• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL KEPITING BAKAU (Scylla serrata) PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL KEPITING BAKAU (Scylla serrata) PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

SKRIPSI

PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP

KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH

DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL

KEPITING BAKAU (Scylla serrata)

PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh:

MASHITA VIVI MAHARGYANI

SURABAYA – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)
(3)

iii

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

SKRIPSI

PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP

KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH

DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL

KEPITING BAKAU (Scylla serrata)

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga

Oleh:

MASHITA VIVI MAHARGYANI NIM. 141211132024

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

(4)

iv

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

SKRIPSI

PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP

KANDUNGAN KOLESTEROL, LOW DENSITY LIPOPROTEIN

(LDL), DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL)

KEPITING BAKAU (Scylla serrata

(5)

iv

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

RINGKASAN

MASHITA VIVI MAHARGYANI. Pemanfaatan Crude Fish Oil (CFO) Pada

Pakan Terhadap Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), High Density lipoprotein (HDL) dan Kolesterol Kepiting Bakau (Scylla serrata). Dosen Pembimbing Utama Agustono, Ir., M.Kes.. dan Dosen Pembimbing Serta Dr. M. Anam Al Arif, drh., MP

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Kepiting bakau memiliki kandungan kolesterol yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi para konsumen untuk mengkomsumsi produk yang kurang baik bagi kesehatannya. Crude Fish Oil merupakan minyak limbah pengolahan ikan lemuru yang diperoleh dari daerah Muncar yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi. Kandungan asam lemak tak jenuh yang terkandung di dalam CFO dianggap dapat menurunkan kandungan LDL dan kolesterol serta meningkatkan kandungan HDL.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian CFO pada pakan ikan rucah terhadap kandungan LDL, HDL dan kolesterol kepiting bakau (Scylla serrata). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Pada penelitian ini jumlah dosis CFO yang ditambahkan dalam pakan ikan rucah adalah: perlakuan A (0 %), B (2 %), C (4 %), D (6 %), E (8 %). Parameter yang diamati adalah kandungan LDL, HDL dan kolesterol pada daging kepiting bakau. Analisis data menggunakan Analisis Varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

(6)

v

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

SUMMARY

MASHITA VIVI MAHARGYANI. Utilization Of Crude Fish Oil (CPO) On Feed To Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL) Cholesterol Content Of Mud Crab (Scylla Serrata). Main Academic Advisor Agustono, Ir., M.Kes.. and Academic Advisor Dr. M. Anam Al Arif, drh., MP

Mud crab (Scylla serrata) is one of high economic value commodity. Mud crabs has relatively high cholesterol content, that affecting the consumers to consume unhealthy products. Crude Fish Oil are fish lemuru processing oil waste obtained from Muncar areas that contain high unsaturated fatty acids. Unsaturated fatty acids contained in the CFO considered to reduce the content of LDL and cholesterol as well as to increase HDL content.

This research purposed to know gives effect of CFO on trash fish feed to LDL, HDL and cholesterol content of mud crab (Scylla serrata). The method used was experimentally using completely randomized design (CRD) with five treatments and four replications. In this research the number of CFOs are added in trash fish feed are: treatment A (0 %), B (2 %), C (4 %), D (6 %), E (8 %). The parameters measured were the content of LDL, HDL and cholesterol in mud crab meat. Data analysis used variant analysis (ANOVA) followed by Duncan's Multiple Range Test.

(7)

vi

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis pajatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang Pemanfaatan Crude Fish Oil (CFO) Pada Pakan Terhadap Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL) Dan Kolesterol Kepiting Bakau (S. serrata). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih belum sempurna sehingga masukan dan saran diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

Surabaya, Agustus 2016

(8)

vii

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Mirni Lamid., drh. MP, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

2. Muhammad Arief, Ir., M.Kes selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi dalam bidang akademik dan non akademik.

3. Agustono, Ir., M.Kes selaku Dosen Pembimbing utama dan Dr. M. Anam Al Arif, drh. MP selaku Dosen Pembimbing serta yang telah memberikan arahan, masukan serta bimbingan sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Mirni Lamid., drh. MP, Muhammad Arief, Ir., M.Kes. dan Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si. , selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran atas penyempurnaan skripsi ini.

5. Mama, Adik dan Ayah yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materiil dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Tim penelitian scylla Kemala, Catherine, Hadijah dan Tomi yang telah bekerja sama dalam kesuksesan penelitian ini.

8. Rizky yang telah bersedia mengantar jemput selama penelitian di UB Malang serta Yusrina, Anissa, Aning, Kenny, dan Devy yang memberikan tempat tinggal selama saya melakukan pengujian di UB Malang.

(9)

viii

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

DAFTAR ISI

(10)

ix

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual ... 16

3.2 Hipotesis ... 19

(11)

x

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Asam Lemak pada Crude Fish Oil (CFO) ... 12

2. Rata-rata kandungan LDL dsaging kepiting bakau ... 27

3. Rata-rata kandungan HDL dsaging kepiting bakau ... 29

(12)

xi

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi kepiting bakau (Scylla serrata) ... 6

2. Jalur metabolisme eksogen kolesterol ... 9

3. Jalur metabolisme endogen kolesterol ... 10

4. Jalur reverse cholesterol transport... 11

5. Diagram Kerangka Konseptual ... 18

(13)

xii

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil pengujian kolesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), High Density lipoprotein (HDL)daging kepiting bakau (S. serrata) dan ikan kuniran

(Upeneus sulphureus Cuvier) ... 42 2. Hasil analisis proksimat ikan kuniran (Upeneus sulphureus Cuvier) dan

daging kepiting bakau (S. serrata) ... 45 3. Analisis statistik data kandungan Low Density Lipoprotein (LDL)

kepiting bakau (S. serrata) ... 47 4. Analisis statistik data kandungan High Density Lipoprotein (HDL)

(14)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kepiting bakau merupakan salah satu sumberdaya hayati perairan bernilai ekonomi tinggi, serta merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk di budidayakan. Jenis biota ini telah dibudidayakan secara komersial di beberapa negara tropis (Sadinar dkk., 2013). Kepiting bakau telah dikenal baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri karena rasa dagingnya yang lezat dan bernilai gizi tinggi yakni mengandung berbagai nutrisi penting seperti mineral dan asam lemak omega-3 (Catacutan, 2002).

Aslamsyah dan Yushinta (2010) menyatakan bahwa kepiting bakau mempunyai kandungan gizi yaitu abu 30%, protein 37,63%, lemak 6,34%, serat kasar 10,8%, BETN 14,36%, glukosa 10,58 mg/100 ml dan glikogen otot 11,42 mg/g. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepiting memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafiq (2008) kepiting bakau mempunyai kandungan kolesterol sebesar 76 mg/100g. Ambang batas konsumsi kolesterol manusia normal sekitar 300 mg/hari (Pramudya dkk., 2013).

(15)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M (Litopenaeus vannamei) yaitu sebesar 135,22 mg/100 g dan 133,51 mg/100 g pada penambahan Crude Fish Oil (CFO) sebesar 6% dan 8% pada pakan.

Crude Fish Oil (CFO) adalah minyak ikan kasar yang memliki kandungan lemak kasar sebesar 55,8791%, asam lemak omega-3 yang tinggi Eicosapentaenoic Acid (EPA) sebesar 10,7173%, dan Docosahexaenoic Acid (DHA) sebesar 7,0108% (Lokapirnasari, 2013). Asam lemak omega-3 dalam bentuk EPA (Eicosa Pentaenoic Acid) dan DHA (Docosa Hexaenoic Acid) saat digunakan pada dosis 3-4 g/hari ditemukan telah memberikan efek terhadap penurunan trigliserida (TG) (Syarif, 2011). Omega-3 dapat menurunkan kadar lipida (kolesterol) dalam serum darah, yaitu dengan jalan menghambat pembentukan protein dan trigliserida dalam Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga VLDL dan LDL dalam serum darah menjadi rendah (Manurung, 2009).

(16)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

1.2Perumusan masalah

1. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) pada kepiting bakau (S. serrata)?

2. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap peningkatan kandungan High Density Lipoprotein (HDL) pada kepiting bakau (S. serrata)?

3. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh terhadap kandungan kolesterol pada kepiting bakau (S. serrata) ?

1.3Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) pada kepiting bakau (S. serrata).

2. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap peningkatan kandungan High Density Lipoprotein (HDL) pada kepiting bakau (S. serrata).

(17)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

1.4Manfaat

(18)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla serrata)

Klasifikasi kepiting bakau (Scylla serrata) menurut Keenan (1999) adalah sebagai berikut:

(19)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M tinggi yang rata dan agak tumpul dengan tepian yang cenderung cekung dan membulat (Wijaya dkk, 2010).

Gambar 1. Morfologi kepiting bakau (Balai Uji Standar Karantina Ikan, 2011).

2.1.2 Pakan dan Kebiasaan Makan Kepiting Bakau

Kepiting bakau di alam menempati habitat kawasan mangrove dan memakan akar-akarnya (pneumathphore) (Herlinah dkk, 2010). Menurut Cholik (2005), kepiting bakau adalah hewan air pemakan detritus yang cenderung bersifat pemakan daging (karnivora). Selama pemeliharaan di tambak, kepiting bakau (Scylla spp.) diberikan pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput (Iskandar, 2002).

(20)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M dan air. Kisaran kebutuhan nutrien dalam pakan kepiting adalah protein 34-54%, lemak 4,8-10,8%, serat 2,1-4,3%, BETN 18,7-42,5%, dan abu 0,6-22,0% (Anderson et al. 2004).

Porsi pakan yang lebih banyak pada sore hari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan karena kepiting adalah hewan nokturnal (yang beraktivitas dan mencari makan pada malam hari) (Sagala dkk, 2013). Menurut Fujaya (2006), pada keadaan cukup pakan, ikan akan mengkonsumsi pakan hingga memenuhi kebutuhan energinya, energi tersebut pertama digunakan untuk metabolisme basal (maintenance) selanjutnya energi digunakan untuk aktivitas, produksi, dan pertumbuhan.

2.2 Kolesterol

Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol diproduksi di dalam hati sekitar 80% dan selebihnya diperoleh dari makanan yang kaya kandungan kolesterol (Silalahi, 2006). Kolesterol terdapat dalam jaringan, terutama otak, sumsum tulang belakang, hati dan empedu. Hati membuat kolesterol sangat banyak, sekitar ¾ gram sehari, dari berbagai sumber termasuk asetat, suatu garam organik yang terbentuk pada metabolisme normal, kolesterol diet dan asam empedu yang diserap kembali oleh usus halus (Tjay dan Rahardja, 2002).

(21)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M kolesterol ester. Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol juga mempunyai makna penting karena menjadi prekursor sejumlah besar senyawa steroid, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray dkk., 2009).

Menurut Sheen (2000), bahwa kebutuhan kolesterol pada juvenil kepiting bakau (Scylla serrata) sebesar 0,51% dan pada stadia larva (megalopa) kepiting bakau (Scylla serrata) membutuhkan kolesterol sebesar 0,80% (Holme, 2008).

2.3 Lemak

Lemak adalah suatu ester trigliserida (TG) dari gliserol dengan 3 asam lemak terikat rantai utamanya. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan dalam sel-sel lemak sebagai cadangan makanan (Guyton dan Hall, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah (Tuminah, 2009).

2.3.1 Metabolisme Lemak

(22)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Metabolisme kolesterol mengikuti beberapa jalur dari metabolisme lipoprotein yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen dan jalur reverse cholesterol transport atau jalur balik kolesterol (Wahyudi, 2009).

a. Jalur Metabolisme Eksogen

Pada jalur metabolisme eksogen, trigliserida dan kolesterol dari makanan yang masuk kedalam usus dan dicerna. Di dalam usus juga terdapat kolesterol yang berasal dari hati dan diekskresikan bersama dengan empedu ke usus halus. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Di dalam mukosa usus halus, trigliserida diserap dalam bentuk asam lemak bebas sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Seteah melewati mukosa usus halus, asam lemak diubah kembali menjadi trigliserida dan kolesterol diesterifikasi menjadi kolesterol ester. Kedua jenis molekul ini bersamaan dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron (Wahyudi, 2009). Skema jalur eksogen kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.

(23)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

b. Jalur Metabolisme Endogen

Hati memiliki kemampuan mensintesis kolesterol dan trigliserida. Kedua produk ini disekresikan ke dalam sirklasi darah dalam bentuk lipoprotein Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Trigliserida di VLDL akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga VLDL berubah menjadi Intermmediate Density Lipoprotein (IDL). IDL sebagian kembali ke hati dan sebagian lainnya akan dihidrolisis kembali ke LPL sehingga berubah menjadi Low Density Lipoprotein (LDL). LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kalenjar adrenal, testis, dan ovarium yang memiliki reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagain lainnya akan dioksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa. Konsentrasi kolesterol LDL yang banyak dalam plasma darah, akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag (Kwiterovich, 2000). Skema jalur endogen kolesterol dapat dilihat pada Gambar 3.

(24)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

c. Jalur Reverse Cholesterol Transport

Jalur Reverse Cholesterol Transport berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL. HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C, E, dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag (Adam, 2009).

Kolesterol yang telah diambil HDL akan diesterifikasikan oleh enzim lecthin cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester ini kemudian di transport dalam dua jalur. Pertama, jalur ke hati dan ditangkap oleh reseptor kolesterol HDL. Jalur kedua, kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP) (Kwiterovich, 2000). Skema jalur Jalur reverse cholesterol transport dapat dilihat pada Gambar 4.

(25)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

2.4 Crude Fish Oil (CFO) Ikan Lemuru

Minyak ikan yang sangat berpotensial di Indonesia adalah minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru merupakan hasil sampingan pembuatan tepung ikan dan pengalengan ikan lemuru (Sardinella longiceps). Produksi ikan lemuru di Indonesia rata-rata mencapai ±15,84% pertahun dari produksi total semua jenis ikam. Muncar sebagai daerah penangkapan utama ikan lemuru, produksi rata-rata pertahun ±81,37% dari total ikan lemuru di Jawa Timur. Kandungan lemak atau minyak dari lemuru sekitar 4,5-11,8% (Bandie, 1982 dalam Rusmana dkk, 2008). Tabel 1. Kandungan Asam Lemak pada Crude Fish Oil (CFO).

NO Macam Analisis Hasil Analisis

Asam-asam Lemak (%) 1. Lauric acid (C12:0) 0,890 %

2. Myristic acid (C14:0) 4,937% 3. Pentadecanoid acid (C15:0) 0,258% 4. Palmitoleic acid (C16:1) 3,685% 11. Eicosatetraenoic acid (C20:4) 0,379% 12. Eicosapentaenoic acid (C20:5) 3,622% 13. Eicosenoic acid - 11(C20:1) 0,905% 14. Eicosanoic acid (C20:0) 0,363% 15. Docosahexaenoic acid (C22:6) 3,556% 16. Docosenoic acid (C22:0) 0,969%

(Sumber : Hasil analisis ULP Farmasi, 2016)

(26)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Rasyid (2003) bahwa tahapan pertama unutuk menghasilkan minyak ikan yaitu proses pengukusan pada temperatur 95° C dilanjutkan dengan pemisahan fase cair dan fase padat kemudian dilakukan proses pemurnian.

Minyak ikan merupakan sumber lemak hewani dan mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah banyak (Agustono dkk, 2015). Hasil analisis yang telah dilakukan di Unit Layanan Pengujian Faklutas Farmasi, Universitas Airlangga (2016), Crude Fish Oil (CFO) memiliki kandungan 16 asam lemak yang dapat dilihat pada tabel 1.

2.5 Mekanisme Penurunan Kolesterol Kepiting

Crustacea memiliki kemampuan metabolisme untuk mengubah beberapa sterol menjadi kolesterol (Lovell, 1998). Crustacea tidak mampu mensintesis sterol secara de novo, namun dapat melakukan biosintesis kolesterol dari sterol lain seperti β-sitosterol, brassicarterol, ergosterol dan campesterol, dengan demikian kandungan sterol pada crutacea bergantung pada pakan (Teshima and Kanazawa in Sheen, 2000).

(27)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Penurunan kolesterol melalui penambahan Crude Fish Oil (CFO) dapat terjadi melalui peningkatan pengambilan partikel LDL dari proses sirkulasi oleh liver (Rustan and Drevon, 2005). High Density Lipoprotein (HDL) membawa kolesterol yang sudah tidak digunakan oleh sel menuju liver untuk diperbaiki atau diekskresikan (Colpo, 2005).

Menurut pengujian yang telah dilakukan di Unit Layanan Pegujian, Fakultas Farmasi (2016) CFO juga mengandung oleic acid yaitu sebesar 30,570%. Asam oleat merupakan asam lemak golongan MUFA. Asam lemak ini mempunyai struktur 18:1 dengan rumus molekul CH3(CH2)7C=C(CH2)7COOH, dan merupakan golongan omega-9 karena memiliki ikatan ganda pada posisi 9 dari ujung rantai (Mayes, 2003).

(28)
(29)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kepiting bakau termasuk satu diantara komoditas perikanan bernilai ekonomi penting di wilayah Indo-Pasifik. Kepiting bakau dikenal sebagai salah satu sumber pangan yang memiliki nilai gizi cukup tinggi yakni mengandung berbagai nutrien penting dan potensial untuk dibudidayakan (Saputra dkk, 2013). Permintaan akan komoditas kepiting yang terus meningkat, baik di pasaran dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan organisme ini termasuk salah satu komoditas andalan untuk ekspor mendampingi komoditas udang windu (Bulanin dan Rusdi 2007).

Bagian tubuh kepiting yang bisa dimakan mengandung 65,72% protein, 7,5% mineral, dan lemak 10,52. Bahkan, kandungan protein telurnya lebih tinggi yaitu 88,55%, mineral 3,2% dan lemak 8,16% (Soim 1994). Menurut Karim (2005) bahwa kepiting memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syafiq (2008), kepiting bakau mempunyai kandungan kolesterol sebesar 76 mg/100g.

(30)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M penurunan kandungan asam lemak jenuh dan peningkatan kandungan asam lemak tidak jenuh, khususnya asam lemak Omega-3 dan Omega-6 tanpa mengurangi kualitas (Sastrodihardjo, 1998).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustono dkk (2015), menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol pada udang melalui penambahan minyak ikan pada ransum pakan. Minyak ikan merupakan sumber lemak hewani dan mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah yang banyak. Asam lemak Omega-3 dan Omega-6 tidak dapat disintesis oleh tubuh, oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhannya harus disediakan melalui bahan pakan, sehingga upaya untuk memenuhi target tersebut adalah melalui penambahan bahan pakan yang mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi, seperti minyak ikan lemuru ke dalam ransum pakan (Sastrodihardjo, 1998).

Salah satu sumber asam lemak omega-3 adalah minyak ikan kasar atau Crude Fish Oil. Hasil analisis yang telah dilakukan di ULP (2016) kandungan asam lemak esensial pada CFO tinggi yaitu sebesar 51,69% yang terdiri dari berbagai jenis asam lemak tak jenuh. Berkaitan dengan masalah ini, omega-3 dan asam lemak essensial lain dapat menurunkan kadar lipida (kolesterol) tersebut dalam serum darah, yaitu dengan jalan menghambat pembentukan protein dan trigliserida dalam VLDL/LDL sehingga VLDL/LDL dan kolesterol serum darah menjadi rendah pula serta meningkatkan kandungan HDL p (Freeman dan Junge, 2015).

(31)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M kolesterol membuat konsumen tidak akan kuatir lagi dalam mengkonsumsi kepiting bakau. Kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 5. Diagram Kerangka Konseptual

(32)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang dapat diambil pada penelitian ini adalah :

1. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) kepiting bakau (S. serrata)

2. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) kandungan kepiting bakau (S. serrata)

(33)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Maret hingga 28 April 2016 di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya. Analisis proksimat bahan baku pakan dan daging kepiting dilakukan di Laboratorium Pakan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Analisis kandungan asam lemak dilakukan di Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya. Analisis kandungan LDL, HDL, VLDL, dan kolesterol total dilakukan di Laboratorium Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.

4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi 60 buah akuarium, selang penyipon, aerator, selang aerasi, 60 buah batu aerasi, tandon, bak plastik, gelas ukur, timbangan digital, pH meter, termometer, DO meter dan amonia test kit, mikropetrida, biosense kit, chopper, baki, pisau, telenan, dan sendok.

4.2.2 Bahan Penelitian

A. Hewan uji

(34)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M B. Media pemeliharaan

Media pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air payau dengan volume empat liter pada akuarium yang berukuran 25x20x30 cm³

C. Bahan pakan

Pakan yang akan digunakan dalam penelitian adalah ikan rucah jenis ikan kuniran yang di campur dengan crude fish oil dan tepung tapioka.

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Prosedur Kerja

A. Persiapan Alat dan Bahan

(35)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M B. Pakan Kepiting Bakau

Pakan yang digunakan dalam peneletian ini adalah ikan rucah. Ikan rucah yang digunakan sebagai pakan untuk kepiting adalah jenis ikan kuniran yang diambil bagian badannya yang dihaluskan menggunakan chopper. Selanjutnya ditambahkan Crude Fish Oil dan binder berupa tepung tapioka dengan dosis sesuai dengan perlakuan ke dalam pakan ikan rucah. Pakan ikan rucah yang telah ditambahkan Crude Fish Oil dan tepung tapioka tersebut dioven dengan suhu 50° C selama 1 jam sebelum diberikan pada kepiting bakau.

4.3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebab dalam penelitian ini hanya memliki satu sumber keragaman yaitu dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO). Rancangan acak lengkap memiliki satu sumber keragaman yaitu perlakuan disamping pengaruh acak, sehingga hasil perbedaan antar perlakuan hanya disebabkan oleh pengaruh perlakuan dan pengaruh acak saja (Kusriningrum, 2012). Penelitian ini menggunakan 5 macam perlakuan dengan 4 ulangan pada setiap perlakuan. Perlakuan yang dilakukan adalah:

Perlakuan A: Ikan rucah + 1% tepung tapioka

(36)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Penetepan dosis didasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Agustono dkk (2015) yang menujukkan terjadinya penurunan kadar kolesterol pada udang vanname (Litopenaeus vannamei) dari 188,26 mg/100 g (kontrol atau 0% minyak ikan) menjadi 133,51 mg/100 g (penambahan CFO 8%)

Denah penempatan tiap perlakuan dan ulangan penelitian setelah dilakukan pengacakan dapat dilihat pada Gambar 4.

B1 C2 E2 D1

Kepiting bakau dipelihara dalam akuarium dengan ukuran 25x20x30 cm sebanyak 1 ekor selama 32 hari. Pemberian pakan ikan rucah dilakukan dua kali sehari dengan dosis 5% dari berat tubuh kepiting setiap hari. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian Hartono (2014) bahwa pemberian pakan ikan rucah dengan dosis 5% dari berat tubuh kepiting memberikan pertumbuhan kepiting yang optimal. Selama pemeliharaan dilakukan penyiponan pada pagi hari untuk membersihkan pakan yang tersisa dan kotoran-kotoran yang ada.

4.3.3 Variabel Penelitian

A. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

(37)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M 2. Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu kandungan kolesterol, LDL dan

HDL dalam daging kepiting bakau.

3. Variabel kendali pada penelitian ini yaitu jenis kepiting bakau, umur kepiting bakau, ukuran akuarium, dan salinitas.

B. Deskripsi Variabel

Pengambilan sampel berasal dari 4 ulangan dalam 1 perlakuan. Kepiting bakau yang telah dipelihara selama 30 hari, dibunuh terlebih dahulu dengan cara menusuk bagian abdomen menggunakan pisau. Kepiting yang telah mati selanjutnya diambil seluruh daging yang ada di seluruh tubuhnya. Daging kepiting yang telah terkumpul dihaluskan terlebih dahulu. Daging yang telah dihaluskan selanjutnya ditimbang sebanyak 2 gram. Sampel yang telah ditimbang selanjutnya dimasukkan kedalam botol schoot dan dipacking dalam sterofoam yang telah berisi air cooler dan es batu. Sampel yang telah dipacking, siap untuk dilakukan pengiriman untuk dilakukan uji kolesterol. Pengujian kolesterol total, LDL, dan HDL menggunakan mikropetrida dengan biosense kit. Pengujian kolesterol dilakukan di laboratorium Ilmu Faal, Universitas Brawijaya, Malang.

C. Parameter pendukung

(38)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

4.3.4 Analisis Data

Analisis statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan, jika terdapat hasil yang signifikan maka perhitungan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan

(Duncan’s Multiple Range Test) (Kusriningrum, 2012). Diagram alir penelitian

(39)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

Kandungan Kolesterol, LDL, dan HDL pada kepiting

Kualitasair (Suhu, pH, DO, Amonia)

Analisis Data

Pemeliharaan kepiting bakau selama 32 hari

Pengambilan sampel daging kepiting pada akhir masa pemeliharaan

Kesimpulan

(40)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Low Density Lipoprotein (LDL)

Dari hasil penelitian didapatkan nilai kandungan LDL kepiting bakau bekisar antara 68,6225 – 88,04 mg/dL. Data rata-rata kandungan LDL kepiting bakau terdapat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Rata-rata kandungan LDL kepiting bakau

Perlakuan Low Density Lipoprotein (mg/dL) ± SD A 8%, dan SD = standar deviasi. Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

(41)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M 0%). Hasil analisis kandungan LDL pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil penghitungan Analysis of Varion (ANOVA) menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap peningkatan kandungan LDL daging kepiting bakau. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa pada perlakuan A memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan percobaan. Kandungan LDL tertinggi didapat pada perlakuan C akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) dengan perlakuan B. Kandungan LDL terendah terdapat pada perlakuan A namun tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan E. Perlakuan E tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan D. Hasil penghitungan ANOVA kandungan LDL pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.1.2 High Density Liporotein (HDL)

(42)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M dicapai pada perlakuan A (Kontrol, CFO 0%). Hasil analisis kandungan HDL pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 5.2 Rata-rata kandungan HDL kepiting bakau

Perlakuan High Density Lipoprotein (mg/dL) ± SD A 8%, dan SD = standar deviasi. Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).

Hasil penghitungan Analysis of Variance (ANOVA) menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap peningkatan kandungan HDL daging kepiting bakau. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa pada perlakuan A dan B tidak memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan percobaan. Kandungan kolesterol tertinggi didapat pada perlakuan D akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) dengan perlakuan C dan E, yang berbeda nyata dengan perlakuan A dan B. Hasil penghitungan ANOVA kandungan HDL pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.1.3 Kolesterol

(43)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Tabel 5.3 Rata-rata kandungan kolesterol kepiting bakau

Perlakuan Kolesterol (mg/dL) ± SD Transformasi (y) ± SD

8%, dan SD = standar deviasi. Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

Kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan tidak ditambahkan CFO atau perlakuan A memiliki kandungan kolesterol sebesar 194,5025 mg/dL, sedangkan kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan ditambahkan CFO pada perlakuan B (CFO 2%) sebesar 182,2800 mg/dL, perlakuan C (CFO 4%) 114,4250 mg/dL, perlakuan D (CFO 6%) 149,1750 mg/dL, perlakuan E (CFO 8%) 147,900 mg/dL. Kandungan kolesterol tertinggi pada daging kepiting bakau dicapai pada perlakuan A (kontrol, CFO 0%), sedangkan kandungan kolesterol terendah dicapai pada perlakuan C (CFO 4%). Hasil analisis kandungan kolesterol pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 1.

(44)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M penghitungan ANOVA kandungan kolesterol pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Low Density Lipoprotein (LDL)

Low density lipoprotein merupakan jenis lipoprotein yang dibentuk melalui jalur endogen dan mempunyai fungsi membawa kolesterol dari hati ke sel (Pusparini, 2006). Low density lipoprotein merupakan lipoprotein berdensitas rendah, dan dapat dioksidasi dan diserap oleh reseptor penyapu (scavenger) pada makrofag. Jalur ini berperan dalam aterosklerosis (Marks, 2000).

Berdasarkan perhitungan data dapat dilihat bahwa kandungan LDL pada daging kepiting bakau yang telah diberi perlakuan dengan penambahan CFO tidak mengalami penurunan dibandingkan dengan perlakuan kontrol atau tanpa adanya penambahan CFO pada pakan. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmana dkk. (2008), kandungan omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan lemuru dalam dosis 0%, 3%, dan 6% tidak mampu menghambat proses sintesa VLDL dan LDL.

(45)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M (2012), konsumsi asam lemak jenuh memberikan pengaruh yang negatif yaitu dapat menaikkan kadar LDL namun tidak mempengaruhi kadar HDL.

Meningkatnya kandungan LDL pada kepiting bakau masih dalam jangkauan yang normal jika dikonsumsi oleh manusia. Batas normal kandungan LDL plasma menurut National Institute of Heart (2005) adalah ≤ 100 mg/dL.

5.2.2 High Density Liporotein (HDL)

High Density Lipoprotein (HDL) disebut juga kolesterol baik. High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang berfungsi membawa kolesterol bebas dari jaringan dan diangkut kembali ke dalam hati untuk diubah menjadi asam empedu (Murray dkk., 2009).

Pada penelitian ini, kandungan HDL pada kepiting bakau yang telah diberi perlakuan mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil ANOVA menunjukkan bahwa penambahan CFO pada pakan perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Peningkatan kandungan HDL terdapat pada dosis pemberian CFO 4 % – 8 %.

(46)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Peningkatan kandugan HDL pada daging kepiting bakau memberikan efek yang baik jika dikonsumsi oleh manusia karena mengandung HDL yang tinggi. Menurut National Institute of Heart (2005) kandungan HDL ≥ 60 mg/dL

mmberikan perlindungan terhadap penyakit jantung.

5.2.3 Kolesterol

Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa kandungan kolesterol pada daging kepiting bakau (S. serrata) menunjukkan adanya penurunan dengan penambahan CFO pada pakan ikan rucah. Menurut Pramudya dkk. (2013), bahwa kandungan kolesterol pada daging kepiting bakau dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah pakan, sedangkan faktor internal meliputi genetik (umur dan jenis kelamin).

Kandungan kolesterol pada kepiting bakau tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol (A) sebesar 194,5025 mg/dL, hal ini dikarenakan pada perlakuan A tanpa ditambahkan CFO sehingga tidak ada yang menghambat sintesa kolesterol dari pakan. Hal ini sependapat dengan penelitian Douglas et al. (1981), yang menyatakan bahwa kandungan kolesterol pada darah dan hepatopankreas kepiting meningkat sesuai dengan peningkatan penambahan kolesterol pada pakan. Penyebab terjadinya perubahan kandungan kolesterol dapat terjadi akibat adanya proses penyerapan nutrisi pakan oleh kepiting bakau. Sel mikrofili pada hepatopankreas menunjukkan fungsi sebagai tempat penyerapan makanan (Ceccaldi, 1989).

(47)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M mencukupi dalam dosis penurunan kandungan kolesterol. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustono dkk. (2015) bahwa penurunan kandungan kolesterol dengan penambahan CFO pada pakan udang vaname terjadi pada dosis 6 dan 8%.

Kandungan kolesterol paling rendah terjadi pada dosis penambahan CFO sebesar 4%, hal ini dikarenakan omega 3 yang terdapat dalam CFO mampu menghambat proses sintesa kolesterol. Piliang dan Djojosoebagio (2006), menyatakan bahwa asam lemak omega-3 berperan dalam pengaturan metabolisme kolesterol yang meliputi transport dan ekskresi kolesterol. Efek klinis dari asam lemak omega-3 dalam menurunkan kadar kolesterol diduga disebabkan pengaruhnya terhadap mekanisme produksi lipoprotein transport dalam hati yang disekresikan ke dalam darah. Mayes (2003), juga menyatakan bahwa asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) cepat dimetabolisme oleh hati sehingga terjadi peningkatan ekskresi dan stimulasi oksidasi kolesterol menjadi garam empedu yang dapat menyebabkan kandungan kolesterol total darah menjadi berkurang serta terjadi penurunan kadar kolesterol.

(48)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak yang dikonsumsi (Sartika, 2011).

(49)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Penambahan CFO pada pakan ikan rucah dengan dosis 2 % – 8 % memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kandungan LDL kepiting bakau (S. serrata)

b. Penambahan CFO pada pakan ikan rucah dengan dosis 4 % – 8 % memberikan pengaruh terhadap peningkatan kandungan HDL kepiting bakau (S. serrata)

c. Penambahan CFO pada pakan ikan rucah dengan dosis 4 % – 8 % memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kandungan kolesterol kepiting bakau (S. serrata)

6.2 Saran

(50)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. M. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Agustono., W. P. Lokapirnasari dan A. Riyadh. 2015. Pengaruh penambahan crude fish oil (CFO) pada pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei) terhadap kandungan kolesterol dan retensi lemak daging. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 7 (1) : 95-99.

Aslamsyah, S. dan Y. Fujaya. 2010. Stimulasi molting, pertumbuhan, dan komposisi kimia tubuh kepiting bakau pada berbagai kadar karbohidrat-lemak pakan buatan yang diperkaya dengan ekstrak bayam. Ilmu Kelautan, XV (3) : 170-178.

Anderson A., P. Marther and Richardson. 2004. Nutrition of the mud crab Scylla serrata (forskal). In Allan and D. Fielder (edition). Proceeding of Mud Crab Aquaculture in Australia and Southeast Asia. Pp57-59.

Bulanin, U., dan R. Rusdi. 2010. Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting bakau (Scylla serrata forskal) di laguna. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta.

Catacutan. M. R. 2002. Growth and body composition of juvenile mud crab. Scylla paramamosain feed different dietary protein and lipid levels and protein to energy ratio. Aquaculture 208 : 113–123

Ceccaldi, H. J. 1989. Anatomy and Physiology of Digestive Tract of Crustaceans Decapods Reared in Aquaculture. Advances in Tropical Aquaculture. Tahiti Feb 20 – March 4, pp. 243-259.

Cholik, F., A. G. Jagatraya., R. P. Poernomo dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Victoria Kreasi Mandiri. Jakarta. hal. 297-300.

Colpo, A. 2005. LDL cholesterol : “bad” cholesterol, or bad science?. journal of american physicians and surgeons, 10(3) : 83-89.

Douglass, T. S., W. E. Connor and D. S. Lin. 1981. The Biosynthesis, Absorption, and Origin of Cholesterol and Plant Sterols in The Florida Land Crab. Journal of Lipids Researc, 22 : 961 – 970.

(51)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Estiasih, T. dan Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara.

Jakarta.

Fauzi, I. A., I. Mokoginta dan D. Yaniharto. 2008. Pemeliharaan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang diberi pakan pelet dan ikan rucah di karamba jaring apung. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7 (I) : 65-70.

Fujaya, Y. 2009. Budidaya Kepiting Soka, suatu terobosan usaha perikanan. Harian Fajar Makassar tanggal, 20 Agustus 2009.

Freeman, M.W., dan C. Junge. 2005. Kolesterol Rendah Jantung Sehat. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Guyton A.C., dan Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Graha, K.C. 2010. Kolesterol. PT Elex Media Komputido. Jakarta.

Halliwell, B. 1994. Free radicals, antioxidants, and human disease : curiosity, cause or consequence? Lancet 344: 721—724.

Hartono. 2014. Pengaruh pemberian kitosan dari limbah kepiting pada pakan ikan rucah terhadap kandungan kolesterol dan pertumbuhan kepiting bakau (Scylla serrata). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Hartoyo, B. 2005. Effect of fatty acid and fiber concentration in broiler ration to cholesterol, HDL, and LDL blood serum. Animal Production, 7 (1) : 27-33.

Herlinah., Sulaeman., dan A. Tenriulo. 2010. Pembesaran kepiting bakau (Scylla serrata) di tambak dengan pemberian pakan berbeda. Balai riset perikanan budidaya air payau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur : 169-174.

Holme, M. H. 2008. Towards devolopment of a formulated diet for mud crab (Scylla serrata) larvae with emphasis on lipid nutrition. Thesis. James Cook University. Australian. 165 pp.

Kanna, I. 2002. Budidaya Kepiting Bakau Pembesaraan dan Pembenihan. Kanisus. Yogyakarta. hal. 15.

(52)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Karim, M.Y. 2005. Kinerja pertumbuhan kepiting bakau betina (Scylla serrata forsskal) pada berbagai salinitas media dan evaluasinya pada salinitas optimum dengan kadar protein pakan berbeda. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. hal 30-37.

Kuntiyo, 2004. Pedoman Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata). Balai Budidaya Air Payau Jepara. 29 hal.

Kusriningrum, R. S. 2012. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya.

Kwiterovich. P. O. 2000. The metabolic pathways of high density lipoprotein, low density lipoprotein, and triglycerides. Am J Cardiol 86 : 5-10.

Lokapirnasari, W. P. 2013. Potensi inokulan selulotik Enterobacter cloacea dan minyak ikan untuk meningkatkan kualitas pakan serta implikasinya terhadap penampilan produksi dan kualitas daging broiler. Disertasi Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Lovell, T. 1998. Nutrition and Feeding Of Fish: 2nd Edition. Springer Science Business Media. New York.

Manurung, D. M. 2009. Komposisi kimia, asam lemak, dan kolesterol udang ronggeng (Harpiosquilla raphidea) akibat perebusan. Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Marks, D. B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mayes, P. A. 2003. Sintesis pengangkutan dan ekskresi kolesterol. Dalam Murray, R. K, D. K. Granner, P. A. Mayes, dan V. W. Rodwell. Tras. Andry Hartono,. Biokimia Harper. ed. 24: 277. EGC. Jakarta: EGC.

Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta

Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. 2009. Biokimia Herper, edisi 27. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, hal 248-249.

Monoarfa, S. Rahayu. 2014. Analisis parameter dinamika populasi kepiting bakau (Scylla serrata) di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

(53)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Plascencia, G. Y., T. G. Galvan, F. V. Abores, dan M. G. Sanuelos. 2000. Synthesis of hemolymph high density lipoprotein β-glucan binding protein by Penaeus vanamei shrimp hepatopancreas. Mar. Biotechnol, 2 : 485-492.

Piliang, W. G, dan S. Djojosubagio. 2006. Fisiologi Nutrisi. UI Press. Jakarta. Pusparini. 2006. Low Density Lipoprotein padat kecil sebagai factor resiko

ateroklerosis. Universa Medicina. Vol. 25 (1) : 22-32.

Pramudya, T. P., C. A. Suryono dan E. Supriyantini. 2013. Kandungan kolesterol kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan betina pada lokasi yang berbeda. Journal of Marine Research. 2 (1) : 48-53.

Rasyid, A. 2003. Asam Lemak Omega 3 dari Minyak Ikan. Bidang sumber Daya Laut-Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.

Rusmana, D., D. Natawihardja, dan Happali. 2008. Pengaruh pemberian ransum mengandung minyak ikan lemuru dan vitamin e terhadap kadar lemak dan kolesterol daging ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak. 8 (1) : 19-24. Sadinar, B., I. Samidjan, dan D. Rachmawati. 2013. Pengaruh perbedaan dosis

pakan keong mas dan ikan rucah pada kepiting bakau.(scylla paramamosain) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan dengan sistem battery di Tambak Tugu, Semarang. Journal of Aquaculture Management and Technology. 2 (4), Tahun 2013. hal 84-93.

.

Saputra, S., M. N. Ibrahim, dan Yusnaini. 2013. Sintasan dan pertumbuhan larva kepiting bakau (Scylla paramamosein) zoea 2 sampai zoea 5 melalui pemberian jenis bakteri probiotik yang berbeda. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3 (12) : 81-93.

Sartika, R. A. D. 2011. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 4, Februari 2008. hal 154-160.

Sastrodihardjo, S., D. M. Suci, dan M. N. Cahyanto. 1998. Penggunaan minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit dalam ransum terhadap kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam kuning telur ayam. Seminar Nasional Peternakan dan Veterner 1998. hal 535 – 543.

(54)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Sheen, S. S. 2000. Dietary cholesterol requirement of juvenile mud crab (Scylla

serrata). Aquaculture 189 : 277-285.

Sheperd. J. 2001. The role of the exogenous pathway in hypercholesterolaemina. European Heart J3 Supl E:2-5.

Soim, A. 1993. Pembesaran Kepiting. Penebar Swadaya. Jakarta. 61 hal.

Suripta, H., P. Astuti. 2007. Pengaruh penggunaan minyak lemuru dan minyak sawit dalam ransum terhadap rasio asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). Jurnal Indonesia Tropic Agriculture. 32 (1) : 22-27.

Syafiq, A. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta. Elex Media Komptindo. Diakses tanggal 25 November 2015.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Halaman 540-541.

Tuminah, S. 2009. Efek asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh "trans" terhadap kesehatan. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. XIX : hal 813-820.

(55)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M

LAMPIRAN

(56)
(57)
(58)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Lampiran 2. Hasil analisis proksimat kepiting bakau (Scylla serrata) dan ikan

(59)
(60)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Lampiran 3. Analisis statistik data kandungan Low Density Lipoprotein (LDL)

(61)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Lampiran 4. Analisis statistik data kandungan High Density Lipoprotein (HDL)

(62)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Lampiran 5. Analisis statistik data kandungan kolesterol kepiting bakau (Scylla

(63)
(64)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Rata – rata data kualitas air

DATA KUALITAS AIR

PERLAKUAN SALINITAS Ph SUHU DO AMONIAK

A 15-21 7,5-8,5 28-29 4 0,09-0,27

B 16-19 7,5-8 28-29 4 0.09

C 16-21 8-8,5 28-29 4 0,09-0,27

D 15-20 8-8,5 28-29 4 0,09-0,27

(65)

SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M Lampiran 7. Dokumentasi penelitian.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2. Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd, 2001).
Gambar 4. Jalur reverse cholesterol transport (Kwiterovich, 2000).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien harga satuan yang digunakan untuk menganalisa biaya sistem halfslab ini menggunakan koefisien yang ada pada [5]. Biaya yang digunakan sebagai acuan untuk perhitungan

kewajiban dan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Tujuan

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian ini yaitu pengaruh struktur good corporate governance terhadap kinerja BPR di Jawa Barat tahun 2017, dapar ditarik

Keuntungannya apabila zakat dipungut oleh negara adalah para wajib zakat lebih disiplin dalam menunaikan kewajib- annya dan fakir miskin lebih ter- jamin haknya,

Dalam KBBI, produktif diartikan dengan “bersifat atau mampu menghasilkan dalam jumlah besar, mendatangkan (memberi hasil, manfaat dan sebagainya), dan mampu

Berdasarkan hasil penelitian 18 responden, perilaku bidan &amp; perawat dalam penanganan asfiksia ringan dan sedang pada bayi baru lahir di RSUD dr. Harjono

Diperlukan adanya upaya perbaikan dalam pembelajaran menyimak dengan menggunakan media sehingga diharapkan siswa lebih fokus terhadap pembelajaran dan rasa ingin

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah simple random sampling yaitu memilih anggota sampel dari populasi terjangkau yang dilakukan secara acak tanpa