• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS ANTARA KELAS YANG MENERAPKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN BANTUAN MULTIMEDIA DENGAN KELAS YANG YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS ANTARA KELAS YANG MENERAPKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN BANTUAN MULTIMEDIA DENGAN KELAS YANG YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman

BAB II BELAJAR, PEMBELAJARAN, PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN BANTUAN MULTIMEDIA, DAN PENDIDIKAN KEJURUAN

3. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris ... 25

(2)

F. Penelitian yang Relevan ... 52

G. Paradigma Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian ... 54

B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 56

1. Lokasi Penelitian ... ... 56

C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 60

1. Tes Hasil Belajar ... 60

E. Pengujian Instrumen... 66

1. Uji Validitas ... 66

2. Uji Reliabilitas ... 67

3. Uji Tingkat Kesukaran ... 67

4. Uji Daya Pembeda ... 68

F. Pelaksanaan Penelitian ... 69

G.Teknik Analisis Data ... 69

1. Uji Normalitas ... 70

2. Uji Homogenitas Varians ... 72

3. Menguji Hipotesis ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76

(3)

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi

manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah

berupaya terus menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan

yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan

mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Upaya yang telah dan terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

mutu pendidikan adalah dengan mewujudkan amanat tersebut melalui

pengembangan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas

antara lain melalui perbaikan kurikulum, pengadaan materi ajar, sistem evaluasi

dan perbaikan sarana pendidikan.

Sekolah adalah tempat penyelenggaraan pendidikan, di ruang-ruang kelas

proses belajar mengajar berlangsung. Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan

belajar. Guru adalah kreator proses belajar dan mengajar. Guru adalah orang yang

akan mengembangkan suasana belajar bagi siswa untuk mengkaji apa yang

menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide kreativitasnya dalam batas-batas dan

(5)

Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru harus dapat menciptakan

suatu kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar sehingga

pesan yang disampaikan dapat diterima oleh siswa. Agar siswa dapat menerima

pesan dengan baik maka harus ada suatu pendekatan yang dilakukan oleh seorang

guru, dalam pembelajaran bahasa, pendekatan komunikatif (communicative

approach) dinilai tepat karena dianggap lebih relevan dengan fungsi bahasa itu

sendiri yakni untuk komunikasi antar sesama, dengan kata lain bahwa

pengembangan pembelajaran bahasa Inggris saat ini seharusnya diarahkan untuk

kemampuan berbahasa peserta didik secara aktif.

Pendekatan komunikatif yang menekankan aspek komunikatif diartikan

sebagai pendekatan yang mengutamakan pembelajar dalam menggunakan bahasa

untuk berkomunikasi secara aktif dalam keterpaduan penggunaan empat

kemahiran bahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Hal ini

berarti bahwa fokus pembelajaran terletak pada penggunaan bahasa dalam konteks

kehidupan sehari-hari.

Di dalam konsep pendekatan komunikatif terdapat konsep kompetensi

komunikatif yang membedakan komponen bahasa menjadi dua bagian, yaitu

kompetensi dan unjuk kerja. Menurut Mary Finochiaro dan Cristopher Brumfit,

Functional Notional Approach: From Theory to Practice, h.14, bahwa pendekatan

komunikatif ini: 1) mengembangkan keterampilan komunikasi pembelajar, 2)

menekankan pada makna secara utuh dan fungsional, penyajian bahan tidak

terpecah-pecah dalam satuan-satuan lepas, 3) berorientasi pada konteks, 4)

(6)

komunikasi yang efektif merupakan tuntutan, 7) latihan komunikasi dimulai sejak

permulaan belajar bahasa, kompetensi komunikatif merupakan tujuan utama, 9)

urutan pembelajaran tidak selalu linear, didasarkan atas kebutuhan, 10)

pembelajar sebagai pusat belajar, 11) kesalahan berbahasa merupakan hal yang

wajar, 12) materi senantiasa melibatkan aspek ahli bahasa, makna fungsional, dan

makna sosial.

Jadi, dengan kata lain bahwa pendekatan komunikatif yang digunakan di

kelas akan lebih bermanfaat bagi para siswa karena pada pembelajaran bahasa

Inggris siswa diajak untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris tidak menekankan

pada tata bahasa (grammar) nya saja. Dengan adanya interaksi antara pengajar

dan pembelajar diharapkan siswa yang tadinya malu untuk berbicara bahasa

Inggris dapat termotivasi dan berani untuk berbicara karena dalam proses

belajarnya guru selalu menekankan fungsi bahasanya itu sendiri.

Di samping model pembelajaran atau pendekatan yang diberikan kepada

siswa, masih ada yang lain dan tidak kalah pentingnya yaitu peran media

pembelajaran. Karena guru bukan penyaji informasi secara mutlak, maka seiring

dengan perkembangan teknologi penyampaian materi dapat dilakukan oleh media,

oleh karena itu, dalam setiap kegiatan belajar mengajar potensi media tidak dapat

diabaikan dan proses komunikasi antara guru dan siswa dapat terlaksana dengan

baik dan lancar apabila dalam proses pembelajarannya menggunakan media yang

tepat sehingga akan sangat membantu siswa lebih cepat dalam merespon pesan

(7)

Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran pada saat sekarang ini

dinilai akan lebih mampu lagi menarik minat siswa untuk belajar, misalnya

dengan media komputer. Kelebihan yang dimiliki oleh komputer diantaranya

adalah mampu menyajikan obyek-obyek bergerak dan memadukannya dengan

suara dan perpaduan antara obyek yang bergerak dan suara, atau kita kenal dengan

multimedia, tetapi disamping memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai

sarana komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya

komputer itu sangat tergantung pada power supply, kemudian hal lain adalah

dalam merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis

komputer (computer based instruction), pekerjaan itu bukan merupakan pekerjaan

mudah terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran.

Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang cukup

memerlukan waktu dan juga keahlian khusus, diluar pembelajaran dengan

menggunakan komputer maka perawatan yang meliputi perangkat keras

(hardware) dan perangkat lunak (software) juga memerlukan biaya yang relatif

tinggi.

Walaupun demikian, dalam menyajikan informasinya di dalam kelas

seorang guru memerlukan alat bantu yang sesuai, dalam hal ini penggunaan

multimedia diharapkan akan membantu proses belajar mengajar siswa dan

menarik siswa untuk dapat belajar secara menyenangkan dan tidak membosankan

karena multimedia dapat mengkombinasikan berbagai gambar, grafik, teks,

animasi, video dan suara. Hal ini dinyatakan oleh Ivers dan Baron (2002:2)

(8)

infomation. Combinations many include text, graphics, animation, pictures, video

and sounds”. Selanjutnya menurut Schurman (1995) dalam

http://www.members.tripod.com/-kudin96/nota.html yang mengatakan bahwa

“multimedia sebagai kombinasi grafik, animasi, teks, video dan suara dalam satu

materi yang mementingkan interaksi antara pengguna dan komputer”.

Multimedia terdiri dari dua jenis, yaitu multimedia non-interaktif dan

multimedia interaktif. Pada multimedia non-interaktif, pengguna bertindak pasif

dan menyaksikan adegan demi adegan secara berurutan. Sementara pada

multimedia interaktif ditambah satu elemen lagi yaitu aspek interaktif sehingga

pengguna dapat memilih secara aktif adegan yang diinginkan dan juga dapat

bermain simulasi dan permainan yang disediakan.

Pada dasarnya salah satu tujuan dari pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan multimedia adalah sedapat mungkin menggantikan dan melengkapi

tujuan, materi, metode dan alat lain yang ada dalam proses belajar mengajar

dalam sistem pembelajaran konvensional. Dengan penerapan multimedia

diharapkan akan mampu memberikan perubahan dalam suasana belajar, sehingga

dapat menimbulkan motivasi khususnya dalam mengikuti pembelajaran sehingga

hasil belajar siswa dapat diperoleh secara lebih baik lagi.

Dari hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris di SMK Negeri 1 Cimahi,

diperoleh keterangan bahwa tiga orang guru bahasa Inggris yang mengajar di

kelas satu, satu orang guru telah menggunakan multimedia di dalam proses belajar

mengajarnya. Guru yang belum menggunakan multimedia dalam memberikan

(9)

penyampaian materi kepada siswa, ceramah, demonstrasi dan penggunaan tape

recorder masih dipergunakan.

Pada pembelajaran seperti ini, sebagian besar guru pada umumnya dalam

merumuskan tujuan pembelajarannya cenderung terbatas pada aspek kognitif

domain ingatan, pemahaman dan aplikasi saja, sedangkan domain analisis dan

sintesis belum biasa dilatihkan pada siswa dan biasanya siswa belajar dalam

kelas klasikal, jarang sekali belajar dalam kelompok. Kalaupun mereka belajar

dalam kelompok biasanya hanya dalam kelompok yang homogen

kemampuannya. Pembelajaran seperti ini diduga akan mengakibatkan siswa

kurang terbiasa bekerja dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis.

Dalam pembelajaran konvensional masih menggunakan strategi

pembelajaran teacher centre yang lebih menekankan pembelajaran yang berpusat

pada guru, siswa hanya sebagai pendengar saja. Hal ini menyebabkan siswa

kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,

siswa tidak tahu relevansi materi pelajaran yang dipelajari dengan kehidupan

sehari-harinya sehingga materi yang diberikan hanya sebatas mengetahui saja

tanpa bisa diterapkan dalam dunia nyata.

Secara disadari atau tidak, dengan menggunakan pola proses belajar

mengajar konvensional cenderung membuat siswa pasif dalam berkomunikasi,

padahal kemampuan berkomunikasi adalah salah satu kemampuan yang harus

dimiliki siswa untuk mempersiapkan dan membekali siswa dalam memasuki

dunia kerja terutama di sektor yang membutuhkan keterampilan berbahasa

(10)

Kenyataan di atas tentulah berakibat pada pencapaian hasil belajar yang

belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar bahasa Inggris

semester I pada kelas 1 Teknik Transmisi secara keseluruhan yang menyangkut

empat keterampilan yaitu : speaking, listening, writing dan reading pada

semester ganjil tahun ajaran 2008/2009. Data yang diperoleh adalah sebagai

berikut :

TABEL 1.1

NILAI BAHASA INGGRIS SEMESTER I TA 2008/2009

No. Nilai Keterangan Frekunesi Persentase

1 09.00 – 10.00 Amat Baik 2 5,88 %

2 8.00 –8.99 Baik 8 23,52 %

3 7.00 – 7,99 Cukup 10 29,41 %

4 < 7,00 Kurang 14 41,18 %

Jumlah : 34 100 %

(Sumber : Dokumen Guru Mata Diklat Bahasa Inggris)

Nilai di atas diambil dari hasil ulangan umum mata diklat bahasa Inggris

kelas 1 Teknik Transmisi sebagai sampel. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

nilai kompetensi bahasa Inggris mempunyai standar minimal 7,00, sedangkan dari

data yang diperoleh yang tergolong kurang, mencapai 14 orang atau 41,18 %,

yang tergolong cukup 10 orang atau 29,41 %, persentase siswa yang tergolong

baik 8 orang atau 23,52 % dan siswa yang tergolong amat baik hanya 2 orang atau

5,88 %. Dengan melihat distribusi hasil belajar mata diklat bahasa Inggris, kita

(11)

Menurut Costa (1985), bahwa untuk mencapai hasil belajar yang

diharapkan, guru perlu membuat strategi pembelajaran (teaching strategy) yang

tepat misalnya dengan memilih model, media, metode dan

keterampilan-keterampilan lainnya yang sesuai. Pembelajaran yang baik menurut Costa

yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mendapatkan pengalaman

belajar. Makin aktif siswa secara intelektual dan sosial maka makin bertambah

pengalaman belajar siswa. Dengan melak

Untuk mendukung strategi pembelajaran yang tepat seperti apa yang telah

dikemukakan oleh Costa, maka penulis mengangkat pembelajaran dengan

pendekatan komunikatif. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa pendekatan

komunikatif yang dalam pembelajarannya lebih menekankan fungsi bahasa

daripada tata bahasa diharapkan dapat dijadikan alternatif pendekatan bagi guru

dalam penyampaian materi di kelas dan bagi siswa itu sendiri dapat lebih

menggali lagi kemampuan berkomunikasi sehingga siswa akan memiliki

kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik dan diharapkan

siswa dapat bersaing dalam dunia kerja. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tercantum dalam GBPP kurikulum

SMK bahwa SMK sebagai bagian dari salah satu jenjang pendidikan menengah

dalam sistem pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kemampuan siswa

untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian serta menyiapkan siswa untuk memasuki

(12)

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai perbedaan hasil belajar bahasa Inggris antara kelas yang

menerapkan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dengan kelas

yang pembelajarannya konvensional.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka masalah - masalah

yang ada pada penelitian ini antara lain adalah:

1. Pengaruh pembelajaran yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan

bantuan multimedia terhadap hasil belajar bahasa Inggris.

2. Perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris antara kelas

yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan

kelas yang pembelajarannya konvensional.

3. Tanggapan guru dan siswa terhadap multimedia dalam proses pemebaljaran.

4. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan pendekatan komunikatif dalam

mengajar bahasa Inggris.

5. Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan multimedia dalam proses

pembelajaran di kelas.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya lingkup permasalahan dalam penelitian ini dan agar

(13)

penyimpangan dari tujuan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan

masalah, sebagai berikut :

1. Pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia hanya diterapkan pada

materi Asking for and Giving Directions and Locations saja.

2.Penelitian dilakukan berkaitan dengan perbedaan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif

dengan bantuan multimedia dan kelas yang mengunakan model konvensional.

3.Multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah multimedia

yang menggunakan Compact Disc (CD), diputar dengan menggunakan

komputer/laptop yang diproyeksikan melalui infocus ke layar lebar, dimana

gambarnya bergerak, suaranya dapat didengar yang merupakan perpaduan

antara media visual dan audio.

D. Perumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah pengaruh penerapan

pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada mata pelajaran Bahasa

Inggris terhadap hasil belajar siswa?”

Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan

penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

melalui pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada pelajaran

(14)

2. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar siswa, antara kelas yang menerapkan

pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dan kelas yang

pembelajarannya konvensional?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru Bahasa Inggris tentang penerapan

pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada materi Asking for

and Giving Directions and Locations?.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif

dengan bantuan multimedia dengan kelas yang pembelajarannya konvensional.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan gambaran nyata mengenai hasil belajar siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran melalui pendekatan komunikatif dengan bantuan

multimedia pada pelajaran bahasa Inggris.

2. Mendapatkan gambaran nyata mengenai perbedaan hasil belajar siswa antara

yang menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia

dengan yang tidak menggunakan multimedia.

3. Memperoleh informasi serta mengetahui tanggapan siswa dan guru bahasa

Inggris mengenai model pembelajaran/pendekatan komunikatif dengan bantuan

multimedia dalam proses pembelajaran Asking for and Giving Directions and

(15)

F. Manfaat Penelitian

Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi ilmu

pengetahuan tentang penerapan pendekatan komunikatif dalam proses

pembelajaran dengan bantuan multimedia untuk mendapatkan hasil belajar siswa

yang lebih tinggi lagi serta dapat dimanfaatkan oleh :

1. Sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai wahana untuk

meningkatkan kualitas dan implementasi kurikulum dan pembelajaran melalui

pendekatan komunikatif dan penambahan media pembelajaran.

2. Guru, diharapkan dapat menerapkan pendekatan komunikatif dalam proses

pembelajarannya sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka

dalam berkomunikasi dan dapat menggunakan multimedia sebagai salah satu

alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

3. Siswa, melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif

dibantu dengan penggunaan multimedia, dapat membantu siswa dalam

memperoleh hasil belajar yang lebih maksimal lagi, khususnya dalam mata

pelajaran bahasa Inggris.

G. Asumsi

Sebagai landasan dalam penelitian ini maka asumsi yang digunakan yaitu:

1. Penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah upaya

yang dilakukan untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara efektif

(16)

2. Penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah upaya

yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa

karena menekankan siswa belajar bahasa Inggris sesuai dengan fungsinya.

3. Penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran adalah suatu upaya untuk

memberikan penguatan pemahaman materi melalui penglihatan dan

pendengaran (audio visual).

4. Penerapan Pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dalam proses

pembelajaran adalah upaya yang dilakukan agar proses pembelajaran lebih

efektif, menyenangkan serta tidak membosankan dan hasil belajar siswa akan

lebih maksimal.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto: 65). Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan asumsi yang telah

disebutkan di atas adalah : “Terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Inggris siswa

SMK yang dalam pembelajarannya menerapkan pendekatan komunikatif dengan

bantuan multimedia dengan hasil belajar siswa yang pembelajarannya secara

konvensional”.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian sangat bermanfaat terutama untuk

(17)

operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang

dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Pengertian ini didukung oleh Tuckman

(1978: 79) yang menyatakan bahwa ”an operational definition is a definition

based on the observable characteristic of that which being defined”. Dalam penelitian ini yang akan didefinisikan secara operasional, yaitu :

1. Pendekatan Komunikatif dengan Bantuan Multimedia pada

Pembelajaran Bahasa Inggris

Pembelajaran yang menerapkan pendekatan komunikatif dalam

pembelajaran bahasa Inggris adalah pembelajaran yang menekankan kemampuan

berkomunikasi dan lebih menitik beratkan pengajaran pada kebermaknaan bahasa

dan fungsi komunikatif daripada penguasaan struktur bahasa. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara dan berkomunikasi yang sesuai

dengan konteks dan situasi.

Pembelajaran bahasa Inggris menggunakan multimedia merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang menggunakan peralatan komputer/laptop dan

secara visual mendukung interaksi melalui teks, audio, grafis, gambar, video dan

animasi. Dalam hal ini komputer/lap top berfungsi sebagai pemutar Compact

Disc (CD) yang berisi materi pembelajaran dan diproyeksikan dengan infocus ke

layar lebar.

Pembelajaran bahasa Inggris yang menggunakan pendekatan komunikatif

dibantu dengan multimedia dimaknai sebagai pembelajaran yang komunikatif

(18)

2. Pembelajaran Konvensional

Pada pembelajaran konvensional dapat dimaknai sebagai pendekatan

pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak

satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak menggunakan

ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan

konsep-konsep bukan kompetensi.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah merupakan perilaku berupa pengetahuan,

keterampilan, sikap, informasi dan atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh

siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu kondisi pembelajaran.

(19)
(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode adalah salah satu bagian dalam melakukan penelitian karena

berfungsi sebagai cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Metode

penelitian memberikan gambaran pada peneliti bagaimana penelitian ini

dilakukan. Sesuai dengan permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini,

penulis mencoba menggunakan metode kuantitatif.

Desain Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan menggunakan

dua kelompok. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok

kedua sebagai kelompok kontrol. Untuk memperoleh data pada kedua kelompok

tersebut diberikan tes awal dan tes akhir. Perbedaan antara kedua kelompok

tersebut adalah pada perlakuan dalam proses pembelajaran, dimana kelompok

eksperimen pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan komunikatif

dibantu dengan multimedia, sedangkan kelompok kontrol pembelajarannya

konvensional.

Ruseffendi (1994, 45) mengatakan bahwa pada jenis desain eksperimen ini

terjadi pengelompokan subyek secara acak (A), adanya pretes (0) dan ada postes

(0). Kelompok yang satu memperoleh perlakuan pembelajaran dengan pendekatan

multimedia (X1), sedangkan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan

(21)

Desain Penelitian yang digunakan seperti tabel di bawah ini :

TABEL 3.1

DESAIN PENELITIAN

Kelompok Tes Awal

(Pretes)

Perlakuan Tes Akhir (Postes)

A 0 X1 0

A 0 X2 0

Keterangan :

A : Penempatan acak

0 : Tes awal dan tes akhir

X1 : Perlakuan Pembelajaran dengan pendekatan komunikatif melalui

penggunaan multimedia.

X2 : Pembelajaran konvensional

Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dideskripsikan

sebagai berikut :

1. Menempatkan kelas sampel yang akan dijadikan kelas uji coba untuk

mengetahui apakah soal tersebut valid dan reliabel jika nanti diberikan kepada

kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada

soal uji coba, selanjutnya soal tersebut dijadikan soal untuk pre-test kelas

kontrol dan kelas eksperimen .

3. Melakukan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran melalui

pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia sedangkan kelompok

(22)

4. Memberikan post test kepada ke dua kelas tersebut. Kemudian dihitung mean

(rata-rata) dan simpangan baku dari masing-masing kelompok untuk

mengetahui hasil belajarnya.

5. Menggunakan uji statistik yang sesuai dengan kriteria data (normal atau tidak

normal dan homogen atau tidak homogen) untuk mengetahui pengaruh

penerapan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan

multimedia terhadap hasil belajar kelompok eksperimen.

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri I Cimahi. Penentuan ini diambil

dengan pertimbangan selain lokasi sekolah dekat dengan tempat tinggal penulis

juga dapat mewakili Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di Cimahi karena

sudah melaksanakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan

masalah dan mencapai tujuan penelitian, maka penelitian membutuhkan sumber

data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang sedang dibahas

secara transparan dan obyektif. Sumber data yang dimaksud berasal dari populasi

yaitu objek yang dapat dijadikan sebagai sumber penelitian yang berbentuk

benda-benda, manusia ataupun peristiwa sebagai obyek penelitian. Hal ini sesuai

dengan pendapat Surachmad (1998: 93), bahwa : ”Populasi adalah sekumpulan

(23)

bahwa : ”Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok objek dengan ukurannya

tidak terhingga (infinite), yang karakteristiknya dikaji atau diuji melalui

sampling”. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah siswa

kelas 1 semester 2 SMK Negeri 1 Cimahi.

Pertimbangan peneliti mengambil populasi siswa kelas 1 antara lain : (1)

siswa kelas 1 dapat diasumsikan masih belum banyak dipengaruhi oleh berbagai

pendekatan dalam proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris, (2) siswa

kelas 1 merupakan siswa kelas terendah di jenjang SMK karena baru lulus dari

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sehingga apabila diberikan

pembelajaran bahasa Inggris dengan model pendekatan komunikatif dengan

penunjang multimedia sebagai medianya, dapat lebih menguasai keterampilan

dalam berbahasa Inggris.

Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya dipilih sejumlah sampel

sebagai sumber data. ”Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan

objek penelitian yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi” (Nasution,

1988: 99). Lebih lanjut Arikunto (2006: 135) menyarankan, ” Agar diperoleh hasil

penelitian yang lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yang betul-betul

mencerminkan populasi.”

Dari seluruh kelas 1 yang ada di SMK Negeri 1 Cimahi, dipilih dua kelas

secara acak untuk dijadikan sampel penelitian. Ini dipilih karena ” ... setiap

anggota dari suatu populasi yang ada mempunyai kesempatan yang sama untuk

(24)

sampel kemudian kelas 1 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) A terpilih menjadi

kelas eksperimen dan kelas 1 Teknik Transmisi B terpilih menjadi kelas kontrol.

3. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :

a. Variabel bebas : Pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu

dengan penggunaan multimedia.

b. Variabel terikat : Hasil Belajar Siswa

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan

angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siswa

kelompok eksperimen.

Sudjana dan Ibrahim (2001:102) menyatakan bahwa : ”Angket merupakan

alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang

berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan,

dari individu/responden dalam bentuk tertulis”.

Angket dalam hal ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk mengungkapkan respon terhadap penggunaan bahasa Inggris yang efisien

dan efektif. Dalam penyusunan tiap item pernyataannya digunakan bentuk

tertutup, dengan beberapa alternatif jawaban yang disusun dalam bentuk skala

(25)

5. Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara pengambilan data atau informasi

langsung dari sumber atau reponden.

6. Teknik Analisis Data

Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai

suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca

(readable) dan ditafsirkan (interpretable) serta dapat menjawab pertanyaan

penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:126)

bahwa : ”Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih akan

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh sebab itu data perlu

diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah”.

Pada dasarnya kegiatan pengolahan data dan analisis data dalam penelitian

kualitatif dimulai sejak pengumpulan data dilakukan, namun analisis tersebut

bersifat parsial, sedangkan analisis yang diharapkan adalah analisis yang bersifat

kontekstual. Untuk memperoleh analisis yang bersifat konstektual, maka harus

dianalisis setelah semua data terkumpul secara utuh. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil wawancara

dan observasi.

(26)

c. Mendeskripsikan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan umum, sekaligus

menyusun temuan-temuan penelitian, baik yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian maupun tidak.

d.Menyusun temuan yang dimunculkan

e. Menganalisis hubungan data yang satu dengan yang lain

f. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum

g.Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara

konstektual.

C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

berupa nilai dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran materi

Asking for and Giving Directions and Locations. Instrumen dalam penelitian ini

ada dua macam, yaitu tes hasil belajar dan angket respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran (data angket respon siswa hanya diambil dari siswa kelompok

eksperimen saja).

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan data

kuantitatif yang berupa nilai dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran materi Asking for and Giving Directions and Locations. Jumlah soal

ada tiga puluh.

Instrumen atau tes hasil belajar ini disusun berdasarkan rumusan tujuan

(27)

diberikan kepada siswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol sebelum dan sesuah proses pembelajaran dilaksanakan.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen adalah sebagai

berikut :

 Merumuskan tujuan yang dituangkan dalam kisi-kisi;

 Membuat butir soal, melengkapinya dengan kunci jawaban serta memberi skor

tiap-tiap jawaban siswa.

 Melaksanakan uji coba instrumen

 Menganalisis hasil uji coba

 Melakukan perbaikan terhadap hasil uji coba pada soal-soal yang dirasa kurang

baik.

2. Angket Respons Siswa

Angket ini diberikan untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respons

siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Inggris materi Asking for and

Giving Directions and Locations dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan

menggunakan multimedia. Angket ini hanya diberikan kepada kelas eksperimen.

D. Tahap Uji Coba Instrumen

Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian ini, soal tersebut diujicobakan

terlebih dahulu kepada siswa yang berbeda kelasnya dengan kelas eksperimen dan

kelas uji coba. Pelaksanaan uji coba dimaksudkan untuk mengetahui

kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang

(28)

uji coba ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tes dengan bahasa yang

tepat dan mudah dipahami, serta untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda dari soal tes tersebut.

Pentingnya dilakukan uji coba soal tes ini diungkapkan oleh Faisal (1982:

38), sebagai berikut :

Setelah angket disusun lazimnya tidak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan data sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangat diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.

Setelah uji coba soal dilaksanakan, maka dilakukan analisis statistika

dengan tujuan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Dengan

diketahuinya keterjaminan validitas dan reliabilitas alat pengumulan data, maka

diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat

dipertanggungjawabkan.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu

tes atau pengumpul data. Arikunto (2006: 170) mengemukakan bahwa untuk

menguji validitas tiap butir soal, maka skor-skor tiap butir soal yang dimaksud

dikorelasikan dengan skor total.

Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product

(29)

X = skor tiap butir soal

Y = Skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor butir

Riduwan (2004: 1100) memberikan kriteria untuk menginterpretasikan

koefisien korelasi (r) sebagai berikut :

0,800 – 1,000 = sangat tinggi 0,600 – 0,799 = tinggi

0,400 – 0,599 = cukup tinggi 0,200 – 0,399 = rendah

0,000 – 0,199 = sangat rendah (tidak valid)

Setelah diperoleh koefisien korelasi, selanjutnya untuk melihat

signifikasinya koefisien korelasi Product Moment Pearson tersebut disubstitusikan ke persamaan uji-t, yaitu :

2

1 2

r n r t



Riduwan (2004: 110)

Validitas terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat signifikasi 95% atau

α = 0,05.

2. Reliabilitas

Menurut Suharsimi (1997: 83) bahwa : ”Reliabilitas berhubungan dengan

masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang

tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi, pengertian

reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, dan apabila

hasilnya berubahpun perubahannya yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti”.

Untuk memperoleh reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Belah

(30)

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item

k = korelasi product moment antara belahan (ganjil-genap)

Interpretasi indeks derajat reliabilitas suatu tes, menurut Guilford dan

Winarno (Ruseffendi, 1994: 144), adalah sebagai berikut :

0,000  r11 0,200 = derajat reliabilitas tes kecil

0,200  r11 0,800 = derajat reliabilitas tes rendah

0,400  r11 0,600 = derajat reliabilitas tes sedang

0,700  r11 0,400 = derajat reliabilitas tes tinggi

0,900  r11 0,200 = derajat reliabilitas tes sangat tinggi

Setelah data hasil ujicoba dianalisis, maka akan diperoleh koefisien

reliabilitas tes. Tingginya koefisien reliabilitas (mendekati angka 1) menunjukkan

soal tes yang diujicobakan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen pengumpul

data penelitian. Derajat reliabilitas yang tinggi menunjukkan perangkat tes

tersebut dapat dipercaya dan layak untuk dijadikan sebagai alat ukur.

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu tes yang diujikan. Tingkat kesukaran dapat

ditentukan berdasarkan proporsi siswa yang menjawab dengan benar.

(31)

Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan menurut Surapranata

(2006: 21) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

0,00 < P  0,30 = sukar 0,30 < P  0,70 = sedang 0,70 < P  1,00 = mudah

4. Daya Pembeda

Indeks daya pembeda digunakan untuk menentukan dapat tidaknya suatu

soal dapat membedakan kelompok yang diukur seseuai dengan perbedaan yang

ada dalam kelompok itu. Menghitung daya pembeda tiap soal perlu dilakukan

pengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga kelompok berdasarkan peringkat

dari keseluruhan skor yang diperoleh. Menurut Cureton (Surapranata, 2006: 24)

kelompok tersebut adalah :

o Kelompok atas diambil 27 %

o Kelompok bawah diambil 27 %

Pembagian kelompok tinggi dan rendah ditentukan berdasarkan skor

penguasaan kompetensi kognitif yang diperoleh pada tes. Penghitung daya

pembeda setiap soal menggunakan rumus :

B B A

A

n n

D

Surapranata (2006, 31)

D = indeks daya pembeda

ΣA = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas

ΣB = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah

nA = jumlah peserta tes kelompok atas

(32)

Jika jumlah peserta tes kelompok atas sama dengan jumlah peserta

kolompok bawah, nA = nB = n, maka persamaan daya pembeda berubah menjadi :

n

D

A

B Surapranata (2006: 31)

Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan dapat

diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini :

TABEL 3.2

KRITERIA INDEKS DAYA PEMBEDA

Rentang D Kriteria Keputusan

> 3,00 Baik Diterima

0,10 – 0,30 Cukup Direvisi

< 0,10 Jelek Ditolak

E. Pengujian Instrumen

Untuk melihat apakah tidak ada perbedaan yang signifikan tentang

kemampuan awal siswa kelas Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) A dan kelas

Teknik Transmisi (Tetrans) B, maka diperlukan tes uji coba yang dilakukan pada

kelas Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) B. Setelah dilakukan uji coba tes

selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk menguji validitas instrument,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

1. Uji Validitas

Uji validitas instrument dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap

butir soal dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir soal. Untuk

mengetahui koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan persamaan

(33)

koefisien diuji dengan menggunakan rumus uji-t. Sedangkan untuk mengetahui

validitas butir soal, butir soal tersebut dikorelasikan dengan ttabel. Butir soal

dikatakan valid jika thitung > ttabel, pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan dk = n-2.

Setelah dilakukan analisis uji validitas dengan cara membandingan thitung

dan ttabel, maka dari sejumlah 50 butir soal yang diujicoba diperoleh 5 butir soal

yang tidak valid, yaitu butir soal nomor 39, 40, 41, 42, 47. Ke lima butir soal

tersebut untuk selanjutnya tidak digunakan lagi. Soal yang digunakan untuk pre

test hanya sebanyak 30 soal dan soal yang lainnya tidak digunakan lagi karena ada

soal yang valid tetapi tidak signifikan serta ada pertimbangan-pertimbangan lain.

2. Uji Reliabilitas

Dari hasil analisis diperoleh koefisien reliabilitas soal (r11) sebesar 0,66

(lampiran 11). Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa soal tersebut

mempunyai derajat reliabilitas yang tinggi, sehingga perangkat tersebut dapat

dipercaya atau layak untuk dijadikan sebagai alat ukur.

3. Uji Tingkat Kesukaran

Dari analisis tingkat kesukaran butir soal pada lampiran 12, menunjukkan

terdapat 9 butir soal dari 50 butir soal yang termasuk ke dalam kategori sukar

(nilai indeks tingkat kesukaran berkisar di bawah 0,30), yaitu butir soal nomor 23,

28, 31, 34, 41, 44, 47, 49, dan 50, sedangkan 24 butir soal termasuk ke dalam

kategori sedang (nilai indeks tingkat kesukaran berkisar antara 0,31 sampai 0,70)

dan 15 butir soal termasuk ke dalam kategori mudah (nilai indeks tingkat

(34)

4. Uji Daya Pembeda

Dari analisis daya pembeda menunjukkan terdapat 25 butir soal dari 50

butir soal yang termasuk ke dalam kategori baik, 12 butir soal termasuk ke dalam

kategori cukup, dan 13 butir soal termasuk ke dalam ketegori jelek (lampiran

13).

Dari hasil analisis yang dilakukan pada instrumen tes di atas yaitu analisis

uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda dibuat

rekapitulasi hasil uji coba seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.3. Dari tabel 3.3

dapat diambil kesimpulan bahwa butir-butir soal yang tidak valid dan jelek

selanjutnya tidak digunakan lagi dalam penelitian ini, Dengan demikian jumlah

butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 soal.

Tabel 3.3

KARAKTERISTIK BUTIR SOAL BERDASARKAN HASIL UJI COBA

No. Soal

Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

(35)

26

sebagai sampel) pada semester ke dua tahun pembelajaran 2008/2009 dengan

materi Asking for and Giving Directions and Locations. Pelaksanaan kegiatan

dalam penelitian dimulai dengan melakukan konsultasi dengan guru mata diklat

bahasa Inggris, tujuannya untuk memperoleh gambaran umum tentang

karakteristik siswa di kelas tersebut. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan jadwal kelas masing-masing,

G. Teknik Analisis Data

Setelah penelitian di sekolah, diperoleh data yang harus diolah agar dapat

(36)

persyaratan ini terpenuhi, pengolahan data melalui statistik inferensial dapat

dilaksanakan. Analisis data dalam penelitian ini bertujuan agar data yang

diperoleh dapat memberikan informasi, jawaban dan kesimpulan yang diharapkan

dalam penelitian ini.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data, apakah

berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono (2007: 79), bahwa :

Untuk menentukan data tersebut menggunakan statistik parametris atau statistik nonparametris, maka kenormalan data harus diuji terlebih dahulu. Bila data berdistribusi normal, maka peneliti menggunakan statistik parametris. Jika data tersebut tidak berdistribusi normal, maka peneliti harus menggunakan

statistik non parametris.

Untuk uji normalitas distribusi dilakukan dengan

menggunakan rumus Chi Kuadrat (²) sebagai berikut :

]

Untuk mengoperasikan rumus tersebut, ditempuh langkah-langkah berikut :

1. Membuat daftar distribusi frekuensi dengan langkah-langkah seperti di atas.

2. Mencari mean/rata-rata (X)

(37)

4. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dan hasil pengamatan melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan batas kelas, yaitu angka skor-skor kiri kelas interval pertama

dikurangi 0,5 dan selanjutnya angka skor-skor kanan kelas interval

ditambah 0.5.

b. Mencari Z untuk batas kelas dengan rumus :

batas kelas - X

Z = ---

(Reksoatmodjo, 2007: 38)

S

c. Mencari luas 0–Z dari daftar F dengan menggunakan angka Z untuk batas

kelas.

d. Mencari luas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka pada luas

0–Z yang berdekatan, yaitu bagi angka yang bertanda sejenis dan

menambahkan angka-angka pada luas 0-Z yang berdekatan bagi yang

bertanda tidak sama pada nilai Z untuk batas kelas.

e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe), yaitu angka luas tiap kelas

interval dikali dengan jumlah responden (n).

f. Memasukkan frekuensi yang ada dalam distribusi frekuensi sebagai

frekuensi pengamatan (fo).

5. Mencari Chi-kuadrat (2)

6. Membandingkan setiap harga 2hitung dengan 2tabel, dengan dk = k – 1

(38)

Kriteria pengujian :

Ho diterima jika 2

hitung  2tabel, artinya sampel berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians

Untuk menentukan sampel dari populasi dari dua kelas yang homogen

digunakan uji homogenitas. Jika kesimpulan menunjukkan kelompok data

homogen, maka data berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji

statistik parametrik.

Sugiyono (2007: 56) mengatakan bahwa ” Salah satu teknik statistik yang

digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan analisis

varians. Untuk menguji homogenitas varians, maka langkah-langkah yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

(1) Menghitung varians (S2) kedua kelompok sampel

)

(2) Menghitung harga Fhitung

terkecil terbesar

Varians Varians

F Sugiyono (2007: 140)

(3) Menghitung derajat kebebasan (dk)

dk = (n-1)

(4) Menghitung harga Ftabel

(39)

3. Menguji Hipotesis

Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji

hipotesis komparatif dua sampel independen atau sampel bebas yang didasarkan

pada data nilai tes awal (pre-test) dan tes akhir (postest). Untuk melakukan uji

t-test syaratnya data harus homogen dan normal. Oleh sebab itu data harus terlebih

dahulu diuji homogenitas dan normalitas.

Uji t-test dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Rumus Uji t-test yang digunakan untuk statistik parametrik sampel berkorelasi

adalah :

2. Uji t-test yang digunakan untuk statistik parametrik sampel independen (bebas)

(40)

Langkah-langkah pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis statistik yang diajukan

b. Menentukan rata-rata kedua kelompok sampel

c. Menentukan varians kedua kelompok sampel

d. Menentukan harga thitung

e. Menentukan harga ttabel dan derajat kebebasan

f. Mengkorelasikan harga thitung dengan harga ttabel

g. Membuat kesimpulan dari pengujian hipotesis.

Menurut Sugiyono (2007: 119), ”Rumusan pengujian hipotesis komparatif

terdiri dari tiga macam yaitu uji dua pihak, uji pihak kiri dan uji pihak kanan”

Apabila thitung lebih besar dari harga ttabel dan berada pada daerah penolakan

Ho, maka Ha diterima, jika thitung lebih kecil dari ttabel dan berada pada daerah

penerimaan Ho, maka Ha yang ditolak. Pengujian perbedaan rata-rata dua

kelompok data yang dilakukan adalah sebanyak dua kali sehingga hipotesis

statistik yang diajukan juga sebanyak dua kali. Hipotesis statistik digunakan untuk

membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Uji hipotesis pretest-pretest kelompok eksperimen dan kontrol

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest proses

pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan

(41)

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest proses

pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan

multimedia dengan hasil pretest proses pembelajaran konvensional.

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1  µ2

2. Uji hipotesis posttest-postest kelompok eksperimen dan kontrol

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest proses

pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan

multimedia dengan hasil posttest proses pembelajaran konvensional.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest proses

pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan

multimedia dengan hasil posttest proses pembelajaran konvensional

Ho : µ1 = µ2

(42)
(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang

pembelajaran mata diklat Bahasa Inggris yang dilakukan dengan model

pendekatan komunikasi melalui penggunaan multimedia untuk melihat

pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam materi Asking for Giving

Directions and Locations pada siswa kelas I SMK Negeri 1 Cimahi, yang

mengacu kepada hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pendekatan

komunikatif dengan bantuan multimedia pada pelajaran bahasa Inggris terdapat

peningkatan secara signifikan. Peningkatan hasil belajar dari kelas eksperimen

ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang menerapkan

pendekatan komunikatif dapat dikatakan berhasil diterapkan guru karena di

dalam proses pembelajaran guru memberikan langkah-langkah yang dinilai

sangat efektif dalam penyampaian materi bahasa Inggris yaitu pada langkah

awal mengajak berdialog dengan para peserta didik kemudian memberikan

latihan agar lebih mengerti lagi akan materi yang sedang dan akan dipelajari,

selanjutnya guru mengajak untuk berkomunikasi kembali dan komunikasi di

sini sudah mengarah ke pembicaraan sehari-hari atau berdasarkan pengalaman

(44)

untuk berkomunikasi dengan siswa, kemampuan komunikatif siswa akan lebih

terasah lagi, komunikasi yang sesuai dengan fungsinya ini akan membuat siswa

lebih memahami lagi bahwa belajar bahasa Inggris itu tidak menekankan pada

belajar tata bahasanya (grammar) saja tetapi bagaimana mengerti akan fungsi

bahasa itu sendiri.

Peran multimedia di kelas sangat besar pengaruhnya terhadap sikap siswa yang

membangkitkan rasa keingintahuannya dalam hal penerimaan materi yang

disampaikan. Keterlibatan siswa yang aktif di kelas membuat kelas menjadi

hidup, ada suasana baru dan kegiatan yang biasa monoton dapat tergantikan

dengan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa

dengan siswa. Hasil dari pembelajaran ini adalah terlihatnya peningkatan

motivasi, ada rasa percaya diri untuk berbicara dan keberanian untuk bekerja

secara berpasangan (work in pairs) terlihat ada peningkatan dan semua

berdampak pada hasil belajar siswa yang terlihat setelah melakukan postetst

dalam materi Asking for and Giving Directions and Locations.

2. Dari hasil pengujian yang menunjukkan thitung lebih besar daripada ttabel yaitu

5,4418 >2,000, terdapat perbedaan hasil belajar siswa, antara kelas yang

menerapkan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dengan

kelas yang pembelajarannya konvensional. Perbedaan hasil belajar siswa

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan karena pada kelas

eksperimen dilakukan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia

(45)

3. Tanggapan siswa dan guru Bahasa Inggris tentang penerapan pendekatan

komunikatif dengan bantuan multimedia pada materi Asking for and Giving

Directions and Locations sangat positif dan baik berdasarkan hasil wawancara

guru dan angket siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dikaitkan dengan manfaat praktis penelitian,

peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1.Untuk Peneliti selanjutnya :

a. Melakukan penelitian yang lebih luas lagi sehingga validitas pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan komunikatif untuk meningkatkan hasil

belajar siswa lebih teruji.

b. Membenahi segala kekurangan dalam penelitian ini, sehingga dapat

dihasilkan temuan-temuan baru yang dapat memberikan sumbangan positif

bagi kemajuan di bidang pengajaran khususnya pembelajaran yang

menggunakan pendekatan komunikatif.

2.Untuk mata guru diklat :

a. Menerangkan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan

multimedia terutama pada mata diklat bahasa yang memerlukan latihan

dalam empat keterampilan (listening, speaking, reading dan writing).

b. Memperdalam pengetahuan mengenai pembuatan multimedia, sehingga

dapat menghasilkan media pembelajaran yang lebih baik untuk digunakan

(46)

3.Untuk Sekolah :

a. Memberikan dukungan dan dorongan terhadap pengembangan

pembelajaran dengan menggunakan multimedia karena dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Mendorong guru untuk memanfaatkan multimedia dengan menggunakan

berbagai model pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar siswa.

c. Memfasilitasi penggunaan multimedia untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya dengan

meningkatkan kemampuan guru untuk mengoperasikan komputer dan

penggunaan CD pembelajaran yang sekarang banyak berkembang maupun

(47)
(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bloom., B.S. 2005. Taxonomy of Education Objectives the Classification Domain. New York: Longman Inc.

Davies, Ivor K. 1981. Instructional Technique. New York: Mc. Graw Hill Book.Co.

Dimyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadli, Yusrizal. 2007. Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Finochiaro, Mary dan Brumfit, Cristopher. 1982. Functional Notional Approach:

From Theory to Practice.Oxford: Oxford University Press.

Gagne, R.M.1975. Esentials of Learning for Instruction, New York: Holf Rinehart and Winston.

Gagne dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of Instructional Design. Second Edition. New York: Holt Rinehart and Winston.

Hamalik, Umar. 1985. Media Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

(49)

Iswahyudi. 2006. Implementasi Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran

Bahasa Inggris di SMP. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ivers dan Baron. 2002. Multimedia Projects in Educational Designing Producing

and Assesing. New York: John Willey & Sons.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. 1996. Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Littlewood, W. T. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Littlewood, W.T.1984. Foreign and Second Language Learning: Language

Acquisition Research and its Implications for the Classroom. Cambridge:

Cambridge University Press.

Morgan. 1986. http://www.Whandi.net/cetak.phpid=57. tanggal 14-8-2009.

Narsoyo Reksoatmojo, T. 2007. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nunan, D. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

Ramelan. 1985. Penerapan Teori Linguistik untuk Pengajaran Bahasa.

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik: Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

(50)

Richards Jack C. and Rodgers Theodore S. 2001. Approaches and Methods in

Language Teaching, Cambridge University Press.

Richards Jack C. and Renandya Willy A. 2005. Methodology in Language Teaching:

An Anthology of Current Practice. Cambridge University Press.

Sanjaya, W. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Senduk, A.G. 1987. Pengaruh Faktor-faktor Sosiolinguistis terhadap Penggunaan Bahasa Guru dalam Proses Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia: Suatu Studi Eksploratif pada beberapa SMA di Kotamadya Manado. Tesis S2 FPS IKIP, IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Subyakto-Nababan, S. U. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Surapranata.2006, S. 2005. Analisis, validitas, Reliabilitas dan Interprestasi Hasil

Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugijono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugijono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri).1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sujana, Nana. 1989. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

(51)

Sujana, N. dan Ibrahim. 2001. Metodologi Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Surachmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Yalden Janice. 1987a. Principles of Course Design for Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Yessica, G.F. 2007. Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Depdiknas.2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Dir. PMK. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004.

--- http://endangsuhardini.blogspot.com./ 2009/

08/kurikulum-pendidikan-teknologi-suatu.html.

---.

Gambar

TABEL 1.1 NILAI BAHASA INGGRIS SEMESTER I TA 2008/2009
TABEL 3.1  DESAIN PENELITIAN
TABEL 3.2 KRITERIA INDEKS DAYA PEMBEDA
Tabel 3.3    KARAKTERISTIK BUTIR SOAL

Referensi

Dokumen terkait

dan LPT ( longest Processing time) pada suatu proses produksi jasa Laundry.

B.VI.1 Pengadaan Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Sekolah Dasar Kota Sungai Penuh (30 Sekolah) 1 Paket Kecamatan Sungai Penuh 316.500.000 Luncuran DAK 2011 3.a.4 B.VI.2

Dari perhitungan lengan simpang untuk setiap periode waktu pengamatan, antara kurva arus jenuh yang dibuat berdasarkan waktu kehilangan yang diambil dari buku

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian adalah ada pengaruh yang positif dan signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dari

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Perempuan Untuk Berpartisipasi Aktif Dalam Pembangunan Di Desa Sumberjaya Kecamatan Wai Ratai Kabupaten Pesawaran ini memiliki

Namun, sampai saat ini di sekolah tersebut dalam pengolahan data akademik masih menggunakan metode atau cara manual, dimana semua data (data siswa, data guru,

Waktu efektif yang diperlukan Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang dalam pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik mulai dari awal permohonan hingga penerbitan

Dari hasil tabulasi kuesioner omzet rumah makan mereka meningkat menjadi lebih banyak setelah bergabung dengan Go-Food dibandingkan dengan sebelum bergabung dengan Go- Food,