

RUAN6LW6KUP

1.suasana dalaa ke giatan peebelajar an 2.sikap suaber belajar terhadap warga belajar 3.koaunikasi sueber belajar dengan warga belajar 4.penaapilan suaber belajar dalaa pro ses peibelajaran RESPONDEN warga bela jar warga bela jar ITEM POSITIF 22,23,27, 28,29,33, 34,35,37, 38,39,52 30,44,46, 47 26,32,36 45,50 40,49,53, 54,55 ITfH NEGATIF 24,25,43, 48 31,42 41,51 JUMLAH 12

J U ML A H 26 34

2.3. Alat Ukur Motivasi Warga Belajar

Seperti halnya pada alat ukur terdahulu, motivasi

warga belajar dirumuskan dalam aspek-aspek berupa motivasi

berprestasi, motivasi pengembangan diri dan motivasi mendapat

penghasilan.

Ketiga aspek tersebut selanjutnya

dikembangkan

ke dalam rumusan yang oprasional dalam bentuk butir-butir

pernyataan sebanyak 12 item yang terdiri dari 10 item

pernyataan positif dan 2 item pernyataan negatif. Penyebaran

butir-butir pernyataan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di

bawah.

(35)

TABEL 4

KISI-KISI ANGKET UJI COBA MOTIVASI NAR6A BELAJAR

NO. VARIABEL RUANfi LINGKUP RESPONDEN ITEM POSITIF ITEM NE6ATIF JUMLAH

3. Motivasi Narga Bela

jar l.aotivasi berpres tasi warga bela jar 56,57,59, 64 60 4 2.aotivasi pengea-bangan diri 58,62,63 66 61 5 3.aotivasi aendapat penghasilan 65,67 2

JUMLAH 10 2 12

3. Uji Coba Angket

Setiap alat ukur yang baik memiliki ciri-ciri

tertentu. Winarno Surahmad (1980:90) mengemukakan bahwa :

Setiap alat ukur yang baik memiliki sifat-sifat tertentu

yang sama untuk setiap jenis tujuan tertentu dan situasi

penyelidikan.

Baik

alat

itu

untuk

pengukuran

cuaca,

tekanan

darah,

kemampuan belajar,

kuat

arus

kecepatan

peluru,

maupun

untuk

pengukuran

sikap,

minat,

kecenderungan,

bakat

khusus,

dan

sebagainya.

Semuanya

memiliki sedikitnya dua buah sifat, yaitu: validitas dan

reliabilitas pengukuran. Tidak ada satu dari sifat ini

meniadikan alat itu tidak memenuhi kriteria sebagai

alat

yang baik.

Berdasarkan

pendapat

di atas,

maka

untuk

mengukur

sesuatu diperlukan alat ukur yang baik.

Alat ukur yang

akan

digunakan

harus

mempunyai validitas dan

reliabilitas

yang

baik. Untuk mengetahui apakah angket atau kuisioner itu

mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik, maka alat

ukur tersebut harus ditimbang oleh para ahli atau lebih baik

diujicobakan terlebih dahulu.

3.1. Pengujian Validitas Instrumen

(36)

tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Pengertian

validitas menurut Scarvia B Anderson dalam Suharsimi,

1991:63) adaiah : A test is validif mesasures what is purpose

to measure. Selanjutnya Coni Semiawan (1990:45) mengatakan

bahwa validitas tes menunjuk kepada pengertian apakah hasil

tes sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan dan hingga

dimana tes itu telah mengukurnya. Kemudian Subino (1987:119) menyatakan bahwa validitas adaiah tingkat ketepatan tes dalam

mengukur apa yang harus diukur. Pendapat-pendapat tentang

validitas di atas menunjuk kepada sejauhmana alat tes atau alat pengumpul data itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diu

kur.

Mengenai validitas alat pengumpul data tersebut dapat diketahui dari hasil pengalaman dan dari hasil pemikiran. Jadi validitas alat tes dapat dilakukan secara rasional dan

secara empirik. Menurut pengelompokkan validitas alat tes

atau alat non tes dapat dibagi menjkadi 4 macam, yaitu

validitas isi (content validity), validitas konstruks (con struct validity), validitas yang ada sekarang (concurent validity), validitas prediksi (predictive validity).

Untuk alat pengumpul data pada penelitian ini yaitu

berupa non tes. Seperti telah dikemukakan bahwa semua

instrumen pengumpul data apapun bentuknya harus diujicobakan

terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Menurut Suharsimi ( 1989:224) dikemukakan mengenai alat

pengumpul data non tes sebagai berikut :

(37)

Tujuan

ujicoba instrumen-instrumen seperti angket,

pedo-man wawancara, pedoman pengamatan, daftar cocok dan skala

tidak

dimaksudkan

untuk

mengetahui

validitas

karena

biasanya instrumen-instrumen tersebut sudah disusun

atas

dasar

kisi-kisi dari variabel sehingga diharapkan

sudah

memiliki validitas isi dan validitas konstruksi.

Selanjutnya

dikatakan

pula

bahwa

tujuan

uji

coba

instrumen bukan tes terutama adaiah :

a. Untuk

mengetahui

tingkat pemahaman

responden

terhadap

instrumen.

Dengan

tujuan pertama

kadang-kadang

ujicoba

didahului

dengan

pra ujicoba

yang

dilakukan

terhadap

beberapa orang saja.

b. Untuk

mengetahui

ketepatan

penyelenggaraan

sekaligus

mencari

pengalaman

pelaksanaan

dan

mengidentifikasikan

kemungkinan

sarana penunjang yang masih harus

dipersiap-kan.

Jika mengacu pada pendapat di atas bahwa alat

pengumpul

data pada penelitian ini yang bentuknya bukan

tes

dikatakan

telah valid, tetapi untuk lebih baiknya

dilakukan

ujicoba

pula

alat pengumpul data

tersebut,

dengan

maksud

untuk menghitung validitas alat ukur tersebut secara empirik.

Adapaun

pengujian

validitas

alat

pengumpul

data

pada

penelitian

ini

dilakukan

dengan

cara

analisis

butir,

sedangkan

untuk

mengetahui indeks korelasi

alat

pengumpul

data

digunakan

rumus

korelasi

produk

moment

dengan

menggunakan

simpangan.

Adapun

rumusnya

(Eman

Suhaeman,

1990:145) sebagai berikut :

(38)

E xy

rxy - •

4 (E x2) (E y2)'

rXY • koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

x

• X - X, (simpangan terhadap rata-rata dari setiap data

pada kelompok variabel X)

y

- Y - Y, (simpangan terhadap rata-rata dari setiap data

pada kelompok variabel Y)

Hasil

perhitungan

yang

diperoleh,

kemudian

dibandingkan

dengan

Tabel harga kritik produk

moment

pada

taraf

signifikansi

a - 0,05. Jika hasil

perhitungan

tidak

memenuhi

syarat

signifikansi, maka item

tersebut

dianggap

tidak

signifikan dan selanjutnya perlu diuji kembali

dengan

uji-t, dengan rumus (Suharsimi,

1989:362)

:

r \J n - 2*

t ss• ••

Hasil

pengujian dengan uji-t,

kemudian

dibandingkan

dengan

daftar distribusi t. Jika t hasil

perhitungan

lebih

besar dari t pada Tabel, maka item tersebut dianggap valid.

Berdasarkan

hasil

perhitungan

uji

validitas

dari

intsrumen uji coba yang dilakukan terhadap 24 warga

belajar,

maka didapatkan :

a. Untuk Variabel Y yaitu sikap kewiraswastaan warga

belajar

dari

21 butir item ternyata ada 3 butir item

yang

tidak

valid, yaitu item nomor 15, 16, dan 21. Oleh kerena ketiga

butir

tersebut akan tetap digunakan sebagai

bagian

dari

(39)

alat

ukur

tersebut,

maka

untuk

item-item

tersebut

dilakukan revisi. Untuk perhitungan uji validitas tersebut

dapat

dilihat pada Lampiran 5, sedangkan penyebaran

item

dari

alat

ukur sikap kewiraswastaan dapat

dilihat

pada

Tabel 5 di bawah

TABEL 5

PENYEBARAN BUTIR SOAL AlAT UKUR SIKAP KENIRASNASTAAN

10. VARIABEL RUAN6 LINKUP RESPONDEN ITEM POSITIF ITEM NEGATIF JUMLAH

1. Sikap Kewiraswastaan warga belajar

1. berkeaauankeras warga bela jar

• :."2-: 1 3

2.berkeyakinaA kuat atas kekuatan pribadi

;

3 1 4

3.Kejujuran daa .

tanggung jawab

1 3 4

4.ketahanan fisik

dan aental

I 1 2

5.ketekanan dan ke-uletan untuk be

kerja keras

1 1 2

6.peaikiran yang

konstruktif dan

kreatif

4 2 6

JUMLAH 12 9 21

b.

Untuk

Variabel

Xj

yaitu

Proses

pembelajaran

setelah

dilakukan

pengujian validitas Lampiran 5), maka

dari

34

item

butir

pernyataan

ternyata ada 4

item

yang

tidak

valid, yaitu item nomor 45,46,47dan 49. Namun berdasarkan

pertimbangan maka dari jumlah 34 item-item tersebut

hanya

digunakan

sebagai

alat

ukur 24

item

butir

pernyataan

(40)

INO. VARIABEL

Proses peibelajaran

TABEL 6

PENYEBARAN BUTIR SOAL ALAT UKUR PROSES PEMBELAJARAN

RUAN6 LINGKUP

1.suasana dalaa ke

giatan peebelajar

an

2.sikap suaber belajar terhadap warga belajar

3.koaunikasi suaber

belajar dengan warga belajar

4.penaapilan suaber belajar dalaa pro ses peibelajaran

RESPONDEN

warga bela jar

warga bela jar

ITEM POSITIF ITEM NE6ATIF JUMLAH

JUMLAH 18 24

c. Untuk

Variabel X2 yaitu motivasi warga

belajar,

setelah

diuji validitas (Lampiran 5) dari 12 item butir pernyataan

ternyata ada 1 butir pernyata tidak valid yaitu item nomor

57. Namun berdasarkan pertimbangan untuk item-item

variabel

X2 ini akan digunakan semuanya, oleh karena

itu

untuk item yang tidak valid dilakukan revisi dan bahkan

jumlah butir pernyataannya ditambah 2 item butir

pernyataan, sehingga jumlah butir pernyataan menjadi 14

butir (lihat Tabel 7).

(41)

NO.

3.

VARIABEL

Motivasi warga bela

jar

TABEL 7

PENYEBARAN BUTIR SOAL ALAT UKUR MOTIVASI WARGA BELAJAR

RUAN6 LINGKUP

i.aotivasi berpres

tasi

2.aotivasi

pengea-bangan diri

3.aotivasi aendapat

penghasilan

RESPONDEN

warga bela jar

ITEM POSITIF ITEM NEGATIF JUMLAH

JUMLAH 11

14

J

3.2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Suatu alat tes yang baik selain harus valid juga harus

reliabel.

Suharsimi

(1991: 81) menyatakan bahwa

suatu

tes

mungkin

reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya

sebuah

tes

yang

valid

biasanya

reliabel.

Mengenai

istilah

reliabel

berasal dari istilah reliabilitas. Ngalim Purwanto (1985:138)

menyatakan

bahwa

reliabilitas

adaiah

ketepatan

atau

ketelitian

suatu

alat evaluasi. Oleh karena itu

suatu

tes

dikatakan

reliabel jika alat tes tersebut

dapat

dipercaya,

konsisten atau stabil.

Untuk

menguji reliabilitas alat pengumpul

data

yang

berupa

angket

pada penelitian ini

digunakan

rumus

alpha.

Adapun

langkah-langkah

untuk

uji

reliabilitas

sebagai

berikut:

a. Mencari harga varians tiap butir. dengan rumus

_ ( E X )"• E X*

-2

"

ff n "

(42)

2

<r n = varians butir ke n

2

EX

« jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap

but i r

(E X >•*• = kuadrat skor seluruh responden dari setiap bu

tir.

n « jumlah responden

b. Mencari

jumlah

varians

butir

(E

0""-h)

yaitu

dengan

menjumlahkan varians setiap butirnya (<r2 ).

n

c. Mencari harga varians total, dengan rumus :

E Y2

(E Y)*

2 0- t m

n

2

jr*^

a varians butir total

2

E Y*

=» jumlah kuadrat skor total tiap responden

2

(E Y >* = kuadrat dari jumlah skor total responden

n » jumlah responden

d. Masukan harga-harga varians di atas ke dalam rumus alpha.

k

E ar2n

11 C 1

-k - 1 <r2

t

(Suharsimi, 1989 : 166) k •»- banyaknya butir item

Hasil perhitungan yang diperoleh dari rumus Alpha,

kemudian dibandingkan dengan harga indeks korelasi

(Suharsimi, 1989 :167) sebagai berikut.

(43)

0,800 - 1,000 • sangat tinggi

0,600 - 0,799 - tinggi O,400 - 0,599 • cukup

0,200 - 0,399 • rendah

0,000 — 0,199 «• sangat rendah

Setelah

perhitungan

dengan

kedua

rumus

tersebut,

selanjutnya diuji kembali dengan uji-t :

r (jn-2'

4 1 - r2'

Hasil

pengujian dengan uji-t,

kemudian

dibandingkan

dengan

daftar distribusi t. Jika t hasil perhitungan lebih besar

dari

t

pada Tabel, maka item

tersebut

dianggap

reliabel,

dengan tingkat kepercayaan 95 V. dan dk » n - 2

Hasil perhitungan uji reliabilitas angket hasil uji

coba

(lihat

Lampiran 7) diperoleh

koefisien

rjj

sebesar

0,99, sehingga dapat ditafsirkan bahwa alat pengumpul data

yang

digunakan dalam penelitian ini

reliabilitasnya

sangat

t ingg i.

E. Rencana Pengolahan Data

Pada penelitian ini, pengolahan data beroirentasi pada

permasalahan penelitian dan tujuan penelitian, yaitu untuk

mencari hubungan antara variabel-variabel penelitian, maka

digunakan teknik korelasi. Teknik ini mencari hubungan antara

variabel

Y sebagai sikap kewiraswastaan dengan

variabel

Xj

yaitu

Proses pembelajaran,

X2 yaitu motivasi

warga

belajar

(44)

Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel

tersebut, maka digunakan analisa korelasi dan analisa regresi

dengan mengikuti tahapan sebagai berikut.

1. Pengujian Normalitas Data

a. Distribusi Frekwensi

(1) Menentukan rentang (R) = Data besar - data kecil

(2) Menentukan banyak kelas (i) » 1 3,33 log n

(3) Menentukan panjang kelas interval = R/i (4) Menentukan ujung bawah kelas interval (5) Menyusun daftar distribusi frekuensi. b. Menghitung Mean, Varians dan Standart deviasi

E fi Xi (1) Mean x =

(2) Varians

S2 *

n

E fi

(Xi - X)2

(n -1)

(3) Standar Deviasi

SD

=

-J" S2

c. Menghitung statistik Cfji Kuadrat

( x2)

(Oi - Ei)x

X2

*

E

Ei

Dengan kriteria, sampel berdistribusi normal jika :

&"

hit

^ ^

(oe-D(k-l)

dengan a

taraf

signifikansi

• 0,05 dan k adaiah banyak kelas interval.

2. Menentukan persamaan regresi

Persamaan regresi yang digunakan adaiah Y = a + bX. Harga a dan b dicari dengan menggunakan rumus :

(E X2)

(E Y) - (E X)

(E XY)

n E X2 - (E X2)

n E XY - (EX) (E Y)

b * :

n E X2 - (EX)

(E Y)

(45)

3. Uji Linieritas Regresi

Langkah-langkah pengujian linieritas regresi adaiah

sebagai berikut :

a. Mengelompokan data X yang sama, kemudian disusun dalam

bentuk Tabel.

X Y

X1

"™1

YU

*

M

nl u

xlnl "—

Ylnl

x2

—,

Y22

n2

-x2n2

Y2n2

b. Menyusun Tabel ANAVA (Analisis Varians)

Sumber Varians total Regresi Regresi Sisa (a) (b/a) Tuna Cocok Kekeliruan dk n 1 1

n - 2

k - 2

n - k

JK

E Y"

JK (a) JK (b/a)

JK (S)

JK ( T O

JK (E)

RJK

E YJ

JK (a)

S2 reg

w 15 J. «ca

TC

S^

JK(b/a)

JK (S)

n - 2

JK (TC) k - 2

JK (E)

n - k

S*- reg

&*• sis

(46)

Keterangan

a. Jumlah kuadrat regresi total

JK (T) -

E Y2

b. Jumlah kuadrat regresi a

JK (a) • (E Y)2/n

c. Jumlah kuadrat regresi b terhadap a

(E X) (E Y) JK (b/a) = b CE XY

-n

d. Jumlah kuadrat residu

JK (S) « JK (T) - JK (a) - JK (b/a) e. Jumlah kuadrat kekeliruan

E Y*

2 _

JK (E) » E C E Y

n

f. Jumlah tuna cocok

JK (TC) « JK (S) - JK (E)

g.

Derajat kebebasan kekeliruan (dbg)

dbg » n - k

h. Derajat kebebasan tuna cocok dbjQ

dby£ =* k — 2

"2

i.

Rata-rata kekeliruan (S g)

S2E

- JK (E) : dbE

j. Rata-rata kuadrat ketidak cocokan atau tuna cocok (S*jq)

S2TC - JK (TC) : dbTC

k. Menghitung F untuk pengujian independent dan regresi

li-nier adaiah hasil bagi F «? S^reg : S ^is ternyata

berdis-busi F dengan dk pembilang dan penyebut l/(n - 2).

105

(47)

Berdasarkan ini hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Desa Bontobangun yang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kabupaten Bulukumba telah memiliki beberapa program kerja yang tengah dikembangkan dalam

Perwakilan perusahaan yang hadir adalah direktur atau yang mewakili dengan membawa surat kuasa yang ditandatangani direktur. Demikianlah untuk maklum, atas perhatiannya

Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Secara Langsung dan Tidak Langsung Terhadap Kinerja Usaha Kecil &amp; Menengah (UKM).. (Skripsi, Universitas Dipenogoro Semarang,

DAFTAR PENETAPAN PENSIUN POKOK PENSIUNAN JANDA/DUDA PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN RUANG IV/d.

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DI LUAR DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA.. PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK (Perkara

TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PESERTA DIDIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Secara umum yang dimaksud dengan peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk / jasa dalam periode waktu tertentu

Dalam hal menghadapi persaingan yang ketat di bidang rental studio musik maka pihak Callista Music Studio harus tanggap terhadap hal apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam