• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kedisiplinan dalam keluarga dengan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan kedisiplinan dalam keluarga dengan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008 - USD Repository"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KEDISIPLINAN DALAM SEKOLAH PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE II YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Nama : Lusia Kiki .K

NIM : 011114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

KEDISIPLINAN DALAM SEKOLAH PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE II YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Nama : Lusia Kiki .K

NIM : 011114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(3)

SKRIPSI

HUBUNGAN KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN DALAM SEKOLAH PARA SISWA KELAS VIII SMP

STELLA DUCE II YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Oleh:

Lusia Kiki Kusumayanti NIM: 011114016

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

(4)

HUBUNGAN KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN DALAM SEKOLAH PARA SISWA KELAS VIII SMP

STELLA DUCE II YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Lusia Kiki Kusumayanti

NIM: 011114016

Telah dipertahankan di depan Penguji pada tanggal 10 November 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si ………... Sekretaris : A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A. ……… Anggota : Drs. Y.B. Adimassana, M.A. ……… Anggota : Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. ……… Anggota : Drs. Wens Tanlain, M.Pd. ……….

Yogyakarta, 10 November 2008

Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

“Anda tidak akan bisa mengajarkan manusia sesuatu apapun, yang dapat anda lakukan hanyalah membantunya menemukan kembali apa yang terdapat dalam dirinya”. ( Galileo )

Kritikan memang sakit untuk didengar dan membuat seseorang menangis, Saran merupakan hal yang sulit untuk dilakukan……, tetapi Kritikan dan Saran yang membuat seseorang menjadi lebih baik. ( N.N)

Seperti pelangi bersinar yang muncul sehabis hujan, itulah Janji Tuhan yang tak ternilai dan abadi. ( Nikita )

Kupersembahkan skripsi ini untuk : Ayahanda ( Heru Purwanto ) dan Ibunda ( Skolastika ) terkasih, Mas Koko, Wawan, Anna, De Pit dan Ponakanku Daniel tersayang, Chethaa tercinta , dan Almamaterku.

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 november 2008 Penulis

(7)
(8)

Puji syukur saya panjatkan kepada Bapa di surga, Juruselamatku Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat belajar di perguruan tinggi dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Hubungan Kedisiplinan Dalam Keluarga dengan Kedisiplinan Dalam Sekolah Para Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta Tahun Pelajaran 2007/2008.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama persiapan penyusunan hingga penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma atas pengesahan skripsi ini.

2. Dra.M.M. Sri Hastuti,M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Drs.Y.B.Adimassana,M.A, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta koreksi dalam menyelesaikan skripsi ini….sekali lagi makasih banyak ya Pak.

4. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si dan Drs. Wens Tanlain, M.Pd selaku dosen penguji… terimakasih atas waktu dan masukannya.

(9)

Stella Duce II serta siswa/siswi SMP Stella Duce II khususnya kelas VIII terimakasih buat waktu dan penerimaannya.

6. Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan dukungan moral, moril serta doa.

7. Abangku ( bang Koko ) terimakasih buat pulsa and……sukses selalu ya bang!!! Adik2ku tersayang ( Wawan dan Anna plus si kecil”Daniel”), De Pit…trims buat dukungan, doa dan waktunya buat dengar keluhanku, Mbah Putri….matur nuwun sanget doanya.

8. Yang tersayang “Chethaa” atas perhatian, kesabaran, dan penghiburannya dikala penulis merasa jenuh walaupun dengan jarak yang memisahkan. Thanks atas kasih sayangnya.

9. Sahabat-sahabatku : Nida, Puji, Ninink, B’rongs + Grinjing 5, Smile group. 10. Semua saudara dan sahabat yang tidak bisa aku sebut satu persatu, terimakasih

banyak atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangan kritik dan saran demi proses belajar dan demi pengetahuan ilmiah. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Penulis

(10)

HUBUNGAN KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN DALAM SEKOLAH PARA SISWA KELAS VIII SMP

STELLA DUCE II YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Lusia Kiki Kusumayanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan kedisiplinan dalam keluarga dengan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey. Subyek dalam penelitian ini limapuluh siswa/siswi kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta yang ditentukan secara acak.

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada korelasi antara kedisiplinan dalam keluarga dengan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008?

Instrumen dalam penelitian disusun oleh peneliti berdasarkan AUM (Alat Ungkap Masalah) dan alat yang digunakan dalam skripsi Mariana (2003) yang dikembangkan lagi oleh peneliti. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang kedisiplinan siswa yang terdiri dari 50 item.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif dan cukup signifikan antara kedisiplinan dalam keluarga dengan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi pada taraf signifikansi 1% adalah 0,515.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah peningkatan kedisiplinan dalam keluarga diikuti peningkatan kedisiplinan dalam sekolah.

(11)

THE CORRELATION BETWEEN DISCIPLINE IN FAMILY WITH DISCIPLINE IN SCHOOL IN VIII GRADE STUDENTS OF STELLA DUCE II YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL IN ACADEMIC

YEAR OF 2007/2008

Lusia Kiki Kusumayanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This reseach was to gain description concerning the correlation between discipline in family with discipline in school in VIII grade students of Stella Duce II Yogyakarta Junior High School in academic year of 2007/2008. This reseach used descriptive reseach by survey method. The subjects of this reseach were fifty VIII grade students of Stella Duce II Yogyakarta Junior High School that were determined randomly.

The problem in this reseach was whether there was any correlation between discipline in family with discipline in school in VIII grade students of Stella Duce II Yogyakarta Junior High School in academic year of 2007/2008.

The instrument of this reseach was compiled by the author based on AUM (Problem Solving Instrument) and this instrument was used in Mariana’s mini-thesis (2003) that was developed by the author. The data collecting instrument in this reseach was questionnaire on students discipline comprised of 50 items.

The result of this reseach showed that there was positive and relatively significant correlation between the discipline in family with discipline in school of grade VIII students in Stella Duce II Yogyakarta Junior High School was assigned by correlation coefficient at significance level of 1% was 0,515.

The conclusion that was taken from this reseach was the increase of discipline in a family followed by the increase of discipline in school.

(12)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kedisiplinan ... 8

1. Pengertian Disiplin ... 8

2. Fungsi dan Pentingnya Disiplin ... 10

3. Unsur-unsur Disiplin ... 15

4. Faktor-faktor Pembentuk Disiplin ... 18

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Anak ... 20

B. Kedisiplinan Dalam Keluarga ... 22

1. Kedisiplinan Keluarga ... 22

2. Pengertian Keluarga ... 25

3. Fungsi Keluarga ... 25

4. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin dalam Keluarga ... 29

5. Pola Disiplin Yang Digunakan Orang Tua ... 33

C. Kedisiplinan Dalam Sekolah ... 33

1. Kedisiplinan Sekolah ... 33

2. Pengertian Sekolah ... 35

3. Sumber-sumber Pelanggaran Disiplin Anak ... 41

4. Cara Mendisiplinkan Siswa SMP ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Alat Pengumpul Data ... 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

C. Keterbatasan ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN... 66

(15)

Halaman

Tabel III.1 Kisi-kisi Kedisiplinan Dalam Keluarga ... 51

Tabel III.2 Kisi-kisi Kedisiplinan Dalam Sekolah ... 52

Tabel III.3 Populasi Subyek Penelitian ... 53

Tabel IV.1 Persentase Kedisiplinan Dalam Keluarga ... 59

Tabel IV.2 Persentase Kedisiplinan Dalam Sekolah ... 60

(16)

Halaman

Lampiran Hasil Uji Coba Kedisiplinan dalam Keluarga...67

Lampiran Hasil Uji Coba Kedisiplinan dalam Sekolah...69

Lampiran Koefisien Korelasi...71

Lampiran Skor Kedisiplinan dalam Keluarga...73

Lampiran Skor Kedisiplinan dalam Sekolah...76

Lampiran Nilai rProduct-Momentdari Pearson...77

Lampiran Kuesioner Kedisiplinan dalam Keluarga...78

Lampiran Kuesioner Kedisiplinan dalam Sekolah...82

Lampiran Ijin Penelitian...86

Lampiran Surat Keterangan Penelitian dari sekolah...87

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melakukan kegiatan dan aktivitas kita sehari-hari, di mana pun tempatnya kita tidak dapat melepaskan diri dari norma atau aturan yang berlaku. Aturan-aturan ini harus diikuti baik secara paksa maupun atas kerelaan diri seseorang.

Adanya norma atau aturan itu dimaksudkan untuk mengatur perilaku dan mendorong serta menekan orang perorangan, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai dan menaati nilai-nilai sosial yang ada.

Norma juga dibuat untuk memelihara ketertiban dan perdamaian di antara orang yang memiliki kepentingan yang berlainan, sehingga satu dengan yang lain akan saling menghormati terhadap kepentingan masing-masing. Jadi dengan adanya norma atau aturan, maka manusia tidak dapat bertindak maupun bertingkah laku sesuka hatinya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan harus disertai tanggung jawab dengan penuh disiplin.

Remaja merupakan salah satu Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga pembinaan terhadap mereka sangat diperlukan.

Mental merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan harus di miliki oleh setiap remaja. Oleh karena itu untuk membentuk suatu negara yang kuat sangat didukung oleh remaja-remaja yang mempunyai mental yang baik.

(18)

Terkadang tampak bahwa masyarakat kurang peduli dengan sikap remaja yang mulai menyimpang dari perilaku dan budaya bangsa. Apalagi remaja merupakan kelompok yang paling rawan terpengaruh oleh dampak negatif. Banyaknya kasus-kasus negatif remaja yang sering kita dengar dari berbagai mass media akhir-akhir ini membuktikan akan hal tersebut di atas, sehingga dalam usaha pembentukkan remaja yang potensial, kehidupan sosial merupakan bagian penting yang tidak dapat diabaikan.

Lingkungan sekolah kebanyakan menghadapi masalah seperti : sulitnya siswa melakukan disiplin untuk belajar. Masalah tersebut kadang tidak terpikirkan oleh pihak sekolah terutama guru mata pelajaran sehingga diperlukan pemahaman tentang arti penting media pendidikan di lingkungan sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu jalur pendidikan di sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

Menurut Hurlock (1991:13-21) yang mengatakan bahwa disiplin berasal dari kata disciple yang artinya orang belajar dari pemimpinnya atau secara sukarela mengikuti pemimpinnya, dalam hal ini orang tua dan guru.

(19)

Kemauan di sini adalah kemauan yang baik dari anak untuk berbuat positif dan berbuat yang menguntungkan sebagai contoh adalah siswa mematuhi gurunya untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mematuhi peraturan yang ada di lingkungan sekolah, dan sebagainya.

Karena masih banyak kedisiplinan hanya lebih tepat jika diterapkan di sekolah, padahal keluargalah tempat pertama yang harus diperhatikan. Banyak orang tua yang sedikit menyepelekan hal tersebut. Mungkin kurang mengetahui bahwa hal tersebut akan berpengaruh terhadap sikap sosial yang dimiliki anak.

Oleh karena itu, penelitian ini berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan terhadap siswa SMP Stella Duce II Yogyakarta dengan judul: “Hubungan Kedisiplinan Dalam Keluarga Dengan Kedisiplinan Dalam Sekolah Para Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta Tahun Pelajaran 2007/2008.

B. Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Apakah ada korelasi antara kedisiplinan dalam keluarga dan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII di SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008?

C. Tujuan Penelitian

(20)

sekolah para siswa kelas VIII di SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat :

a. Sebagai masukan bagi pengembangan proses belajar agar dalam memberikan bimbingan pribadi dan sosial lebih terarah dan dapat mengenai sasaran.

b. Dengan terlaksananya bimbingan pribadi dan sosial yang terarah dan mengenai sasaran dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan dapat mengatasi masalah siswa baik yang akan dan yang sudah timbul.

E. Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menanggapi permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu membatasi beberapa hal pokok meliputi :

1. Disiplin

(21)

2. Kedisiplinan dalam Keluarga

Disiplin merupakan kepatuhan untuk dapat menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk kepada kepatuhan, perintah, atau peraturannya. Lebih lanjut bahwa faktor-faktor pembentuk disiplin menurut Hurlock (1978) pada pokoknya terdapat empat macam yaitu : pendidikan sebagai pembentuk konsep moral, hukuman, hadiah, keajegan norma yang ada di masyarakat (konsisten) (dalam Farida Hanum, 1989:8). Kedisiplinan dalam keluarga dapat diartikan kondisi-kondisi dalam keluarga yang berkaitan dengan penanaman peraturan-peraturan, pemberian hukuman, dan penghargaan terhadap anak yang harus dilaksanakan secara konsisten.

3. Kedisiplinan dalam Sekolah

(22)

bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang dari disiplin ialah untuk perkembangan pengendalian diri-sendiri dan pengarahan diri-sendiri (self control dan self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri-sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. (Turman Sirait,1987:3).

4. Sekolah dan Siswa

Sekolah : SMP Stella Duce II Yogyakarta.

(23)

KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan tidak boleh diserahkan kepada sekolah saja. Orang tua mempunyai tanggung jawab dalam membantu perkembangan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan yang ada didalam diri anak agar dapat berkembang menjadi remaja yang baik di lingkungannya, baik di sekolah, keluarga maupun lingkungan sosialnya.

Pada jaman sekarang ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah merubah kehidupan manusia. Manusia banyak dipengaruhi oleh berbagai macam perubahan yang terjadi; perubahan ini dialami juga oleh anak. Anak sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat menggoda, misalnya; cara berpakaian, penggunaan handphone.

Pengaruh perubahan pada jaman sekarang banyak mempengaruhi sikap sosial anak. Anak akan memasuki masa remaja yaitu masa yang ideal untuk mengembangkan kesadaran tentang moralitas, yang kemudian mengendap dalam pengambilan sikap dan penghayatan nilai-nilai moral dan agama. Dalam perkembangannya, anak harus melalui tugas perkembangannya dan menyelesaikannya. Jika anak tidak memiliki kedisiplinan terhadap sikap sosialnya maka anak akan menjadi pribadi yang diabaikan sehingga menimbulkan masalah bagi diri anak.

(24)

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Disiplin

Menurut Sastrapraja (1987:117) disiplin berasal dari kata disciple yang dapat diartikan sebagai bimbingan kearah perbaikan melalui pengarahan dan paksaan, pelaksanaan peraturannya secara keras. Pengertian ini mengandung unsur adanya paksaan. Seseorang bertindak secara disiplin karena adanya bimbingan dan paksaan. Akan tetapi menurut Sutari (1982:22), disiplin adalah tindakan yang mengandung arti ketaatan pada peraturan, keputusan yang ditentukan bersama atau sendiri yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada diri sendiri, dalam keluarga, sekolah atau masyarakat. Hal ini mengisyaratkan adanya kesadaran dan kerelaan anak didik untuk mematuhi peraturan atau norma yang mengikat tingkah laku, demi terciptanya keserasian dalam pergaulan hidup antar sesama.

Sehingga dalam disiplin terdapat 3 unsur yang juga merupakan pengertian dari disiplin. Hal ini dikemukakan oleh Atmosudirjo (1976:64), bahwa disiplin merupakan :

a) Sikap mental (state of mind mental attitude) tertentu yang merupakan sikap taat dan sikap tertib.

(25)

c) Suatu sikap (behaviour) yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, pengertian dan kesadaran untuk mentaati segala apa itu cermat dan tertib.

Dari pengertian tersebut sebenarnya dikatakan bahwa disiplin terdiri dari dua aspek yaitu keadaan mental dan aspek perbuatan atau tingkah laku. Keadaan mental berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat kognitif dan secara afektif dapat menumbuhkan kesadaran untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan demikian disiplin itu akan menjadi suatu kekuatan yang berkembang dalam diri seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri pada peraturan dan keputusan.

Imam Barnadib (1980:21), mengemukakan bahwa :

Disiplin adalah pendidikan yang berupa suasana agar pendidikan selalu tertuju pada kebaikan. Tetapi disiplin tidak dapat disinonimkan dengan paksaan atau hukuman.

(26)

Istilah disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib, artinya suatu keadaan di mana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Soekanto,1996). Sedangkan disiplin adalah sikap mental yang baik yang secara ajeg dilakukan berdasarkan norma yang baik, secara sadar serta atas keputusan sendiri yang diambil dengan bebas. Dengan melihat beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma yang telah ditetapkan masyarakat (antara lain: orang tua, guru dan teman permainan) dan secara sadar serta atas keputusan sendiri.

Dasar kedisiplinan yang paling kuat adalah kepatuhan pada prinsip dan keyakinan yang dihayati oleh individu sendiri, bukan pada seperangkat peraturan dan kepatuhan kepada atasan saja. Kepatuhan pada keyakinan diri sendiri mendorong untuk patuh kepada hukum dan peraturan. (Winkel,1997:13).

2. Fungsi dan Pentingnya Disiplin

(27)

perbuatan yang baik dan perbuatan yang tidak baik. Oleh karena itu menanamkan disiplin sangat penting artinya bagi perkembangan anak. Dalam buku Tjandrasa, Hurlock memandang bahwa disiplin dapat memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Mengapa demikian, karena didalam lingkungan yang mengajarkan disiplin sebagai kebutuhan anak dengan sendirinya dapat terpenuhi (Tjandrasa,1991:83).

Dengan mengenal aturan-aturan yang ditanamkan oleh orang tuanya, anak akan merasa aman karena ia tahu dengan pasti perbuatan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dikatakan oleh Alex Sobur (1988:31) bahwa :

Apabila aturan-aturan telah tertanam, anak akan berusaha menghindari perbuatan-perbuatan terlarang dan cenderung melakukan hal-hal yang dianjurkan, karena ia mempunyai patokan yang jelas, ia tidak lagi hidup dalam kebimbangan.

Selain itu, dengan disiplin anak akan berperilaku sesuai dengan harapan dari lingkungannya dan mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya. Kepercayaan diri pada anak akan tumbuh, dan sesudah dewasa ia akan tetap berdisiplin dalam hidupnya, bila sejak masa kanak-kanak orang tua selalu membimbingnya dibawah pengaruh disiplin.

(28)

pengarahan diri agar anak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Pertanyaan tersebut selaras dengan pendapat Hurlock tentang fungsi disiplin bagi anak, yaitu sebagai berikut :

Fungsi yang bermanfaat :

1. untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.

2. untuk mengajar anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.

3. untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.

Fungsi yang tidak bermanfaat : 1. untuk menakut-nakuti anak

2. sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin (Tjandrasa, 1990:97 )

Disiplin memang sangat perlu bukan saja di sekolah, tetapi dalam semua hal dan dalam semua kegiatan dan lebih-lebih dalam kegiatan belajar. Orang berbuat disiplin juga dikatakan belajar yaitu belajar mematuhi aturan yang telah ditetapkan.

Menurut Hurlock (1978:381) bahwa fungsi disiplin yaitu :

1. Mendidik anak. Bahwa di dunia ini ada bentuk-bentuk tata tertib bagi perilakunya, sehingga anak harus belajar dan meyesuaikan segala perilaku seperti yang diharapkan masyarakat.

(29)

3. Membantu anak untuk mengembangkan control diri dan self direction, sehingga dapat bertindak secara bijaksana dalam menentukan tanggung jawabnya dan perkembangan pribadinya.

Fungsi tersebut di atas lebih menekankan pada fungsi disiplin bagi seorang anak, belum menyeluruh bagi semua individu.

Adapun fungsi dari disiplin yang lebih menyeluruh dikemukakan oleh Farida Hanum (1989:12) bahwa fungsi disiplin adalah :

1. Berguna bagi sosialisasi yaitu standar tingkah laku yang diperbolehkan masyarakat, serta dapat diterima masyarakat.

2. Penting untuk mengembangkan kemasakan pribadi, menumbuhkan ciri-ciri yang dimiliki seseorang dewasa yaitu dapat berdiri sendiri tidak tergantung pada orang lain.

3. Penting untuk menginternalisasi standar moral dan nilai-nilai yang dianut orang tua atau dengan kata lain mengembangkan konsensia anak.

4. Menimbulkan rasa aman pada diri anak, tanpa adanya bimbingan yang jelas maka anak cenderung bingung dan khawatir.

Dengan demikian disiplin sangat berguna bagi pembentukan kepribadian individu khususnya anak di mana akan memudahkan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan serta memberi rasa aman pada diri sendiri dan akhirnya akan tercapai rasa percaya diri.

(30)

a) sebagai fungsi internalisasi b) sebagai fungsi sosialisasi

c) sebagai fungsi kemasakan kepribadian d) sebagai fungsi terhadap perasaan aman.

Dari fungsi-fungsi disiplin yang sudah disebutkan di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

a) Kelancaran proses belajar mengajar

Dengan belajar berdisiplin anak merasa aman dan tidak merasa terganggu oleh teman, dan ini berarti mereka menyadari bahwa berhasil tidaknya disiplin adalah untuk mereka sendiri.

b) Mendidik dan melatih siswa dalam hidup bermasyarakat atau sosialisasi. Dengan disiplin anak akan terlatih mengikuti dan melaksanakan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.

c) Mendidik dan melatih siswa agar menggunakan waktu sebaik-baiknya, baik untuk belajar maupun untuk kegiatan lainnya.

d) Untuk menanamkan rasa saling hormat menghormati antara yang satu dengan yang lainnya sehingga akan timbul perasaan aman dalam kehidupannya.

(31)

3. Unsur-unsur Disiplin

Ada 4 unsur disiplin, yaitu : peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.

Peraturan dimaksudkan bahwa dalam disiplin ada norma-norma, aturan yang harus ditaati seseorang. Hukuman dimaksudkan jika seseorang melanggar suatu aturan, maka ia akan mendapatkan hukuman, bisa hukuman fisik, non fisik, membayar denda dan sebagainya. Sedangkan penghargaan dimaksudkan jika seseorang melakukan tindakan yang benar, maka kepadanya diberikan penghargaan yang tidak harus berupa benda, tetapi dapat berupa ucapan terima kasih, senyuman, pujian dan sebagainya. Konsistensi terkait dengan tingkat keajegan dalam memberikan hukuman dan penghargaan.

Bila disiplin diharapkan mampu untuk mendidik anak agar ia dapat berperilaku sesuai dengan standar moral yang ditetapkan kelompok sosial, menurut Hurlock ada 4 unsur pokok cara mendisiplinkan anak yang digunakan, yaitu :

a. Peraturan sebagai pedoman perilaku.

(32)

1) Peraturan keluarga, peraturan yang mendidik anak tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam hubungannya dengan anggota keluarga. Misalnya melaksanakan aturan yang ditetapkan orang tua, mengerjakan pekerjaan rumah pada jam-jam tertentu.

2) Peraturan sekolah, peraturan yang dikenakan kepada anak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sewaktu berada di lingkungan sekolah. Misalnya melaksanakan peraturan dan tata tertib di sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, dan melaksanakan tugas lain di kelas.

3) Peraturan dalam masyarakat khususnya dalam lingkungan kelompok teman sebaya, peraturan yang mendidik anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan dalam hubungannya dengan teman kelompok. Misalnya berhubungan dengan tanggungjawab, kerjasama, disiplin waktu, penyesuaian diri, dan saling menghargai antara agama.

(33)

b. Konsisten dalam peraturan.

Konsisten adalah suatu kecenderungan menuju kesamaan hasilnya. Konsisten dalam peraturan membantu anak supaya tidak bingung mengenai apa yang diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin mempunyai peranan yang penting yaitu :

1) Mempunyai nilai mendidik yang besar. 2) Mempunyai nilai motivasi yang kuat.

3) Mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.

c. Hukuman untuk pelanggaran peraturan.

Anak yang dengan sengaja melanggar peraturan dan kesalahan akan mendapatkan hukuman sebagai ganjaran. Hukuman yang diberikan berfungsi sebagai :

1) Agar anak tidak mengulangi tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

2) Memberikan motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

d. Penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan yang berlaku.

(34)

Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa apabila salah satu unsur pokok itu hilang, maka akan menyebabkan sikap yang tidak menguntungkan bagi anak dan perilaku yang tidak sesuai dengan standar dan harapan sosial. Contohnya apabila anak merasa dihukum tidak adil atau bila anak sudah berusaha berperilaku sesuai dengan harapan orang tua, tetapi tidak dihargai oleh mereka, hal ini akan melemahkan motivasi anak untuk berusaha memenuhi harapan orang tua itu.

Disiplin diharapkan mampu mengatur anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial di mana anak itu hidup.

4. Faktor-faktor Pembentuk Disiplin

Ada empat (4) faktor pembentuk disiplin yang dikemukakan oleh Hurlock (1978:94-95) yaitu :

a. Konsep moral (rule) atau sering disebut peraturan.

Peraturan memungkinkan seseorang untuk hidup bermasyarakat dengan baik, mengikuti norma-norma yang ada dalam lingkungan b. Hukuman

(35)

Hukuman juga menunjukan pada apa yang dianggap benar atau salah oleh kelompok sosial. Apabila mereka melihat penyelewengan akan mengakibatkan suatu hukuman, maka mereka akan berpikir dua kali untuk mengulanginya.

c. Hadiah

Pemberian hadiah dimaksudkan agar individu mau mengulangi perbuatan-perbuatannya. Hadiah dalam hal ini merupakan wujud penghargaan yang bentuknya tidak perlu berupa materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian. Tiga peran penghargaan yaitu :

1) Mendidik berbuat yang baik dan benar.

2) Motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. 3) Memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.

d. Keajegan norma dalam masyarakat (konsistensi)

Menurut Hurlock (1978) yaitu suatu tingkat keseragaman atau stabilitas. Individu mempelajari norma dan aturan-aturan permainan dalam hidup bermasyarakat. Sehingga dibutuhkan keajegan norma-norma tersebut, agar tercapai disiplin yang konstan, tidak akan ada perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah. Konsistensi harus menjadi dari semua faktor pembentuk disiplin di atas. Peran konsistensi yaitu :

1) Mempunyai nilai mendidik yang besar 2) Menjadi motivasi yang kuat

(36)

Konsistensi memacu proses belajar dan dapat membantu anak belajar peratauran dan menggabungkan peraturan tersebut ke dalam suatu kode moral. Hasilnya anak yang selalu diberi pendidikan moral secara konsisten cenderung lebih matang dibanding yang mendapat pendidikan moral secara tidak konsisten, sehingga disiplin akan lebih mudah terbentuk.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cara Mendisiplinkan Anak Cara yang dilakukan orang tua atau guru dalam mendisiplinkan anak dipengaruhi oleh bermacam faktor. Menurut Hurlock (1999:95) ada 10 faktor yang mempengaruhi orang tua atau guru dalam mendisiplinkan anak yakni :

a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan oleh orang tua mereka. Orang tua atau guru menganggap apabila orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka akan menggunakan teknik yang sama dalam mendidik anak asuh mereka. Jika orang tua atau guru menganggap teknik yang digunakan oleh orang tua mereka salah, biasanya mereka beralih keteknik yang berbeda.

b. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok.

(37)

c. Usia orang tua atau guru

Orang tua atau guru yang muda cenderung lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Orang tua atau guru muda cenderung mengurangi kendali tatkala anak menjelang remaja.

d. Pendidikan untuk menjadi orang tua

Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak, akan lebih mengerti keadaan anak, dan kebutuhannya. Mereka akan lebih menggunakan teknik demokrasi dalam mendisiplinkan anaknya.

e. Jenis kelamin

Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibanding dengan pria. Wanita cenderung kurang otoriter. Hal ini berlaku untuk orang tua dan guru maupun para pengasuh lainnya. f. Status sosial ekonomi

Orang tua atau guru kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleran, dibandingkan dengan orang tua atau guru dari kelas atas. Semakin orang tua atau guru berpendidikan tinggi, mereka cenderung menyukai pendisiplinan yang demokratis.

g. Konsep mengenai peranan orang dewasa

(38)

h. Jenis kelamin anak

Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan dari anak laki-lakinya. Begitu pula para guru lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki.

i. Usia anak

Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil daripada anak yang lebih besar. Apapun teknik yang disukai, kebanyakan orang tua dan guru merasa bahwa anak kecil belum dapat mengerti penjelasan, Kesehingga mereka memusatkan perhatian cenderung menggunakan pengendalian otoriter.

j. Situasi

takutan dan kecemasan biasanya tidak diganjar hukuman, sedangkan sikap menantang, negatif, dan agresif akan mendorong pengendalian yang otoriter.

B. Kedisiplinan Dalam Keluarga 1. Kedisiplinan Keluarga

Kedisiplinan dalam keluarga adalah hal-hal atau keadaan yang selalu dikaitkan dengan penanaman nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan serta penentuan aturan-aturan atau norma-norma dalam suatu keluarga terhadap anak yang harus dilaksanakan.

(39)

Selanjutnya Gunarsa (1983:82-84) mengemukakan cara menanamkan disiplin dalam keluarga :

a. Cara otoriter

Orang tua menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak yang harus ditepati dan ditaati oleh anak. Kalau anak tidak memenuhi tuntutan orang tua, ia akan diancam dan dihukum. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi.

b. Cara bebas

Orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Pada cara bebas ini pengawasan menjadi lebih longgar. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik dan salah.

c. Cara demokratis

Orang tua memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara dua belah pihak anak dan orang tua. Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara di atas tetapi terbatas atau tidak mutlak.

(40)

1) Menyadari perbedaan tingkat kemampuan kognitif anak. Hal ini disesuaikan dengan asas perkembangan aspek kognitif.

2) Menanamkan disiplin pada anak harus dimulai seawal mungkin. d. Dalam usaha menanamkan disiplin pada anak perlu dipertimbangkan

agar mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin.

e. Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai sikap tegas, konsekuen dan konsisten.

f. Melatih dan mendorong perlu dilakukan berulang-ulang sampai tercapai keadaan di mana anak bisa melakukan sendiri sebagai suatu kebiasaan.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas maka dalam mendisiplinkan anak akan tercapai seperti yang diinginkan.

Berdasarkan uraian tentang kedisiplinkan dalam keluarga yang telah diuraikan, maka dapat dikatakan bahwa indikator-indikator kedisiplinan dalam keluarga adalah unsur-unsur pembentuk disiplin dalam keluarga yang meliputi :

1) Pendidikan sebagai pembentuk konsep moral atau penanaman kesadaran memahami peraturan.

2) Pemberian hukuman.

3) Pemberian penghargaan (hadiah).

(41)

Sedangkan menurut Tidjan (1991:21) disiplin dalam keluarga adalah : “Penetapan, pembatasan-pembatasan, pengarahan, cara, latihan, penguasaan, yang diterapkan oleh orang tua agar anak dapat mengenal tingkah laku yang tidak sesuai dan sebaliknya dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai dengan harapan dan norma-norma masyarakat”.

2. Pengertian Keluarga

Menurut Vembriarto (1978:58) keluarga diartikan sebagai kelompok sosial yang terdiri dari ayah dan ibu yang terikat dalam suatu perkawinan yang resmi dan anak-anak baik kandung maupun adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Dari pendapat mengenai keluarga di atas, dapat diketahui unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian keluarga yaitu sebagai berikut : a. Keluarga merupakan persekutuan hidup antara dua orang dewasa

yang berlainan jenis dalam membentuk kelompok sosial. b. Persekutuan ini berdasar atas ikatan darah dan atau adopsi.

c. Persekutuan itu paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, walaupun adakalanya hanya terdiri dari seorang laki-laki saja atau perempuan saja dengan atau tanpa anak-anak.

3. Fungsi Keluarga

(42)

a. Fungsi Pengaturan Seksual

Keluarga merupakan wadah yang sah baik ditinjau dari segi agama maupun masyarakat dalam hal pengaturan dan pemuasan keinginan-keinginan seksual. Kepuasan seks di dalam keluarga itu besar sekali pengaruhnya dan pentingnya dalam membina keluarga yang sehat, harmonis dan bahagia.

b. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk menghasilkan keturunan anggota baru. Sebagai penerus bagi kehidupan manusia secara turun temurun.

c. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan

Keluarga berfungsi sebagai perlindungan dan pemeliharaan terhadap semua anggota keluarga, baik terhadap kebutuhan jasmani maupun rohani, terutama kepada anak-anak.

d. Fungsi Pendidikan

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga anak pertama mengenal pendidikan.

e. Fungsi Sosialisasi

Keluarga sebagai kelompok primer yang didalamnya terjadi interaksi di antara para anggota dan di situlah terjadi proses sosialisasi.

f. Fungsi Afeksi dan Rekreasi

(43)

g. Fungsi Ekonomi

Setiap anggota dalam keluarga mempunyai fungsi ekonomi, sebagai penghasil ekonomi (biasanya orang tua) atau sebagai konsumen ekonomi (biasanya orang tua dan anak-anak).

h. Fungsi Status Sosial

Keluarga berfungsi sebagai suatu dasar yang menunjukkan kedudukan atau status bagi anggota-anggotanya yaitu dengan mewariskan kedudukannya kepada anak-anaknya.

Menurut Sayekti P (1994:29-31) bahwa tipe keluarga ada 6, yaitu: 1) Keluarga yang sibuk yaitu keluarga yang semua anggotanya

bekerja, baik orang tuanya maupun anak-anaknya.

2) Keluarga wibawa yaitu keluarga di mana orang tuanya berwibawa. 3) Keluarga yang tegang yaitu keluarga yang kurang akrab antara anggota keluarga, kurang adanya rasa kasih sayang dan bahkan seringkali terjadi ketegangan hubungan antara ayah dan ibu.

4) Keluarga yang retak yaitu keluarga yang sudah tidak mempunyai keharmonisan antara ayah dan ibu, tidak ada kesatuan pendapat, sikap dan pandangan terhadap sesuatu yang dihadapinya.

(44)

6) Keluarga yang ideal yaitu keluarga yang terdapat suasana menyenangkan, biasanya keluarga yang tidak besar, mutu anggota keluarga tinggi, penghasilan cukup, pandangan hidup beragama kuat, hidup sederhana dan adanya saling pengertian antar anggota keluarga.

Keluarga sebagai wadah pertama kali individu bersosialisasi di sini tidaklah perlu dibeda-bedakan mendalam karakteristiknya. Akan tetapi karena masalah kita adalah terutama mengenai efek pendidikan dari keluarga terhadap anak-anak maka kita akan menganggap adanya satu orang atau lebih anak dan satu lebih orang tuanya.

Pendidikan dapat dilaksanakan dalam lingkungan tertentu. Menurut Ki Hajar Dewantoro mengenai Tri Pusat Pendidikan menyatakan bahwa salah satunya yaitu lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan. Hal ini juga sesuai dengan fungsi keluarga sebagai lingkungan pendidikan. Hal ini juga sesuai dengan fungsi keluarga di mana salah satunya yaitu keluarga mempunyai fungsi pendidikan. Yang berarti bahwa dalam keluarga terjadi proses pendidikan.

(45)

keluarga merupakan pendidikan kodrati. Sebagai unit dasar suatu masyarakat, maka keluarga membagi bersama nilai-nilai umum tertentu dan berbagi kepercayaan dengan anggota lain.

Hal ini seperti yng dikemukakan oleh Wasidi (1991:28) bahwa anak atau remaja belajar mendalami nilai-nilai dan norma-norma dari orang tuanya dan akhirnya akan menentukan sikap serta perilakunya. Hal ini berarti bahwa dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku orang tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Uraian tentang keluarga telah dijelaskan di atas, sedangkan uraian disiplin akan dibahas dalam kedisiplinan di sekolah, sehingga keluarga dalam variabel ini penjelasannya juga sama yaitu pengertian keluarga yang mengandung unsur-unsur:

a. Keluarga adalah kelompok sosial yang berdasar ikatan darah, perkawinan, atau adopsi.

b. Terdiri minimal dua orang atau lebih.

Sehingga kita akan menganggap adanya satu orang atau lebih anak dan satu atau lebih orang tuanya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Dalam Keluarga

(46)

ahli memiliki cara yang berbeda-beda dalam melihat pola asuh orang tua. Barus (1999:88) membedakan ada tiga model keluarga yang mempengaruhi pola pengasuhan yaitu pertama, Model of Interdependence yang melahirkan Authoritarian Parenting, kedua Model of Independence yang melahirkan Permissive Parenting, dan ketiga Model of Emotional Interdepende yang melahirkan Authoritative Parenting. Pada akhirnya pilihan terhadap suatu pola pengasuhan pola tertentu harus disadari sebagai upaya yang penuh tanggung jawab, karena pola pengasuhan mengandung usaha sadar orang tua dalam mendidik, mengarahkan, mempengaruhi, dan memfasilitas proses perkembangan anak.

Ada beberapa ahli yang membagi tipe pola pengasuhan menjadi tiga tipe, antara lain autoritarian, permisif, dan autoritatif. Sedangkan menurut Hurlock (1999:93) ada tiga tipe pengasuhan orang tua dalam mendisiplinkan anak yaitu otoriter, permisif, dan demokrasi. Berdasarkan pola pengasuhan orang tua di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pola pengasuhan yang dapat mendisiplinkan siswa ada tiga yaitu otoriter, permisif dan demokrasi. Ketiga tipe pola pengasuhan orang tua dapat dirincikan sebagai berikut :

a. Pola pengasuhan demokrasi/autoritatif.

(47)

menggunakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak. Kepada anak yang masih kecil dibiasakan dan diberitahukan mengenai peraturan yang harus dipatuhi dalam kata-kata yang dapat dimengertinya. Dengan bertambahnya usia, anak tidak saja dibiasakan dan diberi penjelasan tentang peraturan, melainkan juga diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentang peraturan (Hurlock,1999:94). Orang tua demokratis mencintai anak-anaknya dan mengungkapkan afeksi kepada anaknya. Mereka mendorong anak-anaknya berpikir sendiri dan dapat bekerja sama dengan anak lain dalam mengambil keputusan.

b. Pola pengasuhan otoriter/authoritarian

(48)

atau ketentuan yang telah ditetapkan, maka akan mendapat hukuman, namun jika anak melaksanakan apa yang telah ditetapkan orang tua, maka anak jarang sekali mendapat pujian atau penghargaan (Hurlock,1999).

c. Pola pengasuhan permisif

Bagi banyak orang tua, pola pengasuhan permisif protes terhadap pola pengasuhan otoriter dalam pengasuhan anak (Hurlock, 1999:93). Orang tua permisif tidak memberikan batasan-batasan atau aturan-aturan yang sifatnya wajib/dipaksakan. Orang tua permisif tidak menetapkan apa saja yang boleh dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan, anak diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak hati. Hanya sedikit permintaan dan batasan/larangan yang dikenakan pada anak. Orang tua permisif terlalu cepat mengalihkan tanggung jawab kepada anak-anaknya, apabila melakukan kesalahan, anak tidak pernah dihukum dan tidak pernah diberi hadiah bila melakukan hal-hal yang umum.

(49)

5. Pola Disiplin yang Digunakan Orang Tua

Pola disiplin yang biasa digunakan oleh orang tua adalah :

a. Power assertion ; dalam disiplin ini, orang tua dalam mengontrol tingkah laku anaknya cenderung menggunakan atau menunjukkan kekuasaan dan otoriternya.

b. Love Withdrawl ; dalam disiplin ini orang tua secara eksplisit maupun implisit menunjukan ketidak senangannya pada perbuatan anak.

c. Induction ; dalam disiplin ini orang tua memberikan penalaran atau petunjuk-petunjuk secara rasional terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anak.

C. Kedisiplinan Dalam Sekolah 1. Kedisiplinan Sekolah

Disiplin siswa di lingkungan sekolah bisa dilihat melalui kegiatan yang dilakukan di sekolah. Kegiatan tersebut berhubungan dengan aturan akademik, aturan umum di lingkungan sekolah, dan berhubungan dengan penggunaan fasilitas sekolah.

a. Kegiatan berhubungan dengan aturan akademik.

(50)

1) Belajar secara tertib di kelas, masuk keluar kelas tepat waktu. 2) Memanfaatkan waktu luang untuk belajar menambah pengetahuan

dan keterampilan.

3) Melaksanakan tugas sekolah secara sungguh-sungguh.

4) Memanfaatkan perpustakaan sekolah secara baik dan optimal.

b. Kegiatan berhubungan dengan aturan umum di lingkungan sekolah. Kegiatan ini berkaitan dengan kemauan dan kemampuan siswa di sekolah dalam upaya penyesuaian akan aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang tertulis ataupun lisan untuk menciptakan dan menegakkan tata tertib yang diperlukan dan diterapkan di sekolah dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan kedisiplinan akan perilaku dan sikap siswa secara umum dan mendasar. Aturan umum, meliputi : 1) Tertib sebelum memasuki ruang kelas.

2) Tertib meninggalkan ruang kelas.

3) Tertib dalam berdoa bersama sebelum dan sesudah belajar. 4) Tertib meninggalkan pintu gerbang sekolah.

5) Tertib dalam mengikuti upacara bendera.

c. Kegiatan berhubungan dengan penggunaan fasilitas sekolah.

(51)

dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan akan kepedulian dan rasa memiliki terhadap diri sendiri dan lingkungan sekolah dengan segala fasilitas yang ada yang perlu untuk dipergunakan dan di pelihara dengan sebaik-baiknya. Aturan tentang penggunaan fasilitas, meliputi: 1) Bersih di lingkungan sekolah

(a) tidak membuang sampah di sembarang tempat.

(b) Tidak mencoret-coret di tempat yang tidak selayaknya. 2) Bersih badan dan pakaian.

3) Bersih ruang kelas.

Sekolah sebagai suatu sistem, merupakan suatu lembaga yang utuh dan memiliki berbagai komponen dasar yang saling terkait, saling menunjang dan saling mempengaruhi. Komponen dasar tersebut yaitu: 1) Penataan lingkungan sekolah melalui 6K (Keamanan, Kebersihan,

Keindahan, Kekeluargaan dan Kerindangan, Ketertiban).

2) Pengelolaan Administrasi Sekolah yang baik (lengkap, tertib dan rapi). 3) Kegiatan Belajar Mengajar, baik kurikuler maupun ekstrakurikuler

berlangsung secara efektif dan efisien.

2. Pengertian Sekolah

(52)

yang bermaksud mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama.Sekolah merupakan perwujudan dari relasi antar personal yang didasari oleh berbagai motif, yang menjadi intensif ke satu arah dan kurang intensif ke arah yang lain. Kesamaan motif dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing mendorong terbentuknya kelompok yang disebut sekolah. Di dalam pengelompokan itu dapat dibeda-bedakan antara lain :

a. Variabel-variabel atau dimensi-dimensi individual b. Struktur yang mengatur mekanisme kegiatan.

c. Dinamika yang mewujudkan hubungan fungsional dan hubungan interpersonal.

d. Tujuan yang mengendalikan kegiatan.

Variabel-variabel individual muncul karena di dalam organisasi setiap orang mendapat posisi yang menjuruskan dan membatasi kegiatan yang dapat dilakukannya. Posisi itu memberikan status pada seseorang di dalam kelompoknya, yang dapat diartikan sebagai kedudukan dan peranan seseorang menurut pandangan orang lain dan menurut dirinya sendiri sebagai anggota kelompok dan anggota masyarakat.

(53)

akan berpengaruh langsung terhadap kedewasaan anak-anak yang menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari orang tua atau keluarga. Dengan kata lain sekolah dalam mendidik tidak mungkin mengurangi arti dan peranan keluarga dalam mendewasakan anak-anak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan dan perkembangan dapat terjadi, sedang peranan dan fungsi sekolah yang essensi selalu tetap, pada dasarnya disebabkan oleh :

a. Penyelenggaraan sebuah sekolah pada dasarnya bermaksud untuk memperbaiki mutu atau kualitas kehidupan manusia.

b. Sekolah sebagai lembaga sosial dan lembaga kependidikan tidak dapat melepaskan diri dari masyarakat sekitarnya.

c. Sekolah diselenggarakan untuk membantu anak-anak agar mampu memahami dan mampu pula memecahkan masalah-masalah kehidupan di jamannya masing-masing.

d. Konsep tentang anak didik di jamannya masing-masing.

(54)

Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya. Pada proses pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktivitas kemanusiaan dan pemanusiaan sejati. Fungsi sekolah memiliki 3 pilar, yaitu :

a. Fungsi penyadaran atau disebut juga fungsi konservatif bermakna bahwa sekolah bertanggung jawab untuk mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat dan membentuk kesejatian diri sebagai manusia. Pendidikan sebagai instrument penyadaran bermakna bahwa sekolah berfungsi membangun kesadaran untuk tetap berada pada tataran sopan santun, beradab, dan bermoral di mana hal itu menjadi tugas semua orang.

Kesadaran individu atau kelompok terdiri dari beberapa tingkatan : 1) Kesadaran naïf di cirikhasi dengan perilaku orang yang terlalu

menyederhanakan atau mensimplifikasikan dan meromantisasikan realitas.

2) Kesadaran magis merupakan sebuah tatanan perilaku di mana orang mengadaptasi atau menyesuaikan diri secara fatalistik dengan sistem yang ada.

(55)

4) Kesadaran emosional adalah kesadaran yang bersumber dari kata hati terdalam dengan mempertimbangkan dampak sosial dan psikologis ketika tindakan itu dilakukan atau tidak dilakukan.

5) Kesadaran spiritual adalah sebuah kesadaran yang dibangun atas dasar kemampuan inteligensi dan emosi, serta spiritual itu sendiri sehingga ditemukan kesejatian sebagai makhluk Tuhan yang cinta akan fitrah.

(56)

b. Fungsi konservatif atau fungsi penyadaran sekolah sebagai lembaga pendidikan masih menjelma dalam sosok konservatisme pendidikan persekolahan, bukan sebagai wahana pewarisan dan seleksi budaya, ditandai dengan makin terperosoknya kearifan generasi dalam mewarisi nilai-nilai mulia peradaban masa lampau.

c. Fungsi reproduksi atau disebut juga progresif merujuk pada eksistensi sekolah sebagai pembaru atau pengubah kondisi masyarakat kekinian ke sosok yang lebih maju. Selain itu, fungsi ini juga berperan sebagai wahana pengembangan, reproduksi, dan desiminasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi itu akan lebih lengkap jika pendidikan juga melakukan fungsi mediasi, yaitu menjembatani fungsi konservatif dan fungsi progresif. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka fungsi mediasi adalah kehadiran institusi pendidikan sebagai wahana sosialisasi, pembawa bendera moralitas, wahana proses pemanusiaan dan kemanusiaan umum, serta pembinaan idealisme sebagai manusia terpelajar.

(57)

3. Sumber-sumber Pelanggaran Disiplin Pada Anak

Entang (1984:11) mengatakan “tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan, yaitu pemenuhan kebutuhan”. Pengenalan terhadap kebutuhan siswa secara baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Apabila kebutuhan siswa tidak terpenuhi, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri siswa yang bersangkutan, sehingga siswa akan berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan berbagai cara yang sering kurang dapat diterima oleh masyarakat (termasuk pelanggaran disiplin).

Abraham Maslow (Winkel 1996:155) menjelaskan hirarki kebutuhan manusia dengan urutan hirarki dari bawah ke atas, yaitu : a. Kebutuhan untuk melangsungkan kehidupan jasmani seperti makanan,

minuman, tempat tinggal dan seks.

b. Kebutuhan untuk menjamin keamanan secara fisik dan psikologis seperti rasa aman dan tentram.

c. Kebutuhan untuk menikmati hubungan sosial yang memuaskan seperti dicintai, disayangi, dan diterima oleh orang lain.

d. Kebutuhan untuk menikmati rasa harga diri seperti mengakui diri sendiri sebagai orang yang patut dihargai dan mendapat pengakuan itu pula dari orang lain.

(58)

f. Kebutuhan untuk menikmati dan menghargai keindahan dalam berbagai bentuknya seperti keteraturan dan keseimbangan.

g. Mencapai pengayaan diri manusia secara optimal dan maksimal (aktualisasi diri) seperti merealisasi kemampuan/bakat.

Kebutuhan (need) dapat dirumuskan sebagai kekosongan dalam kehidupan manusia atau tidak terdapat sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya, paling tidak menurut perkiraannya sendiri (Winkel,1996).

Pelanggaran disiplin dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pelanggaran disiplin yang terjadi dalam keluarga, karena pendisiplinan yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil” atau “kekanak-kanakan”, sehingga remaja memberontak. Pemberontakan yang biasanya terjadi dalam keluarga karena salah satu orang tua lebih dominant dari pada yang lain (orang tua kurang selaras) atau kurang kompak dalam hal pendisiplinan (Hurlock, 1997:232).

Pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah itu sendiri, seperti :

a. Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter, senantiasa mendiktekan kehendak tanpa memperhatikan kedaulatan anak didik. b. Sebagian besar siswa dikurangi hak-haknya sebagai siswa yang

seharusnya turut menentukan rencana masa depannya di bawah bimbingan guru.

(59)

d. Siswa kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung jawab sekolah.

e. Latar belakang kehidupan keluarga yang kurang diperhatikan dalam kehidupan sekolah.

f. Sekolah kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara keduanya saling melepaskan tanggung jawab.

Sebab-sebab lain adalah kebosanan dalam kelas, perasaan kecewa, dan tertekan karena siswa dituntut bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja. (Entang, 1984:17).

4. Cara-cara yang Digunakan untuk Mendisiplinkan Siswa SMP

(60)

Masa remaja awal mempunyai tugas perkembangan yaitu membentuk identitas diri di mana remaja mulai bertanya tentang dirinya. Menurut (Dodson:1988) ada beberapa metode disiplin yang dapat digunakan secara efektif selama masa remaja awal, karena metode-metode itu didasarkan hubungan yang sederajat, bukannya hubungan orang tua dengan anak kecil. Metode-metodenya yaitu mengadakan perjanjian, pemecahan persoalan bersama, musyawarah keluarga dan teknik umpan balik.

Keempat metode ini bermanfaat untuk memelihara hubungan emosional yang erat. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci keempat metode di atas.

a. Mengadakan perjanjian

(61)

Cara-cara yang digunakan agar perjanjian dapat berjalan dengan baik untuk orang tua dan anak yaitu :

1) Perjanjian yang dibuat merupakan kesepakatan antara orang tua dan anak, sebagai hasil dari proses perundingan di antara mereka. 2) Proses perundingan itu menghasilkan keterikatan antara orang tua

dan anak.

3) Perjanjian itu sebaiknya berbentuk tertulis dan masing-masing pihak mendapat satu lembar sehingga dapat mencegah kesalahpahaman dan pertengkaran.

4) Perjanjian itu harus konkret dan spesifik, artinya semua tindakan yang dituangkan dalam perjanjian harus dapat diamati dan dihitung.

5) Perjanjian itu bersifat terbuka, artinya anak harus setuju melakukan sesuatu.

6) Perjanjian harus adil, baik orang tua maupun anak harus menghilangkan perasaan bahwa mereka berbuat terlalu banyak. Beberapa peraturan tentang hadiah dan bagaimana menggunakannya dalam bentuk perjanjian yaitu :

1) Hadiah selalu diberikan sesudah anak melaksanakan apa yang dijanjikan dan jangan sekali-kali sebelumnya.

(62)

3) Perjanjian dibuat hendaknya dari mudah ke yang sulit.

4) Memberikan kebebasan pada anak untuk mengeluh dan mengomel, sejauh ia tetap mengerjakan apa yang tercantum dalam perjanjian

b. Teknik pemecahan persoalan bersama.

Teknik ini diharapkan orang tua dapat menyelesaikan masalah secara bersama-sama yaitu kedua belah pihak menang dan tidak ada yang kalah. Menurut Dodson (1988) ada beberapa langkah kerja : 1) Konflik antara orang tua dan anak ditentukan dengan jelas. Anak

menginginkan sesuatu, sedangkan orang tua menginginkan sesuatu yang lainnya. Inilah persoalan yang harus dipecahkan.

2) Semua pihak yang bersangkutan (orang tua dan anak) sepakat untuk mencoba menemukan penyelesaian.

3) Mereka yang terlibat menunjuk seorang untuk menjadi pencatat, tugasnya mencatat gagasan yang diajukan sebagai kemungkinan untuk memecahkan persoalan.

4) Mereka yang terlibat ikut mengeluarkan pendapat. Manfaat dari teknik ini untuk orang tua dan anak adalah :

1) Memperkembangkan hubungan yang lebih dalam di antara keduanya, karena tidak ada pihak yang dirugikan.

(63)

3) Mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam diri anak dan dapat mengurangi permusuhan di antara anak.

c. Musyawarah keluarga.

Teknik ini dapat dipandang sebagai perluasan dari teknik pemecahan persoalan yang mengikutsertakan seluruh anggota keluarga. Ada beberapa langkah yang perlu diketahui dalam musyawarah keluarga yaitu :

1) Seluruh anggota keluarga dilibatkan, bahkan anak yang paling kecil dapat dimasukan, bila kehadirannya tidak mengganggu. 2) Sebaiknya diadakan seminggu sekali, pada saat tidak ada kegiatan

lain yang mengganggu berlangsungnya pertemuan tersebut.

3) Mempunyai seorang ketua dan sekretaris yang setiap minggu diatur bergantian.

4) Menggunakan prinsip kebebasan, tidak seorangpun dapat dipaksa. 5) Jika salah seorang anggota keluarga mengganggu jalannya

musyawarah keluarga, maka ketua berhak mengatur/menegur. 6) Diskusi dilaksanakan secara terbuka, siapa saja boleh

mengemukakan apa saja yang diinginkan dan membicarakannya sesuka hatinya.

(64)

8) Harus ada kesepakatan bersama dan tidak boleh diadakan pemungutan suara, karena dengan pemungutan suara akan ada pihak yang menang dan kalah.

Manfaat mengadakan musyawarah keluarga secara teratur akan menolong menyelesaikan persoalan bersama, keluhan, konflik, pertikaian dalam keluarga.

d. Teknik umpan balik.

Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:21-22) ada beberapa kiat dalam memberikan umpan balik yaitu :

1) Umpan balik diarahkan pada perilaku dan bukan pada pribadi perilakunya. Kita menunjukan pada apa yang telah dilakukan seseorang,bukan menilai kepribadiannya.

2) Umpan balik diberikan dalam bentuk deskripsi/pelukisan bukan dalam penilaian. Kita menunjukan pada peristiwa yang nyata terjadi, bukan menilai pada baik buruknya.

3) Umpan balik dipusatkan pada perilaku dalam situasi spesifik tertentu, bukan pada perilaku yang abstrak.

4) Umpan balik diberikan segera, tidak ditunda-tunda, semakin ditunda semakin tidak bermanfaat.

5) Umpan balik diberikan dalam bentuk upaya berbagi perasaan, bukan dalam bentuk nasihat atau petuah.

6) Tidak memaksakan umpan balik kepada orang lain.

(65)

Teknik umpan balik akan membantu orang tua dalam mengatasi hambatan-hambatan, dan membangun saling pengertian antara orang tua dengan anak. Apabila seorang anak mengungkapkan perasaannya, hal-hal yang perlu dilakukan orang tua adalah :

1) Mendengarkan secara saksama apa yang dikatakan anak.

2) Merumuskan dalam pikiran anda apa yang diungkapkan oleh anak.

3) Mengutarakan kembali kepadanya perasaan-perasaan yang baru saja diungkapkan kepada anda itu, dengan perkataan anda sendiri.

(66)

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini di uraikan jenis penelitian, alat pengumpul data, populasi dan sampel penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode korelasional yang bertujuan untuk menemukanada tidaknya“hubungan antara kedisiplinan dalam keluarga dengan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008”. Teknik statistik digunakan untuk menghitung besarnya korelasi dua variabel.

B. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini metode angket atau kuesioner sebagai metode utama.

Menurut Arikunto (1991:124) bahwa angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrument yang dipakai adalah angket atau kuesioner.

(67)

Untuk item negatif :

Skor 4 untuk jawaban STS ( Sangat Tidak Sesuai ) Skor 3 untuk jawaban TS ( Tidak Sesuai )

Skor 2 untuk jawaban S ( Sesuai )

Skor 1 untuk jawaban SS ( Sangat Sesuai )

Tabel III.1. Kisi-kisi Angket KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA

Variabel INDIKATOR No-Item Jumlah

Kedisiplinan dalam keluarga

1. Penanaman memahami peraturan-peraturan.

2. Memberikan hukuman-hukuman untuk suatu pelanggaran.

3. Memberikan penghargaan untuk suatu keberhasilan. 4. Konsekuensi orang tua

terhadap disiplin dalam keluarga (konsisten).

1-11, 32, 33, 34, 37, 39, 41, 43, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 54.

12, 13, 15, 16, 17,18, 23, 31, 60.

22, 25, 26, 27, 29, 30.

(68)

Tabel III.2. Kisi-kisi Angket KEDISIPLINAN DALAM SEKOLAH

Variabel INDIKATOR No-Item Jumlah

Kedisiplinan dalam sekolah

1. Pemahaman peraturan

2. Menjalankan 6 K

( Keamanan, Kebersihan, Keindahan, Kekeluargaan dan Kerindangan,

Ketertiban ). 3. Penggunaan waktu

4. Hukuman

5. Memakai fasilitas sekolah

1, 7, 8, 10, 11, 14, 16, 18, 22, 24, 30, 38, 41, 46, 52, 53, 57, 58, 59.

5, 6, 9, 12, 19, 31, 32, 34, 43, 48, 49, 50, 51, 60.

3, 4, 13, 17, 25, 26, 27, 28, 40, 45, 55.

2, 15, 20, 21, 23, 29, 36, 37, 39, 47, 54, 56, 61.

33, 35, 42, 44.

19 14 11 13 4 Jumlah 61

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

(69)

Tabel III.3.

Populasi Subjek Penelitian

Kelas Putra Putri Jumlah

Mawar 12 24 36

Anggrek 15 21 36

2. Sampel

Yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Karena peneliti hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian ini menggunakan penelitian sampel random atau sampel acak.

D. Prosedur Pengumpul Data 1. Tahap Persiapan

a) Meminta surat pengantar penelitian dari prodi Bimbingan dan Konseling USD.

b) Menyerahkan surat pengantar penelitian dari prodi Bimbingan dan Konseling USD, kepada Kepala Sekolah SMP Stella Duce II.

c) Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SMP Stella Duce II.

d) Melakukan koordinasi dengan koordinator Bimbingan dan Konseling SMP Stella Duce II untuk menentukan jadwal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

(70)

b) Masuk kelas dan memperkenalkan diri kepada para siswa/siswi. c) Membagi kuesioner dan menjelaskan tujuan pengisian kuesioner. d) Mengumpulkan kuesioner yang sudah diisi oleh para siswa/siswi. 3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2008 (surat keterangan dari pihak sekolah terlampir di halaman lampiran).

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian, maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistik.

Berikut ini akan diuraikan teknik-teknik analisis statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Namun sebelum melakukan analisis data dalam rangka pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan terhadap data yang diperoleh. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Validitas

Validitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

1.a. Variabel Kedisiplinan Dalam Keluarga

Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner, menunjukkan bahwa semua item memiliki koefisien korelasi yang bernilai positif dan lebih besar dari rtabel (1%) = 0,361 yang berarti valid. Koefisien korelasi

(71)

1.b. Variabel Kedisiplinan Dalam Sekolah

Berdasarkan hasil uji coba validitas kuesioner, menunjukkan bahwa semua item memiliki koefisien korelasi yang bernilai positif dan lebih besar dari rtabel (1%) = 0,361 yang berarti valid. Koefisien

korelasi yang diperoleh berkisar antara 0,018-0,717. (tabel terlampir) 2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran (Ign. Masidjo,1995:209).

Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran. Dengan kata lain skor-skor tersebut dari berbagai pengukuran tidak menunjukkan penyimpangan atau perbedaan-perbedaan yang berarti. Oleh karena itu, taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas atau rtt. Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien

(72)

statistik atas dasar signifikansi 1% dan 5% serta ancar-ancar besar koefisien sebagai berikut

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 - 1,00

0,71 - 0,90 0,41 - 0,70 0,21 - 0,40 negatif - 0,20

Sangat Tinggi Tinggi

Cukup Rendah

Sangat Rendah

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur

taraf reliabilitas suatu instrumen antara lain Test-retest, teknik belah-dua,

Kuder-Richardson ke-20 dan ke-21, dan koefisien Alpha (Ign.

Masidjo,1995:209). Metode belah-dua (split-half method) menentukan

taraf reliabilitas suatu instrumen hanya menggunakan satu kali

pengukuran. Hasil tes kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian ke

dalam kelompok skor genap dan kelompok skor ganjil dengan belahan

yang seimbang. Skor dari kelompok item genap dan item ganjil kemudian

diperbandingkan dengan teknik korelasiProduct-Momentdari Pearson.

Taraf reliabilitas satu tes diperoleh dengan mempergunakan formula

koreksi dariSpearman-Brown.Formula yang dimaksud adalah:

xy xy tt r 1 2xr r  

Keterangan rumus : rtt= koefisien reliabilitas

(73)

Perhitungan reliabilitas xy xy r r rtt    1 2 1046589 1 1046589 2    1046590 2093178  999981 , 1 

Hasil pengujian reliabilitas di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas Spearman-Brown pada kuesioner kedisiplinan bersifat reliabel rtt = 1,999. Dengan demikian seluruh item pertanyaan

yang ada pada kuesioner penelitian layak digunakan sebagai kuesioner untuk mengukur variabel kedisiplinan siswa, karena telah memenuhi persyaratan nilai kualitas diatas 1,00 validitas dan reliabilitas yang direkomendasikan dan digunakan untuk penelitian sesungguhnya.

3. Analisis Korelasi

Untuk melihat signifikansi hubungan tingkat kedisiplinan siswa dalam keluarga dan kedisiplinan siswa dalam sekolah digunakan analisis korelasi product-momentberikut ini :

rxy =



 

2 2

 

2

2

Y Y N X X N Y X XY N

  

Keterangan rumus :

rxy = Korelasi antara skor masing-masing item dengan skor total

(74)

∑X = Nilai skor masing-masing item

∑Y = Nilai skor total salah satu variabel ( Ign.Masidjo,1995 :246 ).

Perhitungan korelasi :

  

  

2 2

  

2 2

X Y N X X N Y X XY N rxy

   

 

2



2

7973 128517 x 50 6496 870884 x 50 7973 6496 1046589 x 50    

43544200 42198016



64375850 63568729

51792608 2329450 5     8071 x 1346184 536842  264 1086533376 536842  117 , 1042369 536842  4 0,51502101 rxy

Atas dasar taraf signifikansi 1% untuk N = 50 responden, dituntut rxy = 0,361. Korelasi kedisiplinan dalam keluarga dan kedisiplinan dalam

(75)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian hubungan kedisiplinan dalam keluarga dan kedisiplinan dalam sekolah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008 dengan menggunakan analisis korelasi product-moment berikut ini :

Atas dasar taraf signifikansi 1% untuk N = 50 dituntut rxy = 0,361.

Koefisien korelasi prediktif yang diperoleh rxy = 0,515. Ternyata taraf korelasi

prediktif kuesioner kedisiplinan siswa signifikan pada taraf signifikansi 1% ( rxy= 0,515 > 0,361 ) dan termasuk cukup ( 0,41- 0,70 ).

Berdasarkan hasil penelitian data dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut ini:

1. Hasil penelitian Tingkat Kedisiplinan dalam Keluarga pada siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008 termasuk sedang karena banyak siswa termasuk dalam kategori sedang dibandingkan dengan siswa yang termasuk dalam kategori rendah.

Tabel IV.1

Persentase Kedisiplinan Siswa dalam Keluarga Kategori Rata-rata Skor Jumlah siswa Persentase

Tinggi > 3,00 9 16,0 %

Sedang 2,00 – 2,99 37 74,0 %

Rendah < 2,00 4 8,0 %

(76)

2. Berdasarkan hasil penelitian Tingkat Kedisiplinan dalam Sekolah pada siswa kelas VIII SMP Stella Duce II Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008 termasuk sedang karena banyak siswa termasuk dalam kategori sedang dibandingkan dengan siswa yang termasuk dalam kategori rendah.

Tabel IV.2

Persentase Kedisiplinan Siswa dalam Sekolah Kategori Rata-rata Skor Jumlah siswa Persentase

Tinggi > 3,00 24 48,0 %

Sedang 2,00 – 2,99 26 52,0 % <

Gambar

Tabel III.1. Kisi-kisi Angket
Tabel III.2. Kisi-kisi Angket
Tabel III.3.
Tabel IV.1Persentase Kedisiplinan Siswa dalam Keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Optimasi metode UAE untuk ekstraksi zat warna alami kayu secang dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap variabel rasio bahan baku terhadap pelarut,

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Pengakhiran kepailitan dapat terjadi karena pencabutan (Pasal 18 ayat (1) UUK dan PKPU), perdamaian yang berkekuatan hukum, atau karena telah

Bismillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta rahmatannya kepada saya untuk dapat menyeslesaikan tugas akhir skripsi

Bagian Isi terdiri dari beberapa bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah

unit
 20
 1.100.000.000
 APBD
Kabupaten
 Dinas
PU
 Kabupaten
 Gorontalo
.

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Sebelum melaksanakan praktek mengajar, praktikan membuat RPP sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Praktikan mendapat kesempatan untuk mengajar menggunakan