xiu/
KEBERHASIL.^H
FEH3i0iK&»
LUAR SEKOLAH
dalam
khiimm
SIKAP kewiraswastaah
MELALUIPEM3ELAIARAH DAN PEMBIHAAH
KSQTIVASI WABSA BELAJAR
(Studi Deskriptif Analitik Terhadap Warga Kelompok Beiajar
Tata Bias Kacantikan P«ambut Sanggar Kegiatan Beiajar
Babakan Ciparay Bandung)
T E S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan Dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
O leh
AAS SARASWATI
9132343
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDSDIKAN
BANDUNG
ABSTRAK
Thesis ini berjudul Keberhasilan Pendidikan Luar
Sekolah Dalam Pembinaan Sikap Kewiraswastaan Melalui Pembela
jaran dan Pembinaan Motivasi Warga Beiajar (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Warga Kelompok Beiajar Tata Rias Kecantikan Rambut Sanggar Kegiatan Beiajar Babakan Ciparay Bandung.
Penelitian ini pada dasarnya ingin mengungkapkan
tentang sikap Kewiraswastaan warga Kelompok Beiajar Tata Rias Kecantikan Rambut yang dibina oleh Sanggar Kegiatan Beiajar Babakan Ciparay Bandung melalui pembelajaran dan pembinaan motivasi warga belajarnya.
Teknik pengumpul data pada penelitian ini menggunakan raetode observasi, angket, wawancara, serta dokumentasi. Metode tersebut dipergunakan sesuai dengan data yang diperlu-kan yaitu data tingkat sikap kewiraswastaan, data tingkat kualitas proses pembelajaran dan data tingkat motivasi warga beiajar.
Hasil temuan dari penelitian ini adalah:
1. Tingkat sikap kewiraswastaan warga beiajar termasuk kate-gori baik, hal ini dapat terlihat dari hasil skor rata-rata hitungnya adalah 83,46, sedangkan skor maksimunnya
adalah 105. Jika diprosentasekan tingkat tingkat sikap
kewiraswastaan tersebut adalah 79%.
3. Tingkat motivasi warga belaiar termasuk kategori baik. Hal
ini terlihat dari hasil skor rata-rata hitungnya 55 se dangkan skor maksimumnya adalah 70. Jika diprosentasekan tingkat motivasi warga beiajar tersebut adalah 78,6%.
4. Secara signifikan bahwa proses pembelajaran memiliki hubungan bermakna sebesar 14,59 % terhadap sikap kewiras wastaan warga beiajar, jadi tingkat proses pembelajaran menentukan juga terhadap tingkat sikap kewiraswastaan warga beiajar.
5. Secara signifikan bahwa tingkat motivasi warga beiajar memiliki ketergantungan sebesar 17,93 % terhadap sikap kewiraswastaan warga beiajar, jadi tingkat motivasi warga beiajar menentukan juga terhadap tingkat sikap kewiraswas taan warga beiajar.
6. Gabungan antara tingkat kualitas proses pembelajaran dan tingkat motivasi warga beiajar memiliki ketergantungan terhadap tingkat sikap kewiraswastaan warga beiajar. Oleh karena itu terdapat -faktor lain yang mempengaruhi terhadap sikap kewiraswastaan warga beiajar (68%) yang dalam pene
litian ini tidak terungkap.
7. Warga beiajar dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi memiliki tingkat keterlibatan dan tingkat motivasi yang
paling tinggi. Jika diurut, maka tingkat keterlibatan
pembelajaran dan tingkat motivasi yang dimiliki oleh warga beiajar berdasarkan tingkat pendidikan adalah yang
ABSTRAKSI
KATA PENSANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .
DAFTAR LAMPIRAN.. ....
DAFTAR ISI
n »
n « m
u t>
ha laman
I V
V I
V 1 1 1
x 3.
x 111
x v
BAB I
PENDAHULUAN.
3.
A. Latar
Belakang
Masalah...
i
B.
Masalah
••••••••«»•«»••...»..,.«.,...
14
C. Tujuan Penelitian
.
...
.
...
15
D. Kegunaan Penelitian. .
17
BAB II
BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBERHASILAN
KE
LOMPOK BELAJAR DALAM UPAYA PEMBINAAN SIKAP KEWI
RASWASTAAN
is
A. Kegiatan Kelompok Beiajar Dalam Sanggar Kegiat
an Beiajar
...
je
B. Peranan Kelompok Beiajar
Dalam
Mengembangkan
Sikap Warga Beiajar
...
32
C. Sikap Kewiraswastaan
43
D.
Upaya Kelompok Beiajar
Tata
Rias
Kecantikan
Rambut Dalam Mewujudkan
Sikap
Kewiraswastaan
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Warga
Beiajar 65
F. Anggapan Dasar 73
G. Hipotesis 73
H. Penjelasan Ist.ilah . 74
I. Penel i t ian-Penel it ian Terdahulu 82
BAB 111 PROSEDUR PENELITIAN 86
A. Metode Penelitian 86
B. Variabel Penelitian 86
C. Populasi dan Sampel 87
D. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Alat
Pengumpul Data 88
E. Rencana Pengolahan Data. 102
BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA . H O
A. Deskr ipsi Data. 110
B. Pengujian Asumsi Statistik ... Ill
C. Pengujian Hipotesis 1:1.4
D. Temuan Penelitian 119
BAB V PEMBAHASAN, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI ... 122
A. Pembahasan .122
B. Kesimpulan ... i^j/
C. Rekomendasi 160
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
A. DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen Pendidikan Luar Sekolah ... Gambar 2 Proses Pembentukan Implementasi
Si kap
Gambar 3 Sikap Kewiraswastaan
Gambart 4 Hubungan Variabel Penelitian
Halaman
34
45 87
B. DAFTAR TABEL
Tabel 1 Dimensi Sikap Dan Perilaku Mendewasa ... 39 Tabel 2 Kisi-kisi Angket Uji Coba Sikap
Kewiraswas-X. C* cA II t t M t t * u a u i t n U t t t i i i u t t t t t r u M x t u i > * n w t t m * t i t t u * t t n t i u t > M T^I*.
Tabel 3 Kisi-kisi Angket Uji Coba Proses
Pembelajar-rail w n u t i t t u u * M u u u t i i t > i i t u n i t u u i * u n a * * t t m w u u t i o i t t t u H H U /•.)
Tabel 4 Kisi-kisi Angket Uji Coba Motivasi Warga
Beiajar ... 94 Tabel 5 Penyebaran Butir Soal Alat Ukur Sikap
Kewiraswastaan 98
Tabel 6 Penyebaran Butir Soal Alat Ukur Proses
Pem-DB J. Cl j a I 3 R ttmmuuamuuiittitrtiiittittuttntimtiuunuuutttiau / 7
Tabel 7 Penyebaran Butir Soal Alat Ukur Motivasi
Warga Beiajar 100
Tabel 8 Rangkuman Pengujian Normalitas Distribusi.. 112 Tabel 9 Hasil Pengujian Model Regresi Linier ... 114 Tabel 10 Skor Rata-rata Hitung dan Standar Deviasi.. 119 Tabel 11 Rangkuman indeks Korelasi dan Indeks ... 119
Diterminasi
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Variabel Sikap
Kewira-Tabel 13 Distribusi Frekuensi Variabel Sikap
Tabel
14
Distribusi Frekuensi Variabel Proses Pembel
ajaran n 203
Tabel 15
Distribusi Frekuensi Variabel Proses Pembel
ajaran
204
Tabel 16
Distribusi Frekuensi variabel Motivasi Warga
Be 1a jar. ..
205
Tabel 17
Distribusi Frekuensi variabel Motivasi Warga
Beiajar.
206
Tabel 18
Skor faktor Proses Pembelajaran (Xj) dan Y
Setelah Xj Dikelompokan
208
Tabel 19
Anava Linieritas Regresi
...
210
Tabel 20
Skor Motivasi Warga Beiajar (X7>
dan Y Sete
lah X2 Dikelompokan
...
212
Tabel 21
Anava Linieritas Regresi ...
215
Tabel 22
Persiapan Perhitungan Regresi
...
217
Tabel 23
Persiapan Perhitungan Korelasi Rank Spearman
Untuk Xj
221
Tabel 24
Persiapan Perhitungan Korelasi Rank Spearman
Untuk X?
224
Tabel 25
Skor Motivasi Warga Beiajar Berdasar Tingkat
Pendi dikan 226
Tabel 26
Skor Proses Pembelajaran Warga Beiajar Ber
dasar Tingkat Pendidikan . 227
Tabel 27
Skor Sikap Kewiraswastaan Warga Beiajar Ber
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Kisi-kisi Angket Uji Coba Sikap Kewiraswas
taan,
Proses Pembelajaran Warga Beiajar Dan
Motivasi Warga Beiajar
167
Lampiran 2
Angket Uji Coba Sikap Kewiraswastaan,Proses
Pembelajaran,
dan Motivasi Warga Beiajar ..
168
Lampiran 3
Tabulasi Data Uj i Coba ...
us
Lampiran 4
Tabel Persiapan Uji Validitas Angket ...
j.79
Lampiran 5
Perhitungan Uji Validitas Instrumen Peneli
tian Berdasarkan Data Hasil Uji Coba
180
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket ....
182
Lampiran 7
Tabel Persiapan Uji Reliabilitas ...
....
Lampiran 8
Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Pene
litian Berdasarkan Data Hasil Uji Coba
Ang-Lampiran 9
Kisi-kisi Angket Setelah Uji Coba Sikap
Ke
wiraswastaan, Proses Pembelajaran, dan
Moti
vasi Warga Etelajar 188
Lampiran 10.Angket Sikap Kewiraswastaan,Proses Pembela
jaran Dan Motivasi Warga Beiajar 139
Lampiran 11.Tabulasi Data Motivasi Warga Beiajar
198
Lampiran 12.Tabulasi Data Proses Pembelajaran Warga
Bel-ajar . . j99
Lampiran 13.Tabulasi Data Sikap Kewiraswastaan Warga
Bel-ajar... 200
Lampiran 14.Uji Normalitas Variabel Sikap kewiraswastaan
Warga Beiajar <Y> 201
Lampiran 15.Uji Normalitas Variabel Proses Pembelajaran
Warga Beiajar <X1>... 203
Lampiran 16.Uji Normalitas Variabel Motivasi Warga
Bel-ajar <X2) „ 205
Lampiran 17. Pengujian Linieritas Regresi
207
Lampiran 18.Pengujian Linieritas Regresi
211
Lampiran 19.Regresi Y Terhadap
XI
dan X2
216
Lampiran 19.Perhitungan Uji Korelasi
221
184
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekoiah
merupa-kan satu kesatuan sistem pendidimerupa-kan nasionai yang berdasarmerupa-kan
Pancasila,
dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan
terha-dap
Tuhan Yang Plana Esa, kecerdasan,
keterampiian,
memper-tinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal
semangat
kebangsaan
agar
dapat
membangun dirmya
sendin
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.
Pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasionai,
Bab IV,
pasal
10,
ayat
1 dan 3
dije-laskan bahwa:
- Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2(dua)
jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur
pendi-diikan luar sekolah.
- Jalur
pendidikan
luar sekolah
merupakan
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah melalui
kegiatan
belajar-mengajar
yang
tidak harus
berjenjanq
dan
be r k es i nam bu ng a n.
Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dari sis
tem Pendidikan Nasionai,
mampu memberikan peluang
lebih
be-sar kepada anggauta masyarakat untuk terus
meningkatkan
pe-ngetahuan, sikap dan keterampiian yang dimilikinya.
Kegiatan-kegiatan
yang
bersifat
pendidikan
harus
mampu membebaskan manusia Indonesia dari alam fikiran
dogma-tis,
negatif dan tradisional statis. Bengan demikian
manusia
Indonesia harus mampu mengembangkan dan menemukan
alternatif-alternatif dan mampu mengambil keputusan untuk merintis jalan
dan bangsa dan tanpa mengorbankan identitasnya serta mencer-daskan kehidupan bangsa.
Qleh karena itu pendidikan yang diperlukan adaiah
pendidikan yang dapat dan mampu mengaktualisasikan potensi
manusia Indonesia berupa sikap, tindakan dan karya yang dijiwai dan ditenagai oleh kesadaran dan tanggung jawabnya sebaqai individu maupun sebagax kelompok. Di masa lalu, seko lah dipandang sebagai sumber terbesar dari nilai-nilai pen didikan yang diharapkan untuk diperoleh. Pendidikan perseko
iahan dianggap paling efisien dan produktif. Kim sistem persekoiahan menunjukkan beberapa bukti kekurang berhasilan
menjalankan rungsi dan peranannya.
Kekurangan yang dirasakan diantaranya adaiah keluaran
sekolah lebih berorientasi sebaqai pencari kerja,dan buKan
sebagai pencipta kesempatan kerja. iiengingat belum
mampu-nya sistem persekoiahan memenuhi semua fungsi dan peranan
nya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat mai-:a perlu
dicarikan alternatif lain yang memungkinkan tertutupinya oe
berapa kekurangan dari penyelenggaraan sistem persekoiahan.
Alternatif yang dipilih harus memberikan peluang yang meya-kinkan untuk terpenuhinya bet-bagai fungsi produksi pendidik
an. Secara umum melalui salah satu bentuk kegiatan pendidik
an luar sekolah yang berazaskan pada pendidikan sepanjang
hayat harapan itu dapat dipenuhi sepanjang airancanq denqan
cermat dan didukunq oleh supra sistem di sekitarnya. Pendi
dikan sekoian saja tidak cukup untuk menjawab kebutuhan
denqan
berbagai macam
kegiatannya
dapat
berperan
sebaqai
suplemen, komplemen dan
sufostitusi,sebagaimana yang
diung-kapkan
oleh
Sutaryat Trisnamansyah (1986:44-46):
PLS
sebagai
suplemen
foerarti
PLS
sebagai
tambahan
terhadap pendidikan persekoiahan. PLS sebagai komplemen
adaiah
yang
melengkapi
apa-apa
yang
diajarkan
da lam
pendidikan persekoiahan.
PLS sebaqai substitusi
berarti
sebagai pengganti pendidikan persekoiahan
Dalam
upaya melaksanakan pendidikan,
pendidikan
luar
sekolah
menganut
azas
pendidikan
sepanjang
hayat.
Daiam
gagasan
tersebut
terkandung makna
bahwa
seorang
individu
dapat
dan
harus belajar terus menerus sampai
akhir
hayat.
Dengan
demikian
pendidikan
luar
sekolah
yang
berazas
pendidikan
sepanjang
hayat
berorientasi
pada
terjadinya
proses
perubahan pada din peserta didik ke arah
mendewasa.
Manusia mendewasa diartikan oleh D.Sudjana yakni: aurang yang
selalu
mengembangkan
potensi
dirinya
dan
berusaha
untuk
mencapai kepuasan diri".
Penqertian ini memberi makna bahwa seseorang yang mende
wasa selalu secara terus menerus mengembangkan kemampuan
dirinya
yang terwujud dalam
penampilan dirinya. Keseluruhan
upaya pengembangan diri tertuju pada upaya untuk meningkatkan
tarat
hidup.
Dengan dianutnya azas pendidikan
seumur
nidup
dalam
konsep
pendidikan luar sekolah,
maka
fungsi
utama
pendidikan
luar
sekolah
adaiah
membelajarkan
masyarakat,
kapan saja,
dimana saja,
agar warga masyarakat. mampu
memeii-hara
dan
mamanfaatkan
mlai-nilai
yang
baik
dan
ledih
bermanfaat.
bagi
kenidupan
pribadi,
keiuarga,
masyarakat,
Usaha meningkatkan kualitas kehidupan adaiah cita-cita
setiap
manusia.
Oleh
sebab itu
kehidupan
manusia
selalu
dinamis, apa yang telah berhasil dilakukannya senantiasa
diusahakan untuk lebih ditmgkatkan lagi. Jadi setiap manusia
dalam benaknya memiliki motif untuk berupaya
merealisasikan
pengembangan
din yang terus menerus tanpa
batas
sepanjang
individu mampu meningkatkan dirinya.
Ini berarti bahwa
peri-laku yang tampak adaiah merupakan nasi I interaksi antara
motif dengan aspek-aspek situasi yang diamati.
Sebagai
hasil
interaksi,
maka dapat saja terjadi bahwa perilaku yang
sama
dapat
mendasari
tujuan yang berbeda. Demikian
pula
halnya
dengan
perilaku
yang berbeda,
dapat mendasari
tujuan
yang
s a m a .
David Pic Clelland (1987 s 31) melihat bahwa motif ber
prestasi
menjadi
pendorong
bagi
seseorang
untuk
mencapai
tujuan hidupnya.
Pengertian
tersebut
di atas
mengandung
makna
bahwa
motif
berprestasi
akan menjadi tenaga penggerak
pada
din
seseorang untuk mengaktualisasikan diri, walaupun kebutuhan
dasarnya
belum terpenuhi dengan baik.
Karena
individu
yang
memiliki
motif
berprestasi tinqgi,
akan
selalu
mengerja-kan
tugas mereka dengan baik.
Piereka akan selalu
meningkat
kan
pengetahuan
dan keterampiIan agar dapat
tampil
dengan
hasil
yang memuaskan.
Adanya motif untuk
mengaktualisasikan
diri pada individu bila dibina dan
diarahkan
maka
pengem
bangan sumber daya manusia dapat tercapai. Kehernasi Ian
pembangunan
akan
sangat bergantung
dan
kualitas
pelakunya dalam pembangunan tersebut. Oleh sebab itu
pembi-naan sumber daya manusia agar dapat berperan sebagai faktor
pembangunan yang berhasil, selayaknya mendapat kepeduiian
yang utama.
Plempersoalkan pembi naan sumber daya manusia berarti
mempersoalkan masalah pendidikan, baik pendidikan yang
di-selenggarakan oleh pemerintah maupun pendidikan yang
dise-lenggarakan oleh masyarakat.
Dalam melakukan berbagai
kegiat-an di masyarakat, pengemoangan sumber daya manusia tidak
hanya ditujukan pada usaha memasuki lapangan kerja yang
tersedia, tetapi yang diutamakan adaiah mampu menciptakan
lapangan kerja. Upaya ini dilakukan guna mengatas di masalah
yang dihadapi saat ini oleh pemerintah maupun rakyat Indone sia, yakni terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia,
se-hingga bertambahnya pengangguran setiap tahunnya. Berdasarkan proyeksi yang dihitung dari proyeksi tingkat kelahiran dan
tingkat kematian, seperti yang dikemukakan oleh Singarimbun
diperkirakan bahwa, " tingkat persiapan kerja (TPK) selama
tahun 1981-2000 cukup besar, dan akan bertambah sekitar rata-rata 2 juta setiap tahun".
Purwanto Teguh Widodo, menyatakan bahwa, "raeskipun KB telah berhasil dalam menekan jumlah kelahiran, calon pencari
kerja dalam masa-masa mendatang pun masih menunjukkan jumlah
yang besar". Jika pertumbuhan kesempatan kerja yang ada tidak
sesuai dengan pertumbuhan angkatan kerja, maka akibat yang
terjadi adaiah peningkatan jumlah penganggur. Pengangguran
kete-gangan-ketegangan sosial dalam kehidupan masyarakat, sehingga
stabilitas nasionai akan terganggu, dan pembangunan nasionai
akan terhambat, jika tidak ditangani secara serius. Situasi
demikian sudah disadari oleh pihak pemerintah maka pemerintah
mengambil kebijakan bahwa :
Sebagai kelanjutan dari bagian pembangunan dan
berdasarkan pada hasil pembangunan sebelumnya,
kebijaksanaan Pembagunan Lima Tahun Keenam diarahkan
untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas
kehidupan masyarakat agar makin maju dan mandiri yang
dijiwai nilai-nilai Pancasila. Upaya pemerataan
pembangunan dan hasiI-hasilnya yang makin meluas,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, penciptaan dan
perluasan lapangan kerja serta lapangan usaha dan pengqalakkan pembangunan daerah terbelakang, khususnya kawasan timur Indonesia, ditingkatkan dan diarahkan agar
mampu mewujudkan kesejahteraan yang makin adil dan
makin merata bagi seluruh rakyat, serta menumbuhkan sikap kemandirian bangsa. (Tap PIPR RI, 6BHN 1993:50)
Penciptaan lapangan kerja merupakan tanqgung jawab
bersama, sebab terciptanya lapangan kerja di masyarakat,
tidak terlepas dari mutu manusia baik watak, sikap maupun
latar belakang pendidikannya.
Pengertian sumber daya manusia menurut Plangum ( dalam Soeroto, 1986 4) adaiah sumber kegiatan manusia yang produktif
dan semua potensinya untuk memberikan sumbangan yang
produktif bagi masyarakat. Simandjuntak (1982: 9) meng-ungkapkan tentang sumber daya manusia sebaqai berikut :
Di satu pihak untuk meningkatkan keterampiIan atau ke mampuan kerja manusia dalam melakukan berbagai macam kegiatan masyarakat. Di Iain fihak pengembangan sumber
daya manusia berhubungan erat dengan usaha penihgkatkan
taraf hidup.
seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu. Bila dalam pembinaan sumber daya manusia tanpa ditanamkan sikap untuk
mengembangkan keakhlian tertentu berarti pembinaan sumber daya tersebut lebih cocok ditujukan untuk memasuki lapangan kerja yang telah tersedia. Inilah yang merupakan saiah satu kendala yang sedang digalakkan pemerintah Indonesia saat ini, terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. Oleh karena itu poia pembinaan sumber daya manusia di Indonesia hendaknya tidak hanya ditujukan pada usaha untuk memasuki lapanqan kerja semata, tetapi yang lebih penting adaiah pembinaan sikap untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
Penciptaan lapangan pekerjaan di Indonesia merupakan tanggung jawab semua pihak baik individu, keluarga, masyarakat. dan pemerintah. Dasar untuk memperluas penciptaan lapanqan pekerjaan adaiah dimilikinya sikap-perilaku kewiraswastaan, karena dengan dimilikinya sikap-perilaku kewiraswastaan oieh individu akan tumbuh manusia kewiraswastaan yang dapat men ciptakan lapangan pekerjaan. Seperti yang diungkapkan oleh
Ropke (dalam Bintoro, 1966: 45) bahwa :
Suatu bangsa akan berkembang s&c&ra. ekonomis ,apabila bangsa tersebut mempunyai kewiraswastaan-kewiraswastaan yang mempunyai kebebasan dan motif yang mendorongnya untuk mengambil keputusan yang bersifat kewiraswastaan, yang sebetulnya mengadakan inspirasi yaitu mewujudkan gagasan baru dalam praktek.
Oleh sebab itu baik dalam sektor pemerintah maupun
memer-lukan
manusia-manusia
kewiraswastaan
dalam
arti
pendekar
kemajuan yang mampu berdikari , cerdik dan cerdas, berani
mengatasi berbagai resiko dan persaingan tanpa meninggalkan
manfaat kerjasama dengan siapapun dengan tujuan lebih
memaju-kan masyarakat dan 1ingkungannya.
Masyarakat dapat merupakan suatu wadah yang dinamis
untuk menaburkan benih-benih kewiraswastaan. Penaburan
benih-benih kewiraswastaan dapat berlangsung dalam bentuk pendidik
an luar sekolah. Untuk itu masing-masing anggauta masyarakat
memupuk perilaku kewiraswastaan melalui kegiatan yang
dilakukan oleh sanggar-sanggar kegiatan belajar yang
menyelenggarakan berbagai macam kursus untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.Seperti yang dituangkan oleh Wasty dalam
bukunya yang berjudul Pendidikan Kewiraswastaan " (1984:192)
bahwa:
Pendidikan kewiraswastaan di kalangan masyarakat akan
lebih berhasil apabila masyarakat memiliki minat dan
dorongan untuk hidup maju. untuk itu perlu adanya
motivasi kehidupan berwiraswata bagi segenap anggauta
masyarakat.
Ungkapan di atas mengandung makna betapa pentingnya
pembinaan perilaku kewiraswastaan bagi upaya memajukan
anggauta masyarakat yang maju dan berkembang secara dinamis.
Tumbuhnya kewiraswastaan merupakan salah satu tujuan teori
pengembangan sumber daya manusia dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Kewiraswastaan menunjuk pada perilaku individu-individu yang berorientasikan kepada tindakan, bermotivasi
tinggi,
percaya
diri,
percaya diri serta
berani
mengambil
resiko dalam mengejar tujuannya. Oleh karena itu kewiraswas
taan menunjuk pada perilaku berusaha dari individu. Perilaku
berusaha yang dimiliki kewiraswastaan akan menumbuhkan peran serta yang nyata dalam kegiatan pembangunan. Suparman Sumaha-midjaya,mengemukakan gambaran ideal manusia yang memiliki
perilaku kewiraswastaan, yakni:
Orang yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, akan
tetapi mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk
menolong dirinya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk mengatasi kemiskinan tanpa bantuan instansi
pemerintah atau instansi sosial.
Dalam upaya pembinaan perilaku kewiraswastaan melalui
bidang pendidikan luar sekolah , Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB) merupakan pusat kegiatan masyarakat yang berfungsi
sebagai unit pelaksana teknis dari Direktorat Jendral
Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olah Raga yang ada di
daerah dapat berperan serta, melalui kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar. Hal tersebut di
atas sesuai dengan tujuan umum sanggar kegiatan belajar yaitu: Meningkatkan sikap, mental, pengetahuan, keterampiIan
warga masyarakat dan merangsang untuk dapat berusaha /belajar
pribadi dan masyarakat tidak cukup hanya dengan usaha memaju
kan pendidikan sekolah saja. Banyak anggauta masyarakat yang
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari
serta kebutuhan-kebutuhan untuk maju dan berprestasi. Untuk
dapat menyelesaikan permasalahan di atas tidak bisa lagi
hanya mengandalkan kemampuan pendidikan sekolah, namun pen
didikan luar sekolah yang banyak berperan.
Atas dasar ini maka pemerintah, masyarakat maupun keluarga yang ketiganya bertanggung jawab terhadap pendidikan berpacu terhadap pendidikan untuk meningkatkan kemampuan baik melalui satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan
luar sekolah.
Upaya yang dikelola pemerintah melalui satuan
pendidikan luar sekolah diantaranya : Kelompok-kelompok bela jar yang dikelola oleh Sanggar Kegiatan Belajar.
Kendati ada warga masyarakat yang perlu disadarkan
potensinya, namun ada pula warga masyarakat yang telah
memiliki kesadaran untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampiIan, baik melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, bahkan mereka tidak segan-segan
harus mengeluarkan biaya untuk keperluan tersebut. Dikenal
berbagai satuan pendidikan luar sekolah yang tumbuh dalam masyarakat, salah satu diantaranya adaiah kursus dan kelompok belajar yang dilaksanakan oleh sanggar-sanggar kegiatan
belajar.
Untuk tujuan belajar yang sangat khusus, Dikmas menyelenggarakan kursus-kursus. Kursus tersebut biasanya
menyangkut pengetahuan, keterampiIan atau kecakapan yang
diinginkan oleh pemerintah atau yang sangat laku dipasaran
kerja. Dikmas secara berangsur-angsur menyelenggarakan car
a-cara belajar yang bervariasi, antara lain dengan metoda
belajar sendiri dan permagangan? namun bila dibandingkan
dengan cara kursus, pelaksanaan metode tersebut masih jarang
digunakan.
Kelompok belajar menyajikan bentuk pendidikan yang
lebih terbuka. Suatu kelompok belajar terdiri sepuluh sampai
duapuluh orang yang berkumpul dan belajar serta bersama-sama
merumuskan kebutuhan belajar, menyusun rencana kegiatan belajar, mencari dan mengatur sumber belajar yang diperlukan
serta secara teratur belajar bersama-sama untuk memenuhi
kebutuhan belajar. Kelompok belajar dibantu oleh penilik dan
pamong belajar dalam menggerakan proses belajar. Konsep kelompok belajar sederhana saja namun merubah cara-cara menirukan pelajaran disekolah tidaklah mudah.
Karena kursus dan kelompok belajar yang tumbuh dalam
masyarakat pada dasarnya diikuti oleh peserta belajar yang
datang dengan kesadaran sendiri, maka waktu belajar yang
eksternal. Dukungan internal yang dimaksudkan dalam penelitian ini ditekankan pada motivasi warga belajar. Motiv-asi warga belajar akan menjadi tenaga penggerak dalam men
gaktual isasikan diri.
Dari hasil penelitian kebutuhan di masyarakat Barat,
ditemukan adanya enam kebutuhan, dan ini berlaku pula pada masyarakat di bagian dunia lainnya, dikemukakan oleh Krech,
(1962:89) sebagai berikut :
1. Motif untuk mengejar materi/keuntungan (the
acquistive want).
2. Motif berprestasi (the prestige want)
3. Motif berafiliasi (the afiliation want)
4. Motif menolong orang lain (the altruistic want) 5. Motif berkuasa ( the power want)
6. Motif untuk mengetahui (the curiosity want).
Malcolm Knowles (1980:80), Menjelaskan kebutuhan pen didikan sebagai, "sesuatu yang harus dipelajari oleh seseo
rang guna kelangsungan kehidupan dirinya, organisasi yang ia
masuki atau untuk kelangsungan kehidupan masyarakat".
Dari batasan tersebut di atas D. Sudjana (1989: 47)
1. Seseorang yang menyatakan dan merasakan keinginan untuk memiliki dan meningkatkan pengetahuan,
keteram-pilan, sikap serta aspirasi dapat dicapai melalui kegiatan belajar.
2. Kebutuhan pendidikan yang dirasakan dan dinyatakan
oleh seseorang itu merupakan eksperesi dari kebutuhan
diri seseorang (individual need), kebutuhan lembaga
(intitusional need), atau kebutuhan masyarakat
(community need) bahkan mungkin merupakan manifestasi ketiga macam kebutuhan tersebut.
Walau ada penggolongan terhadap kebutuhan namun pada
diri manusia biasanya tidak hanya dikuasai oleh satu kebutuh
oleh seorang individu. Ini pula yang dapat menyebabkan manu
sia berprilaku berbeda antara satu sama lain, sebab kebutuhan
yang sama dapat saja menimbulkan tindakan yang berbeda. Dari
implikasi tersebut diketahui bahwa kesadaran akan kebutuhan
pendidikan merupakan suatu upaya belajar. Hal ini berarti bahwa adanya suatu keinginan dari individu untuk belajar
menekuni suatu pengetahuan dan keterampiIan, yang
diistilah-kan oleh D. Sudjana sebagai "kebutuhan belajar".
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, yakni yang
ber-kenaan dengan perilaku kewiraswastaan warga belajar
ditelusuri dari motivasi warga belajar dan proses
pembelajaran, tentunya sikap kewiraswastaan warga belajar
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, yaitu motivasi warga
belajar dan pross pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut mewujudkan perilaku untuk menguasai dan menerapkan pengetahuan dan keterampiIan sebagai
perwujudan dirinya. Dalam perwujudan diri sebagai yang tampak
pada perilaku kewiraswastaan lulusan Sanggar Kegiatan Belajar sangat didukung sekali oleh motivasi dari warga belajar.
Dengan demikian motivasi akan selalu mempengaruhi motivasi kerja, termasuk motivasi kerja para lulusan Sanggar
Kegiatan Belajar Babakan Ciparay.
Kegiatan pembinaan sikap kewiraswastaan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah selama ini terus berjalan namun
seberapa jauh kegiatan tersebut telah berhasil, masih perlu
Kegiatan pembinaan sikap kewiraswastaan melalui jalur
Pendidikan Luar Sekolah selama ini terus berjalan namun
seberapa jauh kegiatan tersebut telah berhasil, masih perlu
diteliti.
Berdasarkan uraian di atas maka judul penelitian ini
adaiah "KeberhaeiIan Pendidikan Luar Sekolah Dalam Pembinaan
Sikap Kewiraswastaan Melalui Pembelajaran dan Pembinaan
Motivaei Warga Belajar" (Studi Deekriptif Anal itik Terhadap
Warga Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut Sanggar
Kegiatan Belajar Babakan Ciparay Bandung).
i. Mama1ah
Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay Bandung
ber-ada di bawah pengawasan langsung Direktorat Jendral
Dikluse-pora yang bertugas memberikan bantuan teknis kepada Dikmas.
Program kegiatan dalam pembinaan generasi muda dan
keolahragaan yang dilakukan Sanggar Kegiatan Belajar, pada dasarnya mengacu pada tujuan Pendidikan Nasionai, yaitu
berusaha mengembangkan manusia seutuhnya. Pembentukan manusia
seutuhnya menghendaki adanya keseimbangan penataan aspek-aspek kognitif, psikomotorik dan afektif, sehingga diharapkan muncul manusia yang berolah pikir dan beroleh rasa yang kemudian terwujud dalam bentuk tindakan nyata ke arah yang positif dan normatif. Salah satu tindakan nyata yang diharap kan adanya sikap kewiraswastaan dari warga belajar yang telah mengikuti program pembelajaran di Sanggar Kegiatan Belajar.
Untuk mengetahui realisasi program pelayanan yang
telah dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar melalui Kelom
pok
Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut terhadap
masyarakat
terutama
dalam
pembinaan sikap
kewiraswastaan,
maka
yang
menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adaiah seba
gai berikut :
1. Bagaimanakah
tingkat sikap
kewiraswastaan
warga belajar
setelah
mengikuti program kegiatan belajar pada
kelompok
belajar tata rias kecantikan Rambut?
2.
Bagaimanakah
tingkat kualitas proses
pembelajaran
pada
Kelompok Belajar Tata Tias Kecantikan Rambut ?
3.
Bagaimanakah tingkat
Motivasi Warga Belajar pada Kelompok
Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut?
4.
Apakah
terdapat hubungan bermakna antara proses
pembela
jaran dengan sikap kewiraswastaan warga belajar?
5.
Apakah
terdapat hubungan bermakna anatara motivasi
warga
belajar terhadap sikap kewiraswastaan warga belajar?
6. Apakah terdapat hubungan bermakna antara proses pembelaja
ran dan motivasi warga belajar dengan sikap kewiraswastaan
warga belajar ?
C. Tujuan Penelitian
Sikap kewiraswastaan merupakan salah satu sasaran
akhir dari program kegiatan belajar kecantikan dan keriting
rambut. Terungkapnya tingkat sikap kewiraswastaan warga
dapat saja faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pembinaan
sikap kewiraswastaan, seperti proses pembelajaran dan motiva
si warga belajar warga belajar kurang memperoleh pertimbangan dalam pelaksanaan program pembelajaran. Dengan terungkapnya
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kewiraswastaan terse but, maka faktor-faktor tersebut selanjutnya dapat dijadikan
pertimbangan dalam proses pembelajaran di Sanggar Kegiatan
Belajar Babakan Ciparay,
Untuk mengungkapkan data mengenai sikap kewiraswastaan lulusan Kelompok Belajar Tata Rias kecantikan rambut setelah
mengikuti program pembelajaran serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, secara umum ingin diketahui, "sikap kewiras wastaan lulusan Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut
serta faktor internal dan faktor eksternal yang
mempengaruhi-nya setelah mengikuti proses pembelajaran ."
Penelitian yang bersikap deskriptif anal itik ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memahami tingkat sikap kewiraswastaan warga belajar yang
telah mengikuti program Kegiatan Belajar Tata Rias Kecan
tikan Rambut di Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay
Kotamadya Bandung.
2. Memahami tentang tingkat proses pembelajaran dan tingkat
motivasi warga belajar pada Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut di Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay kodya Bandung.
3. Diperoleh informasi tentang hubungan bermakna antara
proses pembelajaran dengan sikap kewiraswastaan warga
belajar.
4. Diperoleh
informasi
tentang
hubungan
bermakna
antara
motivasi
warga belajar dengan sikap kewiraswastaan
warga
belajar.
5. Diperoleh
informasi
tentang
hubungan
bermakna
antara
proses
pembelajaran
dan motivasi
warga
belajar
dengan
sikap kewiraswastaan warga belajar.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian
berupa studi deskriptif anal itik
terhadap
warga Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan Rambut Babakan
Ciparay Bandung.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
masukan ilmiah terhadap proses
pembelajaran
yang
dilakukan
oleh
Sanggar
Kegiatan
Belajar
Babakan
Ciparay
Bandung.
Selanjutnya hasil penelitian ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi para sumber belajar sebagai
evaluasi
untuk
dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan program kegiatan
selan
jutnya khususnya untuk Kelompok Belajar Tata Rias Kecantikan
Rambut.
Dari
gambaran
tersebut, diharapkan
dapat
diperoleh
upaya-upaya pembinaan sikap kewiraswastaan yang lebih cocok
yang dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar demi peningkatan
mutu yang dihasilkan melalui program kegiatan
belajar
Kelom
$&#y*®&&*....
.-m** .<•?
J&
>*•**••.\ . y v . v
•:":: ,:::. .• '••••:•. "•;S::j-.
J ,*4
1 %
•>X<*.. ••••...-, .V.V«» - .WAV
Nftfofe.;v;w:^>v.v&¥*,/
& <& ft?:
Sft 89
•>;;.,*•>:;:;..
*%***•*!
^ .'.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Matode Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ini penulis akan
mempergunakan metode Deskriptif Analitik. Alasan penulis
mempergunakan metode Deskriptif Analitik karena metoda terse but dianggapmemadai untuk mengungkap keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan, yang kemudian di~ analisis dan diinterpretasikan baik secara deskriptif maupun secara korelatif. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad tentang ciri-ciri deskriptif yaitu :
1. Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah ", yang aktual.
2. Data yang dikurapulkan mula-mula disusun, dijelaskan
dan kemudian dianalisa (karena itu metoda ini sering
disebut metoda anal itis).
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini ada iah sebagai berikut:
1. Sikap kewiraswastaan warga belajar
2. Data proses pembelajaran 3-. Data motivasi warga belajar B. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini dasarnya ingin mengungkapkan
tentang sikap kewiraswastaan warga Kelompok Belajar Tata Rias
Kecantikan Rambut hasil didikan Sanggar Kegiatan Belajar Babakan Ciparay Bandung. Upaya menumbuhkan sikap kewiraswas
faktor diantaranya adaiah tingkat kualitas proses
pembelaja
ran dan motivasi warga belajar.
Berdasarkan
hal
di atas »
maka
ditentukan
sebagai
variabel
dependen
atau variabel terikatnya
yaitu
variabel
yang
dipengaruhi adaiah sikap kewiraswastaan
warga
belajar
dan
selanjutnya disingkat Y.
Sedangkan
faktor
stimulusnya
yang merupakan variabel independen atau variabel bebas
adaiah s
a. Proses pembelajaran, dan selanjutnya disingkat Xj_.
b. Motivasi warga belajar dan selanjutnya disingkat X0.
Kaitan beberapa variabel diatas bila digambarkan dalam
bentuk bagan sebagai berikut s
, , ]
Proses Pembelajaran
(Xj)
Motivasi Warga Belajar
CX2>
!--__,
—I"
Sikap kewiraswastaan
warga belajar
m
Gambar 1. Hubungan variabel penelitian
C. Populasi dan 8ampel
Populasi menurut Suharsimi (1989 s 102) adaiah kese
luruhan
subyek penelitian. Pada penelitian ini yang
menjadi
populasi
adaiah alumni warga belajar kelompok
belajar
tata
rias
kecantikan rambut terdiri dari empat
kelompok
belajar
yang berjumlah 100 warga belajar. Karena berbagai pertimbang
an, maka ditentukanlah sampel penelitian.
Pengambilan sampel dan penentuan sampel penelitian ini
berdasarkan
metode
cluster
sampling.
Di
mana
penentuan
sampelnya
pertama dilakukan dengan cara
mengelompokan
para
warga belajar berdasarkan angkatan kegiatan. Setelah
dike-lompokan
berdasarkan
angkatan,
maka
ditentukanlah
sampel
tersebut
yaitu
angkatan ke 1 sampai dengan angkatan
ke
4.
Adapun pengambilan subyek sampelnya dilakukan secara acak dan
tiap
angkatan tahun masuk tersebut ditentukan dari
angkatan
ke
1 sebanyak 10 warga belajar , angkatan ke 2
sebanyak
15
warga
belajar , angkatan ke 3 sebanyak 10 warga belajar
dan
angkatan
ke
4 sebanyak 15 warga
belajar.
Dengan
demikian
jumlah subyek sampel penelitian ini adaiah 50 warga belajar.
Teknik
Pengumpulan Data Dan Pengembangan A1at Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan metoda observasi, angket dan wawancara serta
dokumentasi.
Keempat metoda pengumpulan data
tersebut
dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1.1. Observasi
Observasi adaiah suatu teknik pengumpulan data dimana
peneliti
mengadakan
pengamatan
secara
langsung
terhadap
gejala-gejala subyek yang diteliti. Teknik ini dimaksudkan
untuk mengetahui situasi dan keadaan obyek penelitian secaira
1.2. Angket
Metoda
pengumpul
data dengan angket
atau
kuisioner
umumnya banyak digunakan karena mempunyai beberapa
kelebihan
sebagai instrumen pengumpul data. Menurut Sudjana (1989:87)
Bahwa
angket adaiah cara pengumpul data
dengan
menggunakan
daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan
dan
disusun
sedemikian
rupa
sehingga
calon
responden
hanya
tinggal
mengisi
atau menandainya dengan
mudah
dan
cepat.
Metoda
ini
digunakan untuk mengumpulkan
data
dari
ketiga
variabel dalam penelitian ini.
1.3. Wawancara
Metoda
pengumpulan
data dengan
wawancara
digunakan
untuk mencari informasi tambahan sebagai data pendukung hasil
angket. Menurut Nasution (1982 s 132) bahwa s
Wawancara merupakan alat yang paling ampuh untuk mengung
kapkan kenyataan hidup, apa yang dipifcirkan atau dirasa
kan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Melalui tanya
jawab
kita dapat memasuki alam pikiran orang
lain,
se
hingga
kita dapat memperoleh gambaran
gambaran
tentang
dunia mereka.
Jadi
dengan
wawancara
dapat
berfungsi
deskriptif,
yakni menggambarkan dunia kenyataan seperti yang dialami oleh
responden
yang diwawancarai.
Disamping berfungsi
deskriptif
wawancara dapat berfungsi eksploratif.
Mengenai
wawancara
yang
dilakukan
yaitu
terhadap
sumber
belajar dan pimpinan SKB
misalnya
tentang
strategi
yang dilakukan oleh sanggar kegiatan belajar untuk menarik
anggota
masyarakat untuk mengikuti
kegiatan
yang
dilakukan
SKB,
kondisi fisik dan psikhis calon warga
belajar,
proses
belajar
mengajar yang dilakukan dan sebagainya.
Selanjutnya
wawancara terhadap warga belajar misalnya tentang
pengalaman
mereka
selama mengikuti kegiatan belajar pada kegiatan
yang
dilakukan oleh SKB, harapan-harapan setelah mengikuti kegitan
tersebut dan sebagai nya.
1.4. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara studi
dokumentasi
dengan maksud untuk memperoleh data-data yang berupa dokumnen
yang
dianggap berkaitan dengan tujuan
penelitian.
Misalnya
kurikulum pembelajaran tata rias kecantikan rambut,
petunjuk
teknis
penyelenggaraan kegaitan tersebut, deskripsi
tentang
penyelenggaraan sanggar belajar dan sebagainya.
2. Instrumen Pengumpul Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data sikap kewiraswastaan warga belajar
2. Data proses pembelajaran
3. Data motivasi warga belajar
Untuk mengumpulkan data di atas disusun a1at pengumpul
data. Alat pengumpul data sikap kewiraswastaan disusun
dalam
bentuk tes sikap. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Bimo Walgito (1981:26) yaitu : Untuk mengadakan
penyelidikan
mengenai
sikap yang
pada umumnya dipergunakan dengan
skala
sikap
(Attitude
Scales), yang dalam pembuatannya
melalui
langkah-langkah
yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk
data
Proses pembelajaran dan motivasi warga belajar, maka
disusun
alat
pengumpul data dalam bentuk angket
(kuisioner)
secara
likert.
Keuntungan skala likert menurut
Nasution
(1987:89)
yaitu :
Skala
tipe
likert mempunyai
reliability
tinggi
dalam
mengurutkan manusia berdasarkan intensitas sikap
terten
tu.
Skor untuk tiap pernyataan juga roengukur
sikap
re
sponden terhadap pernyataan itu. Selain itu skala Likert
ini sangat luwes dan fleksibel dari pada teknik pengukur
an lainnya. Jumlah item atau pernyataan, jumlah
alterna
tif jawaban terserah pada pertimbangan peneliti.
Mengenai
katagori
atau
alternatif
jawaban
yang
digunakan
sebagai berikut: Sangat setuju <SS), Setuju
(S),
Kurang
setuju (KS), Tidak setuju (TS), Sangat
tidak
setuju
(STS).
Selanjutnya data angket tersebut untuk
dapat
diubah
kedalam bentuk skor, maka pembobotannya sebagai berikut :
Item
positif
:
Item
Negatif
Sangat setuju
« 5
Sangat setuju
• 1
Setuju
» 4
Setuju
» 2
Kurang Setuju
» 3
Kurang Setuju
* 3
Tidak setuju •* 2 Tidak setuju = 4
Sangat tidak setuju
» 1
Sangat tidak setuju
» 5
Secara rinei, pengembangan ketiga alat pengumpul
data
dikemukakan sebagai berikut.
2.1. Alat Ukur Sikap Kewiraswastaan
Untuk
menyusun
alat
ukur
(instrumen)
sikap
kewiraswastaan,
dirumuskan
butir-butir
pernyataan
dengan
berpedoman
pada
karakteristik-karakteristik
sikap
kewiraswastaan seperti dijelaskan pada bab II, maka diperoleh
21 butir pernyataan,
terdiri dari
12 butir item positif dan 9
butir item negatif. Secara rinci penyebaran karakteristik dan
butir-butir
item untuk sikap kewiraswastaan
tersebut
dapat
dilihat pada Tabel 2 di bawah.
TABEL 2
KISI-KISI AN6KET UJI COBfi SIKAP KENIRASNASTAAN
NO. VARIABEL RUANE- LIN6KUP RESPONDEN ITItf POSITIF ITEM NEGATIF JUMLAH
1. Sikap Ke*iras*astaan warga belajar
1. berfceeauan keras uarga bela
jar
12 , 9 2 3
2.berkeyakinan kuat
atas kekuatan
pribadi
5, 13, 17 21 4
3.Kejujuran dan
tanggung jamb
6 7, 15, 16 4
4.ketahanan fisik
dan rental
IB 11 2
S.ketekunan dan
ke-uletan untuir be kerja keras
20 3 2
6.peaikiran yang
konstruktif dan kreatif
1,9,10,14 4,8 6
J U H L A H 12 9 21
2.2. Alat Ukur Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran yang dirumuskan pada
aspek-aspek:
suasana dalam kegiatan pembelajaran, sikap sumber belajar
terhadap warga belajar, komunikasi sumber belajar dengan
warga belajar dan penampilan sumber belajar dalam proses
pembelajaran. Ke empat aspek ut-ama tersebut dikembangkan
kedalam rumusan operasional dalam bentuk butir-butir
pernya
taan,
maka
tersusun 34 item butir pernyataan
yang
terdiri
dari
26 butir item positif dan 8 butir item negatif.
Uraian
penyebaran butir pernyataan tersebut dapat dilihat pada Tabel
NO. VARIABEL
2. Proses Peibelajaran
TABEL 3
KISI-KISI ANGKET UJI COBA PROSES PEMBELAJARAN
RUAN6LW6KUP
1.suasana dalaa ke giatan peebelajar an 2.sikap suaber belajar terhadap warga belajar 3.koaunikasi sueber belajar dengan warga belajar 4.penaapilan suaber belajar dalaa pro ses peibelajaran RESPONDEN warga bela jar warga bela jar ITEM POSITIF 22,23,27, 28,29,33, 34,35,37, 38,39,52 30,44,46, 47 26,32,36 45,50 40,49,53, 54,55 ITfH NEGATIF 24,25,43, 48 31,42 41,51 JUMLAH 12
J U ML A H 26 34
2.3. Alat Ukur Motivasi Warga Belajar
Seperti halnya pada alat ukur terdahulu, motivasi
warga belajar dirumuskan dalam aspek-aspek berupa motivasi
berprestasi, motivasi pengembangan diri dan motivasi mendapat
penghasilan.
Ketiga aspek tersebut selanjutnya
dikembangkan
ke dalam rumusan yang oprasional dalam bentuk butir-butir
pernyataan sebanyak 12 item yang terdiri dari 10 item
pernyataan positif dan 2 item pernyataan negatif. Penyebaran
butir-butir pernyataan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di
bawah.
TABEL 4
KISI-KISI ANGKET UJI COBA MOTIVASI NAR6A BELAJAR
NO. VARIABEL RUANfi LINGKUP RESPONDEN ITEM POSITIF ITEM NE6ATIF JUMLAH
3. Motivasi Narga Bela
jar l.aotivasi berpres tasi warga bela jar 56,57,59, 64 60 4 2.aotivasi pengea-bangan diri 58,62,63 66 61 5 3.aotivasi aendapat penghasilan 65,67 2
JUMLAH 10 2 12
3. Uji Coba Angket
Setiap alat ukur yang baik memiliki ciri-ciri
tertentu. Winarno Surahmad (1980:90) mengemukakan bahwa :
Setiap alat ukur yang baik memiliki sifat-sifat tertentu
yang sama untuk setiap jenis tujuan tertentu dan situasi
penyelidikan.
Baik
alat
itu
untuk
pengukuran
cuaca,
tekanan
darah,
kemampuan belajar,
kuat
arus
kecepatan
peluru,
maupun
untuk
pengukuran
sikap,
minat,
kecenderungan,
bakat
khusus,
dan
sebagainya.
Semuanya
memiliki sedikitnya dua buah sifat, yaitu: validitas dan
reliabilitas pengukuran. Tidak ada satu dari sifat ini
meniadikan alat itu tidak memenuhi kriteria sebagai
alat
yang baik.
Berdasarkan
pendapat
di atas,
maka
untuk
mengukur
sesuatu diperlukan alat ukur yang baik.
Alat ukur yang
akan
digunakan
harus
mempunyai validitas dan
reliabilitas
yang
baik. Untuk mengetahui apakah angket atau kuisioner itu
mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik, maka alat
ukur tersebut harus ditimbang oleh para ahli atau lebih baik
diujicobakan terlebih dahulu.
3.1. Pengujian Validitas Instrumen
tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Pengertian
validitas menurut Scarvia B Anderson dalam Suharsimi,
1991:63) adaiah : A test is validif mesasures what is purpose
to measure. Selanjutnya Coni Semiawan (1990:45) mengatakan
bahwa validitas tes menunjuk kepada pengertian apakah hasil
tes sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan dan hingga
dimana tes itu telah mengukurnya. Kemudian Subino (1987:119) menyatakan bahwa validitas adaiah tingkat ketepatan tes dalam
mengukur apa yang harus diukur. Pendapat-pendapat tentang
validitas di atas menunjuk kepada sejauhmana alat tes atau alat pengumpul data itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diu
kur.
Mengenai validitas alat pengumpul data tersebut dapat diketahui dari hasil pengalaman dan dari hasil pemikiran. Jadi validitas alat tes dapat dilakukan secara rasional dan
secara empirik. Menurut pengelompokkan validitas alat tes
atau alat non tes dapat dibagi menjkadi 4 macam, yaitu
validitas isi (content validity), validitas konstruks (con struct validity), validitas yang ada sekarang (concurent validity), validitas prediksi (predictive validity).
Untuk alat pengumpul data pada penelitian ini yaitu
berupa non tes. Seperti telah dikemukakan bahwa semua
instrumen pengumpul data apapun bentuknya harus diujicobakan
terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Menurut Suharsimi ( 1989:224) dikemukakan mengenai alat
pengumpul data non tes sebagai berikut :
Tujuan
ujicoba instrumen-instrumen seperti angket,
pedo-man wawancara, pedoman pengamatan, daftar cocok dan skala
tidak
dimaksudkan
untuk
mengetahui
validitas
karena
biasanya instrumen-instrumen tersebut sudah disusun
atas
dasar
kisi-kisi dari variabel sehingga diharapkan
sudah
memiliki validitas isi dan validitas konstruksi.
Selanjutnya
dikatakan
pula
bahwa
tujuan
uji
coba
instrumen bukan tes terutama adaiah :
a. Untuk
mengetahui
tingkat pemahaman
responden
terhadap
instrumen.
Dengan
tujuan pertama
kadang-kadang
ujicoba
didahului
dengan
pra ujicoba
yang
dilakukan
terhadap
beberapa orang saja.
b. Untuk
mengetahui
ketepatan
penyelenggaraan
sekaligus
mencari
pengalaman
pelaksanaan
dan
mengidentifikasikan
kemungkinan
sarana penunjang yang masih harus
dipersiap-kan.
Jika mengacu pada pendapat di atas bahwa alat
pengumpul
data pada penelitian ini yang bentuknya bukan
tes
dikatakan
telah valid, tetapi untuk lebih baiknya
dilakukan
ujicoba
pula
alat pengumpul data
tersebut,
dengan
maksud
untuk menghitung validitas alat ukur tersebut secara empirik.
Adapaun
pengujian
validitas
alat
pengumpul
data
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
cara
analisis
butir,
sedangkan
untuk
mengetahui indeks korelasi
alat
pengumpul
data
digunakan
rumus
korelasi
produk
moment
dengan
menggunakan
simpangan.
Adapun
rumusnya
(Eman
Suhaeman,
1990:145) sebagai berikut :
E xy
rxy - •
4 (E x2) (E y2)'
rXY • koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y
x
• X - X, (simpangan terhadap rata-rata dari setiap data
pada kelompok variabel X)
y
- Y - Y, (simpangan terhadap rata-rata dari setiap data
pada kelompok variabel Y)
Hasil
perhitungan
yang
diperoleh,
kemudian
dibandingkan
dengan
Tabel harga kritik produk
moment
pada
taraf
signifikansi
a - 0,05. Jika hasil
perhitungan
tidak
memenuhi
syarat
signifikansi, maka item
tersebut
dianggap
tidak
signifikan dan selanjutnya perlu diuji kembali
dengan
uji-t, dengan rumus (Suharsimi,
1989:362)
:
r \J n - 2*
t ss• ••
Hasil
pengujian dengan uji-t,
kemudian
dibandingkan
dengan
daftar distribusi t. Jika t hasil
perhitungan
lebih
besar dari t pada Tabel, maka item tersebut dianggap valid.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
uji
validitas
dari
intsrumen uji coba yang dilakukan terhadap 24 warga
belajar,
maka didapatkan :
a. Untuk Variabel Y yaitu sikap kewiraswastaan warga
belajar
dari
21 butir item ternyata ada 3 butir item
yang
tidak
valid, yaitu item nomor 15, 16, dan 21. Oleh kerena ketiga
butir
tersebut akan tetap digunakan sebagai
bagian
dari
alat
ukur
tersebut,
maka
untuk
item-item
tersebut
dilakukan revisi. Untuk perhitungan uji validitas tersebut
dapat
dilihat pada Lampiran 5, sedangkan penyebaran
item
dari
alat
ukur sikap kewiraswastaan dapat
dilihat
pada
Tabel 5 di bawah
TABEL 5
PENYEBARAN BUTIR SOAL AlAT UKUR SIKAP KENIRASNASTAAN
10. VARIABEL RUAN6 LINKUP RESPONDEN ITEM POSITIF ITEM NEGATIF JUMLAH
1. Sikap Kewiraswastaan warga belajar
1. berkeaauankeras warga bela jar
• :."2-: 1 3
2.berkeyakinaA kuat atas kekuatan pribadi
;
3 1 4
3.Kejujuran daa .
tanggung jawab
1 3 4
4.ketahanan fisik
dan aental
I 1 2
5.ketekanan dan ke-uletan untuk be
kerja keras
1 1 2
6.peaikiran yang
konstruktif dan
kreatif
4 2 6
JUMLAH 12 9 21
b.
Untuk
Variabel
Xj
yaitu
Proses
pembelajaran
setelah
dilakukan
pengujian validitas Lampiran 5), maka
dari
34
item
butir
pernyataan
ternyata ada 4
item
yang
tidak
valid, yaitu item nomor 45,46,47dan 49. Namun berdasarkan
pertimbangan maka dari jumlah 34 item-item tersebut
hanya
digunakan
sebagai
alat
ukur 24
item
butir
pernyataan
INO. VARIABEL
Proses peibelajaran
TABEL 6
PENYEBARAN BUTIR SOAL ALAT UKUR PROSES PEMBELAJARAN
RUAN6 LINGKUP
1.suasana dalaa ke
giatan peebelajar
an
2.sikap suaber belajar terhadap warga belajar
3.koaunikasi suaber
belajar dengan warga belajar
4.penaapilan suaber belajar dalaa pro ses peibelajaran
RESPONDEN
warga bela jar
warga bela jar
ITEM POSITIF ITEM NE6ATIF JUMLAH
JUMLAH 18 24
c. Untuk
Variabel X2 yaitu motivasi warga
belajar,
setelah
diuji validitas (Lampiran 5) dari 12 item butir pernyataan
ternyata ada 1 butir pernyata tidak valid yaitu item nomor
57. Namun berdasarkan pertimbangan untuk item-item
variabel
X2 ini akan digunakan semuanya, oleh karena
itu
untuk item yang tidak valid dilakukan revisi dan bahkan
jumlah butir pernyataannya ditambah 2 item butir
pernyataan, sehingga jumlah butir pernyataan menjadi 14
butir (lihat Tabel 7).
NO.
3.
VARIABEL
Motivasi warga bela
jar
TABEL 7
PENYEBARAN BUTIR SOAL ALAT UKUR MOTIVASI WARGA BELAJAR
RUAN6 LINGKUP
i.aotivasi berpres
tasi
2.aotivasi
pengea-bangan diri
3.aotivasi aendapat
penghasilan
RESPONDEN
warga bela jar
ITEM POSITIF ITEM NEGATIF JUMLAH
JUMLAH 11
14
J
3.2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Suatu alat tes yang baik selain harus valid juga harus
reliabel.
Suharsimi
(1991: 81) menyatakan bahwa
suatu
tes
mungkin
reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya
sebuah
tes
yang
valid
biasanya
reliabel.
Mengenai
istilah
reliabel
berasal dari istilah reliabilitas. Ngalim Purwanto (1985:138)
menyatakan
bahwa
reliabilitas
adaiah
ketepatan
atau
ketelitian
suatu
alat evaluasi. Oleh karena itu
suatu
tes
dikatakan
reliabel jika alat tes tersebut
dapat
dipercaya,
konsisten atau stabil.
Untuk
menguji reliabilitas alat pengumpul
data
yang
berupa
angket
pada penelitian ini
digunakan
rumus
alpha.
Adapun
langkah-langkah
untuk
uji
reliabilitas
sebagai
berikut:
a. Mencari harga varians tiap butir. dengan rumus
_ ( E X )"• E X*
-2
"
ff n "
2
<r n = varians butir ke n
2
EX
« jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap
but i r
(E X >•*• = kuadrat skor seluruh responden dari setiap bu
tir.
n « jumlah responden
b. Mencari
jumlah
varians
butir
(E
0""-h)
yaitu
dengan
menjumlahkan varians setiap butirnya (<r2 ).
n
c. Mencari harga varians total, dengan rumus :
E Y2
(E Y)*
2 0- t m
n
2
jr*^
a varians butir total
2
E Y*
=» jumlah kuadrat skor total tiap responden
2
(E Y >* = kuadrat dari jumlah skor total responden
n » jumlah responden
d. Masukan harga-harga varians di atas ke dalam rumus alpha.
k
E ar2n
11 C 1
-k - 1 <r2
t
(Suharsimi, 1989 : 166) k •»- banyaknya butir item
Hasil perhitungan yang diperoleh dari rumus Alpha,
kemudian dibandingkan dengan harga indeks korelasi
(Suharsimi, 1989 :167) sebagai berikut.
0,800 - 1,000 • sangat tinggi
0,600 - 0,799 - tinggi O,400 - 0,599 • cukup
0,200 - 0,399 • rendah
0,000 — 0,199 «• sangat rendah
Setelah
perhitungan
dengan
kedua
rumus
tersebut,
selanjutnya diuji kembali dengan uji-t :
r (jn-2'
4 1 - r2'
Hasil
pengujian dengan uji-t,
kemudian
dibandingkan
dengan
daftar distribusi t. Jika t hasil perhitungan lebih besar
dari
t
pada Tabel, maka item
tersebut
dianggap
reliabel,
dengan tingkat kepercayaan 95 V. dan dk » n - 2
Hasil perhitungan uji reliabilitas angket hasil uji
coba
(lihat
Lampiran 7) diperoleh
koefisien
rjj
sebesar
0,99, sehingga dapat ditafsirkan bahwa alat pengumpul data
yang
digunakan dalam penelitian ini
reliabilitasnya
sangat
t ingg i.
E. Rencana Pengolahan Data
Pada penelitian ini, pengolahan data beroirentasi pada
permasalahan penelitian dan tujuan penelitian, yaitu untuk
mencari hubungan antara variabel-variabel penelitian, maka
digunakan teknik korelasi. Teknik ini mencari hubungan antara
variabel
Y sebagai sikap kewiraswastaan dengan
variabel
Xj
yaitu
Proses pembelajaran,
X2 yaitu motivasi
warga
belajar
Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel
tersebut, maka digunakan analisa korelasi dan analisa regresi
dengan mengikuti tahapan sebagai berikut.
1. Pengujian Normalitas Data
a. Distribusi Frekwensi
(1) Menentukan rentang (R) = Data besar - data kecil
(2) Menentukan banyak kelas (i) » 1 3,33 log n
(3) Menentukan panjang kelas interval = R/i (4) Menentukan ujung bawah kelas interval (5) Menyusun daftar distribusi frekuensi. b. Menghitung Mean, Varians dan Standart deviasi
E fi Xi (1) Mean x =
(2) Varians
S2 *
n
E fi
(Xi - X)2
(n -1)
(3) Standar Deviasi
SD
=
-J" S2
c. Menghitung statistik Cfji Kuadrat
( x2)
(Oi - Ei)x
X2
*
E
Ei
Dengan kriteria, sampel berdistribusi normal jika :
&"
hit
^ ^
(oe-D(k-l)
dengan a
taraf
signifikansi
• 0,05 dan k adaiah banyak kelas interval.
2. Menentukan persamaan regresi
Persamaan regresi yang digunakan adaiah Y = a + bX. Harga a dan b dicari dengan menggunakan rumus :
(E X2)
(E Y) - (E X)
(E XY)
n E X2 - (E X2)
n E XY - (EX) (E Y)
b * :
n E X2 - (EX)
(E Y)
3. Uji Linieritas Regresi
Langkah-langkah pengujian linieritas regresi adaiah
sebagai berikut :
a. Mengelompokan data X yang sama, kemudian disusun dalam
bentuk Tabel.
X Y
X1
"™1
YU
• *
M
nl u
xlnl "—
Ylnl
x2
—,
Y22
•
n2
-x2n2
Y2n2
b. Menyusun Tabel ANAVA (Analisis Varians)
Sumber Varians total Regresi Regresi Sisa (a) (b/a) Tuna Cocok Kekeliruan dk n 1 1
n - 2
k - 2
n - k
JK
E Y"
JK (a) JK (b/a)
JK (S)
JK ( T O
JK (E)
RJK
E YJ
JK (a)
S2 reg
w 15 J. «ca
TC
S^
JK(b/a)
JK (S)
n - 2
JK (TC) k - 2
JK (E)
n - k
S*- reg
&*• sis
Keterangan
a. Jumlah kuadrat regresi total
JK (T) -
E Y2
b. Jumlah kuadrat regresi a
JK (a) • (E Y)2/n
c. Jumlah kuadrat regresi b terhadap a
(E X) (E Y) JK (b/a) = b CE XY
-n
d. Jumlah kuadrat residu
JK (S) « JK (T) - JK (a) - JK (b/a) e. Jumlah kuadrat kekeliruan
E Y*
2 _
JK (E) » E C E Y
n
f. Jumlah tuna cocok
JK (TC) « JK (S) - JK (E)
g.
Derajat kebebasan kekeliruan (dbg)
dbg » n - k
h. Derajat kebebasan tuna cocok dbjQ
dby£ =* k — 2
"2
i.
Rata-rata kekeliruan (S g)
S2E
- JK (E) : dbE
j. Rata-rata kuadrat ketidak cocokan atau tuna cocok (S*jq)
S2TC - JK (TC) : dbTC
k. Menghitung F untuk pengujian independent dan regresi
li-nier adaiah hasil bagi F «? S^reg : S ^is ternyata
berdis-busi F dengan dk pembilang dan penyebut l/(n - 2).
105