Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Metode dan Teknik Penelitian ... 6
1.6. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 10
2.1. Zending Nederlandsche Zendingsvereeninging (NZV) ... 11
2.2. Gereja Kristen Pasundan (GKP) ... 12
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1. Persiapan Penelitian ... 23
v
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 23
3.1.3. Konsultasi ... 25
3.2. Pelaksanaan Penelitian ... 25
3.2.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 26
3.2.2. Analisis Sumber (Kritik) ... 27
3.2.2.1. Kritik Eksternal ... 27
3.2.2.2. Kritik Internal ... 29
3.2.3. Penafsiran (Interpretasi) ... 30
3.3. Laporan Penelitian ... 32
3.3.1. Teknik Penulisan Laporan ... 32
3.3.2. Langkah Penulisan Skripsi ... 33
BAB IV NEDERLANDSCHE ZENDINGSVEREENIGING DI JAWA BARAT: Kajian Historis Berdirinya Gereja Kristen Pasundan Tahun 1896-1934 ... 34
4.1. Kondisi Jawa Barat Pada Pertengahan Abad ke-19 / Awal Abad ke-20 .... 34
4.1.1. Keadaan Umum Demografi ... 34
4.1.1. Keadaan Umum Kehidupan Sosial ... 36
4.2. Dinamika Pekabaran Injil NZV di Jawa Barat ... 46
4.2.1. Latar Belakang Pekabaran Injil NZV ... 46
4.2.2. Perkembangan Awal Pekabaran Injil NZV di Jawa Barat ... 51
4.3. Pendirian dan Perkembangan Beberapa Pos Zending ... 59
4.3.1. Wilayah Keresidenan Priangan ... 59
4.3.1.1. Pos Pertama NZV di Cianjur ... 59
4.3.1.2. Bandung sebagai pusat NZV ... 65
4.3.1.3. Desa Kristen Cikembar (Pangharepan) ... 72
4.3.2. Wilayah Keresidenan Batavia ... 80
4.3.2.1. Pasang Surut Pekabaran Injil di Bogor ... 80
4.3.2.2. Jemaat Anthing: warisan Pekabaran Injil di Batavia ... 84
4.3.3. Wilayah Keresidenan Lain-lain ... 91
vi
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 101
5.1. Kesimpulan ... 101
5.2. Rekomendasi ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri
Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan
reaksi terhadap suasana gereja yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja.
Orang-orang penganut Pietisme menganggap gereja-gereja sepertinya telah “mati” dan mereka menginginkan supaya gereja “dihidupkan kembali”. Gerakan Pietisme ini bertujuan menyadarkan gereja akan tugasnya, bahwa selain sebagai sarana
tempat beribadah, gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amanat agung
yaitu tugas pekabaran Injil. Melalui gerakan inilah, akhirnya warga gereja
diingatkan dan memulai kembali tugas pekabaran Injilnya (Hale, 1993: 4-11).
Di Belanda, orang-orang yang menjiwai semangat Pietisme mulai
mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah
lembaga pekabar Injil Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu Lembaga
Pekabar-Pekabar Injil Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 254).Sekitar
pertengahan abad ke-19, beberapa anggotanya keluar dan mendirikan
lembaga-lembaga sendiri. Beberapa lembaga-lembaga yang berdiri sendiri tersebut, diantaranya:
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil
Belanda, Utrechtsche Zendingsvereeniging (UZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil
di kota Utrecht, dan Nederlandsche Gereformeerd Zendingsvereeniging (NGZV)
yaitu Perserikatan Pekabar Injil Calvinis Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H.,
1986: 310).
Lembaga pekabar Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV)
memilih Jawa Barat (West Java) sebagai wilayah pekabaran Injilnya. Hal ini
bukan disebabkan karena wilayah Jawa Barat telah dikuasai oleh Pemerintah
Belanda. Tetapi sesuai dengan pelaksanaan amanat agung, yaitu agama Kristen
harus disebarkan kepada segala bangsa di seluruh dunia. NZV melihat keadaan di
Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19 di dominasi oleh masyarakat pribuminya
2
NZV mencoba untuk menyebarkan agama Kristen di tengah-tengah suku Sunda
yang telah memeluk agama Islam (Soejana, 1997: 146).
Pemerintahan Belanda dan misi pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara
(Indonesia) adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. Walaupun memiliki
kesamaan pada latar belakangnya yaitu bermula dari keadaan di Eropa pada abad
Pencerahan sekitar abad ke-17. Tapi dalam pelaksanaannya, pemerintahan
Belanda dan misi agama pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara tidaklah
berkaitan.
Sebelum kedatangan NZV, ada beberapa pekabar Injil yang telah bekerja
secara perseorangan diantaranya: Mr. F. L. Anthing, Izaak Esser, Keuchenius, dan
Pdt. E. W. King. Pada tahun 1851, mereka mendirikan Genootschap voor In – en
Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) yaitu Perkumpulan Perkabar Injil di dalam
dan di luar Gereja (Soejana, 1974: 23). Penginjil yang terkenal dari lembaga
GIUZ adalah Mr. F. L. Anthing. Anthing adalah orang pertama yang melakukan
pekabaran Injil dengan cara pribumi yaitu ngelmu, terutama di wilayah Bogor dan
Karawang yang dikenal dengan ajaran magis mistisnya itu. Anthing mengajarkan
pokok-pokok Kristiani dalam bentuk rumusan jampi-jampi atau mantera (Soejana,
1974: 25-26). Hal ini bertentangan dengan Injil, karena Injil tidak berkaitan
dengan ajaran magis mistis. Tapi justru dengan cara ini Injil dapat diterima oleh
masyarakat pribumi. Sehingga pada saat jemaat-jemaat dimasukkan ke dalam
bidang pelayanan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV), segala hal magis
mistis yang tidak berkaitan dengan Injil tersebut dihapuskan.
C. Albers, D. J. van den Linden, dan G. J. Grashuis merupakan rombongan
utusan pertama dari NZV yang tiba di Jawa Barat pada tanggal 16 Agustus 1863.
Sejak awal kedatangan NZV pun telah mengalami masa yang berat. Para pekabar
Injil mendapat hambatan dari suku pribumi di Jawa Barat (orang Sunda). Suku
Sunda sendiri tidak meminta untuk dikabari Injil dan pemerintah Belanda pun
tidak setuju terhadap usaha pekabaran Injil dikalangan suku Sunda yang telah
menganut agama Islam (van den End, 2006: 100).
NZV terus melakukan upaya Kristenisasi dan usaha yang dilakukan pun
mengabarkan Injil kepada sesamanya; memajukan bidang ekonomi, pendidikan
dan pelayanan medis kepada penduduk pribumi; memelihara adat istiadat
kebiasaan penduduk pribumi; mempelajari budaya (bahasa) penduduk pribumi;
melakukan usaha kolportase (penyebaran tulisan Kristen), dan lain-lain. Soejana
(1999: 73-74) mengemukakan bahwa hingga akhir abad 19 dan awal abad
ke-20, pos zending (pekabaran Injil) yang berhasil didirikan diantaranya di: Cianjur
(1863), Cirebon (1863), Indramayu (1864), Bogor (1868), Bandung (1870),
Sukabumi (1872), Sumedang (1872), Cideres (1882), Pangharepan Cikembar
(1886), Lebak (1894), Tasikmalaya (1898), Garut (1899), Karawang (1899),
Palalangon (1902), Juntikebon (1905) dan Tamiyang (1911).
Setelah keberhasilan NZV mendirikan pos zending, timbul masalah yang
dihadapi NZV maupun penduduk pribumi yang telah memeluk agama Kristen.
Pada waktu itu kehidupan orang-orang Kristen pribumi mengalami pengucilan.
Secara langsung atau tidak langsung mereka mengalami tekanan-tekanan dari
masyarakat sekitarnya. Masyarakat menuduh yang beralih ke agama Kristen itu
asoep walanda (menjadi orang Belanda). Menurut pemahaman masyarakat, orang
Sunda yang sudah masuk Kristen itu sudah menjadi orang Belanda dan telah
menanggalkan kebangsaan mereka yang semula, dan tidak lagi menjadi bagian
dari masyarakat Sunda. Orang Sunda Kristen itu sudah berada di luar masyarakat
Sunda. Dengan demikian mereka sudah menjadi orang asing di tengah
masyarakatnya sendiri (Soejana, 1999: 83).
Untuk menolong orang-orang Kristen pribumi, timbul gagasan untuk
mendirikan desa-desa Kristen. Dengan demikian mereka dibebaskan dari
tekanan-tekanan dari masyarakatnya. Desa-desa Kristen yang terbentuk, diantaranya: Desa
Pangharepan di Cikembar, Sukabumi (1886) oleh S.van Eendenburg; Desa
Cideres (1890) oleh J. Verhoeven; Desa Palalangon, Ciranjang (1902) oleh B. M.
Alkema; dan Desa Tamiyang, Cirebon (1920) oleh A. Vermeer (Soejana, 1974:
35).
Setelah kurang lebih 70 tahun NZV bekerja, akhirnya pada 14 November
1934 didirikan Gereja Kristen di Jawa Barat (de Christelijke Kerk van West Java)
4
(GKP) jemaat Bandung. Disusul dengan pos zending yang lain, sehingga menjadi
GKP Jemaat Cianjur, GKP Jemaat Cirebon, GKP Jemaat Bogor, GKP Jemaat
Sukabumi, GKP Jemaat Sumedang, GKP Jemaat Cideres, GKP Jemaat Cikembar,
GKP Jemaat Tasikmalaya, GKP Jemaat Garut, GKP Jemaat Karawang, GKP
Jemaat Palalangon, GKP Jemaat Juntikebon, GKP Jemaat Tamiyang dan lain-lain.
Perjalanan panjang sejarah Gereja Kristen Pasundan (GKP), pasang surut yang
dialami jemaat-jemaatnya, hingga keberhasilan mendirikan gereja yang tersebar
hampir di seluruh wilayah Jawa Barat ini, menjadi ketertarikan tersendiri bagi
penulis. Maka dalam penulisan karya ilmiah penelitian sejarah ini, penulis akan
mencoba mengkaji lebih dalam mengenai “Nederlandsche Zendingsvereeniging Di Jawa Barat: Kajian Historis Berdirinya Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 – 1934”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang dikemukakan di atas, terdapat
beberapa pertanyaan yang akan menjadi kajian penulis. Adapun rumusan masalah
yang akan menjadi fokus utama penulisan adalah:
“Bagaimanakah Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) melakukan penyebaran Agama Kristen di Jawa Barat pada tahun 1863-1934?”
Untuk mempermudah penulis dalam menyusun penulisan, maka rumusan
masalah di atas harus dibatasi dengan batasan masalah. Adapun
batasan-batasan masalah dituangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kehidupan sosial di Jawa Barat ketika kedatangan
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) pada pertengahan abad
ke-19 hingga awal abad ke-20?
2. Bagaimanakah lembaga pekabaran Injil Nederlandsche
Zendingsvereeniging (NZV) melakukan penyebaran agama Kristen di
Jawa Barat?
3. Bagaimana keberhasilan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih dalam
tentang Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam melakukan penyebaran
Agama Kristen di Jawa Barat pada tahun 1863-1934. Serta dapat memberikan
jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan,
diantaranya :
1. Menjelaskan mengenai kondisi dari kehidupan masyarakat di Jawa
Barat secara umum dilihat dari keadaan sosialnya ketika kedatangan
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) pada pertengahan abad
ke-19 hingga awal abad ke-20.
2. Mendeskripsikan mengenai Nederlandsche Zendingsvereeniging
(NZV) sebagai lembaga pekabaran Injil dari Belanda dalam upayanya
melakukan penyebaran agama Kristen di Jawa Barat.
3. Mendeskripsikan mengenai keberhasilan Nederlandsche
Zendingsvereeniging (NZV) dalam penyebaran agama Kristen di Jawa
Barat, ketercapaian dalam kemampuannya menghadapi segala
tantangan, hambatan dan kendala hingga mendirikan jemaat-jemaat
Gereja Kristen Pasundan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menambah informasi tentang sejarah gereja, yaitu Gereja Kristen di
Jawa Barat, khususnya informasi sejarah Gereja Kristen Pasundan.
2. Menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terutama dalam SKKD 2.1.
yaitu mengenai perkembangan pengaruh Barat dan perubahan
ekonomi, demografi dan kehidupan sosial budaya masyarakat di
6
1.5. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode historis yang lazim
dipergunakan dalam penelitian sejarah. Metode sejarah merupakan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknik tentang pencarian bahan, kritik, interpretasi dan
penyajian tulisan sejarah. Ismaun (1993: 125-131) mengemukakan bahwa dalam
metode sejarah meliputi (1) heuristik (pengumpulan sumber-sumber); (2) kritik
atau analisis sumber (eksternal dan internal); (3) interpretasi (penafsiran); (4)
historiografi (penulisan sejarah). Keempat hal tersebut menjadi acuan penulis
dalam langkah-langkah penulisan karya ilmiah penelitian sejarah ini.
Heuristik, merupakan upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam proses mencari
sumber-sumber ini, penulis mendatangi beberapa perpustakaan resmi, diantaranya:
Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Gereja
Kristen Pasundan (GKP) Bandung, Perpustakaan Sinode GKP, Perpustakaan
Universitas Kristen Maranatha dan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Baptis
Bandung. Penulis juga mendapatkan bantuan pinjaman buku dari para pendeta
GKP. Selain itu penulis juga meminjam buku dari perpustakaan pribadi milik
teman. Kemudian penulis juga mencari buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahan yang dikaji, seperti di Gramedia, Palasari dan toko-toko buku
lainnya, pameran buku dan mencari juga dari literatur internet.
Kritik, yaitu penulis melakukan penelitian terhadap sumber-sumber
sejarah, baik isi (internal) maupun bentuknya (eksternal). Kritik internal dilakukan
oleh penulis untuk melihat layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah
diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan bahan penelitian dan penulisan
skripsi. Kritik eksternal dilakukan oleh penulis untuk melihat bentuk dari sumber
tersebut. Dalam tahap ini, penulis berusaha melakukan penelitian terhadap
sumber-sumber yang diperoleh yang tentunya berkaitan dengan topik penelitian
Interpretasi, dalam hal ini penulis memberikan penafsiran terhadap
sumber-sumber yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam
tahap ini, penulis mengerahkan seluruh kemampuan intelektual dalam membuat
deskripsi, analisis kritis serta seleksi dari fakta-fakta tentang Nederlandsche
Zendingsvereeniging (NZV) dalam melakukan penyebaran Agama Kristen di
Jawa Barat pada tahun 1863-1934, sehingga akan menghasilkan bentuk penulisan
sejarah yang utuh. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan jalan menafsirkan
fakta dan data dengan konsep-konsep yang telah diteliti sebelumnya oleh penulis.
Penulis juga melakukan pemberian makna terhadap fakta dan data yang kemudian
disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan satu sama lain. Fakta dan data yang telah
diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka
dasar penyusunan penelitian ini. Dalam kegiatan ini, penulis memberi penekanan
penafsiran terhadap data dan fakta yang berkaitan dengan kondisi Jawa Barat,
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dan Jemaat-Jemaat Gereja Kristen
Pasundan (GKP).
Historiografi, merupakan langkah terakhir penulisan ini. Dalam hal ini
penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya.
Pada langkah terakhir ini dilakukan dengan cara menyusun hasil kajian dalam
suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan tata
penulisan EYD yang baik dan benar.
2. Teknik Penulisan
Dalam mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan untuk bahan
pengkajian penulisan penelitian ini, penulis menggunakan teknik studi literatur.
Studi literatur digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan fakta dari berbagai
sumber yang relevan dengan penelitian yang dikaji, baik sumber buku dan sumber
dokumen lainnya yang semua itu dapat memberikan informasi mengenai
8
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penyusunan penulisan ini,
berikut penulis cantumkan sistematika penulisan yang terbagi ke dalam lima
bagian, yang kemudian dijabarkan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dijelaskan latar belakang
penelitian yang didalamnya memuat penjelasan alasan pemilihan masalah tersebut
sebagai judul penulisan. Bab ini terdiri dari sub-bab yaitu mengenai latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan
teknik penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini berisi tentang pemaparan
terhadap sejumlah beberapa karya tulis atau literatur yang digunakan sebagai
acuan dan dipergunakan penulis dalam menelaah dan mengkaji tentang
penyebaran Agama Kristen di tengah-tengah masyarakat Sunda. Adapun sejumlah
literatur yang digunakan adalah buku-buku yang membahas tentang kebudayaan
Sunda, buku-buku yang membahas tentang NZV, buku-buku yang mengenai
kekristenan dan gereja, dan khususnya buku-buku yang membahas mengenai
GKP.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan tentang
metode dan teknik penulisan yang digunakan penulis dalam mencari
sumber-sumber dan cara pengolahan sumber-sumber-sumber-sumber yang dianggap relevan dengan
permasalahan yang dikaji. Dalam bab ini juga, penulis mendeskripsikan
langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis antara lain: tahap persiapan penelitian,
tahap pelaksanaan penelitian, dan langkah terakhir adalah tahap proses
penyusunan dan penulisan akhir dari kegiatan penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang dirumuskan pada bab pertama. Adapun sistematika dalam bab ini, penulis
membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul. Yang pertama, mengenai kondisi
dari kehidupan masyarakat di Jawa Barat secara umum dilihat keadaan sosialnya
abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Kedua, mengenai Nederlandsche
Zendingsvereeniging (NZV) sebagai lembaga pekabaran Injil dari Belanda dalam
upayanya melakukan penyebaran agama Kristen di Jawa Barat. Dan yang ketiga,
mengenai keberhasilan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam
penyebaran agama Kristen di Jawa Barat, ketercapaian dalam kemampuannya
menghadapi segala tantangan, hambatan dan kendala hingga mendirikan
jemaat-jemaat Gereja Kristen Pasundan.
BAB V KESIMPULAN. Dalam bab ini akan dikemukakan hasil temuan
dan pandangan penulis, serta jawaban secara umum dari permasalahan yang
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik
penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data
dan fakta berkaitan dengan judul skripsi “Nederlandsche Zendingsvereeniging Di
Jawa Barat: Kajian Historis Berdirinya Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 –
1934”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode historis dengan
anggapan bahwa metode ini adalah metode yang sesuai dalam penelitian ini.
Karena data-data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini berasal dari masa
lampau, khususnya mengenai perkembangan agama Kristen yang dimulai dari
Eropa, peranan Gereja Belanda dalam menyebarkan agama tersebut hingga ke
Tanah Pasundan pada pertengahan abad ke-19, sampai akhirnya didirikan Gereja
Kristen Pasundan pada tahun 1934 yang tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa
Barat. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka penulis
menggunakan metode historis.
Upaya yang dilakukan penulis dalam merekontruksi peristiwa sejarah yang
menjadi objek kajian adalah dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memperoleh informasi dari berbagai buku yang diperoleh dari berbagai
perpustakaan dan artikel-artikel melalui internet yang relevan dengan masalah
yang dikaji. Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan empat langkah
penting penelitian dalam penyusunan skripsi ini. Seperti yang dikemukakan dalam
buku Metodologi Sejarah (Sjamsuddin, 2007: 85-155) langkah-langkah metode
historis terdiri atas:
1. Heuristik, merupakan tahapan pertama dalam penelitian yaitu mencari
dan mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik yang akan
dibahas.
2. Kritik, yaitu penyaringan atau penyeleksian terhadap sumber yang
telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku
yang relevan dengan pembahasan yang terkait, maupun hasil temuan di
3. Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari
arsip, buku-buku yang relevan dengan pembahasan, maupun hasil
penelitian langsung dilapangan.
4. Historiografi, merupakan proses penyajian hasil temuannya pada tiga
tahap yang telah dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya
dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan
menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.
Penyusunan skripsi ini mencakup keempat langkah kerja yang merupakan
kegiatan inti penelitian. Langkah-langkah penelitian sendiri terbagi ke dalam tiga
tahap yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.
Ketiga tahap penelitian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
3.1. Persiapan Penelitian
3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap awal yang dilakukan oleh penulis adalah memilih dan menentukan
tema penelitian. Tema yang dipilih oleh penulis pada awalnya adalah mengenai
sejarah perkembangan agama Kristen di Jawa Barat, dengan judul “Peranan
Nederlandse Zendingsvereeniging Dalam Sejarah Pembentukan Dan
Perkembangan Gereja Kristen Pasundan Di Jawa Barat Pada Awal Abad Ke-20”.
Penulis merasa tertarik terhadap salah satu gereja yang memiliki jemaat hampir di
seluruh wilayah Jawa Barat ini, padahal telah diketahui bahwa wilayah ini
mayoritas penduduknya beragama Islam. Setelah memperoleh informasi dengan
membaca dari sejumlah sumber literatur, penulis semakin ingin mengkajinya lebih
dalam. Dalam proses bimbingan selanjutnya, judul penelitian ini mengalami
beberapa kali perubahan, hingga penulis bersama-sama pembimbing mendapatkan
judul yang paling tepat.
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah penulis mendapat judul yang sesuai maka penulis mengajukan
rancangan judul penelitian kepada bagian yang secara khusus menangani
24
Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Judul yang penulis ajukan adalah “Nederlandsche Zendingsvereeniging Di Jawa Barat: Kajian Historis Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 – 1934”. Seminar Pra Rancangan Penulisan Skripsi
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012 di Laboratorium Jurusan
Pendidikan Sejarah. Dalam seminar proposal tersebut, penulis mempresentasikan
rancangan penelitian penulis di depan dosen-dosen, TPPS, dan calon pembimbing
skripsi untuk dikaji dan didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan
atau tidak. Dalam seminar tersebut penulis mendapatkan masukan terutama dari
calon pembimbing dan dosen lainnya. Hasil dari seminar tersebut, menyatakan
bahwa judul yang diajukan tersebut dapat dilanjutkan walaupun harus ada
beberapa bagian yang diperbaiki.
Pengesahan penelitian dikeluarkan melalui surat keputusan dari Tim
Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah No.
036/TPPS/JPS/PEM/2012. Setelah disetujui, pengesahan untuk penulisan skripsi
dikeluarkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS
UPI dan sekaligus penentuan pembimbing skripsi pada bulan Juli 2012, yaitu Ibu
Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. R.
H. Achmad Iriyadi sebagai Dosen Pembimbing II.
Adapun proposal penelitian yang disusun oleh penulis memuat hal-hal
sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar Belakang
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan Penelitian
e. Manfaat Penelitian
f. Penjelasan Judul
g. Tinjauan Pustaka
h. Metode dan Teknik Penelitian
3.1.3. Konsultasi
Konsultasi merupakan kegiatan bimbingan dalam penyusunan skripsi yang
dilakukan oleh penulis dengan pembimbing I dan II yang telah diunjuk oleh
TPPS. Konsultasi ini memiliki fungsi yang sangat penting karena di dalamnya
terdapat pengarahan dalam proses penyusunan skripsi. Selain itu juga, dengan
melakukan konsultasi secara teratur akan diperoleh banyak masukan baik berupa
saran maupun kritik bagi penulis dari pembimbing.
Penulis melakukan konsultasi kepada kedua pembimbing, yaitu
pembimbing I dan pembimbing II. Konsultasi ini dilakukan dalam rangka
menentukan teknik dan waktu pelaksanaan bimbingan agar bimbingan dapat
berjalan efektif dan efisien. Kedua pembimbing ini akan memberikan pengarahan
kepada penulis dalam mengkaji permasalahan dan menuliskannya dalam sebuah
skripsi. Konsultasi biasanya dimulai dari judul, BAB I, BAB II, BAB III, BAB
IV, BAB V serta abstrak.
Jadwal konsultasi bersifat bebas dan setiap pertemuan membahas satu bab
yang diajukan, revisi maupun konsultasi sumber. Konsultasi satu bab biasanya
tidak cukup satu kali bimbingan, karena selalu ada masukan ataupun ada yang
harus dikurangi oleh penulis. Konsultasi terus dilaksanakan hingga semua bab
selesai dan penulisannya benar.
3.2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah tahapan penting dari proses penulisan
skripsi ini. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus
dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber,
kritik atau analisis sumber sejarah, dan interpretasi atau penafsiran sejarah.
26
3.2.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Pada tahap ini, penulis berusaha melakukan pencarian, pengumpulan dan
pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur
berupa buku-buku dan artikel yang dapat membantu penulis dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang dikaji. Literatur yang berhasil dikumpulkan
kemudian dipelajari dan dikelompokkan antara ahli sejarah dengan penulis
lainnya yang dalam hal ini adalah rohaniawan Kristen. Sumber-sumber yang
diperoleh bukan sumber primer melainkan sumber-sumber sekunder. Selama
melakukan tahap heuristik, penulis tidak menemukan sumber primer mengenai
buku-buku yang ditulis oleh Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) sendiri.
Dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan, diperoleh gambaran
mengenai latar belakang penyebaran agama Kristen dari Eropa, tulisan yang
memuat data mengenai sejarah Gereja di Belanda, ajaran-ajaran yang
mempengaruhi lembaga-lembaga zending (pekabaran Injil) dalam menyebarkan
agama Kristen, kemudian keadaan Tanah Pasundan pada pertengahan abad ke-19,
hingga bagaimana para zendeling (utusan Injil) mampu mendirikan Gereja Kristen
Pasundan yang memiliki jemaat tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Barat.
Proses pencarian sumber dilakukan dengan cara mengunjungi berbagai
perpustakaan. Sumber-sumber literatur yang membahas mengenai Tanah
Pasundan, penulis dapatkan di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Selain melakukan pencarian sumber ke perpustakaan, penulis juga membeli
di toko-toko buku yang tentunya relevan dengan permasalahan yang dikaji, antara
lain di Palasari dan Gramedia. Di Palasari, penulis menemukan buku Kebudayaan
Sunda Jilid I dan Jilid II (2009) dan buku Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya
(1984) karya Edi Suhardi Ekadjati. Sedangkan di Gramedia, penulis memperoleh
buku Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian I: Batas-Batas Pembaratan (2005) karya
Denys Lombard. Selain itu penulis juga meminjam buku dari perpustakaan
pribadi milik teman.
Sedangkan sumber-sumber literatur yang membahas mengenai
sejarah Gereja dan kekristenan, penulis dapatkan di Perpustakaan Gereja Kristen
Pasundan (GKP) Jemaat Bandung, Perpustakaan Sinode Gereja Kristen Pasundan
(GKP), Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha, dan Perpustakaan Sekolah
Tinggi Theologia Baptis Bandung. Dalam proses pencarian sumber ini, penulis
juga mendapat bantuan pinjaman dari perpustakaan pribadi beberapa Pendeta
GKP.
Penulis juga memiliki beberapa koleksi pribadi yang membahas mengenai
langkah-langkah penelitian sejarah, diantaranya: Metodologi Sejarah (2007) karya
Helius Sjamsuddin dan Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural (2007) karya Dadang Supardan.
3.2.2. Analisis Sumber (Kritik)
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber (heuristik), langkah
selanjutnya adalah melaksanakan kritik sumber. Pada tahap ini, penulis
melakukan kritik terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh, baik
sumber utama maupun sumber penunjang lainnya. Kritik sumber dilakukan
karena sumber-sumber yang diperoleh tidak dapat diterima begitu saja oleh
penulis dan tidak semua sumber memiliki tingkat kebenaran yang sama. Fungsi
kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu untuk
mencari kebenaran.
3.2.2.1.Kritik Eksternal
Pada dasarnya kritik eksternal merupakan upaya untuk mengkaji otensitas
dan integritas sumber sejarah yaitu dengan cara melakukan klasifikasi atau
pengujian dilihat dari aspek luarnya. Adapun salah satu langkah penulis dalam
melakukan kritik eksternal yaitu dengan cara melakukan kritik terhadap penulis
sumber. Kritik eksternal ini dilakukan dengan cara memperhatikan siapa
penulisnya. Semakin popular penulis sumber tersebut, maka tingkat kepercayaan
terhadap isi buku semakin tinggi. Misalnya pada buku Benih Yang Tumbuh II
(1974) karya Pdt. Koernia Atje Soejana dan disertasi doktornya yang berjudul
28
Pdt. Koernia Atje adalah salah seorang pendeta di Gereja Kristen
Pasundan (GKP) yang mulai bekerja dan ditahbiskan pada tahun 1965. Pdt.
Koernia Atje merupakan lulusan dari Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta dan
pernah menjadi dosen tidak tetap mengajar Sejarah Gereja disana. Sejak tulisan
ilmiahnya dari skripsi, disertasi maupun tesisnya, Pdt. Koernia Atje selalu menulis
tentang sejarah gereja, khususnya Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan peranan
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV). Begitu juga ketika menjabat sebagai
Sekretaris Umum, Ketua maupun ketika menjadi anggota di Badan Pekerja Sinode
GKP, Pdt. Koernia Atje banyak membuat tulisan yang berkaitan dengan sejarah
GKP. Melihat karya-karya Pdt. Koernia Atje tersebut, maka penulis yakin
terhadap hasil tulisannya untuk dijadikan sebagai bahan rujukan.
Kritik eksternal selanjutnya, penulis memperhatikan apa maksud atau
tujuan penulis. Seperti yang dilakukan Dr. Th. van den End. dalam buku
Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Tanah Pasundan 1858-1963 (2006).
Van den End yang merupakan dosen Sejarah Gereja di STT Jakarta, bersama
rekan-rekannya menyusun buku ini dengan harapan sumber-sumber sejarah
gereja-gereja di Indonesia dapat dipelajari di Indonesia sendiri. Dengan adanya
kumpulan sumber-sumber ini, van den End berharap dapat mempermudah
orang-orang Indonesia yang ingin mempelajari sejarah gereja di Indonesia. Tentu saja
dengan adanya buku ini, penulis tidak perlu melakukan perjalanan yang mahal
dan menghabiskan waktu yang panjang untuk mempelajari sendiri bahan-bahan
arsip ke Belanda.
Selain itu van den End juga menyajikan arsip ini dengan kompeten dan
data yang faktual. Arsip-arsip ini merupakan terjemahan asli dari bahasa Belanda,
terlihat dari bahasanya yang terkadang sulit dimengerti, sehingga diperlukan lebih
dari satu kali untuk dapat memahami isi dari arsip tersebut. Tapi justru sumber
yang kompeten dan faktual seperti inilah yang digunakan penulis sebagai rujukan
utama.
Selanjutnya kritik terhadap tulisan Hendrik Kraemer yang berjudul From
Missionfield to Independent Church. Boekencentrum (1958) terdapat dalam
Sastradinata dengan judul Laporan Tentang Jawa Barat (1986). Dalam
penulisannya ini, Kraemer selama berbulan-bulan musim panas tahun 1933
hampir 4 bulan tinggal di Jawa Barat. Kraemer mengunjungi semua daerah yang
mempunyai pos-pos penginjilan dan jemat-jemaat Kristen. Dengan kata lain,
tulisan Kraemer ini adalah hasil observasinya secara langsung. Menurut penulis
tulisan Kraemer ini kompeten dan faktual, sehingga layak dijadikan sumber
utama.
3.2.2.2.Kritik Internal
Kritik internal dilakukan penulis untuk melihat layak atau tidaknya isi dari
sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan
penelitian dan penulisan skripsi. Kritik internal yang dilakukan penulis diawali
ketika penulis memperoleh sumber. Penulis membaca isi sumber kemudian
dibandingkan dengan sumber-sumber yang lain. Hasil dari perbandingan sumber
tersebut, maka akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa
digunakan karena sesuai dengan topik kajian.
Misalnya untuk mengetahui latar belakang historis berdirinya Gereja
Kristen Pasundan (GKP), penulis melakukan kritik internal dengan mengkaji isi
buku yang ditulis Pdt. Koernia Atje Soejana berudul Benih Yang Tumbuh II
(1974). Dalam buku ini, penulis mendapatkan informasi bahwa yang menjadi
cikal bakal berdirinya GKP adalah para zendeling (utusan Injil) dari Gereja
Belanda yang terhimpun dalam sebuah lembaga pekabaran Injil bernama
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV). Selanjutnya dalam buku
Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Tanah Pasundan 1858-1963 (2006)
karya Dr. Th. Van den End, penulis mendapatkan informasi lebih lengkap
mengenai NZV. Dalam buku ini penulis mendapatkan dokumen-dokumen asli
mengenai organisasi NZV; latar belakang berdirinya NZV; upaya-upaya
pekabaran Injil yang dilakukan NZV di Jawa Barat; dan kesulitan, tantangan dan
hambatan yang dihadapi selama penyelenggaraan pekabaran Injil di Jawa Barat.
Sedangkan dalam tulisan Kraemer yang diterjemahkan oleh Eddy Sastradinata
30
mengenai keadaan di Jawa Barat selama NZV melakukan pekabaran Injilnya
(pertengahan abad ke-19 hingga abad ke-20). Dalam tulisan ini, penulis dapat
melihat Tanah Pasundan khususnya masyarakat pribuminya sebagai objek
pekabaran Injil yang dilakukan NZV.
3.2.3. Penafsiran (Interpretasi)
Setelah sumber-sumber tersebut diuji melalui kritik eksternal dan internal,
maka selanjutnya dilakukan upaya penyusunan fakta. Dalam penyusunan
fakta-fakta ini, penulis menyesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.
Fakta yang telah disusun kemudian ditafsirkan. Satu fakta dihubungkan dengan
fakta yang lain, sehingga dapat ditarik menjadi suatu rekonstruksi imajinatif yang
memuat penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian. Dalam tahap
ini penulis melakukan cara pengkajian fakta-fakta yang memiliki relevansi dengan
kejadian-kejadian yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang telah
dikumpulkan, kemudian fakta-fakta tersebut disusun dan ditafsirkan.
Pada proses interpretasi ini, penulis menggunakan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan ini merupakan pendekatan dalam sejarah yang
menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun (ilmu-ilmu
sosial). Dalam hal ini sejarah tetap menjadi ilmu yang utama, namun untuk
mempertajam analisis penulis menggunakan ilmu bantu dari disiplin ilmu yang
serumpun yaitu ilmu-ilmu sosial.
Ilmu-ilmu bantu sosial yang digunakan penulis adalah Sosiologi dengan
mengambil konsep interaksi sosial dan konflik sosial. Konsep interaksi sosial
digunakan oleh penulis karena penulis akan menjelaskan mengenai interaksi yang
terjadi antara para zendeling (utusan Injil) dari Nederlandsche
Zendingsvereeniging (NZV) dan masyarakat pribumi di Jawa Barat. Interaksi
sosial adalah proses sosial yang menyangkut hubungan timbal balik antarpribadi,
kelompok, maupun pribadi dengan kelompok. Interaksi sosial tersebut merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. (Supardan, 2007: 140)
Bagi penulis, konsep interaksi sosial merupakan konsep penting untuk
melakukan interaksi sama sekali dengan para zendeling. Sebagai makhluk sosial,
manusia pasti mengembangkan interaksi sosialnya agar dapat masuk kedalam
kehidupan lingkungan sekitarnya. Begitu pun para zendeling yang berada di Jawa
Barat, pada dasarnya aktivitas sehari-harinya tidak akan terlepas dari interaksi
sosial, mereka terus berusaha agar dapat masuk kedalam kehidupan lingkungan
masyarakat pribumi.
Interaksi sosial ini digunakan penulis karena sangat berguna di dalam
memperhatikan dan mempelajari bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu. Hal ini
dapat dilihat dari upaya yang dilakukan oleh para zendeling NZV agar dapat
diterima tengah-tengah masyarakat Sunda. Agar terjadinya komunikasi, sebelum
para zendeling datang ke Jawa Barat, mereka terlebih dahulu mempelajari bahasa
Sunda. Kemudian agar masyarakat Sunda dapat memahami Injil, S. Coolsma
melakukan penerjemahan Alkitab kedalam bahasa Sunda. Hal ini sangat penting,
melihat komunikasi adalah syarat terjadinya interaksi sosial antara NZV dengan
penduduk setempat.
Dalam proses interaksi selanjutnya, para zendeling juga melakukan
asimilasi dan akulturasi. Misalnya, dalam ibadah dipakai nyanyian-nyanyian
terjemahan atau saduran dari gereja di Barat. Di Cianjur pada masa awal
pertumbuhannya, gedung gerejanya berbentuk rumah panggung dan di Tamiyang
didirikan rumah ibadah berbentuk pendopo (ada yang mengatakan berbentuk
seperti mesjid) dengan beduk sebagai ganti lonceng gerejanya.
Konsep yang penulis gunakan selanjutnya adalah konflik sosial. Konflik
sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau
menghancurkan pihak lain. Konflik sosial pun dapat berupa kegiatan dari suatu
kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain, walaupun hal
itu tidak menjadi tujuan utama aktivitas kelompok tersebut. (Supardan, 2007: 141)
Konsep konflik sosial digunakan pula oleh penulis karena penulis ingin
melihat adanya data dan fakta lain yang diperoleh. Dalam memahami konsep
konflik sosial ini, penulis langsung menginterpretasikan bahwa konflik sosial
selalu ada dalam interaksi sosial. Begitu pula dengan proses interaksi yang
32
tersebut, para zendeling menghadapi tantangan dari pihak lain. Ketika ada orang
Sunda yang menjadi Kristen, mereka mendapat ancaman dari pemimpin agama
Muslim di daerah mereka bahkan sampai dikucilkan. Melihat kedaan tersebut,
para zendeling memisahkan orang Sunda Kristen dari desanya dan membentuk
desa Kristen sendiri, hal ini dilakukan untuk mencegah konflik berkelanjutan dan
hal-hal yang tidak diharapkan.
3.3. Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan penelitian. Dalam
metode historis, langkah ini dinamakan historiografi. Laporan penelitian ini
disusun secara kronologis, sebagai alat memahami peristiwa itu terjadi. Selain itu,
laporan penelitian ini disusun berdasarkan buku pedoman penulisan karya ilmiah
yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia. Sistematika penulisan
dibagi ke dalam lima bagian, diantaranya pendahuluan, tinjuan pustaka, metode
dan teknik penelitian, pembahasan dan yang terakhir adalah kesimpulan.
3.3.1. Teknik penulisan laporan
Cara penulisan laporan penelitian ini diarahkan oleh fokus atau pusat
pembahasan. Dalam penulisan laporan ini, penulis memilih fokus tema yaitu
penyebaran agama Kristen di Tanah Pasundan yang dilakukan oleh
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV). Teknik penulisan dalam skripsi ini
penulis menggunakan sistem Harvard. Penggunaan sistem ini digunakan penulis
karena disesuaikan dengan hal yang lazim digunakan oleh akademisi Universitas
Pendidikan Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Dalam penggunaan sistem
Harvard ini, penulis merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang
3.3.2. Langkah Penulisan Skripsi
Langkah penulisan skripsi ini dibagi dalam tahap awal dan tahap akhir
(tahap penulisan yang sebenarnya). Pada tahap awal akan dilakukan pengumpulan
materi dan ketegorisasi data. Upaya pengumpulan sumber dilakukan penulis sejak
Desember 2011 hingga penulis merasa mendapatkan referensi yang cukup.
Tahap penulisan terakhir dilakukan setelah materi atau bahan tersusun dan
kerangka tulisan dibuat. Tulisan akhirnya dilakukan bab demi bab sesuai dengan
proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Penulisan ini dimulai setelah
seminar pra rancangan penulisan skripsi pada bulan Maret 2012, dan proses ini
dilakukan dengan berbagai masukan dari pembimbing I dan II.
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN dan REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
mengacu pada Bab I serta hasil analisis pada Bab IV. Sesuai dengan rumusan
masalah pada Bab I, terdapat 3 hal yang penulis simpulkan dalam bab ini
sehubungan dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi berjudul
“Nederlandsche Zendingsvereeniging Di Jawa Barat: Kajian Historis Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 – 1934”. Pertama, Bagaimana kehidupan sosial di
Jawa Barat ketika kedatangan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) pada
pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20?. Kedua, Bagaimanakah lembaga
pekabaran Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) melakukan
penyebaran agama Kristen di Jawa Barat?. Ketiga, Bagaimana keberhasilan
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam penyebaran agama Kristen di
Jawa Barat?. Maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.
Pertama. Pada umumnya orang Sunda taat menjalankan kewajiban
beragama sehingga mereka dikenal sebagai pemeluk teguh agama Islam.
Nilai-nilai Islam memiliki peranan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Adat
istiadat Sunda mengatur kehidupan orang Sunda dalam kehidupannya sehari-hari.
Begitu juga dengan agama yang bagi orang Sunda merupakan mahkota adat.
Dengan demikian kita melihat bahwa suku bangsa, adat dan agama merupakan
suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam keadaan di mana adat istiadat dan
agama sudah begitu terpadu dalam sistem kepercayaan masyarakat, tak dapat
dihindarkan kecenderungan orang untuk mengidentikkan agama Islam dengan
masyarakat Sunda. Dengan kata lain, orang cenderung untuk mengatakan bahwa
orang Sunda itu adalah orang Islam. Bahkan ada diantaranya tokoh/budayawan
Sunda yang mengatakan; apabila orang Sunda tidak beragama Islam rasanya
kurang pas. Akibatnya, masyarakat sulit sekali untuk mentolerir warganya yang
beralih ke agama lain. Warga yang beralih ke agama lain itu akan dipandang
masyarakat bahkan pegawai, akan senantiasa menjaga keutuhan masyarakat
Sunda sebagai masyarakat Islam. Hal inilah yang menjadi hambatan bagi para
zendeling dalam upaya penyebaran agama Kristen di penduduk pribumi.
Kedua. Para zendeling menyadari bahwa sangat sulit untuk membawa
orang-orang Sunda (penduduk pribumi) kepada agama Kristen. Oleh sebab itu
para zendeling harus berusaha agar tidak menjadi orang asing bagi penduduk
pribumi dan berupaya untuk mendapat kepercayaan dari mereka dan dipandang
tidak membahayakan mereka. Pertama-tama untuk dapat berkomunikasi dan
membangun interaksi dengan penduduk pribumi para zendeling menyadari bahwa
mereka harus dapat menguasai bahasa setempat. Sebab itu baik ketika masih
menjadi siswa di negeri Belanda maupun pada waktu sudah tiba di lapangan
zending, mereka mempelajari bahasa Melayu, Sunda dan Jawa bilamana
diperlukan. Dalam upaya mendapatkan kepercayaan masyarakat, sikap terbuka
para zendeling juga terlihat dari caranya menghargai budaya pribumi. Hal ini
terihat dalam lapangan zending, para zendeling membiarkan orang Kristen
pribumi tetap mengenakan busana setempat, termasuk ikat kepala pada laki-laki
pribumi. Di Cianjur, rumah kebaktian yang didirikan untuk pertama kalinya
berbentuk rumah panggung. Juga desa Kristen Palalangon didirikan menurut pola
desa tradisional, yaitu dengan alun-alun dan bangunan-bangunan penting di
sekitar alun-alun. Dalam ibadah pun dipakai nyanyian-nyanyian terjemahaan dari
Barat. Yang dilakukan Anthing, diikuti oleh para zendeling NZV ketika
mengalami kebuntuan pekabaran Injil di Jawa Barat. Pada mulanya penginjil
pribumi dari jemaat-jemaat Anthing ditugaskan membantu pekerjaan NZV.
Kemudian selama kurun waktu antara 1875 sampai 1902, ada pula sebagian besar
penginjil pribumi dididik oleh zendeling di tempat kerjanya masing-masing,
kemudian mereka diutus ke Seminari Depok. Salah satu upaya lainnya yaitu
melakukan kolportase, yaitu menyebarkan tulisan-tulisan Kristen. Zendeling yang
paling menonjol dalam usaha kolportase ini adalah Bouke Minnes Alkema di
Bandung dengan delmannya dan Christiaan Johannes Hoekendijk di Garut dengan
103
Para zendeling juga mengusahakan memajukan pekerjaan pelayanan di
bidang pendidikan, bidang medis dan di bidang ekonomi. Sekolah-sekolah
zending yang didirikan dalam rangka ingin memajukan pendidikan bagi
masyarakat ini disambut baik oleh masyarakat. Pertolongan medis yang dilakukan
oleh para zendeling juga ternyata mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Banyak yang mencari pertolongan kepada zendeling bilamana mereka sakit.
Dengan makin berkembangnya pelayanan di bidang medis, NZV meningkatkan
pelayanannya dengan jalan mendirikan poliklinik dan rumah sakit. Rumah sakit
pertama didirikan di Bandung pada tahun 1901 oleh Bouke Minnes Alkema.
Rumah sakit ini yang berdiri di sebelah rumah zendeling, terbuat dari dinding
bambu. Pada tahun 1910 didirikan bangunan yang lebih permanen dan rumah
sakit ini diberi nama “Immanuel”. Upaya di bidang medis ini dapat dikatakan
cukup berhasil. Pelayanan yang dilakukan, baik di masa awal ketika pelayanan itu
masih sangat sederhana, maupun dalam perkembangan kemudian, sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dan mereka menyambutnya dengan terbuka.
Ketiga. Keberhasilan NZV dalam melakukan pekabaran Injil dapat dilihat
dari berdirinya pos-pos zending di berbagai wilayah Jawa Barat. Di Cianjur
(1863), Cirebon (1863), Indramayu (1864), Bogor (1868), Bandung (1870),
Sukabumi (1872), Sumedang (1872), Cideres (1882), Cikembar, Pangharepan
(1886), Lebak (1894), Tasikmalaya (1898), Garut (1899), dan Karawang (1899).
Pada awal abad ke-20, zendeling mulai bekerja di Palalangon (1902), Juntikebon
(1905) dan Tamiyang (1911). Pada akhir abad ke-19 pos-pos pekabaran Injil NZV
sudah tersebar di semua keresidenan di Jawa Barat. Dalam periode pertama ini, 8
pos terletak di keresidenan Priangan, 5 pos di keresidenan Cirebon, 1 pos di
keresidenan Batavia, 1 pos di keresidenan Karawang dan 1 pos di keresidenan
Banten. Semuanya berjumlah 16 pos pekabaran Injil .
Setelah kurang lebih 70 tahun NZV bekerja, akhirnya pada 14 November
1934 didirikan Gereja Kristen di Jawa Barat (de Christelijke Kerk van West Java)
berpusat di Bandung yang sehari-hari disebut sebagai Gereja Kristen Pasundan
(GKP) jemaat Bandung. Disusul dengan Pos Zending yang lain, sehingga menjadi
Sukabumi, GKP Jemaat Sumedang, GKP Jemaat Cideres, GKP Jemaat Cikembar,
GKP Jemaat Tasikmalaya, GKP Jemaat Garut, GKP Jemaat Karawang, GKP
Jemaat Palalangon, GKP Jemaat Juntikebon, GKP Jemaat Tamiyang dan lain-lain.
5.2. Rekomendasi
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini
adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
terutama dalam SKKD 2.1. yaitu mengenai perkembangan pengaruh Barat dan
perubahan ekonomi, demografi dan kehidupan sosial budaya masyarakat di
Indonesia pada masa kolonial; untuk program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dalam SKKD 1.3. yaitu menganalisis proses kelahiran dan perkembangan
nasionalisme Indonesia; dan untuk program Bahasa dalam SKKD 2.1 yaitu
menganalisis perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari
masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris sampai Pemerintahan
Pendudukan Jepang.
Selain itu penulis juga merekomendasikan hasil penelitian ini bagi
sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan yayasan Kristen, yaitu dalam
proses belajar mengajar mengenai muatan lokal, sejarah gereja di Tatar Pasundan
dapat memberikan wawasan tambahan kepada siswanya mengenai lingkungan
sekitarnya. Sekalipun siswa tidak mengetahui sejarah gereja di dunia, tapi paling
tidak mereka mengetahui sejarah gereja di lingkungan terdekatnya di Jawa Barat
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama.
Ali, M. (2009). Misionarisme di Banten. Banten: Bantenologi.
Aritonang, J. S. (1995). Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Badan Binalitbang GKP Periode 2003-2008. (2007). Profil Gereja Kristen Pasundan Dalam Perspektif Kemandirian Teologi, Daya dan Dana. Bandung: Badan Binalitbang Gereja Kristen Pasundan.
Berkhof, H. dan Enklaar, I.H. (1986). Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1987). Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1993). Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen-Dokumen dan Tema-Tema Gerakan Oikumenis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1994). Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (2011). Apa Itu Calvinisme?.Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Kuiper. (1988). Misiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Jilid I. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Jilid II. Jakarta: Pustaka Jaya.
Hale, L. (1993). Jujur Terhadap Pietisme: Menilai Kembali Reputasi Pietisme Dalam Gereja-Gereja Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hartono, C. (1995). Teologi Etis: Suatu Studi Tentang Teologi Etis Belanda dan Nisbahnya Dengan Pekabaran Injil Belanda. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ismaun. (1993). Modul Pengantar Ilmu Sejarah. Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.
Koentjaraningrat. (Ed.) (1982). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Kuhl, D. (1998). Sejarah Gereja Pencerahan dan Pietisme Pergumulan dan Perjuangan Gereja Antara Iman dan Rasio Pada Zaman Pencerahan dan Pietisme Jilid 4. Batu: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia.
Lane, T. (1990). Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lombard, D. (2005). Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian I: Batas-Batas Pembaratan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lubis, N. H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 1. Bandung: Lembaga Peneliti Universitas Padjajaran.
Lubis, N. H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Lembaga Peneliti Universitas Padjajaran.
Lubis, N. H. et al. (2000). Sejarah Kota-Kota Lama Di Jawa Barat. Bandung: Alqaprint.
109
PaEni, M. (Ed.). (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia; Religi dan Falsafah. Jakarta: Rajawali Pers.
Pattianakotta, H. A. (Ed.) (2012). Identitas GKP di Tengah Kepelbagaian.
Jakarta: Majelis Jemaat GKP “Bethani” Tanah Tinggi.
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Raho, B. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Ritzer, G. (1992). Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press.
Ritzer, G. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soedarmo. (1984). Kamus Istilah Theologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Soejana, K. A. (1974). Benih Yang Tumbuh II, Suatu Survey Mengenai GKP. GKP dan Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-Gereja di Indonesia.
Soejana, K. A. (2008). Berakar, Tumbuh, Berkembang dan Berbuah Mengupas Kisah Perjalanan Injil di GKP Jemaat Kampung Sawah. Bekasi: Majelis GKP Jemaat Kampung Sawah.
Soejana, K. A. (Ed). (1999). Merenda Potensi Mandiri Dalam Misi. Bandung: Gereja Kristen Pasundan.
Soekanto, S. (1998). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo.
Supardan, D. (2007). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Surjadi, A. (1983). Masyarakat Sunda: Budaya dan Problema. Bandung: Alumni.
Susan, N. (2010). Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
van den End, Th. (1993). Ragi Carita II: Sejarah Gereja di Indonesia 1860 – Sekarang. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2000). Ragi Carita I: Sejarah Gereja di Indonesia th. 1500 – th. 1860an. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2006). Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat 1858-1963. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2008). Harta Dalam Bejana: Sejarah Ringkas Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van Randwijck, G. (1989). Oegstgeest: Kebijaksanaan “Lembaga-Lembaga Pekabaran Injil Yang Bekerjasama” 1897 – 1942. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Zuriah, N. (2005). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (1959). Geredja Kristen Pasundan Berdiri Sendiri: Kenang-kenangan 25 tahun. Bandung: BP Sinode GKP.
__________. (1986). Menjadi Gereja yang diutus, Buku Peringatan HUT ke-50 GKP. Bandung: BP Sinode GKP.
111
Sumber Skripsi dan Disertasi:
Naibaho, A. (2009). Pengaruh Calvinisme Dalam Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja GKP. Skripsi Sarjana pada UKDW Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Soejana, K. A. (1997). Sejarah Komunikasi Injil di Jawa Barat: Suatu Studi mengenai sejarah pekabaran Injil di Jawa Barat ditinjau dari segi komunikasi Injil, terutama di lapangan zending Nederlandsche Zendingsvereeniging, sejak pertengahan abad ke-19 sampai zaman Gereja Kristen Pasundan. Disertasi Doktor pada STT Jakarta: tidak diterbitkan.
Sumber Dokumen:
Kraemer. (1958). From Missionfield to Independent Church. Boekencentrum, The Hague. Hlm. 96-147, diterjemahkan oleh Eddy Sastradinata. (1986). Laporan Tentang Jawa Barat. Bandung : Badan Pekerja Sinode Gereja Kristen Pasundan.
Sumber Internet:
Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. (---).
Patekoan, Gereja, [Online]. Tersedia: