• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH TEORITIS DAN MODEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TELAAH TEORITIS DAN MODEL PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2 PENDAHULUAN

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank sekunder yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa deposito berjangka atau tabungan serta pemberian kredit (Sukmadi, 1994 : 17). Dalam pemberian kredit BPR dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas agar tidak terjadi kredit macet atau gagal bayar, serta dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya dan melakukan kebijakan dari BI supaya tetap menjaga pertumbuhan kredit.

Salah satu kebijakan yang diambil oleh manajemen BPR adalah meningkatkan efektivitas pengendalian internal pada bank (Desyanti, 2006:1). Pengendalian internal adalah tanggung jawab seluruh pegawai dalam organisasi, namun pegawas intern adalah pihak yang menjamin efektivitas pengendalian internal dapat tercapai (Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum, 2003). Konsep efektivitas yang dimaksudkan lebih melihat mengenai pengukuran atas hasil yang dicapai.

Pengawas intern diangkat oleh direksi dengan persetujuan dewan komisaris dan dilaporkan kepada otoritas pengawas bank yang melakukan control atau pengawasan terhadap kinerja manajemen BPR (Pedoman GCG perbankan Indonesia : 2004). Sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap direksi dan dewan komisaris maka pengawas intern harus independen dan kompetensi. Seorang auditor yang memiliki independensi dan kompetensi dalam penerapannya akan terkait dengan etika auditor.

Kasus yang sering terjadi di BPR adalah kepala bagian merangkap jabatan sebagai pengawas intern, sehingga dalam melakukan pengendalian internal pengawas tersebut menjadi tidak independen. Seperti yang diungkapkan Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian internal.

(2)

3

Karena luasnya ruang lingkup organisasi perbankan mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupun aktivitas eksternal yang terjadi pada bank tersebut. Sehingga dalam manajemen bank memerlukan pengawas intern yang memiliki sikap independensi dan kompetensi dalam menilai efektivitas pengendalian internal. Hal ini menarik untuk diteliti melihat begitu vital peran dan tanggung jawab dari pengawas intern di BPR.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang akan diteliti adalah “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Pengawas Intern terhadap Efektivitas Pengendalian Internal pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang”.

Persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah apakah independensi dan kompetensi pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh independensi dan kompetensi pengawas intern terhadap efektivitas pengendalian internal pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak BPR untuk selalu meningkatkan pengendalian internnya dengan cara meningkatkan kualitas pengawas intern. Salah satu cara dengan menjaga independensi dan meningkatkan kompetensi dari individu tersebut.

2. Dari segi akademis, diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada mahasiswa, dosen dan akademisi lain tentang pentingnya independensi dan kompetensi seorang pengawas intern dalam menjalankan Sistem Pengendalian Internal (SPI) di suatu perusahaan atau organisasi.

TELAAH TEORITIS DAN MODEL PENELITIAN

Berdasarkan persoalan penelitian dalam penelitian ini terdapat tiga konsep yang akan dikaji yaitu Efektivitas Pengendalian Internal, Independensi, dan Kompetensi.

(3)

4 1. Efektivitas Pengendalian Internal

Efektivitas (or result of operations) berkaitan dengan seberapa jauh suatu aktivitas telah mencapai tujuan atau manfaat yang diinginkan, selain itu efektivitas lebih melihat mengenai pengukuran atas hasil yang dicapai (BPKP 1995, Reider 2002). Dalam lingkup manajemen efektivitas merupakan suatu keadaan yang menujukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Komarudin, 1992 : 269).

Menurut Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum tahun 2003, pengendalian internal merupakan suatu mekanisme pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen bank secara berkesinambungan (on going basis), guna: (1) menjaga dan mengamankan harta kekayaan Bank; (2) menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat; (3) meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku; (4) mengurangi dampak kerugian, penyimpangan, termasuk kecurangan/ fraud dan pelanggaran aspek kehati-hatian; (5) meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.

Mulyadi & Kanaka P (1998) berpendapat bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Efektivitas pengendalian internal adalah penerapan yang memadai dari suatu kebijakan dan prosdur pengendalian internal yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan perlu memperhatikan perihal kepatuhan, aspek kehati-hatian, ketelitian sehingga laporan yang dihasilkan lebih akurat.

2. Independensi

Sikap independensi sangat mempengaruhi suatu keputusan yang akan diambil. Jika seorang auditor tidak independen terhadap kliennya, maka opini tidak akan memberikan suatu tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993:246

(4)

5

dalam skripsi Gulson Ruthini, 2010). Serta mampu membebaskan diri dari berbagai pihak yang berkaitan dengan penugasan audit, sehingga mampu menimbulkan perilaku objektif seorang auditor (Boynton, et al 2004).

Menurut Abdul Halim (2001 : 21) ada tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3) Independence in competence

(independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, bertanggung jawab dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada. Independensi merupakan faktor penting dalam menjalankan profesi sebagai auditor.

3. Kompetensi

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).

Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan

(5)

6

kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt et al. (1988) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas tugas.

Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs (1992), menunjukkan bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit.

Maka kompetensi adalah tingkat pengetahuan pengawas intern dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan yang ditunjang dengan pengalaman kerja, keterampilan, dan ketelitian.

Model Penelitian

Dalam penelitian ini akan menguji pengaruh tiga variabel. Variable yang akan diuji adalah (1) Independensi, (2) Kompetensi, (3) Efektivitas pengendalian internal.

Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa independensi, keahlian profesianal dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian internal di BPR Kabupaten Badung (Desyanti, 2006). Jika independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja pengawas intern baik secara simultan ataupun parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian internal pada BPR di Kabupaten Badung.

Model konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah independensi dan kompetensi pengawas intern berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal.

(6)

7 Independensi Efektivitas Pengendalian Internal Kompetensi METODE PENELITIAN

Definisi Operasional Variabel

Konsep yang akan diuji ada tiga, yaitu Efektivitas pengendalian internal, Independensi, dan Kompetensi auditor. Berikut akan dipaparkan sekilas definisi operasional supaya dapat menjadi dasar penyusunan indikator empiris.

Konsep Definisi Indikator empiris

Tingkat kepatuhan terhadap peraturan, etika, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

Efisiensi operasi untuk mengurangi kecurangan

Tingkat ketelitian dan kebenaran laporan keuangan

Sikap auditor saat mengaudit (jujur, tanggung jawab, objektif)

Ada/ tidak hubungan kerabat/ keuangan dengan staf/ manajer yang di audit Pengetahuan tentang SPI bank Pengalaman dalam bidangnya Kepekaan adanya kesalahan dalam melakukan audit

Pendidikan lanjut Efektivitas

Pengendalian Internal

Penerapan yang memadai dari suatu kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang telah ditetapkan

Independensi

Sikap seseorang untuk

bertindak jujur, tidak memihak, bertanggung jawab dan

melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada

Kompetensi

Tingkat pengetahuan pengawas intern dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan yang ditunjang dengan

pengalaman kerja,

(7)

8 Populasi dan Sample

Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Kota dan Kabupaten Semarang yang memiliki potensi besar dalam penyedian kredit bagi masyarakat. Di Kota dan Kabupaten Semarang terdapat BPR yang cukup banyak. Populasi dalam penelitian ini adalah BPR di Kota dan Kabupaten Semarang. Dengan kriteria BPR di Kota dan Kabupaten Semarang yang berstatus kantor pusat, memiliki staf pengawas intern dan memiliki rata-rata tiga staf kepala bagian.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini konsep yang digunakan diukur dengan aras interval, indikator empiris dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Terdapat 5 kategori jawaban serta diberi skor menurut skala likert. Kategori yang paling berpengaruh mendapat nilai tertinggi. Jawaban yang didapat diklasifikasikan dengan tehnik skoring sebagai berikut :

Sangat setuju sekali : 5 Sangat setuju : 4

Setuju : 3

Tidak setuju : 2 Sangat tidak setuju : 1

Untuk mendapatkan data primer yang akan diolah, penulis menggunakan metode wawancara dan kuesioner yang akan dilaksanakan pada bulan Februari 2012. Kuesioner nantinya akan dibagikan kepada pengawas intern dan manajer tertinggi BPR.

Tehnik dan Langkah-langkah Analisis

Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Karena penelitian ini menguji variabel dan berganda, pengujian dilakukan pada variabel yang lebih dari satu. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efektivitas pengendalian internal, sedangkan variabel independen adalah independensi dan kompetensi auditor.

(8)

9

Model regresi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Dimana:

Y = Efektivitas pengendalian internal a = Konstanta

b = Koefisien regresi = Variabel independensi = Variabel kompetensi

Langkah analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Setelah kuesioner didapatkan dari semua responden, dilakukan skoring menggunakan skala likert. Sehingga mendapat data mentah untuk diolah lebih lanjut.

2) Data kemudian diuji validasi dan reliabilitas. Validitas menujukkan kemampuan instrumen dalam mengukur apa yang harus diukur, tergantung taraf signifikansinya. Dengan membandingkan r hitung dan r table. Jika r hitung lebih besar dari r table maka data tersebut valid (Nurgiyanto, Gunawan, Marzuki; 2000). Sedangkan pengujian dengan relibilitas konsistensi hasil ukur akan diketahui. Uji validitas menggunakan korelasi pearson dan uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha.

3) Setelah melakukan pengujian validitas dan reliabilitas, dilakukan pengujian dengan asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik ini menggunakan tiga pengujian asumsi, yaitu:

a. Uji normalitas, pengujian ini dilakukan untuk memenuhi asumsi dalam statistik (Supramono, 2003). Pengujian ini menggunakan analisis kolmogorov-smirnov dengan kriteria asymp.sig > 0,05. b. Uji heterokedastisitas, pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi

adanya gejala korelasi antara varibel satu dengan yang lainnya (Supramono, 2003). Pengujian ini menggunakan uji scatterplot. Jika pola titik yang ditunjukkan berantakan maka variabel tersebut merupakan variabel homokedastisitas.

(9)

10

c. Uji multikolinearitas, digunakan untuk mendeteksi apakah ada korelasi antar variabel independen (Supramono, 2003). Pengujian ini menggunakan uji VIF, semakin mendekati nilai 1 maka semakin bebas multikol.

4) Selanjutnya melakukan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis yang dibuat, tingkat signifikansi yang dipakai adalah 0,05. Pengujian ini membandingkan t hitung dengan t table. Penerimaan atau penolakan hipotesis dipengaruhi oleh signifikansi p-value > α, hipotesis alternative ditolak dan sebaliknya.

5) Setelah selesai melakukan pengujian dan analisis regresi berganda, disusun kesimpulan berdasar hasil uji regrasi berganda dan jawaban persoalan penelitian.

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum BPR

Dari 44 kuesioner yang dibagikan kepada 44 responden di 11 BPR diperoleh hasil 40 kuesioner yang terisi, karena ada 4 kuesioner di satu BPR tidak bisa diambil. Responden yang mengisi kuesioner terdiri dari direktur, SKAI, SPI, dan kepala bagian. Setelah diseleksi tinggal 34 kuesioner yang layak diolah, sedangkan 6 kuesioner tidak diisi secara lengkap oleh responden. Dari 34 kuesioner sebagian besar diisi oleh Kepala Bagian yaitu 16 orang, 7 orang SPI, 8 orang Direktur, dan 3 orang SKAI. Dengan kata lain tingkat pengembalian (respon rate) sebesar 77,3%. Di samping data tersebut, diperoleh juga data publikasi laporan keuangan triwulan ke 3 pada bulan September 2011 untuk 10 BPR yang didapat dari website Bank Indonesia.

Dari dua sumber data tersebut, pertama-tama disajikan gambaran umum BPR dari dimensi aset, dana pihak ketiga, serta penyaluran kredit. Suatu bank memiliki kinerja keuangan yang baik ditandai dengan meningkatnya aset, dana pihak ketiga, dan penyaluran kredit tiap tahunnya (Lampiran 2). Sebagai contoh, dari laporan keuangan PT BPR Weleri Makmur yang berkantor pusat di Kota Semarang untuk tahun 2010 aset yang dimiliki sebesar 148.046,9 dan pada tahun

(10)

11

2011 meningkat menjadi 190.325,7. Hal ini dikarenakan BPR Weleri Makmur dapat mengelola keuangan dan pengendalian internal audit yang baik. Bahkan dari 10 BPR yang diteliti PT BPR Weleri Makmur merupakan BPR yang memiliki aset tertinggi. Sedangkan untuk aset terendah dimiliki oleh PT BPR Inti Ambarawa Sejahtera yang berkantor pusat di Kabupaten Semarang yaitu sebesar 7.334,8. Suatu BPR dengan aset yang tinggi memungkinkan BPR memiliki Satuan Kerja Audit Intenal (SKAI). Seperti BPR Weleri Makmur yang memiliki 4 SKAI untuk membantu meningkatkan pengendalian internal.

Untuk penyaluran kredit kondisi keuangan bank, kecukupan modal bank serta batas aman pemberian kredit menjadi pertimbangan manajemen. Selain itu menghimpun dana dari pihak ketiga (masyarakat) dalam bentuk tabungan dan deposito juga mempengaruhi penyaluran kredit. Menurut Bank Indonesia kualitas kredit digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu : kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) adalah kredit yang mengalami kesulitan dalam pelunasan. Kredit bermasalah dapat diukur dari jumlah kredit bermasalah (kriterianya kredit kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh bank.

Dari data laporan keuangan BPR yang diteliti, NPL tertinggi dimiliki oleh PT BPR Kusuma Palagan Ambarawa yang berkantor pusat di Kabupaten Semarang yaitu sebesar 21,85% dan NPL terendah dimiliki oleh PT BPR Restu Artha Makmur yaitu 2,62%. Jika dilihat dari penyaluran kredit dan tingkat kredit macet, tingginya penyaluran kredit tidak menjamin rendahnya tingkat kredit macet suatu bank. Sebagai contoh PT BPR Rudo Indobank yang berkantor pusat di Kota Semarang memiliki tingkat penyaluran kredit yang cukup tinggi yaitu sebesar 93,45%, tetapi tingkat gagal bayar kreditnya juga tinggi yaitu sebesar 18,62%. Sehingga diperlukan penanganan terhadap kredit bermasalah untuk BPR dengan NPL tinggi. Sebaliknya jika tingkat kredit macet rendah maka jumlah kredit yang disalurkan akan semakin banyak.

(11)

12 Independensi, Kompetensi, dan Efektivitas Pengendalian Internal

Di bawah ini dibahas bagaimana pengaruh independensi dan kompetensi pengawas intern terhadap efektivitas pengendalian internal. Data mentah kuesioner yang disajikan dengan skala likert menunjukkan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata dari total poin untuk tiap variabel.

Tabel 1

Deskriptif Skor Independensi, Kompetensi, dan Efektivitas Pengendalian Internal

No Variabel Minimum Maximum Mean

1 Independen Pengawas Intern 31 43 37

2 Kompetensi Pengawas Intern 23 31 27

3 Efektivitas Pengendalian Internal 28 40 34

Sumber : Data yang diolah 2012

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden memiliki independensi yang tinggi dan lebih besar dari kompetensi. Data hasil kuesioner yang diolah, diperoleh hasil pengujian validasi dan reliabilitas, semua indikator empirik dikatakan valid dan reliabel. Karena nilai korelasi yang lebih dari 0,3 dan signifikansi kurang dari 0,05 (5%) dan cronbach’s alpha memiliki nilai lebih besar dari 0,6 (Lihat pada lampiran 5).

Setelah pengujian validitas dan reliabilitas kemudian dilakukan pengujian dengan asumsi klasik. Berdasakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov dihasilkan data yang menunjukkan bahwa ketiga variabel nilai Kolomogorov-Smirnov dan probabilitasnya lebih dari signifikan pada 0,05 yaitu 0,761 dan 0,608. Hal ini mengindikasikan data residual terdistribusi normal, hasil uji ini konsisten dengan gafik Scatterplot menunjukkan pola titik tersebar secara acak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresinya baik. Namun variabel independensi pengawas intern dan kompetensi pengawas intern memiliki pengaruh yang kecil terhadap efektivitas pengendalian internal. Karena nilai

(12)

13

toletansi yang mendekati 1 dan VIF yang kurang dari 10 (Lihat pada lampiran 6). Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pengalaman kerja pengawas intern, sehingga efektivitas pengendalian internal kurang maksimal.

Dalam perhitungan regresi berganda diperoleh nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,458 atau 45,8%. Artinya variabel independensi dan kompetensi pengawas intern mampu menjelaskan 45,8% variabel efektivitas pengendalian internal dan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabel lain (Lihat pada lampiran 7). Variabel independensi dan kompetensi pengawas intern dapat digunakan untuk memprediksi variabel efektivitas pengendalian internal dapat diterima atau tidak, dengan melihat Std. deviasi pada tabel statistik deskriptif. Semakin besar std. deviasi maka semakin besar variasi datanya, artinya semakin tinggi tingkat independensi pengawas intern dan kompetensi pengawas intern maka semakin efektif tingkat pengendalian internal di BPR Kota dan Kabupaten Semarang (Lihat pada lampiran 6).

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 16.0 yang secara rinci dapat dilihat pada lampiran 7. Besarnya pengaruh independensi pengawas intern dan kompetensi pengawas intern

terhadap pengendalian internal (Y).

Tabel 2

Koefisien Regresi Independensi dan Kompetensi Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal

Variabel Penelitian Koefisien t Sig.

α (Konstan) 0,762 0,119 0,906

X1 Independensi Pengawas Intern 0,000 0,004 0,997 X2 Kompetensi Pengawas Intern 1,190 4,277 0,000

(13)

14

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa independensi pengawas intern tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal karena nilai koefisiennya 0,000 dan tingkat signifikansi sebesar 0,997. Berarti independensi pengawas intern di BPR Kota dan Kabupaten Semarang tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengawas internal. Tidak berpengaruhnya independensi dari hasil pengujian bukan berarti dalam kondisi nyata independensi pengawas intern pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal. dari hasil kuesioner (tabel 1) menunjukkan variabel independensi memiliki pengaruh yang tinggi, dengan direktur, kepala bagian, SKAI, SPI sebagai responden. Sikap yang dimiliki pengawas intern pada saat melakukan audit diterapkan dengan baik di BPR. Yaitu dengan mengemukakan temuan-temuan sesua bukti yang ada, bertindak jujur, bertanggung jawab, dan objektif, tidak adanya hubungan kerabat/ keuangan oleh klien. Hal ini menunjukkan pengawas intern di BPR Kota dan Kabupaten Semarang bukan hanya memegang aspek Independence in appearance yang baik, tetapi juga aspek

Independence in fact yang baik. Seperti yang dipaparkan pada kuesioner nomor 2, 5, 6 (Lihat pada lampiran 3).

Sedangkan kompetensi pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal karena nilai koefisiennya 1,190 dan tingkat signifikansi yang dihasilkan sebesar 0,000. Hal ini berarti semakin besar pengetahuan pengawas, semakin berpengalaman, maka semakin kecil pengawas melakukan kesalahan audit, semakin tinggi tingkat ketaatan terhadap peraturan dan semakin peka dalam mendeteksi kesalahan secara signifikan meningkatkan kepatuhan, ketelitian dan efisiensi operasi untuk mengurani kecurangan di BPR Kota dan Kabupaten Semarang. Walaupun masih ada beberapa pengawas dengan tingkat pengalaman yang kurang dalam bidang audit, tetapi hal ini ditutup dengan latar belakang audit yang memadai. Ditunjukkan kuesioner nomor 1, 2, 3, 4, 5 (Lihat pada lampiran 3).

Menurut pendapat Abdul Halim menyatakan bahwa terdapat 3 aspek independensi seorang auditor, yaitu Independence in fact, Independence in appearance, Independence in competence. Sikap independensi pengawas intern

(14)

15

berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Hasil analisis terhadap efektivitas pengendalian internal pada BPR, mendorong BPR di Kota dan Kabupaten Semarang mampu meningkatkan efektivitas pengendalian internal. Efektivitas terjadi pada tingkat kepatuhan, efisiensi operasi, dan tingkat ketelitian yang bagus meliputi kebijakan yang diciptakan manajemen BPR bagus. Ini berarti dalam kebijakan dan prosedur pengendalian yang dibuat BPR di Kota dan Kabupaten Semarang sudah baik serta diterapkan dengan baik dan efisien.

KESIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Setelah dilakukan beberapa pengujian dapat disimpulkan bahwa independensi pengwas intern tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal. Tetapi dari hasil penelitian pengawas intern pada BPR di Kota dan Kabupaten Semarang memiliki sikap independensi yang tinggi dan diterapkan dengan baik. Sedangkan kompetensi pengawas intern memiliki pengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal. Hal ini berarti pengetahuan, ketaatan terhadap kode etik, prosedur yang ada dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas audit dilakukan dengan sangat baik oleh BPR.

Adanya hubungan antara sikap independensi pengawas intern dengan kompetensi dalam meningkatkan pengendalian internal pada BPR. Menjadikan pengendalian internal BPR semakin baik dan efektif.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan perimbangan bagi Bank Perkreditan Rakyat untuk meningkatkan pengendalian internal melalui peningkatan kualitas pengawas intern BPR. Pengawas intern yang baik adalah pengawas intern yang mampu menjaga sikap jujur, bertanggung jawab, dan obyektif dalam segala hal (independensi) dan terus meningkatkan kompetensinya. Dalam penelitian ini tidak semua target obyek penelitian terpenuhi, karena ada satu BPR yang menolak untuk diteliti. Proses pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden terdapat rentang waktu yang cukup lama dan tidak dalam pengawasan peneliti, maka jawaban dari responden bisa dibuat tidak sesuai

(15)

16

dengan kondisi BPR. Ini merupakan keterbatasan yang dimiliki peneliti dan responden yakni keterbatasan waktu. Jumlah pengawas intern di BPR yang minim (hanya satu) menyebabkan peneliti mencari obyek lain yang relevan, seperti kepala bagian dan direktur, ini merupakan keterbatasan dalam penelitian.

Dengan sikap independensi yang berhubungan erat dengan kompetensi, dalam penelitian ini, peneliti menduga bahwa variabel independensi lebih cocok sebagai variebel yang memoderisasi variabel kompetensi dalam meningkatkan efektivitas pengendalian internal BPR. Sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur independensi dan kompetensi penawas intern dengan melihat hasil audit yang disampaikan. Di samping itu, apabila peneliti lain ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini, maka peneliti tersebut hendaknya mengubah model penelitian. Dari model konsep yang dipakai dalam penelitian ini menjadi variabel kompetensi yang dimoderasi variabel independensi berpengauh positif terhadap efektivitas pengendalian internal.

(16)

17 DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, 2012, Laporan BPR. http://bi.go.id/biweb/Templates/ Statistik/New_LaporanBPR.aspx? 24 Februari 2012.

Desyanti & Ratnadi. 2011. Pengarauh independensi, keahlian professional, dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur

pengendalian intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankkan. 2003. Pedoman Standar

Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum. Bank Indonesia.

Gulson, Ruthini. 2010. Persepsi auditor mengenai faktor-faktor (kompetensi, independensi, dan keterlibatan komite audit) yang mempengaruhi kualitas audit. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Analisis Regrasi. http://eprints.undip.ac.id/17480/1/ Hadiasman_Ibrahim.pdf. 20 Maret 2012

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. 2004. Pedoman Good

Corporate Governance Perbankan Indonesia.

Koroy, Tri Ramaraya. 2005. Pendeteksian Kecenderungan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. Banjarmasin: STIE Nasional.

Kusmayadi, Dedi. 2009. Pengaruh Audit Operasional terhadap Implementasi Strategi dan Dampaknya pada Laba Operasi (Sensus pada Bank Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. XV, No.1 Maret : 55-67 (jurnal diterbitkan).

(17)

18

Oktaviana, Linda. 2011. Pengaruh efektivitas Sistem Pengendalian Intern terhadap kualitas kredit Bank Perkreditan Rakyat di Kota Pati. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro (dipublikasikan).

Pradewa, Akbar. 2010. Pengaruh independensi dan kompetensi pengawas intern terhadap efektivitas pengendalian intern pada Bank Perkreditan Rakyat

Kota dan Kabupaten Semarang. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Sawyer, Dittenhofer, Scheiner. 2006. Internal Auditing Buku 5,Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Supramono & Sugiarto. 2003. Statistika. Yogyakarta : Andi Offset.

Supramono dan Utami, Intiyas. 2003. Desain Proposal Penelitian Studi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengembangan instrumen asesmen otentik ini meliputi kegiatan mengembangkan instrumen asesmen otentik, menerapkan instrumen dalam pembelajaran, menganalisis

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 < 0,05 yang artinya Ho di tolak dan Ha diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata

sebagai berikut: sebuah struktur yang sangat organik dengan minimal formalisasi; spesialisasi pekerjaan yang tinggi berdasar pendidikan formal; para spesialis akan memiliki

Disarankan untuk melakukan pemeriksaan fungsi kognitif pada penderita Parkinson dengan menggunakan instrumen pengukuran yang lebih sensitif, agar secara dini

Sebagai salah satu rujukan kepada masyarakat Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan khususnya di Panti UPT Kesejahtraan Sosial Lanjut Usia Di Kupang Kelurahan

Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan diatas, pada penelitian ini penulis menggunakan metode multi- classifier ensemble learning dengan kombinasi geterogen dari

[r]

Setelah itu pengguna tinggal memilih button yang tersedia untuk masuk ke menu utama.Setelah pengguna memasukkan nama ke menu login, akan muncul tampilan menu utama,