BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR
(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang IV dan SDN Sindangraja di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
SUCI WULAN YULIANI 0903313
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR
(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang IV dan SDN Sindangraja di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)
Oleh
Suci Wulan Yuliani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Suci Wulan Yuliani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i
3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 17
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar .... 18
5. Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar ... 20
B. Teori Belajar-Mengajar Matematika 1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 26
2. Teori Belajar Thorndike ... 29
3. Teori Belajar Skinner ... 30
4. Teori Belajar Ausubel ... 30
5. Teori Belajar Gagne ... 31
6. Teori Perkembangan Geometri Van Hiele ... 32
C. Tingkat Berpikir Matematis ... 33
D. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 35
2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 38
E. Motivasi 1. Pengertian Motivasi ... 41
2. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik ... 42
3. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ... 43
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 44
ii F. Pendekatan Open-Ended
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ... 51
2. Pengertian Pendekatan Open-Ended ... 52
3. Ide Pendekatan Open-Ended ... 53
4. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 56
5. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 57
6. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open-Ended ... 57
7. Masalah Open-Ended ... 58
8. Mengkonstruksi Masalah Open-Ended ... 59
9. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 62
10. Kriteria Evaluasi dalam Pembelajaran Open-Ended ... 65
G. Pembelajaran Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dengan Pendekatan Open-Ended ... 66
H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 69
2. Tahap Implementasi Pembelajaran ... 76
3. Tahap Analisis dan Penarikan Kesimpulan ... 77
D. Instrumen Penelitian 1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 78
2. Instrumen Skala Sikap untuk Mengukur Motivasi Belajar ... 86
3. Format Observasi ... 88
4. Pedoman Wawancara ... 89
5. Jurnal Harian ... 90
iii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 168
B. Saran ... 172
DAFTAR PUSTAKA ... 174
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 177
iv
2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran Matematika
Kelas V Semester 2 ... 19
2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 38
3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 79
3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas ... 80
3.3 Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 81
3.4 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 82
3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 84
3.6 Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 84
3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 85
3.8 Daya Pembeda Butir Soal Tes kemampuan Berpikir Kreatif Matematis . 86 3.9 Validitas Tiap Butir Soal Skala Sikap untuk Mengukur Delapan Aspek Motivasi ... 88
3.10 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 94
4.1 Statistik Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Kedua Kelompok ... 99
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 100
4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 103
4.4 Analisis Uji-U pada Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 104
4.5 Statistik Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Kedua Kelompok ... 105
4.6 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 106
4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 109
4.8 Analisis Uji-t’ pada Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 110
4.9 Analisis Uji-U data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kelas Eksperimen ... 111
4.10 Analisis Uji-U data Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kelas Kontrol ... 113
4.11 Statistik N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 116
4.12 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Kedua Kelompok ... 117
v
Kelompok ... 122
4.16 Hasil Uji Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 123
4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Angket Awal Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 125
4.21 Hasil Uji Homogenitas Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 130
4.22 Analisis Uji-t pada Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 131
4.23 Analisis Uji-t Data Angket Awal dan Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 133
4.24 Analisis Uji-t Data Angket Awal dan Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 134
4.25 Statistik Nilai N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 137
4.26 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 138
4.27 Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kedua Kelompok ... 141
4.28 Analisis Uji-U pada Data N-Gain Motivasi Belajar Siswa ... 142
4.29 Koefisien Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 143
4.30 Koefisien Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Motivasi Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 144
4.31 Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru ... 146
4.32 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 148
4.33 Hasil Rangkuman Wawancara ... 148
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Hasil Perhitungan Validitas Tes ... 80 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes ... 83 4.1 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen ... 101 4.2 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ... 101 4.3 Perbandingan Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 102 4.4 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen ... 107 4.5 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ... 107 4.6 Perbandingan Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 108 4.7 Rata-rata Skor Pretes dan Postes pada Kedua Kelompok ... 114 4.8 Hasil perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
pada Kelompok Eksperimen ... 115 4.9 Hasil perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
pada Kelompok Kontrol ... 115 4.10 Histogram Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen ... 118 4.11 Histogram Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ... 118 4.12 Perbandingan Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 119 4.13 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar
Siswa Kelompok Eksperimen ... 123 4.14 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar
Siswa Kelompok Kontrol ... 124 4.15 Perbandingan Normalitas Data Angket Awal Motivasi Belajar Siswa
vii
4.17 Histogram Hasil Uji Normalitas Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 129 4.18 Perbandingan Normalitas Data Angket Akhir Motivasi Belajar Siswa
pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 130 4.19 Rata-rata Skor Angket Awal dan Angket Akhir pada Kedua Kelompok .. 135 4.20 Hasil perhitungan Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kelompok
Eksperimen ... 136 4.21 Hasil perhitungan Gain Motivasi Belajar Siswa pada Kelompok
Kontrol ... 137 4.22 Histogram Hasil Uji Normalitas N-Gain Motivasi Belajar Siswa
Kelompok Eksperimen ... 139 4.23 Histogram Hasil Uji Normalitas N-Gain Motivasi Belajar Siswa
Kelompok Kontrol ... 139 4.24 Perbandingan Normalitas N-Gain Motivasi Belajar Siswa pada
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A ... 177
LAMPIRAN B ... 235
LAMPIRAN C ... 249
LAMPIRAN D ... 272
LAMPIRAN E ... 292
LAMPIRAN F ... 396
LAMPIRAN G ... 414
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai
pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia
memperoleh kedudukan mulia di sisi-Nya yang membedakannya dengan
makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya.
Manusia berpikir ketika memutuskan barang apa yang akan dibeli di toko,
atau baju apa yang akan dipakai hari ini. Saat menulis makalah, menulis artikel,
membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, dan melakukan hal
lainnya, manusia pun berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang
melibatkan kerja otak untuk memahami sesuatu yang dialami, mencari jalan
keluar dari permasalahanan yang sedang dihadapi, serta membuat suatu
keputusan. Sejalan dengan pendapat Maulana (2008a) yang menyatakan bahwa
berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia, yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah, membuat keputusan, maupun untuk mencari pemahaman.
Setiap orang melakukan proses berpikir dalam melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari, juga dalam berkompetisi untuk bertahan pada keadaan yang
selalu berubah. Manusia dituntut berpikir untuk memecahkan masalah kehidupan
sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
dan siap bertarung di dunia luar yang penuh persaingan yang sangat kompetitif.
Semua itu membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif serta
mempunyai kemauan bekerjasama.
Oleh karena itu program pendidikan yang dikembangkan perlu menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa
yang dapat dilakukan melalui pembelajaran. Salahsatunya adalah dalam
pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan
yang kuat dan jelas antar konsepnya.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan
Kemajuan suatu negara tergantung pada upaya dari negara tersebut untuk
mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang erat
kaitannya dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang
akan menjadi generasi penerus bangsa.
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara
optimal, sehingga kelak ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Mengembangkan
bakat dan kemampuan siswa tidak hanya tergantung pada intelegensi
(kecerdasan), melainkan juga kreativitas dan motivasi untuk berprestasi.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20
tahun 2003 pasal 3 berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, para
penyelenggara pendidikan di sekolah hendaknya berpegang pada prinsip bahwa
pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, serta
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun motivasi, dan
mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada umumnya bukan hanya menuntut siswa sekedar
mendengar dan mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam berpikir
dan membangun suasana komunikatif. Proses tersebut diarahkan pada
peningkatan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa mampu memperoleh
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Begitu pun pada pembelajaran
matematika, dalam prosesnya harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
Pembelajaran matematika umumnya disuguhkan dengan pengenalan
rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup
terhadap perolehan pengetahuan yang dikonstruksi sendiri oleh siswa. Siswa
mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis cara yang diberikan guru
tanpa inisiatif untuk menggunakan cara lain sesuai dengan pemikirannya. Siswa
hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara alternatif sendiri
dalam memecahkan masalah matematika. Dengan pembelajaran yang demikian,
tidak ada kesempatan atau dorongan bagi siswa untuk mengoptimalkan potensi
dirinya, mengembangkan penalaran, maupun kreativitasnya. Pada hasilnya,
kemampuan berpikir kreatif siswa kurang teroptimalkan dalam pembelajaran
matematika.
Kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini
terlihat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga OECD (Organization
for Economic Cooperation and Development) pada studi PISA (Programme for
International Student Assessment). Penelitian tersebut dilakukan terhadap ribuan
siswa dunia yang berada pada jenjang akhir pendidikan dasar. PISA adalah suatu
studi internasional yang salah satu kegiatannya adalah menilai kemampuan
matematika siswa di suatu negara yang dilakukan setiap tiga tahun sekali sejak
tahun 2000 (Wardhani, 2011).
Siswa Indonesia selalu menduduki peringkat 10 terbawah di antara
negara-negara peserta dalam setiap partisipasinya pada PISA. Wardhani (2011),
mengatakan bahwa Indonesia pada tahun 2006 menduduki peringkat 52 dari 57
negara, dan pada tahun 2009 menempati peringkat 61 dari 65 negara.
Salah satu soal matematika yang diujikan dalam PISA menyajikan soal
yang melatih kemampuan berpikir kreatif, dan hasilnya hanya 11% yang menjawab benar dari seluruh siswa di dunia yang mengikuti tes. Kemungkinan
penyebabnya adalah siswa kurang terbiasa menyelesaikan soal yang melatih
munculnya kreativitas dalam rangka membuat kesimpulan. Penyebab lain adalah
siswa kurang terbiasa melakukan proses pemecahan masalah dengan benar, yaitu
dengan tahapan memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,
Pemikiran yang dilakukan dalam pembelajaran matematika saat ini pada
umumnya hanya menekankan pada keterampilan analisis, mengajarkan bagaimana
siswa memahami konsep-konsep, mengikuti atau menciptakan argumen logis,
menggambarkan jawaban, mengeliminasi jalur yang tidak benar dan fokus pada
jalur yang benar. Jenis berpikir lain seperti berpikir kreatif matematis yang fokus
pada penggalian ide-ide, memunculkan kemungkinan-kemungkinan, dan mencari
banyak jawaban benar, kurang diperhatikan dalam pembelajaran matematika.
Kebutuhan akan kreativitas dirasakan pada setiap kegiatan manusia. Proses
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan (motivasi). Munandar
(2004) mengatakan bahwa cara yang paling baik bagi guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intrinsik.
Meningkatnya motivasi siswa dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dengan adanya
kreativitas yang diimplementasikan dalam sistem pembelajaran, peserta didik
nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, dan ide tersebut dapat digunakan untuk bersaing dalam
kompetisi global yang selalu berubah.
Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif perlu dibiasakan. Menurut
Maulana (2008a), berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan
hubungan-hubungan baru, melihat suatu masalah dari sudut pandang yang baru,
membentuk kombinasi baru dari beberapa konsep yang sudah dikuasi
sebelumnya, serta memunculkan solusi yang tidak biasa tetapi berguna.
Dalam mengarungi kehidupan yang senantiasa berhadapan dengan
berbagai masalah dan pilihan, manusia dituntut untuk mampu memecahkannya
dengan berpikir kreatif. Kemampuan memandang sesuatu dengan cara berbeda dalam memecahkan masalah yang merupakan aspek dalam pemecahan masalah
secara kreatif, akan membentuk siswa yang dapat bersaing secara adil dan mampu
bekerja sama dengan bangsa lain.
Kemampuan berpikir kreatif dikembangkan oleh otak kanan. Kemampuan
ini dibutuhkan agar siswa mampu menciptakan atau menyusun hal baru dari
Sejalan dengan pendapat Musbikin (Maulana, 2008a) yang mengartikan berpikir
kreatif sebagai kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru atau tak
diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar
menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang sudah ada dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab. Munandar (2004) menyebutkan
kemampuan berpikir kreatif matematis meliputi indikator berpikir lancar
(fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (originality), berpikir terperinci
(elaboration), dan perumusan kembali (evaluation).
Kemampuan berpikir kreatif dalam bermatematika disebut kemampuan
berpikir kreatif matematis. Berpikir kreatif matematis dapat diartikan sebagai
suatu proses yang digunakan ketika seseorang memunculkan suatu ide baru dalam
melakukan keterampilan matematika. Hal itu menggabungkan ide-ide yang
sebelumnya belum pernah dilakukan atau diperoleh.
Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang menakutkan bagi
sebagian besar siswa. Mereka menganggap mata pelajaran matematika sebagai
suatu mata pelajaran yang sukar untuk disukai dan dipahami, sehingga tidak ada
kemauan untuk mempelajarinya. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab
kurangnya motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Menurut Asriani
(2012), faktor yang menyebabkan matematika sebagai pelajaran yang menakutkan
diantaranya adalah proses pembelajaran yang kurang menarik. Model
pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran matematika adalah proses
pembelajaran bercorak teacher centered, yaitu pembelajaran yang berpusat pada
guru. Pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran seorang guru, siswa
cenderung pasif dan tidak berperan selama proses pembelajaran. Asriani (2012)
menambahkan bahwa dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar, yakni pembelajaran yang bermula dari rumus,
menghafalnya, kemudian diterapkan dalam contoh soal.
Kurangnya motivasi siswa tersebut akan berdampak pada hasil belajar
yang kurang optimal dan kurang berkembangnya kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa seletah melakukan proses pembelajaran di sekolah, sehingga
matematika. Motivasi belajar adalah suatu kekuatan, tenaga, atau daya, baik yang
datang dari dalam maupun dari luar diri individu, yang mendorong individu
tersebut untuk belajar. Sejalan dengan pendapat Dalyono (2009) yang mengatakan
bahwa motivasi adalah penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu
pekerjaan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar.
Munandar (Tarnoto dan Purnamasari, 2009) menyebutkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif yaitu sebagai berikut ini.
1. Aspek kognitif (faktor kemampuan berpikir) yang terdiri dari kecerdasan
(intelegensi), dan memperbanyak bahan berpikir berupa pengalaman dan
keterampilan.
2. Aspek non kognitif yang terdiri dari sikap, motivasi, nilai, dan ciri kepribadian
lain yang berinteraksi dengan lingkungan. Faktor kepribadian terdiri dari rasa
ingin tahu, harga diri, kepercayaan diri, sifat mandiri, dan berani dalam
mengambil resiko.
Berdasarkan pendapat di atas, peningkatan motivasi belajar siswa akan
memberikan pengaruh besar pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematisnya. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada
siswa bukanlah hal yang mudah, begitu pun meningkatkan motivasi belajarnya.
Diperlukan cara agar kedua hal tersebut dapat dikembangkan secara optimal.
Dalam pembelajaran matematika, kemungkinan cara konvensional dengan metode
ceramah tidak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, begitupun kemampuan
berpikir kreatif matematisnya. Perubahan pendekatan pembelajaran sangatlah
perlu, karena melalui pendekatan tersebut dapat ditemukan bagaimana caranya
agar siswa mampu memahami konsep, prinsip, prosedur, serta fakta yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah yang disajikan dalam pembelajaran.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa termasuk membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended tampaknya dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selain itu,
merangsang memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dan beraktivitas secara
optimal dalam pembelajaran.
Pendekatan open-ended merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
matematika yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak
penyelesaian (banyak jawaban yang benar) dan cara-cara penyelesaian yang
beragam (Shimada, dalam Alhadad, 2010). Melalui pendekatan pembelajaran
open-ended diharapkan keingintahuan siswa akan muncul, karena masalah yang
diberikan tersebut dapat menciptakan situasi yang menimbulkan tantangan bagi
mereka, sehingga siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Permasalahan yang memiliki banyak jawaban dan banyak cara
penyelesaian yang disajikan oleh pendekatan open-ended diharapkan akan mampu
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ke arah berpikir kreatif,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Melalui
pendekatan open-ended potensi intelektual siswa dapat terarahkan secara proaktif
dalam proses menemukan sesuatu yang baru, serta siswa akan diberi kesempatan
untuk berpikir kreatif sesuai dengan minat dan kemampuannya. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Nohda (Syafruddin, 2008) yang mengatakan bahwa
tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan open-ended adalah untuk membantu
mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa.
Salah satu materi dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah
materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Di samping
memperoleh pengetahuan dan keterampilan bermatematika (berhitung dan
lainnya), materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dapat
menimbulkan rasa ingin tahu serta menumbuhkan motivasi dan kreativitas siswa.
Mengingat pentingnya motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa untuk terus dioptimalkan, temuan pembelajaran matematika yang
kurang mengoptimalkan pengembangan kedua hal tersebut, keunggulan materi
pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar, serta kelebihan
pendekatan open-ended dalam proses pembelajaran matematika. Sebagai upaya
konkret untuk menciptakan suasana belajar yang berpusat pada aktivitas siswa,
meningkatkan level berpikir matematis siswa, maka dilakukanlah penelitian
dengan judul: “Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Motivasi Belajar Siswa pada Materi
Pemecahan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar (Penelitian
Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang IV dan SD Sindangraja di
Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)”.
B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, muncul
suatu rumusan masalah umum yang akan diteliti dan dikaji lebih lanjut dalam
penelitian ini, yaitu untuk diketahui apakah pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematis dan motivasi siswa pada materi pemecahan masalah yang
berkaitan dengan bangun datar? Secara lebih rinci rumusan masalah tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut ini.
1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar?
2. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan
dengan bangun datar?
3. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh
pendekatan konvensional?
4. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan pada
5. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
konvensional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan
pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar?
6. Apakah peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended lebih baik secara
signifikan daripada siswa yang memperoleh pendekatan konvensional?
7. Adakah hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan open-ended?
8. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended?
9. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat pembelajaran
matematika yang menggunakan pendekatan open-ended?
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih
mendalam, penelitian difokuskan pada penerapan pendekatan open-ended.
Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti dalam penelitian ini
adalah originality dan elaboration. Penelitian ini dibatasi hanya pada siswa kelas
V Sekolah Dasar di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang semester
genap tahun ajaran 2012-2013 pada pokok bahasan Pemecahan Masalah yang
Berkaitan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang. Pemilihan materi tersebut
didasarkan pada hal-hal sebagai berikut ini.
1. Materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar ditujukan
agar siswa dapat merumuskan masalah, menerapkan strategi pemecahan
masalah, menjelaskan/menginterpretasikan hasil, menyusun model
matematika, dan menggunakan matematika secara bermakna yang berkaitan dengan bangun datar.
2. Siswa diharapkan mampu menerapkan kemampuan matematisnya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang terkait
dengan bangun datar, baik untuk saat ini maupun di kemudian hari.
3. Di samping memperoleh pengetahuan dan keterampilan bermatematika
bangun datar dapat menimbulkan rasa ingin tahu serta menumbuhkan motivasi
dan kreativitas siswa.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini
secara umum bertujuan untuk melihat adanya peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis dan motivasi siswa yang mendapat pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan open-ended pada materi pemecahan masalah
yang berkaitan dengan bangun datar. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut
menjadi tujuan khusus sebagai berikut ini.
1. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang
berkaitan dengan bangun datar.
2. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa secara signifikan pada materi pemecahan masalah yang
berkaitan dengan bangun datar.
3. Mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pendekatan
konvensional.
4. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan open-ended dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.
5. Mengetahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan konvensional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
signifikan pada materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun
6. Mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar siswa yang mendapat
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended yang
lebih baik daripada siswa yang memperoleh pendekatan konvensional
7. Mengetahui adanya hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis
dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
8. Memperoleh gambaran mengenai respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.
9. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat
pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan open-ended.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi berbagai pihak, baik siswa, guru, sekolah,
pembaca, maupun peneliti lain. Adapun manfaat bagi masing-masing pihak adalah
sebagai berikut ini. 1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended dalam upaya peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa pada materi pemecahan
masalah yang berkaitan dengan bangun datar. 2. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif matematis dan motivasi belajarnya. Serta dapat merasakan
perbedaan suasana pembelajaran pada materi pemecahan masalah yang
berkaitan dengan bangun datar dengan menggunakan pendekatan open-ended. 3. Bagi Guru Matematika SD
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bahwa pendekatan
open-ended dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
4. Bagi Pihak Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan sekolah dalam membuat
kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 5. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pendekatan open-ended
dan pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran matematika di SD. 6. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian
lain yang terkait dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan
open-ended.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap
judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat
dalam judul penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran
matematika yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak
penyelesaian (banyak jawaban yang benar) dan cara-cara penyelesaian yang
beragam.
2. Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang
untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang baru, membentuk kombinasi baru dari beberapa konsep
yang sudah dikuasi sebelumnya, serta memunculkan solusi yang tidak biasa
tetapi berguna.
3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis adalah kemampuan matematis dalam
berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (originality),
berpikir terperinci (elaboration), dan perumusan kembali (evaluation).
Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini adalah:
a) Berpikir orisinal (originality) yaitu kemampuan memberikan gagasan yang
terperinci (elaboration) yaitu kemampuan menyempurnakan atau
memperbaiki suatu jawaban dari masalah matematika.
4. Motivasi Belajar adalah suatu kekuatan, tenaga, atau daya, baik yang datang
dari dalam maupun dari luar diri individu, yang mendorong individu tersebut
untuk belajar. Indikator motivasi belajar dalam penelitian ini adalah: a) Durasi
kegiatan, yaitu berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk
melakukan kegiatan. b) Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering kegiatan
dilakukan dalam periode waktu tertentu. c) Persistensi, yaitu ketepatan dan
kelekatan waktu pada tujuan kegiatan belajar. d) Ketabahan, keuletan, dan
kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai
tujuan belajar. e) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan berupa uang, tenaga,
pikiran atau jiwa untuk mencapai tujuan. f) Tingkat aspirasi, yaitu maksud,
rencana, cita-cita, sasaran atau target yang hendak dicapai dengan kegiatan
yang dilakukan. g) Tingkatan kualifikasi prestasi, produk, atau output yang
dicapai dari kegiatan. h) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
5. Pemecahan Masalah yang berhubungan dengan Bangun Datar adalah
merumuskan masalah, menerapkan strategi pemecahan masalah, menjelaskan/
menginterpretasikan hasil, menyusun model matematika, dan menggunakan
matematika secara bermakna yang berhubungan dengan konsep bangun datar. 6. Pendekatan Konvensional adalah pendekatan yang biasa digunakan dalam
pembelajaran matematika pada suatu kelas. Pendekatan konvensional dalam
penelitian ini adalah guru menjelaskan materi menggunakan metode ceramah,
memberikan contoh soal, kemudian memberikan soal latihan kepada siswa
72 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat antara
variabel-variabel penelitian. Variabel-variabel yang dimaksud yaitu penerapan
pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika sebagai variabel bebas,
serta kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa sebagai
variabel terikat. Berdasarkan karakteristiknya, maka penelitian ini tergolong ke
dalam penelitian eksperimen. Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas
dilihat hasilnya pada variabel terikat (Maulana, 2009:20). Dalam penelitian ini,
dilakukan suatu manipulasi terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended, kemudian diamati perubahan yang terjadi
pada kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi siswa terhadap materi
pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar.
Menurut Maulana (2009: 23), syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
penelitian eksperimen adalah sebagai berikut ini. 1. Membandingkan dua kelompok atau lebih.
2. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random).
3. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama, atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.
4. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif maupun dikuantitatifkan. 5. Menggunakan statistika inferensial.
6. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). 7. Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.
Pada penelitian ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dalam menentukan kelas yang akan dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan pemilihan secara acak. Pada kedua kelas
tersebut dilakukan pretest untuk mengukur kesetaraan kemampuan awal subjek
penelitian. Selanjutnya pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran matematika
pembelajaran konvensional seperti biasanya kelas tersebut belajar. Pada akhir
tindakan, kedua kelas diberikan posttest untuk melihat perbedaan hasil
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kedua kelas tersebut
setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Selain pretest dan posttest, kelas
eksperimen dan kelas kontrol juga diminta untuk mengisi angket motivasi belajar
pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kemudian, dari kedua kelas
tersebut akan dibandingkan peningkatan motivasi belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitiannya adalah berupa
desain kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design).
Sebagaimana menurut Ruseffendi (2005: 50), “Pada jenis desain eksperimen ini terjadi pengelompokan secara acak (A), adanya pretes (0), dan adanya postes (0).
Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan
biasa (X2), sedangkan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan (X1)”.
Adapun bentuk desain penelitiannya sebagaimana menurut Ruseffendi (2005: 50)
adalah sebagai berikut ini.
X1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended
X2 : Pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional
B. Subjek Penelitian 1. Populasi
Menurut Maulana (2009: 25-26), populasi adalah sebagai berikut ini. a. Keseluruhan subjek atau objek penelitian.
c. Seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu. d. Semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah
dirumuskan secara jelas.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD
se-Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yang tergolong dalam level
sekolah tinggi. Level sekolah ditetapkan berdasarkan nilai hasil Ujian Nasional
(UN) tingkat SD/MI Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang tahun
ajaran 2011-2012, yang diperoleh dari UPTD TK/SD Kecamatan Sumedang Utara
Kabupaten Sumedang (daftar SD terlampir). Menurut Sugiyono (2008: 180) untuk
menentukan jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang
rendah diambil 27% dari sampel uji coba. Berdasarkan ketentuan tersebut, dari 36
SD di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang terdapat 10 SD berada
pada level sekolah tinggi, 16 SD berada pada level sekolah sedang, dan 10 SD
berada pada level sekolah rendah. Populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada
2. Sampel
Mengingat populasi yang diambil ukurannya cukup besar, serta untuk
mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya, maka dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti (Maulana, 2009: 26). Semakin baik pengumpulan sampel, maka hasil
penelitian yang dilakukan akan semakin mendekati kebenaran ilmiah. Oleh karena
itu, sampel yang diambil harus bisa mewakili subjek lain yang tidak terambil.
Dengan kata lain, ukuran sampel yang diambil harus memenuhi kaidah
representatif. Gay (Maulana, 2009) menentukan ukuran sampel minimum yang
representatif untuk penelitian eksperimen, yaitu 30 subjek per kelompok.
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah dua kelas dari dua
sekolah berbeda yang berasal dari 10 SD dengan level sekolah tinggi, lalu satu
kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.
Dengan pertimbangan bahwa siswa kelas V dari kedua SD tersebut homogen
dalam kemampuan dasar matematisnya. Dari seluruh SD yang berada pada level
sekolah tinggi dilakukanlah pemilihan secara acak, dan terpilih SDN Sidang IV
dan SDN Sindangraja sebagai tempat penelitian. Selanjutnya dilakukan pemilihan
kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan terpilihlah
SDN Sindang IV sebagai kelas eksperimen dan SDN Sindangraja sebagai kelas
kontrol.
SDN Sindang IV dan SDN Sindangraja ini selain menjadi sekolah dasar
yang unggul di tingkat Kecamatan, ternyata merupakan sekolah dasar yang unggul
juga di tingkat Kabupaten. Hal tersebut terlihat berdasarkan data nilai hasil Ujian
Nasional (UN) tingkat SD/MI Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2011-2012,
yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, dari 604 SD di Kabupaten Sumedang, terdapat 163 SD berada pada level sekolah tinggi, 278 SD
berada pada level sekolah sedang, dan 163 SD berada pada level sekolah rendah,
dan kedua sekolah tersebut termasuk dalam 163 SD yang berada pada level
Berdasarkan pemaparan di atas, maka sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SDN Sindang IV sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas V SDN
Sindangraja sebagai kelas kontrol.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini secara umum terbagi ke dalam dua tahap,
yaitu tahap persiapan, tahap implementasi pembelajaran, serta tahap analisis dan
penarikan kesimpulan. Untuk lebih rinci mengenai tiga tahap tersebut adalah
sebagai berikut ini. 1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi pendahuluan tentang kemampuan berpikir kreatif matematis,
motivasi belajar, dan pendekatan open-ended.
b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian.
c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian serta meminta
penilaian ahli untuk melakukan validasi. d. Melaksanakan uji coba instrumen tes.
e. Menganalisis uji coba instrumen tes dan meminta pendapat ahli untuk
memperbaiki instrumen sebelum eksperimen dilakukan.
2. Tahap Implementasi Pembelajaran
Tahapan implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
open-ended mengikuti langkah-langkah sebagai berikut ini.
a. Memilih secara acak dua kelas yang akan dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian.
b. Memberikan pretest, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum pembelajaran
dilakukan.
c. Memberikan skala sikap, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol,
d. Mengolah data hasil pretest untuk memperlihatkan bahwa data tersebut
normal dan homogen atau tidak.
e. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended
terhadap kelas eksperimen sebanyak tiga pertemuan dengan total alokasi
waktu 6 × 35 menit, dan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konvensional terhadap kelas kontrol sebanyak tiga pertemuan dengan total
alokasi waktu 6 × 35menit.
f. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan oleh observer
dengan menggunakan lembar observasi.
g. Memberikan posttest, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk
mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah
pembelajaran dilakukan.
h. Memberikan skala sikap, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol,
untuk mengukur peningkatan motivasi belajar siswa setelah pembelajaran
dilakukan.
i. Meminta siswa untuk membuat jurnal harian mengenai pembelajaran yang
telah dilaksanakan, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
j. Memberikan skala sikap dan melakukan wawancara terhadap siswa di kelas
eksperimen untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan open-ended. k. Menguji hipotesis.
3. Tahap Analisis dan Penarikan Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut ini. a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.
b. Melakukan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
c. Membuat tafsiran dan kesimpulan hasil penelitian dari data kuantitatif, yaitu
mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa. d. Membuat tafsiran dan kesimpulan hasil penelitian dari data kualitatif, yaitu
mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian ini yaitu berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis, skala
sikap untuk mengukur motivasi belajar, format observasi kinerja guru, format
observasi aktivitas siswa, wawancara dan jurnal. Uraian dari masing-masing
instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut ini.
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Tes kemampuan berpikir kreatif matematis ini berbentuk uraian yang
berfungsi untuk mengungkap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Materi yang diteskan yaitu materi pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar. Tes ini terbagi menjadi dua bagian, ada pretest untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum pembelajaran dilakukan
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dan posttest yang digunakan untuk
mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Karakteristik setiap soal pada pretest dan
posttest adalah identik, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
Dalam penyusunan tes kemampuan berpikir kreatif matematis, diawali
dengan penyusunan kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal, dan
pedoman penskoran untuk setiap butir soal. Tes kemampuan berpikir kreatif
matematis yang digunakan adalah tes berbentuk uraian yang terdiri dari delapan
butir soal, dengan tujuan agar indikator kemampuan berpikir kreatif matematis
yang diukur dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal tes.
Untuk mengukur ketepatan (validitas) isi soal yang dibuat, sebelumnya
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada ahli dalam pembuatan soal, dalam hal ini
dosen pembimbing. Selain validitas isi, konsultasi juga dilakukan untuk mengetahui adanya validitas muka, dalam arti bentuk soal dalam tes hasil belajar
yang digunakan memang tepat untuk diberikan kepada subjek penelitian.
Agar memenuhi kriteria sebagai instrumen tes yang baik, maka sebelum
digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen tes ini diujicobakan agar
dapat diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.
VI SD Sindangraja yang telah memperoleh pembelajaran mengenai pemecahan
masalah yang berkaitan dengan bangun datar sebelumnya. Penjelasan mengenai
teknik pengolahan data tes kemampuan berpikir kreatif matematis adalah sebagai
berikut ini.
a. Validitas Instrumen
Untuk menentukan tingkat (kriteria) validitas tiap butir soal instrumen ini,
maka digunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan
menggunakan rumus Product moment dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990:
154) dengan formula sebagai berikut ini.
=
∑ −(∑ ) (∑ )∑ 2 – ∑ 2 . ( ∑ 2− ∑ 2 )
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara dan
= Banyaknya peserta tes
= Nilai hasil uji coba
= Nilai rata-rata ulangan harian siswa
Formula di atas digunakan untuk menghitung validitas soal secara
keseluruhan. Sementara itu, untuk mengetahui validitas masing-masing butir soal
masih menggunakan product moment raw score, tetapi variabel untuk jumlah
skor soal yang dimaksud dan variabel untuk skor total soal tes hasil belajar.
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford
Tabel 3.2
Kalsifikasi Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < 0,80 Validitas tinggi 0,40 < 0,60 Validitas sedang 0,20 < 0,40 Validitas rendah 0,00 < 0,20 Validitas sangat rendah
0,00 Tidak valid
Setelah melakukan ujicoba dan perhitungan, diperoleh nilai sebesar
0,631 dan validitas soal secara keseluruhan termasuk ke dalam kriteria validitas
tinggi (perhitungan validitas hasil uji coba instrumen terlampir). Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows, dengan
hasilnya tampak pada Gambar 3.1.
Correlations
Nilai_Uji_coba Nilai_Harian
Nilai_Uji_coba Pearson Correlation 1 .631**
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
Nilai_Harian Pearson Correlation .631** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
Gambar 3.1 Hasil Perhitungan Validitas Tes
Selanjutnya dilakukan perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes
kemampuan berpikir kreatif matematis, dan untuk mengetahui signifikansi
koefisien korelasi dilakukan uji-t, dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2010:
146):
Keterangan:
= Daya beda
= Koefisien korelasi antara dan
= Banyaknya subjek
Uji- ini dilakukan untuk melihat apakah antara dua variabel terdapat
hubungan yang signifikan atau tidak. Rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : �= 0, tidak ada hubungan yang signifikan (tidak valid)
H1 :� ≠0, ada hubungan yang signifikan (valid)
H0 diterima jika | ℎ� �| . Dalam keadaan lain H0 ditolak.
Untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematis dengan taraf signifikansi
� = 0,05 dan derajat kebebasan −2 = 77, nilai yang diperoleh berdasarkan tabel adalah (0,950; 77) = 1,67. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No.
Soal
Koefisien
Korelasi Interpretasi � Keterangan
1 0,19 Sangat rendah 1,70 Valid
2 0,37 Rendah 3,76 Valid
3 0,64 Tinggi 9,51 Valid
4 0,60 Tinggi 8,23 Valid
5 0,64 Tinggi 9,51 Valid
6 0,66 Tinggi 10,26 Valid
7 0,73 Tinggi 13,71 Valid
8 0,33 Rendah 3,25 Valid
Dari delapan butir soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis tersebut
diperoleh satu soal (nomor 1) dengan validitas sangat rendah, dua soal (nomor 2
dan 8) dengan validitas rendah, dan lima soal (nomor 3, 4, 5, 6, dan 7) dengan
sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa semua soal memiliki korelasi yang
signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Dari hasil yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa semua soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis
tersebut memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
b. Reliabilitas
Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh,
seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen
terhadap yang lainnya (Maulana, 2009: 45). Untuk mengukur reliabilitas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya,
1990: 194) sebagai berikut:
11
=
−11−∑ �2 2
Keterangan:
11 = koefisien korelasi reliabilitas n = banyaknya butir soal
�2 = varians skor setiap butir soal 2 = varians skor total
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan
Sukjaya, 1990: 177), seperti yang tampak pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Kalsifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < 11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 11 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < 11 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < 11 0,40 Reliabilitas rendah
11 0,20 Reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan perhitungan dengan program SPSS 16.0 for windows,
kemampuan berpikir kreatif matematis tersebut memiliki reliabilitas tinggi
(perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen terlampir), dengan hasilnya
tampak pada Gambar 3.2.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.708 2
Gambar 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes
c. Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal,
digunakan formula sebagai berikut:
��
=
� �
Keterangan:
�� = Tingkat/indeks kesukaran = Rata-rata skor setiap butir soal
� � = Skor maksimum ideal
Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan
menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan
Tabel 3.5
Kalsifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi ��= 0,00 Terlalu Sukar 0,00 <�� 0,30 Sukar 0,30 <�� 0,70 Sedang 0,70 <�� 1,00 Mudah
��= 1,00 Terlalu Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program excel (perhitungan
tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen terlampir), diketahui tingkat kesukaran
untuk setiap butir soal seperti yang disajikan dalam Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Tingkat Kesukaran Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No. Soal � IK Tafsiran
1 2,01 0,67 Sedang
2 1,06 0,26 Sukar
3 4,41 0,55 Sedang
4 4,34 0,54 Sedang
5 1,49 0,37 Sedang
6 1,07 0,27 Sukar
7 2,82 0,47 Sedang
8 1,57 0,52 Sedang
Berdasarkan tabel di atas, terdapat enam butir soal (nomor 1, 3, 4, 5, 7, dan
8) memiliki tingkat kesukaran yang sedang, dan dua butir soal (nomor 2 dan 6)
memiliki tingkat kesukaran yang sukar. Tidak terdapat soal yang mudah karena
perangkat tes tersebut mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis yang
merupakan kemampuan matematis tingkat tinggi.
Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula
sebagai berikut:
��
=
−
� �
Keterangan:
�� = Daya pembeda
= Rata-rata skor kelompok atas
= Rata-rata skor kelompok bawah
� � = Skor maksimum ideal
Terlebih dahulu subjek diurutkan dari skor tertinggi ke skor terendah,
kemudian dikelompokkan dengan porsi 27% kelompok atas dan 27% kelompok
bawah (Suherman dan Sukjaya, 1990: 204). Selanjutnya daya pembeda yang
diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda
sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202):
Tabel 3.7
Kalsifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
�� 0,00 Sangat Jelek 0,00 <�� 0,20 Jelek 0,20 <�� 0,40 Cukup 0,40 <�� 0,70 Baik 0,70 <�� 1,00 Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program excel (perhitungan
daya pembeda hasil uji coba instrumen terlampir), diketahui daya pembeda untuk
setiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Daya Pembeda Butir Soal
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
1 2,33 1,71 0,21 Cukup
2 1,38 0,86 0,13 Jelek
3 6,33 2,14 0,52 Baik
4 5,43 3,05 0,29 Cukup
5 2,33 0,62 0,43 Baik
6 2,38 0,00 0,59 Baik
7 4,50 0,81 0,62 Baik
8 2,52 1 0,51 Baik
Dari tabel tersebut tampak bahwa satu butir soal (nomor 2) memiliki daya
pembeda jelek, dua butir soal (nomor 1 dan 4) memiliki daya pembeda cukup, dan
lima butir soal (nomor 3, 5, 6, 7, dan 8) memiliki daya pembeda baik. Butir soal
nomer 2 dengan daya pembeda jelek tetap dipakai dalam penelitian, karena daya
pembeda butir soal tersebut jelek disebabkan oleh soal yang terlalu sukar, baik
siswa unggul maupun siswa asor sama-sama tidak dapat menyelesaikan soal
tersebut dengan benar. Soal sukar tersebut dipakai karena perangkat tes dalam
penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis yang merupakan
kemampuan matematis tingkat tinggi.
2. Instrumen Skala Sikap untuk Mengukur Motivasi Belajar
Skala sikap terdiri dari sekumpulan pernyataan yang setiap orang diminta
untuk memberikan respon atasnya (Maulana, 2009: 38-39). Pola dari
respon-respon selanjutnya dipandang sebagai bukti dari satu atau lebih sikap yang
mendasari. Instrumen skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengukur delapan aspek motivasi belajar siswa baik sebelum maupun
sesudah diberikan perlakuan.
Instrumen ini diberikan dua kali sebagai angket awal dan angket akhir.
Pada angket awal, instrumen digunakan untuk mengukur delapan aspek motivasi
belajar siswa sebelum pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen maupun
peningkatan delapan aspek motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
Bentuk skala sikap yang digunakan adalah Skala Sikap Likert. Alternatif
jawaban yang diberikan ada lima buah, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian
skor untuk setiap pernyataan yang bersifat positif adalah 5 (SS), 4 (S), 3 (R), 2
(TS), dan 1 (STS). Sementara pemberian skor untuk setiap pernyataan yang
bersifat negatif adalah 1 (SS), 2 (S), 3 (R), 4 (TS), dan 5 (STS). Dengan kata lain,
semakin siswa menyetujui suatu pernyataan positif semakin bagus, dan semakin
siswa tidak menyetujui pernyataan negatif semakin bagus. Skala sikap yang
digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan dari Format Skala Sikap
untuk Mengukur 8 Aspek Motivasi (Maulana, 2009).
Untuk mengetahui reliabilitas skala sikap ini digunakan rumus Cronbach
Alpha. Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan
program excel (perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen terlampir),
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,659 yang menandakan bahwa instrumen
skala sikap untuk mengukur delapan aspek motivasi ini memiliki reliabilitas
tinggi. Untuk mengetahui validitas setiap butir soal skala sikap ini digunakan
rumus Product moment dari Pearson (perhitungan validitas butir soal hasil uji
coba instrumen terlampir), selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui
signifikansi koefisien korelasi dengan taraf signifikansi �= 0,05, derajat
kebebasan −2 = 75, dan nilai yang diperoleh berdasarkan tabel adalah
(0,950; 75) = 1,67. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 3.9 sebagai berikut
ini.
Tabel 3.9
Validitas Tiap Butir Soal
Skala Sikap untuk Mengukur 8 Aspek Motivasi
Soal Korelasi
Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan
(Maulana, 2009: 35). Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran baik saat di kelas maupun di luar
kelas. Aktivitas ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk
daftar cek (checklist). Ada tiga aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu,
partisipasi, kerjasama, dan motivasi. Setiap aspek diukur dengan skor pada
rentang 0–3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa
beserta indikatornya terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing
aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B),
cukup (C), atau kurang (K). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor
observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.
Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3
Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6
Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9
Selain aktivitas siswa, observasi juga dilakukan terhadap kinerja guru
evaluasi yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Sama
halnya dengan observasi aktivitas siswa, pada observasi kinerja guru juga diukur
melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Format
observasi kinerja guru yang digunakan pada penelitian ini merupakan
pengembangan dari Format Observasi Kinerja Guru (Nurhayati, 2010). Aspek
yang diukur dalam observasi kinerja guru ini terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Setiap kegiatan diukur dengan skor pada rentang 0-3 (format observasi kinerja
guru beserta indikatornya terlampir). Skor yang telah diberikan untuk
masing-masing kegiatan dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk nilai
dengan ukuran sangat baik (A), baik (B), cukup (C), atau kurang (D). Lebih
jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi kinerja guru adalah sebagai
berikut ini.
Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100%
Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80%
Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60%
Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40%
Sangat Kurang (SK) = indikator yang muncul 0 - 20%
4. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data yang sering digunakan
dalam hal kita ingin mengorek sesuatu yang belum bisa terungkap dengan jelas
oleh instrumen lain (Ruseffendi, dalam Maulana, 2009). Bentuk wawancara
merupakan dialog antara pewawancara dengan yang diwawancara. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara untuk siswa (pedoman wawancara terlampir), isinya terkait dengan sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan pendekatan open-ended yang telah dilakukan.
5. Jurnal Harian
Jurnal harian siswa adalah karangan singkat yang berkenaan dengan
diberikannya jurnal harian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan
siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended (format
jurnal harian terlampir).
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi ke dalam dua kelompok,
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil
observasi, pedoman wawancara dan jurnal harian. Adapun data kuantitatif
diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan skala
sikap untuk mengukur motivasi belajar siswa. Analisis data kualitatif dimulai
dengan mengelompokkan data ke dalam kategori tertentu. Data yang diperoleh
diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dianalisis. Selanjutnya sebagian data yang
terkait dengan keperluan tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk
menghasilkan suatu kesimpulan tertentu.
1. Data Kuantitatif
Analisis dan pengolahan data kuantitatif pada penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut ini.
a. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Analisis data kuantitatif dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor
pretest, skor posttest, dan indeks gain. Hasil uji statistik terhadap skor pretest
akan memperlihatkan bahwa kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Hasil uji statistik terhadap
skor posttest akan memperlihatkan bagaimana peningkatannya. Selanjutnya, nilai
rata-rata indeks gain dilihat untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelas.
Langkah-langkah pengolahan data tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa pertama-tama adalah dengan menentukan rata-rata setiap
kelompok untuk mengetahui rata-rata hitung kedua kelompok. Kemudian
menghitung simpangan baku pada setiap kelompok untuk mengetahui penyebaran