• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ISTRI YANG TIDAK BEKERJA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN EKONOMI KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN ISTRI YANG TIDAK BEKERJA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN EKONOMI KELUARGA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN ISTRI YANG TIDAK BEKERJA DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN

EKONOMI KELUARGA

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Laora Bramantika

NIM: 029114085

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

!"

!

" # #

$

$ # %

$

(5)
(6)

vi ABSTRAK

Budaya patriarki yang begitu mengendap dan terinternalisasi dalam masyarakat membuat perempuan berada pada posisi yang subordinat dan tidak memiliki bargaining power. Kondisi demikian berimplikasi pada rendahnya kesempatan perempuan dalam hal mengambil keputusan. Dampak tersebut akan dialami pula oleh istri yang tidak bekerja, dimana mereka sangat tergantung pada suami terutama dalam hal ekonomi. Istri yang tidak bekerja tersebut, selain mengurus rumah tangga juga punya kesempatan yang lebih besar dalam berinteraksi dengan anak. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peran istri yang tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

Peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga adalah perwujudan posisi yang diemban seseorang yang merupakan rangkaian harapan untuk mengevaluasi dan memilih beberapa kemungkinan berdasarkan fakta, nilai dan minat dalam rangka memilih istitusi pendidikan bagi anak dan pengalokasian keuangan (ekonomi) keluarga. Aspek peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga, yakni aspek kognitif, motivasi, afektif, dan konasi.

Data diperoleh dengan metode pemberian skala peran istri tidak bekerja yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada 47 orang istri tidak bekerja. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif melalui program SPSS 11,5 for windows.

(7)

vii ABSTRACT

Patriarchal culture was really strong and internalized in our society; this made women in subordinate position and did not have bargaining power. This condition affected the low opportunity of women in making decision. Those effects will also felt by non working wives who really dependent on their husbands, especially in financial problem. Non working wives, besides taking care of the house, they also had greater opportunities to interact with their children. This research was a descriptive research which tries to identify how the role of non working wives in making decision about children’s education and family’s finance was.

The role of making decision about children’s education and family’s finance was a form of showing the position that a person carries. It was a series of hope to evaluate and to choose several possibilities based on facts, values, and interests in choosing education institution for children and the allocation of family’s finance. The aspects of making decision about children’s education and family’s finance were cognitive aspects, motivation aspect, affective aspects, and conation aspect.

The data were acquired by using the giving scale method to non working wives which had been tested its validity and reliability to 47 non working wives. Then the data were analyzed by using descriptive statistic method through SPSS 11,5 for windows.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Praise The Lord! Hanya karena anugerahNya yang menuntun dan mengarahkan, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini demi meraih gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, hingga memperlancar pengerjaan skripsi ini. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus. Bahwa Dia ada maka segala kesedihan yang kualami terasa tak berarti, dan yang selalu menemani serta menggandengku bahkan ketika aku berkutat dengan keegoisanku. Rasa syukur ini tak terungkapkan Bapa.

2. Bapak Eddy Suhartanto, S. Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Santa Dharma yaitu Ibu Sylvia Carolina CMYM, S.Psi., M.Si.

4. Pembimbing skripsi saya yakni Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. yang telah dengan sangat sabar menghadapi keterbatasan saya dan membantu serta memberi pencerahkan kala kesuraman menghampiri hari-hari saya.

5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tolong jangan pernah lelah mengajar dan mendidik kami ya Bapak dan Ibu Dosen. 6. Semua karyawan Kampus III Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan

(9)

ix

7. Bapak Agung Santoso, S.Psi., mantan pembimbing akademik-ku, karena kebaikan hatinya mau menjawab apapun pertanyaanku tentang statistik dan menerima berbagai obrolan tentang hal-hal yang nggak penting meski dari Negara Amerika sana. Terima kasih Master.

8. Untuk Mas Gandung, Mba Nani, Mas Muji, Mas Doni dan Pa’ Gi…betapapun sibuknya, kalian selalu menghadapi dan membantu kami para mahasiswa dengan senyum dan ketulusan. Sekretariat Fakultas Psikologi memang paling oke!

9. Papa Asiang, karena doa tak terputus dan dukungan tak bersyarat menjadikan lelahku menjadi semangat. Terima kasih ya Pa . Mama…Sang Dewi dalam keluarga…yang selalu menerima segala keluh kesahku dengan hati yang luar biasa sabar dan bantuan tak terkira saat kapanpun kubutuhkan. Terima kasih ya Ma . Jangan lupa “selipannya”.

10.Bram, “taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat

kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik (Pengkhotbah 11:6)”. Dalam diam kau menuntun, dalam diam kau mengajarkan. Terima kasih ya. Hehe. 11.Mein Schatz…Kamu melihat apa yang tak kulihat dari diriku...Kamu memberi

sangat banyak dalam hidupku lebih dari yang layak kuterima. Schatz, terima kasih karena sekarang hidupku dipenuhi oleh warna-warna cerah, and supaya kamu tahu aja, 50 lembar nggak cukup untuk ungkapkan kebaikanmu ke aku. (Huu!! Lebay! Lebay!) Hehe. Habe Dich sehr Lieb!

(10)

x

13.Elvin..the “Nenek”…selangkah demi langkah kita lalui bersama…Banyaknya kerikil bikin kita nangis bareng dan saat hujan turun tertawa juga kita bareng. Yang gua dapet dari persahabatan kita hanya arahanmu yang bikin hidup gua selalu melihat ke sisi yang positif. Makasih banyak Nek. I love you.

14.Penghuni dan Pengikut Canna Exclusive Club: Dewi (Semangat! Ayo kita masuki dunia kerja), Mami “Ayu” (Nge-dur lagi yok!), Nyonya “Nur” (Hidup empe-empe! Tolong besarkan dan lestarikan keturunan Kiko Arcana Brown), Tinul (Dugem? Ayuk atuh!), Sasa (Ibu kita Kartini...Putri sejati), Fani (ibarat bumbu, kalo nggak ada kamu Canna jadi sepi..Cuih! Cuih!), Jegeg (wanna be). Untuk Cahya (jangan pernah lelah dan takut Cha, Yesus nggak pernah tinggal diam), Mba Martha & Uthe (Ayo aku dimasakin lagi), Yesi, Nana, Maya dan nama-nama lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu (Selamat berjuang!). I love you all. 15.Teman-teman yang kusayangi: Dessy, Windra, Suko, Barjo, Adri, TN Family,

PAT, Maria, Diana, Anggi (Cium sayang buat Rangga ya) dan semua teman yang tidak tersebut namanya, aku sangat bersyukur Tuhan mempertemukan aku dengan kalian, dan kala kebersamaan kita hanya kebahagiaan yang kurasakan. Terima kasih. Jesus bless you always.

16.Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini: Bude Tami (Wah, kalo nggak ada Bude saya belum selesai nih skripsinya. Makasih ya), dan nama-nama lain yang tidak bisa saya sebut satu-satu: Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Yah, seperti lagu yang dinyanyi-in Yuni Shara “Kau selalu dihati..ku”. Tuhan memberkati.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul……… i

Halaman Persetujuan……….. ii

Halaman Pengesahan……….. iii

Halaman Persembahan……….... iv

Halaman Pernyataan Keaslian……… v

Abstrak………... vi

Kata Pengantar……… viii

Daftar Isi………. xi

Daftar Tabel……… xiv

Daftar Lampiran………. xv

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Tujuan Penelitian………. 5

D. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II LANDASAN TEORI………. 7

A. Istri yang Tidak Bekerja……… 7

B. Peran dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak dan Ekonomi Keluarga……… 8

1. Peran……… 8

a. Definisi Peran……… 8

(12)

xii

2. Pengambilan Keputusan………. 13

3. Pendidikan Anak………. 16

4. Ekonomi Keluarga……….. 17

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak dan Ekonomi Keluarga……… 19

D. Peran Istri yang Tidak Bekerja dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak dan Ekonomi Keluarga………. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 26

A. Jenis Penelitian………. 26.

B. Definisi Operasional………. 26

C. Subyek Penelitian………. 27

D. Prosedur Penelitian………... 29

1. Uji Coba (Try Out)………. 29

2. Penelitian……… 29

E. Metode Pengumpulan Data……….. 30

1. Penggunaan Skala……… 30

2. Indikator Skala……… 31

3. Blue Print dan Susunan Skala………. 31

4. Penskoran Skala……….. 32

F. Kredibilitas Alat Pengumpul Data……….. 33

1. Validitas……….. 33

2. Seleksi Item………. 34

(13)

xiii

G. Analisis Data……… 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 36

A. Persiapan Penelitian………. 36

B. Lokasi Penelitian……….. 36

C. Penentuan Subjek……… 36

D. Tahap Uji Coba Penelitian (Try Out)………... 37

1. Pelaksaan Uji Coba (Try Out)……… 37

2. Hasil Uji Coba (Try Out)……… 37

a. Seleksi Item……….. 37

b. Reliabilitas……… 39

E. Pelaksaan Penelitian………. 41

1. Penyebaran dan Pengumpulan Skala………. 41

2. Uji Normalitas……… 41

3. Hasil Analisis Data Penelitian……… 42

a. Analisis Statistik Data Penelitian………. 42

b. Deskripsi Statistik Masing-masing Apek…………. 44

F. Pembahasan……….. 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 55

A. Kesimpulan……….. 55

B. Saran………. 55

DAFTAR PUSTAKA……… 57

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR & TABEL

Gambar 1. Skema Penelitian……… 25

Tabel 1. Distribusi Item Skala Peran Peran Pengambilan Keputusan saat Try Out……….. 32

Tabel 2. Skor Item berdasarkan Sifat Item……… 32

Tabel 3. Distribusi Item Setelah Try Out……….. 38

Tabel 4. Distribusi Jumlah Item Sahih……….. 38

Tabel 5. Distribusi Item Lolos Seleksi dengan Nomor Baru……… 39

Tabel 6. Tingkat Relibilitas berdasarkan Nilai Alpha……….. 40

Tabel 7. Hasil Uji Relibilitas Skala Peran Pengambilan Keputusan……..….. 40

Tabel 8. Uji Normalitas Skala Peran Pengambilan Keputusan……… 41

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian……….……… 42

Tabel 10. Hasil Uji Signifikansi T Test Skala Peran Pengambilan Keputusan… 43 Tabel 11. Descriptive Statistics……… 44

Tabel 12. Hasil Analisis Statistik per Aspek………... 45

Tabel 13. Aspek Dominan berdasarkan Z Score……..……… 46

Tabel 14. Aspek Dominan berdasarkan Z Score………. 49

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Peran Pengambilan Keputusan (Try Out)……….. 61

Lampiran 2. Uji Reliabilitas Skala Try Out……….. 62

Lampiran 3. Uji Reliabilitas Item Sahih……… 64

Lampiran 4. Skala Peran Pengambilan Keputusan (Penelitian)……… 66

Lampiran 5. Tabel Z Score dan Aspek Dominan……….. 67

Lampiran 6. Tabel Spesifikasi Data Subyek Penelitian berdasarkan Aspek Dominan Kognitif………. 71

Lampiran 7. Tabel Spesifikasi Data Subyek Penelitian berdasarkan Aspek Dominan Motivasi……… 72

Lampiran 8. Tabel Spesifikasi Data Subyek Penelitian berdasarkan Aspek Dominan Afektif……….. 73

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tahun 1805, Inggris memberlakukan Undang-undang yang membenarkan atau mengakui hak suami untuk menjual istrinya. Masyarakat Romawi Kuno menempatkan perempuan di bawah kekuasaan bapak atau saudara laki-laki, dan setelah menikah di bawah kekuasaan suami. Demikian pula masyarakat Hindu mengatur hak hidup perempuan sesuai dengan umur suaminya. Artinya jika suami meninggal maka istri pun harus mengakhiri hidupnya (Oedjoe dalam http://www.indomedia.com/poskup/2006/03/08/edisi08/0803pin1.htm, 2006). Kondisi yang sudah berjalan berabad-abad lamanya ini menunjukkan bahwa perempuan hidup dalam budaya patriarki. Budaya patriarki adalah budaya yang dikonstruksi berdasarkan dominasi dan sub ordinasi yang menempatkan (pandangan) laki-laki

menjadi suatu hirarki dan norma (Manupil dalam

http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2007/mar_08/lkOpin001.html, 2007). Wujud dari budaya patriarki yang umum terjadi di masyarakat adalah nama belakang (keluarga) ayah yang disandang anaknya. Fakta di Bali, jika seorang perempuan dari kasta yang rendah menikah dengan pria yang berkasta jauh diatasnya dan mereka mempunyai anak, maka si anak tidak diperbolehkan makan sepiring dengan ibunya. Sang ibu pun wajib berkomunikasi dengan anaknya dalam bahasa Bali halus (Maharatni, 2003).

(17)

interpersonal dengannya menjadi inferior atau posisinya lebih rendah. Adanya internalisasi dalam budaya yang sudah berkembang berabad-abad lamanya ini memberi kesempatan pada lelaki untuk menguasai hidup perempuan yang menjalin

relasi dengannya (istri, adik). Umar (dalam

http://www.sistersinislam.org.my/BM/Kudrat.pdf, 2006) mengatakan bahwa internalisasi budaya patriarki sudah berada dalam fase unconscious seseorang sehingga seakan-akan itu adalah sebuah kodrat (berasal dari bahasa Arab qudrah yang artinya ditentukan Tuhan). Internalisasi budaya dan kepatuhan terhadap ajaran agama semakin memperlemah posisi atau kedudukan perempuan yang hidup dalam budaya patriarki.

Saat budaya patriarki begitu mengendap dalam tatanan masyarakat, maka dominasi lelaki begitu merajai setiap aspek / lapisan dalam kubu inferior (perempuan) serta menghalangi segala upaya dalam penyerataan gender. Perempuan tidak lagi punya kuasa untuk menyalurkan ide kreatifnya, adu argumentasi dengan kaum lelaki untuk mencari kebenaran, menyatakan opini ataupun sanggahan. Perempuan tidak lagi punya bargaining power. Dominasi kaum lelaki secara tidak langsung mengikis kekuasaan atau kemampuan perempuan dan menyamarkan haknya akan sebuah kehidupan yang setara dan seimbang.

(18)

rendah yakni dibawah 20 % dari 30 % kuota yang disediakan. Data hasil pemilu legislatif 2004 mengungkapkan hanya 11,09 % jumlah perempuan anggota legislatif dengan spesifikasi bahwa dari 17 parpol yang memiliki kursi di DPR, hanya 9 parpol yang memiliki wakil perempuan (http://www.kalteng.go.id/FORYOU/00000023.htm, 2006). Masih banyaknya perempuan pekerja yang rentan terhadap PHK, tidak tersentuh pendidikan, pelatihan dan promosi, rentan pelecehan seksual, pembagian upah, tunjangan keluarga dan kesehatan yang tidak seimbang, serta minimnya kebebasan hak reproduksi, cuti haid dan melahirkan, merupakan bentuk diskriminasi perempuan di tempat kerja (http://www.lbh-apik.or.id/kpkb-profil.htm, 2006).

Diskriminasi perempuan merupakan implikasi dari anggapan masyarakat akan kedudukan perempuan yang rendah, menilai bahwa mereka lemah dan tidak berdaya. Perempuan dianggap remeh dan dianggap tidak memiliki power untuk melakukan apapun. Ketiadaan power ini menghilangkan hak perempuan untuk ikut serta dalam proses penentuan dan pengambilan keputusan dalam bidang apapun. Suara perempuan diabaikan, bahkan sengaja dilupakan karena ada kepentingan pribadi, kelompok dan golongan dari kaum lelaki. Mereka seakan-akan tidak rela memberi kesempatan pada perempuan untuk mengambil keputusan di bidang eksekutif, legislatif dan yudikatif (hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pikas/artikel210403.htm, 2003).

Kondisi di atas mencerminkan realita umum masyarakat perempuan saat ini. Bisa dibayangkan betapa besar dampaknya jika yang mengalaminya adalah perempuan (atau dalam hal ini istri) yang tidak bekerja karena mereka adalah orang-orang yang sangat tergantung pada suami, terutama dalam hal ekonomi.

(19)

tempat lain. Kondisi tersebut akan semakin memperlebar jurang kedudukan antara lelaki dan perempuan. Ini mengakibatkan proses kerjasama antara suami dan istri tidak akan lancar atau berjalan dengan baik, sehingga sebagian besar beban akan jatuh ke pundak suami karena ketergantungan yang sangat besar dari istri yang tidak bekerja.

Perempuan selain berperan sebagai seorang istri, juga berperan sebagai ibu. Istri yang tidak bekerja tentunya akan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga. Secara langsung kesempatan untuk berinteraksi dengan anak juga akan lebih besar dibandingkan dengan suami (ayah). Kuantitas waktu yang sedemikian tinggi juga membuka kesempatan yang lebih luas bagi seorang istri yang tidak bekerja untuk lebih mengenal kepribadian, mengetahui kebutuhan dan permasalahan serta mendidik anaknya, maka bisa dikatakan bahwa perempuan sebagai ibu punya akses yang sangat besar terhadap perkembangan dan pendidikan anak.

Ditambahkan pula, istri yang mengurus rumah tangga sering disebut sebagai “ratu rumah tangga” dan merupakan “pekerjaan” mulia. Sebutan “ratu” seharusnya berimplikasi pada peran perempuan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan di tingkat keluarga, namun faktanya, bukan perempuan yang lebih berperan dalam pengambilan keputusan penting, melainkan laki-laki (http://www.rahima.or.id/SR/12-04/Fokus.htm).

(20)

Pola yang sama berlaku dalam hal ekonomi rumah tangga. Meski istri (dengan status tidak bekerja itu) yang mengatur jalannya roda kehidupan rumah tangga, menarik pula untuk diketahui apakah istri tersebut punya peran dalam memutuskan pengalokasian dana (penghasilan) keuangan keluarga.

Saat lelaki dan perempuan memutuskan untuk hidup bersama dan berkeluarga, ada pembagian tugas dan tanggung jawab. Artinya, mereka harus bekerja sama agar pernikahan atau rumah tangga tersebut berjalan dengan baik dan bahagia, termasuk diantaranya dalam hal pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui apakah istri yang tidak bekerja, yang tergantung pada suami dan hidup dalam budaya patriarki, mempunyai peran dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas, peneliti mengajukan permasalahan “Apakah istri yang tidak bekerja mempunyai peran dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga?”

C. TUJUAN PENELITIAN

(21)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. MANFAAT TEORITIS

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan psikologi, khususnya psikologi keluarga, dalam kaitannya dengan peran istri yang tidak bekerja.

2. MANFAAT PRAKTIS

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. ISTRI YANG TIDAK BEKERJA

Pada umumnya, sebagian besar wanita memilih jalan hidup untuk menjadi seorang ibu dan atau seorang istri. Sebagai istri, seorang wanita diharapkan dapat mendampingi suami dan sebagai ibu, wanita diharapkan dapat mendidik dan membesarkan anaknya. Ini sesuai dengan pendapat Susanto (1997) yang mengatakan bahwa segenap cinta, waktu dan tenaga seorang wanita banyak dicurahkan bagi suami dan anaknya.

Van Vuuren (dalam Dwijanti, 1999) melihat istri yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebagai seseorang yang bertanggung jawab bukan hanya untuk memelihara keharmonisan hubungan antara ibu dengan anak, melainkan juga keharmonisan hubungan antara istri dengan suami. Lebih lanjut Van Vuuren menggambarkan istri yang tidak bekerja sebagai seorang yang sering berada di rumah, memelihara, mendidik, dan mengasuh anaknya berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Bernadib (1982) istri yang tidak bekerja adalah orang-orang yang menghabiskan banyak waktunya di rumah untuk mengurusi keperluan domestik rumah tangga. Sedangkan bagi Haditono (1989) istri yang tidak bekerja tidak memiliki pekerjaan formal sehingga tidak memiliki jadwal yang tetap dan lingkup pekerjaannya hanya di sekitar rumah.

(23)

istri yang tidak bekerja sebagai seseorang yang hanya berperan mengurus rumah tangga, mengasuh anak, dan melayani suami sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat setempat.

Sesuai dengan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri istri yang tidak bekerja dalam penelitian ini adalah seorang wanita menikah yang memiliki suami dan anak dan yang tidak bekerja sehingga tidak memiliki sumber mata pencaharian lain kecuali dari suaminya. Lingkup kegiatannya hanya di sekitar rumah mengurusi kebutuhan rumah tangga, mendampingi dan melayani keperluan suami, merawat serta mendidik anak-anaknya sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

B. PERAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK

DAN EKONOMI KELUARGA

1. PERAN

a. Pengertian peran

Peran adalah perilaku yang secara konsisten dilakukan seseorang sebagai kontribusinya saat ia berhubungan dengan orang lain, baik yang stabil / tidak. Bagi Newcomb dkk, perilaku peran bisa dikategorikan menjadi dua. Pertama, perilaku peran yang ditentukan (prescribed role or idealize). Kedua, perlaku peran yang dilakukan (actual behavioral) (Newcomb dkk, 1965).

(24)

untuk mengeluarkan fungsi dari sebuah posisi yang secara normatif telah disetujui oleh kelompok masyarakat.

Menurut Sarbin (1959) peran adalah seperangkat perilaku yang sudah terpola yang dipelajari seseorang dalam sebuah interaksi. Pendapat tersebut di dukung oleh Heiss (1981) yang menganggap peran sebagai seperangkat perilaku yang dianggap sesuai saat seseorang memakai identitas tertentu ketika berinteraksi dengan orang lain.

Perilaku peran merupakan seperangkat hak dan kewajiban. Ada hak dan kewajiban yang harus dijalankan. Ini sejalan dengan pendapat Suhardono (1994) yang mengatakan peran sebagai perangkat hak dan kewajiban yang dipatokkan kepada setiap individu yang menduduki suatu status sosial dimana individu berada.

Kimmel (1990) berpendapat bahwa peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang ketika menduduki sebuah posisi. Ada harapan akan perilaku yang berbeda dari peran sebagai “ibu”, “istri” dan atau “wanita karier”, meski posisi ini diemban oleh satu orang yang sama.

Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para tokoh tersebut mengenai peran, dapat disimpulkan bahwa peran adalah sebuah perilaku yang dapat dipelajari dan mencakup hak serta kewajiban yang dilakukan seseorang yang memegang sebuah posisi saat berinteraksi dengan orang lain.

b. Dimensi peran

(25)

tentang motivasi, keyakinan (beliefs), perasaan (feelings), sikap (attitudes), dan nilai (values). Misalnya peran seorang guru bukan hanya mencakup harapan berupa tindakan (mengajar murid), tetapi juga harapan akan keinginan dan tujuan (guru diharapkan untuk tetap tertarik memperdalam kemampuan mengajarnya), perasaan (merasa puas misalnya dengan tidak berat sebelah atau adil kepada sesama murid), sikap (guru diharapkan untuk bisa membimbing atau membina dimanapun tempatnya), dan nilainya (guru diharapkan dapat menjunjung tinggi pengetahuan sebagai cara untuk mencerdaskan dan memperkaya kehidupan).

Nilai-nilai (values) dan keyakinan (beliefs) yang dianut oleh si pemegang posisi merupakan perwujudan dari sisi kognitif dalam sebuah peran, oleh karenanya sisi kognitif sebuah peran dipengaruhi oleh faktor budaya yang berkembang di masyarakat. Sistem patriaki sudah begitu mengendap dalam tatanan atau ikatan kekeluargaan (Indonesia) sehingga dianggap sebagai sebuah budaya di masyarakat. Pengendapan atau internalisasi ini tentu mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama perempuan karena posisinya dianggap lebih rendah dibanding laki-laki, bagaimana ia seharusnya bertindak (berperan).

Ada dua kemungkinan pola pikir yang bisa mempengaruhi perwujudan dari sisi kognitif dalam sebuah peran, yaitu:

1). Tradisional

(26)

pada posisi pertama dalam segala hal (Holter dalam Scanzoni & Szinovacz, 1980). Spiegel (dalam Scanzoni & Szinovacz , 1980) memberi gambaran tradisional sebagai berikut: Pertama, suami mengharapkan istri untuk mengutamakan kepentingan (tujuan) suami lebih dari kepentingan istri sendiri dan sebagai pengasuh utama (primary caretaker) anak-anak. Kedua, suami akan ikut membantu dalam membesarkan anak-anak dengan cara-cara tertentu yang sudah diatur secara jelas pun terbatas. Ketiga, istri memberi keleluasan pada suami untuk mengejar karier tanpa gangguan, selama suami bisa memberi kecukupan (good provider).

2). Modern atau egaliter (seimbang)

Pola berpikir modern merupakan sebuah cara berpikir yang mendukung (menuntut) adanya keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan (suami dan istri). Fakta terkini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah laki-laki yang menginginkan perempuan mendapat lebih banyak kesempatan (dan tanggung jawab) di tempat kerja, dan bagi laki-laki untuk mendapatkan tanggung jawab (dan kesempatan) yang lebih besar di bidang domestik. Disebutkan juga bahwa perkembangan sekarang orang lebih cenderung menyukai pola yang modern daripada pola tradisional (Holter dalam Scanzoni & Szinovacz, 1980).

(27)

Huffman dan Vernoy (1987) menyebut motivasi sebagai sebuah proses menggerakkan, menjaga, dan mengarahkan perilaku demi tercapainya tujuan tertentu, sedangkan Holonen dan Santrock (1999) mendefinisikan motivasi sebagai alasan mengapa seseorang berperilaku, berpikir, dan merasa. Sesuai dengan pendapat Krech dkk (1962) dan Newcomb dkk (1965) tentang kontribusi pemegang posisi dalam masyarakat guna tujuan dari masyarakat itu sendiri (mereka menyebutnya fungsi posisi), maka motivasi disini berkaitan dengan dorongan untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang memang merupakan bagian dari sebuah peran, apa yang seharusnya (should be) dilakukan dan diberikan kepada masyarakat oleh si pemegang posisi. Dorongan pada motivasi ini juga menunjukkan adanya keinginan-keinginan atau harapan yang dimiliki oleh si pelaku peran.

Segi afektif merupakan perasaan (feelings) yang dialami seseorang saat ia mengemban sebuah posisi. Bagaimana seseorang melaksanakan fungsi dari posisi yang diduduki dan merasakan bagaimana ia menjalankan perannya merupakan pemaknaan si pemegang posisi akan peran yang diembannya. Dalam hal ini, kedekatan hubungan (closeness) ibu dan anak serta intimacy (keintiman) antara suami dan istri bisa mempengaruhi perasaan (feelings) seorang perempuan dalam menjalalankan perannya.

(28)

ditunjukkan tersebut berupa perilaku nyata yang dilakukan oleh si pelaku peran dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulannya ada empat aspek yang membentuk sebuah peran, antara lain aspek kognitif, motivasi, afektif, dan konasi. Dalam penelitian ini, penekanannya yakni pada bagaimana seorang istri yang tidak bekerja mengerti tentang posisinya dan kemudian menghayati perannya dalam wujud kognitif, motivasi, afektif, dan konasi.

Dari keseluruhan paparan diatas yang berhubungan dengan peran, maka dapat disimpulkan bahwa peran merupakan perwujudan dari posisi yang diemban seseorang yang merupakan harapan berupa motivasi, kognitif berupa keyakinan (beliefs) dan nilai (values), perasaan, serta perilaku nyata yang dianggap sesuai oleh masyarakat.

2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Medin (1996) mengatakan, terdapat aspek penting dalam mengambil keputusan, yakni adanya resiko yang harus ditanggung. Untuk membuat keputusan yang baik, seseorang harus melihat atau menilai resiko-resiko yang akan muncul, sehingga Medin merumuskan mengambil keputusan sebagai sebuah proses menghasilkan, mengevaluasi, dan memilih dari sekumpulan pilihan atau kemungkinan dimana pilihan tersebut memiliki resiko atau mengandung ketidakpastian.

(29)

sedangkan Harris (dalam Supriyanto dan Santoso, 2005) menyebut pengambilan keputusan sebagai sebuah proses mengenali dan memilih berbagai alternatif kemungkinan berdasarkan pada nilai dan minat (kesukaan) dari si pembuat keputusan. Kedua pendapat tersebut diperkuat oleh :Lindsay dan Norman (dalam Supriyanto dan Santoso, 2005) yang menambahkan bahwa sebuah keputusan merupakan hasil interaksi antara karakteristik kepribadian, persepsi, dan kemampuan berpikir seseorang.

Crozier dan Ranyard (dalam Supriyanto dan Santoso, 2005) merumuskan empat situasi dimana seseorang sering mengambil keputusan, antara lain:

a. Situasi situasi untuk pindah; pindah rumah, pindah pekerjaan b. Situasi ekonomi; belanja

c. Situasi dalam karier; menentukan jurusan atau sekolah

d. Situasi yang berkaitan dengan relasi sosial; menikah, undangan pesta

(30)

berharga baginya, karena dengan demikian diharapkan seseorang mampu untuk memperkirakan pilihan yang akan dibuat atau dilakukan.

Pendapat Medin sejalan dengan Tversky (dalam Solso, 1991) yang menyarankan untuk secara bertahap membuang atau menghilangkan pilihan atau kemungkinan yang kurang menarik (less attractive) berdasarkan rangkaian evaluasi akan aspek atau sifat dari pilihan tersebut dalam mengambil sebuah keputusan. Ia menyebutnya sebagai elimination by aspects. Jika beberapa kemungkinan atau pilihan tidak mencakup kriteria minimum yang kita inginkan, maka kemungkinan atau pilihan tersebut akan dibuang atau dihilangkan.

Menurut Harrison (dalam Supriyanto dan Santoso, 2005) tanda-tanda orang yang telah mengambil keputusan, yaitu:

a. telah memulai serangkaian perilaku yang mengarah pada hal yang lebih diminati

b. secara kognitif telah mantap untuk melakukan tindakan tertentu

c. putusan telah diambil setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang lain

(31)

3. PENDIDIKAN ANAK

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, termasuk salah satunya adalah pendidikan. Ditambahkan pula, mendidik anak pada dasarnya merupakan cara orang tua untuk mengeluarkan dan mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri anak. Yang termasuk pendidikan di sini bukan hanya yang berasal dari lembaga formal, namun juga non formal. Dalam lembaga tersebut, kepribadian dan kreativitas anak akan terbentuk, yang memampukannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan serta berdampak bagi kesejahteraan keluarga

(http://www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.php?article_id=67766). Menurut Kurniardi (dalam http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9806/pndidik2.htm), ada dua tokoh yang merumuskan pendidikan sebagai berikut:

a. Ki Hajar Dewantoro

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

b. Paulo Freire

Pendidikan adalah aktifitas yang dapat memunculkan rasa cinta terhadap lingkungan, kerendahan hati, kepercayaan, dan pemikiran kritis (critical thingking) pada orang-orang yang terlibat didalamnya.

(32)

satu usaha orang tua tersebut adalah pada pemilihan institusi pendidikan yang tepat bagi anaknya. Hal tersebut sangat penting karena lembaga / institusi pendidikan merupakan perpanjangan tangan orang tua dalam mendidik seorang anak. Di samping itu, lembaga / institusi tersebut juga memiliki pengaruh jangka panjang terhadap kelangsungan pendidikan anak, selain juga harus dipercaya bisa mendidik dan mengoptimalkan potensi serta memenuhi harapan orang tua menyekolahkan anaknya.

4. EKONOMI KELUARGA

Secara sederhana, ekonomi didefiniskan sebagai pengaturan administrasi sumber-sumber penghasilan rumah tangga. Ekonomi sering diasumsikan sebagai “kesejahteraan”, sehingga ada pendapat yang merumuskan ekonomi sebagai sarana atau ilmu tentang bagaimana menambah produksi sehingga standar kehidupan atau kesejahteraan masyarakat bisa bertambah.

Berdasarkan etomologi, ekonomi berasal dari bahasa Yunani oikonomia. Oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan sehingga ekonomi disebut juga aturan rumah tangga (Suyanto & Nurhadi, 2007).

Menurut http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana7.shtml yang disampaikan oleh Bikkhu Sugono, ada beberapa tokoh merumuskan ekonomi sebagai berikut:

a. Alfred Marshall

(33)

b. Milton Spencer

Cara masyarakat mendayagunakan sumber-sumber kekayaan yang terbatas yang dimanfaatkan untuk memproduksi barang-barang kebutuhan dan konsumsi sekarang dan di masa yang akan datang

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi keluarga adalah pengaturan, pengelolaan atau pengalokasian materi atau keuangan keluarga (rumah tangga) untuk mencukupi kebutuhan dan konsumsi keluarga serta memanfaatkan keuangan tersebut untuk meningkatkan standar kehidupan dan kesejahteraan keluarga yang lebih baik.

Dari keseluruhan penjelasan di atas, maka peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga adalah perwujudan posisi yang diemban seseorang untuk mengevaluasi dan memilih beberapa kemungkinan berdasarkan fakta, nilai dan minat dalam rangka memilih istitusi pendidikan bagi anak dan pengalokasian keuangan (ekonomi) keluarga.

Aspek-aspek peran istri dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga sebagai berikut:

1. aspek kognitif

Aspek kognitif mencakup nilai (values) dan keyakinan (beliefs) seorang istri saat mengambil keputusan mengenai institusi pendidikan yang tepat dan pengalokasian keuangan keluarga.

2. aspek motivasi

(34)

3. aspek afektif

Aspek afektif mencakup perasaan (feelings) seorang istri dalam menjalankan perannya sesuai dengan posisi yang diduduki saat mengambil keputusan mengenai pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

4. aspek konasi

Aspek konasi merupakan perilaku nyata (overt) yang ditunjukkan untuk menunjukkan perannya dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga (misalnya, penyampaian ide dan pendapat, menentukan prioritas kebutuhan, dan adu argumentasi).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN EKONOMI

KELUARGA

Sarbin (dalam Krech dkk, 1962) mengatakan bahwa peran merupakan sebuah perilaku yang secara luas mencakup faktor situasional dan faktor psikologis. Faktor situasional terkait dengan paham budaya, sedangkan faktor psikologis berhubungan dengan keadaan diri si pelaku peran. Mengenai hal tersebut, Krech dkk (1962) menjelaskan bahwa perilaku peran merupakan hasil interaksi antara faktor situasi dan kognisi, keinginan, sikap, dan sifat seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

Jika disimpulkan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi peran adalah sebagai berikut:

1) Posisi

(35)

2) Karakteristik individual

Karakteristik individual ini dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat dimana seseorang berada. Batasan karakterisitik individual pada peran istri tidak bekerja, antara lain:

a). pendidikan

Scanzoni (1980) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan semakin cenderung memegang paham modern atau kesetaraan / keseimbangan (egaliter). Artinya, saat seseorang memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, maka ia cenderung lebih mau berperan atau mau ikut bekerja sama dalam setiap hal yang membutuhkan pertimbangan

b). usia

Ketika seseorang berperan sebagai orangtua saat usianya sudah lebih matang dan dewasa, maka ia akan lebih bertanggung jawab dan lebih perhatian terhadap masalah keluarga (Hurlock, 1980). Diasumsikan bahwa seseorang yang usianya lebih matang, maka kewajibannya terhadap keluarga lebih diutamakan dibandingkan saat ia berkeluarga dalam usia yang relatif muda atau belum dewasa. .

c). usia perkawinan

(36)

Semakin lama usia perkawinan diharapkan semakin baik pula proses kerjasama antara suami dan istri.

D. PERAN ISTRI YANG TIDAK BEKERJA DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN EKONOMI KELUARGA

Istri yang tidak bekerja adalah seorang wanita yang memutuskan untuk menghentikan kehidupan kariernya dan memilih jalan hidup hanya untuk menjadi seorang istri atau ibu rumah tangga. Keadaan tersebut membuat lingkup kerja seorang istri yang tidak bekerja hanya berkisar di seputar masalah rumah tangga saja, melayani suami dan mengurusi anak-anak.

Istri yang tidak bekerja tidak memiliki sumber penghasilan lain kecuali dari suaminya. Kondisi ini akan menimbulkan dependensi atau ketergantungan yang sangat besar dari istri terhadap suaminya, terutama ketergantungan ekonomi, yang menyebabkan lemahnya posisi istri dan rasa dominasi yang begitu kuat dari suami karena ia berkuasa dalam setiap aspek kehidupan berumah tangga.

Dua hal penting dalam kehidupan berumah tangga adalah mengenai pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Anak tentunya harus dibekali oleh pendidikan yang sebaik dan setinggi mungkin demi masa depan, sedangkan ekonomi keluarga merupakan sarana penunjang yang sangat vital pada keberlangsungan sebuah keluarga.

(37)

pemenuhan kebutuhan setiap anggota keluarga, maka dari itu, perlu juga sebuah pertimbangan seksama bagaimana pemasukan keuangan keluarga tersebut dialokasikan.

Wanita yang menikah, selain sebagai istri, juga berperan sebagai ibu. Dengan status tidak bekerja, praktis seorang istri hanya mengurus masalah rumah tangga saja. Oleh karena banyaknya waktu yang dihabiskan di rumah, maka kesempatan untuk berinteraksi dengan anak akan semakin luas jika dibandingkan dengan suami (ayah), yang diikuti dengan pengenalan yang lebih lagi terhadap kepribadian, permasalahan serta kebutuhan si anak.

Pentingnya peran seorang istri tidak bekerja terhadap perkembangan dan pendidikan anak akan mengalami hambatan dalam hal pelaksanaannya jika tidak diimbangi dengan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan. Begitupun halnya dalam masalah ekonomi. Meski sang istri yang mengatur jalannya roda kehidupan rumah tangga, yang artinya peran istri pun sangat vital terhadap keutuhan rumah tangga, akan menjadi terhambat pula perwujudan peran seorang istri dikarenakan paradigma yang mengakar dalam masyarakat bahwa kedudukan perempuan lebih rendah daripada suami.

(38)

Aspek kognitif merupakan nilai dan keyakinan yang dianut seorang istri yang tidak bekerja. Aspek ini dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut terhadap budaya yang berkembang di masyarakat. Cara pandangnya, apakah tradisional atau modern (egaliter), bisa berpengaruh pada pelaksanaan peran seseorang istri tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pemilihan institusi pendidikan anak dan pengalokasian keuangan keluarga.

Aspek motivasi merupakan dorongan yang dipengaruhi oleh keinginan atau tujuan dari sang istri dalam mengambil keputusan. Aspek ini bisa dikatakan sebagai alasan yang mendasari perilaku peran istri tidak bekerja mengenai pemilihan institusi pendidikan anak dan pengalokasian keuangan keluarga.

Aspek afektif merupakan perasaan (feelings) yang dialami istri tidak bekerja dalam pengambilan keputusan. Keterikatan dengan anak serta loyalitas dan kepatuhan pada suami tentunya juga berpengaruh pada proses pengambilan keputusan. Aspek konasi merupakan perilaku tampak (nyata) yang muncul upaya mewujudkan peran istri tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga, terutama dalam hal pemilihan institusi pendidikan dan alokasi keuangan keluarga.

Pemilihan institusi pendidikan dan alokasi keuangan keluarga merupakan hal yang sangat penting, maka segala keputusan yang berkaitan dengannya tentunya harus diputuskan secara masak. Mengambil keputusan merupakan sebuah proses dan membutuhkan waktu. Perlu ada evaluasi yang matang mengenai berbagai pilihan yang tersedia dan banyak pertimbangan yang harus dipikirkan.

(39)
(40)

Gambar 1.

SKEMA PENELITIAN

Istri yang tidak bekerja: Tergantung suami

Subordinat

Tidak memiliki bargaining power Membelanjakan kebutuhan rumah tangga Lebih memahami kebutuhan dan kemampuan anak

Peran istri yang tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga:

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif selain bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi, juga untuk menggambarkan ciri-ciri dari suatu populasi (Kerlinger & Black & Champion dalam Kristianti, 2006). Kerlinger juga menambahkan bahwa penelitian deskriptif tidak berusaha untuk menguji hipotesis, menerangkan korelasi, atau menjelaskan makna dan implikasi.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Variabel dalam penelitian ini adalah peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga adalah perwujudan posisi yang diemban seseorang dalam rangka memilih istitusi pendidikan bagi anak dan pengalokasian keuangan (ekonomi) keluarga.

Dalam penelitian ini, peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

1. aspek kognitif

(42)

2. aspek motivasi

Aspek motivasi mencangkup dorongan berupa keinginan atau harapan seorang istri saat mengambil keputusan mengenai institusi pendidikan dan alokasi keuangan .

3. aspek afektif

Aspek afektif mencakup perasaan (feelings) seorang istri dalam menjalankan perannya sesuai dengan posisi yang diduduki saat mengambil keputusan mengenai pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

4. aspek konasi

Aspek konasi merupakan perilaku nyata (overt) yang ditunjukkan untuk menunjukkan perannya dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga (misalnya, penyampaian ide dan pendapat serta adu argumentasi).

Besar kecilnya peran subjek dilihat dari skor total skala peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Semakin besar skor total, maka semakin besar pula peran subjek dalam hal memilih institusi pendidikan bagi anak dan pengalokasian ekonomi keluarga. Sebaliknya semakin rendah skor total, maka semakin kecil peran subjek dalam memilih istitusi pendidikan bagi anak dan pengalokasian ekonomi keluarga.

C. SUBJEK PENELITIAN

(43)

dipandang mempunyai keterkaitan dengan karakteristik atau sifat populasi yang dikehendaki.

Karakterisitik subjek dalam penelitian ini adalah: 1. Wanita menikah

Wanita yang memiliki suami dan berada dalam ikatan pernikahan. 2. Mempunyai anak

Wanita menikah tersebut setidaknya mempunyai satu anak dalam usia sekolah 3. Tidak bekerja

Wanita yang tidak memiliki mata pencaharian (pekerjaan) dan tidak mendapatkan pemasukan keuangan selain dari suaminya.

4. Wanita usia dewasa

Subjek adalah wanita matang dan dewasa dengan alasan ia akan lebih bertanggung jawab dan lebih perhatian terhadap masalah keluarga. Tidak ada batasan usia dalam penelitian ini, karena semakin matang usia subyek penelitian, semakin baik. Tambahan pula untuk di Indonesia, pada usia 18 tahun (yang menurut Hurlock (1980) sudah merupakan usia dewasa) sudah banyak wanita yang memutuskan untuk menikah dan memiliki anak (terutama di pedesaan). 5. Wanita dengan tingkat pendidikan hingga Sekolah Menengah

(44)

6. Usia pernikahan

Subjek penelitian adalah pasangan suami istri yang sudah menikah maksimal selama 15 tahun. Batasan ini dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir adanya penyesuaian dan kerjasama yang sudah terjalin baik seiring lamanya usia pernikahan di antara pasangan suami istri tersebut. Alasan lain adalah dengan usia pernikahan maksimal 15 tahun, dianggap bahwa anak hasil pernikahan tersebut sudah bersekolah dengan tingkat pendidikan maksimal SMA.

D. PROSEDUR PENELITIAN

1. Uji Coba (Try Out)

a. membuat indikator perilaku yang akan diukur b. membuat blue print skala

c. menulis item-item berdasarkan indikator setiap aspek d. setelah skala jadi, kemudian di uji coba-kan (try out) e. melakukan seleksi item

f. menguji reliabilitas dan validitas

2. Penelitian

a menyiapkan skala penelitian berdasarkan item yang sudah diseleksi b memberikan skala penelitian pada subyek yang sudah ditentukan c melakukan analisis data

d membuat deskripsi hasil penelitian

(45)

E. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Penggunaan Skala

Data penelitian diperoleh dari skala peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Skala menggunakan metode tingkat sumatif (summated rating scale) yang berbentuk skala Likert. Skala tingkat sumatif merupakan kumpulan butir pertanyaan dimana subyek memberi respon terhadap setiap butir pertanyaan dengan mengungkapkan taraf (intensitas) kesetujuan atau ketidaksetujuan. Setiap butir memiliki skornya sendiri-sendiri, yang kemudian setelah diisi oleh subyek akan dijumlahkan lalu dicari rata-ratanya. Dari situ muncul skor setiap subyek. Skala tingkat sumatif ini menempatkan setiap subyek pada sebuah titik tertentu pada kontinum kesepakatan dengan sikap yang ditanyakan (Kerlinger dalam Kristianti, 2006). Kontinum kesepakatan yang digunakan dalam skala penelitian ini adalah:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

(46)

2. Indikator Skala

Indikator skala dalam penelitian ini dibuat berdasarkan aspek-aspek yang telah dirumuskan terlebih dahulu, yakni:

a Aspek kognitif

Aspek ini terwujud dalam nilai dan keyakinan yang dianut si pelaku peran

b Aspek motivasi

Aspek motivasi memiliki indikator yaitu keinginan dan harapan terhadap perannya dalam mengambil keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga

c Aspek afeksi

Aspek afeksi terwujud dalam perasaan si pelaku peran perihal perannya dalam mengambil keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga

d Aspek konasi

Wujud aspek ini misalnya berupa mengungkapkan ide dan pendapat serta adu argumentasi saat mengambil keputusan mengenai pendidikan anak dan ekonomi keluarga

3. Blue Print dan Susunan Skala

(47)

sedangkan item unfavorabel merupakan pernyataan yang tidak mendukung indikator peran istri tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

Tabel 1.

Distribusi Item Skala Peran Pengambilan Keputusan saat Try Out

Sifat item

No. Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah Jumlah

item (%)

1. Kognitif 1, 5, 12, 17, 25, 30, 37, 42

3, 8, 15, 20, 27, 33, 40

15 25

2. Motivasi 2, 11, 21, 29, 38, 47, 56

7, 16, 24, 34, 43, 52, 58, 60

15 25

3. Afektif 4, 13, 22, 31, 39, 48, 51, 57

9, 18, 26, 35, 45, 50, 53

15 25

4. Konasi 6, 14, 23, 32, 41, 49, 54, 59

10, 19, 28, 36, 44, 46, 55

15 25

Total 31 29 60 100

4. Penskoran Skala

Skala dalam penelitian ini diberi skor sebagai berikut: Tabel 2.

Skor Item berdasarkan Sifat Item

Sifat item K.K

Favorabel Unfavorabel

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

(48)

Skor tersebut akan menggambarkan tentang peran istri yang tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Semakin tinggi nilai yang diperoleh, maka semakin tinggi pula peran istri yang tidak bekerja tersebut dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Prinsip yang sama juga berlaku jika nilai skor yang diperoleh rendah.

F. KREDIBILITAS ALAT PENGUMPUL DATA

1. Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah skala penelitian yang sudah dibuat dapat menghasilkan data yang akurat sesuai tujuan penelitian (Azwar, 2005).

Penelitian ini menggunakan pendekatan validitas isi demi mendapatkan alat ukur yang baik dan akurat. Validitas isi merupakan sebuah cara menguji validitas dengan analisis rasional melalui professional judgement, yakni orang-orang yang ahli dan professional di bidangnya, supaya item yang dibuat tidak keluar jalur (Azwar, 1997). Validitas isi menunjukkan sejauh mana item dalam skala mencakup keseluruhan kawasan yang hendak diukur supaya tetap relevan dan tidak keluar dari batasan (Azwar, 1999).

(49)

2. Seleksi Item

Proses analisis dan seleksi item menggunakan SPSS 11,5 for windows berdasarkan data hasil uji coba skala pada subyek yang memiliki karakteristik setara dengan subyek penelitian.

Untuk seleksi item pada skala penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi item total (rix atau rit). Korelasi item total ini memiliki batasan rix > 0,30. Jika item skala dalam penelitian ini memiliki rix > 0,30 berarti daya pembedanya atau daya diskriminasinya dianggap memuaskan. Item yang memiliki nilai dibawah rix > 0,30 mempunyai arti sebagai item yang memiliki daya diskriminasi / daya pembeda rendah (Azwar, 2005).

3. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan keajegan, atau dengan kata lain keterpercayaan hasil ukur. Jika hasil ukur tidak reliabel, maka skala tersebut tidak dapat dipercaya karena tidak adanya kecermatan. Reliabilitas dapat diperoleh jika pengukuran yang dilakukan beberapa kali kepada kelompok subyek yang memiliki karakterisitik sama memiliki hasil yang relatif sama, sebaliknya pengukuran yang tidak reliabel tidak memiliki konsistensi dari waktu ke waktu (Azwar, 2005).

(50)

Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan reliabilitas internal Consistency dari Cronbach Alpha dengan program SPSS for windows version 11,5.

G. ANALISIS DATA

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Dari hasil dari uji coba penelitian dapat diketahui item sahih dan item gugur. Berdasarkan data tersebut, maka dapat dibuat sebuah alat ukur yang reliable yang akan disebarkan kepada subyek penelitian. Surat ijin penelitian dikeluarkan dengan nomor 87a/D/KP/Psi/USD/VIII/2007 oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Kedung Puji, Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan cakupan wilayah RW 1 dan RW 2 dengan jumlah 7 RT. Sulitnya mencari subyek pada saat uji coba penelitian menyebabkan peneliti memilih lokasi penelitian di daerah urban. Pemilihan lokasi penelitian adalah dengan pertimbangan di wilayah tersebut masih cukup banyak ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja dengan usia pernikahan dibawah atau sampai dengan 15 tahun yang sudah memiliki anak usia sekolah dengan tingkat pendidikan maksimal Sekolah Menengah Atas.

C. Penentuan Subjek

(52)

sulit diperoleh. Di wilayah yang masuk kategori kota, dominasinya adalah istri dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi dan atau bekerja (sambilan). Di wilayah desa, dominasinya adalah istri memiliki pekerjaan sambilan, meski bukan pekerjaan tetap dan memiliki jam kerja yang tak tentu yang bisa dianggap sebagai tambahan penghasilan keluarga.

D. Tahap Uji Coba Penelitian (Try Out) 1. Pelaksanaan uji coba (try out)

Uji coba penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus hingga 28 Agustus 2007. Wilayah penyebaran adalah Bantul dan Jakarta. Skala disebarkan kepada 60 orang subjek penelitian, namun yang terisi dengan baik dan dapat digunakan untuk pengolahan selanjutnya adalah sebanyak 35 buah.

2. Hasil uji coba (try out)

Skala yang telah terkumpul dari 35 subjek penelitian kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan SPSS for windows versi 11,5.

a. Seleksi item

Dari hasil seleksi item, diperoleh skor korelasi item total (rix) yang

bergerak antara -0,8 hingga 0,8. Item yang memiliki rix ≤ 0,30 dianggap

sebagai item yang gugur. Dari 60 butir item, 25 item dinyatakan gugur dan

35 item lolos dengan rix ≥ 0,30, dengan demikian 35 butir item tersebut

(53)

Tabel 3.

Distribusi Item Setelah Try Out

Nomor item

No. Aspek Sifat item Sahih Gugur

Favorabel 1, 12, 25, 30 5, 17, 37, 42 1. Kognitif Unfavorabel 15, 20, 33, 40 3, 8, 27

Favorabel 38, 47 2, 11, 21, 29, 56 2. Motivasi Unfavorabel 16, 24, 43, 52,

60

7, 34, 58

Favorabel 4, 13, 31, 39, 51 22, 48, 57 3. Afektif Unfavorabel 18, 26, 35, 45,

50, 53

9

Favorabel 6, 14, 23, 41 32, 49, 54, 59 4. Konasi Unfavorabel 10, 19, 28, 36,

46

44, 55

Tabel 4.

Distribusi Jumlah Item Sahih

Sifat item

No. Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah Jumlah

item (%)

1. Kognitif 1, 12, 25, 30 15, 20, 33, 40 8 22,9

2. Motivasi 38, 47 16, 24, 43, 52, 60 7 20

3. Afektif 4, 13, 31, 39, 51 18, 26, 35, 45, 50, 53

11 31,4

4. Konasi 6, 14, 23, 41 10, 19, 28, 36, 46 9 25,7

(54)

Tabel 5.

Distribusi Item Lolos Seleksi dengan Nomor Baru

Sifat item

No. Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah Jumlah

item (%)

1. Kognitif 1, 5, 15, 18 8, 12, 20, 25

8 22,9

2. Motivasi 23, 30 9, 14, 27, 33, 35 7 20

3. Afektif 2, 6, 19, 24, 32 10, 16, 21, 28, 31, 34

11 31,4

4. Konasi 3, 7, 13, 26 4, 11, 17, 22, 29 9 25,7

Total 15 20 35 100

b. Reliabilitas

(55)

Tabel 6.

Tingkat Reliabilitas berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s/d 0,20 Kurang reliabel

> 0,20 s/d 0,40 Agak reliabel

> 0,40 s/d 0,60 Cukup reliabel

> 0,60 s/d 0,80 Reliabel

> 0,80 s/d 1.00 Sangat reliabel

Uji reliabilitas skala penelitian ini dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for windows versi 11,5.

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 7.

Hasil Uji Reliabilitas Skala Peran Pengambilan Keputusan

Variabel αααα Keterangan Kategori

Peran pengambilan

keputusan

0,9244 > 0,80 s/d 1.00 Sangat Reliabel

(56)

E. Pelaksaan Penelitian

1. Penyebaran dan pengumpulan skala

Penyebaran skala peran pengambilan keputusan dilakukan pada tanggal 13 September hingga 16 September 2007. Skala tersebar kepada 70 orang subjep penelitian, namun yang dianggap layak dan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini sehingga dapat diolah ke tahap selanjutnya sebanyak 47 buah.

2. Uji normalitas

Uji normalitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11,5 for windows dengan tujuan untuk mengetahui apakah skala penelitian ini telah mengikuti sebaran data dengan distribusi normal. Dalam penelitian ini, hal yang ingin diukur adalah mengenai peran pengambilan keputusan. Jika sebaran datanya normal, maka akan terlihat bahwa skala tersebut memang mengukur tentang peran pengambilan keputusan. Pengujian dilakukan dengan teknik one sample Kolmogorov Smirnov. Jika nilai signifikansi dari hasil uji normalitas menunjukkan angka yang lebih besar daripada 0,05 (p > 0,05), maka sebaran data tersebut dianggap mengikuti distribusi normal. Jika sebaliknya, yakni p < 0,05, maka sebaran data dianggap tidak mengikuti sebaran distribusi normal.

Tabel 8.

Uji Normalitas Skala Peran Pengambilan Keputusan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

(57)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Total

N 47

Normal Parameters (a,b) Mean 111,85

Std. Deviation 7,256

Most Extreme Differences Absolute ,121

Positive ,121

Negative -,076

Kolmogorov-Smirnov Z ,831

Asymp. Sig. (2-tailed) ,495

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Dari tabel tersebut diketahui bahwa penelitian ini memiliki nilai p sebesar 0,495 lebih besar dari 0,05. Artinya, sebaran data penelitian ini dianggap telah mengikuti sebaran distribusi normal. Maka, penelitian dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yakni tahap analisis data.

3. Hasil analisis data penelitian

Skala yang sudah diperoleh kemudian di-skoring lalu dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif.

a. Analisis statistik data penelitian

Tabel 9.

Deskripsi Data Penelitian

N Min Max Mean SD

Teoritik 47 35 140 87,5 17,5

(58)

Tabel diatas menunjukkan perbedaan mean yang diperoleh antara mean teoritik dan mean empirik. Mean empirik yang diperoleh dalam skala penelitian ini adalah sebesar 111,85, lebih besar daripada mean teoritiknya yakni 87,5. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik yang mengindikasikan bahwa ada peran pada istri yang tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

Untuk lebih menegaskan signifikansi perbedaan tersebut, maka dilakukan analisis signifikansi perbedaan mean dengan menggunakan one sample t test dengan program SPSS 11,5 for windows, sebagai berikut:

Tabel 10.

Hasil Uji Signifikansi T Test Skala Peran Pengambilan Keputusan One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Total 47 111,85 7,256 1,058

One-Sample Test

Test Value = 87.5

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Total 23,007 46 ,000 24,35 22,22 26,48

(59)

berarti bahwa perbedaan antara mean empirik (111,85) dengan mean teoritik (87,5) merupakan perbedaan yang signifikan.

Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa istri yang tidak bekerja memiliki peran dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga

b. Deskripsi statistik masing-masing aspek

Peran istri yang tidak bekerja dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dalam empat aspek. Berikut adalah hasil analisis masing-masing aspeknya:

Tabel 11.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Kognitif 47 20 32 26,15 2,255

Motivasi 47 15 27 21,77 2,324

Afektif 47 31 44 36,49 3,021

Konasi 47 22 35 26,72 3,062

Valid N

(listwise) 47

(60)

Tabel 12.

Hasil Analisis Statistik per Aspek

Teoritik Empirik

Aspek Jumlah

item

Mean SD Jumlah

item

Mean SD

Kognitif 8 20 4 8 26,15 2,255

Motivasi 7 17,5 3,5 7 21,77 2,324

Afektif 11 27,5 5,5 11 36,49 3,021

Konasi 9 22,5 4,5 9 26,72 3,062

Total 35 87,5 17,5 35 111,13 10,662

Jumlah item antar masing-masing aspek tidak memiliki jumlah yang sama, oleh karena itu untuk melihat keseimbangan masing-masing aspek dan melihat aspek mana yang paling banyak memberikan kontribusi (dominan) pada perwujudan peran, maka dilakukan analisis z score . Nilai standar (Z score) merupakan suatu bilangan yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai (X) menyimpang dari mean (X), dengan menggunakan standar deviasi (SD) sebagai pembobotnya. Nilai standar dapat memberikan satuan ukur yang baku dan dapat digunakan sebagai ukuran untuk membandingkan dua gejala atau lebih (Winarsunu, 2002).

Rumus Z score:

X - X Z =

SD Keterangan:

Z = Angka standar X = Angka kasar X = Mean

(61)

Tabel 13.

Aspek Dominan berdasarkan Z Score

Aspek

Kognitif 13

Motivasi 18

Afektif 8

Konasi 8

Total 47

F. Pembahasan

Dari hasil analisis statistik skala penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara mean empirik (111,85) dengan mean teoritik (87,5). Hasil perolehan t hitung sebesar 23,007 memperlihatkan angka yang lebih besar daripada t tabel sebesar 2,021 dengan taraf signifikansi 5% dan db = 40. Data tersebut mengungkapkan bahwa istri yang tidak bekerja memiliki peran yang signifikan dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

Saat perempuan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh budaya patriarkisme, maka ia akan dihadapkan pada kompleksitas sebuah kehidupan dimana statusnya dianggap lebih rendah dan kedudukannya berada di bawah (kekuasaan) laki-laki. Aplikasi ketidakadilan ini menjangkau hampir semua aspek kehidupan, misalnya pada bidang pekerjaan, kesempatan aktualisasi diri, politik, pendidikan, bahkan dalam hal reproduksi.

(62)

(Spivak dalam Arivia, 2006, menyebut perempuan sebagai subaltern, yang berarti kelompok lemah, yang tidak berdaya), dan bukan partner yang kedudukannya setara dan seimbang. Keadaan tersebut dipersulit dengan tugas dan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga yang dianggap sebagai seseorang yang seharusnya menjaga kelangsungan hidup berkeluarga dan menjamin kebutuhan dan kesejahteraan anak, sedangkan suami (kepala rumah tangga) dianggap lebih agung karena dialah yang bekerja mencari nafkah.

Ilustrasi dalam wacana Barat tentang relasi perempuan dan laki-laki diibaratkan sebagai the bees and the flowers (para lebah dan bunganya), dimana lebah (laki-laki) secara aktif menghisap bunga-bunga (perempuan). Ilustrasi tersebut menggambarkan bagaimana perempuan secara alamiah dihamili / dikuasai laki-laki. Dampak dari kehamilan itu adalah rangkaian tugas domestik (mengasuh, memberi makan) yang merupakan bagian dari tugas perempuan, sedangkan bagian dari laki-laki adalah tugas-tugas publik. Posisi perempuan dan laki-laki tersebut dikonstruksikan oleh masyarakat patriarkal dan diangggap sebagai sesuatu yang alamiah (Mead dalam Arivia, 2006).

(63)

Adanya dikotomi peran dalam masyarakat patriarki bahwa peran perempuan adalah di dalam rumah (domestik) dan peran laki-laki ada di ruang publik (pencari nafkah) menjadi suatu faktor pertimbangan yang menjelaskan mengapa istri tidak bekerja dalam penelitian ini memiliki peran yang signifikan dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

Budaya di Indonesia (yang di dominasi oleh budaya patriarki) melihat bahwa ibu rumah tangga, yang diemban oleh istri yang tidak bekerja, memiliki status atau kedudukan sebagai yang mulia karena dianggap memiliki kedekatan (closeness) dengan anak-anak serta paham akan kebutuhan mereka. Selain itu, intensitas keterlibatan istri yang tidak bekerja dalam hal keuangan guna memenuhi kebutuhan dan mencukupi keperluan rumah tangga lebih besar daripada laki-laki (suami). Sang istri mengetahui keperluan-keperluan apa saja yang harus dipenuhi demi kesejahteraan anak-anak. Biasanya istri juga mengetahui tagihan-tagihan dan pembayaran kebutuhan rumah tangga karena status yang tidak bekerja tersebut menempatkannya lebih sering berada dalam rumah dan menghadapi jalannya roda kehidupan berkeluarga sehari-hari.

(64)

Tabel 14.

Aspek Dominan berdasarkan Z Score

Aspek

Kognitif 13

Motivasi 18

Afektif 8

Konasi 8

Total 47

Peran pengambilan keputusan istri yang tidak bekerja bisa terlihat dari pertama, sisi kognitif berupa kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh istri tidak bekerja. Ada dua pandangan yang dianut istri yang tidak bekerja yang bisa berpengaruh pada sisi kognitif, yakni paham tradisional dan paham modern. Paham tradisional menempatkan perempuan, terutama yang telah menikah, di bawah laki-laki. Ini berarti suami mengharapkan istri untuk mengutamakan kepentingan suami lebih dari kepentingan istri sendiri dan sebagai pengasuh utama (primary caretaker) anak.anak, suami akan ikut membantu dalam membesarkan anak-anak dengan cara-cara tertentu yang sudah diatur secara jelas dan terbatas, serta istri memberi keleluasaan pada suami untuk mengejar karier tanpa gangguan selama suami bisa memberi kecukupan (good provider). Paham modern mendukung adanya keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan (suami dan istri), ada keseimbangan dan kesetaraan bahwa istri medapatkan kesempatan lebih banyak di tempat kerja dan suami mendapat tanggung jawab yang lebih besar di bidang domestik.

(65)

afektif berkaitan dengan perasaan istri tidak bekerja dalam menjalankan peran sesuai dengan posisi yang ia emban. Keempat, konasi berhubungan dengan perilaku nyata istri dalam hal pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

Keberadaan perempuan yang hidup dalam masyarakat yang di dominasi oleh budaya lelaki (patriarki) menempatkannya pada sebuah kesadaran massal bahwa ia memiliki “kodrat”-nya sendiri yang menandakan keinferioritasan statusnya dibandingkan laki-laki. Bagi Arivia (2006) fakta tersebut mengintimidasi perempuan sehingga menimbulkan adanya ketidakadilan terhadap kaumnya sendiri. Pada era ini, kondisi tersebut sudah banyak disadari oleh istri yang tidak bekerja.

Tabel 15.

Spesifikasi Subyek Penelitian

No. Rentang Jumlah (orang)

25 – 30 7

31 – 35 19

36 – 40 16

1. Usia (tahun)

41 – 45 5

SD 20

SMP 16

SMA 6

SMEA 3

2. Pendidikan

SMK 2

6 – 10 16

3. Lama menikah

(tahun) 11 – 15 25

1 11

2 25

3 9

4. Jumlah anak

(66)

Segenap perasaan karena diperlakukan tidak adil dan tidak memiliki kesetaraan, mendorong istri tidak bekerja untuk memiliki harapan atau keinginan yang sangat besar untuk ikut berperan dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan akan timpangnya status dan kedudukan tentu juga dirasakan oleh mereka, namun oleh

Gambar

Tabel Z Score dan Aspek Dominan……………………………..
Gambar 1. SKEMA PENELITIAN
Tabel 2.  Skor Item berdasarkan Sifat Item
Tabel 4. Distribusi Jumlah Item Sahih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dicapai dari analisis ini yaitu data pada data warehouse BiNus Career berasal dari OLTP yang telah dilakukan validasi, scrubbing, dan transformasi, sehingga

pemikiran, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. 7) Dosen di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah membimbing, mengajar, serta memberikan ilmu

Judul laporan akhir ini adalah Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013.. Dalam menyusun laporan akhir

dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama secara.. umum dibedakan atas 2 (dua)

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki produktivitas primer yang tinggi, hal tersebut didukung oleh keberadaan perifiton yang melekat pada permukaan

PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan

Tadinya dia juga stress to sama cemas itu pasti tapi karena dia juga sering bergaul dengan penyakit – penyakit yang seperti itu kalau pas di rumah sakit juga melihat seperti