vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
PERNYATAAN ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Asumsi Penelitian... 7
G. Hipotesis Penelitian dan Asumsi Hipotesis ... 8
H. Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORETIS PENELITIAN A. Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena ... 12
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 16
C. Pembelajaran Konvensional... 24
D. Penguasaan Konsep ... 25
E. Keterampilan Proses Sains ... 32
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode ... 46
B. Desain ... 46
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 49
D. Prosedur Penelitian ... 50
1. Tahap Persiapan... 50
2. Tahap Pelaksanaan ... 50
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 51
E. Instrumen Penelitian... 51
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 52
b. Soal Tes... 52
c. Lembar Observasi... 52
F. Analisis Instrumen ... 52
G. Teknik Pengumpulan Data ... 62
H. Teknik Pengolahan Data ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena dalam Inkuiri Ditinjau Dari Aktivitas Guru dan Siswa ... 64
B. Penguasaan Konsep IPA ... 71
C. Perbandingan Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena dalam Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional... 79
D. Keterampilan Proses Sains Siswa ... 80
E. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena dalam Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional ... 90
ix
1. Penguasaan Konsep IPA ... 91
2. Keterampilan Proses Sains ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116
B. Saran-saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya sehingga para pendidik di sekolah dasar memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi terlaksananya pembelajaran yang bermakna agar tercipta siswa-siswa yang dapat menguasai materi pelajaran di sekolah dasar secara menyeluruh.
2 yaitu ceramah saja (pembelajaran berpusat pada guru) dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Cara ini dikenal cukup efektif untuk mempersingkat waktu penyampaian materi dan juga untuk memudahkan guru karena tidak perlu merancang kegiatan aktif dan interaktif yang bersifat eksploratif sehingga membuat kebanyakan siswa sekolah dasar tidak terlalu menguasai konsep pelajaran dan lebih menekankan pada hafalan, rendahnya kemampuan proses sains siswa sekolah dasar karena siswa tidak pernah diajak berproses dalam mengkonstruksi ilmu, serta kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar terutama dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).
Sebagai contoh temuan penulis selama menjadi pengajar di salah satu SMA di kota Bandung adalah masih banyaknya siswa yang dapat lulus sampai jenjang SMA yang ternyata tidak tahu cara mengkonversi satuan meter ke kilometer, masih adanya siswa SMA yang tidak tahu cara menjumlahkan dan mengalikan pecahan, dan masih banyak materi-materi lainnya yang tidak dikuasai siswa SMA padahal materi-materi tersebut telah diajarkan di sekolah dasar. Ada dua kemungkinan penyebab hal semacam ini. Pertama, siswa sebenarnya telah menguasai materi tersebut saat masih duduk di bangku sekolah dasar hanya saja sudah lupa ketika menginjak jenjang SMA. Kedua, siswa memang tidak menguasai materi tersebut sejak dari sekolah dasar. Baik asumsi pertama maupun asumsi kedua sama-sama membuktikan bahwa siswa tersebut tidak mengalami pembelajaran bermakna saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar.
3 diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi pesertanya melalui “learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together”. Tampaknya kegiatan pembelajaran di sekolah dasar kita masih hanya sebatas learning to know saja yang berarti guru hanya sekadar mengajarkan siswa tentang suatu materi/ilmu (transfer of knowledge) tanpa melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri ilmu tersebut sehingga guru melaksanakan kegiatan pembelajaran hanya dengan metode ceramah saja. Semestinya guru melaksanakan pembelajaran dengan metode-metode yang merangsang siswa untuk dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saat ini telah banyak sekali pendekatan, model, metode maupun strategi belajar yang merangsang siswa untuk dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Diantara pendekatan-pendekatan pembelajaran adalah pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan penyelesaian masalah, pendekatan interaktif, pendekatan nilai, pendekatan sains teknologi masyarakat, pendekatan inkuiri, dan lain sebagainya. Tetapi ada satu hal yang luput dari pemikiran kita bahwasanya perkembangan ilmu pengetahuan (sains) sendiri terjadi karena adanya keingintahuan seseorang tentang suatu peristiwa yang terjadi dalam alam (Poedjiadi, 2007). Peristiwa yang terjadi dalam alam ini sering kita sebut sebagai masalah padahal tidak setiap peristiwa alam menjadi masalah. Peristiwa alam yang terjadi yang kita alami dan kita rasakan sesungguhnya adalah merupakan sebuah fenomena.
4 berdasarkan peristiwa di alam yang dirasakan, dilihat dan dialaminya lalu mulai mencari tahu dengan melakukan penelitian-penelitian sehingga pada akhirnya dihasilkanlah konsepsi-konsepsi yang kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Saat ini kita sering melupakan bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini berawal dari fenomena alam sehingga perlu kiranya kita mengembalikan pembelajaran terutama ilmu pengetahuan alam yang erat hubungannya dengan alam dan sekitarnya kembali ke peristiwa alam yang terjadi sehari-hari terutama yang dapat kita saksikan, rasakan dan alami kemudian dilanjutkan dengan kegiatan yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan terdahulu yaitu melakukan penelitian (inkuiri) untuk menemukan sendiri konsepsi-konsepsi (teori-teori) ilmu pengetahuan alam.
5 melalui kerangka pengamatan dan pengalamannya sendiri sehingga dapat memperpanjang proses ingatan siswa menjadi lebih lama.
Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang pemanfaatan fenomena dalam pembelajaran IPA secara inkuiri untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SD. Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi tentang cahaya yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tetapi siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan cahaya.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemanfaatan fenomena dalam pembelajaran IPA secara inkuiri terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SD, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Fenomena dalam Pembelajaran IPA secara Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains
Siswa SD”. Tesis ini memaparkan hasil-hasil yang diperoleh dari proses penelitian tersebut.
B. Rumusan Masalah
6 fenomena dengan yang mendapatkan pembelajaran IPA secara konvensional?". Selanjutnya untuk menentukan langkah-langkah penelitian, permasalahan di atas diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dalam pengajaran konsep IPA di sekolah dasar? 2. Apakah penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dibanding penggunaan pembelajaran IPA secara konvensional?
3. Apakah penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains dibanding penggunaan pembelajaran IPA secara konvensional?
C. Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. Pelajaran IPA dalam penelitian ini dibatasi pada materi cahaya yang dipelajari di kelas V sekolah dasar.
7
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan studi penggunaan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena untuk melihat potensinya dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa sekolah dasar.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang potensi pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa yang nantinya diharapkan dapat memperkaya hasil-hasil penelitian dalam kajian sejenis dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti guru, praktisi pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, peneliti, dan sebagainya.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi (anggapan dasar) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dengan rumusan:
8 2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan guru dalam mengajar antara kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dengan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran IPA secara konvensional.
3. Tidak terdapat perbedaan sarana serta prasarana antara kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dengan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran IPA secara konvensional.
G. Hipotesis Penelitian dan Asumsi Hipotesis
Berdasarkan rumusan penelitian serta asumsi yang dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
Ha1 : Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa SD dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional (µa1 > µa2).
9 Asumsi (anggapan dasar) hipotesis ini adalah hasil kajian teoretis dan hasil-hasil penelitian terdahulu dengan rumusan:
1. Pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dapat memicu motivasi dan memfokuskan siswa dalam mengikuti pembelajaran (Yunansah, 2009). 2. Pengamatan fenomena merupakan alternatif baru yang menyenangkan
dalam pembelajaran dan dapat memicu keterlibatan siswa secara aktif untuk mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam situasi pembelajaran yang baru. 3. Proses-proses dan prosedur inkuiri yang dilakukan dalam pembelajaran IPA
dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan sainsnya dan melatih keterampilan proses sains siswa.
H. Definisi Operasional
Beberapa istilah perlu didefinisikan dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran yang jelas dan tepat, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti:
10 individu atau kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil penyelidikan; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi penjelasan fenomena. Keterlaksanaan pembelajaran diamati melalui observasi dan rekam video yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran.
2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai pembelajaran yang didominasi oleh guru (teacher centre) dan biasanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Guru lebih banyak berperan dalam hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa.
3. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai ukuran sejauh mana siswa dapat mengetahui dan memahami konsep-konsep yang ada dalam pelajaran IPA serta dapat mengaplikasikannya dalam kehdupan sehari-hari. Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa digunakanlah tes kemampuan kognitif yang mencakup indikator C1 (menghafal), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), dan C5 (mengevaluasi). Penguasaan konsep IPA siswa diukur dengan tes berbentuk pilihan ganda.
46 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Metode ini dilakukan melalui penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena pada kelas eksperimen yang dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol dengan membandingkan gain yang telah dinormalisasi antar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
47 Tabel 3.1. Desain penelitian
Kelas Tes Awal Tindakan Tes Akhir
Eksperimen O X O
Kontrol O Y O
Keterangan:
X = Pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena. Y = Pembelajaran konvensional.
O = Tes awal dan tes akhir untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan proses sains.
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Studi literatur:
teori-teori belajar, pembelajaran yang memanfaatkan fenomena, model pembelajaran inkuiri, pembelajaran konvensional, penguasaan konsep dan keterampilan proses sains, materi
48
Gambar 3.1. Diagram Alur Proses Penelitian
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Identifikasi Masalah
Konstruksi Perangkat Pembelajaran yang memanfaatkan fenomena secara
inkuiri (RPP, LKS)
Pengembangan Instrumen: 1. Soal tes penguasaan konsep dan
keterampilan proses sains siswa 2. Pedoman observasi
Judgement, Uji coba, Revisi tes
Tes Awal Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Pembelajaran Konvensional Tes
Akhir Pembelajaran
IPA yang memanfaatkan
Fenomena secara Inkuiri Observasi
Keterlaksanaan Pembelajaran
Pengolahan dan Analisis Data
49 Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jamika 1 yang berada di Jalan Pagarsih Gang Pak Oyon Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jamika 1 kota Bandung pada dua kelas. Kelas yang pertama menerapkan pembelajaran secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri dan kelas yang kedua menerapkan pembelajaran secara konvensional. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan berdasarkan kemiripan karakter siswa, baik dari segi prestasi maupun kesamaan jumlah siswa pada kelas tersebut yang terdiri dari 30 siswa pada masing-masing kelas.
Siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Untuk menentukan tingkat klasifikasi siswa, didapatkan dari informasi guru yang bersangkutan yang diambil dari nilai ulangan harian siswa. Berikut adalah deskripsi siswa pada kedua kelas berdasarkan klasifikasi tingkat kemampuan siswa.
Tabel 3.2 Klasifikasi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Tingkat Klasifikasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kemampuan Rendah 7 siswa 7 siswa
Kemampuan Sedang 16 siswa 16 siswa
Kemampuan Tinggi 7 siswa 7 siswa
Jumlah siswa 30 siswa 30 siswa
50 Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) Pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat pembelajaran serta pengembangan instrumen penelitian. Untuk menyusun perangkat pembelajaran maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain, materi pelajaran yang akan dikaji, serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Oleh karena itu dilakukan studi literatur tentang :
a. Tujuan pembelajaran dan analisis konsep cahaya.
b. Analisis terhadap indikator penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dikaitkan dengan tujuan pembelajaran.
c. Analisis terhadap pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri guna menentukan langkah-langkah pembelajaran.
Sedangkan pengembangan instrumen meliputi : penyusunan instrumen, penimbangan instrumen penelitian oleh pakar, uji coba instrumen, dan revisi instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan implementasi pembelajaran, beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
51 b. Implementasi pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri pada kelas eksperimen, sementara pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan pembelajaran konvensional.
c. Observasi terhadap penggunaan materi cahaya dengan menggunakan pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri.
d. Pemberian tes akhir untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa setelah mengikuti pembelajaran.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menskor tes awal dan tes akhir data penguasaan konsep. 2. Menskor tes awal dan tes akhir data keterampilan proses sains.
3. Menghitung gain data penguasaan konsep dan keterampilan proses sains. 4. Mengolah data penguasaan konsep dan keterampilan proses sains.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari satuan rencana pelaksanaan pembelajaran, soal tes, dan lembaran observasi.
52 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun berdasarkan pedoman kurikulum dan disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator materi pembelajaran dan waktu yang tersedia.
b. Soal Tes
Tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa, sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Tes yang akan digunakan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan.
c. Lembar observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri. Tujuannya adalah apakah pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa sesuai dengan batasan-batasan yang telah digariskan.
F. Analisis Instrumen
Setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui tahapan pengujian atau validasi baik oleh ahli maupun secara uji empirik dilapangan. Dalam pengujian instrumen soal berbentuk tes, uji empirik di lapangan memiliki peranan yang sangat penting untuk mengetahui tingkat keandalan instrumen tersebut.
53 sebuah software Anates versi 4. Hasil uji reliabilitas butir soal penguasaan konsep dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Penguasaan Konsep
No.
Soal Korelasi N rhitung rtabel Reliabilitas
1 0.333 63 0.500 0.29 Reliabel
2 NAN 63 #VAL
UE! 0.29 #VALUE!
3 -0.125 63 -0.286 0.29 Tidak
Reliabel
4 0.186 63 0.314 0.29 Reliabel
5 0.3 63 0.462 0.29 Reliabel
6 0.234 63 0.379 0.29 Reliabel
7 0.153 63 0.265 0.29 Tidak
Reliabel
8 0.519 63 0.683 0.29 Reliabel
9 0.242 63 0.390 0.29 Reliabel
10 0.11 63 0.198 0.29 Tidak
Reliabel
11 -0.027 63 -0.055 0.29 Tidak
Reliabel
12 0.543 63 0.704 0.29 Reliabel
13 0.3 63 0.462 0.29 Reliabel
14 0.252 63 0.403 0.29 Reliabel
15 0.213 63 0.351 0.29 Reliabel
16 0.415 63 0.587 0.29 Reliabel
17 0.3 63 0.462 0.29 Reliabel
18 0.206 63 0.342 0.29 Reliabel
19 0.377 63 0.548 0.29 Reliabel
20 0.283 63 0.441 0.29 Reliabel
21 0.456 63 0.626 0.29 Reliabel
22 0.475 63 0.644 0.29 Reliabel
23 0.235 63 0.381 0.29 Reliabel
24 -0.045 63 -0.094 0.29 Tidak
Reliabel
25 0.485 63 0.653 0.29 Reliabel
26 -0.106 63 -0.237 0.29 Tidak
Reliabel
27 0.339 63 0.506 0.29 Reliabel
28 0.233 63 0.378 0.29 Reliabel
29 0.107 63 0.193 0.29 Tidak
Reliabel
30 0.091 63 0.167 0.29 Tidak
Reliabel
31 0.406 63 0.578 0.29 Reliabel
32 0.377 63 0.548 0.29 Reliabel
54 No.
Soal Korelasi N rhitung rtabel Reliabilitas
34 0.363 63 0.533 0.29 Reliabel
35 0.287 63 0.446 0.29 Reliabel
36 0.296 63 0.457 0.29 Reliabel
37 0.524 63 0.688 0.29 Reliabel
38 0.455 63 0.625 0.29 Reliabel
39 0.336 63 0.503 0.29 Reliabel
40 -0.002 63 -0.004 0.29 Tidak
Reliabel
41 0.177 63 0.301 0.29 Reliabel
42 0.479 63 0.648 0.29 Reliabel
43 0.194 63 0.325 0.29 Reliabel
44 0.186 63 0.314 0.29 Reliabel
Adapun Hasil uji Validitas butir soal penguasaan konsep dapat dilhat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Butir Soal Penguasaan Konsep
No. Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas
1 0.333 63 2.803 2 Valid
2 NAN 63 #VALUE! 2 #VALUE!
3 -0.125 63 -1.000 2 Tidak Valid
4 0.186 63 1.503 2 Tidak Valid
5 0.3 63 2.496 2 Valid
6 0.234 63 1.910 2 Tidak Valid
7 0.153 63 1.229 2 Tidak Valid
8 0.519 63 4.819 2 Valid
9 0.242 63 1.980 2 Tidak Valid
10 0.11 63 0.878 2 Tidak Valid
11 -0.027 63 -0.214 2 Tidak Valid
12 0.543 63 5.133 2 Valid
13 0.3 63 2.496 2 Valid
14 0.252 63 2.067 2 Valid
15 0.213 63 1.730 2 Tidak Valid
16 0.415 63 3.620 2 Valid
17 0.3 63 2.496 2 Valid
18 0.206 63 1.671 2 Tidak Valid
19 0.377 63 3.231 2 Valid
20 0.283 63 2.342 2 Valid
21 0.456 63 4.067 2 Valid
22 0.475 63 4.284 2 Valid
23 0.235 63 1.919 2 Tidak Valid
24 -0.045 63 -0.358 2 Tidak Valid
25 0.485 63 4.402 2 Valid
55 No. Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas
27 0.339 63 2.860 2 Valid
28 0.233 63 1.902 2 Tidak Valid
29 0.107 63 0.854 2 Tidak Valid
30 0.091 63 0.725 2 Tidak Valid
31 0.406 63 3.526 2 Valid
32 0.377 63 3.231 2 Valid
33 0.418 63 3.652 2 Valid
34 0.363 63 3.092 2 Valid
35 0.287 63 2.378 2 Valid
36 0.296 63 2.460 2 Valid
37 0.524 63 4.883 2 Valid
38 0.455 63 4.056 2 Valid
39 0.336 63 2.832 2 Valid
40 -0.002 63 -0.016 2 Tidak Valid
41 0.177 63 1.427 2 Tidak Valid
42 0.479 63 4.331 2 Valid
43 0.194 63 1.570 2 Tidak Valid
44 0.186 63 1.503 2 Tidak Valid
56 Tabel 3.5. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Soal
Tes Penguasaan Konsep IPA
Rata2 = 26.40 Jumlah Subjek = 63
KorelasiXY = 0.58 Butir Soal = 44
Simpang Baku = 5.00
No.
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
(%) Keputusan
1 Valid Reliabel Mudah 23,53
(Cukup) Dipakai
2 #VALUE! #VALUE! Sangat Mudah 0,00
(Kurang Baik)
Tidak Dipakai
3 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sangat Mudah
-11,76 (Tidak Baik)
Tidak Dipakai
4 Tidak
Valid Reliabel Sedang
23,53 (Cukup)
Tidak Dipakai
5 Valid Reliabel Mudah 29,41
(Cukup) Dipakai
6 Tidak
Valid Reliabel Sangat Mudah
17,65 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
7 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sedang
5,88 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
8 Valid Reliabel Sedang 58,82
(Baik) Dipakai
9 Tidak
Valid Reliabel Sangat Mudah
23,53 (Cukup)
Tidak Dipakai
10 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sedang
23,53 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
11 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Mudah
5,88 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
12 Valid Reliabel Sukar 52,94
(Baik) Dipakai
13 Valid Reliabel Mudah 29,41
(Cukup) Dipakai
14 Valid Reliabel Sangat Mudah 11,76
(Kurang Baik) Dipakai
15 Tidak
Valid Reliabel Sangat Mudah
23,53 (Cukup)
Tidak Dipakai
16 Valid Reliabel Sangat Mudah 17,65
(Kurang Baik) Dipakai
17 Valid Reliabel Sangat Mudah 17,65
(Kurang Baik) Dipakai
18 Tidak
Valid Reliabel Mudah
17,65 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
19 Valid Reliabel Sangat Mudah 29,41
(Cukup) Dipakai
20 Valid Reliabel Sukar 23,53
(Cukup) Dipakai
21
Valid Reliabel Mudah 35,29
57 No.
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
(%) Keputusan
22 Valid Reliabel Sedang 64,71
(Baik) Dipakai
23 Tidak
Valid Reliabel Sukar
17,65 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
24 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sedang
-5,88 (Tidak Baik)
Tidak Dipakai
25 Valid Reliabel Sedang 58,82
(Baik) Dipakai
26 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sangat Sukar
-11,76 (Tidak Baik)
Tidak Dipakai
27 Valid Reliabel Sedang 35,29
(Cukup) Dipakai
28 Tidak
Valid Reliabel Sukar
35,29 (Cukup)
Tidak Dipakai
29 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sukar
11,76 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
30 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sukar
11,76 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
31 Valid Reliabel Sangat Mudah 35,29
(Cukup) Dipakai
32 Valid Reliabel Sukar 47,06
(Baik) Dipakai
33 Valid Reliabel Sedang 52,94
(Baik) Dipakai
34 Valid Reliabel Mudah 35,29
(Cukup) Dipakai
35 Valid Reliabel Sedang 35,29
(Cukup) Dipakai
36 Valid Reliabel Sedang 35,29
(Cukup) Dipakai
37 Valid Reliabel Sedang 64,71
(Baik) Dipakai
38 Valid Reliabel Mudah 47,06
(Baik) Dipakai
39 Valid Reliabel Sedang 41,18
(Baik) Dipakai
40 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sedang
-5,88 (Tidak Baik)
Tidak Dipakai
41 Tidak
Valid Reliabel Sedang
23,53 (Cukup)
Tidak Dipakai
42 Valid Reliabel Sedang 64,71
(Baik) Dipakai
43 Tidak
Valid Reliabel Mudah
23,53 (Cukup)
Tidak Dipakai
44 Tidak
Valid Reliabel Sedang
23,53 (Cukup)
58 Tiga butir soal pada Tabel 3.5 (14, 16, dan 17), meskipun memiliki daya pembeda yang tergolong kurang baik, tetapi tetap digunakan di dalam penelitian karena sangat dibutuhkan dalam memeratakan persebaran soal konsep cahaya.
Dengan menggunakan software Anates V.4 yang sama, maka didapatkanlah hasil uji reliabilitas butir soal keterampilan proses seperti terlihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas Soal Butir KPS
No.
Soal Korelasi N rhitung rtabel Reliabilitas
1 0.201 63 0.335 0.38 Tidak Reliabel
2 0.417 63 0.589 0.38 Reliabel
3 0.527 63 0.690 0.38 Reliabel
4 0.501 63 0.668 0.38 Reliabel
5 0.356 63 0.525 0.38 Reliabel
6 0.194 63 0.325 0.38 Tidak Reliabel
7 0.54 63 0.701 0.38 Reliabel
8 0.431 63 0.602 0.38 Reliabel
9 0.553 63 0.712 0.38 Reliabel
10 0.466 63 0.636 0.38 Reliabel
11 0.413 63 0.585 0.38 Reliabel
12 0.274 63 0.430 0.38 Reliabel
13 0.715 63 0.834 0.38 Reliabel
14 0.446 63 0.617 0.38 Reliabel
15 0.244 63 0.392 0.38 Reliabel
16 0.286 63 0.445 0.38 Reliabel
17 0.196 63 0.328 0.38 Tidak Reliabel
18 0.087 63 0.160 0.38 Tidak Reliabel
19 0.447 63 0.618 0.38 Reliabel
20 0.252 63 0.403 0.38 Reliabel
21 0.371 63 0.541 0.38 Reliabel
22 0.499 63 0.666 0.38 Reliabel
23 -0.179 63 -0.436 0.38 Tidak Reliabel
24 0.093 63 0.170 0.38 Tidak Reliabel
25 -0.087 63 -0.191 0.38 Tidak Reliabel
59 Tabel 3.7 berikut adalah hasil uji validitas butir soal keterampilan proses sains siswa.
Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Butir Soal KPS
No.
Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas
1 0.201 63 1.629 2 Tidak Valid
2 0.417 63 3.642 2 Valid
3 0.527 63 4.922 2 Valid
4 0.501 63 4.595 2 Valid
5 0.356 63 3.024 2 Valid
6 0.194 63 1.570 2 Tidak Valid
7 0.54 63 5.092 2 Valid
8 0.431 63 3.791 2 Valid
9 0.553 63 5.268 2 Valid
10 0.466 63 4.180 2 Valid
11 0.413 63 3.599 2 Valid
12 0.274 63 2.261 2 Valid
13 0.715 63 8.117 2 Valid
14 0.446 63 3.955 2 Valid
15 0.244 63 1.997 2 Tidak Valid
16 0.286 63 2.369 2 Valid
17 0.196 63 1.586 2 Tidak Valid
18 0.087 63 0.693 2 Tidak Valid
19 0.447 63 3.966 2 Valid
20 0.252 63 2.067 2 Valid
21 0.371 63 3.171 2 Valid
22 0.499 63 4.570 2 Valid
23 -0.179 63 -1.444 2 Tidak Valid
24 0.093 63 0.741 2 Tidak Valid
25 -0.087 63 -0.693 2 Tidak Valid
60 Berdasarkan hasil uji reliabilitas dan uji validitas soal keterampilan proses sains di atas, maka dibuatlah tabel rekapitulasi analisis butir soal uji coba tes keterampilan proses sains seperti pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Soal
Tes Keterampilan Proses Sains
Rata2 = 14.00 Jumlah Subyek= 63
KorelasiXY = 0.57 Butir Soal = 26
Simpangan Baku = 3.82
No.
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat Kesukaran
Daya
Pembeda Keputusan
1 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sedang
0,000 (Cukup)
Tidak Dipakai
2 Valid Reliabel Mudah 44,44
(Baik) Dipakai
3 Valid Reliabel Mudah 22,22
(Baik) Dipakai
4 Valid Reliabel Mudah 44,44
(Baik) Dipakai
5 Valid Reliabel Mudah 44,44
(Cukup) Dipakai
6 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sedang
22,22 (Cukup)
Tidak Dipakai
7 Valid Reliabel Sedang 66,67
(Baik Sekali) Dipakai
8 Valid Reliabel Sangat Mudah 11,11
(Cukup) Dipakai
9 Valid Reliabel Sangat Mudah 33,33
(Baik) Dipakai
10 Valid Reliabel Sangat Mudah 33,33
(Cukup) Dipakai
11 Valid Reliabel Mudah 55,56
(Baik) Dipakai
12 Valid Reliabel Sangat Mudah 22,22
(Cukup) Dipakai
13 Valid Reliabel Sedang 88,89
(Baik) Sekali Dipakai
14 Valid Reliabel Sedang 22,22
(Baik) Dipakai
15 Tidak
Valid Reliabel Sedang
66,67 (Baik)
Tidak Dipakai 16
Valid Reliabel Sedang 33,33
61 No.
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat Kesukaran
Daya
Pembeda Keputusan
17 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sedang
55,56 (Cukup)
Tidak Dipakai
18 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sukar
-11,11 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
19 Valid Reliabel Sedang 22,22
(Baik) Dipakai
20 Valid Reliabel Sedang 33,33
(Cukup) Dipakai
21 Valid Reliabel Sukar 55,56
(Baik) Dipakai
22 Valid Reliabel Sedang 100,00
(Baik) Dipakai
23 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sangat Sukar
-33,33 (Tidak Baik)
Tidak Dipakai
24 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sukar
-22,22 (Kurang Baik)
Tidak Dipakai
25 Tidak
Valid
Tidak
Reliabel Sukar
11,11 (Tidak Baik)
Tidak Dipakai
26 Valid Reliabel Sedang 55,56
(Cukup) Dipakai
62 G. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. Data utama yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif berupa skor tes penguasaan konsep IPA dan skor tes keterampilan proses sains siswa pada kedua kelas. Data tersebut dapat memberikan gambaran mengenai pencapaian siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran di kelasnya masing-masing.
Data selanjutnya yang dikumpulkan adalah data hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada kedua kelas, yang kemudian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran yang berlangsung sehingga dapat memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan perolehan skor siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
H. Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diolah dengan teknik perhitungan secara statistik menggunakan program SPSS for windows 12. Data tersebut kemudian menjadi bahan rujukan pengambilan keputusan dari empat buah hipotesis penelitian yang diajukan. Untuk mendeskripsikan hasil penelitian, maka dibutuhkan data pendukung berupa hasil observasi pembelajaran.
Untuk mengetahui perbandingan tingkat penguasaan konsep IPA dan
63 pembelajaran konvensional sekaligus menjawab hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan keempat, maka data yang diolah berupa skor tes awal dan tes akhir pada kedua kelas. Perbedaan yang terjadi pada kedua kelas dihitung dengan membandingkan
rerata perolehan skor tes (uji beda), baik tes awal maupun tes akhir, serta peningkatan
skornya (N-Gain).
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengolahan data kuantitatif dengan
menggunakan statistik parametik adalah data berdistribusi normal dan homogen
(Akdon, 2007). Untuk menguji normalitas data, digunakan uji satu sampel
Kolmogorov-Smirnov (One Sample Kolmogorov-Smirnov), dan untuk menguji
tingkat homogenitas data digunakan uji Levine. Prosedur uji statistik selanjutnya
adalah uji beda menggunakan Uji T Sampel Berpasangan (Paired Sample T Tes) jika
data berdistribusi normal dan homogen. Namun jika data tidak berdistribusi normal
atau tidak homogen maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Dua Sampel
Berhubungan (Two Sample Related/ Wilcoxon Tes).
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan
rumus gain faktor (N-Gain) menurut Meltzer (Hendrawati, 2009), sebagai berikut:
pre maks
pre post
S S
S S g
− − =
Keterangan: Spost : Skor posttes Spre : Skor pretest Smaks : Skor maks ideal
[image:32.595.113.513.245.638.2]Adapun kriteria tingkatan N-Gain adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9. Kategori Tingkat N-Gain
Batasan Kategori
N-Gain > 0.7 Tinggi
0.3 ≤ N-Gain ≤ 0.7 Sedang
116 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada umumnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri untuk materi cahaya dan sifat-sifatnya memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk meningkatkan penguasaan konsep serta keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen. Secara khusus ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan.
1. Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena pada penilitian lebih didominasi oleh guru sebagai pembimbing karena ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Waktu banyak terpakai untuk siswa melaksanakan kegiatan percobaan dibandingkan dengan waktu untuk berdiskusi.
2. Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran IPA secara konvensional. 3. Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena
117 B. Saran-saran
Dari penelitian ini, berdasarkan kajian literatur yang menyatakan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi (Joyce dan Weil, 2009), maka diharapkan N-Gain yang didapat akan termasuk dalam kategori tinggi, akan tetapi pada kenyataannya nilai N-Gain yang didapat hanya berkategori sedang menuju rendah yang berarti masih terdapat kekurangan dalam implementasi pembelajaran model ini. Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pelaksanaan pembelajaran, ditemukan beberapa kekurangan yang teridentifikasi, diantaranya: hasil
1. Penguasaan materi guru tentang konsep yang akan dikaji masih belum optimal.
2. Guru masih belum siap dalam menerapkan model pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dikarenakan guru jarang menggunakan model pembelajaran inkuiri.
3. Siswa tidak siap dalam melaksanakan pembelajaran ini sehingga membuat kegiatan pembelajaran tidak berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan. Agar hasil yang didapat lebih baik jika kelas model ini akan digunakan dalam pembelajaran, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
118
lebih banyakdibandingkan dengan siswa dan guru hendaknya selalu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran untuk menentukan materi inti dan materi tambahan agar lebih sistematis dalam menyampaikan materi pembelajaran (Sanjaya, 2008).
2. Guru harus lebih sering menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pelibatan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran akan membuat siswa senantiasa bergairah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut sehingga diharapkan prestasi belajar siswa pun akan meningkat (Djamarah, 1995). 3. Salah satu aspek yang turut mempengaruhi proses pembelajaran adalah sifat
119
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Dewa Ruchi. Bandung Barat.
Anderson, L., W & Krathwohl. (2001). Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman,Inc.
Bojovic, V., (2003). “Physical Phenomena In Preschool And Elementay Education Teaching And Learning Activities”. http://web.uniud.it/Cird/girepseminar2003/abstracts/pdf/bojovic1.pdf Diakses : Januari 2010
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Chin, C., & Chia, L. (2005). Problem Based Learning: Using III-Structured
Problems in Biology roject Work. DOI. 10.1002/sce.20097. Published Online 18 July 2005 in (www.interscience.wiley.com) Dahar, R., W. (1996). Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Dirgantara, Y., (2008). Model pembelajaran laboratorium berbasis inkuiri untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa MTs pada pokok bahasan kalor. Tesis pada Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
120
Fansuri. (2003). Model Pembelajaran Sifat-sifat dan Kegunaan Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional dan KPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Farida, I. (2002). Model Pembelajaran Sumber Arus Listrik Searah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Garnida, D. (2001). Pembelajaran Konsep Panas Melalui Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains, dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Goudas, M., Biddle, S. (1993). Pupil Perceptions of Enjoyment in Physical Education. Physical Education Review Volume 16 No. 2, pp. 145-150. University of Exeter.
Guntur, M. (2004). Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Ekologi Siswa Kelas 1 SMU. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan
121
Hatzikraniotis, E. et., al. (2001). “An Open Learning Environment For Thermal Phenomena”. http://195.251.211.91/john_papers/cblis2001.pdf.
Diakses : Januari 2010
Hermita, N., (2008). Pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa SD. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Hidayat, T., (2008). Model Pembelajaran Inkuiri pada Subtopik Pembiasan Cahaya oleh Lensa untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Hmelo-Silver, C., Duncan, R., G., Chinn, C., A. (2007). Scaffolding and Achievement in Problem-Based and Inquiry Learning: A Response to Kirschner, Sweller, and Clark. Educational Psychologist, 42(2), 99-107. Insan. (2008). Pembelajaran berbasis laboratorium untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Ismaun. (2002). Filsafat Ilmu. Universitas Pendidikan Bandung. Bandung. Joyce, M., Weil, M., Calhoun, E., (2009). Models of Teaching. Model-model
122
Kamajaya. (2007). Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menenagh Atas/Madrasah Aliyah. Grafndo. Bandung.
Kresnadi, H. (2001). Pengembangan Bentuk Tes KPS dalam Pembelajaran IPA di Kelas 3 SD. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Linda, F. (2009). Penggunaan Praktikum Konparatif untuk Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII Pada Pokok Bahasan Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Mangangantung, J., (2008). Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi energi dan penggunaannya untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah sains sekolah dasar. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Marhendri. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Keseimbangan Benda Tegar untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
123
Meranti, D. (2007). Penggunaan Media Animasi komputer pada Pembelajaran Elektrolisis sebagai Penunjang Praktikum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan KPS. Tesis pada Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Muta’sin, A. (2000). Pengembangan Modl Pembelajaran KPS melalui praktikum pada topik mataeri dan perubahannya. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Oberem, G. E., Jasien, P. G. (2004). “Measuring The Effectiveness of an Inquiry-Oriented Summer Physics Course for In Service Teachers”. J. Phys.
Tchr. Educ. Online2.
http://www.Phy.Ilstu.edu./jpteo/issues/jpteo2(2)nov04.pdf. Diakses : Januari 2010
Poedjiadi, A. (2001). Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Yayasan Cendrawasih. Bandung.
Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Rosdakarya. Bandung.
Rositawaty, S., Muharam, A., (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas V Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
124
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Saraswati, S., L., (2003). Upaya Menumbuhkan Keberanian Siswa SLTP untuk Mengajukan Pertanyaan dan Mengemukakan Gagasan Melalui Model Latihan Inkuiri. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Schwarz, C. (2009). Developing Preservice Elementary Teachers Knowledge and Practices Through Modelling-Centered Scientific Inquiry. DOI.10.1002/sce.20324.
Published Online 27 april 2009 in (www.interscience.wiley.com)
Sopamena, O., (2009). Model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa SMK pada konsep hasil kali kelarutan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Subagyo, Y. (2006). Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama pada Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian. Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.
125
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Tiara Wacana. Yogyakarta.
Suwarna, I. (2005). Model Pembelajaran Hipermedia Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SLTP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Syaefudin, U. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Syaodih, N., (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Tresnawati, C., (2009). Implementasi model pembelajaran inkuiri pada konsep sistem pernapasan untuk meningkatkan kemampuan konseptual, prosedural dan sikap ilmiah siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak ditebitkan.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Konsep, Landasan Teoretis – Praktid dan Implementasinya. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
126
Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Wells, M., Hestenes, D., Swackhamer, G. (1995). “A Modeling Method For High School Physics Instruction”. Am. J. Phys. 63, July, 606-619.
http://modeling.asu.edu/R&E/ModelingMethod-Physics_1995.pdf. Diakses : Januari 2010
Widodo, A., Wuryastuti, S., Margaretha. (2007). Pendidikan IPA di SD. Bahan Ajar Mandiri. UPI Press. Bandung.
Yunansah, H. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fluida Statis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak ditebitkan.