:'<W,
PENGARUH BUDAYA ORGANiSASI DAN IKLIM KERJA
TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR
Dl BALAI PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR (BPKB)
JAWA BARATTESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
untuk Menempuh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
DEWI RAHAYU NIM. 009594
PROGRAM STUDi ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISETUJUI OLEH
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASA^JANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ABSTRAK
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat bertujuan
menghasilkan tenaga kependidikan yang terdiri dari Pamong Belajar, yang
mampu mengembangkan ilmunya untuk pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara. Masalah budaya organisasi apabila dikaitkan terhadap kinerja pamong
belajar tidak luput dari perhatian pemegang kebijakan baik di tingkat Ditjen
Diklusepora maupun di tingkat propinsi, sehingga berbagai perlakuan telah
dilakukan terhadap pamong belajar, misalnya peningkatan pendidikan, pelatihan,
rekrutmen calon pamong belajar dan bimbinganb teknis lapangan.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah
penelitian ke dalam pertanyaan pokok berikut: Bagaimanakah pengaruh budaya
organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja pamong belajar ?
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memproleh gambaran yang
aktual dan jelas mengenai budaya organisasi dan iklim kerja dalam kaitannya dengan kinerja pamong belajar.
Berkenaan dengan hal itu, maka penelitian yang akan dilakukan
merupakan penelitian terapann dengan jems penelitian deskriptif, adapun sampel penelitiannya sebanyak 31 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan kondisi budaya organisasi di lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat dengan kategon
baik sekali yaitu sebesar 69.23% dan kategori baik sebesar 30.77%. Kondisi iklim kerja pamong belajar balai pengembangan kegiatan belajar Jawa Barat secara
umum menunjukkan kategori baik, yaitu sebesar 73,07%. Kondisi kinerja pamong
belajar di lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat
menunjukkan kategori baik yaitu sebanyak 76,92%.
Terdapat hubungan yang berarri antara budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, yaitu sebesar 0,712 dan signifikan pada p < 0,01. Sedangkan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pamong belajar yaotu sebesar 50,8%. Iklim kerja dengan kinerja pamong belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar menunjukkan korelasi antara variabel X2 dengan Y sebesar 0,523 dan signifikan pada p < 0,01. Tingkat pengaruh variabel budaya organisasi terhadap kinerja pamong belajar sebanyak 27,4%. Terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dan iklim kerja yaitu
sebesar 0.719 dengan p < 0.01. Sedangkan pengaruhnya yaitu sebesar 51,6%. Rekomendasi hasil penelitian yang ditujukan kepada pengelola BPKB.
yaitu pihak BPKB diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih
baik lagi terhadap para peserta. Pelayanan yang diberikan yang paling utama
ditunjukkan oleh pimpinan sebagai seorang manajer di BPKB. Pelayanan tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan perencanaan kegiatan dengan secara tertulis yang tenata dengan sebaik-baiknya. Bagi pamong belajar hendaknya mampu
menanamkan kebiasaan kepada peserta didik untuk selalu belajar sepanjang hayat.
Pamong belajar hendaknya mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi
ABSTRACT
The Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB ) in West Java have an
aim to create teaching staff consisting ofPamong Belajar who have capacities to
develop their knowledges for the development of societies, nation, and state. Once
it is related to performance of Pamong Belajar, the complication of organizational
culture have not been escaped from interest of policy maker in both Ditjen
Diklusepora and provincies, so all sorts of treatments were committed to the
Pamong Belajar, for example, improvement of education, training, recruitment of
Pamong Belajar candidates, and direct technical leadership.
Based on the definition of complication, the research question might be
formulated into abasic question: What are the effect of organizational culture and
the influence ofactivities on the performance ofPamong Belajar ?
In general, the study have an aim to procure an actual, distinctly
description of both organizational culture and working climate in terms of
Pamong Belajar performance.
In the matter ofsuch a description, the study to be conducted is an applied
one and a type of descriptive research method; the sample of study are 31. The
datacollecting equipment is questionnaire.
The results ofstudy, generally, illustrated the organizational culture ofthe
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, West Java, in most good condition are in
category of 69,23 %, and in good condition are 30,77 %. The working climate
condition of Pamong Belajar of the Balai Pengembangan Kegiatan Belajar,
generally, indicated well category of 73,07 %. The performance of Pamong
Belajar in The Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, West Java, showed well
category of 76,92 %.There is a significant correlation of organizational culture and Pamong
Belajar performance in the Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, that are 0,712
and significant over P < 0,01. While the effect of organizational culture on the
Pamong Belajar performance are 50,8 %. Both working climate and Pamong
Belajar performance in the Balai Pengembangan Kegiatan Belajar showed a
correlation ofX2 and Y variables are 0,523 and significant over P<0,01. The rate
ofvariable effect ofthe organizational culture on the Pamong Belajar performance
are 27 4 % There is significant correlation of both organizational culture and
working climate and the Pamong Belajar performance in the Balai Penembangan
Kegiatan Belajar some 0,719 and P<0,01. Whereas its impact are D1,6 %.
The recommendation ofthe researches to be directed to Manager ofThe
BPKB is anticipated the BPKB get be able to increase better quality of service to
the participants. Most importantly, such a service is presented by management
which is served as a manager ofthe BPKB. That service is realized in the form of
activity design in properly structured writing. For Pamong Belajar, it is necessary
to be able to implant customs in participants of education to continuously studies
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelian
D. Manfaat Penelitian
E. Anggapan Dasar
F. Definisi Operasional
G. Metode Penelitian
H. Lokasi dan Sampel Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya Organisasi
1. Pengertian Budaya
2. Pengertian Organisasi
3. Pengertian Budaya Organisasi
4. Unsur-Unsur Budaya Organisasi
5. Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi
6. Pembentukan dan Pemeliharaan Budaya Organisasi
B. Iklim Kerja
1. Pengertian
2. Tipe Iklim Kerja dan Indikatornya
C. Pengertian kinerja dan Penilaian Kinerja
1. Definisi dan Pengertian-pengertian Kinerja
2. Penilaian Kinerja
D. Penilaian Kinerja Pamong Belajar Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar (BPKB)
1. Kinerja PamongBelajarDalam Penyuluhan
2. Kinerja Pamong Belajar Dalam Pembelajaran
3. Kinerja Pamong Belajar Dalam Pengembangan Profesi
E. Hasil Penelitian yang Relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. MetodePenelitian
B. Populasi Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan Alat Pengumpulan Data
2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data
3. Pengembangan Alat Pengumpul Data
4. Uji Coba Angket
5. Pelaksanaan Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
54 57 59 60 62 65 69 70 70 72 73 74 78 78
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Deskripsi Hasil Penelitian 80
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 80
2. Deskripsi Variabel Yang Diteliti 94
3. Deskripsi Hasil Pengolahan Data 94
a) Kondisi Umum Budaya Organisasi pada Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat 95
b) Kondisi Iklim Kerja pada Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Jawa Barat 99
c) Tingkat kinerja Pamong Belajar Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Jawa Barat 100
d) Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar 101
e) Hubungan Antara Iklim Kerja dengan Kinerja
Pamong Belajar di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar 102
f) Hubungan Antara Budaya organisasi dan Iklim Kerja dengan Kinerja PamongBelajar di
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar 103
B. Pembahasan Hasil Penelitian 104
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Penelitian 117
B. Implikasi 119
C. Rekomendasi 122
DAFTAR PUSTAKA 129
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Paradigma Penelitian 24
2.1 Pembentukan Budaya Organisasi 40
2.2 Model Penilaian Kinerja yang Difokuskan pada Tujuan 52
2.3 Fakor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja 54
2.4 Bidang Kegiatan Jabatan Pamong Belajar 55
2.5 Proses Penyuluhan dalam Penyelenggaraan Program
PLS 59
3.1 Pola Hubungan Antar Variabel 68
4.1 Organisasi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa
Barat 85
4.2 Kondisi Umum Budaya Organisasi BPKB Jawa Barat 99
4.3 Model Hubungan Budaya Organisasi dan Iklim Kerja
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sumber-sumber yang menyebabkan kinerja tidak
efektif 53
3.1 Kisi-kisi alat pengungkap data
Budaya organisasi, iklim kerja dan kinerja pamong 73
4.1 Tenaga Administrasi BPKB Jawa Barat tahun
2001/2002 84
4.2 Tenaga Fungsional Pamong Belajar BPKB Jawa Barat
Tahun 2001/2001 85
4.3 Rekapitulasi Data Penelitian 95
4.4 Gambaran Budaya Organisasi Pamong Belajar Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat 96
4.5 Gambaran Umum Iklim Kerja Pada Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (Bpkb) Jawa Barat 100
4.6 Gambaran Umum Tingkat Kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa
BAB I
PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi dewasa ini berkembang dengan sangat cepat,
sehingga tidak ada bidang-bidang kehidupan yang belum terjamali olehnya, mulai
sektor rumah tangga sampai dengan antariksa.
Seiring dengan globalisasi, setiap negara akan berkompetisi agar dapat
tetap hidup mempertahankan kelangsungan negaranya. Begitu pun dengan negara
Indonesia. Masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat bersaing. baik dalam
teknologi maupun manajemen pendidikan, bisnis dan pemerintahan agar dapat
menghasilkan karya yang bermutu unggul. Hasil kerja karya yang bermutu unggul
dapat terwujud, jika didukung oleh sumber daya manusia yang bermutu unggul.
Kekuatan sumber daya manusia im akan berarti dengan adanya budaya organisasi.
Gagasan memandang organisasi sebagai budaya merupakan fenomena
yang relatif baru. Budaya organisasi merupakan pola dasar dalam penyampaian
nilai-nilai, keyakinan, perilaku dan anggapan yang diperoleh dalam suatu kurun
waktu para anggota organisasi. Dua puluh tahun yang lalu sebagian organisasi
semata-mata dibayangkan sebagai alat untuk mengkoordinasikan dan
mengendalikan kelompok orang dan di dalamnya ada tingkat vertikal,
departemen, hubungan wewenang dan seterusnya. Namun organisasi sebenarnya
lebih dari itu. Organisasi juga mempunyai kepribadian, yang membedakan antara
organisasi yang satu dengan organisasi lain. Budaya organisasi industri akan
berbeda dengan organisasi pendidikan, bahkan diantara organisasi pendidikan pun memiliki karakteristik yang berbeda pula. Nilai inti dari budaya organisasi biasanya lebih berfalsafah bahkan agak mirip dengan menekankan pada kualitas
yang merupakan karakter dari suatu organisasi. Sebagai contoh, menurut Chief
Executive Office (CEO) Salim Group, mereka mempunyai "corporate culture"
yang kuat yaitu "team work, hard working, dan loyal". Perusahan Hewlet
Packard (HP) mempunyai karakteristik budaya organisasi tertentu yaitu kewirausahaan dan kepercayaan. Hal inilah yang akhirnya mendorong para praktisi organisasi menyadari pentingnya peran yang dimainkan budaya tersebut
dalam kehidupan anggota-anggota organisasi.
Budaya adalah sesuatu yang sangat kompleks dan luas, menyangkut tentang perilaku, upacara/ritual, maupun kepercayaan. Seperti tarian dan maluku, atau lompat batu di pulau Nias, yang menggambarkan upacara-upacara tertentu. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Taliziduhu (1997: 45) yaitu
"Culture or civilization, taken in its wide thnographic ense, is (hat complex whole
which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other
capabilities and habits acquired by man a member of society. Maksud dari definisi di atas, bahwa kebudayaan atau peradaban ialah keseluruhan yang kompleks terdiri atas ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya juga kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai
anggota sosial/masyarakat
ditafsirkan, espoused values (tujuan, strategi, filsafat) dan basic underlaying
assumptions (kepercayaan, persepsi, perasaan dan sebagainya) yang menjadi
sumber nilai tindakan.
Secara khusus, J.L. Parpak (1993: 62) menyatakan bahwa "budaya
organisasi itu terdiri dari sistem nilai dan falsafah yang dianut bersama, dan
diperoleh serta dijalankan secara konsisten oleh pimpinan'. Stephen P. Robbins
mendefinisikan "budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang
dianut oleh anggota-anggota organisasi itu". Selam itu, Robbins juga memberikan
karakteristik utama yang menjadi pembeda organisasi. Karakteristik-karakteristik
itu adalah : (1) inovasi dan pengambilan resiko, (2) perhatian ke rincian, (3)
orientasi hasil, (4) orientasi orang, (5) orientasi tim, (6) keagresitan, dan (7)
kemantapan.
Budaya organisasi dapat dikatakan juga sebagai nilai-nilai yang dominan,
falsafah yang didukung oleh organisasi. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
oleh Robbins sebagai berikut:
Budaya Organisasi itu adalah sebagai nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi, falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap
pegawai dan pelanggan, cara pekerjaan diperlakukan di tempat itu dan
asumsi atau kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi
(Robbins, 1994: 479)
Sejalan dengan masalah budaya organisasi tadi maka masalah kualitas
kinerja juga merupakan hal yang menarik untuk dikaji.
Kinerja biasa disebut juga dengan performance, " ...yang juga berarti prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja/unjuk
August W. Smith (1982: 393)
menyatakan bahwa performansi atau kinerja
adalah
"...output drive from processes. Hitman or otherwise".
Jadi dikatakannya
bahwa kinerja merupakan hasil atau output dari suatu proses.
Berbagai upaya dapat ditempuh untuk menciptakan produktivitas, salah
satunya adalah dengan meningkatkan kualitas kerja. Soeharsono Sagir (1985:
12) menyatakan bahwa ada enam faktor yang turut menentukan tingkat
produktivitas yaitu "...pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat
kesehatan, dan tingkat upah minimum". Dari keenam faktor tersebut secara
eksplisit dalam faktor iklim kerja diuraikan pentingnya hubungan manusiawi yang
serasi antara pimpinan dengan pegawai dan pegawai dengan pegawai lainnya.
Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil dari nilai-nilai
budaya organisasi, yang berarti pula bahwa kinerja juga merupakan manifestasi
nilai-nilai budaya yang ada.
Dari beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa budaya organisasi
memberikan pola/cara-cara berpikir, merasa dan menanggapi, yang menuntun
para peserta organisasi dalam mengambil keputusan dan dalam kegiatan-kegiatan
organisasi lainnya. Budaya organisasi yang kuat dan kohesif akan memotivasi
secara internal para anggota suatu organisasi untuk bekerja lebih produktif,
disiplin, rasa suka, dan prilakunya. Perilaku kerja tersebut pada dasamya
merupakan refleksi nilai-nilai budaya organisasi. Keinginan untuk melakukan
tindakan-tindakan dalam bekerja dipengaruhi secara kuat oleh budaya organisasi
karena memiliki nilai-nilai yang menjadi bagian dari organisasi secara
terhadap lingkungannya, yang akan memberikan jawaban apakah suatu tindakan
benar atau salah dan apakah perilaku dianjurkan atau tidak. Nilai-nilai tersebut
mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang sehingga setiap masalah dalam pekerjaan akan dilihat melalui kerangka berpikir berdasarkan nilai-nilai sebagai acuan. Kerangka budaya organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi inilah
yang harus dicari dan disesuaikan kalau organisasi ingin berhasil dalam
persaingan saat ini. Peter dan Waterman (Gibson) yang dikutip oleh Arif Rahman
(1997: 2) menyatakan bahwa kebudayaan itu dapat menjadi kekuatan positif dan
negatif dalam mencapai prestasi yang efektif.
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat adalah salah
satu UPT Ditjen Diklusepora di tingkat propinsi yang menurut SK. Mendikbud Rl
No. 022/0/1997 tanggal 20 Pebuari 1997 salah satu tugasnya adalah melaksanakan
pengembangan, bimbingan dan ujicoba program pendidikan luar sekolah, pemuda
dan olahraga berdasarkan kebijaksanaan Direktur Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah, Pemuda dan Olahraga.
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) sebagai sub sistem dari pendidikan
nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi
perannya di masa yang akan datang. Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
pendidikan sekolah memiliki kedudukan dan tanggung jawab bersama dalam
mewujudkan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Berkenaan dengan itu, Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang
pendidikan luar sekolah Bab II pasal 2 mencantumkan bahwa :
1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin
dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupan.
2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri bekerja mecari nafkah
atau melanjutkan ketingkat/jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui
jalur pendidikan persekolahan.
Mulai tahun 2002 ini, pendidikan luar sekolah dan pemuda diarahkan pada
program life skill (keterampilan/kecakapan hidup) berbasis pendekatan Broad
Based Education (pendidikan berbasis luas) yaitu program pembelajaran yang
diarahkan pada peningkatan kemampuan dan pengembangan diri, melalui
pendekatan pendidikan yang berorientasi lebih luas, kuat dan mendasar sehingga
memungkinkan warga masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri
terhadap kemungkinan yang mungkin terjadi pada dirinya, baik yang berkaitan
dengan usaha atau pekerjaannya. Secara lebih jauh adalah sikap yang antisipatif
terhadap perkembangan masa datang(pilar learning to be).
Berkenaan dengan itu, maka kebijakan Ditjen PLSP dapat dirinci sebagai
Memperluas pelayanan pendidikan anak Dini Usia (PADU)
Menuntaskan pemberantasan buta aksara
Menunjang wajib belajar 9 tahun
Memperluas pendidikan keterampilan
Memperluas dan meningkatkan peran perempuan
Meningkatkan jumlah pertukaran pemuda antar daerah dan negara
Memperluas dan meningkatkan jumlah pemuda produktif
Memberdayakan pemuda dalam pembangunan (SP3)
Memperluas dan dan meningkatkan kelembagaan PKBM
Meningkatkan mutu dan relevansi penyelenggaraan kursus yang
diselenggarakan oleh masyarkat dan satuan PLS lainnya
Memenuhi jumlah dan mutu tenaga fugsional PLS
Memperkuat kemampuan kelembagaan UPT (Sanggar Kegiatan Belajar/ Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar).
Fungsi Balai Pengembagan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat adalah : 1. Pembuatan dan penyusunan model serta pengembangan program pendidikan
luar sekolah, pemuda dan olahraga.
2. Pelaksanaan ujicoba model dan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga yang dikembangkan menurut kondisi daerah setempat.
3. Penyebarluasan model dan pengembangan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga hasil ujicoba ke daerah yang sesuai.
5. Pengembangan dan pelaksanaan ujicoba model sarana belajaj
mendukung program kegiatan belajar pendidikan luar sekolah^
olahraga.
6. Pelaksanaan bimbingan teknis kepada Sanggar Kegiatan Belajar.
Program utama yang dikembangkan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar adalah (a) Pengembangan Program PLS, (b) Training-training, dan (c)
Pengembagan bahan belajar PLS.
Keberhasilan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dalam misinya dapat
dilihat kinerja dari masing-masing Pamong Belajar tersebut.
Kelompok tenaga fungsional atau Pamong Belajar adalah seseorang yang
diangkat dalam jabatan teknis yang mempunyai tugas di bidang :
1. Pendidikan
2. Pengembangan Model
3. Kegiatan Belajar Mengajar dalam Rangka Pengembangan Model dan
Pembuatan Percontohan
4. Penilaian dalam Rangka Pengendalian Mutu dan Dampak Pelaksanaan
Program.
5. Pengembangan Profesi
6. Penunjang Penyuluhan dan Pembelajaran
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) pada hakekatnya juga
merupakan suatu organisasi yang mempunyai budaya. Pada Balai Pengembangan
macam-macam kekuatan yang menurut Newstrom dalam Arif Rahman (1997:5), hal-hal
di atas itu merupakan karakteristik dari budaya organsiasi.
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dituntut untuk menjadi
sebuah Balai yang baik yang menjadi tujuan dari organisasi. Keberhasilan
pencapaian tujuan dalam suatu organisasi baik dalam skala kecil maupun skala
besar banyak ditentukan oleh kemampuan organisasi mengelola budaya
organisasinya.
Budaya yang kuat dirincikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut
kuat, diatur dengan baik dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak
anggota suatu organisasi menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat
kepentingan dan merasa sangat terikat kepada organisasi, maka makin kuat
budaya tersebut. Keterikatan anggota organisasi tersebut akan menimbulkan
keinginan untuk berprestasi dalam organisasi. Hal ini merupakan indikasi dan
Pamong Belajar yang memiliki kinerja tinggi.
Sehubungan dengan pendapat Peter dan Waterman yang dikutif oleh
Gibson (1994:41) yang menyatakan bahwa 'kebudayaan itu dapat menjadi
kekuatan yang positif dan kekuatan negatif dalam mencapai prestasi yang
efektif .Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organsiasi yang dianut
dengan kuat, diatur dengan baik dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak
anggota suatu organisasi menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat
kepentingan dan merasa sangat terikat kepada organisasi, maka makin kuat
budaya tersebut. Organisasi yang muda atau yang turnover anggotanya tinggi,
pengalaman yang diterima bersama dan yang dapat menciptakan pengi
sama. Hal-hal diatas ini bukan berarti bahwa semua organsiasi yang suda
dengan anggota yang stabil akan mempunyai budaya yang kuat. Robbin (1994:484) menyatakan bahwa "pengaruh kuat budaya organsiasi, makin penting
budaya tersebut cocok degan variabel-variabel strategi, lingkungan dan teknologi.
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar bertujuan menghasilkan tenaga
kependidikan yang terdiri dari Pamong Belajar, yang mampu mengembangkan ilmunya untuk pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, unsur yang amat menentukan adalah Warga Belajar dan Pamong Belajar. Keberhasilan warga belajar sebagai subjek belajar berkaitan dengan proses pribadi dalam menginternalisasi pengetahuan, nilai, sifat, sikap dan
keterampilan yang ada di sekitarnya. Sedangkan keberhasilan pamong belajar
sebagai subjek mengajar ditentukan oleh kualitas kinerja secara pribadi-pribadi.
Berdasarkan latar belakang masalah maka perlu kirannya diketahui
bagaimana budaya organisasi yang ada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Jawa Barat serta hubungannya dengan efektivitas kinerja Pamong Belajar
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Masalah budaya organisasi apabila dikaitkan terhadap kinerja Pamong
belajar tidak luput dari perhatian pemegang kebijakan baik di tingkat Ditjen
Diiklusepora maupun di tingkat propinsi, sehingga berbagai perlakuan telah
11
upaya yang positif demikian ternyata tidak didahului atau dibarengi oleh studi komprehensif dan penelitian yang mengukur mengenai kinerja pamong belajar. Dengan demikian perlakuan yang dikenakan terhadap pamong Belajar akan menjadi kurang bermakna karena tidak mengacu pada permasalahan pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja Pamong Belajar.
Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja Pamong Belajar tidak dengan
sendirinya berproses menghasilkan keluaran (ouput) yang diharapkan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan ekstemal. Yang tergoloug faktor
internal antara lain tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, motivasi, kepuasan kerja, komitmen. Kemauan mengembangkan diri dan etos kerja. Sedangkan yang tergolong faktor eksternal antara lain tingkat penghasilan, kondisi keluarga, fasilitas iklim kerja, hubungan antar manusia, kepemimpinan
dan lingkungan.
Penelitian berkenaan dengan masalah budaya organisasi dan iklim kerja
terhadap kinerja kerja pamong belajar Balai Pengembangan Kegiatan Belajar di Propinsi Jawa Barat dan di propinsi-propinsi lain di Indonesia, selama ini belum ditemukan melalui suatu hasil penelitian ilmiah. Kalaupun ada hanya sebatas laporan-laporan teknis penyelenggaraaan suatu program yang tidak secara
langsung mengungkapkan kinerja pamong belajar.
Agar diperoleh gambaran mengenai ruang lingkup kinerja Pamong Belajar
perlu dikemukakan rincian
tugas pokoknya. Tugas pokok Pamong Belajar
12
25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan
angka kreditnya yang terurai sebagai berikut.
Bidang kegiatan jabatan Pamong Belajar terdiri dari:
a. Pendidikan yang meliputi:
1) Pendidikan Sekolah dengan memperoleh ijazah/gelar
2) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional dengan memperoleh Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL)
b. Pengembangan model, meliputi:
1) Identifikasi kebutuhan belajar wilayah;
2) Perancangan model;
3) Uji coba model;
4) Penyusunan master model
5) Pembakuan model
c. Kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan
pembuatan percontohan, meliputi:
1) Persiapan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
2) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar;
3) Pemantauan kegiatan belajar mengajar;
4) Penilaian kegiatan belaj ar mengaj ar
d. Penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan
program, meliputi:
1) Persiapan pelaksanaan penilaian;
13
3) Pengolahan hasil penilaian; 4) Pelapopran hasil penilaian e. Pengembanganprofesi, meliputi:
1) Pelaksanaan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan;
2) Penemuan teknologi tepat guna di bidang pendidikan; 3) Pembuatan alat peraga/alat bimbingan/alat latihan; 4) Pelaksanaan kegiatan pengembangan kurikulum
f Penunjang pengembangan model, kegiatan belajar mengajar dan penilaian
meliputi:
1) Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat
2) Pelaksanaan kegiatan pendukung pendidikan
Pelaksanaan tugas Pamong Belajar tersebut mengacu pada pelaksanaan
fungsi Balai sebagaimana tertuang dalam program kerja Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah
penelitian ke dalam pertanyaan pokok sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh
budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja pamong belajar ?
Mengacu kepada permasalahan pokok di atas, maka permasalahan
penelitian secara rinci dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah
gambaran
kondisi
budaya
organisasi
pada
Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat?
2. Bagaimana gambaran iklim kerja pamong belajar di Balai Pengembangan
14
3. Bagaimana gambaran kinerja pamong belajar di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Propinsi Jawa Barat ?
4. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dengan
kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi
Jawa Barat ?
5. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara iklim kerja dengan kinerja
pamong belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa
Barat?
6. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dan iklim
kerja dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Propinsi Jawa Barat ?
C. Tujuan Penelian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
aktual dan jelas mengenai budaya organsiasi dan iklim kerja dalam kaitannya
dengan kinerja Pamong Belajar.
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai melalui penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui gambaran mengenai kondisi budaya organisasi pada Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai iklim kerja pamong belajar di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja pamong belajar di Balai
15
4. Mengetahui hubungan yang berarti antara budaya organisasi dengan kinerja
Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa
Barat.
5. Mengetahui hubungan yang berarti antara iklim kerja dengan kinerja pamong
belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa Barat.
6. Mengetahui hubungan yang berarti antara budaya organisasi dan iklim kerja
dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Propinsi Jawa Barat.
D. Manfaat Penelitian
/. Manfaat Teoretis
Secara konseptual hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
untuk mengembangkan teori-teori manajemen yang didasarkan pada upaya
mengembangkan konsep budaya organisasi dan iklim kerja sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja sebagaimana yang dikehendaki oleh para ahli tentang
konsep manajemen yang mengedepankan prinsip dan nilai-nilai organisasi secara
utuh. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat merumuskan formula
mengenai konsep budaya dan iklim kerja dalam organisasi yang dapat dijadikan
landasan operasional bagi para pamong belajar.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau
sumbangan pemikiran kepada pihak terkait terhadap aspek-aspek: (a) upaya
16
pemberdayaannya; (c) gambaran administrator yang berpotensi dalam mengembangkan manajemen; (d) kinerja manajemen yang efektif dan efisiensi ke
arah pengembangan yang diharapkan; (e) upaya-upaya pembinaan manajemen
untuk mengarahkan pengembangnya; (f) merancang jenis kegegiatan manajemen
yang kondusif untuk memacu kegiatan Pamong Belajar sehingga kualitas kinerja Pamong Belajar ada dalam kualifikasi sangat baik.
Secara rinci, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak, antara lain :
a) Sebagai bahan renungan atau refleksi bagi para pamong belajar untuk selalu
membenahi diri dan sebagai landasan berpijak dalam segala aktivitasnya
sehingga dapat mengena pada pencapaian tujuan lembaga BLKP.
b) Memberikan umpan balik (feed back) bagi para pamong dan pimpinan
organissi dalam menimuskan prioritas program pembelajaran yang perlu
dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya peserta didik.
c) Memberikan bahan informasi dan kajian empiris bagi para ahli administrasi
pendidikan, khususnya dalam mengembangkan formula yang tepat mengenai
budaya dan iklim kerja di suatu organisasi.
d) Dari hasil penelitian ini diharapkan secara tidak langsung memberi masukan
yang bermanfaat bagi BPKB agar mampu menciptakan budaya organisasi
yang kuat serta iklim kerja yang baik dan dapat meningkatkan kinerja para
pamong belajar yang mendukung pada kelanggengan dan pencapaian tujuan
17
e) Dapat menunjukkan seberapa besar hubungan budaya organisasi dan iklim
kerja terhadap kinerja pamong belajar pada Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB) Jawa Barat.
f) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berati bagi
penulis yaitu memperluas dan menambah wawasan baik secara teoritis
maupun praktis tentang disiplin ilmu Administrasi Pendidikan khususnya dan
umumnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
E. Anggapan Dasar
Sebagai anggapan dasar penelitian ini adalah :
1. Budaya organisasi merupakan suatu nilai yang menjadi pedoman sumber daya
manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian
integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi
hams memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimanan mereka harus bertindak
dan berperilaku (Susanto, 1997: 3).
2. Budaya dalam suatu organisasi mempunyai peran, yaitu (a) menetapkan tapal
batas, artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain; (b) budaya membawa suatu rasa identitas bagi
anggota-anggota organisasi; (c) budaya juga mempermudali timbulnya
18
berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku para pegawai (Robbin dalam Hadyana, 1996:
294).
3. Iklim organisasi berkaitan dengan kepemilikan yang merupakan ciri
keseluruhan organisasi termasuk sub unitnya selain itu iklim organisasi
menggambarkan keadaan suatu unit organisasi daripada menilainya. Iklim
organisasi berasal dari praktek-praktek rutin organisasi yang penting bagi
organisasi dan anggotanya; dan iklim organisasi mempengaruhi perilaku dan
sikap anggota organisasi (Marshall Poole dalam Hoy and Miskel, 2001 : 189).
4. Kinerja sebagai unjuk kerja yaitu sebagai keberhasilan seseorang dalam
melaksasnakan suatu pekerjaan. Perbedaan unjuk kerja antar individu dalam
situasi kerja adalah akibat adanya perbedaan karakteristik individu dan situasi
yang berbeda (LAN: 1992: 3; Maler, 1965).
5. Budaya orgamsasi yang kuat dan kohesif akan memotivasi secara internal para
anggota suatu organisasi untuk bekerja lebih produktif disiplin, rasa suka, dan
prilakunya. Perilaku kerja tersebut pada dasamya merupakan refleksi
nilai-nilai budaya organisasi. Keinginan untuk melakukan tindakan-tindakan dalam
bekerja dipengaruhi secara kuat oleh budaya organisasi karena memiliki
19
F. Definisi Operasional
Untuk mencegah terjadinya salah penafsiran atau terjadinya verbalisme
kata-kata maupun kalimat terhadap judul tesis ini , penulis memberikan
batasan-batasan tentang pengertian daripada istilah tersebut baik secara leksikal, maupun
secara gramatikal penggunaannya dalam penelitian ini. Untuk mengantisipasi
kekeliman dalam varibel-variabel ini, maka variabel tersebut secara operasional
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Budaya Organisasi
Yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini ialah
seperangkat nilai-nilai yang ada dan berlaku di dalam organisasi yang dijadikan
sebagai landasan untuk berperilaku para anggotanya. Aspek-aspek dari budaya
organsiasi meliputi: inovasi dan pengambilan resiko, perhatian kerincian, orientasi
hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan dan kemantapan.
2. Iklim Kerja
Peran manusia dan hubungannya dengan organisasi merupakan kunci
motivasi berkinerja tinggi. Untuk menciptakan hal tersebut diperlukan iklim kerja
yang kondusif yang menjamin rasa aman dalam bekerja. Komunikasi yang efektif
antara pimpinan dan pegawai merupakan salah satu faktor dalam menciptakan
iklim kerja yang kondusif, sehingga sikap pimpinan, umpan balik, dan mau
mendengarkan, sangat diperlukan untuk komunikasi yang baik. Pimpinan
20
pegawai memberikan dan memodifikasi pesan sehingga lebih dapat dimengeri dan
diterima. Pegawai yang bekerja dalam suasana kerja penuh pengertian dan positif
cenderung dapat menjadi pendengar yang lebih baik.
3. Kinerja Pamong Belajar Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)
Kinerja pamong belajar BPKB adalah tercapainya keberhasilan yang
dicapai seseorang pamong belajar hal ini dinilai berdasarkan pelaksanaan
pekerjaan yang sesuai dengan tugas pamong belajar. Penilaian ini berkaitan
dengan hasil akhir atau prilaku pamong belajar dalam melaksanakan tugas
sehari-harinya sebagai pamong belajar BPKB. Penilaian terhadap pamong belajar ini
berguna sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan
dan kekurangan dan prestasinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan kariemya. Sedangkan
kepentingan BPKB, penilaian kinerja berguna sebagai pengambilan keputusan
tentang berbagai hal seperti indetifikasi berbagai kebutuhan pendidikan dan
latihan, rekrutmen seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem
imbalan dan berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen kepegawaian
secara efektif. Penilaian untuk mengukur kinerja pegawai dinilai berdasarkan
faktor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan seperti kualitas
pekerjaan, kuantitas pekerjaan sifat, dan dapat tidaknya diandalkan kemampuan
Kemampuan atau kompetensi diartikan sebagai suatu sifat dasar seseorl
yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secari
efektif. Kompetensi ini dapat berupa motif dan keterampuilan kognitif atau
perilaku.
Bertitik tolak dari hal tersebut maka dapat ditinjau bagaimana pengaruh
budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja Pamong Belajar sehingga
dapat terciptanya iklim kerja yang kodusif
G. Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian terapan dengan jenis
metode penelitian deskriptif Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu setting kondisi, suatu pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1988).
Oleh karena itu untuk menunjang penerapan metode penelitian tersebut,
diperlukan langkah-langkah penelitian yang baik pula. Adapun langkah-langkah
penelitian menncakup.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara: (a) obervasi, pengambilan data
yang dilakukan dilapangan untuk memperoleh data yang nyata dan jelas; (b)
dokumentasi, pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumentasi atau
22
melalui penyebaran pertanyaan responden yang menjadi objek penelitian; (d)
wawancara, dilakukan kepada pegawai tertentu atau pemegang jabatan yang
berkopenten dalam meberikan penjelasan; dan (e) kajian literatur, pengumpulan
data yang didasarkan atas buku-buku ilmiah atau peraturan-peraturan yang tertulis
yang berhubungan dengan kebutuhan analisis pendahuluan ini dijadikan acuan
untuk menntukan alat yang digunakan dalam pengumpulan data.
2. Subyek Penelitian
Populasi, ialah "sekelompok atau individu atau peristiwa yang menjadi
perhatian penelitian yang akan dikenai generalisasi penelitian". Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian mi adalah seluruh Pamong Belajar BPKB Jawa
Barat.
Sampel, yaitu "suatu bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili
populasi " (Izzak Latunussa, 1998:8). Dengan demikian sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah mewakili populasi secara keseluruhan dan
ditentukan berdasarkan prosentase jumlah real populasi yang ada.
3. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa dengan bantuan
komputer dan menggunakan program SPSS, data perhitungan diolah. Kemudian
dilakukan pengujian statistik dengan tujuan untuk menganahsis dan mengetahui
23
berpengaruh sesuai dengan pokok permasalahan dari penelitian ini, yaitu dengan
melalakukan analisis regresi dan korelasi. Sehingga akan diketahui seberapa besar hubungan/pengaruh budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja Pamong
Belajar.
4. Analisis Hasil Penelitian
Setelah pengujian statistik yaitu dengan menggunakan langkah-langkah di
atas maka selanjutnya dilakukan analisis teoritis sesuai dengan teori-teori yang
berhubungan atau dengan kata lain melakukan analisa kualitatif dari permasalahan
tersebut.
5. Kesnnpulan dan saran
Dari hasil penelitian dapat diambil suatu kesimpulan yang dapat dijadikan
masukan/saran yang berguna terutama bagi kemajuan Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Jawa Barat.
H. Lokasi dan Sampel Penelitian
Lokasi dari penelitian ini adalah Balai Pengembangan kegiatan Belajar Jawa Barat. Dari lokasi ini sebagai populasinya adalah keseluruhan karakteristik,
unsur, nilai yang menyangkut budaya organisasi, iklim kerja dan kinerja Pamong
24
Pengembangan Kegiatan belajar Jawa Barat. Sedangkan sampel penelitian ini
adalah pamong belajar di BPKB Jawa Barat.
Setiap organisasi memiliki visi, misi, tujuan serta nilai-nilai yang dianut
dan dijadikan landasan dalam menjalankan roda organisasi, dimana setiap
nilai-nilai yang dianut dijadikan sikap dalam berperilaku merupakan budaya organisasi
masing-masing organisasi. Hal tersebut merupakan identitas yang memiliki
karakteristik yang berorientasi mutu sebagai berikut: inovasi dan pengambilan
resiko, perhatian kerincian, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim,
keagresipan dan kemantapan.
Kesemua karakteristik tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat
dijadikan nilai-nilai dalam budaya organisasi di BPKB dan nilai-nilai tersebut
dijadikan pedoman oleh para pamong belajar dalam bertindak dan berprilaku yang
25
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN IKLIM KERJA
TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR
Dl BPKB JAWA BARAT
BUDAYA
W*
ORGANISASI
i
BPKB
f
IKLIM KERJA
^ w
KINERJA
Dari paradigma di atas tercermin bahwa suatu organisasi (Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar) merupakan faktor pendukung yang sangat
penting yang menentukan bagaunana sikap dan penlaku individu yang terlibat di
dalamnya terutama berkaitan dengan kinerja dari masing-masing individu.
Budaya Organisasi mencerminkan peran yang sangat menentukan karena
26
bersama. Iklim kerja sangat mermpengaruhi produktivitas, sehingga Budaya
organisasi dan iklim kerja yang baik mencerminkan kinerja (performance) yang
baik, demikian pula sebaliknya, kinerja mengambarkan proses yang terjadi di
dalam lembaga Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Citra (image) yang baik akan menumbuhkan kebanggaan setiap induvidu lembaga Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Kebanggaan mencerminkan dari budaya lembaga Balai Pengembangan Kegiatan Belajar yang mampu dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk
mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interprestasi mengenai arti
data yang diteliti. Mengenai hal ini Surakhrnad (1985 :131) mengemukakan :
metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hiootesa, dengan mempergunakan teknik
serta alat-alat tertentu. Cara utama im dipergunakan setelah penyelidik
memnerhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi
penyelidikan.
Berkenaan dengan hal itu, maka penelitian yang akan dilakukan
menipakan penelitian terapan dengan jenis metode penelitian deskriptif. Metode
deskrintif vaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu setting kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.
Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dipergunakan
untuk memecahkan atau menjawab masalah yang sedang dihadapai pada simasi
sekarang, Pemyataan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukanan oleh Ali
(1985:121):
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk bempaya memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan
66
utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara
objektif dalam suatu deskripsi situasi.
Lebih jelasnya Surakhmad (1985: 140) mengemukakan beberapa ciri
metode deskriptif yaitu memuaskan diri pada pemecahan masalah-masalah yang
ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu
metode ini sering pula disebut metode analitik).
Tujuan dari penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan
antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1988: 63). Dalam arti yang luas, metode ini
tidak semata-mata hanya memberikan gambaran terhadap suatu fenomena, tetapi
juga menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa. membuat prediksi serta
mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.
Mengacu kepada uraian di atas, maka pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan survai yaitu penelitian yang diadakan untuk
memperoleh fakta dan gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual,
baik tentang institusi sosial, ekonomi, pendidikan atau politik dari suatu kelompok
ataupun suatu daerah. Pendekatan survai ini membedah dan menguliri serta
mengenai masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan
praktek yang sedang beriangsung (Naar, 1988: 65). Dalam pendekatan ini juga
dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah
dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya
dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa
67
sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel
(Kinsey dalam Nazir, 1988: 65).
Menurut Walizer & Wienir (Gufron, 1993) survai ini berkenaan dengan
suatu cara melakukan pengamatan dimana indikator-indikator mengenai variabel
adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan baik secara lisan
maupun tertulis. Dalam survai, pada umumnya informasi dikumpulkan dari
responden dengan menggunakan kuesioner.
Sesuai dengan masalah yang diteliti. yaitu tentang masalah-masalah aktual
pada masa sekarang, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dibantu
dengan studi kepustakaan (bibliografis).
Untuk memperoleh ketajaman dalam menafsirkan data dan menganahsis
masalah yang diteliti, maka perlu kiranya metode desknptif ini ditunjang oleh
studi yang menggali kajian-kajian keilmuan yang relevan serta mendukung
terhadap masalah yang diteliti. Studi ini dikenal dengan nama studi kepustakaan
atau bibliografis. Studi kepustakaan merupakan suatu cara untuk memperoleh
informasi atau keterangan melalui penelaahan terhadap berbagai sumber tertulis,
antara lain buku-buku, majalah, laporan penelitian, dan peraturan pemerintah yang
menunjang. Pentingnya studi kepustakaan, dikemukakan oleh Surakhmad (1985:
61):
Penyelidikan bibliografi tidak dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik
68
Melalui studi kepustakaan (bibliografis) penulis dapat menambahkan
pengetahuan yang menunjang terhadap pemecahan masalah yang diteliti, sehingga
informasi-infonnasi atau pengetahuan yang berbentuk teori tersebut dapat
dijadikan titik tolak atau dasar berpijak dalam mengkaji pennasalahan yang
terdapat di lapangan.
Objek penelitian ini, bertolak dari pengamh budaya organisasi di
lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) terhadap Kinerja
Pamong Belajar dan Iklim Kerja di lingkungan BPKB, hal ini sangat berkaitan
erat sehingga penelitian ini diarahkan dimana variabel bebas budaya organisasi
(Xi), variabel bebas Iklim Kerja (X2) dan variabel terikat Kinerja (Y).
Budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain inovasi
dan pengambilan resiko, perhatian kerincian, orientasi hasil, orientasi orang,
orientasi tim, keagresipan dan kemantapan. dan apabila dikaitkan dengan Kinerja
Pamong Belajar dan Iklim Kerja di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar akan
saling berkaitan dan dapat digambarkan sebagai berikut:
rxix:
Budaya
Organisasi
(Xi)
Iklim Kerja
(X2)
Pvxvxl
yx2
Kinerja
Pamong Belajar
[image:40.595.85.459.323.630.2](Y)
I u '" *•?!> I , '> 9^
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi. aRaii^
,„ ^
i\
• Si-*
mempengamhi kinerja Pamong Belajar. dan budaya organisasi i\lga^a\aij^,
berpengamh terhadap iklim kenja, dimana dapat ditarik pula suatu hubungan-.—'apabila budaya organisasi tercipta dengan baik maka akan mempengamhi kinerja
Pamong Belajar sehingga menghasilkan iklim kerja yang kondusif dalam bekerja
dan ini sesuai dengan hipotesis dari penelitian yang akan dibuktikan oleh hasil
penelitian ini.
B. Populasi Penelitian
Dalam setiap penelitian selalu berhadapan dengan sumber data. Sumber
data adalah yang dapat memberikan informasi sesuai permasalahan dan fokus
penelitian. Sumber data itu adalah populasi. Populasi merupakan unsur penting
dalam penelitian, karena tanpa populasi, data yang akan dioah tidak pernah ada,
yang berarti tidak ada penelitian. Subyek penelitian ini dapat bempa manusia,
benda, peristiwa, konsep, nilai dan sebaginya. Sebagaimana dikemukakan oleh
Surakhmad (1985 :64) bahwa "Populasi mempakan sekelompok subyek
penyelidikan baik manusia, gejala-gejala, benda-benda, nilai-nilai atau
peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan sutu penyelidikan ".
Populasi dalam penelitian ini adalah selumh Pamong Belajar Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat. Dalam penelitian ini pengambilan
sampel dilakukan secara acak untuk keseluruhan karyawan yang berada di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat. Dalam sampel acak setiap anggota
70
sampel mengacu kepada pendapat Ankunto (1997: 120) bahwa dalam pengambilan sampelnya, peneliti "mencampur" subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi
hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (chance)
dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subyek sama, maka penelitian
terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk
dijadikan sampel.
Bertolak dari penjelasan di atas, maka yang dijadikan populasi dalam
penelitian ini bempa manusia yaitu para Pamong Belajar Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Jawa Barat dengan jumlah Pamong Belajar 31 orang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan sebuah prosedur untuk memperoleh data
dalam usaha memecahkan permasalahan dengan menggunakan teknik-teknik
tertentu. sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan
dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Subino (1982: 7) berpendapat
bahwa : "Teknik Pengumpulan data dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengumpulkan informasi atau keterangan-keterangan tentang suatu objek
penelitian".
1. Penentuan Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan atas responden/sumber data lain yang telah ditentukan. Dalam penngumpulan data yang dibutuhkan adalah
71
bersangkutan. Ada beberapa faktor yang hams diperhatikan dalam menentukan
alat pengumpul data. Arikunto (1996:151) mengemukakan :
Faktor-faktor yang hams diperhatikan ketika nmenentukan alat pengumpul data yaitu jenis data yang diperlkan. sumber data (orang, hal, tempat, dokumen) metode pengumpulan data dan keinginan dari kendala-kendala
yang ada pada diri peneliti.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, untuk mengumpulkan data
yang akurat dan relevan dengan masalah yang diteliti, dipergunakan teknik
komunikasi tidak langsung melalui angket dan studi dokumentasi.
Angket adalah alat untuk mengumpulkan data dengan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang memerlukan jawaban
dari responden. Kartadinata (1988:43) mengemukakan bahwa : "Angket
merupakan perangkat pemyataan tertulis yang hams dijawab oleh responden
secara tertulis pula".
Sejalan dengan pendapat tersebut Faisal (1982: 176) mengemukakan
bahwa ".Angket bisa dilihat dadn disebut sebagai alat serta teknik pengumpulan
data yang: (a) mengandalkan informasi atau keterangan dari sumber, dan (b) data
dikumpulkan daftar pertanyaan tertulis".
Adapun angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, agar memperoleh jawaban-jawaban singkat dan objektif serta untuk
memudahkan tabulasi dan perhitungan.
Studi dokumentasi adalah alat yang dapat menunjang terpenuhinya
data-data yang dibutuhkan dan juga memberikan kontribusi dalam mempertajam
kumpulan yang akan diambil secara angket baik bempa arsip-arsip atau
72
2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data
Jenis alat pengumpul data yang dipergunakan adalah angket tertutup.
Adapun yang menjadi alasan menggunakan angket dalam penelitian ini adalah :
(a) tidak memeriukan hadimya penliti, (b) dalam waktu yang relatif singkat dapat
menghimpun data yang diperlukan, (c) dapat diperoleh data yang seragam
sehingga memudahkan dalam pengolahannya, dan (d) pengumpulan data akan
lebih efisien ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya.
Adapaun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalm penyusunan alat
pengumpulan data adalah :
a. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu variabel terikat X)
(Budaya Organisasi), variabel bebas X2 (Iklim Kerja), dan variabel Y (Kinerja
Pamong Belajar).
b. Menyusun kisi-kis angket
c. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dari
masing-masing variabel disertai altematifjawabannya.
d. Menetapkan jumlah item untuk setiap altematif jawaban yaitu menggunakan
skala Likert dengan 5 option yaitu :
Altematif Jawaban Bobot
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
73
3. Pengembangan Alat Pengumpul Data
Mengacu kepada masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan
pada bagian terdahulu, maka dikembangkan alat pengumpul data yaitu tentang
budaya organisasi, iklim kerja dan kinerja pamong. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan alat pengumpul data yang relevan dengan fokus
permasalahan. Alat pengumpul data ini dikonstruksi oleh oleh penulis sendiri
dengan mengacu kepada aspek yang diteliti. Aspek-aspek itu dikembangkan ke dalam kisi-kisi alat pengumpul seperti berikut.
Tabel 3.1
KISI-KISI ALAT PENGUNGKAP DATA
BUDAYAORGANISASI, IKLIM KERJA DAN KINERJA PAMONG
Vanabel Aspek Sumber Data No. Item
- Budaya -Inovasi dan Pamong Belajar 1.2.3.4.5.6
Organisasi Pengambilan Resiko
-Perhatian Kerincian Pamong Belajar 7.8,9,10.11,12
-Orientasi Hasil Pamong Belajar 13.14.15.16.17.18.19
-Orientasi Orang Pamong Belajar 20.21,22,23,24,25
-Orientasi Tim Pamong Belajar 26,27,28,29
-Keagresifan Pamong Belajar 30,31,32.33 -Kemantapa Pamong Belajar 34.35.36
- Iklim Kerja -Pemberdayaan manajemen
Pamong Belajar 1.2.3.4.5.6.
-Penerapan fungsi Pamong Belajar 7.8.9,10,11, manajemen
-Kinerja manajemen Pamong Belajar 12.13.14,15.16,
-Pembinaan manajemen Pamong Belajar 17.18,19,20 - Kinerja Pamong -Pengembangan
Model
Pamong Belajar 1.2.3.4.5.
-Kegiatan belajar Pamong Belajar 6,7,8,9 mengajar dalam
rangka pengembangan
model dan pembuatan i
percontohan
-Penilaian dalam rangka Pamong Belajar 10,11,12
pengembangan mutu
dan dampak
pelaksana-an program
74
4. Uji Coba Angket
Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenamya dilakukan, angket
yang akan digunakan terlebih daliulu diujicobakan. Pelaksanaan uji coba ini
dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item angket, baik dalam hal redaksi,
alternatif jawaban yang tersedia maupun maksud dalam pernyataan dan jawaban
tersebut. Faisal (1982 :189) mengemukakan pentingnya dilakukan uji coba
sebagai berikut:
Setelah angket disusun, lazimnya tidak langsung disebarluaskan untuk
penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan
datayang sebenamya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangatlah
mutlak diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.
Untuk uji coba ini penulis melakukan uji coba terhadap 5 orang Pamong
Belajar (responden) yang diambil dari luar sampel penelitian pada bulan Mei.
Setelah data untuk uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan
analisis statistik dengan tujuan untuk menguji valliditas dan reabilitasnya. Angket
dianggap valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesunggguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Angket dianggap reliabel
apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Dengan diketahui keterjaminan validitas dan reabilitas alat pengumpul
data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi atau memiliki validitas dan
a. Uji Validitas Instrumen
Pengujian
validitas
tiap
butir
digunakan
analisis
item,
yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir. Dalam tabel ditiunjukkkan skor totalnya, yang merupakan jumlah tiap
skor butir.
Untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi, seperti yang
diuraikan oleh Masrun, (1996:87) menyatakan " item yang mempunyai korelasi
positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan
bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3". Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan lebih jelas dengan mempergunakan Rumus Product
Moment:
rxv
"£*r-(L*X£n
(Suharsimi, 1977 :69)
{/iI*'-(XJ02}{".Ir2-<Xm
Artinya : rxy : koefisen korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
Pengujian signifikansi korelasi, dilakukan dengan rumus uji-t yaitu,
_
ryln-2
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden
76
Dari perhitungan harga hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t-tabel. Dengan ketentuan bila harga t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka butir item dianggap valid, dan bila harga t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka butir item dinyatakan tidak valid. Untuk mempermudah perhitungan uji validitas item alat pengumpul data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS for
Windows versi 10.0.
Pengujian validitas item alat budaya organisasi ini dilakukan dengan
mengkorelasikan antara skor setiap item dengan skor total. Dimana skor item
dikategorikan sebagai variabel X dengan skor total sebagai variabel Y. Dari hasil
pengujian dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 10.0,
dengan analisis korelasi dapat diketahui dari jumlah subyek sebanyak 26 orang,
diperoleh sebanyak 36 item berada pada nngkat kepercayaan antara 90% sampai
99%. Jadi dari seluruh item yaitu sebanyak 36 item dapar dipergunakan dalam
penelitian. Uji validitas item alat iklim kmerja pamong diketahui sebanyak 18
item dapat dipakai, karena berada pada tingkat kepercayaan 95% sampai 99%. Uji
validitas item kinerja pamong belajar diketahui bahwa sebanyak 19 item langsung
bisa dipakai, karena berada pada tingkat kepercayaan 95% sampai 99%, Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihatpadalampiran.
b. Uji Reabilitas Instrumen
Suatu alat test selain harus valid juga haras realibel. Suharsimi (1991 : 81)
menyatakan bahwa suatu tes mungkin realibel tetapi tidak valid. Sebaliknya
77
Untuk menguji reabilitas instrumen digunakan teknik belah dua (split half methods) terhadap instrumen yang disusun. Belahan pertama merupakan item
bemomor ganjil, dan belahan kedua item bemomor genap, kemudian keduanya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi Spearman Brown yaitu:
2X/-1/21/2
rtt =
l + rl/21/2
Dimana, Tmm sama dengan rxy yang dapat dicari dengan korelais product
moment, dengan rumus:
rxv =
>S*2-<X*)2H".x;j'2-(xm
Dimana;
X = Bilangan Ganjil
Y = Bilangan Genap
Setelah diperoleh harga rtt, langkah selanjutnya adalali pengujian
signifikansi korelasi Spearmen Brown tersebut dengan menggunakan statistik uji
t, yaitu :
_
rtt4n-2
Vk"')2
Ketentuan : Instrumen dianggap reliabel apabila harga t hitung lebih besar dari
t-tabel.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rrt sebesar 0,904 dengan tingkat
78
pamong belajar, koefisien korelasinya sebesar 0,898 dengan tingkat kepercayaan
sebesar 99%. Oleh karena itu alat iklim krerja pamong belajar memiliki tingkat
ketetapan alat yang cukup signifikan, sehingga alat ini dapat dipergunakan untuk
pengambilan data dalam penelitian ini. Uji reliabilitas untuk kinerja pamong
belajar menunjukkan koefisien korelasinya sebesar 0,965 dengan tingkat
kepercayaan sebesar 99%. Oleh karena itu alat kinerja pamong belajar memiliki
tingkat ketetapan alat yang cukup signifikan, sehingga alat ini dapat dipergunakan
untuk pengambilan data dalam penelitian ini.
5. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Setelah melakukan uji coba angket dan diketahui hasilnya, langkah
selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dan responden yang telah
ditentukan. Pengumpulan data dibagi dalam dua tahap yaitu tahap penyebaran
angket dan tahap pengambilan angket. Pelaksanaan pengumpulan data ini
dilakukan pada akhir bulan Juni.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan sewaktu penelitian berlangsung atau dilakukan
juga tatkala penelitian sesudah selesai. Maksud dilakukan analisis sewaktu
penelitian berlangsung, adalah untuk melihat apakali ada data yang kurang dan
tentunya dapat segera dilengkapi.
79
statistik non parametrik jika data-data yang diperlukan tidak terpenuhi asumsinya.
namun jika asumsi (nonnalitas dan linieritas) itu terpenuhi maka akan
menggunakan pendekatan statistik parametrik. Untuk mempermudah perhitungan data dilakukan dengan bantuan komputer program program SPSS for Window versi 10.0. Dalam perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi sederhana dan multifel korelasi. Korelasi sederhana dilakukan untuk
menganalisis hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Sedangkan analisis
multifel korelasi dimaksudkan untuk menguji hubungan antara vanabel Xj dan X2BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Uraian pada bab ini mengetengahkan bahasan mengenai kesimpulan dan implikasi hasil penelitian.
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pendirian Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat
didirikan pada TShun 1961 secara umum mengemban tugas untuk mengadakan
pengembangan program, bahan belajar, dan evaluasi, serta monitoring kegiatan pendidikan luar sekolah. Sejak tahun 1991 dengan Surat Keputusan Mendikbud
Nomor 0316/0/1991 lembaga ini mengalami perubahan baik tugas, fungsi,
maupun organisasinya. Tugas Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dalam
keputusan tersebut adalah mengembangkan dan melaksanakan program
pendidikan luar sekolah. Selanjutnya mulai tanggal 20 Februan 1997, melalui
Surat Keputusan Nomor 022/0/1997, Direktorat Jenderal Luar Sekolah Pemuda, dan Olahraga. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) memiliki perubahan tugas dan fungsinya dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Barat.
Secara umum kondisi budaya organisasi di lingkungan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat dengan kategori baik sekali yaitu
sebesar 69,23 % dan Baik 30,77 %.
118
Kondisi iklim kerja Pamong Belajar Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar Jawa Barat secara umum menunjukkan kategori baik, yaitu sebanyak
73,07%., gambaran ini dapat dikaitkan dengan adanya rasa aman, nyaman dan terlindungi dalam bekerja, yang membuat pegawai merasa puas dan terdorong
untuk bekerja optimal sehingga prestasi kerja dapattercapai.
Kondisi tingkat kinerja pamong belajar di lingkungan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat menunjukkan kategori baik, yaitu
sebanyak 76,92%. Hal ini didasari oleh penilaian aspek-aspek dalam kinerja Pamong Belajar antara lain; (1) Pengembangan model, (2) Kegiatan Belajar mengajar dalam rangka pengembangan Model dan Pembuatan Percontohan, (3)
Penilaian dalam Rangka Pengembangan Mutu dan Dampak Pelaksanaan Program
dan (4) Pengembangan Profesi di lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar Jawa Barat
Terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, yaitu sebesar 0,65 dan signifikan pada P < 0,01. Sedangkan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
pamong belajar yaitu sebanyak 42,3%.
Iklim kerja dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar menunjukkan korelasi antara variabel X2 dengan Y sebesar 0,255 dan signifikan pada P < 0,01. Tingkat pengaruh varibel Budaya Organisasi
19
Budaya organisasi membenkan pengaruh secara langsung terhadap kinerja
pamong belajar yaitu sebesar P= 0,635 dengan p <0,05. Ikim kerja ternyata tidak
secara langsung dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja pamong belajar,
yaitu sebesar P = 0,123 dengan p > 0,05. Iklim kerja dapat mempengaruhi kinerja
pamong berlajar tetapi melalui budaya organisasi yaitu sebesar r = 0,631 dengan
p < 0,01. Secara bersama-sama antara budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja pamong yaitu sebesar 0,653 dengan p = 0,01. Pengaruhnya dapat dilihat
dengan menggunakan formula Kd = r2 x 100%. Hasil perhitungannya adalah
0,6532 x 100% = 42,60%. Pengaruh antar variabel penelitian dapat dilihat seperti
pada gambar berikut.
Budaya Organisasi
(XI)
r = rxix2
0,631**
Px1x2
Iklim Kerja
(X2)
Kinerja Pamong Belajar
(Y)
B. Implikasi
Mengacu kepada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan terdahulu, maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan implikasi.
120
dalam pelaksanaan kinerja pamong belajar di BPKB Jawa Barat, sehingga dengan
begitu akan tercipta budaya organisasi dan iklim kerja yang kondusif.
Hasil penelitian menemukan bahwa iklim kerja ternyata tidak secara
langsung memberikan pengaruh terhadap kinerja pamong, oleh karena itu upaya yang hendaknya dilakukan oleh pengelola BLKP adalah secara psikologis menci