• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengarus-utamakan Pengurangan Risiko Bencana Sebagai Pemenuhan Hak Terlindungi dan Terselamatkan Warga Negara dari Ancaman Bencana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Mengarus-utamakan Pengurangan Risiko Bencana Sebagai Pemenuhan Hak Terlindungi dan Terselamatkan Warga Negara dari Ancaman Bencana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Kerangka Dasar

Mengarus-utamakan Pengurangan Risiko Bencana

Sebagai Pemenuhan Hak Terlindungi dan Terselamatkan

Warga Negara dari Ancaman Bencana

P

engurangan

R

isiko

B

encana

dalam Mew ujudkan Pembangunan

untuk kehidupan Bermartabat

(2)

Ucapan terimakasih :

Penyusunan konsep dasar PRB, pengarus-utamakan dalam pembangunan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak : Ir. Tagore Abu Bakar - Bupati Kabupaten Bener Meriah Azzama, SE, MM - Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bener Meriah

Syeh Bandar - Dinas Sosial Kabupaten Bener Meriah Ponidi - Ketua Tagana Kabupaten Bener Meriah

TAGANA Kabupaten Bener Meriah WALHI Aceh, UNORC, YRBI, Yayasan Puspa, Titian Indonesia, Bingkai

Indonesia - Yogyakarta Tatang E Wibowo (Bingkai Indonesia), Bambang Antariksa, Ina Nisrina, Abdillah, dan Anggi (WALHI Aceh), Bilal Rekhfa, Ja’faruddin dan Safrizal,

Andi Armansyah (KRF - UNDP - AGTP)

Penyusunan konsep dasar ini didukung oleh: The Samdhana Institute

(3)
(4)

vi

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Yang Maha Kuasa atas segala karunia yang telah Dia berikan melalui kehidupan yang penuh nikmat ini. Sanjungan dan pujian terlimpah bagi Nabi terakhir zaman, Muhammad SAW, yang telah membuka mata dan hati menuju pada kehidupan bermartabat.

Penyusunan konsep dasar pengurangan risiko bencana, pengarus-utamaan dalam pembangunan, hanyalah jalan yang Allah SWT berikan melalui proses dengan dukungan berbagai pihak yang peduli dan berkepentingan atas keselamatan dan perlindungan manusia dari berbagai ancaman yang ada di muka bumi. Manusia diberi anugerah berupa akal dan pikiran, a g a r m a m p u m e n s i a s a t i b e r b a g a i halangan, masalah maupun kendala-kendala, termasuk ancaman dan bahaya yang berpotensi menjadi bencana. Upaya ini merupakan bentuk kewajiban manusia sebagai khalifah di bumi, menjalankan amanat Allah SWT sebagai ikhtiar.

Bencana, bukan semata-mata takdir. Apalagi dipahami secara sempit sebagai azab manusia yang berdosa. Takdir dan kematian merupakan rahasia Tuhan. Manusia hanya diberi pengetahuan yang teramat sedikit tentang rahasia tersebut. Sebaliknya, Tuhan memberi kuasa atau k e w a j i b a n k e p a d a m a n u s i a u n t u k berusaha, agar bisa mendapatkan yang terbaik dalam menjalani kehidupan di dunia maupun di akherat.

Kejadian dapat disebut bencana jika memenuhi tiga unsur: menyebabkan ketergangguan sistem sosial-budaya dan ekonomi, menyebabkan kerugian, korban jiwa dan/atau harta dan/atau lingkungan, serta penduduk terkena dampak tidak mempunyai kemampuan mengatasi masalahnya dengan sumberdaya yang

(5)

mereka miliki. Bencana terjadi karena kapasitas masyarakat lebih rendah (rentan) dari bahaya/ancaman yang ada. Kondisi ini menggambarkan manusia memiliki kesempatan meniadakan atau mengurangi tingkat ancaman sebagai bagian pengurangan risiko bencana. Upaya ini menggambarkan kesempatan yang dimiliki manusia untuk menghilangkan kejadian menjadi bencana. Dengan menghilangkan atau mengurangi kerentanan, meningkatkan kemampuan serta meredam risiko dan dampak ancaman bencana.

Masyarakat Aceh, sebelum kejadian bencana 26 Desember 2004 tidak cukup tahu dan paham wilayahnya berpotensi tsunami. Sejarah kejadian tsunami terlupakan, seiring berjalannnya waktu. Upaya memahami bahaya/ancaman, risiko dan dampak, mengurangi kerentanan sekaligus meningkatkan kemampuan minim dilakukan. Tata ruang sebagai acuan dasar pemanfaatan ruang, tidak menyebutkan sepanjang pesisir dari Aceh berpotensi terhadap fenomena alam yang sangat merusak dan mematikan: Tsunami. Demikian juga kebijakan-kebijakan yang menyangkut keselamatan warga dan berbagai fasilitas publik. Menjadi wajar, ketika gempa dan tsunami terjadi pada Minggu pagi, memakan korban yang luar biasa dan kerusakan yang dahsyat. Di lain tempat, masyarakat Simeulue, terus menjaga pengetahuan pendahulunya secara turun temurun. Pengetahuan itu juga yang menyelamatkan warga Simeulue dari Smong (tsunami).

Menempatkan bencana sebagai takdir dengan pemaknaan sempit, dapat menghilangkan kewajiban manusia pada proporsinya sebagai khalifah di bumi. Sebagai mahluk yang diberi akal dan pikiran untuk berikhtiar dan melakukan refleksi dan terus berbuat yang terbaik. Menarik pelajaran dari kejadian bencana: dimana letak kesalahan sehingga kejadian alam menjadi bencana dan menyebabkan banyak korban jiwa? Melalui sistem peringatan dini yang baik, menyiapkan jalan/jalur evakuasi, memberi tanda-tanda yang jelas, kemana penduduk harus menyelamatkan diri, atau melakukan sosialisasi kepada penduduk, bagaimana cara melindungi dan menyelamatkan diri, atau melakukan sosialisasi kepada penduduk, bagaimana cara melindungi dan menyelamatkan diri.

Terlindungi dan terselamatkan dari ancaman bencana merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak tersebut diperkuat melalui berbagai kesepakatan internasional maupun kebijakan Negara. Deklarasi universal HAM (universal declaration of human right) menyebutnya dengan hidup bermartabat. Hidup bermartabat yang dimaknai kehidupan yang bebas dari rasa takut, terlindungi dan terpenuhi kebutuhan dasarnya sesuai standar minimum. Konstitusi Negara Republik Indonesia secara tegas menjamin perlindungan dan keselamatan ini dalam pembukaan UUD 1945: melindungi segenap bangsa dan tumpah darah serta ikut serta menjaga ketertiban dunia..

Trend pembangunan mengarus-utamakan pengurangan risiko bencana (PRB) semakin menguat awal tahun 2005. Ini tidak terlepas dari kejadian bencana gempa yang diikuti gelombang tsunami 26 Desember 2004. Bencana terbesar selama sepuluh tahun terakhir yang juga melanda beberapa Negara lain. Setahun sebelumnya, ISDR (International Strategy for Disaster Reduction) menyepakati trend baru penanggulangan bencana, dari kerja-kerja kemanusiaan yang didominasi oleh respon darurat dan bantuan darurat menjadi pengurangan risiko bencana. Trend ini disambut dengan suka cita seiring disadari oleh semua pihak tentang tingginya tingkat kerentanan penduduk dunia serta tingginya tingkat ancaman bencana. Trend ini bergandeng lurus dengan ancaman global yang dirasakan bersama, menjadi ancaman bersama dan harus diatasi bersama-sama: GLOBAL WARMING (pemanasan global).

Samdhana Institute merupakan lembaga non pemerintah yang mendorong adanya keselarasan alam – lingkungan dengan budaya dan spiritual. Mendorong arus utama

2

(6)

pengurangan risiko bencana dalam pembangunan merupakan salah satu terjemahan pencapaian visi Samdhana Institute: terwujudnya suatu wilayah dimana keanekaragaman alam, budaya dan spiritual dihargai, dimana konflik lingkungan diselesaikan dengan damai, adil dan setara.

Penyusunan konsep dasar mengarus-utamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan di Kabupaten Bener Meriah, merupakan bahan dasar (landasan awal) dan prinsip, bagaimana PRB diterapkan. Sebagai bahan dasar, konsep dasar ini bersifat dinamis. Dapat terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan tanpa meninggalkan perinsi-prinsip PRB yang ada. Konsep ini juga dapat dikembangkan untuk wilayah lain dengan menyesuaikan kondisi setempat, khususnya sosial, budaya dan masyarakatnya.

Sebuah harapan besar, konsep ini dapat bermanfaat sebagai upaya bersama memenuhi hak hidup bermartabat, hak mendapatkan perlindungan dan keselamatan dari berbagai ancaman bencana, baik yang dipicu oleh alam, intervensi manusia, maupun penggabungan keduanya.

Aceh, November 2009

(7)

DAFTAR ISTILAH

Ancaman :

Kejadian-kejadian, gejala atau kegiatan manusia yang berpotensi menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan.

BASARNAS/BASARDA

Badan Search and Rescue (SAR) Nasional/Daerah.

BNPB / BPBD:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Lembaga Negera dalam penanggulangan bencana menggantikan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (BAKORNAS BP). Ditingkat Nasional. Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota dalam penanggulangan bencana menggantikan SATKORLAK PB/SATLAK PB

Bahaya (hazard) :

adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, atau kedurskan lingkungan.

Bencana (disaster):

Bencana : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (ISDR, 2004)

Bantuan darurat (relief)

Upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat, baik berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih

Daerah Rawan Bencana :

Daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis, geologis, demografis, dan sosial karena ulah manusia

Kemampuan (capacity) :

adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah, menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana

Kerentanan (vulnerability) :

adalah kondisi, atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu.

Kesiapsiagaan (preparedness) :

adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Mitigasi (mitigation) : adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.

MMI = Modified Mercally Intensity

Satuan ukuran kekuatan gempa, dimana besarnya efek yang dirasakan oleh pengamat dimana dia berada tanpa memperhatikan sumbernya.

Pemulihan (recovery)

adalah proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll)

2

(8)

Penanggulangan Bencana (Disaster Manangement)

Suatu proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali

Pencegahan (Prevention)

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.

Pengungsi

orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

Peringatan Dini (early warning) :

adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), dan resmi (official)

Rehabilitasi (rehabilitation) :

adalah upaya yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumah, fasilitas umum dan fasilitas sosial serta, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

Rekonstruksi (reconstruction) :

adalah program jangka menengah dan yang jangka panjang meliputi perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.

Rencana Kontijensi (Contingency Planning) :

Suatu perencanaan kedepan pada keadaan yang tidak menentu dengan skenario dan tujuan yang telah disepakati, teknik, manajemen dan pelaksanaan yang ditetapkan bersama serta sistem penanggulangan yang telah ditentukan untuk mencegah dan meningkatkan cara penanggulangan keadaan darurat (sumber: UNHCR)

Risiko :

Suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kerentanan

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat

Sistem Peringatan Dini

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Skala Richter

Satuan ukuran kekuatan gempa

Tanggap Darurat (emergency response) :

adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

2

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISTILAH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

IKHTISAR ... ix

BAGIAN SATU PENDAHLUAN 1. Latar belakang ... 1

2. Maksud dan Tujuan ... 2

3. Metode Penyusunan ... 2

4. Proses Penulisan ... 3

BAGIAN DUA KONSEP DASAR PENGURANGAN RISIKO BENCANA 1. Pengertian Bencana ... 4

2. Daur Bencana ... 5

3. Paradigma Penanggulangan Bencana ... 8

4. Pelindungan Aset Kehidupan ... 10

5. PRB dalam Perlindungan Aset Kehidupan ... 14

6. Penanggulangan Bencana dalam Pembangunan ... 17

BAGIAN TIGA MENGHARUS-UTAMAKAN PRB DALAM PEMBANGUNAN 1. Kabupatan Bener Meriah ... 19

A. Letak dan topograpi ... 19

B. Posisi Strategis secara Ekologis ... 19

BOX : Jasa Ekologis ... 20

C. Potensi ... 21

D. Ancaman Bencana ... 22

2. Mengarus-utamakan PRB dalam Pembangunan ... 27

3. Langkah-langkah Menuju Pengurangan Risiko Bencana ... 33

BAGIAN EMPAT PENUTUP DAN REKOMENDASI 1. Penutup ... 44

2. Rekomendasi ... 45

LAMPIRAN A. BAHAN BACAAN B. CONTOH PETA EVAKUASI C. HASIL PEMETAAN TAGANA DENGAN GIS ... i

DAFTAR ISI

2

(10)

I K H T I S A R

2

ix

Kabupaten Bener Meriah, secara ekologis menempati posisi penting bagi kawasan di bawahnya: Kabupaten Bireun, Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Utara dan Lhoksuemawe. Secara global, keberadaan hutan yang menutupi 60 % wilayahnya memiliki fungsi penting dalam mengatur suhu bumi. Nilai strategis ini penting disikapi, tidak hanya oleh Kabupaten Bener Meriah sendiri, tapi juga wilayah lain di Aceh (dan bahkan internasional). Skema pelestarian untuk menjaga fungsi ekologis harus bergandeng lurus dengan upaya Kabupaten dalam menjamin kesejahteraan warganya. Pembangunan berkelanjutan yang mengarus-utamakan pengurangan risiko bencana merupakan alternatif dalam menjembatani jurang antara upaya konservasi dan pembangunan.

Penyusunan Konsep Dasar ini bertujuan memberikan bahan masukan bagi upaya pengurangan risiko bencana (PRB) dalam pembangunan di Kabupaten Bener Meriah. Dokumen ini juga ingin memberikan gambaran (deskripsi) tentang tingkat kerawanan di wilayah Kabupaten Bener Meriah yang berpotensi menjadi bencana, baik yang dipicu oleh gejala alam maupun akibat kegiatan manusia, serta kompleksitas yang memerlukan penanganan.

Pada dasarnya upaya pengurangan risiko bencana (PRB) telah berjalan di Kabupaten Bener Meriah, khususnya mitigasi stuktural (fisik). Upaya-upaya tersebut penting dan perlu diperkuat dengan upaya lain, baik mitigasi non struktural (non fisik) maupun kesiapsiagaan. Kondisi ini akan sangat membantu penanganan saat terjadinya bencana maupun proses penanganan paska bencana.

Upaya mitigasi struktural menjadi semakin kuat ketika terintegrasi dengan pola pembangunan yang dilakukan serta saling mendukung dan menguatkan antar sektor dalam pelaksanaannya. Menjadikan PRB sebagai arus utama pembangunan akan menjadi landasan menyatukan berbagai upaya yang tengah dilakukan dalam kontek pembangunan di Kabupaten Bener Meriah. Selain pembangunan berkelanjutan, sekaligus memperkuat masyarakat untuk lebih siap dan tangguh menghadapi ancaman bencana.

Strategi dalam pembangunan dengan mengarus-utamakan PRB secara ringkas diartikan sebagai pola atau rencana yang sistematis dalam arus keputusan atau tindakan dalam pembangunan (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) yang menempatkan pengurangan risiko bencana sebagai landasan berpikir yang mempengaruhi strategi yang ada. Dibutuhkan komitmen bersama dalam menjalankan agenda/membangun strategi bersama dalam pengurangan risiko bencana, agar menjadi milik bersama, tidak hanya satu instansi tapi milik Pemerintah Kabupaten Bener Meriah, masyarakat, organisasi swadaya, dan para pelaku bisnis yang juga perlu dilibatkan.

(11)

2

x

mengetahui inti permasalahan yang ada, sehingga memudahkan dalam pembahasan dan dalam menarik benang merah dan kesimpulan serta menyusun berbagai skenario dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan, baik primer, sekunder maupun tersier, serta bagaimana melakukannya. Pemetaan dan kajian yang dilakukan secara partisipatif, sekaligus dapat menjadi bagian transfer informasi dan pengetahuan kepada masyarakat. Proses dialog antar pemerintah dan masyarakat akan terjadi, termasuk gagasan-gagasan upaya PRB dari masyarakat.

Kertas konsep ini juga dapat menjadi bahan masukan terhadap kemungkinan penyusunan qanun pananggulangan bencana di Kabupaten Bener Meriah maupun kelembagaan daerah – Badan Penanggulangan Bencana Daerah, sebagaimana diatur dalam UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Kondisi ini sebagai bentuk penyesuaian atau penjabaran kebijakan pemerintah yang telah merubah pendekatannya dalam penanggulangan bencana, yaitu: 1) dari reaktif (respon darurat) menjadi pengurangan risiko (risk reduction) atau manajemen risiko (risk management), 2) perlindungan penduduk sebagai kewajiban Negara, dan 3) penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama, antara pemerintah, masyarakat maupun swasta.

Selain itu dibutuhkan pula kepastian anggaran untuk menjamin terlaksananya agenda-agenda yang telah disusun. PRB masih menjadi “barang baru” di Indonesia, walaupun telah berjalan hampir lima tahun, atau dua tahun setelah UU Penanggulangan Bencana disahkan. Untuk menjamin sinergitas seluruh agenda, perlu dipertimbangan untuk membentuk unit kerjasama antar bidang dalam satu wadah (forum lintas instansi). Kebutuhan forum dapat menggunakan kelembagaan yang telah ada, seperti Satlak PB yang telah ada di Kabupaten Bener Meriah. Namun karena Satlak PB bersifat ad hoc, maka perlu ditunjuk pelaksana teknis atau pelaksana harian.

Secara lebih lengkap, dalam dokumen ini dijabarkan langkah-langkah preventif, mitigasi dan kesiapsiagaan yang perlu dilakukan sebagai upaya PRB, yaitu:

1. pemetaan kawasan rawan dan komunitas rentan bencana; peta rawan bencana yang telah ada (2007) belum cukup mampu menjelaskan kawasan-kawasan rawan bencana di Kabupaten Bener Meriah secara spesifik

2. kajian kebijakan tentang tata ruang dan pengelolaan sumberdaya alam, perijinan pemanfaatan sumberdaya alam, dan kelembagaan penanggulangan bencana

3. penyadaran dan peningkatan kapasitas masyarakat, dapat dilakukan melalui kegiatan formal –seperti kurikulum di sekolah– maupun informal

4. mitigasi (misal melalui peraturan, penyuluhan, pembangunan fasilitas publik yang peka terhadap ancaman bencana) dan kesiapasiagaan

5. sistem peringatan dini; saat ini Kabupaten Bener Meriah belum memiliki sistem peringatan dini secara mandiri dan sistematis

6. penyusunan rencana kontijensi atau perencanaan kedaruratan

7. penyusunan rencana strategis (RENSTRA) pengurangan risiko bencana

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh dengan kandungan dapat mencapai 70-96%, dan walaupun minyak cengkeh mengandung beberapa

Bahwa dengan semakin meningkatnya volume tugas tiap-tiap urusan pada Dinas Pertanian dan Perikanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya dalam pengembangan kegiatan di

Film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pita seluloid,

(yang dilambangkan dengan angka-angka itu) berulang dalam deretan angka.. Dalam frekuensi minat pengunjung menunjukkan jumlah postingan, kunjungan pengunjung, dan

jembatan tulang kanalis spinalis atau pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. TBC paraplegia terjadi secara perlahan dan

REKRUTMEN D3 KERJASAMA PLN – POLIBAN TAHUN 2018 Peserta yang dinyatakan lulus Tes Adaftif PLN (TAP) dan Psikotes serta telah mendaftar melalui aplikasi rekrutmen

Kehamilan ektopik a'alah suatu kehamilan 'imana sel telur yang 'i$uahi  $erimplantasi 'an tum$uh 'i luar en'ometrium ka8um uteri/ Kehamilan ektopik 'apat mengalami a$ortus

Meminta munculnya perilaku yang baru pada orang lain, mengungkapkan tentang fakta ataupun perasaan dalam memberikan saran pada orang lain, dengan tujuan agar situasi berubah