Halaman
BAB II BELAJAR, PEMBELAJARAN, PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN BANTUAN MULTIMEDIA, DAN PENDIDIKAN KEJURUAN
3. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris ... 25
F. Penelitian yang Relevan ... 52
G. Paradigma Penelitian ... 53
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian ... 54
B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 56
1. Lokasi Penelitian ... ... 56
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 60
1. Tes Hasil Belajar ... 60
E. Pengujian Instrumen... 66
1. Uji Validitas ... 66
2. Uji Reliabilitas ... 67
3. Uji Tingkat Kesukaran ... 67
4. Uji Daya Pembeda ... 68
F. Pelaksanaan Penelitian ... 69
G.Teknik Analisis Data ... 69
1. Uji Normalitas ... 70
2. Uji Homogenitas Varians ... 72
3. Menguji Hipotesis ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah
berupaya terus menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan
yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan
mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Upaya yang telah dan terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah dengan mewujudkan amanat tersebut melalui
pengembangan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas
antara lain melalui perbaikan kurikulum, pengadaan materi ajar, sistem evaluasi
dan perbaikan sarana pendidikan.
Sekolah adalah tempat penyelenggaraan pendidikan, di ruang-ruang kelas
proses belajar mengajar berlangsung. Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan
belajar. Guru adalah kreator proses belajar dan mengajar. Guru adalah orang yang
akan mengembangkan suasana belajar bagi siswa untuk mengkaji apa yang
menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide kreativitasnya dalam batas-batas dan
Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru harus dapat menciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar sehingga
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh siswa. Agar siswa dapat menerima
pesan dengan baik maka harus ada suatu pendekatan yang dilakukan oleh seorang
guru, dalam pembelajaran bahasa, pendekatan komunikatif (communicative
approach) dinilai tepat karena dianggap lebih relevan dengan fungsi bahasa itu
sendiri yakni untuk komunikasi antar sesama, dengan kata lain bahwa
pengembangan pembelajaran bahasa Inggris saat ini seharusnya diarahkan untuk
kemampuan berbahasa peserta didik secara aktif.
Pendekatan komunikatif yang menekankan aspek komunikatif diartikan
sebagai pendekatan yang mengutamakan pembelajar dalam menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi secara aktif dalam keterpaduan penggunaan empat
kemahiran bahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Hal ini
berarti bahwa fokus pembelajaran terletak pada penggunaan bahasa dalam konteks
kehidupan sehari-hari.
Di dalam konsep pendekatan komunikatif terdapat konsep kompetensi
komunikatif yang membedakan komponen bahasa menjadi dua bagian, yaitu
kompetensi dan unjuk kerja. Menurut Mary Finochiaro dan Cristopher Brumfit,
Functional Notional Approach: From Theory to Practice, h.14, bahwa pendekatan
komunikatif ini: 1) mengembangkan keterampilan komunikasi pembelajar, 2)
menekankan pada makna secara utuh dan fungsional, penyajian bahan tidak
terpecah-pecah dalam satuan-satuan lepas, 3) berorientasi pada konteks, 4)
komunikasi yang efektif merupakan tuntutan, 7) latihan komunikasi dimulai sejak
permulaan belajar bahasa, kompetensi komunikatif merupakan tujuan utama, 9)
urutan pembelajaran tidak selalu linear, didasarkan atas kebutuhan, 10)
pembelajar sebagai pusat belajar, 11) kesalahan berbahasa merupakan hal yang
wajar, 12) materi senantiasa melibatkan aspek ahli bahasa, makna fungsional, dan
makna sosial.
Jadi, dengan kata lain bahwa pendekatan komunikatif yang digunakan di
kelas akan lebih bermanfaat bagi para siswa karena pada pembelajaran bahasa
Inggris siswa diajak untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris tidak menekankan
pada tata bahasa (grammar) nya saja. Dengan adanya interaksi antara pengajar
dan pembelajar diharapkan siswa yang tadinya malu untuk berbicara bahasa
Inggris dapat termotivasi dan berani untuk berbicara karena dalam proses
belajarnya guru selalu menekankan fungsi bahasanya itu sendiri.
Di samping model pembelajaran atau pendekatan yang diberikan kepada
siswa, masih ada yang lain dan tidak kalah pentingnya yaitu peran media
pembelajaran. Karena guru bukan penyaji informasi secara mutlak, maka seiring
dengan perkembangan teknologi penyampaian materi dapat dilakukan oleh media,
oleh karena itu, dalam setiap kegiatan belajar mengajar potensi media tidak dapat
diabaikan dan proses komunikasi antara guru dan siswa dapat terlaksana dengan
baik dan lancar apabila dalam proses pembelajarannya menggunakan media yang
tepat sehingga akan sangat membantu siswa lebih cepat dalam merespon pesan
Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran pada saat sekarang ini
dinilai akan lebih mampu lagi menarik minat siswa untuk belajar, misalnya
dengan media komputer. Kelebihan yang dimiliki oleh komputer diantaranya
adalah mampu menyajikan obyek-obyek bergerak dan memadukannya dengan
suara dan perpaduan antara obyek yang bergerak dan suara, atau kita kenal dengan
multimedia, tetapi disamping memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai
sarana komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya
komputer itu sangat tergantung pada power supply, kemudian hal lain adalah
dalam merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis
komputer (computer based instruction), pekerjaan itu bukan merupakan pekerjaan
mudah terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran.
Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang cukup
memerlukan waktu dan juga keahlian khusus, diluar pembelajaran dengan
menggunakan komputer maka perawatan yang meliputi perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) juga memerlukan biaya yang relatif
tinggi.
Walaupun demikian, dalam menyajikan informasinya di dalam kelas
seorang guru memerlukan alat bantu yang sesuai, dalam hal ini penggunaan
multimedia diharapkan akan membantu proses belajar mengajar siswa dan
menarik siswa untuk dapat belajar secara menyenangkan dan tidak membosankan
karena multimedia dapat mengkombinasikan berbagai gambar, grafik, teks,
animasi, video dan suara. Hal ini dinyatakan oleh Ivers dan Baron (2002:2)
infomation. Combinations many include text, graphics, animation, pictures, video
and sounds”. Selanjutnya menurut Schurman (1995) dalam
http://www.members.tripod.com/-kudin96/nota.html yang mengatakan bahwa
“multimedia sebagai kombinasi grafik, animasi, teks, video dan suara dalam satu
materi yang mementingkan interaksi antara pengguna dan komputer”.
Multimedia terdiri dari dua jenis, yaitu multimedia non-interaktif dan
multimedia interaktif. Pada multimedia non-interaktif, pengguna bertindak pasif
dan menyaksikan adegan demi adegan secara berurutan. Sementara pada
multimedia interaktif ditambah satu elemen lagi yaitu aspek interaktif sehingga
pengguna dapat memilih secara aktif adegan yang diinginkan dan juga dapat
bermain simulasi dan permainan yang disediakan.
Pada dasarnya salah satu tujuan dari pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan multimedia adalah sedapat mungkin menggantikan dan melengkapi
tujuan, materi, metode dan alat lain yang ada dalam proses belajar mengajar
dalam sistem pembelajaran konvensional. Dengan penerapan multimedia
diharapkan akan mampu memberikan perubahan dalam suasana belajar, sehingga
dapat menimbulkan motivasi khususnya dalam mengikuti pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa dapat diperoleh secara lebih baik lagi.
Dari hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris di SMK Negeri 1 Cimahi,
diperoleh keterangan bahwa tiga orang guru bahasa Inggris yang mengajar di
kelas satu, satu orang guru telah menggunakan multimedia di dalam proses belajar
mengajarnya. Guru yang belum menggunakan multimedia dalam memberikan
penyampaian materi kepada siswa, ceramah, demonstrasi dan penggunaan tape
recorder masih dipergunakan.
Pada pembelajaran seperti ini, sebagian besar guru pada umumnya dalam
merumuskan tujuan pembelajarannya cenderung terbatas pada aspek kognitif
domain ingatan, pemahaman dan aplikasi saja, sedangkan domain analisis dan
sintesis belum biasa dilatihkan pada siswa dan biasanya siswa belajar dalam
kelas klasikal, jarang sekali belajar dalam kelompok. Kalaupun mereka belajar
dalam kelompok biasanya hanya dalam kelompok yang homogen
kemampuannya. Pembelajaran seperti ini diduga akan mengakibatkan siswa
kurang terbiasa bekerja dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis.
Dalam pembelajaran konvensional masih menggunakan strategi
pembelajaran teacher centre yang lebih menekankan pembelajaran yang berpusat
pada guru, siswa hanya sebagai pendengar saja. Hal ini menyebabkan siswa
kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
siswa tidak tahu relevansi materi pelajaran yang dipelajari dengan kehidupan
sehari-harinya sehingga materi yang diberikan hanya sebatas mengetahui saja
tanpa bisa diterapkan dalam dunia nyata.
Secara disadari atau tidak, dengan menggunakan pola proses belajar
mengajar konvensional cenderung membuat siswa pasif dalam berkomunikasi,
padahal kemampuan berkomunikasi adalah salah satu kemampuan yang harus
dimiliki siswa untuk mempersiapkan dan membekali siswa dalam memasuki
dunia kerja terutama di sektor yang membutuhkan keterampilan berbahasa
Kenyataan di atas tentulah berakibat pada pencapaian hasil belajar yang
belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar bahasa Inggris
semester I pada kelas 1 Teknik Transmisi secara keseluruhan yang menyangkut
empat keterampilan yaitu : speaking, listening, writing dan reading pada
semester ganjil tahun ajaran 2008/2009. Data yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
TABEL 1.1
NILAI BAHASA INGGRIS SEMESTER I TA 2008/2009
No. Nilai Keterangan Frekunesi Persentase
1 09.00 – 10.00 Amat Baik 2 5,88 %
2 8.00 –8.99 Baik 8 23,52 %
3 7.00 – 7,99 Cukup 10 29,41 %
4 < 7,00 Kurang 14 41,18 %
Jumlah : 34 100 %
(Sumber : Dokumen Guru Mata Diklat Bahasa Inggris)
Nilai di atas diambil dari hasil ulangan umum mata diklat bahasa Inggris
kelas 1 Teknik Transmisi sebagai sampel. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
nilai kompetensi bahasa Inggris mempunyai standar minimal 7,00, sedangkan dari
data yang diperoleh yang tergolong kurang, mencapai 14 orang atau 41,18 %,
yang tergolong cukup 10 orang atau 29,41 %, persentase siswa yang tergolong
baik 8 orang atau 23,52 % dan siswa yang tergolong amat baik hanya 2 orang atau
5,88 %. Dengan melihat distribusi hasil belajar mata diklat bahasa Inggris, kita
Menurut Costa (1985), bahwa untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan, guru perlu membuat strategi pembelajaran (teaching strategy) yang
tepat misalnya dengan memilih model, media, metode dan
keterampilan-keterampilan lainnya yang sesuai. Pembelajaran yang baik menurut Costa
yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mendapatkan pengalaman
belajar. Makin aktif siswa secara intelektual dan sosial maka makin bertambah
pengalaman belajar siswa. Dengan melak
Untuk mendukung strategi pembelajaran yang tepat seperti apa yang telah
dikemukakan oleh Costa, maka penulis mengangkat pembelajaran dengan
pendekatan komunikatif. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa pendekatan
komunikatif yang dalam pembelajarannya lebih menekankan fungsi bahasa
daripada tata bahasa diharapkan dapat dijadikan alternatif pendekatan bagi guru
dalam penyampaian materi di kelas dan bagi siswa itu sendiri dapat lebih
menggali lagi kemampuan berkomunikasi sehingga siswa akan memiliki
kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik dan diharapkan
siswa dapat bersaing dalam dunia kerja. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tercantum dalam GBPP kurikulum
SMK bahwa SMK sebagai bagian dari salah satu jenjang pendidikan menengah
dalam sistem pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kemampuan siswa
untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian serta menyiapkan siswa untuk memasuki
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai perbedaan hasil belajar bahasa Inggris antara kelas yang
menerapkan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dengan kelas
yang pembelajarannya konvensional.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka masalah - masalah
yang ada pada penelitian ini antara lain adalah:
1. Pengaruh pembelajaran yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan
bantuan multimedia terhadap hasil belajar bahasa Inggris.
2. Perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris antara kelas
yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan
kelas yang pembelajarannya konvensional.
3. Tanggapan guru dan siswa terhadap multimedia dalam proses pemebaljaran.
4. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan pendekatan komunikatif dalam
mengajar bahasa Inggris.
5. Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan multimedia dalam proses
pembelajaran di kelas.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya lingkup permasalahan dalam penelitian ini dan agar
penyimpangan dari tujuan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan
masalah, sebagai berikut :
1. Pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia hanya diterapkan pada
materi Asking for and Giving Directions and Locations saja.
2.Penelitian dilakukan berkaitan dengan perbedaan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif
dengan bantuan multimedia dan kelas yang mengunakan model konvensional.
3.Multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah multimedia
yang menggunakan Compact Disc (CD), diputar dengan menggunakan
komputer/laptop yang diproyeksikan melalui infocus ke layar lebar, dimana
gambarnya bergerak, suaranya dapat didengar yang merupakan perpaduan
antara media visual dan audio.
D. Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah pengaruh penerapan
pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada mata pelajaran Bahasa
Inggris terhadap hasil belajar siswa?”
Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
penelitian, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
melalui pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada pelajaran
2. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar siswa, antara kelas yang menerapkan
pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dan kelas yang
pembelajarannya konvensional?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru Bahasa Inggris tentang penerapan
pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada materi Asking for
and Giving Directions and Locations?.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif
dengan bantuan multimedia dengan kelas yang pembelajarannya konvensional.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan gambaran nyata mengenai hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran melalui pendekatan komunikatif dengan bantuan
multimedia pada pelajaran bahasa Inggris.
2. Mendapatkan gambaran nyata mengenai perbedaan hasil belajar siswa antara
yang menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia
dengan yang tidak menggunakan multimedia.
3. Memperoleh informasi serta mengetahui tanggapan siswa dan guru bahasa
Inggris mengenai model pembelajaran/pendekatan komunikatif dengan bantuan
multimedia dalam proses pembelajaran Asking for and Giving Directions and
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi ilmu
pengetahuan tentang penerapan pendekatan komunikatif dalam proses
pembelajaran dengan bantuan multimedia untuk mendapatkan hasil belajar siswa
yang lebih tinggi lagi serta dapat dimanfaatkan oleh :
1. Sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai wahana untuk
meningkatkan kualitas dan implementasi kurikulum dan pembelajaran melalui
pendekatan komunikatif dan penambahan media pembelajaran.
2. Guru, diharapkan dapat menerapkan pendekatan komunikatif dalam proses
pembelajarannya sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka
dalam berkomunikasi dan dapat menggunakan multimedia sebagai salah satu
alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
3. Siswa, melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif
dibantu dengan penggunaan multimedia, dapat membantu siswa dalam
memperoleh hasil belajar yang lebih maksimal lagi, khususnya dalam mata
pelajaran bahasa Inggris.
G. Asumsi
Sebagai landasan dalam penelitian ini maka asumsi yang digunakan yaitu:
1. Penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah upaya
yang dilakukan untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara efektif
2. Penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah upaya
yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa
karena menekankan siswa belajar bahasa Inggris sesuai dengan fungsinya.
3. Penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran adalah suatu upaya untuk
memberikan penguatan pemahaman materi melalui penglihatan dan
pendengaran (audio visual).
4. Penerapan Pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dalam proses
pembelajaran adalah upaya yang dilakukan agar proses pembelajaran lebih
efektif, menyenangkan serta tidak membosankan dan hasil belajar siswa akan
lebih maksimal.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto: 65). Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan asumsi yang telah
disebutkan di atas adalah : “Terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Inggris siswa
SMK yang dalam pembelajarannya menerapkan pendekatan komunikatif dengan
bantuan multimedia dengan hasil belajar siswa yang pembelajarannya secara
konvensional”.
I. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian sangat bermanfaat terutama untuk
operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang
dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Pengertian ini didukung oleh Tuckman
(1978: 79) yang menyatakan bahwa ”an operational definition is a definition
based on the observable characteristic of that which being defined”. Dalam penelitian ini yang akan didefinisikan secara operasional, yaitu :
1. Pendekatan Komunikatif dengan Bantuan Multimedia pada
Pembelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran bahasa Inggris adalah pembelajaran yang menekankan kemampuan
berkomunikasi dan lebih menitik beratkan pengajaran pada kebermaknaan bahasa
dan fungsi komunikatif daripada penguasaan struktur bahasa. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara dan berkomunikasi yang sesuai
dengan konteks dan situasi.
Pembelajaran bahasa Inggris menggunakan multimedia merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan peralatan komputer/laptop dan
secara visual mendukung interaksi melalui teks, audio, grafis, gambar, video dan
animasi. Dalam hal ini komputer/lap top berfungsi sebagai pemutar Compact
Disc (CD) yang berisi materi pembelajaran dan diproyeksikan dengan infocus ke
layar lebar.
Pembelajaran bahasa Inggris yang menggunakan pendekatan komunikatif
dibantu dengan multimedia dimaknai sebagai pembelajaran yang komunikatif
2. Pembelajaran Konvensional
Pada pembelajaran konvensional dapat dimaknai sebagai pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak
satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak menggunakan
ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan
konsep-konsep bukan kompetensi.
3. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah merupakan perilaku berupa pengetahuan,
keterampilan, sikap, informasi dan atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh
siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu kondisi pembelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode adalah salah satu bagian dalam melakukan penelitian karena
berfungsi sebagai cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Metode
penelitian memberikan gambaran pada peneliti bagaimana penelitian ini
dilakukan. Sesuai dengan permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini,
penulis mencoba menggunakan metode kuantitatif.
Desain Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan menggunakan
dua kelompok. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok
kedua sebagai kelompok kontrol. Untuk memperoleh data pada kedua kelompok
tersebut diberikan tes awal dan tes akhir. Perbedaan antara kedua kelompok
tersebut adalah pada perlakuan dalam proses pembelajaran, dimana kelompok
eksperimen pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan komunikatif
dibantu dengan multimedia, sedangkan kelompok kontrol pembelajarannya
konvensional.
Ruseffendi (1994, 45) mengatakan bahwa pada jenis desain eksperimen ini
terjadi pengelompokan subyek secara acak (A), adanya pretes (0) dan ada postes
(0). Kelompok yang satu memperoleh perlakuan pembelajaran dengan pendekatan
multimedia (X1), sedangkan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan
Desain Penelitian yang digunakan seperti tabel di bawah ini :
TABEL 3.1
DESAIN PENELITIAN
Kelompok Tes Awal
(Pretes)
Perlakuan Tes Akhir (Postes)
A 0 X1 0
A 0 X2 0
Keterangan :
A : Penempatan acak
0 : Tes awal dan tes akhir
X1 : Perlakuan Pembelajaran dengan pendekatan komunikatif melalui
penggunaan multimedia.
X2 : Pembelajaran konvensional
Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
1. Menempatkan kelas sampel yang akan dijadikan kelas uji coba untuk
mengetahui apakah soal tersebut valid dan reliabel jika nanti diberikan kepada
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada
soal uji coba, selanjutnya soal tersebut dijadikan soal untuk pre-test kelas
kontrol dan kelas eksperimen .
3. Melakukan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran melalui
pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia sedangkan kelompok
4. Memberikan post test kepada ke dua kelas tersebut. Kemudian dihitung mean
(rata-rata) dan simpangan baku dari masing-masing kelompok untuk
mengetahui hasil belajarnya.
5. Menggunakan uji statistik yang sesuai dengan kriteria data (normal atau tidak
normal dan homogen atau tidak homogen) untuk mengetahui pengaruh
penerapan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan
multimedia terhadap hasil belajar kelompok eksperimen.
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri I Cimahi. Penentuan ini diambil
dengan pertimbangan selain lokasi sekolah dekat dengan tempat tinggal penulis
juga dapat mewakili Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di Cimahi karena
sudah melaksanakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan
masalah dan mencapai tujuan penelitian, maka penelitian membutuhkan sumber
data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang sedang dibahas
secara transparan dan obyektif. Sumber data yang dimaksud berasal dari populasi
yaitu objek yang dapat dijadikan sebagai sumber penelitian yang berbentuk
benda-benda, manusia ataupun peristiwa sebagai obyek penelitian. Hal ini sesuai
dengan pendapat Surachmad (1998: 93), bahwa : ”Populasi adalah sekumpulan
bahwa : ”Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok objek dengan ukurannya
tidak terhingga (infinite), yang karakteristiknya dikaji atau diuji melalui
sampling”. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah siswa
kelas 1 semester 2 SMK Negeri 1 Cimahi.
Pertimbangan peneliti mengambil populasi siswa kelas 1 antara lain : (1)
siswa kelas 1 dapat diasumsikan masih belum banyak dipengaruhi oleh berbagai
pendekatan dalam proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris, (2) siswa
kelas 1 merupakan siswa kelas terendah di jenjang SMK karena baru lulus dari
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sehingga apabila diberikan
pembelajaran bahasa Inggris dengan model pendekatan komunikatif dengan
penunjang multimedia sebagai medianya, dapat lebih menguasai keterampilan
dalam berbahasa Inggris.
Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya dipilih sejumlah sampel
sebagai sumber data. ”Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan
objek penelitian yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi” (Nasution,
1988: 99). Lebih lanjut Arikunto (2006: 135) menyarankan, ” Agar diperoleh hasil
penelitian yang lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yang betul-betul
mencerminkan populasi.”
Dari seluruh kelas 1 yang ada di SMK Negeri 1 Cimahi, dipilih dua kelas
secara acak untuk dijadikan sampel penelitian. Ini dipilih karena ” ... setiap
anggota dari suatu populasi yang ada mempunyai kesempatan yang sama untuk
sampel kemudian kelas 1 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) A terpilih menjadi
kelas eksperimen dan kelas 1 Teknik Transmisi B terpilih menjadi kelas kontrol.
3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
a. Variabel bebas : Pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu
dengan penggunaan multimedia.
b. Variabel terikat : Hasil Belajar Siswa
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan
angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siswa
kelompok eksperimen.
Sudjana dan Ibrahim (2001:102) menyatakan bahwa : ”Angket merupakan
alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang
berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan,
dari individu/responden dalam bentuk tertulis”.
Angket dalam hal ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mengungkapkan respon terhadap penggunaan bahasa Inggris yang efisien
dan efektif. Dalam penyusunan tiap item pernyataannya digunakan bentuk
tertutup, dengan beberapa alternatif jawaban yang disusun dalam bentuk skala
5. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara pengambilan data atau informasi
langsung dari sumber atau reponden.
6. Teknik Analisis Data
Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai
suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca
(readable) dan ditafsirkan (interpretable) serta dapat menjawab pertanyaan
penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:126)
bahwa : ”Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih akan
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh sebab itu data perlu
diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah”.
Pada dasarnya kegiatan pengolahan data dan analisis data dalam penelitian
kualitatif dimulai sejak pengumpulan data dilakukan, namun analisis tersebut
bersifat parsial, sedangkan analisis yang diharapkan adalah analisis yang bersifat
kontekstual. Untuk memperoleh analisis yang bersifat konstektual, maka harus
dianalisis setelah semua data terkumpul secara utuh. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil wawancara
dan observasi.
c. Mendeskripsikan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan umum, sekaligus
menyusun temuan-temuan penelitian, baik yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian maupun tidak.
d.Menyusun temuan yang dimunculkan
e. Menganalisis hubungan data yang satu dengan yang lain
f. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum
g.Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara
konstektual.
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
berupa nilai dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran materi
Asking for and Giving Directions and Locations. Instrumen dalam penelitian ini
ada dua macam, yaitu tes hasil belajar dan angket respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran (data angket respon siswa hanya diambil dari siswa kelompok
eksperimen saja).
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan data
kuantitatif yang berupa nilai dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran materi Asking for and Giving Directions and Locations. Jumlah soal
ada tiga puluh.
Instrumen atau tes hasil belajar ini disusun berdasarkan rumusan tujuan
diberikan kepada siswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol sebelum dan sesuah proses pembelajaran dilaksanakan.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen adalah sebagai
berikut :
Merumuskan tujuan yang dituangkan dalam kisi-kisi;
Membuat butir soal, melengkapinya dengan kunci jawaban serta memberi skor
tiap-tiap jawaban siswa.
Melaksanakan uji coba instrumen
Menganalisis hasil uji coba
Melakukan perbaikan terhadap hasil uji coba pada soal-soal yang dirasa kurang
baik.
2. Angket Respons Siswa
Angket ini diberikan untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respons
siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Inggris materi Asking for and
Giving Directions and Locations dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan
menggunakan multimedia. Angket ini hanya diberikan kepada kelas eksperimen.
D. Tahap Uji Coba Instrumen
Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian ini, soal tersebut diujicobakan
terlebih dahulu kepada siswa yang berbeda kelasnya dengan kelas eksperimen dan
kelas uji coba. Pelaksanaan uji coba dimaksudkan untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang
uji coba ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tes dengan bahasa yang
tepat dan mudah dipahami, serta untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda dari soal tes tersebut.
Pentingnya dilakukan uji coba soal tes ini diungkapkan oleh Faisal (1982:
38), sebagai berikut :
Setelah angket disusun lazimnya tidak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan data sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangat diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.
Setelah uji coba soal dilaksanakan, maka dilakukan analisis statistika
dengan tujuan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Dengan
diketahuinya keterjaminan validitas dan reliabilitas alat pengumulan data, maka
diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
tes atau pengumpul data. Arikunto (2006: 170) mengemukakan bahwa untuk
menguji validitas tiap butir soal, maka skor-skor tiap butir soal yang dimaksud
dikorelasikan dengan skor total.
Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product
X = skor tiap butir soal
Y = Skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor butir
Riduwan (2004: 1100) memberikan kriteria untuk menginterpretasikan
koefisien korelasi (r) sebagai berikut :
0,800 – 1,000 = sangat tinggi 0,600 – 0,799 = tinggi
0,400 – 0,599 = cukup tinggi 0,200 – 0,399 = rendah
0,000 – 0,199 = sangat rendah (tidak valid)
Setelah diperoleh koefisien korelasi, selanjutnya untuk melihat
signifikasinya koefisien korelasi Product Moment Pearson tersebut disubstitusikan ke persamaan uji-t, yaitu :
2
1 2
r n r t
Riduwan (2004: 110)
Validitas terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat signifikasi 95% atau
α = 0,05.
2. Reliabilitas
Menurut Suharsimi (1997: 83) bahwa : ”Reliabilitas berhubungan dengan
masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi, pengertian
reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, dan apabila
hasilnya berubahpun perubahannya yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti”.
Untuk memperoleh reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Belah
r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item
k = korelasi product moment antara belahan (ganjil-genap)
Interpretasi indeks derajat reliabilitas suatu tes, menurut Guilford dan
Winarno (Ruseffendi, 1994: 144), adalah sebagai berikut :
0,000 r11 0,200 = derajat reliabilitas tes kecil
0,200 r11 0,800 = derajat reliabilitas tes rendah
0,400 r11 0,600 = derajat reliabilitas tes sedang
0,700 r11 0,400 = derajat reliabilitas tes tinggi
0,900 r11 0,200 = derajat reliabilitas tes sangat tinggi
Setelah data hasil ujicoba dianalisis, maka akan diperoleh koefisien
reliabilitas tes. Tingginya koefisien reliabilitas (mendekati angka 1) menunjukkan
soal tes yang diujicobakan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen pengumpul
data penelitian. Derajat reliabilitas yang tinggi menunjukkan perangkat tes
tersebut dapat dipercaya dan layak untuk dijadikan sebagai alat ukur.
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah suatu tes yang diujikan. Tingkat kesukaran dapat
ditentukan berdasarkan proporsi siswa yang menjawab dengan benar.
Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan menurut Surapranata
(2006: 21) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
0,00 < P 0,30 = sukar 0,30 < P 0,70 = sedang 0,70 < P 1,00 = mudah
4. Daya Pembeda
Indeks daya pembeda digunakan untuk menentukan dapat tidaknya suatu
soal dapat membedakan kelompok yang diukur seseuai dengan perbedaan yang
ada dalam kelompok itu. Menghitung daya pembeda tiap soal perlu dilakukan
pengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga kelompok berdasarkan peringkat
dari keseluruhan skor yang diperoleh. Menurut Cureton (Surapranata, 2006: 24)
kelompok tersebut adalah :
o Kelompok atas diambil 27 %
o Kelompok bawah diambil 27 %
Pembagian kelompok tinggi dan rendah ditentukan berdasarkan skor
penguasaan kompetensi kognitif yang diperoleh pada tes. Penghitung daya
pembeda setiap soal menggunakan rumus :
B B A
A
n n
D
Surapranata (2006, 31)
D = indeks daya pembeda
ΣA = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
ΣB = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
nA = jumlah peserta tes kelompok atas
Jika jumlah peserta tes kelompok atas sama dengan jumlah peserta
kolompok bawah, nA = nB = n, maka persamaan daya pembeda berubah menjadi :
n
D
A
B Surapranata (2006: 31)Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan dapat
diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini :
TABEL 3.2
KRITERIA INDEKS DAYA PEMBEDA
Rentang D Kriteria Keputusan
> 3,00 Baik Diterima
0,10 – 0,30 Cukup Direvisi
< 0,10 Jelek Ditolak
E. Pengujian Instrumen
Untuk melihat apakah tidak ada perbedaan yang signifikan tentang
kemampuan awal siswa kelas Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) A dan kelas
Teknik Transmisi (Tetrans) B, maka diperlukan tes uji coba yang dilakukan pada
kelas Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) B. Setelah dilakukan uji coba tes
selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk menguji validitas instrument,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Uji Validitas
Uji validitas instrument dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap
butir soal dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir soal. Untuk
mengetahui koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan persamaan
koefisien diuji dengan menggunakan rumus uji-t. Sedangkan untuk mengetahui
validitas butir soal, butir soal tersebut dikorelasikan dengan ttabel. Butir soal
dikatakan valid jika thitung > ttabel, pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan dk = n-2.
Setelah dilakukan analisis uji validitas dengan cara membandingan thitung
dan ttabel, maka dari sejumlah 50 butir soal yang diujicoba diperoleh 5 butir soal
yang tidak valid, yaitu butir soal nomor 39, 40, 41, 42, 47. Ke lima butir soal
tersebut untuk selanjutnya tidak digunakan lagi. Soal yang digunakan untuk pre
test hanya sebanyak 30 soal dan soal yang lainnya tidak digunakan lagi karena ada
soal yang valid tetapi tidak signifikan serta ada pertimbangan-pertimbangan lain.
2. Uji Reliabilitas
Dari hasil analisis diperoleh koefisien reliabilitas soal (r11) sebesar 0,66
(lampiran 11). Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa soal tersebut
mempunyai derajat reliabilitas yang tinggi, sehingga perangkat tersebut dapat
dipercaya atau layak untuk dijadikan sebagai alat ukur.
3. Uji Tingkat Kesukaran
Dari analisis tingkat kesukaran butir soal pada lampiran 12, menunjukkan
terdapat 9 butir soal dari 50 butir soal yang termasuk ke dalam kategori sukar
(nilai indeks tingkat kesukaran berkisar di bawah 0,30), yaitu butir soal nomor 23,
28, 31, 34, 41, 44, 47, 49, dan 50, sedangkan 24 butir soal termasuk ke dalam
kategori sedang (nilai indeks tingkat kesukaran berkisar antara 0,31 sampai 0,70)
dan 15 butir soal termasuk ke dalam kategori mudah (nilai indeks tingkat
4. Uji Daya Pembeda
Dari analisis daya pembeda menunjukkan terdapat 25 butir soal dari 50
butir soal yang termasuk ke dalam kategori baik, 12 butir soal termasuk ke dalam
kategori cukup, dan 13 butir soal termasuk ke dalam ketegori jelek (lampiran
13).
Dari hasil analisis yang dilakukan pada instrumen tes di atas yaitu analisis
uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda dibuat
rekapitulasi hasil uji coba seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.3. Dari tabel 3.3
dapat diambil kesimpulan bahwa butir-butir soal yang tidak valid dan jelek
selanjutnya tidak digunakan lagi dalam penelitian ini, Dengan demikian jumlah
butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 soal.
Tabel 3.3
KARAKTERISTIK BUTIR SOAL BERDASARKAN HASIL UJI COBA
No. Soal
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
26
sebagai sampel) pada semester ke dua tahun pembelajaran 2008/2009 dengan
materi Asking for and Giving Directions and Locations. Pelaksanaan kegiatan
dalam penelitian dimulai dengan melakukan konsultasi dengan guru mata diklat
bahasa Inggris, tujuannya untuk memperoleh gambaran umum tentang
karakteristik siswa di kelas tersebut. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan jadwal kelas masing-masing,
G. Teknik Analisis Data
Setelah penelitian di sekolah, diperoleh data yang harus diolah agar dapat
persyaratan ini terpenuhi, pengolahan data melalui statistik inferensial dapat
dilaksanakan. Analisis data dalam penelitian ini bertujuan agar data yang
diperoleh dapat memberikan informasi, jawaban dan kesimpulan yang diharapkan
dalam penelitian ini.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data, apakah
berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono (2007: 79), bahwa :
Untuk menentukan data tersebut menggunakan statistik parametris atau statistik nonparametris, maka kenormalan data harus diuji terlebih dahulu. Bila data berdistribusi normal, maka peneliti menggunakan statistik parametris. Jika data tersebut tidak berdistribusi normal, maka peneliti harus menggunakan
statistik non parametris.
Untuk uji normalitas distribusi dilakukan dengan
menggunakan rumus Chi Kuadrat (²) sebagai berikut :
]
Untuk mengoperasikan rumus tersebut, ditempuh langkah-langkah berikut :
1. Membuat daftar distribusi frekuensi dengan langkah-langkah seperti di atas.
2. Mencari mean/rata-rata (X)
4. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dan hasil pengamatan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan batas kelas, yaitu angka skor-skor kiri kelas interval pertama
dikurangi 0,5 dan selanjutnya angka skor-skor kanan kelas interval
ditambah 0.5.
b. Mencari Z untuk batas kelas dengan rumus :
batas kelas - X
Z = ---
(Reksoatmodjo, 2007: 38)
S
c. Mencari luas 0–Z dari daftar F dengan menggunakan angka Z untuk batas
kelas.
d. Mencari luas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka pada luas
0–Z yang berdekatan, yaitu bagi angka yang bertanda sejenis dan
menambahkan angka-angka pada luas 0-Z yang berdekatan bagi yang
bertanda tidak sama pada nilai Z untuk batas kelas.
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe), yaitu angka luas tiap kelas
interval dikali dengan jumlah responden (n).
f. Memasukkan frekuensi yang ada dalam distribusi frekuensi sebagai
frekuensi pengamatan (fo).
5. Mencari Chi-kuadrat (2)
6. Membandingkan setiap harga 2hitung dengan 2tabel, dengan dk = k – 1
Kriteria pengujian :
Ho diterima jika 2
hitung 2tabel, artinya sampel berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varians
Untuk menentukan sampel dari populasi dari dua kelas yang homogen
digunakan uji homogenitas. Jika kesimpulan menunjukkan kelompok data
homogen, maka data berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji
statistik parametrik.
Sugiyono (2007: 56) mengatakan bahwa ” Salah satu teknik statistik yang
digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan analisis
varians. Untuk menguji homogenitas varians, maka langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
(1) Menghitung varians (S2) kedua kelompok sampel
)
(2) Menghitung harga Fhitung
terkecil terbesar
Varians Varians
F Sugiyono (2007: 140)
(3) Menghitung derajat kebebasan (dk)
dk = (n-1)
(4) Menghitung harga Ftabel
3. Menguji Hipotesis
Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
hipotesis komparatif dua sampel independen atau sampel bebas yang didasarkan
pada data nilai tes awal (pre-test) dan tes akhir (postest). Untuk melakukan uji
t-test syaratnya data harus homogen dan normal. Oleh sebab itu data harus terlebih
dahulu diuji homogenitas dan normalitas.
Uji t-test dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Rumus Uji t-test yang digunakan untuk statistik parametrik sampel berkorelasi
adalah :
2. Uji t-test yang digunakan untuk statistik parametrik sampel independen (bebas)
Langkah-langkah pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis statistik yang diajukan
b. Menentukan rata-rata kedua kelompok sampel
c. Menentukan varians kedua kelompok sampel
d. Menentukan harga thitung
e. Menentukan harga ttabel dan derajat kebebasan
f. Mengkorelasikan harga thitung dengan harga ttabel
g. Membuat kesimpulan dari pengujian hipotesis.
Menurut Sugiyono (2007: 119), ”Rumusan pengujian hipotesis komparatif
terdiri dari tiga macam yaitu uji dua pihak, uji pihak kiri dan uji pihak kanan”
Apabila thitung lebih besar dari harga ttabel dan berada pada daerah penolakan
Ho, maka Ha diterima, jika thitung lebih kecil dari ttabel dan berada pada daerah
penerimaan Ho, maka Ha yang ditolak. Pengujian perbedaan rata-rata dua
kelompok data yang dilakukan adalah sebanyak dua kali sehingga hipotesis
statistik yang diajukan juga sebanyak dua kali. Hipotesis statistik digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Uji hipotesis pretest-pretest kelompok eksperimen dan kontrol
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest proses
pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest proses
pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan
multimedia dengan hasil pretest proses pembelajaran konvensional.
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 µ2
2. Uji hipotesis posttest-postest kelompok eksperimen dan kontrol
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest proses
pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan
multimedia dengan hasil posttest proses pembelajaran konvensional.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest proses
pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan
multimedia dengan hasil posttest proses pembelajaran konvensional
Ho : µ1 = µ2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang
pembelajaran mata diklat Bahasa Inggris yang dilakukan dengan model
pendekatan komunikasi melalui penggunaan multimedia untuk melihat
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam materi Asking for Giving
Directions and Locations pada siswa kelas I SMK Negeri 1 Cimahi, yang
mengacu kepada hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pendekatan
komunikatif dengan bantuan multimedia pada pelajaran bahasa Inggris terdapat
peningkatan secara signifikan. Peningkatan hasil belajar dari kelas eksperimen
ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang menerapkan
pendekatan komunikatif dapat dikatakan berhasil diterapkan guru karena di
dalam proses pembelajaran guru memberikan langkah-langkah yang dinilai
sangat efektif dalam penyampaian materi bahasa Inggris yaitu pada langkah
awal mengajak berdialog dengan para peserta didik kemudian memberikan
latihan agar lebih mengerti lagi akan materi yang sedang dan akan dipelajari,
selanjutnya guru mengajak untuk berkomunikasi kembali dan komunikasi di
sini sudah mengarah ke pembicaraan sehari-hari atau berdasarkan pengalaman
untuk berkomunikasi dengan siswa, kemampuan komunikatif siswa akan lebih
terasah lagi, komunikasi yang sesuai dengan fungsinya ini akan membuat siswa
lebih memahami lagi bahwa belajar bahasa Inggris itu tidak menekankan pada
belajar tata bahasanya (grammar) saja tetapi bagaimana mengerti akan fungsi
bahasa itu sendiri.
Peran multimedia di kelas sangat besar pengaruhnya terhadap sikap siswa yang
membangkitkan rasa keingintahuannya dalam hal penerimaan materi yang
disampaikan. Keterlibatan siswa yang aktif di kelas membuat kelas menjadi
hidup, ada suasana baru dan kegiatan yang biasa monoton dapat tergantikan
dengan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa
dengan siswa. Hasil dari pembelajaran ini adalah terlihatnya peningkatan
motivasi, ada rasa percaya diri untuk berbicara dan keberanian untuk bekerja
secara berpasangan (work in pairs) terlihat ada peningkatan dan semua
berdampak pada hasil belajar siswa yang terlihat setelah melakukan postetst
dalam materi Asking for and Giving Directions and Locations.
2. Dari hasil pengujian yang menunjukkan thitung lebih besar daripada ttabel yaitu
5,4418 >2,000, terdapat perbedaan hasil belajar siswa, antara kelas yang
menerapkan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dengan
kelas yang pembelajarannya konvensional. Perbedaan hasil belajar siswa
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan karena pada kelas
eksperimen dilakukan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia
3. Tanggapan siswa dan guru Bahasa Inggris tentang penerapan pendekatan
komunikatif dengan bantuan multimedia pada materi Asking for and Giving
Directions and Locations sangat positif dan baik berdasarkan hasil wawancara
guru dan angket siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dikaitkan dengan manfaat praktis penelitian,
peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.Untuk Peneliti selanjutnya :
a. Melakukan penelitian yang lebih luas lagi sehingga validitas pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan komunikatif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa lebih teruji.
b. Membenahi segala kekurangan dalam penelitian ini, sehingga dapat
dihasilkan temuan-temuan baru yang dapat memberikan sumbangan positif
bagi kemajuan di bidang pengajaran khususnya pembelajaran yang
menggunakan pendekatan komunikatif.
2.Untuk mata guru diklat :
a. Menerangkan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan
multimedia terutama pada mata diklat bahasa yang memerlukan latihan
dalam empat keterampilan (listening, speaking, reading dan writing).
b. Memperdalam pengetahuan mengenai pembuatan multimedia, sehingga
dapat menghasilkan media pembelajaran yang lebih baik untuk digunakan
3.Untuk Sekolah :
a. Memberikan dukungan dan dorongan terhadap pengembangan
pembelajaran dengan menggunakan multimedia karena dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Mendorong guru untuk memanfaatkan multimedia dengan menggunakan
berbagai model pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar siswa.
c. Memfasilitasi penggunaan multimedia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya dengan
meningkatkan kemampuan guru untuk mengoperasikan komputer dan
penggunaan CD pembelajaran yang sekarang banyak berkembang maupun
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bloom., B.S. 2005. Taxonomy of Education Objectives the Classification Domain. New York: Longman Inc.
Davies, Ivor K. 1981. Instructional Technique. New York: Mc. Graw Hill Book.Co.
Dimyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fadli, Yusrizal. 2007. Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Finochiaro, Mary dan Brumfit, Cristopher. 1982. Functional Notional Approach:
From Theory to Practice.Oxford: Oxford University Press.
Gagne, R.M.1975. Esentials of Learning for Instruction, New York: Holf Rinehart and Winston.
Gagne dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of Instructional Design. Second Edition. New York: Holt Rinehart and Winston.
Hamalik, Umar. 1985. Media Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Iswahyudi. 2006. Implementasi Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran
Bahasa Inggris di SMP. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ivers dan Baron. 2002. Multimedia Projects in Educational Designing Producing
and Assesing. New York: John Willey & Sons.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. 1996. Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Littlewood, W. T. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Littlewood, W.T.1984. Foreign and Second Language Learning: Language
Acquisition Research and its Implications for the Classroom. Cambridge:
Cambridge University Press.
Morgan. 1986. http://www.Whandi.net/cetak.phpid=57. tanggal 14-8-2009.
Narsoyo Reksoatmojo, T. 2007. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nunan, D. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.
Ramelan. 1985. Penerapan Teori Linguistik untuk Pengajaran Bahasa.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik: Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Richards Jack C. and Rodgers Theodore S. 2001. Approaches and Methods in
Language Teaching, Cambridge University Press.
Richards Jack C. and Renandya Willy A. 2005. Methodology in Language Teaching:
An Anthology of Current Practice. Cambridge University Press.
Sanjaya, W. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Senduk, A.G. 1987. Pengaruh Faktor-faktor Sosiolinguistis terhadap Penggunaan Bahasa Guru dalam Proses Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia: Suatu Studi Eksploratif pada beberapa SMA di Kotamadya Manado. Tesis S2 FPS IKIP, IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Subyakto-Nababan, S. U. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Surapranata.2006, S. 2005. Analisis, validitas, Reliabilitas dan Interprestasi Hasil
Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugijono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sugijono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri).1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sujana, Nana. 1989. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sujana, N. dan Ibrahim. 2001. Metodologi Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Surachmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Yalden Janice. 1987a. Principles of Course Design for Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Yessica, G.F. 2007. Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Depdiknas.2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Dir. PMK. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004.
--- http://endangsuhardini.blogspot.com./ 2009/
08/kurikulum-pendidikan-teknologi-suatu.html.
---.