• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR DI BALAI PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR (BPKB) JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR DI BALAI PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR (BPKB) JAWA BARAT."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

:'<W,

PENGARUH BUDAYA ORGANiSASI DAN IKLIM KERJA

TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR

Dl BALAI PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR (BPKB)

JAWA BARAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

untuk Menempuh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

DEWI RAHAYU NIM. 009594

PROGRAM STUDi ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI OLEH

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASA^JANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

ABSTRAK

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat bertujuan

menghasilkan tenaga kependidikan yang terdiri dari Pamong Belajar, yang

mampu mengembangkan ilmunya untuk pembangunan masyarakat, bangsa dan

negara. Masalah budaya organisasi apabila dikaitkan terhadap kinerja pamong

belajar tidak luput dari perhatian pemegang kebijakan baik di tingkat Ditjen

Diklusepora maupun di tingkat propinsi, sehingga berbagai perlakuan telah

dilakukan terhadap pamong belajar, misalnya peningkatan pendidikan, pelatihan,

rekrutmen calon pamong belajar dan bimbinganb teknis lapangan.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah

penelitian ke dalam pertanyaan pokok berikut: Bagaimanakah pengaruh budaya

organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja pamong belajar ?

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memproleh gambaran yang

aktual dan jelas mengenai budaya organisasi dan iklim kerja dalam kaitannya dengan kinerja pamong belajar.

Berkenaan dengan hal itu, maka penelitian yang akan dilakukan

merupakan penelitian terapann dengan jems penelitian deskriptif, adapun sampel penelitiannya sebanyak 31 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.

Hasil penelitian secara umum menunjukkan kondisi budaya organisasi di lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat dengan kategon

baik sekali yaitu sebesar 69.23% dan kategori baik sebesar 30.77%. Kondisi iklim kerja pamong belajar balai pengembangan kegiatan belajar Jawa Barat secara

umum menunjukkan kategori baik, yaitu sebesar 73,07%. Kondisi kinerja pamong

belajar di lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat

menunjukkan kategori baik yaitu sebanyak 76,92%.

Terdapat hubungan yang berarri antara budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, yaitu sebesar 0,712 dan signifikan pada p < 0,01. Sedangkan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pamong belajar yaotu sebesar 50,8%. Iklim kerja dengan kinerja pamong belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar menunjukkan korelasi antara variabel X2 dengan Y sebesar 0,523 dan signifikan pada p < 0,01. Tingkat pengaruh variabel budaya organisasi terhadap kinerja pamong belajar sebanyak 27,4%. Terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dan iklim kerja yaitu

sebesar 0.719 dengan p < 0.01. Sedangkan pengaruhnya yaitu sebesar 51,6%. Rekomendasi hasil penelitian yang ditujukan kepada pengelola BPKB.

yaitu pihak BPKB diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih

baik lagi terhadap para peserta. Pelayanan yang diberikan yang paling utama

ditunjukkan oleh pimpinan sebagai seorang manajer di BPKB. Pelayanan tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan perencanaan kegiatan dengan secara tertulis yang tenata dengan sebaik-baiknya. Bagi pamong belajar hendaknya mampu

menanamkan kebiasaan kepada peserta didik untuk selalu belajar sepanjang hayat.

Pamong belajar hendaknya mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi

(4)

ABSTRACT

The Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB ) in West Java have an

aim to create teaching staff consisting ofPamong Belajar who have capacities to

develop their knowledges for the development of societies, nation, and state. Once

it is related to performance of Pamong Belajar, the complication of organizational

culture have not been escaped from interest of policy maker in both Ditjen

Diklusepora and provincies, so all sorts of treatments were committed to the

Pamong Belajar, for example, improvement of education, training, recruitment of

Pamong Belajar candidates, and direct technical leadership.

Based on the definition of complication, the research question might be

formulated into abasic question: What are the effect of organizational culture and

the influence ofactivities on the performance ofPamong Belajar ?

In general, the study have an aim to procure an actual, distinctly

description of both organizational culture and working climate in terms of

Pamong Belajar performance.

In the matter ofsuch a description, the study to be conducted is an applied

one and a type of descriptive research method; the sample of study are 31. The

datacollecting equipment is questionnaire.

The results ofstudy, generally, illustrated the organizational culture ofthe

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, West Java, in most good condition are in

category of 69,23 %, and in good condition are 30,77 %. The working climate

condition of Pamong Belajar of the Balai Pengembangan Kegiatan Belajar,

generally, indicated well category of 73,07 %. The performance of Pamong

Belajar in The Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, West Java, showed well

category of 76,92 %.

There is a significant correlation of organizational culture and Pamong

Belajar performance in the Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, that are 0,712

and significant over P < 0,01. While the effect of organizational culture on the

Pamong Belajar performance are 50,8 %. Both working climate and Pamong

Belajar performance in the Balai Pengembangan Kegiatan Belajar showed a

correlation ofX2 and Y variables are 0,523 and significant over P<0,01. The rate

ofvariable effect ofthe organizational culture on the Pamong Belajar performance

are 27 4 % There is significant correlation of both organizational culture and

working climate and the Pamong Belajar performance in the Balai Penembangan

Kegiatan Belajar some 0,719 and P<0,01. Whereas its impact are D1,6 %.

The recommendation ofthe researches to be directed to Manager ofThe

BPKB is anticipated the BPKB get be able to increase better quality of service to

the participants. Most importantly, such a service is presented by management

which is served as a manager ofthe BPKB. That service is realized in the form of

activity design in properly structured writing. For Pamong Belajar, it is necessary

to be able to implant customs in participants of education to continuously studies

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelian

D. Manfaat Penelitian

E. Anggapan Dasar

F. Definisi Operasional

G. Metode Penelitian

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Budaya Organisasi

1. Pengertian Budaya

2. Pengertian Organisasi

3. Pengertian Budaya Organisasi

4. Unsur-Unsur Budaya Organisasi

5. Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi

6. Pembentukan dan Pemeliharaan Budaya Organisasi

B. Iklim Kerja

1. Pengertian

2. Tipe Iklim Kerja dan Indikatornya

C. Pengertian kinerja dan Penilaian Kinerja

1. Definisi dan Pengertian-pengertian Kinerja

2. Penilaian Kinerja

(6)

D. Penilaian Kinerja Pamong Belajar Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar (BPKB)

1. Kinerja PamongBelajarDalam Penyuluhan

2. Kinerja Pamong Belajar Dalam Pembelajaran

3. Kinerja Pamong Belajar Dalam Pengembangan Profesi

E. Hasil Penelitian yang Relevan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. MetodePenelitian

B. Populasi Penelitian

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Penentuan Alat Pengumpulan Data

2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

3. Pengembangan Alat Pengumpul Data

4. Uji Coba Angket

5. Pelaksanaan Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

54 57 59 60 62 65 69 70 70 72 73 74 78 78

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Deskripsi Hasil Penelitian 80

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 80

2. Deskripsi Variabel Yang Diteliti 94

3. Deskripsi Hasil Pengolahan Data 94

a) Kondisi Umum Budaya Organisasi pada Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat 95

b) Kondisi Iklim Kerja pada Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar Jawa Barat 99

c) Tingkat kinerja Pamong Belajar Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar Jawa Barat 100

d) Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar 101

(7)

e) Hubungan Antara Iklim Kerja dengan Kinerja

Pamong Belajar di Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar 102

f) Hubungan Antara Budaya organisasi dan Iklim Kerja dengan Kinerja PamongBelajar di

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar 103

B. Pembahasan Hasil Penelitian 104

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Hasil Penelitian 117

B. Implikasi 119

C. Rekomendasi 122

DAFTAR PUSTAKA 129

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Paradigma Penelitian 24

2.1 Pembentukan Budaya Organisasi 40

2.2 Model Penilaian Kinerja yang Difokuskan pada Tujuan 52

2.3 Fakor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja 54

2.4 Bidang Kegiatan Jabatan Pamong Belajar 55

2.5 Proses Penyuluhan dalam Penyelenggaraan Program

PLS 59

3.1 Pola Hubungan Antar Variabel 68

4.1 Organisasi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa

Barat 85

4.2 Kondisi Umum Budaya Organisasi BPKB Jawa Barat 99

4.3 Model Hubungan Budaya Organisasi dan Iklim Kerja

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sumber-sumber yang menyebabkan kinerja tidak

efektif 53

3.1 Kisi-kisi alat pengungkap data

Budaya organisasi, iklim kerja dan kinerja pamong 73

4.1 Tenaga Administrasi BPKB Jawa Barat tahun

2001/2002 84

4.2 Tenaga Fungsional Pamong Belajar BPKB Jawa Barat

Tahun 2001/2001 85

4.3 Rekapitulasi Data Penelitian 95

4.4 Gambaran Budaya Organisasi Pamong Belajar Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat 96

4.5 Gambaran Umum Iklim Kerja Pada Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (Bpkb) Jawa Barat 100

4.6 Gambaran Umum Tingkat Kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. La tar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi dewasa ini berkembang dengan sangat cepat,

sehingga tidak ada bidang-bidang kehidupan yang belum terjamali olehnya, mulai

sektor rumah tangga sampai dengan antariksa.

Seiring dengan globalisasi, setiap negara akan berkompetisi agar dapat

tetap hidup mempertahankan kelangsungan negaranya. Begitu pun dengan negara

Indonesia. Masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat bersaing. baik dalam

teknologi maupun manajemen pendidikan, bisnis dan pemerintahan agar dapat

menghasilkan karya yang bermutu unggul. Hasil kerja karya yang bermutu unggul

dapat terwujud, jika didukung oleh sumber daya manusia yang bermutu unggul.

Kekuatan sumber daya manusia im akan berarti dengan adanya budaya organisasi.

Gagasan memandang organisasi sebagai budaya merupakan fenomena

yang relatif baru. Budaya organisasi merupakan pola dasar dalam penyampaian

nilai-nilai, keyakinan, perilaku dan anggapan yang diperoleh dalam suatu kurun

waktu para anggota organisasi. Dua puluh tahun yang lalu sebagian organisasi

semata-mata dibayangkan sebagai alat untuk mengkoordinasikan dan

mengendalikan kelompok orang dan di dalamnya ada tingkat vertikal,

departemen, hubungan wewenang dan seterusnya. Namun organisasi sebenarnya

lebih dari itu. Organisasi juga mempunyai kepribadian, yang membedakan antara

organisasi yang satu dengan organisasi lain. Budaya organisasi industri akan

(11)

berbeda dengan organisasi pendidikan, bahkan diantara organisasi pendidikan pun memiliki karakteristik yang berbeda pula. Nilai inti dari budaya organisasi biasanya lebih berfalsafah bahkan agak mirip dengan menekankan pada kualitas

yang merupakan karakter dari suatu organisasi. Sebagai contoh, menurut Chief

Executive Office (CEO) Salim Group, mereka mempunyai "corporate culture"

yang kuat yaitu "team work, hard working, dan loyal". Perusahan Hewlet

Packard (HP) mempunyai karakteristik budaya organisasi tertentu yaitu kewirausahaan dan kepercayaan. Hal inilah yang akhirnya mendorong para praktisi organisasi menyadari pentingnya peran yang dimainkan budaya tersebut

dalam kehidupan anggota-anggota organisasi.

Budaya adalah sesuatu yang sangat kompleks dan luas, menyangkut tentang perilaku, upacara/ritual, maupun kepercayaan. Seperti tarian dan maluku, atau lompat batu di pulau Nias, yang menggambarkan upacara-upacara tertentu. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Taliziduhu (1997: 45) yaitu

"Culture or civilization, taken in its wide thnographic ense, is (hat complex whole

which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other

capabilities and habits acquired by man a member of society. Maksud dari definisi di atas, bahwa kebudayaan atau peradaban ialah keseluruhan yang kompleks terdiri atas ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya juga kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai

anggota sosial/masyarakat

(12)

ditafsirkan, espoused values (tujuan, strategi, filsafat) dan basic underlaying

assumptions (kepercayaan, persepsi, perasaan dan sebagainya) yang menjadi

sumber nilai tindakan.

Secara khusus, J.L. Parpak (1993: 62) menyatakan bahwa "budaya

organisasi itu terdiri dari sistem nilai dan falsafah yang dianut bersama, dan

diperoleh serta dijalankan secara konsisten oleh pimpinan'. Stephen P. Robbins

mendefinisikan "budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang

dianut oleh anggota-anggota organisasi itu". Selam itu, Robbins juga memberikan

karakteristik utama yang menjadi pembeda organisasi. Karakteristik-karakteristik

itu adalah : (1) inovasi dan pengambilan resiko, (2) perhatian ke rincian, (3)

orientasi hasil, (4) orientasi orang, (5) orientasi tim, (6) keagresitan, dan (7)

kemantapan.

Budaya organisasi dapat dikatakan juga sebagai nilai-nilai yang dominan,

falsafah yang didukung oleh organisasi. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan

oleh Robbins sebagai berikut:

Budaya Organisasi itu adalah sebagai nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi, falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap

pegawai dan pelanggan, cara pekerjaan diperlakukan di tempat itu dan

asumsi atau kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi

(Robbins, 1994: 479)

Sejalan dengan masalah budaya organisasi tadi maka masalah kualitas

kinerja juga merupakan hal yang menarik untuk dikaji.

Kinerja biasa disebut juga dengan performance, " ...yang juga berarti prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja/unjuk

(13)

August W. Smith (1982: 393)

menyatakan bahwa performansi atau kinerja

adalah

"...output drive from processes. Hitman or otherwise".

Jadi dikatakannya

bahwa kinerja merupakan hasil atau output dari suatu proses.

Berbagai upaya dapat ditempuh untuk menciptakan produktivitas, salah

satunya adalah dengan meningkatkan kualitas kerja. Soeharsono Sagir (1985:

12) menyatakan bahwa ada enam faktor yang turut menentukan tingkat

produktivitas yaitu "...pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat

kesehatan, dan tingkat upah minimum". Dari keenam faktor tersebut secara

eksplisit dalam faktor iklim kerja diuraikan pentingnya hubungan manusiawi yang

serasi antara pimpinan dengan pegawai dan pegawai dengan pegawai lainnya.

Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil dari nilai-nilai

budaya organisasi, yang berarti pula bahwa kinerja juga merupakan manifestasi

nilai-nilai budaya yang ada.

Dari beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa budaya organisasi

memberikan pola/cara-cara berpikir, merasa dan menanggapi, yang menuntun

para peserta organisasi dalam mengambil keputusan dan dalam kegiatan-kegiatan

organisasi lainnya. Budaya organisasi yang kuat dan kohesif akan memotivasi

secara internal para anggota suatu organisasi untuk bekerja lebih produktif,

disiplin, rasa suka, dan prilakunya. Perilaku kerja tersebut pada dasamya

merupakan refleksi nilai-nilai budaya organisasi. Keinginan untuk melakukan

tindakan-tindakan dalam bekerja dipengaruhi secara kuat oleh budaya organisasi

karena memiliki nilai-nilai yang menjadi bagian dari organisasi secara

(14)

terhadap lingkungannya, yang akan memberikan jawaban apakah suatu tindakan

benar atau salah dan apakah perilaku dianjurkan atau tidak. Nilai-nilai tersebut

mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang sehingga setiap masalah dalam pekerjaan akan dilihat melalui kerangka berpikir berdasarkan nilai-nilai sebagai acuan. Kerangka budaya organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi inilah

yang harus dicari dan disesuaikan kalau organisasi ingin berhasil dalam

persaingan saat ini. Peter dan Waterman (Gibson) yang dikutip oleh Arif Rahman

(1997: 2) menyatakan bahwa kebudayaan itu dapat menjadi kekuatan positif dan

negatif dalam mencapai prestasi yang efektif.

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat adalah salah

satu UPT Ditjen Diklusepora di tingkat propinsi yang menurut SK. Mendikbud Rl

No. 022/0/1997 tanggal 20 Pebuari 1997 salah satu tugasnya adalah melaksanakan

pengembangan, bimbingan dan ujicoba program pendidikan luar sekolah, pemuda

dan olahraga berdasarkan kebijaksanaan Direktur Jenderal Pendidikan Luar

Sekolah, Pemuda dan Olahraga.

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) sebagai sub sistem dari pendidikan

nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi

perannya di masa yang akan datang. Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka

(15)

pendidikan sekolah memiliki kedudukan dan tanggung jawab bersama dalam

mewujudkan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

Berkenaan dengan itu, Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang

pendidikan luar sekolah Bab II pasal 2 mencantumkan bahwa :

1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin

dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupan.

2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap

mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri bekerja mecari nafkah

atau melanjutkan ketingkat/jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan

3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui

jalur pendidikan persekolahan.

Mulai tahun 2002 ini, pendidikan luar sekolah dan pemuda diarahkan pada

program life skill (keterampilan/kecakapan hidup) berbasis pendekatan Broad

Based Education (pendidikan berbasis luas) yaitu program pembelajaran yang

diarahkan pada peningkatan kemampuan dan pengembangan diri, melalui

pendekatan pendidikan yang berorientasi lebih luas, kuat dan mendasar sehingga

memungkinkan warga masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri

terhadap kemungkinan yang mungkin terjadi pada dirinya, baik yang berkaitan

dengan usaha atau pekerjaannya. Secara lebih jauh adalah sikap yang antisipatif

terhadap perkembangan masa datang(pilar learning to be).

Berkenaan dengan itu, maka kebijakan Ditjen PLSP dapat dirinci sebagai

(16)

Memperluas pelayanan pendidikan anak Dini Usia (PADU)

Menuntaskan pemberantasan buta aksara

Menunjang wajib belajar 9 tahun

Memperluas pendidikan keterampilan

Memperluas dan meningkatkan peran perempuan

Meningkatkan jumlah pertukaran pemuda antar daerah dan negara

Memperluas dan meningkatkan jumlah pemuda produktif

Memberdayakan pemuda dalam pembangunan (SP3)

Memperluas dan dan meningkatkan kelembagaan PKBM

Meningkatkan mutu dan relevansi penyelenggaraan kursus yang

diselenggarakan oleh masyarkat dan satuan PLS lainnya

Memenuhi jumlah dan mutu tenaga fugsional PLS

Memperkuat kemampuan kelembagaan UPT (Sanggar Kegiatan Belajar/ Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar).

Fungsi Balai Pengembagan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat adalah : 1. Pembuatan dan penyusunan model serta pengembangan program pendidikan

luar sekolah, pemuda dan olahraga.

2. Pelaksanaan ujicoba model dan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga yang dikembangkan menurut kondisi daerah setempat.

3. Penyebarluasan model dan pengembangan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga hasil ujicoba ke daerah yang sesuai.

(17)

5. Pengembangan dan pelaksanaan ujicoba model sarana belajaj

mendukung program kegiatan belajar pendidikan luar sekolah^

olahraga.

6. Pelaksanaan bimbingan teknis kepada Sanggar Kegiatan Belajar.

Program utama yang dikembangkan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar adalah (a) Pengembangan Program PLS, (b) Training-training, dan (c)

Pengembagan bahan belajar PLS.

Keberhasilan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dalam misinya dapat

dilihat kinerja dari masing-masing Pamong Belajar tersebut.

Kelompok tenaga fungsional atau Pamong Belajar adalah seseorang yang

diangkat dalam jabatan teknis yang mempunyai tugas di bidang :

1. Pendidikan

2. Pengembangan Model

3. Kegiatan Belajar Mengajar dalam Rangka Pengembangan Model dan

Pembuatan Percontohan

4. Penilaian dalam Rangka Pengendalian Mutu dan Dampak Pelaksanaan

Program.

5. Pengembangan Profesi

6. Penunjang Penyuluhan dan Pembelajaran

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) pada hakekatnya juga

merupakan suatu organisasi yang mempunyai budaya. Pada Balai Pengembangan

(18)

macam-macam kekuatan yang menurut Newstrom dalam Arif Rahman (1997:5), hal-hal

di atas itu merupakan karakteristik dari budaya organsiasi.

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dituntut untuk menjadi

sebuah Balai yang baik yang menjadi tujuan dari organisasi. Keberhasilan

pencapaian tujuan dalam suatu organisasi baik dalam skala kecil maupun skala

besar banyak ditentukan oleh kemampuan organisasi mengelola budaya

organisasinya.

Budaya yang kuat dirincikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut

kuat, diatur dengan baik dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak

anggota suatu organisasi menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat

kepentingan dan merasa sangat terikat kepada organisasi, maka makin kuat

budaya tersebut. Keterikatan anggota organisasi tersebut akan menimbulkan

keinginan untuk berprestasi dalam organisasi. Hal ini merupakan indikasi dan

Pamong Belajar yang memiliki kinerja tinggi.

Sehubungan dengan pendapat Peter dan Waterman yang dikutif oleh

Gibson (1994:41) yang menyatakan bahwa 'kebudayaan itu dapat menjadi

kekuatan yang positif dan kekuatan negatif dalam mencapai prestasi yang

efektif .Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organsiasi yang dianut

dengan kuat, diatur dengan baik dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak

anggota suatu organisasi menerima nilai-nilai inti, menyetujui jajaran tingkat

kepentingan dan merasa sangat terikat kepada organisasi, maka makin kuat

budaya tersebut. Organisasi yang muda atau yang turnover anggotanya tinggi,

(19)

pengalaman yang diterima bersama dan yang dapat menciptakan pengi

sama. Hal-hal diatas ini bukan berarti bahwa semua organsiasi yang suda

dengan anggota yang stabil akan mempunyai budaya yang kuat. Robbin (1994:484) menyatakan bahwa "pengaruh kuat budaya organsiasi, makin penting

budaya tersebut cocok degan variabel-variabel strategi, lingkungan dan teknologi.

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar bertujuan menghasilkan tenaga

kependidikan yang terdiri dari Pamong Belajar, yang mampu mengembangkan ilmunya untuk pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, unsur yang amat menentukan adalah Warga Belajar dan Pamong Belajar. Keberhasilan warga belajar sebagai subjek belajar berkaitan dengan proses pribadi dalam menginternalisasi pengetahuan, nilai, sifat, sikap dan

keterampilan yang ada di sekitarnya. Sedangkan keberhasilan pamong belajar

sebagai subjek mengajar ditentukan oleh kualitas kinerja secara pribadi-pribadi.

Berdasarkan latar belakang masalah maka perlu kirannya diketahui

bagaimana budaya organisasi yang ada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

Jawa Barat serta hubungannya dengan efektivitas kinerja Pamong Belajar

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Masalah budaya organisasi apabila dikaitkan terhadap kinerja Pamong

belajar tidak luput dari perhatian pemegang kebijakan baik di tingkat Ditjen

Diiklusepora maupun di tingkat propinsi, sehingga berbagai perlakuan telah

(20)

11

upaya yang positif demikian ternyata tidak didahului atau dibarengi oleh studi komprehensif dan penelitian yang mengukur mengenai kinerja pamong belajar. Dengan demikian perlakuan yang dikenakan terhadap pamong Belajar akan menjadi kurang bermakna karena tidak mengacu pada permasalahan pengaruh

budaya organisasi terhadap kinerja Pamong Belajar.

Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja Pamong Belajar tidak dengan

sendirinya berproses menghasilkan keluaran (ouput) yang diharapkan, sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan ekstemal. Yang tergoloug faktor

internal antara lain tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, motivasi, kepuasan kerja, komitmen. Kemauan mengembangkan diri dan etos kerja. Sedangkan yang tergolong faktor eksternal antara lain tingkat penghasilan, kondisi keluarga, fasilitas iklim kerja, hubungan antar manusia, kepemimpinan

dan lingkungan.

Penelitian berkenaan dengan masalah budaya organisasi dan iklim kerja

terhadap kinerja kerja pamong belajar Balai Pengembangan Kegiatan Belajar di Propinsi Jawa Barat dan di propinsi-propinsi lain di Indonesia, selama ini belum ditemukan melalui suatu hasil penelitian ilmiah. Kalaupun ada hanya sebatas laporan-laporan teknis penyelenggaraaan suatu program yang tidak secara

langsung mengungkapkan kinerja pamong belajar.

Agar diperoleh gambaran mengenai ruang lingkup kinerja Pamong Belajar

perlu dikemukakan rincian

tugas pokoknya. Tugas pokok Pamong Belajar

(21)

12

25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan

angka kreditnya yang terurai sebagai berikut.

Bidang kegiatan jabatan Pamong Belajar terdiri dari:

a. Pendidikan yang meliputi:

1) Pendidikan Sekolah dengan memperoleh ijazah/gelar

2) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional dengan memperoleh Surat Tanda

Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL)

b. Pengembangan model, meliputi:

1) Identifikasi kebutuhan belajar wilayah;

2) Perancangan model;

3) Uji coba model;

4) Penyusunan master model

5) Pembakuan model

c. Kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan

pembuatan percontohan, meliputi:

1) Persiapan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

2) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar;

3) Pemantauan kegiatan belajar mengajar;

4) Penilaian kegiatan belaj ar mengaj ar

d. Penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan

program, meliputi:

1) Persiapan pelaksanaan penilaian;

(22)

13

3) Pengolahan hasil penilaian; 4) Pelapopran hasil penilaian e. Pengembanganprofesi, meliputi:

1) Pelaksanaan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan;

2) Penemuan teknologi tepat guna di bidang pendidikan; 3) Pembuatan alat peraga/alat bimbingan/alat latihan; 4) Pelaksanaan kegiatan pengembangan kurikulum

f Penunjang pengembangan model, kegiatan belajar mengajar dan penilaian

meliputi:

1) Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat

2) Pelaksanaan kegiatan pendukung pendidikan

Pelaksanaan tugas Pamong Belajar tersebut mengacu pada pelaksanaan

fungsi Balai sebagaimana tertuang dalam program kerja Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah

penelitian ke dalam pertanyaan pokok sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh

budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja pamong belajar ?

Mengacu kepada permasalahan pokok di atas, maka permasalahan

penelitian secara rinci dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah

gambaran

kondisi

budaya

organisasi

pada

Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat?

2. Bagaimana gambaran iklim kerja pamong belajar di Balai Pengembangan

(23)

14

3. Bagaimana gambaran kinerja pamong belajar di Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar Propinsi Jawa Barat ?

4. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dengan

kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi

Jawa Barat ?

5. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara iklim kerja dengan kinerja

pamong belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa

Barat?

6. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dan iklim

kerja dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

Propinsi Jawa Barat ?

C. Tujuan Penelian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

aktual dan jelas mengenai budaya organsiasi dan iklim kerja dalam kaitannya

dengan kinerja Pamong Belajar.

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai melalui penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui gambaran mengenai kondisi budaya organisasi pada Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui gambaran mengenai iklim kerja pamong belajar di Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja pamong belajar di Balai

(24)

15

4. Mengetahui hubungan yang berarti antara budaya organisasi dengan kinerja

Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa

Barat.

5. Mengetahui hubungan yang berarti antara iklim kerja dengan kinerja pamong

belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Propinsi Jawa Barat.

6. Mengetahui hubungan yang berarti antara budaya organisasi dan iklim kerja

dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

Propinsi Jawa Barat.

D. Manfaat Penelitian

/. Manfaat Teoretis

Secara konseptual hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

untuk mengembangkan teori-teori manajemen yang didasarkan pada upaya

mengembangkan konsep budaya organisasi dan iklim kerja sebagai upaya untuk

meningkatkan kinerja sebagaimana yang dikehendaki oleh para ahli tentang

konsep manajemen yang mengedepankan prinsip dan nilai-nilai organisasi secara

utuh. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat merumuskan formula

mengenai konsep budaya dan iklim kerja dalam organisasi yang dapat dijadikan

landasan operasional bagi para pamong belajar.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau

sumbangan pemikiran kepada pihak terkait terhadap aspek-aspek: (a) upaya

(25)

16

pemberdayaannya; (c) gambaran administrator yang berpotensi dalam mengembangkan manajemen; (d) kinerja manajemen yang efektif dan efisiensi ke

arah pengembangan yang diharapkan; (e) upaya-upaya pembinaan manajemen

untuk mengarahkan pengembangnya; (f) merancang jenis kegegiatan manajemen

yang kondusif untuk memacu kegiatan Pamong Belajar sehingga kualitas kinerja Pamong Belajar ada dalam kualifikasi sangat baik.

Secara rinci, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

berbagai pihak, antara lain :

a) Sebagai bahan renungan atau refleksi bagi para pamong belajar untuk selalu

membenahi diri dan sebagai landasan berpijak dalam segala aktivitasnya

sehingga dapat mengena pada pencapaian tujuan lembaga BLKP.

b) Memberikan umpan balik (feed back) bagi para pamong dan pimpinan

organissi dalam menimuskan prioritas program pembelajaran yang perlu

dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya peserta didik.

c) Memberikan bahan informasi dan kajian empiris bagi para ahli administrasi

pendidikan, khususnya dalam mengembangkan formula yang tepat mengenai

budaya dan iklim kerja di suatu organisasi.

d) Dari hasil penelitian ini diharapkan secara tidak langsung memberi masukan

yang bermanfaat bagi BPKB agar mampu menciptakan budaya organisasi

yang kuat serta iklim kerja yang baik dan dapat meningkatkan kinerja para

pamong belajar yang mendukung pada kelanggengan dan pencapaian tujuan

(26)

17

e) Dapat menunjukkan seberapa besar hubungan budaya organisasi dan iklim

kerja terhadap kinerja pamong belajar pada Balai Pengembangan Kegiatan

Belajar (BPKB) Jawa Barat.

f) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berati bagi

penulis yaitu memperluas dan menambah wawasan baik secara teoritis

maupun praktis tentang disiplin ilmu Administrasi Pendidikan khususnya dan

umumnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

E. Anggapan Dasar

Sebagai anggapan dasar penelitian ini adalah :

1. Budaya organisasi merupakan suatu nilai yang menjadi pedoman sumber daya

manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian

integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi

hams memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimanan mereka harus bertindak

dan berperilaku (Susanto, 1997: 3).

2. Budaya dalam suatu organisasi mempunyai peran, yaitu (a) menetapkan tapal

batas, artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain; (b) budaya membawa suatu rasa identitas bagi

anggota-anggota organisasi; (c) budaya juga mempermudali timbulnya

(27)

18

berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan

membentuk sikap serta perilaku para pegawai (Robbin dalam Hadyana, 1996:

294).

3. Iklim organisasi berkaitan dengan kepemilikan yang merupakan ciri

keseluruhan organisasi termasuk sub unitnya selain itu iklim organisasi

menggambarkan keadaan suatu unit organisasi daripada menilainya. Iklim

organisasi berasal dari praktek-praktek rutin organisasi yang penting bagi

organisasi dan anggotanya; dan iklim organisasi mempengaruhi perilaku dan

sikap anggota organisasi (Marshall Poole dalam Hoy and Miskel, 2001 : 189).

4. Kinerja sebagai unjuk kerja yaitu sebagai keberhasilan seseorang dalam

melaksasnakan suatu pekerjaan. Perbedaan unjuk kerja antar individu dalam

situasi kerja adalah akibat adanya perbedaan karakteristik individu dan situasi

yang berbeda (LAN: 1992: 3; Maler, 1965).

5. Budaya orgamsasi yang kuat dan kohesif akan memotivasi secara internal para

anggota suatu organisasi untuk bekerja lebih produktif disiplin, rasa suka, dan

prilakunya. Perilaku kerja tersebut pada dasamya merupakan refleksi

nilai-nilai budaya organisasi. Keinginan untuk melakukan tindakan-tindakan dalam

bekerja dipengaruhi secara kuat oleh budaya organisasi karena memiliki

(28)

19

F. Definisi Operasional

Untuk mencegah terjadinya salah penafsiran atau terjadinya verbalisme

kata-kata maupun kalimat terhadap judul tesis ini , penulis memberikan

batasan-batasan tentang pengertian daripada istilah tersebut baik secara leksikal, maupun

secara gramatikal penggunaannya dalam penelitian ini. Untuk mengantisipasi

kekeliman dalam varibel-variabel ini, maka variabel tersebut secara operasional

dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Budaya Organisasi

Yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini ialah

seperangkat nilai-nilai yang ada dan berlaku di dalam organisasi yang dijadikan

sebagai landasan untuk berperilaku para anggotanya. Aspek-aspek dari budaya

organsiasi meliputi: inovasi dan pengambilan resiko, perhatian kerincian, orientasi

hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan dan kemantapan.

2. Iklim Kerja

Peran manusia dan hubungannya dengan organisasi merupakan kunci

motivasi berkinerja tinggi. Untuk menciptakan hal tersebut diperlukan iklim kerja

yang kondusif yang menjamin rasa aman dalam bekerja. Komunikasi yang efektif

antara pimpinan dan pegawai merupakan salah satu faktor dalam menciptakan

iklim kerja yang kondusif, sehingga sikap pimpinan, umpan balik, dan mau

mendengarkan, sangat diperlukan untuk komunikasi yang baik. Pimpinan

(29)

20

pegawai memberikan dan memodifikasi pesan sehingga lebih dapat dimengeri dan

diterima. Pegawai yang bekerja dalam suasana kerja penuh pengertian dan positif

cenderung dapat menjadi pendengar yang lebih baik.

3. Kinerja Pamong Belajar Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)

Kinerja pamong belajar BPKB adalah tercapainya keberhasilan yang

dicapai seseorang pamong belajar hal ini dinilai berdasarkan pelaksanaan

pekerjaan yang sesuai dengan tugas pamong belajar. Penilaian ini berkaitan

dengan hasil akhir atau prilaku pamong belajar dalam melaksanakan tugas

sehari-harinya sebagai pamong belajar BPKB. Penilaian terhadap pamong belajar ini

berguna sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan

dan kekurangan dan prestasinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk

menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan kariemya. Sedangkan

kepentingan BPKB, penilaian kinerja berguna sebagai pengambilan keputusan

tentang berbagai hal seperti indetifikasi berbagai kebutuhan pendidikan dan

latihan, rekrutmen seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem

imbalan dan berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen kepegawaian

secara efektif. Penilaian untuk mengukur kinerja pegawai dinilai berdasarkan

faktor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan seperti kualitas

pekerjaan, kuantitas pekerjaan sifat, dan dapat tidaknya diandalkan kemampuan

(30)

Kemampuan atau kompetensi diartikan sebagai suatu sifat dasar seseorl

yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secari

efektif. Kompetensi ini dapat berupa motif dan keterampuilan kognitif atau

perilaku.

Bertitik tolak dari hal tersebut maka dapat ditinjau bagaimana pengaruh

budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja Pamong Belajar sehingga

dapat terciptanya iklim kerja yang kodusif

G. Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian terapan dengan jenis

metode penelitian deskriptif Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti

status sekelompok manusia, suatu objek, suatu setting kondisi, suatu pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1988).

Oleh karena itu untuk menunjang penerapan metode penelitian tersebut,

diperlukan langkah-langkah penelitian yang baik pula. Adapun langkah-langkah

penelitian menncakup.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara: (a) obervasi, pengambilan data

yang dilakukan dilapangan untuk memperoleh data yang nyata dan jelas; (b)

dokumentasi, pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumentasi atau

(31)

22

melalui penyebaran pertanyaan responden yang menjadi objek penelitian; (d)

wawancara, dilakukan kepada pegawai tertentu atau pemegang jabatan yang

berkopenten dalam meberikan penjelasan; dan (e) kajian literatur, pengumpulan

data yang didasarkan atas buku-buku ilmiah atau peraturan-peraturan yang tertulis

yang berhubungan dengan kebutuhan analisis pendahuluan ini dijadikan acuan

untuk menntukan alat yang digunakan dalam pengumpulan data.

2. Subyek Penelitian

Populasi, ialah "sekelompok atau individu atau peristiwa yang menjadi

perhatian penelitian yang akan dikenai generalisasi penelitian". Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian mi adalah seluruh Pamong Belajar BPKB Jawa

Barat.

Sampel, yaitu "suatu bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili

populasi " (Izzak Latunussa, 1998:8). Dengan demikian sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah mewakili populasi secara keseluruhan dan

ditentukan berdasarkan prosentase jumlah real populasi yang ada.

3. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa dengan bantuan

komputer dan menggunakan program SPSS, data perhitungan diolah. Kemudian

dilakukan pengujian statistik dengan tujuan untuk menganahsis dan mengetahui

(32)

23

berpengaruh sesuai dengan pokok permasalahan dari penelitian ini, yaitu dengan

melalakukan analisis regresi dan korelasi. Sehingga akan diketahui seberapa besar hubungan/pengaruh budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja Pamong

Belajar.

4. Analisis Hasil Penelitian

Setelah pengujian statistik yaitu dengan menggunakan langkah-langkah di

atas maka selanjutnya dilakukan analisis teoritis sesuai dengan teori-teori yang

berhubungan atau dengan kata lain melakukan analisa kualitatif dari permasalahan

tersebut.

5. Kesnnpulan dan saran

Dari hasil penelitian dapat diambil suatu kesimpulan yang dapat dijadikan

masukan/saran yang berguna terutama bagi kemajuan Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar Jawa Barat.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah Balai Pengembangan kegiatan Belajar Jawa Barat. Dari lokasi ini sebagai populasinya adalah keseluruhan karakteristik,

unsur, nilai yang menyangkut budaya organisasi, iklim kerja dan kinerja Pamong

(33)

24

Pengembangan Kegiatan belajar Jawa Barat. Sedangkan sampel penelitian ini

adalah pamong belajar di BPKB Jawa Barat.

Setiap organisasi memiliki visi, misi, tujuan serta nilai-nilai yang dianut

dan dijadikan landasan dalam menjalankan roda organisasi, dimana setiap

nilai-nilai yang dianut dijadikan sikap dalam berperilaku merupakan budaya organisasi

masing-masing organisasi. Hal tersebut merupakan identitas yang memiliki

karakteristik yang berorientasi mutu sebagai berikut: inovasi dan pengambilan

resiko, perhatian kerincian, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim,

keagresipan dan kemantapan.

Kesemua karakteristik tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat

dijadikan nilai-nilai dalam budaya organisasi di BPKB dan nilai-nilai tersebut

dijadikan pedoman oleh para pamong belajar dalam bertindak dan berprilaku yang

(34)

25

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN IKLIM KERJA

TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR

Dl BPKB JAWA BARAT

BUDAYA

W*

ORGANISASI

i

BPKB

f

IKLIM KERJA

^ w

KINERJA

Dari paradigma di atas tercermin bahwa suatu organisasi (Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar) merupakan faktor pendukung yang sangat

penting yang menentukan bagaunana sikap dan penlaku individu yang terlibat di

dalamnya terutama berkaitan dengan kinerja dari masing-masing individu.

Budaya Organisasi mencerminkan peran yang sangat menentukan karena

(35)

26

bersama. Iklim kerja sangat mermpengaruhi produktivitas, sehingga Budaya

organisasi dan iklim kerja yang baik mencerminkan kinerja (performance) yang

baik, demikian pula sebaliknya, kinerja mengambarkan proses yang terjadi di

dalam lembaga Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

Citra (image) yang baik akan menumbuhkan kebanggaan setiap induvidu lembaga Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Kebanggaan mencerminkan dari budaya lembaga Balai Pengembangan Kegiatan Belajar yang mampu dan

(36)
(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk

mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interprestasi mengenai arti

data yang diteliti. Mengenai hal ini Surakhrnad (1985 :131) mengemukakan :

metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan,

misalnya untuk menguji serangkaian hiootesa, dengan mempergunakan teknik

serta alat-alat tertentu. Cara utama im dipergunakan setelah penyelidik

memnerhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi

penyelidikan.

Berkenaan dengan hal itu, maka penelitian yang akan dilakukan

menipakan penelitian terapan dengan jenis metode penelitian deskriptif. Metode

deskrintif vaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu setting kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang.

Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dipergunakan

untuk memecahkan atau menjawab masalah yang sedang dihadapai pada simasi

sekarang, Pemyataan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukanan oleh Ali

(1985:121):

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk bempaya memecahkan atau

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan

(38)

66

utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara

objektif dalam suatu deskripsi situasi.

Lebih jelasnya Surakhmad (1985: 140) mengemukakan beberapa ciri

metode deskriptif yaitu memuaskan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu

metode ini sering pula disebut metode analitik).

Tujuan dari penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan

antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1988: 63). Dalam arti yang luas, metode ini

tidak semata-mata hanya memberikan gambaran terhadap suatu fenomena, tetapi

juga menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa. membuat prediksi serta

mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

Mengacu kepada uraian di atas, maka pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan survai yaitu penelitian yang diadakan untuk

memperoleh fakta dan gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual,

baik tentang institusi sosial, ekonomi, pendidikan atau politik dari suatu kelompok

ataupun suatu daerah. Pendekatan survai ini membedah dan menguliri serta

mengenai masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan

praktek yang sedang beriangsung (Naar, 1988: 65). Dalam pendekatan ini juga

dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah

dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya

dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa

(39)

67

sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel

(Kinsey dalam Nazir, 1988: 65).

Menurut Walizer & Wienir (Gufron, 1993) survai ini berkenaan dengan

suatu cara melakukan pengamatan dimana indikator-indikator mengenai variabel

adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan baik secara lisan

maupun tertulis. Dalam survai, pada umumnya informasi dikumpulkan dari

responden dengan menggunakan kuesioner.

Sesuai dengan masalah yang diteliti. yaitu tentang masalah-masalah aktual

pada masa sekarang, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dibantu

dengan studi kepustakaan (bibliografis).

Untuk memperoleh ketajaman dalam menafsirkan data dan menganahsis

masalah yang diteliti, maka perlu kiranya metode desknptif ini ditunjang oleh

studi yang menggali kajian-kajian keilmuan yang relevan serta mendukung

terhadap masalah yang diteliti. Studi ini dikenal dengan nama studi kepustakaan

atau bibliografis. Studi kepustakaan merupakan suatu cara untuk memperoleh

informasi atau keterangan melalui penelaahan terhadap berbagai sumber tertulis,

antara lain buku-buku, majalah, laporan penelitian, dan peraturan pemerintah yang

menunjang. Pentingnya studi kepustakaan, dikemukakan oleh Surakhmad (1985:

61):

Penyelidikan bibliografi tidak dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik

(40)

68

Melalui studi kepustakaan (bibliografis) penulis dapat menambahkan

pengetahuan yang menunjang terhadap pemecahan masalah yang diteliti, sehingga

informasi-infonnasi atau pengetahuan yang berbentuk teori tersebut dapat

dijadikan titik tolak atau dasar berpijak dalam mengkaji pennasalahan yang

terdapat di lapangan.

Objek penelitian ini, bertolak dari pengamh budaya organisasi di

lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) terhadap Kinerja

Pamong Belajar dan Iklim Kerja di lingkungan BPKB, hal ini sangat berkaitan

erat sehingga penelitian ini diarahkan dimana variabel bebas budaya organisasi

(Xi), variabel bebas Iklim Kerja (X2) dan variabel terikat Kinerja (Y).

Budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain inovasi

dan pengambilan resiko, perhatian kerincian, orientasi hasil, orientasi orang,

orientasi tim, keagresipan dan kemantapan. dan apabila dikaitkan dengan Kinerja

Pamong Belajar dan Iklim Kerja di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar akan

saling berkaitan dan dapat digambarkan sebagai berikut:

rxix:

Budaya

Organisasi

(Xi)

Iklim Kerja

(X2)

Pvxvxl

yx2

Kinerja

Pamong Belajar

[image:40.595.85.459.323.630.2]

(Y)

(41)

I u '" *•?!> I , '> 9^

Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi. aRaii^

,„ ^

i\

• Si-*

mempengamhi kinerja Pamong Belajar. dan budaya organisasi i\lga^a\aij^,

berpengamh terhadap iklim kenja, dimana dapat ditarik pula suatu hubungan-.—'

apabila budaya organisasi tercipta dengan baik maka akan mempengamhi kinerja

Pamong Belajar sehingga menghasilkan iklim kerja yang kondusif dalam bekerja

dan ini sesuai dengan hipotesis dari penelitian yang akan dibuktikan oleh hasil

penelitian ini.

B. Populasi Penelitian

Dalam setiap penelitian selalu berhadapan dengan sumber data. Sumber

data adalah yang dapat memberikan informasi sesuai permasalahan dan fokus

penelitian. Sumber data itu adalah populasi. Populasi merupakan unsur penting

dalam penelitian, karena tanpa populasi, data yang akan dioah tidak pernah ada,

yang berarti tidak ada penelitian. Subyek penelitian ini dapat bempa manusia,

benda, peristiwa, konsep, nilai dan sebaginya. Sebagaimana dikemukakan oleh

Surakhmad (1985 :64) bahwa "Populasi mempakan sekelompok subyek

penyelidikan baik manusia, gejala-gejala, benda-benda, nilai-nilai atau

peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan sutu penyelidikan ".

Populasi dalam penelitian ini adalah selumh Pamong Belajar Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat. Dalam penelitian ini pengambilan

sampel dilakukan secara acak untuk keseluruhan karyawan yang berada di Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat. Dalam sampel acak setiap anggota

(42)

70

sampel mengacu kepada pendapat Ankunto (1997: 120) bahwa dalam pengambilan sampelnya, peneliti "mencampur" subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi

hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (chance)

dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subyek sama, maka penelitian

terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk

dijadikan sampel.

Bertolak dari penjelasan di atas, maka yang dijadikan populasi dalam

penelitian ini bempa manusia yaitu para Pamong Belajar Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar Jawa Barat dengan jumlah Pamong Belajar 31 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan sebuah prosedur untuk memperoleh data

dalam usaha memecahkan permasalahan dengan menggunakan teknik-teknik

tertentu. sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan

dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Subino (1982: 7) berpendapat

bahwa : "Teknik Pengumpulan data dimaksudkan sebagai upaya untuk

mengumpulkan informasi atau keterangan-keterangan tentang suatu objek

penelitian".

1. Penentuan Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan atas responden/sumber data lain yang telah ditentukan. Dalam penngumpulan data yang dibutuhkan adalah

(43)

71

bersangkutan. Ada beberapa faktor yang hams diperhatikan dalam menentukan

alat pengumpul data. Arikunto (1996:151) mengemukakan :

Faktor-faktor yang hams diperhatikan ketika nmenentukan alat pengumpul data yaitu jenis data yang diperlkan. sumber data (orang, hal, tempat, dokumen) metode pengumpulan data dan keinginan dari kendala-kendala

yang ada pada diri peneliti.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, untuk mengumpulkan data

yang akurat dan relevan dengan masalah yang diteliti, dipergunakan teknik

komunikasi tidak langsung melalui angket dan studi dokumentasi.

Angket adalah alat untuk mengumpulkan data dengan sejumlah

pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang memerlukan jawaban

dari responden. Kartadinata (1988:43) mengemukakan bahwa : "Angket

merupakan perangkat pemyataan tertulis yang hams dijawab oleh responden

secara tertulis pula".

Sejalan dengan pendapat tersebut Faisal (1982: 176) mengemukakan

bahwa ".Angket bisa dilihat dadn disebut sebagai alat serta teknik pengumpulan

data yang: (a) mengandalkan informasi atau keterangan dari sumber, dan (b) data

dikumpulkan daftar pertanyaan tertulis".

Adapun angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket

tertutup, agar memperoleh jawaban-jawaban singkat dan objektif serta untuk

memudahkan tabulasi dan perhitungan.

Studi dokumentasi adalah alat yang dapat menunjang terpenuhinya

data-data yang dibutuhkan dan juga memberikan kontribusi dalam mempertajam

kumpulan yang akan diambil secara angket baik bempa arsip-arsip atau

(44)

72

2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Jenis alat pengumpul data yang dipergunakan adalah angket tertutup.

Adapun yang menjadi alasan menggunakan angket dalam penelitian ini adalah :

(a) tidak memeriukan hadimya penliti, (b) dalam waktu yang relatif singkat dapat

menghimpun data yang diperlukan, (c) dapat diperoleh data yang seragam

sehingga memudahkan dalam pengolahannya, dan (d) pengumpulan data akan

lebih efisien ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya.

Adapaun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalm penyusunan alat

pengumpulan data adalah :

a. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu variabel terikat X)

(Budaya Organisasi), variabel bebas X2 (Iklim Kerja), dan variabel Y (Kinerja

Pamong Belajar).

b. Menyusun kisi-kis angket

c. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dari

masing-masing variabel disertai altematifjawabannya.

d. Menetapkan jumlah item untuk setiap altematif jawaban yaitu menggunakan

skala Likert dengan 5 option yaitu :

Altematif Jawaban Bobot

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

(45)

73

3. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Mengacu kepada masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan

pada bagian terdahulu, maka dikembangkan alat pengumpul data yaitu tentang

budaya organisasi, iklim kerja dan kinerja pamong. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan alat pengumpul data yang relevan dengan fokus

permasalahan. Alat pengumpul data ini dikonstruksi oleh oleh penulis sendiri

dengan mengacu kepada aspek yang diteliti. Aspek-aspek itu dikembangkan ke dalam kisi-kisi alat pengumpul seperti berikut.

Tabel 3.1

KISI-KISI ALAT PENGUNGKAP DATA

BUDAYAORGANISASI, IKLIM KERJA DAN KINERJA PAMONG

Vanabel Aspek Sumber Data No. Item

- Budaya -Inovasi dan Pamong Belajar 1.2.3.4.5.6

Organisasi Pengambilan Resiko

-Perhatian Kerincian Pamong Belajar 7.8,9,10.11,12

-Orientasi Hasil Pamong Belajar 13.14.15.16.17.18.19

-Orientasi Orang Pamong Belajar 20.21,22,23,24,25

-Orientasi Tim Pamong Belajar 26,27,28,29

-Keagresifan Pamong Belajar 30,31,32.33 -Kemantapa Pamong Belajar 34.35.36

- Iklim Kerja -Pemberdayaan manajemen

Pamong Belajar 1.2.3.4.5.6.

-Penerapan fungsi Pamong Belajar 7.8.9,10,11, manajemen

-Kinerja manajemen Pamong Belajar 12.13.14,15.16,

-Pembinaan manajemen Pamong Belajar 17.18,19,20 - Kinerja Pamong -Pengembangan

Model

Pamong Belajar 1.2.3.4.5.

-Kegiatan belajar Pamong Belajar 6,7,8,9 mengajar dalam

rangka pengembangan

model dan pembuatan i

percontohan

-Penilaian dalam rangka Pamong Belajar 10,11,12

pengembangan mutu

dan dampak

pelaksana-an program

(46)

74

4. Uji Coba Angket

Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenamya dilakukan, angket

yang akan digunakan terlebih daliulu diujicobakan. Pelaksanaan uji coba ini

dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan

kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item angket, baik dalam hal redaksi,

alternatif jawaban yang tersedia maupun maksud dalam pernyataan dan jawaban

tersebut. Faisal (1982 :189) mengemukakan pentingnya dilakukan uji coba

sebagai berikut:

Setelah angket disusun, lazimnya tidak langsung disebarluaskan untuk

penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan

datayang sebenamya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangatlah

mutlak diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.

Untuk uji coba ini penulis melakukan uji coba terhadap 5 orang Pamong

Belajar (responden) yang diambil dari luar sampel penelitian pada bulan Mei.

Setelah data untuk uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan

analisis statistik dengan tujuan untuk menguji valliditas dan reabilitasnya. Angket

dianggap valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data

yang sesunggguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Angket dianggap reliabel

apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Dengan diketahui keterjaminan validitas dan reabilitas alat pengumpul

data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi atau memiliki validitas dan

(47)

a. Uji Validitas Instrumen

Pengujian

validitas

tiap

butir

digunakan

analisis

item,

yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap

skor butir. Dalam tabel ditiunjukkkan skor totalnya, yang merupakan jumlah tiap

skor butir.

Untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi, seperti yang

diuraikan oleh Masrun, (1996:87) menyatakan " item yang mempunyai korelasi

positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan

bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3". Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan lebih jelas dengan mempergunakan Rumus Product

Moment:

rxv

"£*r-(L*X£n

(Suharsimi, 1977 :69)

{/iI*'-(XJ02}{".Ir2-<Xm

Artinya : rxy : koefisen korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

Pengujian signifikansi korelasi, dilakukan dengan rumus uji-t yaitu,

_

ryln-2

Keterangan :

r = koefisien korelasi

n = jumlah responden

(48)

76

Dari perhitungan harga hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t-tabel. Dengan ketentuan bila harga t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka butir item dianggap valid, dan bila harga t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka butir item dinyatakan tidak valid. Untuk mempermudah perhitungan uji validitas item alat pengumpul data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS for

Windows versi 10.0.

Pengujian validitas item alat budaya organisasi ini dilakukan dengan

mengkorelasikan antara skor setiap item dengan skor total. Dimana skor item

dikategorikan sebagai variabel X dengan skor total sebagai variabel Y. Dari hasil

pengujian dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 10.0,

dengan analisis korelasi dapat diketahui dari jumlah subyek sebanyak 26 orang,

diperoleh sebanyak 36 item berada pada nngkat kepercayaan antara 90% sampai

99%. Jadi dari seluruh item yaitu sebanyak 36 item dapar dipergunakan dalam

penelitian. Uji validitas item alat iklim kmerja pamong diketahui sebanyak 18

item dapat dipakai, karena berada pada tingkat kepercayaan 95% sampai 99%. Uji

validitas item kinerja pamong belajar diketahui bahwa sebanyak 19 item langsung

bisa dipakai, karena berada pada tingkat kepercayaan 95% sampai 99%, Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihatpadalampiran.

b. Uji Reabilitas Instrumen

Suatu alat test selain harus valid juga haras realibel. Suharsimi (1991 : 81)

menyatakan bahwa suatu tes mungkin realibel tetapi tidak valid. Sebaliknya

(49)

77

Untuk menguji reabilitas instrumen digunakan teknik belah dua (split half methods) terhadap instrumen yang disusun. Belahan pertama merupakan item

bemomor ganjil, dan belahan kedua item bemomor genap, kemudian keduanya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi Spearman Brown yaitu:

2X/-1/21/2

rtt =

l + rl/21/2

Dimana, Tmm sama dengan rxy yang dapat dicari dengan korelais product

moment, dengan rumus:

rxv =

>S*2-<X*)2H".x;j'2-(xm

Dimana;

X = Bilangan Ganjil

Y = Bilangan Genap

Setelah diperoleh harga rtt, langkah selanjutnya adalali pengujian

signifikansi korelasi Spearmen Brown tersebut dengan menggunakan statistik uji

t, yaitu :

_

rtt4n-2

Vk"')2

Ketentuan : Instrumen dianggap reliabel apabila harga t hitung lebih besar dari

t-tabel.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rrt sebesar 0,904 dengan tingkat

(50)

78

pamong belajar, koefisien korelasinya sebesar 0,898 dengan tingkat kepercayaan

sebesar 99%. Oleh karena itu alat iklim krerja pamong belajar memiliki tingkat

ketetapan alat yang cukup signifikan, sehingga alat ini dapat dipergunakan untuk

pengambilan data dalam penelitian ini. Uji reliabilitas untuk kinerja pamong

belajar menunjukkan koefisien korelasinya sebesar 0,965 dengan tingkat

kepercayaan sebesar 99%. Oleh karena itu alat kinerja pamong belajar memiliki

tingkat ketetapan alat yang cukup signifikan, sehingga alat ini dapat dipergunakan

untuk pengambilan data dalam penelitian ini.

5. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Setelah melakukan uji coba angket dan diketahui hasilnya, langkah

selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dan responden yang telah

ditentukan. Pengumpulan data dibagi dalam dua tahap yaitu tahap penyebaran

angket dan tahap pengambilan angket. Pelaksanaan pengumpulan data ini

dilakukan pada akhir bulan Juni.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sewaktu penelitian berlangsung atau dilakukan

juga tatkala penelitian sesudah selesai. Maksud dilakukan analisis sewaktu

penelitian berlangsung, adalah untuk melihat apakali ada data yang kurang dan

tentunya dapat segera dilengkapi.

(51)

79

statistik non parametrik jika data-data yang diperlukan tidak terpenuhi asumsinya.

namun jika asumsi (nonnalitas dan linieritas) itu terpenuhi maka akan

menggunakan pendekatan statistik parametrik. Untuk mempermudah perhitungan data dilakukan dengan bantuan komputer program program SPSS for Window versi 10.0. Dalam perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi sederhana dan multifel korelasi. Korelasi sederhana dilakukan untuk

menganalisis hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Sedangkan analisis

multifel korelasi dimaksudkan untuk menguji hubungan antara vanabel Xj dan X2
(52)
(53)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Uraian pada bab ini mengetengahkan bahasan mengenai kesimpulan dan implikasi hasil penelitian.

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di

atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pendirian Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jawa Barat

didirikan pada TShun 1961 secara umum mengemban tugas untuk mengadakan

pengembangan program, bahan belajar, dan evaluasi, serta monitoring kegiatan pendidikan luar sekolah. Sejak tahun 1991 dengan Surat Keputusan Mendikbud

Nomor 0316/0/1991 lembaga ini mengalami perubahan baik tugas, fungsi,

maupun organisasinya. Tugas Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dalam

keputusan tersebut adalah mengembangkan dan melaksanakan program

pendidikan luar sekolah. Selanjutnya mulai tanggal 20 Februan 1997, melalui

Surat Keputusan Nomor 022/0/1997, Direktorat Jenderal Luar Sekolah Pemuda, dan Olahraga. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) memiliki perubahan tugas dan fungsinya dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Barat.

Secara umum kondisi budaya organisasi di lingkungan Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat dengan kategori baik sekali yaitu

sebesar 69,23 % dan Baik 30,77 %.

(54)

118

Kondisi iklim kerja Pamong Belajar Balai Pengembangan Kegiatan

Belajar Jawa Barat secara umum menunjukkan kategori baik, yaitu sebanyak

73,07%., gambaran ini dapat dikaitkan dengan adanya rasa aman, nyaman dan terlindungi dalam bekerja, yang membuat pegawai merasa puas dan terdorong

untuk bekerja optimal sehingga prestasi kerja dapattercapai.

Kondisi tingkat kinerja pamong belajar di lingkungan Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar Jawa Barat menunjukkan kategori baik, yaitu

sebanyak 76,92%. Hal ini didasari oleh penilaian aspek-aspek dalam kinerja Pamong Belajar antara lain; (1) Pengembangan model, (2) Kegiatan Belajar mengajar dalam rangka pengembangan Model dan Pembuatan Percontohan, (3)

Penilaian dalam Rangka Pengembangan Mutu dan Dampak Pelaksanaan Program

dan (4) Pengembangan Profesi di lingkungan Balai Pengembangan Kegiatan

Belajar Jawa Barat

Terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, yaitu sebesar 0,65 dan signifikan pada P < 0,01. Sedangkan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

pamong belajar yaitu sebanyak 42,3%.

Iklim kerja dengan kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar menunjukkan korelasi antara variabel X2 dengan Y sebesar 0,255 dan signifikan pada P < 0,01. Tingkat pengaruh varibel Budaya Organisasi

(55)

19

Budaya organisasi membenkan pengaruh secara langsung terhadap kinerja

pamong belajar yaitu sebesar P= 0,635 dengan p <0,05. Ikim kerja ternyata tidak

secara langsung dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja pamong belajar,

yaitu sebesar P = 0,123 dengan p > 0,05. Iklim kerja dapat mempengaruhi kinerja

pamong berlajar tetapi melalui budaya organisasi yaitu sebesar r = 0,631 dengan

p < 0,01. Secara bersama-sama antara budaya organisasi dan iklim kerja terhadap kinerja pamong yaitu sebesar 0,653 dengan p = 0,01. Pengaruhnya dapat dilihat

dengan menggunakan formula Kd = r2 x 100%. Hasil perhitungannya adalah

0,6532 x 100% = 42,60%. Pengaruh antar variabel penelitian dapat dilihat seperti

pada gambar berikut.

Budaya Organisasi

(XI)

r = rxix2

0,631**

Px1x2

Iklim Kerja

(X2)

Kinerja Pamong Belajar

(Y)

B. Implikasi

Mengacu kepada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah

dikemukakan terdahulu, maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan implikasi.

(56)

120

dalam pelaksanaan kinerja pamong belajar di BPKB Jawa Barat, sehingga dengan

begitu akan tercipta budaya organisasi dan iklim kerja yang kondusif.

Hasil penelitian menemukan bahwa iklim kerja ternyata tidak secara

langsung memberikan pengaruh terhadap kinerja pamong, oleh karena itu upaya yang hendaknya dilakukan oleh pengelola BLKP adalah secara psikologis menci

Gambar

Gambar 3.1 Pola Hubungan Variabe

Referensi

Dokumen terkait

Para pengikut Ibnu Saba’ masih belum merasa puas dengan hanya mendustakan kabar itu (terbunuhnya Ali), tetapi mereka pergi ke Kufah dengan menyiarkan

Hal tersebut dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dalam kerangka pengembangan Kawasan Pesisir di Indonesia secara garis besar sudah di terapkan, walaupun

Untuk mengetahui Persiapan guru dalam Implementasi pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura?. Untuk mengetahui Implementasi

JUDUL SKRIPSI : ALIH AKSARA JAWA MENJADI HURUF LATIN BERDASARKAN METODE TEMPLATE MATCHING.. Menyatakan bahwa skripsi tersebut di atas

Natawidjaja of Padjadjaran University (Natawidjaja 2001), which did not adjust for production over-estimation or consumption outside the home or by industry, suggested that

Jumlah Saham yang ditawarkan 2.500.0000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.. HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD) PT SOLUSI TUNAS PRATAMA Tbk

Maksud dari kegiatan ini adalah menjalankan salah satu tupoksi dari Ditjen Penataan Ruang , Direktorat Pe rkotaan dalam menyusun rencana tata ruang yang